Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

98
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Dibiyantoro Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Abstract This study aims to determine the effect of capital structure and profitability of mandatory disclosure in the financial statements of listed manufacturing companies on the Stock Exchange. Data analysis techniques used in the study was conducted using multiple regression analysis. Study sample of 35 manufacturing companies listed on the Stock Exchange. Observations made during the period of 3 years, the years 2007-2009. Results showed that simultaneous, variable ROE, and NPM DER effect on the completeness of the disclosure index in the financial statements. This means that ROE, DER, and NPM affect management companies in the completeness of the disclosure of the company's annual financial statements. R Square value or the value of the coefficient of determination is equal to 50.7%. This means that 50.7% completeness of the disclosure index variation can be explained by variations of the three independent variables while the remaining amount of 49.3% explained by other factors outside the model. Based on the results of testing the partial variables ROE and DER do not significantly affect the completeness of the index variable disclosures in the financial statements. While NPM variables significantly influence the completeness of the index variable disclosures in the financial statements with the regression coefficient and significance value <0.05 (p = 0.000). Keywords : Mandatory Disclosure, Financial Statements, Capital Structure, 1

Transcript of Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Page 1: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

DibiyantoroPoliteknik Negeri Sriwijaya Palembang

Abstract

This study aims to determine the effect of capital structure and profitability of mandatory disclosure in the financial statements of listed manufacturing companies on the Stock Exchange. Data analysis techniques used in the study was conducted using multiple regression analysis. Study sample of 35 manufacturing companies listed on the Stock Exchange. Observations made during the period of 3 years, the years 2007-2009. Results showed that simultaneous, variable ROE, and NPM DER effect on the completeness of the disclosure index in the financial statements. This means that ROE, DER, and NPM affect management companies in the completeness of the disclosure of the company's annual financial statements. R Square value or the value of the coefficient of determination is equal to 50.7%. This means that 50.7% completeness of the disclosure index variation can be explained by variations of the three independent variables while the remaining amount of 49.3% explained by other factors outside the model. Based on the results of testing the partial variables ROE and DER do not significantly affect the completeness of the index variable disclosures in the financial statements. While NPM variables significantly influence the completeness of the index variable disclosures in the financial statements with the regression coefficient and significance value <0.05 (p = 0.000).

Keywords : Mandatory Disclosure, Financial Statements, Capital Structure,Profitability

PENDAHULUAN

Laporan tahunan (annual report) merupakan media utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders lainnya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi hanya jika laporan keuangan dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai. Pengungkapan laporan keuangan yang memadai bisa ditempuh melalui penerapan regulasi informasi yang baik. Untuk menyelenggarakan regulasi informasi, terutama bagi para pelaku pasar modal, pemerintah telah menunjuk Bapepam dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Peraturan mengenai dokumen perusahaan harus diserahkan kepada Bapepam diatur dalam Keputusan Bapepam No.Kep 10/PM/1997 dan dokumen yang dibuka oleh umum diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep 39/PM/1997. Selain itu peraturan Bapepam No. SE 24/PM/1987 juga mensyaratkan bahwa penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan Standar

1

Page 2: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh IAI. Peraturan ini memberikan otorisasi kepada IAI untuk regulasi mengenai informasi perusahaan publik di Indonesia melalui Standar Akuntansi Keuangan Bapepam melalui surat Keputusan Bapepam No. 66/PM/2000 tgl 13 Maret 2000 tentang Pedoman Laporan Keuangan juga mensyaratkan elemen-elemen yang seharusnya diungkap dalam laporan keuangan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ungkapan wajib (enfoiced/mandatory disclosure) dan ungkapan sukarela (voluntary disclosure). Manfaat ungkapan informasi secara sukarela adalah semakin kecilnya biaya modal. Bentuk dan tingkatan pengungkapan sangat berkaitan dengan konsep pelaporan keuangan karena pelaporan keuangan merupakan payung yang mencakup informasi keuangan dari informasi lainya. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, skedul dan informasi tambahan lainnya yang berkaitan laporan tersebut (IAI, 2002:2). Horne dan Wachowicz (1997:128) mengatakan jika neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada satu titik waktu tertentu, laporan laba rugi menunjukkan keuntungan perusahaan sepanjang periode waktu tertentu. Dari kedua laporan keuangan tersebut, beberapa laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana serta laporan arus kas. Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002:4), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship).

Kebangkitan pasar modal memungkinkan perusahaan memperkuat struktur modal melalui perbaikan rasio hutang terhadap modal sendiri. Dalam rangka melaksanakan kegiatan operasi, maka setiap perusahaan harus mempunyai dana yang cukup. Dana perusahaan diperoleh dari sumber internal dan sumber eksternal perusahaan. Sumber internal yang utama dalam perusahaan adalah laba yang ditahan dan akumulasi penyusutan. Sedangkan dana yang berasal dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan investor. Dana yang berasal dari kreditur disebut modal asing yang merupakan hutang bagi perusahaan. Sehubungan dengan penyajian laporan keuangan untuk pihak eksternal perusahaan, maka setiap perusahaan harus mempunyai struktur modal yang baik. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara modal asing (hutang jangka panjang) dengan modal sendiri (Riyanto, 1995). Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya.

Dalam perekonomian yang kompetitif, pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan merupakan sarana untuk menyalurkan accountability perusahaan kepada para penyedia modal yang berada di luar perusahaan dan memudahkan alokasi sumber daya untuk pemanfaatan yang paling produktif. Pengungkapan laporan keuangan bermanfaat sebagai guide, yaitu dijadikan sebagai fasilitas untuk para investor dan pengguna dalam membuat keputusan ekonomi agar terarah sehingga dapat memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukan dan kepastian waktu serta jumlah pengembalian. Laporan keuangan harus dapat dimengerti dan diperbandingkan, meskipun laporan tersebut disusun atas dasar kebijakan akuntansi yang berbeda-beda antar perusahaan agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah

2

Page 3: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan (disclosure) yang memadai. Konsekuensinya, pengungkapan kebijakan akuntansi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Pengungkapan tersebut dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami dan dikomparasikan secara lebih baik.

Laporan keuangan (financial statement) merupakan bentuk utama dari pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan (IAI, 2002) dan memenuhi kebutuhan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam karakteristik perusahaan yang berbeda dengan eksistensi perusahaan, termasuk diantaranya pihak-pihak investor, kreditor, dewan komisaris yang mewakili para pemegang saham dan pihak-pihak lain yang menggunakan laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Investor sehubungan dengan keputusan untuk membeli, menjual dan menyimpan surat-surat berharga (marketable securities), sedangkan kreditor berkepentingan dengan keputusan untuk memberikan atau menolak, memperpanjang kredit dan mengambil keputusan lain terhadap kredit yang telah disalurkan kepada debitornya. Dewan komisaris mewakili para pemegang saham sehubungan dengan kewenangannya untuk menerima atau menolak kebijakan (policy) yang diusulkan oleh pihak direksi. Oleh karena itu, sangat diperlukan penyusunan dan pelaporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) agar memiliki kualitas informasi yang relevan dan handal, sehingga dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan tersebut.

Para kreditur berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan yang menjadi debitur atau nasabahnya. Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, kreditur perlu mengadakan analisis terlebih dahulu terhadap laporan keuangan dari perusahaan tersebut untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam pengembalian pokok dan beban bunganya. Dalam mengadakan analisis laporan keuangan perusahaan, kreditur memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah rasio leverage. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Riyanto, 1995). Rasio leverage mencakup total debt to equity ratio, total debt to total capital assets, long term debt to equity rtio, longible assets debt coverage, dan times interest earned ratio.

Investor pun berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modal. Penanaman modal yang dilakukan oleh investor dapat dilihat dari profitabilitas perusahaann. Profitabilitas perusahaan dapat diartikan sebagai kemampuan bisnis suatu badan usaha untuk menghasilkan pendapatan netto. Para investor potensial melakukan analisa profitabilitas suatu perusahaan dalam tahun berjalan dan prospek karena profitabilitas mempengaruhi deviden dan harga per saham sehingga perlu mengandalkan kelengkapan laporan keuangan dalam mengambil keputusan investasi.

Beberapa penelitian telah dilakukan sehubungan dengan pengungkapan laporan keuangan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Marwata (2001) bertujuan untuk dapat mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara karakteristik perusahaan dengan kualitas ungkapan sukarela laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini menyatakn bahwa kualitas pengungkapan sukarela berhubungan positif dengan size perusahaan dan penerbitan sekuritas pada tahun berikutnya dan tidak

3

Page 4: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

berkaitan dengan variabel ungkitan, likuiditas, basis perusahaan, umur perusahaan di bursa dan struktur kepemilikan.

Na’im dan Rakhman (2000) melakukan penelitian tentang analisis hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa leverage keuangan mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap indeks kelengkapan pengungkapan. Di sisi lain tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kepemilikan saham oleh publik dengan kelengkapan pengungkapan.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2001) bertujuan untuk mengkaji apakah terdapat perbedaan yang signifikan dan bersifat matematis dalam hal keluasan pengungkapan wajib dan sukarela perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dengan menggunakan analisis regresi berganda penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sistematik mengenai tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahun 1999 diantara perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ. Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib adalah size perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sedangkan pengungkapan sukarela dipengaruhi variabel diatas kecuali jenis perusahaan. Tingkat likuiditas dan leverage tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.

Penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi kepemilikan saham oleh investor luar dan umur perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada berbagai industri manufaktur yang terdaftar di BEJ. Disini rasio leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi kepemilikan saham oleh investor luar dan umur perusahaan sebagai variabel bebas dan kelengkapan laporan keuangan sebagai variabel terikat. Dengan menggunakan alat uji Analisis Regresi Berganda, penelitian ini menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi kepemilikan saham oleh investor luar dan umur perusahaan mampu mempengaruhi kelengkapan laporan keuangan pada industri manufaktur yang terdaftar di BEJ. Sedangkan secara parsial hanya variabel leverage, variabel profitabilitas dan porsi kepemilikan saham publik yang mempengaruhi kelengkapan laporan keuangan pada industri manufaktur.

Subroto (2003) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan kepada ketentuan pengungkapan wajib oleh perusahaan-perusahaan publik dan implikasinya terhadap kepercayaan para investor di pasar modal. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian variable variabel seperti ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP), kepercayaan investor, dan indeks pengungkapan wajib. Berdasarkan penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa variabel kualitas KAP, ukuran perusahaan berpengaruh positif, sedangkan leverage, profitabilitas, kepercayaan investor dan indeks pengungkapan wajib berpengaruh negatif.

Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Almilia dan Retrinasari (2007) dengan judul analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ (tahun 2001-2004) dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran perusahaan, dan status perusahaan. Berdasarkan hasil analisis didapat hasil bahwa variabel yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib yaitu variabel rasio likuiditas, rasio leverage, ukuran perusahaan dan status perusahaan. Kelengkapan pengungkapan sukarela tidak dipengaruhi oleh semua variabel-variabel bebas tersebut. Sedangkan faktor-faktor

4

Page 5: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) adalah variabel rasio likuiditas, ukuran perusahaan dan status perusahaan yang berpengaruh signifikan <10 %. Pada model 2 menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel likuiditas, leverage, net profit margin, ukuran dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan sukarela. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat IKP sukarela, sehingga hasilnya tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa indeks kecukupan pengungkapan wajib adalah minimum 15,23 % dan maksimum adalah 45,25 % dengan rata-rata 28,09 %. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua informasi yang diminta dalam peraturan Bapepam diungkapkan oleh perusahaan. Hal tersebut disebabkan bukan semata-mata karena kesalahan perusahaan, tetapi karena memang perusahaan tidak mempunyai item-item tersebut. Sedangkan indeks pengungkapan sukarela berkisar antara 3,8 % sampai 34,62 %, dengan rata-rata 18,5 %. Indeks kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) minimum adalah 29,55 % dan maksimum adalah 66,56%, dengan rata-rata 46,59 %.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada data penelitian. Penelitian ini akan memfokuskan pembahasan ke arah pengaruh antara struktur modal dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan dalam laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode waktu tahun 2007-2009. Data penelitian ini menggunakan data tahun 2007-2009, hal ini dikarenakan pada tahun 2007 Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya (BES) dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) serta peneliti juga akan melihat bagaimana pengungkapan dalam laporan keuangan setelah merger-nya BEJ dan BES menjadi BEI (periode tahun 2007-2009). Dalam rangka meningkatkan kualitas dan transparansi informasi dalam laporan keuangan (emiten atau perusahaan) dan memenuhi ekspektasi para pengguna, maka perlu disusun suatu pedoman penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Peneliti memasukkan faktor DER (Debt to Equity Ratio) sebagai proxy struktur modal. ROE (Return on Equity) dan NPM (Net Profit Margin) sebagai proxy dari profitabilitas perusahaan ke dalam penelitian.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, asset, dan modal. NPM (Net profit margin) atau disebut rasio profitabilitas dihitung dengan rumus laba bersih dibagi penjualan (Hanafi dan Abdul Halim (2007:83), rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin menyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen. Sedangkan Hanafi dan Halim (2000:85) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Perusahaan dengan berita buruk cenderung tidak mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan berita buruk tersebut ke pasar, agar nilai perusahaannya tidak turun. Sedangkan perusahaan dengan berita baik akan berusaha menyampaikan informasi yang berkaitan dengan berita baik tersebut ke pasar dalam bentuk pengungkapan laporan yang lebih lengkap atau banyak dalam laporan tahunan dengan tujuan untuk memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001:296). Untuk mengukur struktur modal tersebut digunakan ratio struktur modal yang disebut leverage ratio. Rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Ratio/DER) adalah jenis rasio leverage. Rasio ini membandingkan total

5

Page 6: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

utang dengan total modal pemilik (ekuitas). Perusahaan dengan tingkat DER yang tinggi menanggung biaya pengawasan yang tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif.Alasan tetap diambilnya perusahaan manufaktur adalah untuk melihat kekonsistenan hasil penelitian sebelumnya terhadap variabel yang diteliti dan perusahaan manufaktur yang tetap terdaftar (listing) secara terus-menerus di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009 berjumlah 140 perusahaan (Laporan ICMD, 2007-2009) yang jumlahnya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan kelompok perusahaan lainnya. Adapun pengungkapan wajib dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang sifat perbedaan tingkat kepatuhan pengungkapan wajib dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta memberikan petunjuk tentang kondisi perusahaan manufaktur pada suatu masa laporan sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang total item pengungkapan wajib oleh perusahaan manufaktur adalah sebanyak 68 item.

Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh struktur modal dan profitabilitas terhadap mandatory disclosure financial statement ?

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh DER terhadap mandatory disclosure financial statement 2. Pengaruh NPM terhadap mandatory disclosure financial statement 3. Pengaruh ROE terhadap mandatory disclosure financial statement

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Disclosure Financial StatementKata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan (Chariri,

Anis dan Ghozali 2007:377). Apabila dikaitkan dengan kata, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan.

Pengertian pengungkapan dalam laporan keuangan menurut Stice (2000) dalam Sidharta dan Sherly Christianti (2007), pengungkapan dalam laporan keuangan adalah pelaporan rinci sebuah transaksi dalam catatan pada laporan keuangan. Hendriksen

6

Page 7: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

(2002:429) mengatakan secara sederhana, pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil simpulan bahwa laporan keuangan yang disajikan perlu disertai dengan informasi-informasi pendukung yang sering kali disebut dengan istilah pengungkapan, agar laporan keuangan yang disajikan mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi dalam menafsirkan laporan keuangan. Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the realease of information). Akuntan cenderung menggunakan istilah ini dalam batasan yang lebih sempit, yaitu pengeluaran informasi tentang perusahaan dalam laporan keuangan, umumnya laporan tahunan (Na’im dan Rakhman, 2000). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi hanya jika laporan keuangan dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai. Pengungkapan yang memadai bukan berarti banyaknya penggunaaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang panjang lebar, melainkan pengungkapan persoalan-persoalan yang dianggap penting oleh auditor sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan para konsumennya dan tidak merugikan bagi perusahaan atau pemegang saham. Karena kewajaran penyajian, laporan keuangan bergantung pada cukup tidaknya pengungkapan-pengungkapan mengenai hak-hak yang cukup materiil. Hal-hal yang cukup materiil dan perlu diungkapkan adalah erat hubungannya dengan :

a. Bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta penjelasan-penjelasan yang dilampirkan.

b. Istilah-istilah yang digunakan. c. Banyaknya perincian-perincian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan. d. Dasar penilaian atau penentuan dari jumlah-jumlah yang tercantum dalam

laporan keuangan, misalnya dasar penilaian persediaan, dasar penentuan penyusutan aktiva tetap.

e. Aktiva-aktiva yang dipakai sebagai jaminan pinjaman. f. Dividen yang tertunggak, pembatasan pembagian dividen, dan hutang yang

bersyarat. g. Adanya kepentingan-kepentingan yang berafiliasi atau yang menguasai serta

sifat dan volume transaksi-transaksi dengan kepentingan tersebut. Menurut Marwata (2001), pengungkapan didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah

informasi untuk membantu investor dalam membuat prediksi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Pengungkapan mencakup penyediaan informasi yang diwajibkan oleh badan berwenang maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan keuangan, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisis keuangan, analisis manajemen atas operasi perusahaan yang akan datang, perkiraan keuangan dan operasi pada tahun yang akan datang serta laporan keuangan tambahan yang mencakup pengungkapan dan informasi lainnya di luar harga perolehan.

Tujuan Disclosure Financial StatementTujuan pengungkapan dalam laporan keuangan menurut (Chariri, Anis dan Ghozali

2007:382), mengungkapkan bahwa tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai

lainnya dalam mengambil keputusan secara rasional. b. Memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai

lainnya menilai jumlah, pengakuan tentang penerimaan kas bersih.

7

Page 8: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

c. Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan. d. Menyediakan informasi tentang hasil usaha (performance keuangan) suatu

perusahaan selama 1 periode. e. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai

kepentingan pemilik. f. Untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun. Untuk menyediakan

informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar dimasa mendatang. g. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya

Konsep Disclosure Financial StatementSimanjuntak dan Widiastuti (2004) menyatakan kualitas tampak sebagai atribut yang

penting dari suatu informasi akuntansi. Meskipun kualitas akuntansi masih memiliki makna ganda (ambigous) banyak penelitian yang menggunakan indeks of disclosure methodology mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari sisi laporan tahunan. Dengan kata lain Imhof mengatakan bahwa tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan.

Berapa banyak informasi tersebut harus diungkapkan tidak hanya bergantung pada keahlian pembaca, akan tetapi juga pada standar yang dibutuhkan (Harahap, 2007:268). Ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu: 1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup), 2. Fair disclosure (pengungkapan wajar), 3. Full disclosure (pengungkapan penuh)

Jenis DisclosureMenurut (Chariri, Anis dan Ghozali, 2007:393), menyatakan ada dua jenis

pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu:a. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) b. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Dalam pengungkapan sukarela, manajemen bebas untuk memberi informasi akuntansi maupun informasi lainnya di luar standar pengungkapan yang sudah ditetapkan. Menurut Froidevaux (2004) dalam Sidharta dan Christanti (2007), pengungkapan sukarela berisi taksiran laba yang akan dibagi oleh manajemen, penyajian kepada publik, pengungkapan relasi investor, website, internet, press release, konfrensi pers, informasi sukarela dalam laporan tahunan, juga semua informasi kebijakan keuangan perusahaan yang dapat dipakai untuk berbagai tujuan. Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela dapat mengurangi asimetri informasi antara partisipan pasar. Kredibilitas dan reabilitas merupakan hal utama yang menjadi perhatian dalam pengungkapan informasi secara sukarela.

Kelengkapan Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)Imhoff (1992) dalam Na’im dan Rakhman (2000) menyatakan kualitas sebagai

atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi. Meskipun kualitas akuntansi masih memiliki makna ganda banyak penelitian yang menggunakan indeks of disclosure methodology mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari sisi laporan tahunan. Jadi Imhoff mengatakan bahwa tingginya kualitas informasi akan sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan. Untuk mengukur kelengkapan pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk Indeks

8

Page 9: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Kelengkapan Pengungkapan, dimana perhitungan indeks kelengkapan pengungkapan dilakukan sebagai berikut :

Indeks n .........................................(Imhoff, 1992)k

Keterangan:n = jumlah butir pengungkapan yang terpenuhiK = jumlah semua butir pengungkapan yang mungkin dipenuhi

Semakin banyak butir yang diungkap oleh perusahaan, semakin banyak pula angka indeks yang diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan dengan angka indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan praktik pengungkapan secara lebih komprehensif dibanding perusahaan lain.

Teori SignallingPerusahaan-perusahaan yang besar akan memiliki kebutuhan yang meningkat untuk

dana-dana eksternal. Semakin besar perusahaan memiliki insentif yang lebih besar untuk memberi sinyal mengenai kualitas perusahaan melalui pengungkapan informasi keuangan yang meningkat (Marston, 2003). Dengan memberi sinyal kepada publik diharapkan dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan. Sinyal yang diberikan perusahaan salah satunya melalui pengungkapan informasi keuangan. Teori Signalling dapat menjelaskan hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan informasi keuangan. Berdasarkan teori signalling, Malone et al. (1993) menyatakan bahwa pengungkapan digunakan oleh para manajer perusahaan yang profitabel untuk memberi sinyal profitabilitas perusahaan kepada para investor dan untuk membantu mendukung keberlanjutan dan kompensasi manajemen.

Lang dan Lundholm (1993) menyatakan ada persepsi yang umum bahwa manajemen pada perusahaan yang berkinerja baik, lebih terbuka dengan informasi daripada manajemen pada perusahaan yang berkinerja buruk. Berdasarkan teori signalling, pada situasi-situasi yang demikian manajemen semakin giat untuk meningkatkan keyakinan pemegang saham dan mendukung kontrak-kontrak manajemen (Malone et al., 1993). Perusahaan-perusahaan yang profitabel akan memiliki lebih banyak sumber daya keuangan untuk mematuhi pengungkapan tambahan. Jadi, dianggap semakin profitabel suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinannya bagi mereka untuk mengungkapkan informasi keuangan tambahan (Marston, 2003). Teori signalling juga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan industri di dalam pengungkapan. Dengan pengungkapan informasi yang lebih luas dapat memberikan sinyal yang lebih banyak kepada publik mengenai kondisi perusahaan. Craven dan Marston (1999) menyatakan jika perusahaan dalam suatu industri gagal untuk mengikuti praktek-praktek pengungkapan dari perusahaan lain, maka mungkin perusahaan tersebut menyembunyikan berita buruk.

Teori Agensi (Agency Theory)Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang

atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Pada saat pemegang saham menunjuk manajer atau agent sebagai pengelola dan pengambil keputusan bagi perusahaan, maka pada saat itulah hubungan keagenan muncul. Teori agensi yang berkembang mulai dari Jensen dan Meckling (1976) mengacu kepada

9

Page 10: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

pemenuhan tujuan utama dari manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan ini dilakukan oleh manajemen yang disebut sebagai agent. Ketidakmampuan atau keengganan manajemen untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham menimbulkan apa yang disebut masalah keagenan (agency problem). Menurut Jensen (1986), agency problem timbul karena orang cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri dan munculnya konflik ketika beberapa kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama. Konflik kepentingan mendasari adanya biaya keagenan, dengan asumsi rasionalitas ekonomi dimana orang akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum pemenuhan kepentingan orang lain. Demikian juga halnya dalam hubungan prinsipal dan agen. Prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat, sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Dalam kontrak antara manajer dan para pemegang saham maka manajer dilihat sebagai agen dan para pemegang saham dilihat sebagai prinsipal. Agen sebagai pengelola kekayaan perusahaan, menyusun laporan keuangan sebagai sarana akuntabilitas agen kepada prinsipal.

Teori agensi menjelaskan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan berdasarkan keuntungan potensial dari pengungkapan yang meningkat dengan biaya agensi (Hossain et al., 1995). Biaya agensi dapat meningkat karena perbedaan kepentingan antara pemegang saham, manajer dan kreditur. Meningkatnya pengungkapan akan mengurangi biaya agensi dan kesenjangan informasi (Marston, 2003). Status listing bursa saham telah dikaitkan dengan pengungkapan (Cooke, 1989; Malone et al., 1993; Hossain et al., 1995; Wallace et al., 1994; Inchausti, 1997; Patton & Zelenka, 1997). Cooke (1989) berpendapat bahwa biaya agensi meningkat saat pemegang saham menjadi semakin jauh dari manajemen. Karena perusahaan yang tidak listing cenderung memiliki jumlah pemegang saham yang lebih kecil, maka biaya agensi diperkirakan lebih rendah daripada untuk perusahaan yang listing. Sebaliknya, berkenaan dengan semakin besar pemisahan antara pemilik dan manajer, maka perusahaan yang listing lebih besar kemungkinannya untuk mengucurkan biaya agensi yang lebih tinggi, misalnya biaya pengawasan. Biaya-biaya ini bisa dikurangi melalui pengungkapan sukarela tambahan informasi perusahaan (Schipper, 1981).

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kelengkapan Disclosure Financial StatementStruktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri (Riyanto, 2001:296). Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih memiliki kekurangan (deficit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.

Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur struktur modal tersebut digunakan ratio struktur modal yang disebut leverage ratio. Rasio leverage penting untuk menilai kemampuan perusahaan melunasi semua hutang-hutangnya. Perusahaan yang mempunyai

10

Page 11: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

proporsi utang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya (Suripto, 1999). Pemberian informasi yang lebih banyak ini bertujuan untuk memudahkan perolehan tambahan dana dengan biaya murah baik dari perolehan hutang maupun dari penerbitan saham, untuk program pendanaan berikutnya. Na’im dan Rakhman (2000) membuktikan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Sebaliknya, Fitriani (2001) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rasio leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Ratio/DER) adalah jenis rasio leverage. Rasio ini membandingkan total utang dengan total modal pemilik (ekuitas). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah dari modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap modal semakin kecil. Rasio diatas 100 % sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar daripada modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayarnya utang dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada. Rasio leverage dapat diukur dengan menggungkan rumus (Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim (2007:81) :

DER (Debt to Equity Ratio) Total Hutang

Ekuitas

Semakin rendah DER perusahaan, semakin bagus kondisi perusahaan tersebut. Para analis menilai, tingkat DER yang aman adalah kurang dari 50%.

Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Disclosure Financial StatementPerusahaan dengan berita buruk cenderung tidak mengungkapkan informasi yang

berkaitan dengan berita buruk tersebut ke pasar, agar nilai perusahaannya tidak turun. Sedangkan perusahaan dengan berita baik akan berusaha menyampaikan informasi yang berkaitan dengan berita baik tersebut ke pasar dalam bentuk pengungkapan laporan yang lebih lengkap atau banyak dalam laporan tahunan dengan tujuan untuk memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Jika pengungkapan berita baik itu tidak dilakukan, pasar akan menerjemahkannya sebagai berita buruk sehingga berdampak pada penilaian perusahaan yang terlalu rendah.

Teori signalling dapat menjelaskan hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan informasi keuangan. Berdasarkan teori signalling, Malone et al. (1993) menyatakan bahwa pengungkapan digunakan oleh para manajer perusahaan yang profitabel untuk memberi sinyal profitabilitas perusahaan kepada para investor dan untuk membantu mendukung keberlanjutan dan kompensasi manajemen.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio Profit Margin, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang tinggi untuk tingkat penjualan tertentu. Secara

11

Page 12: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen (Hanafi dan Abdul Halim, 2007:84).

Proxy yang digunakan untuk perusahaan dengan berita baik atau buruk adalah Rasio Profitabilitas yaitu Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equty (ROE). Shinghvi dan Desai dalam Subiyantoro (1996:12) mengutarakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen. Semakin tingginya rasio profitabilitas perusahaan, menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif. Oleh karena itu perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih berani mengungkapkan laporan. Dengan demikian semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Fitriani (2001) membuktikan bahwa variabel net profit margin mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Jadi semakin tinggi net profit margin suatu perusahaan maka semakin tinggi indeks kelengkapan pengungkapannya. Net Profit Margin dihitung dengan rumus (Hanafi dan Abdul Halim, 2007:83) :

Net Profit Margin Laba Bersih

Penjualan

Rasio profitabilitas selanjutnya adalah ROE (Return On Equity). Karena investasi adalah menempatkan uang investor yang bekerja, maka penting untuk mengetahui bagaimana uang para investor akan digunakan dan apakah akan digunakan secara efektif. Return on Equity memberikan indikasi yang baik tentang seberapa baik sebuah perusahaan akan menggunakan uang investasi para investor untuk menghasilkan keuntungan. Akal sehat investor perlu dipersenjatai dengan konsep konsep yang membantu untuk mengukur kualitas sebuah investasi. Salah satu konsep yang paling penting dalam bisnis investasi adalah laba atas ekuitas (ROE). ROE memberi investor salah satu yang terbaik dan paling tepat wawasan mengenai seberapa baik suatu perusahaan akan menggunakan uang investor. ROE dari sebuah saham menunjukkan berapa banyak keuntungan sebuah perusahaan telah menerima poin dibandingkan dengan jumlah total ekuitas pemegang saham yang ditemukan pada neraca. Bertambah tinggi ROE bertambah efisien sebuah perusahaan mengelola investasi investor untuk menghasilkan laba. Bertambah tinggi ROE suatu perusahaan, bertambah tinggi pula harga saham yang akan diberikan market kepada saham perusahaan tersebut. Para investor kebanyakan lebih menyukai perusahaan dengan ROE yang tinggi. Mereka beranggapan dengan ROE yang tinggi perusahaan mampu memberikan pengembalian investasi yang tinggi pula. Dengan tujuan menarik investor, perusahaan dengan ROE tinggi akan melakukan pengungkapan laporan keuangan secara berlebih. Return On Equity dihitung dengan rumus (Brigham dan Houston, 2001:91):

ROE Laba Bersih Sesudah PajakTotal Equity

12

Page 13: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Disclosure IndexMenurut Undang-undang No. 8 tahun 1996 tentang pasar modal, perusahaan publik

wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Laporan keuangan harus dilaporkan sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Tujuan umum pelaporan keuangan ini adalah menyediakan informasi keuangan yaang bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi (Chariri & Ghozali, 2001). Berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : KEP-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik yang dituangkan pada Peraturan Nomor X.K.6 adalah:

1. Kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik. 2. Bentuk dan isi laporan tahunan.

Bapepam melalui Surat Keputusan Bapepam No. 06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan elemen-elemen yang seharusnya diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Kemudian untuk pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik industri manufaktur diatur melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002. Dalam Surat Edaran tersebut total item pengungkapan wajib oleh perusahaan manufaktur adalah 68 item.

Pengembangan HipotesisPenelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh struktur modal

dan profitabilitas perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur. Berdasarkan telaah literatur dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :H1: Rasio Leverage (sebagai proxy struktur modal) berpengaruh positif terhadap

mandatory disclosure financial statement.H2 : Rasio net profit margin (sebagai proxy profitabilitas) berpengaruh positif terhadap

mandatory disclosure financial statement.H3 : Rasio return on equity (sebagai proxy profitabilitas) berpengaruh positif terhadap

mandatory disclosure financial statement..

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis PenelitianJenis penelitian ini berupa studi empiris, yaitu suatu jenis penelitian dengan

mempelajari buku-buku, jurnal dan catatan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Dari hasil studi ini diharapkan akan diperoleh informasi dan data yang relevan serta akurat yang berkaitan dengan penelitian ini.

Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel dengan pengambilan sampel terpilih (non probability sampling) yaitu dengan purposive sampling.

13

Page 14: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

SampelDari populasi tersebut, ditentukan sampel berdasar purposive sampling dengan

tujuan agar diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kategori industri manufaktur.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan (annual report) selama periode pengamatan (tahun 2007-2009).

3. Perusahaan yang memiliki data lengkap. 4. Perusahaan yang memiliki laba.

Berdasarkan kriteria di atas diperoleh sampel sebagai berikut:

Tabel 1. Sampel PenelitianKeterangan Jumlah PerusahaanJumlah populasi 140Kriteria pemilihan sampel

3. Tidakmempublikasikanannual (18)report

4. Data tidak lengkap (33)5. Laba perusahaan negatif (54)

Total sampel penelitian 35

Berdasarkan tabel di atas diperoleh sampel penelitian sebesar 35 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Periode pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) tahun, yaitu tahun 2007-2009. Oleh karena itu, total sampel sebanyak 105 laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini termasuk gabungan antara penelitian time series dan cross section.

Data dan Metode pengumpulan DataData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan laporan keuangan yang berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini antara lain:

1. Jenis perusahaan yang termasuk ke dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Indeks laporan keuangan masing-masing sampel yang diperoleh dari butir- butir kelengkapan laporan tahunan perusahaan yang dapat diperoleh dari BAPEPAM No. SE-02/PM/2002.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mencatat

14

Page 15: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Teknik Analisis DataTeknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Teknik uji multiple regression dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Y = β + β1L + β2NPM + + β3ROE + ε

Keterangan:Y = Kelengkapan Pengungkapanβ = KonstantaL = LeverageNPM = Net Profit MarginROE = Return on Equityβ0 dan β = konstanta dan koefisien regresiε = variabel pengganggu

Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif atau disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi, untuk itu dilakukan uji : multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas. Selanjutnya juga

dilakukan Pengujian Hipotesis dan Koefisien Determinasi (R2).

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif Data PenelitianDalam rangka menguji pengaruh Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas

Perusahaan terhadap Pengungkapan (disclosure) dalam Laporan Keuangan, maka penelitian ini menggunakan bingkai populasi (population frame) seluruh perusahaan bidang manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia dan datanya tercantum di Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berdasarkan kriteria pengambilan sampel penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya, diperoleh 32 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebagai sampel penelitian.

Selanjutnya apabila dilihat dari nilai minimum, maksimum dan rata-rata (mean) dan standar deviasi (δ) dari masing-masing variabel penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER, NPM, ROE, dan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk masing-masing variabel diperoleh dari 32 sampel perusahaan dikalikan periode tahun pengamatan (3 tahun yakni 2007-2009) didapatkan jumlah data sebanyak 132.

Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dipaparkan deskripsi dari data yang diperoleh. Dari hasil perhitungan dengan SPSS versi 18.0, diperoleh gambaran masing-masing variabel. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif dari data yang digunakan dalam penelitian ini:

15

Page 16: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Tabel 2. Statistik Deskriptif Data Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROE 132 -8.61 64.59 14.6280 11.97704

NPM 132 .00 9.42 .2747 1.09225

DER 132 .07 8.44 1.1060 1.24064

INDEKS 132 .60 .94 .8034 .07039

Valid N (listwise) 132

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 2. di atas diketahui bahwa rasio Return On Equity (ROE) yang merupakan yang membagi laba bersih setelah pajak (earning after tax) dengan modal sendiri menunjukkan nilai rata-rata sebesar 14.6280. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki laba bersih setelah pajak sebesar 14.6280 kali lebih besar dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Nilai minimum dari ROE adalah sebesar -8.61 yang berarti bahwa sampel terendah memiliki laba setelah pajak sebesar - 8.61 kali dari modal sendiri, sedangkan nilai maximum ROE sebesar 64.59 atau dimilikinya laba bersih setelah pajak sebesar 64.59 kali dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan.

Rasio Net Profit Mrgin (NPM) yang merupakan rasio laba bersih dengan penjualan diperoleh rata-rata sebesar 0.2747. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai NPM adalah sebesar 0.2747. Nilai maximum sebesar 9.42 yang berarti bahwa laba bersih dapat mencapai 9.42 dari penjualan yang diperoleh perusahaan, sedangkan nilai minimum NPM adalah 0.00.

Debt to Equty Ratio (DER) yang merupakan rasio Proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1.1060. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang sebesar 1.1060 kali dari rata-rata ekuitas pemegang saham perusahaan dalam satu periode. Nilai minimum yaitu sebesar 0.07 yang berarti sampel terendah hanya mendapatkan DER sebesar 0.07 dan nilai maximum diketahui sebesar 8.44.

Indeks yang menujukkan banyak item laporan keuangan yang material diungkapkan oleh perusahaan manufaktur menggunakan index of disclosure methodology, yaitu indeks Wallace dan Item berdasarkan Pengungkapan Laporan Keuangan berdasarkan Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002, tanggal 27 Desember 2002. Rata-rata indeks perusahaan adalah sebesar 0.8034 dengan indeks minimum sebesar 0.60 dan tertinggi sebesar 0.94. Nilai indeks minimum sebesar 0.60 artinya masih ada perusahaan yang belum memenuhi kelengkapan pengungkapan Laporan Keuangan berdasarkan ketentuan.

Uji NormalitasHasil uji normalitas dengan menggunakan uji Normal P-P Plot Regression

Standardized Residual digambarkan dalam Gambar 1. dan Gambar 2. berikut ini.

16

Page 17: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Gambar 1. Uji Normalitas P-Plot

Gambar 2. Grafik Histogram

Dari grafik histogram di atas model regresi cenderung membentuk kurva normal yang cembung dengan angka standar deviasi mendekati satu yaitu sebesar 0,993 dan pada normal probability plot mengikuti garis diagonal. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji kolmogrov-smirnov Asymp. Sig. (2-Tailed) disajikan dalam masing-masing variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ROE DER INDEKS NPM

N 132 132 132 131

Normal ParametersaMean 2.2561 -.3217 -.2228 -3.1881

Std. Deviation 1.14314 .92576 .08913 .95650

Most Extreme Differences Absolute .152 .036 .081 .134

Positive .088 .036 .048 .134

Negative -.152 -.036 -.081 -.118

Kolmogorov-Smirnov Z 1.742 .419 .926 1.536

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .995 .358 .058

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel uji Kolmogrov-Smirnov dapat dilihat bahwa angka signifikansi uji kolmogrov-smirnov Asymp. Sig. (2-Tailed) di atas nilai signifikan 0,05 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi secara normal. Dari Tabel ujiKolmogrov-Smirnov dapat dilihat bahwa angka signifikansi uji kolmogrov-smirnov untuk

17

Page 18: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

masing-masing variabel dapat dinyatakan bahwa model regresi berdistribusi normal.

Pengujian Asumsi Klasik HeteroskedastisitasHasil deteksi dengan melihat scatterplot disajikan dalam Gambar 3. di bawah ini.

Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 3. terlihat titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan juga terlihat titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

AutokorelasiHasil uji autokorelasi Durbin Watson yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0 adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson)

Adjusted R Std. Error of the

Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .712a.507 .496 .06324 1.810

a. Predictors: (Constant), NPM, ROE, DER

b. Dependent Variable: INDEKS

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4. dimana pada hasil tersebut diperoleh nilai DW sebesar 1.510. Sedangkan nilai du yaitu sebesar 1.7786 dan dL sebesar 1.6539. Oleh karena nilai DW 1.810 lebih tinggi dari batas atas (du) 1.7786 dan kurang dari 4 - du (4 – 1.7786), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi autokorelasi

MultikolinieritasAdapun hasil pengujian dengan SPSS 16.0 untuk mendeteksi terjadinya gejala

multikolinearitas disajikan sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Multikoliniearitas

Unstandardized StandardizedCoefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) -.014 .023 -.629 .531

ROE .001 .005 .009 .150 .881 .993 1.007

DER .005 .006 .049 .777 .439 .986 1.014

NPM .066 .006 .705 11.256 .000 .988 1.013

18

Page 19: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

a. Dependent Variable: INDEKS

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5. menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tolerance yang lebih dari 0,1 dan nilai VIF yang kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi.Pengujian-pengujian di atas telah membuktikan kalau data yang akan digunakan telah memenuhi syarat normalitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak ada autokorelasi, dan bebas multikolinearitas. Dengan 4 pengujian pendahuluan ini, maka pengujian atas persamaan multiple regression dapat dilakukan dengan hasil yang akurat.

Analisis Regresi dan Hasil Pengujian HipotesisRegresi adalah hubungan fungsional yang terjadi antara satu atau lebih variabel

dependen dengan variabel independen, agar dapat diketahui nilai duga rata-rata variabel dependen atas pengaruh variabel independen tersebut. Dalam penelitian ini digunakan model regresi linier berganda. Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan komputer Program SPSS for Windows Release 18.0.Analisis regresi linier digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Ghozali, 2001). Adapun hasil pengolahan data sebagi berikut :

Tabel 6. Hasil Analisis RegresiUnstandardized Standardized

Model Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.014 .023

ROE .001 .005 .009

DER -.005 .006 .049

NPM .066 .006 .705a. Dependent Variable: INDEKS

Model persamaan regresi linier berganda dan hasil analisis yang diperoleh adalah :

Y = -0.014 + 0.001(X1) + 0.005 (X2) + 0.066 (X3) + e

Hasil Pengujian HipotesisPengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil pengujian simultan diperoleh sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .523 3 .174 43.600 .000a

Residual .508 127 .004

Total 1.031 130a. Predictors: (Constant), NPM, ROE, DER

b. Dependent Variable: INDEKS

19

Page 20: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Hasil pengolahan data terlihat bahwa variabel independen (ROE, DER dan NPM) mempunyai signifikansi F hitung sebesar 43.600 dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen (ROE, DER, dan NPM) berpengaruh terhadap Indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pengujian Determinan (R2)Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Dan berdasarkan hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (R2) diperoleh hanya sebesar 0.507 atau 50.7%. Hal ini menunjukkan bahwa 50.7% Indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh variabel ROE, DER dan NPM. Sedangkan sisanya sebesar 49.3% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 8. Hasil Uji Determinasi

Model R R SquareAdjusted Std. Error of the

R Square Estimate

1 .712a.507 .496 .06324

a. Predictors: (Constant), NPM, ROE, DER

b. Dependent Variable: INDEKS

Hasil Pengujian Hipotesis (Uji Statistik t)Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2001). Hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut :

Tabel 9. Coefficients

Unstandardized StandardizedCoefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.014 .023 -.629 .531

ROE .001 .005 .009 .150 .881

DER -.005 .006 .049 .777 .439

NPM .066 .006 .705 11.256 .000a. Dependent Variable: INDEKS

Berdasarkan hasil Uji t, maka pengambilan keputusannya berdasarkan Pengujian terhadap variabel Indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hipotesis pertama menyebutkan bahwa ROE, DER dan NPM berpengaruh terhadap Indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000. Ini berarti keputusan

tolak H0, artinya berpengaruh ROE, DER dan NPM berpengaruh terhadap Indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Secara keseluruhan hasil uji t menunjukkan bahwa NPM (profitabilitas) perusahaan

20

Page 21: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

berpengaruh terhadap indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan. Sedangkan ROE dan DER tidak berpengaruh terhadap indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan. Artinya NPM (profitabilitas) perusahaan mempengaruhi manajemen dalam mengungkapkan kelengkapan dalam laporan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan keseriusan manajemen dalam mengelola perusahaan secara profesional, sehingga dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasi.

Pembahasan HasilHasil penelitian dengan berbagai pengujian yang dilakukan menyatakan kesimpulan akhir seperti disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 10. Hasil Analisis Regresi

Variabel Koefisien t P (sig) Konfirmasi sig.ROE (X1) 0.001 0.150 0.881 tidak signifikanDER (X2) -0.005 0.777 0.439 tidak signifikanNPM (X3) 0.066 11.256 0.000 signifikanR Square = 0.0.507 F= 43.600 p (sig) = 0.000 Konstanta = -0.014Y = -0.014 + 0.001 X1 – 0.005 X2 + 0.066 X3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE sebagai proxy profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan dengan nilai thitung = 0.150 dan p value = 0,881, maka H1 ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Artinya tinggi rendahnya rasio ROE perusahaan tidak mempengaruhi manajemen dalam mengungkapkan informasi di laporan keuangan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu harus diungkapkankepada publik secara penuh, baik perusahaan yang tingkat ROE-nya rendah maupun tinggi. Semakin tinggi ROE perusahaan tidak semakin tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. Informasi yang berkaitan dengan berita buruk tersebut ke pasar, agar nilai perusahaannya tidak turun. Sedangkan perusahaan dengan berita baik akan berusaha menyampaikan informasi yang berkaitan dengan berita baik tersebut ke pasar dalam bentuk pengungkapan laporan yang lebih lengkap atau banyak dalam laporan tahunan dengan tujuan untuk memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan kontradiksi dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi kepemilikan saham oleh investor luar dan umur perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada berbagai industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa hanya variabel leverage, variabel profitabilitas dan porsi kepemilikan saham publik yang mempengaruhi kelangkapan laporan keuangan pada industri manufaktur.

Debt To Equity Ratio (DER) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya dan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utangnya kepada pihak luar. Tingkat leverage yang diukur dengan variabel DER tidak mempengaruhi Disclosure Index (kelengkapan pengungkapan laporan tahunan) perusahaan manufaktur. Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya kewajiban-kewajiban yang terdapat pada perusahaan merupakan kesepakatan antara pihak kreditor dan pihak perusahaan. Apabila ditinjau lebih lanjut, kreditor dalam memberikan kredit atau pinjamannya akan mempertimbangkan beberapa faktor seperti karakter, kemampuan untuk meminjam, kemampuan untuk menghasilkan pendapatan, modal, adanya jaminan dan kondisi ekonomi.

21

Page 22: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Dengan demikian pengungkapan laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan tidak terkait dengan besar kecilnya tingkat solvabilitas perusahaan yang tercermin dalam Debt To Equity Ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage (DER) sebagai proxy atas struktur modal perusahaan tidak berpengaruh terhadap indeks pengungkapan sukarela laporan

keuangan dengan nilai thitung sebesar 11.256 dan p-value = 0,000, maka H2 diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Perusahaan yang memiliki rasio leverage (DER) yang tinggi cenderung tidak melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage (DER) yang rendah. Artinya perusahaan enggan untuk mempublikasikan kewajiban (jangka pendek maupun jangka panjang) yang menunjukkan nilai besar, sehingga jika dipublikasikan dapat meragukan investor. Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi mengenai leverage (DER) perusahan yang termuat dalam laporan tahunan memberikan makna bagi investor. Hal ini berkaitan dengan dugaan bahwa para investor tidak banyak menaruh perhatian pada informasi dalam laporan tahunan. Dugaan yang lebih kuat terhadap tidak berpengaruhnya leverage terhadap kelengkapan pengungkapan adalah karena adanya krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008-2009. Ketidakkonsistenan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Binsar dan Lusy Widiastuti (2004) serta Subroto (2003) yang membuktikan bahwa leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Ainun Na’im dan Fuad Rakhman (2000) dalam Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari (2007) yang menyatakan bahwa tingkat solvabilitas mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Dan hasil penelitian ini juga tidak mendukung teori yang dikemukakan oleh Schipper (1981) dalam Marwata (2001) dalam jurnal Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari (2007) yang menyatakan bahwa tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, sehingga perusahaan akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Akan tetapi hasil penelitian konsisten atau mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Almilia dan Ikka Retrinasari (2007) bahwa variabel likuiditas, leverage, net profit margin, ukuran dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Marwata (2001). Biaya agensi dapat meningkat karena perbedaan kepentingan antara pemegang saham, manajer dan kreditur. Meningkatnya pengungkapan akan mengurangi biaya agensi dan kesenjangan informasi (Marston, 2003).

Tingkat profitabilitas yang diukur dengan variabel Net Profit Margin (NPM) mempengaruhi tingkat Disclosure Index (kelengkapan pengungkapan laporan tahunan) perusahaan manufaktur. Dengan demikian pengungkapan laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan besar kecilnya tingkat profitabilitas perusahaan yang tercermin dalam Net Profit Margin (NPM). Semakin tinggi NPM menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan, sehingga perusahaan yang menghasilkan laba tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih lengkap. Hal tersebut dikarenakan manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan juga bagus. Selain itu perusahaan juga ingin agar investor yakin bahwa operasi perusahaan berjalan efisien, sehingga tidak menimbulkan keraguan pada investor untuk berinvestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas (NPM) berpengaruh positif terhadap indeks pengungkapan laporan keuangan dengan nilai thitung = 11.256 dan p-value = 0,000, maka H3 diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan

22

Page 23: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan karena indikator profitabilitas penting bagi pelaku pasar modal untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, profitabilitas dapat dipandang sebagai ukuran kinerja manajer. Rendahnya profitabilitas menunjukkan tidak efektifnya aktivitas yang dijalankan perusahaan sehingga perusahaan enggan mengungkapkan laporan keuangannyasecara lebih karena kekhawatiran akan kehilangan para investornya. Tingginya profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Jika perusahaan mengungkapkan laporan keuangan secara berlebih maka perusahaan pesaing bisa lebih mudah mengetahui strategi yang dijalankan perusahaan sehingga dapat melemahkan posisi perusahaan dalam persaingan. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Binsar dan Lusy Widiastuti (2004) serta Subroto (2003) yang membuktikan bahwa profitabilitas berupa Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari (2007) juga membuktikan bahwa variabel net profit margin mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel kelengkapan pengungkapan. Jadi semakin tinggi Net Profit Margin suatu perusahaan maka semakin tinggi indeks kelengkapan pengungkapannya. Sebaliknya hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari (2007) yang membuktikan bahwa variabel Net Profit Margin tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan.

23

Page 24: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

PENUTUP

KesimpulanBerdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa : Secara simultan, Variabel ROE, DER dan NPM berpengaruh terhadap indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan. Artinya ROE, DER, dan NPM perusahaan mempengaruhi manajemen dalam kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan. Nilai R Square atau nilai koefisien determinasi adalah sebesar 50.7%. Hal ini berarti 50.7% variasi indeks kelengkapan pengungkapan dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel bebas sedangkan sisanya sebesar 49.3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel ROE dan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan. Sedangkan variabel NPM berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan dengan koefisien regresi dan nilai signifikansi < 0.05 (p = 0.000).

SaranAdapun saran yang dapat diberikan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: 1. Bapepam perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan (emiten) agar perusahaan dapat memberikan pengungkapan yang lebih lengkap sehingga akan memberi manfaat bagi para pemakainya. 2. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat menambahkan variabel lain yang dapat mewakili karakteristik perusahaan yang berperan dalam mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan. 3. Untuk memperoleh penelitian yang lebih baik sebaiknya penelitian berikutnya memperluas sampel penelitian dan pengujian pengamatan yang lebih lama sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik. 4. Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan populasi yang lebih banyak yang benar-benar merepresentasikan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 5. Penentuan jumlah dan penilaian item pengungkapan sebaiknya dilakukan oleh para ahli di bidang ini sehingga menunjukkan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan secara tepat.

24

Page 25: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

DAFTAR PUSTAKA

Na’im, Ainun dan Fuad Rachman, 2000. “Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 15.No 1.pp.70-82.

Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari. 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”, Simposium Nasional Akuntansi.

Bapepam. 2002. Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia.

Simanjuntak, Binsar H. dan Lusy Widiastuti. 2004. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 7, No.3, September 2004 Hal 351-366.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:Erlangga.

Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi, Edisi ke tiga, Universitas Diponegoro.

Djarwanto P. S. 2000. Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Liberty.

Evans, Thomas G. 2002. Accounting Theory: Contemporary Accounting Issues. Australia: Thomson, South-Western.

Fitriani. 2001. “Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 2001. Ekonometrika Dasar, diterjemahkan oleh Sumarno Zein. Jakarta: Erlangga.

Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. 2007. Edisi Revisi Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Unit Penerbit Dan Percetakan AMP YKPN.

Harahap, Sofyan Safri. 2007. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendriksen Eldon S. dan Van Breda Michael F. 1991, Fifth Edition “ Accounting Theory” American Institute of Certified Public Accountant.

Horne, James C.Van dan John M.Wachowicz.1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Buku I. Jakarta Salemba Empat.

25

Page 26: Pengaruh Skala Perusahaan Perusahaan Manufaktur

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat : Jakarta.

Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 2008. Jakarta: BEI. http://www.idx.co.id.

Marwata, 2001. “Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia”. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV, 2001.

Nugraheni, B.Linggar Yekti.,Oct.Digdo Hartomo, dan Lucia Hary Patwoto.2002. Analisis Faktor-faktor Fundamental Perusahaan terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan.Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.VIII. No.1.pp.75-91.

Sidharta, Juaniva dan Sherly Christianti. 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi, Volume XVII, No. 2.

Subroto, Bambang. 2003. ”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Kepada Ketentuan Pengungkapan Wajib Oleh Perusahaan-perusahaan Publik Dan Implikasinya Terhadap Kepercayaan Para Investor Di Pasar Modal”. Disertasi. Universitas Gajah Mada.

http://www.2dix.com/pdf-2011/jurnal-pengaruh-ukuran-perusahaan-terhadap-struktur-modal-pdf.php

26