PENGARUH ROTASI SEMU AUDIT DAN TENUR AUDIT …digilib.unila.ac.id/23548/3/SKRIPSI TANPA BAB...

61
PENGARUH ROTASI SEMU AUDIT DAN TENUR AUDIT TERHADAP KUALITAS OPINI AUDIT (Skripsi) Oleh ELIA RAHMA PUTRI BR. SITUMORANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of PENGARUH ROTASI SEMU AUDIT DAN TENUR AUDIT …digilib.unila.ac.id/23548/3/SKRIPSI TANPA BAB...

PENGARUH ROTASI SEMU AUDIT DAN TENUR AUDIT TERHADAPKUALITAS OPINI AUDIT

(Skripsi)

Oleh

ELIA RAHMA PUTRI BR. SITUMORANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

ABSTRACT

THE EFFECT OF PSEUDO ROTATION AND AUDIT TENURE ON THEQUALITY OF THE AUDIT OPINION

By

ELIA RAHMA PUTRI BR. SITUMORANG

This study aims to determine the effect of pseudo rotation and audit tenure on thequality of the audit opinion. Variables used in this research are pseudo rotation,audit tenure and then the control variables used are reputation of KAP and the sizeof the company. The data used in this study are the financial statements ofcompanies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2007-2014through the step of purposive sampling. Then the company which can be made theobject of study as many as 35 companies manufacturing in year 2014. Thehypothesis of this study was tested by logistic regression. The results of this studyindicate that the pseudo rotation has no significant effect on the quality of theaudit opinion. However, audit tenure has a significant positive effect on thequality of the audit opinion. It can be concluded that all the hypothesis is rejectedbecause the hypothesis for audit tenure was significant negative on the quality ofthe audit opinion.

Key words: pseudo rotation, audit tenure, the quality of the audit opinion

ABSTRAK

PENGARUH ROTASI SEMU AUDIT DAN TENUR AUDIT TERHADAPKUALITAS OPINI AUDIT

Oleh

ELIA RAHMA PUTRI BR. SITUMORANG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rotasi semu dan tenur auditterhadap kualitas opini audit. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalahrotasi semu, tenur audit dan variabel kontrol reputasi KAP dan ukuranperusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuanganperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun2007-2014 melalui tahapan purposive sampling. Kemudian perusahaan yangdapat dijadikan objek penelitian yaitu sebanyak 35 perusahaan manufaktur untuktahun 2014. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan regresi logistik. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa rotasi semu tidak berpengaruh signifikanterhadap kualitas opini audit. Namun pada tenur audit terdapat pengaruh positifsignifikan terhadap kualitas opini audit. Sehingga dapat disimpulkan bahwasemua hipotesis ditolak karena hipotesis pada tenur audit adalah negatif signifikanterhadap kualitas opini audit.

Kata kunci: rotasi semu, tenur audit, kualitas opini audit

PENGARUH ROTASI SEMU AUDIT DAN TENUR AUDIT TERHADAPKUALITAS OPINI AUDIT

Oleh

Elia Rahma Putri Br. Situmorang

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar tanggal 03 Maret 1993 sebagai putri ketiga dari empat

bersaudara, buah hati dari pasangan M. Situmorang dan S. Saragih Simarmata.

Pendidikan penulis diawali pada tahun 1998 yaitu di TK Sejahtera IV Kedaton

Bandarlampung. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Sejahtera IV

Kedaton Bandarlampung dan lulus tahun 2005. Selanjutnya penulis

menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 22 Bandarlampung pada

tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMAN 1

Bandarlampung hingga lulus pada tahun 2011.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN tertulis (Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswi, penulis

terdaftar menjadi pengurus EEC (Economic English Club) periode 2014/2015

sebagai Chief of 2nd Division (Kepala Divisi 2) serta aktif pada UKMF KSPM

(Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas – Kelompok Studi Pasar Modal) sebagai

anggota pada tahun 2012-2013. Pada kegiatan di luar kampus penulis aktif

sebagai penyiar di RRI Pro2 Fm Bandarlampung.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus, penolongku yang setia

Orang tuaku tercinta, Bapak dan Mama, atas segala cinta kasih, doa,

dukungan, pengorbanan, dan segalanya yang telah diberikan.

Kakak-kakakku Flora Maisari Situmorang dan Elfri Mentari Situmorang serta

adik-adikku Samuel Tagorando Situmorang dan Marisna Saragih untuk saran,

nasihat, semangat, canda tawa, air mata yang mewarnai hari-hariku.

Seluruh keluarga besarku dan saudara-saudaraku, atas segala dukungan,

doa, nasihat, dan motivasi yang selalu diberikan.

Sahabat dan teman-temanku, untuk keceriaan, nasihat, dan dukungan yang

selalu diberikan.

serta

Almamaterku tercinta

Universitas Lampung

MOTO

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan

menerimanya”

(Matius 21:22 )

“Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun

dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan

sebentar lagi untuk tinggal berbaring. Maka datanglah kemiskinan kepadamu

seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.”

(Amsal 6:9-11)

“Hiduplah dengan penuh tujuan karena tujuan membuatmu bersemangat untuk

mencapai cita-citamu”

---Elia---

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatNya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Rotasi Semu

Audit dan Tenur Audit terhadap Kualitas Opini Audit” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung dapat

terselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku sekretaris Jurusan Akuntansi.

4. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing Utama atas

kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, nasihat, dan dukungan

selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Yenni Agustina, S.E., M.Si., Akt selaku Pembimbing Pendamping atas

kesediannya dalam memberikan waktu, bimbingan, pengetahuan, nasihat,

pengalaman serta pembelajaran diri selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. A Zubaidi Indra, M.M., CA., CPA., selaku Penguji Utama atas

saran dan kritik, serta nasihat yang membangun baik bagi penyelesaian skripsi

maupun bagi diri penulis.

7. Bapak Komaruddin, S.E., Akt., selaku Pembimbing Akademik atas segala

saran dan nasihat yang diberikan selama masa perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta staf di Jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi

Universitas Lampung, atas ilmu, dukungan dan pembelajaran yang telah

diberikan.

9. Kedua orang tuaku, M. Situmorang, S.P. dan S. Saragih Simarmata untuk

cinta kasih, doa, semangat, dan pengorbanan dalam memenuhi segala

kebutuhan penulis, terimakasih Pak, Ma kalian adalah inspirasiku.

10. Kakak-kakakku yang terkasih Kak Flora dan Kak Elfri serta adik-adikku

tersayang Tagor dan Isna, terimakasih untuk setiap nasihat, motivasi,

dukungan, semangat, doa, canda tawa, air mata yang mewarnai hari penulis.

11. Keluarga besar Situmorang dari Samosir Sitorang Nabolon dan Keluarga

besar Simarmata dari Purba Tongah, terimakasih atas doa, dukungan,

semangat, perhatian, motivasi yang senantiasa diberikan kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat seperjuanganku, Puji Kurnia Putri, Evi Krismayanti, Muthia

Prima Nirmala, Sri Wahyuni, Mia Meisiska, terimakasih wanita-wanita

GELINAK atas keceriaan, canda tawa, semangat yang diberikan kepada

penulis.

13. Sahabat-sahabat sejak awal perkuliahan, Mutiara Marganita, Rosinda

Budianti, Susi Baguss Zamartha, Rahmah Khairina, Evi Krismayanti, Dian

Kusuma Dewi, Elvi Riali, Puji Kurnia Putri, Melfriani Simanjuntak,

terimakasih atas keceriaan, motivasi, semangat yang diberikan kepada penulis,

kalian selalu ter-KONYAS dihati.

14. Sahabat-sahabat sejawat Akuntansi 2012, Priska, Kiki, Saumi, Trida (Girl

Band), Ferly, Fatkur, Rexi, Pandu, Doni, Jisung, Citra, Ayu, Widya, Yunita,

Ersyah, Esti, Esa, Liana, Dila, Nurul, Eva, Fitri, dan seluruh teman-teman

seangkatan yang tidak bisa disebut satu persatu, terimakasih atas kebersamaan

ini.

15. Keluarga EEC periode 2014-2015, Iin, Yunita, Kiki, Laras, Bogel, Sindi,

Hanum, Pandu, Saput, Winny, Ines, Keke, Ageng, Nizar, Sony, Khafi, Asri,

terimakasih semuanya.

16. Nugraha M Malau, terimakasih atas semangat, doa, dukungan, dan cerita.

17. Sahabat-sahabat sejak remaja, Fadhilah Syakirah, Sangkut Hayati, Melati

(SMP), dan Ifit Chytrine Batubara (SMA), terimakasih selalu setia menemani.

18. Keluarga Pro2 Fm, Kak Ije, Kak Indra, Mbak Filly, Kak Ardi, Kak Zaini, Kak

Obi, Ara, Diwang, Langit, Yulio, terimakasih atas semangat, canda tawa,

dukungan, motivasi, nasihat, kalian bagian dari sejarahku.

19. Sahabat-sahabat KKN Bumi Ratu, Tiara, Mbak Desi, Embul, Adek, Adel,

Angga, Putra, terimakasih atas semangat dan keceriaannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga skripsi ini bermanfaat

dikemudian hari.

Bandar Lampung, Agustus 2016Penulis

Elia Rahma Putri Br. Situmorang

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ................................................................................... 7

2.1.1 Teori Keagenan………............................................................... 7

2.1.2 Independensi Auditor….............................................................. 9

2.1.3 Sejarah Rotasi Auditor .............................................................. 10

2.2 Kualitas Audit……............................................................................ 12

2.2.1 Opini Going Concern……......................................................... 13

2.2.2 Kondisi Keuangan……….......................................................... 15

2.3 Pengertian Tenur Audit ..................................................................... 16

2.4 Pengertian Rotasi Semu Audit .......................................................... 16

2.5 Penelitian Terdahulu …..................................................................... 19

2.6 Kerangka Pemikiran …...................................................................... 24

2.7 Perumusan Hipotesis …………………………………………………..... 26

2.7.1 Tenur Audit Berpengaruh Negatif terhadap Kualitas Opini Audit... 26

2.7.2 Pengaruh Rotasi Semu Audit terhadap Kualitas Opini Audit……… 27

III. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel……………............................................................ 28

3.2 Data Penelitian...………………………………...................................... 29

3.3 Model Penelitian...…………................................................................... 29

3.4 Definisi Operasional Variabel.................................................................. 30

3.4.1 Independensi...………..................................................................... 30

3.4.2 Opini Going Concern....................................................................... 32

3.4.3 Tenur Auditor (KAP)....................................................................... 33

3.4.4 Rotasi Semu KAP...……................................................................. 33

3.5 Pengujian Hipotesis...……….................................................................. 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data dan Sampel…………...................................................................... 36

4.2 Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 37

4.3 Hasil dan Pengujian Asumsi Klasik........................................................ 39

4.3.1 Uji Multikolinearitas......................................................................... 39

4.3.2 Uji Autokorelasi……………………............................................... 40

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis……………………………………………… 41

4.4.1 Menilai Kelayakan Model Regresi …............................................... 41

4.4.2 Menilai Keseluruhan Model (Over Model Fit)……………............. 42

4.4.3 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik dan Pengujian Hipotesis….... 46

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ................................................................................................. 49

5.2 Keterbatasan Penelitian........................................................................... 50

5.3 Saran........................................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

HalamanTabel

2.1 Penelitian Terdahulu…………………………................................................ 22

3.1 Matrik Kondisi Keuangan................................................................................ 31

4.1 Kriteria Penerimaan Sampel............................................................................ 36

4.2 Statistik Deskriptif .......................................................................................... 37

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas.............................................................................. 39

4.4 Hasil Uji Autokorelasi..................................................................................... 40

4.5 Nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test......................... 42

4.6 Gambaran Jumlah Kasus Penelitian................................................................ 43

4.7 Variabel Dependen.......................................................................................... 43

4.8 Nilai -2 Log Likelihood untuk model yang hanya memasukkan konstanta…44

4.9 Nilai -2 Log Likelihood untuk Model dengan Konstanta dan Variabel

Independen...................................................................................................... 45

4.10 Hasil Pengujian Regresi Logistik.................................................................... 46

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar

2.1 Kerangka Pemikiran.......................................................................................... 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian2. Rotasi Semu Kantor Akuntan Publik3. Tenur Audit KAP4. Reputasi KAP5. Logaritma Total Aset6. Hasil Perhitungan Z-Score Altman7. Opini Going Concern8. Independensi Opini Audit9. Logistic Regression

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rotasi audit adalah upaya pemerintah dalam memberikan batasan waktu perikatan

kerja sama antara auditor atau Kantor Akuntan Publik dengan kliennya atau suatu

perusahaan sehingga dapat dicegah munculnya overfamiliarity yang mengganggu

independensi auditor. Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17 Tahun 2008

dijelaskan tentang pembatasan masa pemberian jasa auditor dimana dalam

pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk

enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama

untuk tiga tahun buku berturut-turut. Peraturan wajib rotasi audit pada awalnya

muncul akibat adanya kasus pada perusahaan Enron yang melibatkan KAP

ternama Arthur Andersen yang gagal mempertahankan independensinya akibat

perikatan kerja sama yang terlalu lama sehingga muncul keakraban diantara

auditor dan kliennya. Kedekatan hubungan antara auditor dan klien diyakini

berdampak negatif terhadap independensi, serta dapat mengurangi keandalan dan

kualitas audit sehingga berkontribusi bagi terjadinya skandal-skandal keuangan di

Amerika Serikat (Gates et al., 2007). Sehingga diharapkan melalui peraturan

2

wajib rotasi audit ini auditor dan Kantor Akuntan Publik Indonesia dapat terhindar

dari sikap tidak independen akibat tenur audit. Selain itu tujuan mulia rotasi audit

dipahami dan disadari dengan seksama antara lain untuk menjaga independensi

auditor, menjaga dan meningkatkan kualitas audit, serta sharing knowledge antar

auditor dan “bagi-bagi rezeki” sesama auditor dan KAP, (Irianto et al., 2014).

Efektifitas dari peraturan rotasi audit masih menjadi perdebatan, hal ini

dikarenakan hasil penelitian pada pengaruh tenur audit terhadap kualitas audit

masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Junaidi et al. (2009)

mengungkapkan secara empiris pengaturan rotasi auditor sebenarnya masih

diperdebatkan, terbukti penelitian-penelitian tentang rotasi auditor masih belum

konklusif. Beberapa riset menunjukkan hasil yang belum konsisten tentang

pengaruh lamanya hubungan auditor dengan klien pada kualitas audit. Tentunya

tenur audit berkaitan erat dengan penelitian rotasi semu audit, dimana keadaan

rotasi semu audit sesungguhnya dapat dianggap memiliki umur kerjasama yang

sama dengan keadaan tenur audit. Oleh karena itu perlu diketahui lebih lanjut

pengaruh dari tenur audit terhadap kualitas audit karena hasilnya dapat digunakan

sebagai perbandingan terhadap pengaruh rotasi semu audit terhadap kualitas audit.

Akan tetapi pengaruh tenur audit terhadap kualitas audit masih menunujukkan

hasil yang tidak konsisten sehingga memiliki dua hasil yang berbeda. Hasil riset

yang menunjukkan pengaruh negatif tenur audit pada kualitas audit diantaranya

Chi dan Huang (2005), Carey dan Simnett (2006), De Fond dan Jiamblvo (1994),

Novianti et al. (2012). Sementara hasil riset yang menunjukkan pengaruh positif

tenur audit pada kualitas audit diantaranya Myers et al. (2003), Chen et al. (2008),

Carcello dan Naggy (2004), Cameran et al. (2008), Mayangsari (2006, 2007),

3

Maradona (2009) dan lain-lain yang menyimpulkan bahwa kualitas audit justru

semakin meningkat seiring dengan bertambahnya tenur KAP atau auditor dengan

pemahaman auditor terhadap keuangan klien yang lebih baik.

Irianto et al. (2014) mengungkapkan ketatnya aturan rotasi ini telah menimbulkan

banyak reaksi dan perdebatan. Perdebatan mengenai perlu tidaknya keberadaan

regulasi rotasi audit ini telah mendorong dilakukannya penelitian yang ditujukan

untuk memberikan bukti empiris bagi masing-masing argumen mengenai konsep

rotasi partner audit maupun KAP. Adapun reaksi yang muncul akibat peraturan

rotasi audit yaitu munculnya sikap tricky yang melakukan upaya rotasi semu

audit. Rotasi semu auditor (KAP) menunjukkan suatu kondisi yang secara formal

berdasarkan peraturan pemerintah, dimana telah terjadi rotasi KAP yang

menyebabkan hubungan KAP dengan klien terputus, padahal secara esensial

hubungan KAP dengan kliennya masih tetap berlangsung. Dengan kata lain rotasi

semu merupakan usaha untuk memperpanjang tenur audit dengan klien lama

tanpa melanggar aturan pemerintah. Apabila rotasi semu terus berlanjut maka

dampaknya akan sama dengan tenur audit yaitu berkurangnya sikap independensi

auditor dan berdampak pada menurunnya kualitas audit.

Untuk membuktikan pengaruh rotasi semu audit berdampak pada menurunnya

kualitas audit, dibutuhkan suatu cara yang dapat menunjukan kualitas audit

laporan keuangan dalam data empiris. Dalam penelitian ini penulis mengukur

kualitas audit dengan cara membandingkan kesesuaian opini going concern atau

non going concern dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Apabila kondisi

perusahaan dengan opini audit sesuai maka dapat dikatakan auditor tersebut

4

independen. Sebaliknya apabila kondisi perusahaan dengan opini audit tidak

sesuai maka diprediksi auditor tersebut tidak independen. Semakin independen

seorang auditor atau KAP maka akan berpengaruh pada kualitas audit yang tinggi.

Sebaliknya apabila auditor atau KAP tidak independen maka kualitas laporan

keuangan diragukan atau rendah kualitasnya. Selain itu, karena rotasi semu audit

merupakan usaha untuk memperpanjang tenur audit namun dengan cara tricky

atau seolah-olah tidak melanggar aturan maka secara logika berpikir pengaruh

kedua rotasi semu audit dan tenur audit terhadap kualitas audit memiliki

kesamaan. Dan hal ini tentunya harus diuji kembali sehingga didapatkan bukti

secara empiris.

Atas dasar latar belakang diatas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Rotasi Semu Audit dan Tenur Audit terhadap Kualitas

Opini Audit”. Melalui penelitian ini diharapkan auditor lebih menyadari tanggung

jawabnya untuk menjaga independensi sehingga tidak ada lagi praktik rotasi semu

audit yang merupakan perilaku tricky yang dapat menurunkan kualitas audit.

Selain itu penulis juga mengharapkan pemerintah yang berperan dalam membuat

kebijakan dan peraturan lebih tanggap dengan perilaku kecurangan baik yang

dilakukan oleh KAP atau auditor dan perusahaan yang dengan sengaja bekerja

sama dengan auditor demi kepentingan pribadinya yang sebenarnya dapat

merugikan stakeholder lainnya seperti contohnya para investor atau pemegang

saham. Namun dalam mengkaji sebuah peraturan penulis menyadari dibutuhkan

data empiris yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merubah peraturan

menjadi lebih ketat dengan tujuan yang baik yaitu terciptanya KAP dan auditor

yang memberikan jasanya secara independen dan berkompeten.

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh rotasi semu audit terhadap kualitas opini audit laporan

keuangan?

2. Bagaimana pengaruh tenur audit terhadap kualitas opini audit laporan

keuangan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh bukti empiris tentang terjadinya praktik rotasi semu audit di

perusahaan manufaktur se-Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh rotasi semu audit terhadap kualitas audit laporan

keuangan apakah membawa efek yang positif atau negatif.

3. Menganalisis pengaruh tenur audit terhadap kualitas audit laporan keuangan

dan melihat apakah ada persamaannya dengan rotasi semu audit yang

merupakan usaha untuk memperpanjang tenur audit secara tricky.

4. Melanjutkan penelitian sebelumnya yang terbilang masih sedikit penelitiannya

mengenai rotasi rotasi semu.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan refrensi tambahan di bidang akuntansi dalam pengembangan

penelitian mengenai rotasi semu audit yang mempengaruhi kualitas audit di

Indonesia.

6

2. Mendorong stakeholder agar lebih teliti dan kritis dalam menerima informasi

laporan keuangan agar terhidar dari kerugian.

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

regulator maupun pemerintah dalam menerapkan standar aturan yang efektif

dalam meningkatkan independensi KAP maupun auditor.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah teori yang

menghubungkan antara agent (pengelola perusahaan) dengan principal (pemilik

perusahaan), yang terikat dalam kontrak. Hubungan antara agent dengan

principal yaitu agen sebagai pihak yang menjalankan perusahaan dan mengambil

keputusan dan principal adalah pihak yang mengevaluasi kinerja dari agent. Jadi,

agent sebagai pengelola perusahaan memiliki kewajiban untuk melaporkan hasil

kinerjanya kepada principal. Salah satu informasi yang dilaporkan oleh agent

kepada principal yaitu mengenai laporan keuangan perusahaan guna kepentingan

principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal

kepada agent.

Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak

sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka.

Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan

kepentingan principal (Indriani 2010). Principal selaku investor bekerjasama dan

menandatangani kontrak kerja dengan agent atau manajemen perusahaan untuk

8

menginvestasikan keuangan mereka. Cara dalam mengurangi atau meminimalkan

kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan membuat laporan keuangan yang

dibuat manajemen lebih reliable (dapat dipercaya) diperlukan pengujian.

Menurut Sulistiarini dan Sudarno (2012) baik principal maupun agent ingin

mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kedua pihak tersebut juga sama-

sama ingin terhindar dari resiko yang kemungkinan terjadi. Menurut Novianti

(2012) upaya pemegang saham dalam mempercayakan pengelolaan perusahaan

kepada manajer, ini akan menyebabkan adanya keterbatasan akses yang dimiliki

oleh pemegang saham atas pengelolaan perusahaan akan menjadi terbatas dan

tidak sebesar akses yang dimiliki oleh manajer. Keterbatasan akses informasi ini

mengakibatkan pemegang saham memiliki kesulitan untuk mengamati perilaku

manajemen dalam mengelola perusahaan sesuai dengan kontrak yang telah

disepakati. Karena sifat itulah, dibutuhkan seorang auditor yang independen

sebagai penengah antara hubungan principal dengan agent. Pengguna informasi

laporan keuangan akan mempertimbangkan pendapat auditor sebelum

menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

ekonomis. Keputusan ekonomis pengguna laporan auditor diantaranya adalah

memberi kredit atau pinjaman, investasi, merger, akusisi dan lain sebagainya.

Dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan

dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Terkait dengan penelitian

ini teori keagenan merupakan suatu acuan bagaimana seharusnya seorang auditor

bersikap independen. Karena pada dasarnya auditor dituntut untuk bersikap adil

dan tidak memihak baik pada pihak principal maupun agent. Sementara

munculnya fenomena rotasi semu menunjukkan bahwa adanya pelanggaran

9

independensi oleh auditor apabila kita kembali melihat landasan teori dari

penelitian ini yaitu teori keagenan.

2.1.2 Independensi Auditor

Inti dari aktivitas auditing adalah verifikasi (Antle, 1984). Verifikasi dilakukan

atas laporan keuangan yang disajikan manajemen kepada pemilik. Laporan

keuangan ini membutuhkan konfirmasi. Kebutuhan akan konfirmasi atas laporan

keuangan ini disebabkan karena ketiadaan verifikasi, sehingga manajemen

memiliki insentif menyediakan informasi kondisi keuangan yang tidak benar. Hal

ini disebabkan karena laporan keuangan digunakan sebagai alat penilaian kinerja

manajemen. Observasi secara langsung terhadap laporan keuangan akan

menghasilkan kos yang tinggi (Antle, 1984). Salah satu faktor yang mendasari

keberadaan jasa audit adalah independensi. Dalam melakukan verifikasi auditor

harus bersikap independen. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk

membuktikan apakah tenur dan reputasi KAP akan menurunkan atau menaikkan

independensi auditor. Watts dan Zimmerman (1981) menyatakan bahwa auditor

seharusnya berkewajiban memelihara sikap independensi, dalam kondisi

ketiadaan regulasi sekalipun, sehingga self-monitoring mungkin sudah cukup

memadai.

Dalam Irianto (2011), independensi juga terkait dengan kompetensi auditor.

Independensi merupakan karakteristik pada diri auditor yang membuatnya mampu

mengatasi tekanan atau pengaruh dari pihak-pihak tertentu ketika melaksanakan

tugasnya sebagai auditor, sedangkan kompetensi merupakan karakteristik auditor

10

sebagai hasil dari pendidikan dan pengalaman, termasuk juga pengembangan

berkelanjutan dari individu dan profesi (AAA 1973:15–17). Lebih lanjut

kompetensi auditor dapat memberikan garansi akan kualitas audit. Kompetensi

dan independensi auditor merupakan dimensi kualitas audit yang disebut dengan

kekuatan pengawasan auditor atau auditor monitoring strength (Watkins et al.

2004). Watkins et al. (2004) menguraikan bahwa kekuatan pengawasan auditor

berperan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan melalui kemampuannya

untuk meningkatkan kualitas informasi keuangan, yaitu meningkatkan ketajaman

(fineness) informasi, mengurangi kekaburan (noise) informasi, dan meminimalkan

bias dalam informasi keuangan yang disajikan oleh klien. Kekuatan pengawasan

auditor menunjukkan kemampuan auditor dalam meminimalkan perbedaan antara

kondisi ekonomi perusahaan sebagaimana dilaporkan dan kondisi ekonomi

perusahaan sesungguhnya (Watkins et al. 2004).

2.1.3 Sejarah Rotasi Auditor

Serangan terhadap profesi akuntansi telah mencapai level epidemic pada beberapa

tahun belakangan ini (Hoyle, 1978). Banyak usulan yang telah muncul dengan

maksud memperbaiki profesi ini. Salah satu proposal yang dikeluarkan oleh

masyarakat adalah meminta perusahaan-perusahaan publik untuk melakukan

rotasi auditor independen secara periodik. Rotasi mandatori telah banyak diterima

dan mendapat rekomendasi dari banyak pihak sebab diharapkan akan berpengaruh

signifikan pada praktik pengauditan. Meskipun rotasi mandatori telah banyak

didiskusikan selama kurang lebih 70 puluh tahun dan saat ini sudah menjadi

ketentuan wajib, namun profesi akuntansi belum sepakat mengenai hal ini.

11

Profesi akuntansi berargumen bahwa proposal ini akan meningkatkan kos audit

bagi klien, menurunkan kualitas audit dan hanya memberikan sedikit manfaat.

Seidman adalah salah seorang mantan presiden American Institute of CPA

(AICPA) berpendapat bahwa terlalu sering audit diarahkan untuk kepentingan

manajemen daripada kepentingan publik. Seidman berpendapat bahwa

melindungi publik merupakan alasan yang tepat bagi keberadaan auditor (Hoyle,

1978). Profesi akuntansi seharusnya bertanggung jawab terhadap publik.

Kepuasan perusahaan atau manajemen merupakan ketidakpuasan bagi publik

terhadap auditor. Profesi akuntan publik seharusnya bekerja memberikan

kepuasan kepada publik (Hoyle, 1978).

Sejak tahun 2003, Menteri Keuangan RI telah berusaha memunculkan Racangan

Undang-Undang Akuntan Publik (RUUAP) yang didalamnya mengatur tentang

rotasi wajib bagi auditor dan KAP. Namun RUUAP tersebut masih terus direvisi

dan belum disahkan. Untuk mengisi kekosongan regulasi terhadap akuntan publik

itu, Menteri Keuangan RI mengeluarkan beberapa peraturan, salah satunya adalah

Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008. Dalam bab 2, pasal 3, ayat 1,

peraturan tersebut disebutkan batasan masa pemberian jasa audit selama tiga

tahun untuk auditor dan enam tahun untuk KAP (Kementerian Keuangan RI,

2008). Peraturan ini memperkuat keputusan Menteri Keuangan RI No. 359 tahun

2003 (Kementerian Keuangan RI, 2003). Peraturan-peraturan ini menimbulkan

polemik panjang di kalangan akuntan publik sampai saat ini.

12

2.2 Kualitas Audit

Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas gabungan dari kemampuan

seorang auditor untuk menemukan suatu pelanggaran dalam pelaporan keuangan

klien, dan melaporkan pelanggaran tersebut (DeAngelo, 1981). KAP yang lebih

besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan

menikmati reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis dan karena itu, akan berusaha

untuk mempertahankan independensi mereka untuk menjaga image mereka

(Nasser et al., 2006).

Menurut Indah (2010) dari pengertian tentang kualitas audit berpendapat bahwa

auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk

memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh

manajemen perusahaan untuk dapat menjalankan kewajibannya. Ada tiga

komponen yang harus dimiliki auditor untuk menjalani kewajibannya sebagai

seorang auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi, dan due professional

care. Menurut Hartadi (2012) kualitas merupakan profesionalisme kerja yang

harus benar-benar dipertahankan oleh akuntan publik profesional. Independen

sangat penting dimiliki oleh auditor dalam menjaga kualitas audit dimana akuntan

publik lebih mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan manajemen

atau kepentingan auditor sendiri dalam membuat laporan auditan. Hasil audit

yang berkualitas dapat mempengaruhi citra dari Kantor Akuntan Publik sendiri,

dimana kualitas audit yang mengandung kejelasan informasi dari hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atas laporan keuangan yang diaudit

sesuai dengan standar auditing. Dalam hal ini kualitas audit dapat dikatakan

13

sebagai upaya auditor dalam mempertahankan independensinya yang berarti

semakin dependen seorang auditor dalam menyatakan opininya maka semakin

tinggi kualitas auditnya. Independensi dapat diukur melalui perbandingan

kesesuaian antara kondisi keuangan dengan opini berupa going concern atau non

going concern.

2.2.1 Opini Going Concern

Dalam Marshall (2015), going concern merupakan kelangsungan hidup usaha

suatu entitas bisnis. Dengan adanya going concern maka suatu entitas bisnis

dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang,

tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek (Setyarno et al., 2006). Jadi, ketika

auditor memberikan opini audit mengenai going concern kepada auditee pada

laporan keuangan yang dihasilkannya, itu merupakan suatu sinyal bahwa auditee

memiliki risiko tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup dalam bisnis

dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Mengacu pada Statement

On Auditing Standar No. 59 (AICPA, 1998) dalam Januarti (2009), auditor harus

memutuskan apakah mereka yakin bahwa auditee akan bisa bertahan di masa

yang akan datang. SA Seksi 508 paragraf 11 huruf c (IAPI, 2011) menyatakan

bahwa keragu-raguan yang besar pada kemampuan entitas usaha untuk dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jadi jika terdapat keragu-raguan yang

besar terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan

keberlangsungan hidupnya, maka auditor dapat memberikan opini audit going

concern.

14

Kemudian dalam Suharyo (2015), SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman

kepada auditor dalam menilai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:

1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan

usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang

pantas, ia harus:

a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan oleh

mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b. menetapkan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.

2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi

danperistiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan peryataan

yang tidak memiliki pendapat.

3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus

dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan bahwa efektifitas rencana

tersebut,diantaranya:

a. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan

tidak memberikan pendapat.

b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan

dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa

pengecualian.

c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak

mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat

tidak wajar.

15

2.2.2 Kondisi Keuangan

Kondisi keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan

dalam pemberian opini going concern. Terdapat sejumlah penelitian yang

mengungkap faktor-faktor yang berkaitan dengan opini going concern, yaitu

Altman and McGouch (1974), Mutchler (1984, 1986), Menon and Schwartz

(1987), Dopuch et al. (1987), Koh (1991), Koh and Tan (1999), Geiger and

Raghunandan (2002), Ghosh and Moon (2004), Geiger And Rama (2006), dan

Haron et al. (2009). Penelitian di Indonesia tentang going concern telah

dilakukan oleh Mayangsari (2003), Santosa dan Wedari (2007), Januarti dan

Fitriani (2008).

Pada penelitian ini kondisi keuangan diukur dengan menggunakan model revised

Altman (2000), dan model tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan kondisi

kesehatan keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dihitung

berdasarkan model Revised Z Score Altman, yaitu Z= 0,717X1 + 0,847X2 +

3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5, dimana X1= working capital/total asset, X2=

retained earning/total asset, X3= earnings before interest and tax/total asset, X4=

book of equity/book value of debt, dan X5= sales/total asset. Apabila nilai Z score

lebih kecil dari 1,21 diprediksi perusahaan mengalami kebangkrutan (black area),

selanjutnya diberi nilai 1. Kemudian apabila nilai Z score 1,21-2,90 maka

perusahaan berada pada gray area, selanjutnya diberi nilai 2. Jika Z score bernilai

lebih dari 2,90 diprediksi perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan (white

area), selanjutnya diberi nilai 3.

16

2.3 PengertianTenur Audit

Tenur audit adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan

jumlah tahun (Junaidi dan Jogiyanto, 2010). Tenur audit dikaitkan dengan dua

konstruk yakni keahlian auditor dan insentif ekonomi. Auditor dapat memperoleh

pemahaman yang lebih baik dari proses bisnis klien, dan risiko. Selain itu tenur

audit terkait dengan kewaspadaan terhadap keakraban auditor dengan klien.

Semakin tinggi kualitas auditor maka perikatan akan diperpanjang. Kedua, tenur

audit dapat menciptakan insentif ekonomi bagi auditor sehingga menjadi kurang

mandiri. Adanya hubungan antara auditor dan klien dalam jangka waktu yang

lama dikhawatirkan akan menimbulkan hilangnya independensi auditor.

Hilangnya independensi dapat dilihat dari semakin sulitnya auditor untuk

memberikan opini audit going concern.

Pemerintah telah mengatur tentang jangka waktu perikatan audit dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008. Peraturan ini menjelaskan bahwa

pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan

oleh KAP paling lama untuk 6 tahun buku berturut-turut dan oleh seorang

Akuntan Publik paling lama untuk 3 tahun buku berturut-turut. Akuntan Publik

dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien tersebut setelah 1 tahun

buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.

2.4 Pengertian Rotasi Semu Audit

Peraturan Rotasi Audit muncul karena kekhawatiran bahwa tenur audit dapat

memiliki dampak negatif terhadap independensi auditor. Meskipun semua hukum

17

telah diatur mengenai masa perikatan antara auditor dengan klien secara jelas akan

tetapi fenomena rotasi semu justru muncul di Indonesia. Rotasi auditor tidak

dapat serta-merta menjustifikasi putusnya hubungan antara auditor dengan klien.

Rotasi semu audit menunjukkan suatu kondisi yang secara formal berdasarkan

peraturan pemerintah, telah terjadi rotasi audit yang menyebabkan hubungan KAP

dengan klien terputus, padahal secara esensial hubungan KAP dengan kliennya

masih tetap berlangsung. Yurianto (2009) memaparkan bahwa secara umum

(praktis), Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tersebut

menimbulkan perilaku tricky yang baru dari KAP maupun partner untuk saling

bertukar bendera maupun partner.

Pada praktiknya meskipun ada peraturan wajib rotasi auditor, KAP yang

melakukan penugasan sebelumnya tidak dipecat klien, meskipun telah dibatasi

jangka waktu pemberian jasa. Untuk kepentingan ini suatu KAP melakukan

pergantian nama KAP untuk dapat mempertahankan klien. Oleh karena itu

auditor masih dapat mengaudit klien yang sama, tanpa melanggar peraturan.

Rotasi semu dapat diilustrasikan berikut ini. Misalnya, PT Bintang diaudit oleh

KAP AB selama 6 tahun berturut-turut. Menurut peraturan, setelah 6 tahun KAP

AB tidak boleh mengaudit PT Bintang sehingga harus dilakukan rotasi KAP.

Namun demikian agar dapat mengaudit PT Bintang, KAP AB berubah nama

menjadi KAP ABC. Jika pada tahun ke 7 klien memberikan penugasan kepada

KAP ABC, dari sisi klien sudah melakukan rotasi auditor, yaitu dari KAP AB

kepada KAP ABC. Secara peraturan hal tersebut tidak melanggar karena setelah6

tahun KAP AB sudah tidak melakukan pemeriksaan pada PT Bintang. Menurut

pandangan peneliti, meskipun sudah tejadi rotasi auditor, secara esensial

18

hubungan antara auditor dengan klien tetap berlangsung, karena sebenarnya KAP

ABC ini merupakan KAP AB yang berubah nama menjadi ABC. Hal tersebut

menunjukkan bahwa perikatan antara auditor dengan klien, masih tetap terjadi,

sehingga dapat mempengaruhi kualitas audit.

Fenomena rotasi semu lainnya yaitu PT Bintang diaudit oleh KAP AB. Menurut

peraturan, setelah 6 tahun klien harus merotasi KAP AB. Selanjutnya pada tahun

ke-7 PT. Bintang diaudit oleh KAP XY. Dalam prakteknya, meskipun yang

kontrak mengaudit adalah KAP XY, tetapi yang melakukan pekerjaan lapangan

adalah auditor dari KAP AB. Selanjutnya pada tahun ke-8, KAP AB sudah dapat

melakukan perikatan kembali dengan PT. Bintang. Hal ini memang sudah sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008. Namun demikian,

fenomena tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya, KAP tidak mau

kehilangan kliennya karena akan berdampak pada penghasilan KAP. Oleh karena

itu sebenarnya hubungan KAP dan klien masih tetap terjalin, meskipun telah

tejadi rotasi auditor. Hoitash, Markelevich and Barragato (2007) menemukan

bahwa pada saat auditor bernegosiasi dengan manajemen tentang besaran tarif fee

yang harus dibayarkan oleh pihak manajemen terhadap hasil kerja laporan

auditan, maka kemungkinan besar akan terjadi konsesi resiprokal yang jelas akan

mereduksi independensi laporan auditan. Tindakan ini jelas menjurus kepada

tindakan yang mengesampingkan profesionalisme, bahwa konsesi resiprokal

tersebut mereduksi kepentingan penjagaan atas independensi auditor.

19

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh regulasi pemerintah mengenairotasi Akuntan

Publik (Partner Auditor) dan Kantor Akuntan Publik terhadap kualitas audit telah

banyak berkembang di Indonesia maupun di negara lainnya. Banyak penelitian

yang mengunggah tentang masalah rotasi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan

Publik karena dianggap sangat berpengaruh terhadap kinerja auditor itu sendiri

maupun keseriusan perusahaan dalam menyajikan laporan keuangannya, serta

hasil dari laporan keuangan auditan itu sendiri, dimana auditor mengaudit laporan

keuangan perusahaan dengan independensi, tingkat kepatuhan dan kecermatan

auditor dalam mengaudit laporan keuangan sebagaimana telah ditetapkan dalam

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI).

Penelitian Junaidi, Hartono, Suwardi dan Miharjo (2010) mengenai Rotasi Semu

dan Tenur KAP pada Independensi dengan Variabel dependen:Independensi KAP

dan Variabel Independen:Rotasi KAP, Rotasi Semu dan Tenur KAP menunjukkan

hasil penelitian sebagai berikut: Tenur KAP berpengaruh negatif terhadap

independensi, Rotasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi,

Rotasi Semu KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap independensi.

Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa rotasi semu audit terjadi di

Indonesia dan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi auditor.

Kemudian tenur audit yang di uji kembali juga ternyata memiliki pengaruh yang

sama dengan rotasi semu audit terhadap independensi auditor atau KAP yang

mana hasilnya yaitu pengaruh yang negatif terhadap independensi.

20

Penelitian Nurlita et al (2010) mengungkapkan lebih lanjut mengenai Kualitas

Audit, dimana Kualitas Audit dilihat dari variabel independen Tenur Kantor

Akuntan Publik, Tenur Akuntan Publik variabel yang dimoderasikan dengan

Auditor Spesialisasi Industri dan menggunakan variabel kontrol Tipe Auditor,

Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan menunjukkan bahwa Tenur Akuntan

Publik, Auditor Spesialisasi Industri berpengaruh terhadap Kualitas Audit Tenur

Akuntan Publik, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Tipe Auditor tidak

berpengaruh terhadap Kualitas Audit, dimana dalam penelitian ini memberi bukti

empiris bahwa terjadi peningkatan dalam kualitas audit yang dilaksanakan oleh

auditor independen seiring dengan bertambahnya tenur Kantor Akuntan Publik,

namun untuk mengatasi efek pembelajaran di awal perikatan, Kantor Akuntan

Publik dapat menggunakan auditor spesialisasi industri.

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar et al. (2012) yang meneliti tentang Audit

Quality dengan variabel independen Audit Tenure and Audit Rotation yang

dikontrol dengan beberapa variabel kontrol Spesialisasi Audit, Ukuran KAP,

Resiko Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan menunjukkan

bahwa Audit Tenure and Audit Rotation, Spesialisasi Audit, Resiko Perusahaan

dan Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Audit Quality. Hasil dari

penelitian ini peneliti menyatakan bahwa hasil pengujian menunjukkan adanya

bukti jika jangka waktu audit yang terlalu lama menurunkan kualitas audit

(meningkatkan besaran manajemen laba), tetapi terdapat temuan juga bahwa jika

dilakukan rotasi auditor akan menurunkan kualitas audit. Hasil pengujian tersebut

mengindikasikan bahwa perlu ada aturan untuk mengatasi dampak negatif dari

21

terlalu panjangnya jangka waktu penugasan audit, tetapi aturan rotasi audit yang

ada saat ini sepertinya belum terlalu efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Marsellia pada tahun 2013 meneliti tentang

kompetensi auditor dan independensi auditor terhadap audit quality yang

dimoderasikan dengan etika auditor mendapatkan hasil bahwa kualitas audit yang

baik dapat dihasilkan dari auditor yang memiliki kompetensi yang baik pula.

Kompetensi sendiri terdiri dari dua dimensi yaitu pengetahuan dan pengalaman.

Pengetahuan yang terus dibaharui dan ditambah, dapat membantu auditor untuk

melaksanakan tugasnya dalam memeriksa laporan keuangan perusahaan serta

menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat diandalkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Indah S (2010) menyatakan hasil dari

penelitiannya bahwa pengalaman dalam melaksanakan audit berpengaruh positif

terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang, sehingga

semakin berpengalaman seorang auditor maka akan semakin baik kualitas audit

yang dilakukannya, pengetahuan seorang auditor berpengaruh positif terhadap

kualitas audit, sehingga semakin dalam dan luas pengetahuan seorang auditor

maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan, lama hubungan dengan

klien berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, sehingga semakin lama

hubungan terjalin antara auditor dengan klien maka kualitas audit yang dilakukan

auditor cenderung semakin rendah, tekanan dari klien berpengaruh negatif

terhadap kualitas audit, sehingga semakin besar tekanan dari klien yang dirasakan

oleh auditor maka kualitas audit yang dilakukan akan semakin rendah, tekanan

dari rekan auditor terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas audit walaupun

22

tidak sepenuhnya dirasakan manfaatnya. Tetapi terbukti bahwa telaah dari rekan

auditor bisa menjamin bahwa pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan

standar profesional yang berlaku dan berkualitas sehinggadapat meningkatkan

kualitas audit, jasa non audit yang diberikan KAP berpengaruh negatif terhadap

kualitas audit, sehingga semakin banyak jasa non audit yang dikerjakan oleh

seorang auditor, maka auditor cenderung semakin berpihak pada klien. Hal ini

bisa berakibat menurunnya independensi seorang auditor yang akhirnya berimbas

pada kualitas hasil audit yang cenderung semakin menurun.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti danTahun

TopikPenelitian

Metodologi Variabel Hasil

Junaidi,Hartono,SuwardidanMiharjo(2010)

Rotasi Semudan TenurKAP padaIndependensi

AnalisisRegresiLogistik

Variabeldependen:IndependensiKAP

VariabelIndependen:Rotasi KAP,Rotasi Semudan TenurKAP

Tenur KAP berpengaruhnegatif terhadapindependensi, Rotasi KAPtidak berpengaruh signifikanterhadap independensi,Rotasi Semu KAPberpengaruh negatifsignifikan terhadapindependensi.

Nurlitaet.al (2010)

Tenur KantorAkuntanPublik, TenurPartner Audit,AuditorSpesialisasiIndustri , danKualitas Audit

MultipleRegressionAnalysis,danModeratingRegressionAnalysis

Variabeldependen:KualitasAudit

VariabelIndependen:Tenur KantorAkuntanPublik, TenurAkuntanPublik

Tenur Akuntan Publik,Auditor Spesialisasi IndustriBerpengaruh TerhadapKualitas AuditTenur Akuntan Publik,Umur Perusahaan, UkuranPerusahaan, Tipe Auditortidak Berpengaruh TerhadapKualitas Audit

23

VariabelModerasi:AuditorSpesialisasiIndustri

VariabelKontrol: TipeAuditor,UmurPerusahaan,UkuranPerusahaan

Indah(2010)

PengaruhKompetensidanindependensiAuditorterhadapKualitas Audit

MultivariateRegression

Variabeldependen:Audit Quality

Variabelindependen:PengalamanAuditor,PengetahuanAuditor,Lamahubungandengan klien,Tekanan dariklien,Tekanan darirekan auditor,Jasa nonaudit yangdiberikanKAP.

Pengalaman Auditor,Pengetahuan Auditor danTekanan dari rekan auditorBerpengaruh PositifTerhadap Audit Quality.Lama hubungan denganklien, Tekanan dari kliendan Jasa non audit yangdiberikan KAP BerpengaruhNegatif Terhadap AuditQuality.

Siregaret.al (2012)

Audit Tenure,AuditorRotation, andAudit Quality:The Case ofIndonesia

MultivariateRegression

Variabeldependen:Audit Quality

Variabelindependen:Audit Tenureand AuditRotation

Audit Tenure and AuditRotation berpengaruh positifterhadap Audit Quality

Marsellia,Meiden,danHermawan

KompetensiAuditor danIndependensiAuditor

MultivariateRegression

Variabeldependen:Audit Quality

Kompetensi Auditor,Independensi Auditor,Kompetensi Auditor yangdiperkuat Etika Auditor dan

24

(2013) terhadap AuditQuality yangdimoderasikandengan EtikaAuditorMultivariateRegression

Variabelindependen:KompetensiAuditor danIndependensiAuditor

VariabelModerator:Etika Auditor

Independensi Auditor yangdiperkuat Etika AuditorBerpengaruh PositifTerhadap Audit Quality

2.6 Kerangka Pemikiran

Rotasi audit adalah upaya pemerintah dalam memberikan batasan waktu perikatan

kerja sama antara auditor atau Kantor Akuntan Publik dengan kliennya atau suatu

perusahaan sehingga dapat dicegah munculnya overfamiliarity yang mengganggu

independensi auditor. Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17 Tahun 2008

dijelaskan tentang pembatasan masa pemberian jasa auditor dimana dalam

pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk

enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama

untuk tiga tahun buku berturut-turut.

Namun dalam praktiknya justru muncul fenomena rotasi semu, sehingga

fenomena ini menjadi satu hal yang penting untuk penelitian empiris. Rotasi

semu auditor (KAP) menunjukkan suatu kondisi secara formal berdasarkan

peraturan pemerintah, telah terjadi rotasi KAP yang menyebabkan hubungan KAP

dengan klien terputus, padahal secara esensial hubungan KAP dengan kliennya

masih tetap berlangsung. Apabila melihat upaya dari rotasi audit, dapat

disimpulkan bahwa tujuannya adalah untuk memperpendek tenur audit akibat

25

pengaruh tenur audit yang panjang dapat berdampak pada menurunnya kualitas

audit. Sementara rotasi semu yang seolah-olah melaksanakan rotasi audit tetapi

secara esensial tidak terputus perikatannya dengan klien dapat diartikan sebagai

upaya untuk melakukan tenur panjang tanpa harus melanggar aturan pemerintah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rotasi semu audit sama dengan tenur

audit. Apabila dilihat pengaruhnya terhadap kualitas audit, rotasi semu audit dan

tenur audit sama-sama mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Atas

dasar pemikiran ini, perlu diadakan penelitian yang dapat membuktikan secara

empiris pengaruh antara rotasi semu audit dan tenur audit terhadap kualitas audit .

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

VARIABEL INDEPENDEN

VARIABEL DEPENDEN

VARIABEL KONTROL

TENURAUDIT

ROTASI SEMUAUDIT

KUALITAS OPINIAUDIT

(-)

(-)

REPUTASIKAP

UKURANPERUSAHAAN

(+)

(+)

26

2.7 Perumusan Hipotesis

2.7.1 TenurAudit Berpengaruh Negatif Terhadap Kualitas Opini Audit

Hasil laporan keuangan auditan yang berkualitas oleh auditor selain adanya sikap

independensi dan profesional kerja yang harus dimiliki oleh auditor, maka

diperlukan juga audit tenure untuk menjaga sikap independensi dan meningkatkan

kualitas kerja. Dengan adanya masa perikatan antara auditor dengan perusahaan

untuk mengaudit laporan keuangan klien maka hasil auditan laporan keuangan

perusahaan akan lebih berkualitas. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sikap

dari auditor yang berinteraksi terlalu dekat dengan klien sehingga tidak

mengganggu sikap independensi yang dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan

tugasnya.

Hubungan antara auditor dengan klien seharusnya mampu mengakomodasi

kualitas audit yang optimal. Masa perikatan yang terlalu singkat waktunya dapat

menyebabkan pengetahuan spesifik tentang klien masih sedikit sehingga kualitas

audit rendah. Jika terlampau panjang bisa menyebabkan turunnya independensi

dan obyektivitas akibat keakraban berlebihan antara kedua pihak (Permana, 2012).

Mgbame, et al. (2012) dalam penelitian yang dilakukan di Nigeria membuktikan

secara empiris bahwa adanya hubungan negatif antara masa perikatan (audit

tenure) dengan kualitas audit. Jadi, untuk masa perikatan audit yang berhubungan

dengan hasil audit yang berkualitas masih diperdebatkan sebagai temuan yang

dapat menunjukan pengaruhnya terhadap kualitas audit. Penelitian yang

dilakukan oleh Giri (2010) membuktikan bahwa variabel audit tenure

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel kualitas audit. Siregar et al.

(2012) menemukan bukti bahwa masa perikatan (audit tenure) yang lama dapat

27

mempengaruhi rendahnya kualitas audit sebelum rotasi mandatory auditor

diterapkan.

H1: Tenur audit berpengaruh negatif terhadap kualitas opini audit.

2.7.2 Pengaruh Rotasi Semu Audit terhadap Kualitas Opini Audit

Irianto et al. (2014) mengungkapkan ketatnya aturan rotasi audit telah

menimbulkan banyak reaksi dan perdebatan. Perdebatan mengenai perlu tidaknya

keberadaan regulasi rotasi audit ini telah mendorong dilakukannya penelitian yang

ditujukan untuk memberikan bukti empiris bagi masing-masing argumen

mengenai konsep rotasi partner audit maupun KAP. Adapun reaksi yang muncul

akibat peraturan rotasi audit yaitu munculnya sikap tricky yang melakukan upaya

rotasi semu audit. Rotasi semu auditor (KAP) menunjukkan suatu kondisi yang

secara formal berdasarkan peraturan pemerintah, dimana telah terjadi rotasi KAP

yang menyebabkan hubungan KAP dengan klien terputus, padahal secara esensial

hubungan KAP dengan kliennya masih tetap berlangsung. Dengan kata lain rotasi

semu merupakan usaha untuk memperpanjang tenur audit dengan klien lama

tanpa melanggar aturan pemerintah. Apabila rotasi semu terus berlanjut maka

dampaknya akan sama dengan tenur audit yaitu berkurangnya sikap independensi

auditor dan berdampak pada menurunnya kualitas audit.

H2 : Rotasi Semu Audit berpengaruh negatif terhadap kualitas opini audit.

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian dipilih

dengan menggunakan pendekatan purposive sampling. Masa perikatan antara

auditor (KAP) dengan klien (tenur auditor) yang diizinkan, sebelum muncul

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17 tahun 2008 adalah 6 tahun. Penelitian ini

menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang mengalami rotasi semu

auditor (KAP) pada tahun 2014 dengan mengamati laporan keuangan selama 8

tahun yaitu tahun 2007-2014. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah

perusahaan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang sahamnya aktif diperdagangkan tahun 2014.

2. Perusahaan sampel memiliki data keuangan yang diperlukan untuk menghitung

variabel penelitian dari tahun 2007-2014.

3. Tenur KAP dengan klien ditentukan dengan jumlah tahun masa perikatan KAP

dengan klien dalam kurun waktu 2007-2014.

4. Rotasi semu ditentukan berdasarkan kriteria tertentu.

29

3.2 Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Penelitian ini

menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Data yang diperlukan terkait dengan model penelitian yang akan diuji.

Untuk pengujian model data yang diperlukan adalah tenur KAP, rotasi semu

KAP, ukuran perusahaan, rasio-rasio keuangan, opini auditor dan KAP afiliasi.

3.3 Model Penelitian

Model ini mengukur pengaruh tenur dan rotasi semu pada kecenderungan

penebitan opini going concern oleh auditor, dengan mempertimbangkan beberapa

variabel kontrol, yaitu:

IND= a + b₁TENUR + b₂ROTSE + b₃KAP + b₄LNTA +e(1)

Notasi:

IND: independensi merupakan variabel dummy, bahwa angka 1 menunjukkan

independen, dan 0 tidak independen.

TENUR: jangka waktu hubungan auditor dengan klien, diukur dalam jumlah

tahun

ROTSE: Rotasi semu yang diukur dengan variabel dummy, bahwa 1

menunjukkan adanya rotasi semu, dan 0 tidak melakukan rotasi semu.

KAP= Reputasi KAP, yang dibedakan atas big 4 (diberikan kode 1) dan nonbig 4

(diberikan kode 0).

LNTA= Log total aset.

30

3.4 Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Independensi

Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam

melakukan pengujian audit, mengevaluasi hasilnya, dan membuat laporan audit.

Matrik di bawah ini menunjukkan hubungan antara kondisi keuangan perusahaan

dengan opini yang diberikan auditor atas laporan keuangan tersebut untuk

mengukur independensi KAP.

Untuk opini yang diberikan auditor dibedakan menjadi dua, yaitu opini going

concern dan bukan going concern. Selanjutnya kondisi keuangan perusahaan

ditunjukkan dengan nilai Z Score Altman. Probabilitas suatu perusahaan

mengalami kesulitan keuangan, yang diukur dengan revised Z Score Altman

model yaitu Z= 0,717XI + 0,847X2 + 3,107X + 0,420X4 + 0,998X5. Kondisi

keuangan perusahaan dihitung berdasarkan model Revised Z Score Altman. Jika

nilai Z score < 1,21 diprediksi perusahaan mengalami kebangkrutan (distress),

selanjutnya diberi nilai 1. Jika Z Score bernilai antara 1,21-2,90 maka diprediksi

perusahaan tidak mengalami kepastian untuk tetap sehat keuangannya (grey area),

selanjumya diberi nilai 2. Jika Z Score bernilai lebih dari 2,90 diprediksi

perusahaan tidak mengalami kebangkrutan (non distress), selanjutnya diberi nilai

3. Untuk variabel independensi dapat ditunjukkan dengan matrik 2x3 sebagai

berikut:

31

Tabel 3.1

Matrik Kondisi Keuangan

Kondisi Opini

GCO NGCO

Distress (D) I NI

Grey Area (GA) I I

Non Distress (ND) NI I

Notasi:

Distress= perusahaan mengalami kesulitan keuangan

Grey Area= tidak dapat ditentukan apakah perusahan sehat ataupun

mengalami kebangkrutan

Non Distress= perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan berdasarkan

metode Altman.

GCO (going concern opinion)= opini going concern yang diberikan auditor

NCGO (non going concern opinion)= opini non going concern yang

diberikan auditor

NI (not independent)= menunjukkan auditor tidak independen

I(independent)= menunjukkan auditor independen

Matrik tersebut menggambarkan hubungan antara hasil opini dengan kondisi

keuangan perusahaan. Hasil opini yang dikeluarkan KAP dikelompokkan

menjadi dua yaitu opini going concern dan non going concern. Selanjutnya

untuk kondisi keuangan ditunjukkan dengan kondisi distress, grey area, dan

non distress.

32

3.4.2 Opini going concern

Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam

pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan

atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP,2011).

Opini audit yang termasuk opini going concern adalah sebagai berikut:

a) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa

penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language).

b) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of

opinion report).

Maksud dari opini going concern adalah jika dalam laporan auditor independen

terdapat pernyataan auditor atas kelangsungan hidup entitas, baik yang tertera

dalam paragraf ke empat laporan auditor independen maupun dalam penjelasan

atas laporan keuangan auditan (Sinarwati, 2010).

Ketika kondisi perusahaan distress seharusnya auditor memberikan opini going

concern (GCO), jika tidak memberikan opini GCO dapat dikatakan auditor tidak

independen. Selanjutnya ketika kondisi perusahaan non distress seharusnya

auditor memberikan opini non going concern (NGCO), jika tidak memberikan

opini NGCO dapat dikatakan auditor tidak independen. Jika perusahaan pada

kondisi distress (D) dan opini auditnya GCO maka auditor independen, dan

perusahaan pada kondisi non distress (ND) dan opini auditornya NGCO, maka

auditonya independen. Sedangkan perusahaan pada kondisi grey area (GA), dan

auditor memberikan opini baik GCO dan NGCO, diasumsikan auditornya

independen.

33

3.4.3 Tenur auditor (KAP)

Variabel tenur KAP menunjukkan lama hubungan antara klien dengan auditor

yang diukur dengan jumlah tahun, mengikuti riset Myers et al. (2003) dan Ghosh

and Moon (2005). Namun dalam penelitian ini dibatasi perhitungan kerjasama

antara KAP dengan kliennya dalam kurun waktu tahun 2007-2014. Kemudian

perhitungan kerjasama antara KAP dan klien berdasarkan analisis penulis

terhadap perikatan kerja sama KAP dan kliennya yang faktual bukan hanya yang

secara formal.

3.4.4 Rotasi Semu KAP

Rotasi semu menunjukkan suatu kondisi bahwa seakan telah terjadi rotasi KAP

sesuai peraturan, akan tetapi pada hakikatnya hubungan KAP dengan klien masih

terjalin. Rotasi semu merupakan variabel dummy, bahwa 1 menunjukkan kategori

rotasi semu, dan 0 menunjukkan kategori bukan rotasi semu. Rotasi semu terjadi

ketika setelah masa penugasan pertama (6 tahun), klien mengganti KAP yang

mengauditnya dengan KAP lain, berselang 1 tahun klien menunjuk kembali KAP

sebelumnya yang telah mengaudit selama 6 tahun tersebut. Pada masa peralihan

tersebut sebenarnya yang melakukan pekerjaan lapangan dalam proses

pemeriksaan adalah dari KAP sebelumnya.

Selain itu rotasi semu terjadi juga ketika KAP berganti nama, setelah masa

penugasan pertama berakhir menurut ketentuan peraturan menteri keuangan. Hal

ini memang tidak melanggar peraturan pemerintah. Jika KAP berganti nama,

secara otomatis KAP yang bersangkutan masih dapat mengaudit klien yang sama

34

selama masih diminta klien. Secara esensial jika KAP berganti nama setelah

masa penugasan pertama berakhir dan kembali mengaudit klien yang sama, hal ini

sebenarnya merupakan rotasi semu.

Rotasi semu juga diartikan sebagai “pindah sementara” ke auditor yang lain.

Seperti yang diungkapkan sebelumnya bahwa bukan klien yang mencari sendiri

auditor pengganti karena peraturan mewajibkan untuk pindah auditor, namun

yang terjadi auditor KAP yang lama dapat merekomendasikan auditor KAP baru

untuk mengaudit klien tersebut sebelum kembali diaudit oleh auditor KAP lama.

Praktik ini tampaknya diikuti dengan kesepakatan di bawah tangan bahwa setelah

satu tahun berpindah ke KAP yang baru, klien akan kembali kepada KAP yang

lama. Dengan kata lain praktik rotasi audit masih dapat disiati dengan “pinjam

bendera” KAP lain agar klien tetap bisa diupayakan untuk diaudit oleh auditor

sebelumnya. Sehingga kewajiban untuk melaksanakan rotasi audit dapat dihindari.

3.5 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi logistik untuk melihat pengaruh

tenur KAP, dan rotasi semu terhadap kualitas audit yang diukur dengan

kesesuaian opini going concern atau non going concern dengan kondisi keuangan

perusahaan perusahaan. Menurut Bellovary et al. (2007) analisis logit dan model

neural network (jaringan syaraf tiruan) telah menyediakan tingkat keberhasilan

tertinggi, dengan tingkat akurasi klasifikasi mencapai 100%. Hal ini tidak

mengherankan karena analisis logit dan jaringan syaraf tiruan telah digunakan

paling banyak untuk mengembangkan model prediksi going concern.

35

Pengujian hipotesis menggunakan metode regresi logistik dengan tahapan sebagai

berikut.

(1) Analisis deskriptif.

(2) Melakukan uji asumsi klasik.

(3) Menilai kelayakan model dengan pengujian hosmer and lemeshow’s

godness of fit lebih besar dari 0,05, berarti model regresi dapat diterima

karena tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi prediksian dengan

klasifikasi amatan.

(4) Menganalisis koefisien determinasi (Nagelkerke R Square), untuk

menunjukkan variabilitas variabel independen dapat menjelaskan

variabilitas variabel dependen.

(5) Menguji koefisien regresi. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari alfa 5%,

maka secara statistika hipotesis 1 dan 2 yang disajikan didukung.

49

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rotasi semu audit dan tenur

audit terhadap kualitas opini audit atau independensi KAP pada perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 dengan mengamati 8 tahun laporan

keuangan perusahaan manufaktur (2007-2014). Adapun variabel kontrol pada

penelitian ini yaitu reputasi KAP dan ukuran perusahaan atau Ln total aset yang

diduga merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas opini audit.

Dari hasil beberapa pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, diperoleh

beberapa simpulan sebagai berikut:

a. Hasil pengujian analisis regresi logistik dengan α = 0,05 diperoleh p-value yang

lebih besar dari alpha (α), tingkat signifikan rotasi semu sebesar 0,874

menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh rotasi semu

terhadap kualitas opini audit atau independensi KAP selama delapan tahun

pengamatan (2007-2014) untuk periode tahun 2014.

b. Hasil pengujian analisis regresi logistik dengan α = 0,05 diperoleh p-value yang

lebih kecil dari alpha (α), tingkat signifikansi tenur audit sebesar 0,033

menunjukkan bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh tenur audit secara

50

positif terhadap kualitas opini audit atau independensi KAP selama delapan tahun

pengamatan (2007-2014) pada periode tahun 2014.

c. Hasil pengujian analisis regresi logistik dengan α = 0,05 diperoleh p-value yang

lebih besar dari alpha (α), tingkat signifikan reputasi KAP sebesar 0,996

menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh reputasi

KAP terhadap kualitas opini audit atau independensi KAP selama delapan tahun

pengamatan (2007-2014) untuk periode tahun 2014.

d. Hasil pengujian analisis regresi logistik dengan α = 0,05 diperoleh p-value yang

lebih besar dari alpha (α), tingkat signifikan ukuran perusahaan atau Ln total aset

sebesar 0,219 menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat

pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas opini audit atau independensi KAP

selama delapan tahun pengamatan (2007-2014) untuk periode tahun 2014.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan

selanjutnya dalam penelitian rotasi semu:

1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel rotasi semu, tenur

audit, reputasi KAP, dan ukuran perusahaan terhadap kualitas opini audit atau

independensi KAP. Variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh juga

terhadap kualitas opini audit tidak diuji dalam penelitian ini.

2. Penelitian rotasi semu ini hanya memperhatikan pergantian pada tingkat KAP

dalam laporan keuangan perusahaan, tidak memperhatikan pergantian auditor

51

independen yang bertanggung jawab pada pemberian opini audit pada

kliennya.

3. Peneliti mengalami kesulitan dalam mengumpulkan laporan keuangan

perusahaan manufaktur selama 8 tahun amatan, sehingga periode waktu yang

dapat diteliti hanya 1 tahun yaitu pada tahun 2014.

5.3 Saran

Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan rotasi semu sebaiknya

mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih

baik dan akurat, yaitu;

1. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat menambah variabel independen

seperti rasio-rasio keuangan. Kemudian sebaiknya dalam penelitian

selanjutnya melihat auditor yang bertanggung jawab terhadap pemberian opini

audit.

2. Beberapa variabel tidak terbukti pada penelitian ini sebaiknya pada penelitian

selanjutnya digunakan proxy yang lain dari variabel tersebut, sehingga

diharapkan dapat mencerminkan variabel yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Altman, E., dan T. McGough. 1974. Evaluation of A Company as A GoingConcern. Journal of Accountancy. Desember, Hlm. 50-57.

Carcello, Joseph V., and Albert L. Nagy. 2004. Audit Firm Tenure and FradulentFinancial Reporting. Auditing: A Journal of Practice & Theory 23 (2): 55-69

Carey, P. dan R. Simnett. 2006. Audit Partner Tenure and Audit Quality. TheAccounting Review 81 (3): 653–676.

Chen, C., C. Lin, dan Y. Lin. 2008. Audit Partner Tenure, Audit Firm Tenure, andDiscretionary Accruals: Does Long Auditor Tenure Impair EarningsQuality?. Contemporary Accounting Research 25 (2): 415–445.

Chi, W., dan H. Huang. 2005. Discretionary Accruals, Audit-Firm Tenure, andAudit-Partner Tenure: Empirical Evidence from Taiwan. Journal ofContemporary Accounting and Economics 1 (1): 65–92.

Cameran,M, Prencipe, A, dan Tombretta, M. 2008. Earnings management, audittenure and auditor changes: does mandatory auditor rotation improve auditquality?. Diakses pada http ://www.fdewb.unimaas.nl/

DeAngelo, L.E. 1981. Auditor Independence, ‗Low Balling‘, and DisclosureRegulation. Journal of Accounting and Economics 3 (2): 113–127.

Dopouch, Nicholas, Robert W. Holthausen, and Richard W. Leftwich Source.1987. Predicting audit qualifications with financial and market variables.The Accounting Review 62 (3): 431-454

Geiger, Marshall A., and Raghunandan, K. 2002. Auditor Teure and AuditReporting Failures. Auditing: A Journal of Practice & Theory 21 (1): 67-78

Geiger, Marshall A. & Rama, Dasaratha V. (2006). Audit firm size and goingconcern reporting accuracy. Accounting Horizons 20(1), 1-17.

Ghozali, Imam.2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.Badan Semarang : Penerbit UNDIP

Giri, E. F. 2010. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan ReputasiKAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia.Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. 4 p

Hartadi, B. 2012. Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditorterhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi danKeuangan. 16(1):84-103 p.

Hoitash, Rani, Ariel Markelevich, and Charles A. Barragato. 2007. Auditor Feesand Audit Quality. Managerial Auditing Journal 22 (8): 761-786

Hoyle, J. 1978. Mandatory Auditor Rotation: The Arguments and an Alternative.The Journal of Accountancy 145 (5): 69–78.

Irianto, G., et al. 2014. Kamuflase dalam Praktik Rotasi Auditor. Jurnal AkuntansiMultiparadigma. 5(3):345—510 p.

Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: ManagerialBehavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financialand Economics 3 (4): 305–360.

Januarti, Indria. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit GoingConcern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia). Makalah Disampaikan Dalam Simposium Nasional AkuntansiXII. Palembang: 4-6 November.

Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Non Keuangan pada Opini AuditGoing Concern. Disampaikan Pada Simposium Nasional Akuntansi XIII.Purwokerto.

Januarti, I. & Fitrianasari, E. (2008). Analisis rasio keuangan dan rasio nonkeuangan yang mempengaruhi auditordalam memberikan opini audit going concern pada auditee. Jurnal Maksi8(1), 43-58.

Junaidi, et al. 2012. Rotasi Semu dan Tenur KAP pada Independensi.. UniversitasTeknologi Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Diakses29 November 2015.http://doctor.feb.ugm.ac.id/msc/index.php?option=com_content&view=article&id=522:junaidi&catid=55:s3-ak-2014&Itemid=78

Kurniasih, M. 2014. Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, dan Rotasi AuditTerhadap Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi UniversitasDipenogoro. Semarang. 17--18 p

Koh, H. C. (1991). Model predictions and auditor assessments of going concernstatus. Accounting and Business Research 21(84), 331-338.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. 20/PM/2002tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di PasarModal (Peraturan No. VIII.A.2).

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan(BAPEPAM-LK) No. 310/BL/2008 tentang Independensi Akuntan yangMemberikan Jasa di Pasar Modal (Peraturan No. VIII.A.2).

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002tentang Jasa Akuntan Publik.

Marshall, B. 2015. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit dan Financial Distressterhadap Penerimaan Opini Going Concern. Skripsi. Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas Lampung. Bandarlampung. 14 p

Maradona, A.G. 2009. Tenur Auditor Dan Kualitas Audit: Suatu PembuktianBagi Kewajiban Rotasi Auditor Di Indonesia. Thesis. Fakultas EkonomiUniversitas Brawijaya

Mayangsari, S. 2007. The Auditor Tenure and the Quality of Earnings: IsMandatory Auditor Rotation Useful?. Makalah disajikan pada SimposiumNasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin, Makasar, 26-28 Juli 2007

Mutchler, Jane F. 1984. Auditors’ Perception of The Going-Concern OpinionDecision. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 3, No. 2: 17-30.

Menon, K. & Schwartz, K. B. (1987). An empirical investigation of auditqualification decision in the presence of going concern uncertainties.Contemporary Accounting Research 3(2), 302-315.

Myers, J.N., L.A. Myers, dan T.C. Omer. 2003. Exploring the Term of the Audit-Client Relationship and the Quality of Earnings: A Case for MandatoryAuditor Rotation. The Accounting Review 78 (3): 779–799.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadapPendapat Audit: Sebuah kuasi eksperimen. Jurnal Riset AkuntansiIndonesia 6 (1): 1-22

Perdana, M. A. 2014. Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik dan RotasiAkuntan Publik (Partner Auditor) terhadap Kualitas Audit. Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Semarang. 20 p

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008tentang Jasa Akuntan Publik.

Suharyo, S. 2015. Pengaruh Opini Going Concern, Pergantian Manajemen,Reputasi Auditor dan Financial Distress terhadap Pergantian KantorAkuntan Publik pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa EfekIndonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.Bandarlampung. 16-17 p

Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit,Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya danPertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. MakalahDisampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-26Agustus

Santosa, Arga Fajar., dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini AuditGoing Concern. UNIKA Soegijapranata. Semarang.

Watkins, A.L., W. Hillison, dan S.E. Morecroft. 2004. Audit Quality: A Synthesisof Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature 23:153–193.

Watts, R.L. dan J.L. Zimmerman. 1983. Agency Problem, Auditing, and theTheory of the Firm. Journal of Law and Economics 26 (3): 613–633.