PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

17
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145 129 PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI INDONESIA MELIZA HUMAIRA 1 , NURHALIS 2 1) Mahasiswa Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 1) e-mail: [email protected] Abstract: : In a company of go public is often happened the conflict between of stockholder with the manager, this conflict can be reduce by managerial ownership, risk, debt, and dividend. The purpose of this study are examines and analyzes the effect of risk business, debt policy, and dividend policy to managerial ownership. Sample research as much 11 manufacturing companies in Indonesia during 2010 until 2015 period, taken with the method of purposive sampling which the company who owned the ownership of incoming managerial and made cash dividends consistantly during research period. The method analysis is using ordinary least square (OLS) with quadratic model and multiple linier by SPSS program. The results show that: (1) the variable of business risk has no non-linier influence on managerial ownership, the result show that business risk has no significant in positiveand negative impact on managerial ownership, but in linier regression, the influence between business risk and managerial ownershiphas no significantin positive effect (2) debt policy, which is expressed by debt to asset ratio (DAR) has a significant positive influence on managerial ownership, and (3) dividend policy, which is expressed by dividend payout ratio (DPR) has no significant negative influence on managerial ownership. Keyword : Managerial Ownership, Business Risk, Debt Policy, and Dividend Policy. Abstrak: Perusahaan-Perusahaan yang telah go public sering mengalami konflik antara Pemegang saham dan manajer. Konflik agensi dapat dikurangi melalui kepemilikan manajerial, tingkat risiko bisnis, kebijakan utang serta kebijakan dividen. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko bisnis, kebijakan utang, dan kebijaka dividen terhadap kepemilikan manajerial. Penelitian ini menggunakan data dari 11 perusahaan manufaktur di Indonesia selama periode 2010 sampai 2015. Metode pengembalian sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Alat analisis yang digunakan pada penelitian adalah ordinary least square (OLS), analisis data dilakukan secara non linier dan linier berganda dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Variabel risiko bisnis tidak memiliki pengaruh non linier terhadap kepemilikan manajerial, variabel risiko bisnis memiliki pengaruh negatif pada level risiko rendah dan positif pada level risiko yang lebih tinggi, namun kedua pengaruh tersebut tidak signifikan.Sedangkan pada model linier hasil pengujian menunjukkan bahwa pengaruh risiko bisnis terhadap kepemilikan manajerial adalah positif dan tidak signifikan. (2) Kebijakan utang yang dinyatakan dengan debt to asset ratio (DAR) memiliki pengaruh positif

Transcript of PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

Page 1: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

129

PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN KEBIJAKAN

DIVIDEN TERHADAP KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA

INDUSTRI MANUFAKTUR DI INDONESIA

MELIZA HUMAIRA1, NURHALIS2

1) Mahasiswa Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala

2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 1)e-mail: [email protected]

Abstract: : In a company of go public is often happened the conflict between of stockholder

with the manager, this conflict can be reduce by managerial ownership, risk, debt, and dividend.

The purpose of this study are examines and analyzes the effect of risk business, debt policy, and

dividend policy to managerial ownership. Sample research as much 11 manufacturing

companies in Indonesia during 2010 until 2015 period, taken with the method of purposive

sampling which the company who owned the ownership of incoming managerial and made cash

dividends consistantly during research period. The method analysis is using ordinary least

square (OLS) with quadratic model and multiple linier by SPSS program. The results show that:

(1) the variable of business risk has no non-linier influence on managerial ownership, the result

show that business risk has no significant in positiveand negative impact on managerial

ownership, but in linier regression, the influence between business risk and managerial

ownershiphas no significantin positive effect (2) debt policy, which is expressed by debt to asset

ratio (DAR) has a significant positive influence on managerial ownership, and (3) dividend

policy, which is expressed by dividend payout ratio (DPR) has no significant negative influence

on managerial ownership.

Keyword : Managerial Ownership, Business Risk, Debt Policy, and Dividend Policy.

Abstrak: Perusahaan-Perusahaan yang telah go public sering mengalami konflik antara

Pemegang saham dan manajer. Konflik agensi dapat dikurangi melalui kepemilikan manajerial,

tingkat risiko bisnis, kebijakan utang serta kebijakan dividen. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh risiko bisnis, kebijakan utang, dan kebijaka dividen terhadap kepemilikan

manajerial. Penelitian ini menggunakan data dari 11 perusahaan manufaktur di Indonesia

selama periode 2010 sampai 2015. Metode pengembalian sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria

tertentu. Alat analisis yang digunakan pada penelitian adalah ordinary least square (OLS),

analisis data dilakukan secara non linier dan linier berganda dengan menggunakan program

SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Variabel risiko bisnis tidak memiliki pengaruh

non linier terhadap kepemilikan manajerial, variabel risiko bisnis memiliki pengaruh negatif

pada level risiko rendah dan positif pada level risiko yang lebih tinggi, namun kedua pengaruh

tersebut tidak signifikan.Sedangkan pada model linier hasil pengujian menunjukkan bahwa

pengaruh risiko bisnis terhadap kepemilikan manajerial adalah positif dan tidak signifikan. (2)

Kebijakan utang yang dinyatakan dengan debt to asset ratio (DAR) memiliki pengaruh positif

Page 2: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

130

dan signifikan terhadap kepemilikan manajerial, dan (3) Kebijakan dividen yang dinyatakan

dengan dividend payout ratio (DPR) memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan

terhadap kepemilikan manajerial pada industri manufaktur di Indonesia.

Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Risiko Bisnis, Kebijakan Utang, dan Kebijakan

Dividen.

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan didirikannya

perusahaan adalah untuk meningkatkan

nilai perusahaan sehingga dengan

meningkatnya nilai perusahaan dapat

memberikan kemakmuran bagi pemilik

perusahaan atau para pemegang saham

(Siallagan dan Machfoedz, 2006). Dalam

menjalankan tujuannya, pemilik dengan

investasi dana yang besar seringkali

menghadapi permasalahan yang berkaitan

dengan pengelolaan perusahaan. Pada

kondisi ini diperlukan suatu strategi

pengelolaan yang baru yakni dengan

menunjuk agen atau manajer yang akan

diberikan tanggung jawab untuk mengelola

perusahaan. Pemilik perusahaan sebagai

pemasok modal menginginkan manajer

dapat bertindak sesuai dengan kepentingan

pemegang saham. Sebaliknya, manajer

yang telah ditunjuk oleh pemilik perusahaan

lebih mementingkan kekayaan pribadinya.

Konsep teori keagenan sebelumnya

telah dicetuskan oleh Jensen & Meckling

(1976) yang menyatakan bahwa teori

keagenan merupakan pemisahan fungsi

decision making yakni pemberian

kepercayaan oleh pemilik perusahaan

kepada manajer dan risk bearing dalam

perusahaan akan menimbulkan suatu

konflik yang dinamakan konflik keagenan

(agency problem). Teori ini menjelaskan

bahwa pemegang saham sebagai pemilik

perusahaan (principal) mendelegasikan

tugas dan wewenang kepada manajemen

(agent) untuk mengelola perusahaan.

Pemegang saham sebagai pemilik

perusahaan berada di luar perusahaan

sehingga tidak dapat sepenuhnya

mengawasi kinerja perusahaan, sedangkan

manajer berada dalam perusahaan sehingga

lebih mengetahui akan kondisi perusahaan

yang sesungguhnya. Sebagai bentuk

pertanggung jawaban atas pengelolaan

sumber daya perusahaan, manajemen

menerbitkan laporan keuangan yang

bertujuan memberikan informasi kepada

pemilik perusahaan dan para pemakai

laporan keuangan lainnya.

Menurut Adam Smith (1776) pada

kenyataannya manajer akan lebih

mengutamakan kepentingan untuk

mencapai tingkatan gaji dan kompensasi

yang tinggi dibandingkan berusaha untuk

memaksimalkan kemakmuran pemilik

perusahaan. Misalnya, untuk mendapatkan

penghasilan lebih manajer melakukan

ekspansi bisnis tanpa persetujuan para

pemegang saham, menciptakan bisnis yang

berbeda lini dengan produk utama industri,

manajer sering kali menggunakan utang

untuk mendanai bisnis baru tersebut

sehingga akan menimbulkan konflik baru

antara pemilik dengan kreditur. Sehingga

tindakan-tindakan yang dilakukan manajer

ini sering membawa risiko tinggi. Konflik

kepentingan antara manajer dan pemegang

saham dapat diminimumkan dengan suatu

Page 3: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

131

mekanisme pengawasan dan pengendalian

yang bertujuan menyelaraskan berbagai

kepentingan dalam perusahaan. Mekanisme

tersebut akan menimbulkan biaya yang

disebut sebagai biaya keagenan (agency

cost).

Rata-rata persentase kepemilikan

manajerial pada perusahaan mengalami

fluktuasi disepanjang tahun 2010-2015.

Pada tahun 2011, terjadi penurunan

persentase kepemilikan manajerial dari

3,3035% ke 3,1179%. Tahun 2012

persentase kepemilikan manajerial mulai

meningkat menjadi 3,2743%. Pada tahun

2013 rata- rata persentase kepemilikan

manajerial kembali menurun menjadi

3,1194%. Tahun 2014 dan 2015 persentase

kepemilikan manajerial kembali meningkat

menjadi 3,2283% dan 3,4173. Jika dirata-

ratakan tingkat kepemilikan manajerial

pada kurun waktu 6 tahun tersebut adalah

sebesar 3,2434%, yang artinya bahwa dari

total keseluruhan saham yang beredar pada

industri manufaktur di Indonesia tersebut,

persentase kepemilikan manajerial saham

yang dimiliki oleh pihak manajemen

(direktur dan komisaris) adalah sebesar

3,2434% dari total saham yang beredar.

Pada tahun 2011, tingkat risiko bisnis

cenderung menurun bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yakni dari 0,1465

turun menjadi 0,0960. Selanjutnya pada

tahun 2012 tingkat risiko bisnis kembali

meningkat menjadi 0,1242 dibandingkan

dengan tahun 2011. Pada tahun 2013 dan

2014, tingkat risiko bisnis kembali turun

menjadi 0,0969 dan 0,0574. Serta, pada

tahun 2015 tingkat risiko ini kembali

meningkat menjadi 0,1164 yang juga diikuti

dengan peningkatan nilai rata-rata

kepemilikan manajerial. Dari data tersebut,

dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan

2015 nilai rata-rata tingkat risiko dan

kepemilikan manajerial mengindikasikan

adanya pengaruh positif antara risiko

terhadap kepemilikan manajerial. Pada

tahun 2014 menunjukkan adanya pengaruh

negatif antara risiko terhadap kepemilikan

manajerial. Rata-rata nilai variabel utang

pada perusahaan manufaktur di Indonesia

cenderung tidak terlalu berfluktuasi.

Variabel utang pada penelitian ini dilihat

dari total utang perusahaan terhadap total

aset perusahaan. pada tahun 2010, rata-rata

tingkat utang industri manufaktur adalah

sebesar 0,3383. Pada tahun 2011 tingkat

utang meningkat menjadi 0,3662

dibandingkan tahun 2010. Sedangkan pada

tahun 2012 tingkat utang menurun menjadi

0,3544. Pada tahun 2013 dan 2014 tingkat

utang kembali meningkat menjadi 0,3655

dan 0,3671. Akan tetapi, pada tahun 2015

tingkat utang kembali menurun menjadi

0,2918, yang artinya rasio utang pada tahun

2015 adalah rasio utang yang paling sedikit

yaitu sebesar 29,18%. Hubungan ini dapat

dilihat pada tahun 2011 dan 2013 dengan

meningkatnya tingkat menyebabkan

persentase kepemilikan manajerial pada

industri manufaktur menjadi menurun.

Selain itu, rata-rata nilai dividen pada

perusahaan manufaktur juga ikut

berfluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat

berdasarkan perubahan nilai dividen dari

tahun 2010-2015. Terlihat pada tahun 2011

dan 2012 nilai rata-rata dividen terus

mengalami peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,4230 dan

0,5202. Sebaliknya, pada tahun 2013 dan

2014 nilai dividen terus menunjukkan

Page 4: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

132

penurunan berturut-turut yakni 0,4727 dan

0,4013 serta tahun 2015 sedikit meningkat

lagi hingga 0,4182. Indikasi pengaruh

negatif antara dividen dengan kepemilikan

manajerial ditunjukkan pada tahun 2011

dimana peningkatan rata-rata dividen

menyebabkan turunnya rata-rata persentase

kepemilikan manajerial.

Berdasarkan bukti empiris yang ada,

peneliti ingin menguji bagaimana variasi

dari nilai variabel risiko bisnis, utang dan

dividen dapat mempengaruhi variabel

kepemilikan manajerial pada perusahaan

manufaktur yang ikut berfluktuatif.

Penelitian mengenai determinan yang

mempengaruhi kepemilikan manajerial

serta melihat pengaruh non linier variabel

risiko bisnis terhadap kepemilikan

manajerial telah banyak dilakukan baik di

luar negeri maupun di dalam negeri,

terutama dikaitkan dengan masalah

keagenan. Chen dan Steiner (1999)

melakukan pengujian secara simultan non

linier antara kepemilikan manajerial,

kebijakan utang, kebijakan dividen dan risk

taking dengan menggunakan metode

analisis two stage least square (2 SLS) pada

perusahaan yang tercatat di New York Stock

Exchange dari berbagai sektor.

Kepemilikan manajerial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap risiko secara

nonlinier, peningkatan risiko menyebabkan

manajer meningkatkan kepemilikan

sahamnya, tetapi saat risiko berada pada

tingkat tertentu maka manajer yang

mempunyai sifat risk averse cenderung

akan menurunkan tingkat kepemilikan

sahamnya. Pengambilan risiko (risk taking)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepemilikan manajerial. Hal ini

mengidentifikasikan bahwa kepemilikan

manajerial dapat mengurangi konflik antara

manajemen dan pemegang saham luar,

tetapi memperburuk hubungan dengan

debtholder dan shareholder. Kepemilikan

manajerial mempunyai pengaruh negatif

dan multikolinieritas terhadap utang dan

dividen. Hasil ini mengidentifikasi bahwa

utang dan dividen sebagai monitoring

agent yang dapat mengurangi agency

cost. Penelitian lain tentang kepemilikan

manajerial di Indonesia dilakukan oleh

Faisal (2013), yang menemukan bahwa

terdapat pengaruh non linier dari

kepemilikan insider (manajerial) terhadap

nilai perusahaan Industri Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini ingin

mengkaji lebih lanjut pengaruh antara

variabel-variabel dari konflik agensi yaitu

risiko bisnis, kebijakan utang, dan

kebijakan dividen terhadap kepemilikan

manajerial serta menguji pengaruh non

linier dari tingkat risiko bisnis terhadap

kepemilikan manajerial. Penelitian ini

bertujuan (1) Untuk menguji pengaruh non

linier risiko bisnis terhadap kepemilikan

manajerial pada industri manufaktur di

Indonesia, (2) Untuk menguji pengaruh

kebijakan utang terhadap kepemilikan

manajerial pada industri manufaktur di

Indonesia. (3) Untuk menguji pengaruh

kebijakan dividen terhadap kepemilikan

manajerial pada industri manufaktur di

Indonesia.

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Risiko merupakan indikator

ketidakstabilan harga saham dan return

yang diterima oleh pemegang saham

Page 5: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

133

(Gitman, 2006). Perilaku manajer terhadap

risiko dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

manajer yang risk seeker dan manajer risk

aversion (N, 2006). Preferensi atas risiko

tersebut berpengaruh pada besarnya

persentase keterlibatan manajer dalam

memiliki kepemilikan saham perusahaan

(N, 2006). Dewan komisaris dan manajer

dipandang sebagai pihak internal yang

memiliki informasi mengenai kinerja dan

risiko perusahaan. Pada saat mengahadapi

peningkatan risiko, pihak internal akan

mengendalikan persentase kepemilikan

sahamnya dalam jumlah kecil atau

sebaliknya. Menurut Demsetz (1983) serta

Demsetz dan Lehn (1985), hubungan antara

risiko dengan kepemilikan manajerial

membentuk hubungan non linier atau

memiliki dua pengaruh, yaitu risiko

berpengaruh positif dan negatif terhadap

kepemilikan manajerial.

Kontras dengan penelitian di atas,

kedua penelitian yang dilakukan oleh

Crutchley dan Hansen (1989) serta Jensen,

Solberg dan Zorn (1992) tidak memasukkan

unsur non linier dan menyatakan bahwa

terdapat hubungan positif antara risiko

dengan kepemilikan manajerial. Akan

tetapi, hasil penelitian Jensen, Solberg dan

Zorn (1992) terbukti tidak signifikan.

Penelitian Crutchley dan Hansen (1989) dan

Nuringsih (2004), menghasilkan estimasi

positif dan signifikan. Hubungan ini terjadi

pada manajer yang cenderung menyukai

risiko atau risk seeker yang

mengindikasikan dengan tingginya risiko

maka manajemen cenderung akan

meningkatkan kepemilikan saham.

Sebaliknya, menurut Bathala, Moon dan

Rao (1994), pada saat menghadapi return

saham yang berfluktuasi (high volatility)

manajer sedikit melibatkan kekayaan

pribadi dalam kepemilikan saham

perusahaan. Pada kondisi ini manajer

melakukan diversifikasi kekayaan secara

optimal pada kesempatan investasi lain

sehingga menurunkan risiko. Penelitian

Demsetz dan Lehn (1985), melakukan

pemisahan kedua tingkat risiko sedangkan

penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992)

serta Bathala, Moon dan Rao (1994) tidak

memisahkan antara risiko tinggi dan

rendah.

Menurut Chen, dkk (1998)

menyatakan bahwa pada saat tingkat risiko

tinggi, manajer berperilaku risk averse

sehingga mengurangi keterlibatan dalam

kepemilikan saham. Manajer memilih

mengalihkan kekayaan pribadi pada

investasi lain atau pada lembaga keuangan,

sehingga terdapat hubungan negatif dan

signifikan antara kepemilikan manajerial

dan risiko.

H1 : Terdapat pengaruh non linier antara

risiko terhadap kepemilikan

manajerial pada industri manufaktur

di Indonesia.

Penggunaan utang merupakan

salah satu mekanisme pengendalian

konflik di dalam perusahaan. Dengan

penggunaan utang maka perusahaan

menggunakanpihak ketiga yang meredakan

agency conflict antara manajer dengan

pemegang saham dalam perusahaan

terutama yang terkait dengan aliran kas,

sehingga peran pengendalian konflik

melalui kepemilikan manajerial menjadi

berkurang. Dampak dengan adanya pihak

ketiga menyebabkan perusahaan harus

mengeluarkan biaya baru untuk pihak

Page 6: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

134

ketiga tersebut yang membuat adanya risiko

kebangkrutan karena biaya baru yang harus

dibayarkan oleh perusahaan.Proporsi utang

yang besar akan menempatkan manajer di

bawah pengawasan debtholders dan

manajer cenderung tidak menyukai

pengawasan oleh debtholders tersebut,

sehingga pengaruh kebijakan utang

terhadap kepemilikan manajerial adalah

negatif. Friend dan Lang (1988) dalam

Mahadwartha (2003), Jensen, Solberg dan

Zorn (1992), dan Mahadwartha (2003)

menemukan bahwa terdapat suatu

hubungan negatif antara kepemilikan

manajerial dengan kebijakan utang.

H2 : Terdapat pengaruh negatif antara

kebijakan utang terhadap

kepemilikan manajerial pada

industri manufaktur di Indonesia.

Menurut Jensen (1986), hubungan

antara dividen dan kepemilikan manajerial

dapat dijelaskan melalui free cash flow

hypothesis (FCF).Pembayaran dividen akan

mengurangi cash flow perusahaan dan juga

menghindari pihak manajemen melakukan

tindakan demi kepentingan pribadi

(perquisites) seperti ruang kantor mewah,

biaya perjalanan kelas satu atau investasi

pada proyek yang tidak menguntungkan.

Melalui hipotesis ini, kebijakan dividen

digunakan untuk mempengaruhi

kepemilikan manajerial sehingga

mengurangi biaya keagenan yang berkaitan

dengan free cash flow. Penelitian tersebut

membuktikan bahwa terdapat hubungan

substitusi antara kebijakan dividen dan

kepemilikan manajerial. Rozeff (1982),

Chen dan Steiner (1999), juga telah

menemukan bahwa terdapat hubungan

kausal negatif dari dividen terhadap

kepemilikan manajerial.

H3 : Terdapat pengaruh negatif antara

kebijakan dividen terhadap

kepemilikan manajerial pada industri

manufaktur di Indonesia.

Pada Gambar 1 dapat dilihat model dari

penelitian.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian

ini yang termasuk dalam sampel non-

probabilitas adalah teknik purporsive

sampling. Peneliti mengambil periode

penelitian selama 6 tahun yakni sejak tahun

2010-2015 untuk menghasilkan penelitian

terbaik berkaitan dengan pengaruh antara

risiko bisnis, kebijakan utang dan kebijakan

dividen terhadap kepemilikan manajerial

dalam mekanisme pengawasan agensi.

Adapun kriteria yang digunakan

untuk memilih sampel pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang bergerak pada

bidang manufaktur yang

konsistenterdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode

penelitian 2010-2015.

2. Perusahaan manufaktur yang

memiliki kelengkapan data yang

dibutuhkan selama periode penelitian

2010-2015. Perusahaan manufaktur

yang memiliki kelengkapan data yang

dibutuhkan selama periode penelitian

2010-2015.

3. Perusahaan yang memiliki struktur

kepemilikan manajerial.

4. Perusahaan yang memiliki variabel

dividen, utang dan memiliki

Page 7: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

135

informasi yang berkaitan dengan

pengukuran variabel kontrol.

Berdasarkan 4 kriteria tersebut, maka

jumlah sampel yang digunakan untuk

Gambar 1. Model Penelitian

penelitian ini berjumlah 11 perusahaan

manufaktur dengan jumlah observasi

sebanyak 66 observasi.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah panel data.Dalam

penelitian ini jenis dan sumber data yang

digunakan adalah data sekunder, yaitu data

penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung dan melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat pihak lain). Adapun

media perantara yang digunakan yaitu:

1. Perpustakaan, berupa buku-buku teori

yang mendukung perhitungan dan

penganalisaan.

2. Jurnal-jurnal, berupa jurnal

internasional maupun jurnal nasional

3. Situs resmi Bursa Efek Indonesia

www.idx.co.id.

4. Situs www.sahamok.com dan media-

media lainnya.

5. Situs www.yahoofinance.com dan

media-media lainnya.

Operasional Variabel

Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial adalah tingkat

kepemilikan saham oleh pihak manajemen

yang secara aktif ikut dalam pengambilan

keputusan, misalnya direktur dan komisaris

(Downes dan Goodman, 1998).

%100

dimPr

BeredaryangSahamTotal

komisarisdandirektur

ilikiyangSahamoporsi

MGROWN

Keterangan:

MGROWN: Kepemilikan Manajerial

Risiko Bisnis (Business Risk)

Proksi variabel risiko merupakan proksi

risiko yang diukur dari standar deviasi pada

return saham biasa secara bulanan selama

Variabel Dependen:

Kepemilikan

Manajerial

Variabel Kontrol:

1. Kepemilikan

Institusional

Variabel Independen:

1. Risiko Bisnis

2. Kebijakan Utang

3. Kebijakan Dividen

Page 8: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

136

satu tahun. Fluktuasi dari closing price

menunjukkan fluktuasi risiko (Bathala,

Moon dan Rao, 1994; Chen & Steiner,

1999; Wilberfoce, 2000).

itturnsSTD

itRISK Re

dimana:

1

1Re

tP

tP

tP

turn

Kebijakan Utang (Debt Policy) Variabel utang diukur dengan membagi

nilai total debtdengan total asset yang

dimiliki oleh perusahaan (Jensen, Zolberg

dan Zorn, 1992).

AssetTotal

DebtTotalRatioDebt

Kebijakan Dividen (Dividend Policy)

Variabel ini diukur dari rasio dividen

yang dibayarkan terhadap Earning After

Tax (EAT). Penggunaan EAT disebabkan

dividen yang dibayarkan kepada

pemegang saham merupakan pendapatan

bersih setelah dikurangi pajak dan

pembayaran bungapinjaman

ShareperEAT

ShareperDividenDIVit

Kepemilikan Institusional

Institusional dinyatakan dengan

menggunakan persentase saham yang

diperoleh dari jumlah saham institusional

dibagi dengan jumlah keseluruhan saham

yang beredar (Ismayanti dan Hanafi,

(2003).

Peralatan Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian

ini dilakukan dengan uji ordinary least

square (OLS). .Berikut merupakan

persamaan untuk menghitung pengaruh

antara risiko bisnis, kebijakan utang, dan

kebijakan dividen terhadap kepemilikan

manajerial sebagai berikut.

Yit = β0 + β1RISKit + β2RISK2it+

β3DEBTit + β4DIVit + β5INSTit + e

Selain itu, peneliti menggunakan

persamaan linier untuk membandingkan

hasil penelitian non linier dan linier dengan

tidak memasukkan unsure non linier risiko

bisnis terhadap kepemilikan manajerial.

Yit = β0 + β1RISKit + β2DEBTit +

β3DIVit + β4INSTit + e

Keterangan:

Y = Rasio Kepemilikan Manajerial.

RISK = Risiko Bisnis

DEBT = Kebijakan Utang

DIV = Kebijakan Dividen

INST = Kepemilikan Institusional

e = Error

β0 = Konstanta

β1-β5 = Koefisien Regresi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini merupakan Tabel 1 yang

menjelaskan keadaan tersebut, hasil

penelitian menggunakan perhitungan

regresi linear dalam menggambarkan

persamaan hasil regresi dikarenakan model

penelitian ini tidak mendukung model non

Page 9: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

137

linier dilihat pada hasil uji multikolinieritas

yang menunjukkan terjadinya multikolinieritas

pada model non linier.

Tabel 1.Hasil Perhitungan Regresi Linear

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 5.692 1.324 4.301 .000

RISK_1 5.291 5.615 .097 .942 .350

DEBT_1 11.906 4.298 .287 2.770 .007

DIV_1 -3.631 2.186 -.175 -1.661 .102

INST_1 -.252 .053 -.505 -4.779 .000

Sumber: Data Output SPSS

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan

persamaan regresi linear berganda sebagai

berikut:

Y = 5,692+ 5,291RISK+11,906 DEBT

3,631DIV - 0,252INST

Adapun penjelasan dari jumlah nilai diatas

adalah sebagai berikut:

1. Nilai konstanta 5,692dapat diartikan

bahwa jika semua variabel independen

dalam penelitian ini dianggap konstan,

maka akan diperoleh kepemilikan

manajerial sebesar 5,692.

2. Koefisien regresi variabel independen

dari tingkat risiko (RISK) adalah

sebesar 5,291. Artinya jika tingkat

risiko mengalami peningkatan 1% maka

akan meningkatkankepemilikan

manajerial sebesar 5,291%.

3. Koefisien regresi variabel independen

dari kebijakan utang (DEBT) adalah

sebesar 11,906. Artinya jika kebijakan

utang mengalami peningkatan 1% maka

akan meningkatkan kepemilikan

manajerial sebesar 11,906%.

4. Koefisien regresi variabel independen

dari kebijakan dividen (DIV) adalah

sebesar -3,631. Artinya jikakebijakan

dividen mengalami peningkatan 1%

maka akan menurunkantingkat

kepemilikan manajerial sebesar -

3,631%.

5. Koefisien regresi variabel kontroldari

kepemilikan institusional (INST) adalah

sebesar -0,252. Artinya jika ukuran

perusahan mengalami peningkatan 1%

maka akan menurunkan kepemilikan

manajerialsebesar -0,252%.

Uji Determinasi

Hasil perhitungan koefisien

determinasi untuk kedua model persamaan

ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Dari Tabel 2 dan Tabel 3 tersebut dapat

diketahui bahwa nilai R square (R2) adalah

0,382 dan 0,380.Hal ini berarti bahwa 38%

kepemilikan manajerial dapat dijelaskan

Page 10: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

138

oleh variabel tingkat risiko, kebijakan

utang, kebijakan dividen, dan kepemilikan

institusional.Sedangkan sisanya 62%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar

model yang dianalisis.

Tabel 2 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)Non Linier

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .618a .382 .330 3.75753

Sumber: Data Output SPSS

Tabel 3 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) Linier

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .616a .380 .338 3.73492 2.144

Sumber: Data Output SPSS

Uji t

Uji statistik t pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satuvariabel independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2013:98).Hasil uji

statistik t dapat dilihat pada Tabel 4 dan

Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 4.18 tersebut,

tampak bahwa variabel risiko bisnis pada

tingkat rendah (LRISK)memiliki pengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap

variabel dependen yaitu kepemilikan

manajerial (MGROWN), dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,748 Hal ini

dikarenakan nilai signifikansinya lebih

besar daripada tingkat signifikansi 5% (α =

0.05). Variabel risiko bisnis pada tingkat

yang lebih tinggi (HRISK) berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap

variabel kepemilikan manajerial, dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,604. Variabel

kebijakan utang (DEBT) memiliki

pengaruh positif dan signifikan pada tingkat

signifikansi 0,009, yang artinya nilai

signifikansi variabel tersebut lebih kecil

dari tingkat signifikansi 5% (α = 0,05).

Variabel kebijakan dividen (DIV) memiliki

pengaruhnegatif dengan tingkat signifikansi

0,121 yang artinya bahwa variabel

kebijakan dividen juga tidak menunjukkan

engaruh yang signifikan terhadap

kepemilikan manajerial.Selain itu, variabel

kontrol yaitukepemilikan institusional

(INST) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap variabel likuiditas saham, dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000.

Berdasarkan Tabel 4.19

menjelaskan model linier dengan tidak

memasukkan pengaruh non linier risiko

bisnis terhadap kepemilikan

manajerial.Pada hasil uji t tampak bahwa

variabel risiko bisnis (RISK)memiliki

pengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap variabel dependen yaitu

kepemilikan manajerial (MGROWN),

Page 11: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

139

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,350

Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya

lebih besar daripada tingkat signifikansi 5%

(α = 0.05).

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji tNon Linier

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t

Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 6.077 1.536 3.955 .000

Leg_LRISK -9.096 28.138 -.166 -.323 .748

Leg_HRISK 41.882 80.222 .268 .522 .604

Leg_DEBT 11.781 4.330 .284 2.721 .009

Leg_DIV -3.484 2.216 -.168 -1.572 .121

Leg_INST -.257 .054 -.515 -4.762 .000

Sumber: Data Output SPSS

Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji t Linier

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 5.692 1.324 4.301 .000

RISK_1 5.291 5.615 .097 .942 .350

DEBT_1 11.906 4.298 .287 2.770 .007

DIV_1 -3.631 2.186 -.175 -1.661 .102

INST_1 -.252 .053 -.505 -4.779 .000

Sumber: Data Output SPSS

Variabel kebijakan utang (DEBT)

memiliki pengaruh positif dan signifikan

pada tingkat signifikansi 0,007, yang

artinya nilai signifikansi variabel tersebut

lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (α =

0,05). Variabel kebijakan dividen (DIV)

memiliki pengaruh negatif dengan tingkat

signifikansi 0,102 yang artinya bahwa

variabel kebijakan dividen juga tidak

menunjukkan engaruh yang signifikan

terhadap kepemilikan manajerial.Selain itu,

variabel kontrol yaitu kepemilikan

institusional (INST) berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap variabel likuiditas

saham, dengan tingkat signifikansi sebesar

0,000.

Berdasarkan pengujian model diatas

maka hasil analisis pengaruh antara variabel

independen dan variabel kontrol terhadap

variabel dependen yaitu kepemilikan

manajerial dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Variabel risiko bisnis (LRISK)

Berdasarkan pengujian model di atas

maka dapat disimpulkan bahwa variabel

risiki bisnis pada tingkat rendah

memiliki pengaruh negatif namun tidak

signifikan terhadap variabel

Page 12: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

140

kepemilikan manajerial.

2. Variabel risko bisnis (HRISK)

Berdasarkan pengujian model di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

variabelrisiko bisnis pada tingkat yang

lebih tinggi memiliki pengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap

variabel kepemilikan manajerial.

3. Variabel kebijakan utang (DEBT)

Berdasarkan pengujian model di atas

maka dapat disimpulkan bahwa variabel

kebijakan utang memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel

kepemilikan manajerial.

4. Variabel kebijakan dividen (DIV)

Berdasarkan pengujian model di atas

maka dapat disimpulkan bahwa variabel

kebijakan dividen memiliki pengaruh

negatifnamun tidak signifikan terhadap

variabel kepemilikan manajerial.

5. Variabel kepemilikan institusional

(INST)

Berdasarkan pengujian model diatas

maka dapat disimpulkan bahwa variabel

kepemilikan institusional memiliki

pengaruh negatif dan signifikan

terhadap kepemilikan manajerial.

Variabel risiko bisnis tidak

menunjukkan adanya hubungan non-linier

terhadap kepemilikan manajerial. Hal ini

dilihat dari hasil penelitian yang

menunjukkan pada tingkat risiko bisnis

yang rendah menunjukkan arah hubungan

negatif dan tidak signifikan pada tingkat

signifikansi 5 % maupun10% (α=5% dan

10%), pada saat tingkat risiko bisnis

tinggi,hasil penelitian menunjukkan

hubungan positif namun tidak signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka

hipotesis 1 (H1) ditolak.

Risiko bisnis menunjukkan hubungan

yang negatif dan tidak signifikan terhadap

kepemilikan manajerial.Arah hubungan ini

sesuai dengan penelitian Demsetz dan Lehn

(1985). Bagi manajer yang risk averse,

hubungan risiko tinggi dengan kepemilikan

manajerial berubah menjadi negatif. Pada

tingkat risiko tinggi manajer mengurangi

keterlibatan dalam kepemilikan saham dan

membatasi supplykepemilikan manajerial.

Manajer melakukan diversifikasi dengan

persyaratan mendapat expected rate of

return lebih besar dibandingkan dengan

insentif yang diterima dari peningkatan

risiko (Demsetz dan Lehn, 1985).

Selain itu, hasil penelitian

berdasarkan model regresi linier

menunjukkan hasil positif namun tidak

signifikan. Crutchley dan Hansen (1989)

serta Chen dan Steiner (1999) menemukan

bahwa terdapat hubungan positif antara

risiko dengan kepemilikan manajerial.

Hubungan ini terjadi pada manajer yang risk

taker. Demsetz (1983) dan Demsetz dan

Lehn (1985) membuktikan bahwa

perusahaan yang menjalankan bisnis

dengan risiko tinggi cenderung lebih sulit

dimonitor secara eksternal.Berdasarkan

alasan ini, tingginya tingkat risiko dapat

meningkatkan proporsi kepemilikan

manajerial sebagai mekanisme monitoring

internal, sehingga hal ini dapat mengurangi

atau mengontrol konflik agensi yang terjadi

antara pemegang saham dan manajer.

Di Indonesia juga telah dilakukan

penelitian mengenai hubungan antara risiko

bisnis terhadap kepemilikan manajerial.Hasil

Page 13: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

141

penelitian yang dilakukan oleh

Wahidahwati (2002) dan Fitri dan Mamduh

(2003), kedua penelitian tersebut gagal

dalam membuktikan hubungan non linier

risiko bisnis terhadap kepemilikan

manajerial.

Variabel kebijakan utang

menunjukkan pengaruh positif dan

signifikan (sig<0,10) terhadap kepemilikan

manajerial pada industri manufaktur di

Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015.

Tanda positif pada koefisien menunjukkan

bahwa setiap adanya peningkatan kebijakan

utang akan mengakibatkan peningkatan

kepemilikan manajerial pada industri

manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Sejumlah penelitian yang

menunjukkan hubungan negatif antara

kebijakan utang terhadap kepemilikan

manajerial diantaranya adalah penelitian

oleh Huson Joher (2009) yang mendukung

penelitian blablabala serta Di Indonesia

juga sudah dilakukan penelitian yang sama

oleh Vidyantie dan Handayani (2006),

Nurfauziah,dkk (2007), serta Putri dan

Nasir (2006) yang menunjukkan arah

penelitian negatif dan signifikan.

Akan tetapi, koefisien positif dan

signifikan dari kebijakan utang terhadap

kepemilikan manajerial tidak sesuai dengan

asumsi awal bahwa kebijakan utang

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kepemilikan manajerial. Tanda positif

dalam hal ini menunjukkan bahwa ketika

utang perusahaan meningkatmaka akan

meningkatkan proporsi kepemilikan

manajerial. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian Jensen dan Meckling (1976) yang

menyatakan bahwa penggunaan modal

utang mengurangi kebutuhan ekuitas

eksternal dan meningkatkan proporsi

kepemilikan manajerial.Kepemilikan

manajerial dalam penelitian ini ditandai

dengan meningkatnya persentase saham

yang dimiliki oleh direktur dan komisaris

yang artinya pengaruh utang terhadap

kepemilikan manajerial adalah

positif.Selain itu, justifikasi yang dapat

dijadikan alasan terdapatnya pengaruh

positif antara kebijakan utang yang tinggi

terhadap kepemilikan manajerial adalah

dikarenakan tidak semua perusahaan

manufaktur yang terdapat keterlibatan

kepemilikan saham oleh pihak

manajer.Hasil penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri

dan Mamduh (2003) dan Huson Joher

(2009) yang menunjukkan pengaruh antara

kebijakan utang terhadap kepemilikan

manajerial adalah positif dan signifikan.

Variabel kebijakan dividen

menunjukkan pengaruh negatif dan tidak

signifikan (sig> 0,05) terhadap kepemilikan

manajerial pada industri manufaktur di

Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015.

Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan

dividen tidak memiliki pengaruh terhadap

kepemilikan manajerial dan koefisien

tesebut menunjukkan hasil yang tidak

sesuai dengan asumsi awal bahwa kebijakan

dividen berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kepemilikan manajerial.

Hubungan yang tidak signifikan ini

disebabkan oleh jumlah data yang

digunakan terlalu sedikit dan nilai dari

variabel kebijakan dividen yang digunakan

dalam penelitian ini terlalu kecil sehingga

walaupun memberikan pengaruh yang

negatif, namun secara statistik pengaruh

tersebut tidak signifikan. Hasil penelitian

Page 14: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

142

ini juga konsisten dengan temuan penelitian

lain yang menggunakan variabel kebijakan

dividen di Indonesia, seperti Faisal (2003),

yang juga menemukan bahwa terdapat

pengaruh yang negatif namun tidak

signifikan antara kebijakan dividen dengan

kebijakan hutang perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia.

Selanjutnya, tanda negatif dan tidak

signifikan antara kebijakan dividen dan

kepemilikan manajerial menunjukkan

bahwa ketika dividen meningkat, maka

akan terjadi penurunan saham yang dimiliki

oleh manajer. Peningkatan dividen ini

dilakukan untuk mengurangi konflik agensi

yang terjadi akibat adanya free cash flow

dalam perusahaan. Pembayaran dividen

akan mengurangi cash flow perusahaan dan

juga menghindari pihak manajemen

melakukan tindakan demi kepentingan

pribadi dari adanya cash flow perusahaan

(perquisites). Hasil penelitian ini sesuai

dengan teori free cash flow hypothesis.

Melalui hipotesis ini kebijakan dividen

digunakan untuk mempengaruhi

kepemilikan manajerial sehingga

mengurangi biaya keagenan yang berkaitan

dengan free cash flow.Kepemilikan

manajerial dalam penelitian ini ditandai

dengan menurunnyapersentase saham yang

dimiliki oleh direktur dan komisaris yang

artinya pengaruh dividen terhadap

kepemilikan manajerial adalah negatif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rozeff

(1982) dan Chen dan Steiner (1999) yang

menemukan adanya hubungan negatif yang

signifikan.Penelitian ini juga membuktikan

adanya hubungan substitusi antara

kebijakan dividen dan kepemilikan

manajerial. Namun arah penelitian negatif

dan tidak signifikan ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Jensen (1986),

Ismiyanti dan Hanafi (2004), serta

Vidyantie dan Handayani (2006).

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan

deskriptif, rata-rata tingkat kepemilikan

manajerial pada industri manufaktur di

Indonesia adalah sebesar 3%, hal

tersebut mengindikasikan bahwa

proporsi kepemilikan manajerial pada

industri manufaktur di Indonesia

cenderung kecil.

2. Penelitian ini tidak menemukan adanya

hubungan non-linier antara risiko bisnis

dengan kepemilikan manajerial dan

penelitian ini tidak cocok untuk

menggunakan model non linier

dikarenakan terdapatnya gejala

multikolinieritas pada model tersebut.

Hasil persamaan regresi dengan

menggunakan regresi ordinay least

square menunjukkan variabel risiko

bisnis memiliki pengaruh negatif pada

level risiko rendah dan positif pada

level risiko yang lebih tinggi, namun

kedua pengaruh tersebut tidak

signifikan. Sedangkan pada model

linier, hasil pengujian menunjukkan

pengaruh risiko bisnis terhadap

kepemilikan manajerial adalah positif

dan tidak signifikan. Dari hasil

penelitian juga menunjukkan pengaruh

kebijakan utang terhadap kepemilikan

Page 15: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

143

manajerial pada industri manufaktur di

Indonesia adalah positif dan signifikan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan

hipotesis yang dibangun. Serta variabel

kebijakan dividen menunjukkan

pengaruh negatif namun tidak

signifikan terhadap kepemilikan

manajerial, dimana hasil ini juga tidak

sesuai dengan hipotesis yang dibangun.

Akan tetapi pengaruh variabel kontrol

yaitu kepimilikan institusional

menunjukkan pengaruh negatif dan

signifikan terhadap kepemilikan

manajerial.

3. Hasil pengujian koefisien determinasi

menunjukkan bahwa nilai R square (R2)

adalah 0,382 dan 0,380. Hal ini berarti

bahwa 38% kepemilikan manajerial

dapat dijelaskan oleh variabel risiko

bisnis, kebijakan utang, kebijakan

dividen, dan kepemilikan institusional.

Sedangkan sisanya 62% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain diluar model yang

dianalisis.

Disadari bahwa penelitian ini masih

banyak terdapat kekurangan dan

keterbatasan. Karenanya, berikut akan

disajikan saran-saran terkait untuk

perkembangan penelitian selanjutnya.

1. Bagi perusahaan sebaiknya

memperhatikan mekanisme-

mekanisme yang dapat mengurangi

konflik agensi seperti kepemilikan

manajerial, risiko bisnis, kebijakan

utang, dan kebijakan dividen.

2. Bagi investor disarankan sebelum

menanamkan modal diperusahaan,

perlu memperhatikan dengan lebih

cermat dan mempertimbangkan

kepemilikan manajerial, risiko bisnis,

kebijakan utang, dan kebijakan

dividen, dimana kebijakan-kebijakan

tersebut merupakan cara perusahaan

dalam mengatasi masalah agensi agar

kepentingan antara pemegang saham

dan pihak manajer dapat berjalan

selaras.

3. Pada penelitian ini memiliki

keterbatasan dari variabel penelitian

maupun metode penelitian belum

optimal sehingga diharapkan pada

penelitian selanjutnya untuk

menambahkan variabel-variabel lain

karena sangat memungkinkan terdapat

pengaruh yang kuat dari variabel-

variabel lain. Metode penelitian lain

juga dapatdigunakan untuk

mendapatkan hasil analisis yang lebih

akurat.

4. Pada penelitian ini, sampel digunakan

adalah perusahaan industri manufaktur.

Untuk peneliti selanjutnya dapat

menggunakan sampel dengan industri

yang lainnya dan lebih besar serta

periode yang lebih panjang sehingga

dapat memberi gambaran yang lebih

spesifik dan nyata.

5. Pada penelitian selanjutnya,

diharapkan peneliti selanjutnya dapat

menguji hubungan konflik agensi

antara pemegang saham mayoritas dan

minoritas, hal ini dikarenakan tingkat

kepemilikan manajerial pada industri

manufaktur di Indonesia yang masih

cenderung kecil.

REFERENSI Adam Smith. (1776). Wealth of the

Nation”Book-5, Chapter1, Methuen

& Co, Ltd, London, 255

Page 16: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

144

Ahmed, Huson Joher Ali (2009) Managerial

Ownership Concentration and

Agency Conflict using Logistic

Regression Approach: Evidence

from Bursa Malaysia,”Journal of

Management Research, Vol. 1, 1-

10.

Almilia, L. S. dan Winny Herdiningtyas (2005)

Analisis Rasio CAMEL Terhadap

Prediksi Kondisi Bermasalah Pada

Lembaga Perbankan Periode 2000-

2002, Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Vol. 7 (2), 1-27

Almilia, Luciana Spica, dan Meliza Silvi.

(2006) Analisa Kebijakan

144ividend an Leverage terhadap

Prediksi Kepemilikan Manajerial

dengan Teknik Analisis

Multinomial Logit. Jurnal

Akuntansi dan Bisnis, Vol. 6 (1),13-

21.

Bathala C.T., K.P. Moon, dan R.P. Rao

(1994), Managerial Ownership,

Debt Policy, and the Impact of

Institutional Holding: an Agency

Perspective,Financial Management,

Vol. 23, 38-50.

Brikslyey, J. R.C Leasse& C.W. Smith Jr.

(1988). Ownership Structure and

Voting of Anti Take-over

Amendments, Journal of Financial

Economics, Vol. 20, 267-291.

Chen, R.Carl, Steiner T. (1999), Managerial

Ownership and Agency Conflict: a

Nonlinier Simultaneous Equation

Analysis of Managerial Ownership,

Risk Taking, Debt Policy, and

Dividend Policy, Financial review,

Vol.34, 119-137.

Crutchley, C.E, dan R.S. Hansen (1989), “A

Test of the Agency Theory of

Managerial Ownership, Corporate

Leverage, and Corporate

Dividends,” Financial

Management, 36-46.

Demsetz, H. (1983). The Structure of

Ownership and the Theory of the

Firm”, Journal of Law and

economics, Vol. 26 (2), 1155-1177.

Demsetz, H. dan Kenneth Lehn (1985), The

Structure of Corporate Ownership:

Causes and Consequences, Journal of

Political Economy, Vol. 93, 1155-

1177

Easterbrook, F., (1984), Two Agency-cost

Explanations of Dividend, American

Economic Review, 650-659.

Fama. E.F, 1980, Agency Problem and The

Teory of The Firm, Journal of

Economy, Vol. 88, 288-307.

Faisal. (2003). “Pengaruh Struktur

Kepemilikan terhadap Kebijakan

Hutang Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia”. Jurnal

Manajemen dan Bisnis, 5 (2): 133-

152.

Faisal. (2013). Pengaruh Kepemilikan

Insider dan Kebijakan Hutang

terhadap Nilai Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia: A Piecewise Linear

Regression Analysis. Jurnal Bisnis

dan Ekonomi, 20 (2): 113 – 130.

Friend, L. & LHP. Lang (1988), An

Empirical Test of the Impact of

Managerial Self-Interest on

Corporate Capital Structure, Journal

of Finance, 43 271-282.

Galai, D. dan Masulis, R.W. (1976), The

Option Pricing Model and the Risk

Factor of Stock”, Journal of Financial

Economics, 3, 53-81.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis

Multivariat dengan Program IBM

SPSS 21. Edisi 7, Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Page 17: PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145

145

Gujarati N. Damodar. (2004). Basic

Econometrics fourth edition.

McGraw-Hill

Hanafi, Mamduh, M, I.Fitri, (2003).

Struktur kepemilikan, Risiko, dan

Kebijakan Keuangan: Analisis

Persamaan Simultan, Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Indonesia, Vol.19 (2).

Jensen, G.R., D.P. Solberg dan T.S. Zorn

(1992), Simultaneous

Determination of Insider

Ownership, Debt, and Dividend

Policies, Journal of Financial and

Quantitative Analysis, 247-263.

Jensen, M. (1986). Agency Cost of Free

Cash flow, Corporate Finance and

Takeover, American Economics

Review, Vol. 76, 323-329.

Jensen, M.C., dan W.H. Meckling (1976),

Theory of the Firm: Managerial

Behavior Agency costs and Capital

Structure,” Journal of Financial

Economics, 305-360.

Moh’d, M.A., L.G. Perry, and J.N.

Rombey. (1998). The Impact of

Ownership Structure on Corporate

Debt Policy: A Time Series Cross-

Sectional Analysis. Financial

Review 30, 85-99.

N, Kartika. (2006). Penggunaan Path

Analysis untuk Memediasi

Pengaruh Kepemilikan Managerial

terhadap Risiko dalam Menekan

Konflik Keagenan. Jurnal Bisnis

dan Akuntansi, Vol. 8 (2), Agustus,

135-150.

Nuringsih, Kartika. (2004). “Kepemilikan

Managerial dan Konflik Keagenan:

Analisis Simultan antara Kepemilikan

Managerial, Risiko, Kebijakan

Hutang dan Kebijakan Dividen”.

Jurnal Manajemen, Vol. 8 (2), 124-

142.

Nuringsih, Kartika. (2010). Pengaruh

Profitabilitas, Kebijakan Hutang dan

Kepemilikan Institusional terhadap

Kepemilikan Manajerial dan

Pengaruhnya terhadap Risiko. Jurnal

Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 (1),

April, 17-28.

Ross, S.A., (1977). “The Determination of

Financial Structure: The Incentive

Signalling Approach”, Journal of

Economics, Spring, Vol. 8, 23-40.

Santoso, Agus. (2001). Pengaruh Aliran

Kas Internal dan Kepemilikan

Manajer dalam Perusahaan terhadap

Pembelanjaan Modal: Managerial

Hypothesis atau Pecking Order

Hypothesis?.Jurnal Ekonomi dan

Bisnis Indonesia, 16 (1), 54-63.

Saunders, A., Strock, E., danTravlos, N.G.

(1990), “Ownership Structure,

Deregulation, and Bank Risk

Taking”, The Journal of Finance,

Vol.XVL (2), June, 643-654.

Siallagan, Hamonangandan

Mas.Ud.Machfoedz. (2006).

Mekanisme Corporate Governance,

Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.

Artikel Simposium Nasional

Akuntansi (SNA) IX, Padang.

Wahidahwati. (2002). Kepemilikan

Manajerial dan Agency Conflict

Analisis Persamaan Simultan Non

Linier dan Kepemilikan Manajerial.

Penerimaan Resiko, Kebijakan

Hutang dan Kebijakan Dividen.

SNA V, September 2002.