PENGARUH PERAN PENDETA TERHADAP PEMAHAMAN...
Transcript of PENGARUH PERAN PENDETA TERHADAP PEMAHAMAN...
48
PENGARUH PERAN PENDETA TERHADAP PEMAHAMAN DAN PENERAPAN DOKTRIN BAIT SUCI DI LINGKUNGAN
GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH
Elfri Darlin Sinaga, M.Min, M.Fil
ABSTRACT The Doctrine of Sanctuary is one of the most important Bible Doctrines within
the Seventh-day Adventist Church. The correct understanding about the priesthood ministry of Christ in the Heavenly Sanctuary must be understood and implemented fully by its church’s members. There are assumptions that many of church members have a little understanding about the doctrine of sanctuary and they have a lack understanding about the benefit of that doctrine to be understood and implemented in everyday life. What is the level of understanding of that doctrine within the Seventh-day Adventist church members? How much is the application of Sanctuary Doctrine within the members of the congregation? Then, what is the level of influence of the pastor’s role in teaching that doctrin to his church members? This research aims to enhance the role of the pastor in educating and equipping the church members have a full understanding on theological teachings on sanctuary doctrine and its implementation in everyday life. The result of this study indicated that the level of understanding of the church members on the doctrine of Sanctuary (Y1) was on the score value 2.976 or hesitation and the implementation (Y2) was on the the score value 2.128 or disagree. The influence of the pastor’s role as educator in teaching of sanctuary’s doctrine towards the theological understanding of the Seventh-day Adventists church’s members throughout the municipality Pematangsiantar are at 0,316 or 9.9% and the influence of the pastor’s role towards the implementation of the doctrine of Sanctuary in the life of the church members are at 0.369 or 13.6%. It means that contributions given by the pastor toward the understanding of the church members (Y1) and toward the implementation of the doctrine of sanctuary in the life of the church members (Y2) exists but is weak or insignificant. Based on the results of this research will provide advice to church’s pastor in order to further enhance its role in teaching that doctrine and its implementations, so that all church’s members become more proficient on that subject and should prepare themselves worthy to receive the merit of Christ mediation’s services in the Heavenly Sanctuary.
Keywords: Pastor’s role, Influence, Understanding, Implementation, Sanctuary
Doctrine, Seventh-day Adventist.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh atau disingkat GMAHK adalah
merupakan salah satu denominasi kristen protestan yang memiliki ruang lingkup di
49
seluruh dunia, evanggelis dalam hal doktrin dan yang hanya percaya kepada Alkitab
saja. Gereja ini menekankan mengenai kedatangan Yesus kedua kalinya yang mereka
percayai sudah dekat dan mereka memelihara hari Sabat Alkitab, yaitu hari ketujuh
dalam minggu.”1
GMAHK menerima Alkitab sebagai satu-satunya kepercayaan dan memegang
dasar kepercayaan yang pasti sebagai ajaran langsung dari Kitab Suci.2 Untuk
memudahkan pemahaman anggota terhadap kepercayaan mereka, Rapat Umum
GMAHK telah merumuskan dasar-dasar kepercayaan mereka dalam Uraian Doktrin
Dasar Alkitabiah, yang pada tahun 1931 terdiri dari 22 kepercayaan dasar. Selanjutnya
pada tahun 1980 diperluas menjadi 27 uraian doktrin. Pada tahun 2005 Rapat Umum
GMAHK merumuskan kembali doktrin kepercayaan GMAHK menjadi 28 uraian
doktrin dasar Alkitabiah.3
Doktrin Bait Suci dan pelayanan keimamatan Kristus di dalam Bait Suci
surgawi adalah doktrin ke-24 dari 28 doktrin kepercayaan GMAHK, merupakan pokok
pelajaran Alkitab yang wajib dipahami dan dihayati oleh setiap anggota jemaat, karena
hal itu berkaitan erat dengan nasib kekal mereka. Tentang hal ini, White menulis
sebagai berikut, “Bait Suci di surga adalah pusat pekerjaan Kristus demi manusia. Bait
Suci itu menyangkut setiap orang yang hidup di dunia ini. Ia memperlihatkan rencana
keselamatan, membawa kita kepada akhir zaman dan menyatakan isu kemenangan
dalam pertikaian antara kebenaran dan dosa.”4 Lebih lanjut White menegaskan tentang
pentingnya setiap anggota jemaat memahami doktrin Bait Suci dan pelayanan
keimamatan Kristus sebagai berikut: “Amids the perils of the last days, every member
of the church should understand the reason of his hope and faith….”5 (Ditengah-tengah
bahaya pada zaman akhir, setiap anggota gereja harus memahami alasan iman dan
1Neuffer Don F., Seventh-Day Adventist Encyclopedia (1979), 1179. 2Departemen Kependetaan GMAHK, Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang…28 Uraian
Doktrin Alkitabiah (Bandung: Indonesia Publishing House, 2006), viii. 3 Ibid. 4Ellen G. White, Alfa dan Omega, Jld. 8 (Bandung: Indonesia Publishing House, 1999), 511. 5Opcit, Christian Education (Washington D.C: Review and Herald Publishing Association,
1970),188.
50
pengharapan mereka). “The Sanctuary is the foundation of our faith.”1 (Bait Suci
adalah fondasi iman kita). “Pengertian yang benar tentang pelayanan Kristus di Bait
Suci surgawi adalah dasar iman kita…, kita tidak boleh berhenti sampai kita mahir
mengenai Bait Suci itu.”2
Agar anggota jemaat bisa memahami dan menghayati doktrin Bait Suci,
dibutuhkan peran seorang pendeta. Pendeta atau gembala jemaat adalah seorang hamba
Allah yang memiliki peran penting dalam mendidik jemaat agar memiliki pemahaman
doktrin Alkitab. Dia adalah orang yang telah ditetapkan Allah dan dipilih untuk
mengawasi dengan penuh perhatian, dan kewaspadaan yang teguh, agar jemaat tidak
dapat dihancurkan oleh alat-alat kejahatan Setan, tetapi agar ia dapat berdiri di dunia
untuk meninggikan kemuliaan Allah di antara manusia.3 Sehubungan dengan peran
pendeta atau gembala jemaat rasul Paulus menulis: “Dan Dia lah yang memberikan
baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-
bembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi
pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus sampai kita semua telah
mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan
penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:11-
12).
Sehubungan dengan pemahaman anggota jemaat terhadap doktrin Bait Suci,
penulis pernah melakukan penelitian di satu jemaat di Konfrens Jawa Barat dengan 32
responden. Hasil penelitian menunjukkkan kondisi yang memprihatinkan. Dari 15
pernyataan doktrin Bait Suci dan pelayanan keimamatan Kristus di dalam Bait Suci
surgawi yang diajukan kepada 32 responden, hanya 10 orang (31%) yang sudah
memahami doktrin tersebut. Mayoritas responden, yakni 17 orang (53%) merasa tidak
pasti atau ragu-ragu, dan 5 orang (16%) berada pada posisi benar-benar tidak tahu.
1Opcit, Manuscripts 20, 1908. 2Opcit, Evangelism, 222. 3Opcit, Testimonies to Ministers (Washington DC: Review and Herald Publishing Association,
1970),53.
51
Identifikasi Masalah
Teori mengatakan bahwa doktrin Bait Suci dan pelayanan keimamatan Kristus
adalah fondasi iman dan pengharapan gereja GMAHK, sehingga setiap anggota
diharapkan benar-benar memahaminya. Namun fakta menunjukkan bahwa banyak dari
antara anggota GMAHK kurang memahami pokok doktrin tersebut. Diduga, ada dari
antara anggota jemaat yang tidak mempercayai adanya Bait Suci di Surga, dimana
Yesus Kristus sedang mengadakan pengantaraan untuk keselamatan umat-Nya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis memberikan identifikasi masalah
yang akan diteliti, sebagai berikut:
1. Masih banyak anggota jemaat yang tidak memahami doktrin Bait Suci dan
pelayanan keimamatan Kristus di Bait Suci Surgawi.
2. Banyak anggota jemaat yang kurang merasakan manfaat doktrin Bait Suci bagi
kehidupan sehari-hari, sehingga hal itu tidak terlalu penting untuk dipahami.
3. Banyak dari antara pendeta jemaat tidak merasakan beban tanggung jawab
untuk mengajarkan doktrin Bait Suci kepada anggota jemaatnya.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan masalah yang berkaitan dengan doktrin Bait
Suci dan pelayanan Keimamatan Kristus, maka penulis membatasi masalah yang akan
diteliti hanya untuk menjawab pertanyaan:
1. Apa sajakah pokok-pokok doktrin Bait Suci yang wajib dipahami dan diterapkan
anggota jemaat?
2. Sejauh manakah pemahaman anggota GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar
tentang doktrin Bait Suci?
3. Sejauh manakah penerapan doktrin Bait Suci dalam kehidupan sehari-hari
anggota GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar?
52
4. Sejauh manakah penga peran pendeta terhadap pemahaman dan penerapan
doktrin Bait Suci di lingkungan anggota GMAHK se-Kotamadya
Pematangsiantar?
Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pokok-pokok doktrin Bait Suci yang wajib dipahami dan
diterapkan anggota GMAHK.
2. Untuk mengetahui sejauh manakah pemahaman anggota GMAHK se-kotamadya
Pematangsiantar tentang doktrin Bait Suci.
3. Untuk mengetahui sejauh manakah penerapan doktrin Bait Suci dalam
kehidupan sehari-hari anggota GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar.
4. Untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh peran pendeta terhadap
pemahaman dan penerapan doktrin Bait Suci di lingkungan anggota GMAHK
se-Kotamadya Pematangsiantar.
Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat dari penelitian ini:
1. Bagi anggota GMAHK, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi
tentang pokok-pokok doktrin Bait Suci yang wajib dipahami dan diterapkan oleh
setiap anggota GMAHK.
2. Bagi anggota GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar, penelitian ini
bermanfaat sebagai evaluasi diri untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
mereka tentang doktrin Bait Suci.
3. Bagi anggota GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar, penelitian ini
bermanfaat sebagai evaluasi diri untuk mengetahui sejauh mana penerapan
doktrin Bait Suci dalam kehidupan sehari-hari mereka.
4. Bagi pendeta GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar, penelitian ini
bermanfaat sebagai masukan dan evaluasi diri untuk mengetahui sejauh mana
peran mereka dalam mengajarkan doktrin Bait Suci dan sejauh mana anggota
53
jemaatnya memahami dan menerapkan pengajaran yang sudah disampaikan
kepada mereka.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendeta dan Perannya
Pendeta adalah seorang hamba Tuhan yang telah dipanggil untuk memikirkan
kesejahteraan anggota jemaat. Rasul Paulus menulis tentang peran dan tanggung jawab
pendeta terhadap jemaatnya sebagai berikut:
“Dan Dia lah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita injil maupun gembala-bembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:11-12). Pendeta atau gembala jemaat adalah orang yang telah ditetapkan Allah dan
dipilih untuk memperlengkapi anggota jemaat bagi pekerjaan pelayanan, membangun
tubuh Kristus, yakni gereja-Nya hingga mencapai kesatuan dan kedewasaan rohani.
Menurut Carlos Martin ada delapan cakupan tugas seorang pendeta (gembala jemaat),
yakni sebagai evangelist, sebagai administrator, sebagai organisator, sebagai gembala
(shepherd), sebagai pengkhotbah (preacher), sebagai imam (priest), sebagai guru
(teacher) dan sebagai Theologian.1 Dari kedelapan cakupan tugas seorang pendeta,
maka mengajarkan kebenaran atau sebagai guru kebenaran adalah merupakan tugas
penting dari seorang pendeta.
Pendeta sebagai guru atau pendidik jemaat bertanggungjawab mengajarkan
kebenaran firman Tuhan kepada kawanan domba gembalaannya. Stot mengatakan
bahwa fungsi utama seorang gembala ialah mengajar, memberi makan, dan
menggembalakan domba-dombanya.2 Tentang hal ini, Aritonang memberikan
penjelasan: “Gembala yang baik harus berupaya membuat pelayanan yang memuaskan,
1Carlos G. Martin, Adventist Pastoral Ministry, (AIIAS, 1997), 61,62. 2J.R.W. Stot, One People, (London: Falcon, 1969),45.
54
sehingga anggota-anggota jemaat tidak merasa berkekurangan dalam kebutuhan
makanan rohani mereka.”1
Pendeta Sebagai Pendidik Jemaat
Pendeta jemaat bertanggungjawab untuk melindungi anggota jemaatnya dari
berbagai pengajaran yang menyesatkan, yang dapat menarik anggota jemaat menjauh
dari Tuhan. Nahan mengatakan bahwa tugas atau peran seorang gembala paling utama
adalah melindungi kawanan dombanya.2 Bahaya terbesar yang mengancam domba ialah
serangan binatang buas, dan sebagai gembala harus melindungi domba-dombanya dari
serangan binatang buas tersebut.
Pendeta sebagai pendidik jemaat juga bertanggungjawab mengajarkan doktrin
yang benar kepada kawanan domba gembalaannya. Carlos Martin setuju mengatakan
bahwa salah satu bagian penting dari tugas pendeta atau gembala jemaat adalah
mengajarkan doktrin dan membawa anggota jemaat ke dalam kebenaran3
Pendeta sebagai guru atau pendidik jemaat bertanggung jawab atas
kesejahteraan setiap anggota jemaat, untuk memberikan makanan rohani yang
memuaskan dan mengajarkan seluruh kebenaran hingga mereka mencapai kedewasaan
rohani. Tentang hal ini Borns Storm menegaskan bahwa pendeta adalah pemimpin
jemaat. Memimpin jemaat sama dengan membimbing anggota-anggota jemaat
perorangan sampai mereka dewasa dalam iman kepada Yesus Kristus, dengan tidak
melupakan tujuan kehidupan jemaat yaitu kerajaan Allah.4
Tanggungjawab Mengajarkan Doktrin Bait Suci
Setiap pendeta GMAHK bertanggungjawab untuk mengajarkan doktrin dan
ajaran Alkitab kepada anggota jemaat untuk membangun kerohanian mereka dan
melindungi mereka dari segala pengajaran yang salah. Salah satu doktrin atau
1Urbanus Aritonang, Gembala sebagai Guru, (Bandung: Universitas Advent Indonesia, 2000), 1. 2Oliver M.C. Nahan, Gembala Jemaat yang Sukses, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 12. 3 Carlos G. Martin, Adventist Pastoral Ministry, (Philiphine: AIIAS, 1997), 61. 4Borns Storn, Apakah Penggembalaan Itu?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 22.
55
pengajaran penting yang harus diajarkan oleh pendeta atau gembala kepada anggota
jemaat adalah doktrin tentang Bait Suci dan pelayanan Kristus di Bait Suci Surgawi.
Ellen G. White menulis tentang pentingnya doktrin bait suci, “The Correct
understanding of the ministration in the Heavenly Sanctuary is the foundation of our
faith.”1 (Pemahaman yang benar terhadap pelayanan Kristus di dalam Bait Suci
surgawi adalah fondasi iman kita). “Pokok pengajaran Bait Suci (Sanctuary) harus diuji
dengan seksama, sebagaimana mestinya karena itu adalah fondasi iman dan
pengharapan kita.2 Lebih lanjut White menuliskan: “Semua orang perlu mengetahui
posisi dan pekerjaan Imam Besar mereka; kalau tidak, tidak mungkin mereka
mempunyai iman yang diperlukan pada zaman ini, atau menduduki posisi yang
dirancang Allah untuk mereka duduki.”3
Pendeta sebagai pendidik jemaat harus mengajarkan doktrin Bait Suci dengan
benar kepada setiap anggota jemaat agar mereka terhindar dari pengajaran yang
menyesatkan dan penipuan Setan pada zaman akhir ini, seperti ajaran yang mengatakan
bahwa tidak ada Bait Suci di Surga oleh karena pekerjaan pendamaian Kristus sudah
berakhir di kayu salib dan sudah dilakukan dengan lengkap dan sempurna.
Seorang pendeta GMAHK dalam melaksanakan perannya sebagai pendidik
jemaat wajib mengajarkan doktrin tentang Bait Suci kepada anggota jemaat. White
menulis: “Pengertian yang benar tentang pelayanan Kristus di Bait Suci Surgawi adalah
dasar iman kita…, kita tidak boleh berhenti sampai kita mahir mengenai Bait Suci itu.”4
Dalam memberikan batasan tentang peran pendeta dalam mengajarkan doktrin
Bait Suci kepada anggota jemaatnya hingga mencapai tingkat mahir, penulis
memberikan batasan pada lima belas pokok penting tentang kebenaran doktrin Bait Suci
1Ellen G. White, Evangelism, (Washington DC: Review and Herald Publishing Association,
1970), 221. 2Ellen G. White, Christ in His Sanctuary, California: Pacific Press Publishing Association,
1969), 8. 3 Opcit, Evangelism (Washington DC: Review and Herald Publishing Association, 1970),223. 4Ellen G. White, Evangelism, Washington DC: Review and Herald Publishing Association,
1970), 222.
56
sebagaimana diintisarikan dalam doktrin ke-24 dari 28 Uraian Doktrin GMAHK, Roh
Nubuat, dan para penulis Kristen lainnya, yakni:
1. Bait Suci adalah salah satu pilar doktrin GMAHK yang harus dipahami oleh
setiap anggota jemaat.
2. Doktrin Bait Suci berhubungan dengan semua pengajaran /doktrin GMAHK.
3. Bait Suci di Surga adalah tempat yang nyata di mana Yesus melayani untuk
keselamatan umat manusia.
4. Yesus Kristus adalah Imam Besar Perjanjian Baru yang mempersembahkan
darah-Nya sendiri sebagai pendamaian atas dosa-dosa.
5. Kemah Suci Musa adalah miniatur bait suci yang di surga.
6. Bait Suci surgawi memiliki struktur bangunan seperti halnya Kemah Suci dan
Bait Suci Israel kuno.
7. Mezbah korban bakaran melambangkan Kristus yang mati tersalib di bukit
Golgota menjadi korban kita yang sempurna.
8. Tabut Perjanjian melambangkan Takhta Allah, tempat di mana Allah
bersemayam memerintah alam semesta dan kehadiran-Nya di tengah-tengah
umat-Nya.
9. Pelayanan imam dalam upacara harian di bilik yang suci melambangkan
pelayanan pengantaraan keimamatan Kristus sejak kenaikan-Nya hingga 22
Oktober 1844.
10. Pelayanan imam dalam upacara tahunan di bilik yang mahasuci melambangkan
pekerjaan penghakiman pemeriksaan yang berlangsung sejak 22 Oktober 1844
hingga Dunia Baru.
11. Penerapan doktrin bait suci dalam kehidupan anggota jemaat berupa
penyelidikan hati, merendahkan diri dan membereskan dosa-dosa pribadi.
12. Penerapan doktrin bait suci dalam kehidupan anggota jemaat dengan komitmen
untuk tidak melakukan dosa secara sengaja.
13. Penolakan terhadap pandangan William Miller yang mengatakan bahwa tempat
kudus yang akan dipulihkan adalah gereja dan bumi ini.
57
14. Menolak pandangan Pdt. Albion Ballenger yang mengatakan bahwa pelayanan
imam di bilik yang suci hanyalah pengalaman Perjanjian Lama.
15. Menolak pandangan Desmond Ford yang mengatakan tidak ada Bait Suci di
Surga dan pelayanan di Bait Suci surgawi tidak dibutuhkan untuk keselamatan
umat manusia, karena keselamatan melalui kematian Kristus di kayu salib sudah
sempurna dan lengkap.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian dan penulisan jurnal ini adalah
metode deskriptif analisis. Penelitian difokuskan untuk mengetahui tingkat pengaruh
peran pendeta sebagai pendidik jemaat terhadap pemahaman dan penerapan doktrin Bait
Suci di lingkungan anggota GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar.
Populasi dan Sampel Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota jemaat aktif dan yang
sudah dibaptis di GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar. Adapun jumlah
keanggotaan aktif GMAHK berjumlah 820 orang dari delapan jemaat, yakni
GMAHK jemaat Jl. Simbolon No.6, GMAHK jemaat Jl. Nias, GMAHK jemaat
Tomuan, GMAHK jemaat Rambung Merah, GMAHK jemaat Parluasan,
GMAHK jemaat Martoba, GMAHK jemaat SLA III, dan GMAHK jemaat SLA-
PTASN Pematangsiantar.
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota gereja yang sudah dibaptis
dan anggota aktif, yakni anggota majelis jemaat dari masing-masing jemaat,
dengan jumlah responden sebanyak 110 orang. Dengan perincian seperti terlihat
dalam tabel di bawah ini.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian adalah GMAHK yang ada di kotamadya
Pematangsiantar, terdiri dari delapan jemaat. Waktu penelitian dilakukan sejak bulan
58
Juli 2014 hingga bulan April 2015. Jadwal pelaksanaan uji coba instrument (kuesioner)
dilaksanakan pada minggu keempat bulan Februari 2015, dengan membagikan
pertanyaan-pertanyaan kepada partisipan dan pengambilan data sampel dilaksanakan
pada minggu pertama bulan Maret 2015, serta penulisan laporan dilaksanakan minggu
pertama Maret 2015.
Variabel Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif memiliki tiga variabel
yang dikelompokkan menjadi dua, yakni variabel bebas (independent
variable/predictor) dan variabel terikat (dependent variable/kriterium). Variabel
bebas dipandang sebagai variabel yang diduga mempengaruhi vaiable terikat.
Variabel bebas terdiri dari peran pendeta sebagai pendidik jemaat dalam
mengajarkan doktrin Bait Suci (X), dan variable terikat adalah pemahaman
anggota jemaat terhadap doktrin Bait Suci (Y1), dan penerapan doktrin Bait Suci
dalam kehidupan anggota jemaat (Y2).
Gambar 1: Variabel Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Data ialah dasar untuk memecahkan masalah penelitian.1 Data-data
yang baik, diperoleh melalui perencanakan metode pengumpulan data yang baik.
Metode pengumpulan data yang baik seperti dijelaskan oleh Sproull yang dikutip
oleh Andreas B. Subagyo, ada empat, yaitu metode wawancara, administrasi
1Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Hidup,
2004), 226.
Peran Pendeta (X)
Penerapan Doktrin Bait Suci Dalam Kehidupan Anggota Jemaat(Y2)
Pemahaman Anggota terhadap Doktrin Bait Suci (Y1)
59
instrument, pengamatan, dan pemeriksaan dokumen atau benda-benda.1 Dalam
penelitian kuantitatif ini metode pengumpulan data memakai administrasi
instrument kuesioner. Teknik pengumpulan datanya berdasarkan model skala
Likert, untuk mengukur sikap, pendapat, dan anggapan seseorang atau
sekelompok orang mengenai gejala atau fenomena sosial. Dengan skala Likert ini
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, yang menjadi
dasar acuan menyusun item-item pernyataan.
Tabel 3.1
Penetapan Skor Jawaban Angket Skala Likert
No Nilai Kriteria Tanggapan
1 5 Sangat baik/tinggi Sangat Setuju
2 4 Baik/tinggi Setuju
3 3 Cukup Ragu-Ragu
4 2 Tidak baik/rendah Tidak Setuju
5 1 Sangat tidak baik/sangat rendah
Sangat Tidak Setuju
Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan/kesahihan
suatu instrumen.Suatu instrument yang kurang valid mempunyai validitas tinggi.
Instrument dikatakan valid apabila dapat
mengungkapkan variabel dengan teliti.Tinggi rendahnya instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud.2
1Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Hidup,
2004), 227. 2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 1993), 160.
60
Validitas isi yaitu isi pernyataan dalam instrument sudah sesuai dengan
indikator masing-masing variabel. Sedangkan validitas empiris yaitu peneliti mencoba
instrumennya pada sasaran variabel. Sedangkan validitas empiris yaitu peneliti mencoba
instrumennya pada sasaran yang sesuai dengan sasaran penelitian.Hal ini sering juga
disebut dengan kegiatan uji coba. Validitas empiris menggunakan teknik analisis butir,
yaitu digunakan dengan mengkorelasikan skor-skor pada butir yang dimaksud dengan
skor total. Adapun perhitungan validitas menggunakan rumus sebagai berikut:
rxy=�∑�����(∑��)(��)
�[�∑����(∑��)
�][�[�∑����(∑��)
�]
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
n = jumlah responden uji coba
x = skor tiap item
y = skor seluruh item responden uji coba
Pengujian validitas item dalam penelitian ini menggunakan computer program SPSS
versi 18. Untuk interpretasi terhadap koefisien, apabila diperoleh r hitung > r tabel,
dapat disimpulkan bahwa butir angket termasuk dalam kategori valid. Hasil uji validitas
menunjukkan semua butir angket adalah valid, karena r hitung secara keseluruhan butir
lebih dari r tabel n = 32 Adapun hasil output SPSS mengenai uji validitas instrument
secara rinci ada pada lampiran, sedangkan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3.4
berikut ini.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen
No Variabel Jumlah Butir
Valid Tidak Valid
1. Peranan Pendeta dalam mengajarkan doktrin Bait Suci
1 - 15 30 0
2. Pemahaman Teologis anggota GMAHK tentang doktrin Bait Suci
16 - 25 30 0
3. Penerapan doktrin Bait Suci di kalangan anggota GMAHK se-kotamadya Pematangsiantar
26 - 30 30 0
61
Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan terhadap item-item yang sudah teruji validitasnya,
sehingga item yang tidak valid tidak diikutsertakan. Dalam penelitian inipengujian
reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach.Jika r hitung lebih besar dari r tabel
maka instrument dikatakan reliabel. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus cronbach
alpha.
Tabel 3.3
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen No Variabel r hitung r tabel Kesimpulan
1 Peranan Pendeta Dalam mengajarkan doktrin Bait Suci
4.3667 1.734 Valid
2. Pemahaman Anggota Jemaat tentang doktrin Bait Suci
4.3667 1.734 Valid
3. Penerapan doktrin Bait Suci dalam kehidupan anggota jemaat
4.4333 1.734 Valid
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data
regresi sederhana dan regeresi berganda dengan bantuan SPSS Windows versi 14. Ada
pun tahap pelaksanaan analisis meliputi: (1) analisis deskriptif, (2) uji persyaratan
analisis, (3) uji normalitas, (4) uji linearitas, dan (5) uji hipotesis.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini digunakan untuk mendapatkan gambaran penyebaran data
hasil penelitian masing-masing variabel secara katagorial. Skor yang didapatkan dari
setiap hasil dibuat kriteria skor menjadi 5 yaitu: sangat baik, baik, cukup baik, kurang
baik, dan tidak baik. Rentang skor ideal yang ada sesuai skala Linkert berkisar antara 1
sampai 5 karena ada lima alternative jawaban. Analisis data menggunakan bantuan
Software SPSS Windows versi 14.
62
Uji Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
data yang dikumpulkan memenuhi persyaratan untuk dianalisis dengan teknik yang
telah direncanakan. Dibutuhkan persyaratan untuk menghitung korelasi antara lain
hubungan variabel X dan Y harus linear dan bentuk distribusi semua variabel dari
subyek penelitian harus berdistribusi normal. Anggapan populasi berdistribusi normal
perlu dicek, agar langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan.
Pengaruh peranan pendeta dalam mengajarkan doktrin Bait Suci untuk
membuat anggota jemaat paham (mahir) dan mengaplikasikan pengajaran doktrin itu
dalam kehidupan mereka sehari-hari dapat tercapai secara optimal. Hal itu tidak dapat
lepas dari peran pendeta jemaat sebagai pendidik jemaat mengajarkan dengan setia
doktrin Bait Suci kepada anggota jemaat. Hubungan positif antara pendeta dan anggota
jemaat dalam memberikan pemahaman yang sangat baik (mahir)tentang doktrin Bait
Suci serta penerapan pokok pengajaran Bait Suci dalam kehidupan anggota jemaat
sangat diharapkan.
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis terdiri dari uji regresi sederhana dan uji regresi berganda. Uji
regresi sederhana bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
preditor yaitu pengaruh peran pendeta jemaat dalam mengajarkan doktrin Bait Suci (X)
terhadap pemahaman anggota jemaat (Y1) dan terhadap penerapan pengajaran doktrin
Bait Suci dalam kehidupan anggota jemaat (Y2) dengan menggunakan persamaan
regresi, yaitu:
bxaY 1
bxaY 2
Keterangan:
Y1 = Nilai yang diprediksi (Pemahaman anggota jemaat)
Y2 = Nilai yang diprediksi (Penerapan pengajaran doktrin)
X = Nilai variabel prediktor (Peran pendeta)
63
a = Bilangan konstan
b = Bilangan koefisien predictor.
Untuk pengujian hipotesis yang telah diajukan atau untuk mengetahui
pengaruh variabel prediktor terhadap pengaruh peran pendeta dalam mengajarkan
doktrin Bait Suci digunakan analisis regresi sederhana. Pelaksanaan uji hipotesis ini
dilakukan degan bantuan program SPSS Windows Versi 18.
Berdasarkan kajian tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif peranan pendeta sebagai pendidik jemaat mengajarkan
doktrin Bait Suci terhadap pemahaman anggota jemaat GMAHK se-kotamadya
Pematangsiantar.
2. Terdapat pengaruh positif peranan pendeta sebagai pendidik jemaat meyakinkan
anggota jemaat untuk menerapkan pengajaran doktrin Bait Suci dalam
kehidupan sehari-hari.
Pengujian hipotesis menggunakan bantuan software computer program SPSS
versi 18. Selanjutnya dilakukan analisis regresi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada 110 orang sampel
responden diperoleh data yang bisa kita lihat melalui tabel-tabel berikut:
Tabel 4.1
Peranan Pendeta dalam Mengajarkan Doktrin Bait Suci kepada Anggota GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar (X)
No Uraian TS KS RR S SS
1. Pendeta mengajarkan Doktrin Bait Suci sebagai salah satu pilar doktrin GMAHK yang harus dipahami oleh setiap anggota jemaat.
2% 9% 35% 32% 28%
2.. Pendeta mengajarkan bahwa Doktrin Bait Suci berhubungan dengan semua pengajaran /doktrin GMAHK.
2% 3% 34% 43% 18%
3. Pendeta mengajarkan bahwa Bait Suci di Surga adalah tempat yang nyata di mana Yesus melayani untuk keselamatan umat manusia.
2% 3% 45% 23% 27%
64
4. Pendeta mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar Perjanjian Baru yang mempersembahkan darah-Nya sendiri sebagai pendamaian atas dosa-dosa.
1% 2% 33% 28% 36%
5. Pendeta mengajarkan bahwa Kemah Suci Musa adalah miniatur bait suci yang di surga.
5% 11% 42% 33% 9%
6. Pendeta mengajarkan bahwa Bait Suci Surgawi memiliki struktur bangunan seperti halnya Kemah Suci Musa
3% 6% 41% 23% 27%
7. Pendeta mengajarkan bahwa Mezbah korban bakaran melambangkan Kristus yang mati tersalib di bukit Golgota menjadi korban kita yang sempurna.
2% 4% 42% 29% 23%
8. Pendeta mengajarkan bahwa Tabut Perjanjian melambangkan Takhta Allah, tempat di mana Allah bersemayam memerintah alam semesta dan kehadiran-Nya di tengah-tengah umat-Nya.
2% 6% 43% 27% 22%
9. Pendeta mengajarkan bahwa pelayanan imam dalam upacara harian di bilik yang suci melambangkan pelayanan pengantaraan keimamatan Kristus sejak kenaikan-Nya hingga 22 Oktober 1844.
8% 27% 35% 27% 3%
10. Pendeta mengajarkan bahwa pelayanan imam dalam upacara tahunan di bilik yang mahasuci melambangkan pekerjaan penghakiman pemeriksaan yang berlangsung sejak 22 Oktober 1844 hingga Dunia Baru
2% 27% 41% 18% 12%
11. Pendeta mengajarkan bahwa sementara Kristus melayani di dalam Bilik yang Mahasuci di Surga, setiap umat percaya wajib mengadakan penyelidikan hati, merendahkan diri dan membereskan dosa-dosa pribadi.
5% 6% 37% 27% 25%
12. Pendeta mengajarkan bahwa sementara Kristus melayani di bilik yang mahasuci di Surga, setiap umat percaya tidak akan melakukan dosa secara sengaja.
4% 23% 34% 30% 9%
13.. Pendeta mengajarkan bahwa pendapat William Miller yang mengatakan bahwa pemulihan tempat kudus adalah pembersihan gereja dan bumi ini tidak sesuai dengan pengajaran Kitab Suci.
0% 2% 63% 27% 8%
14.. Pendeta mengajarkan bahwa pendapat Albion Ballenger yang mengatakan bahwa pelayanan Imam di bilik yang suci hanyalah pengalaman Perjanjian Lama bertentangan dengan pengajaran Kitab Suci.
4% 9% 80% 4% 3%
15. Pendeta mengajarkan bahwa pendapat Desmond Ford yang mengatakan tidak ada bait suci di surga dan pelayanan keimamatan Yesus din Bait Suci surgawi tidak dibutuhkan untuk keselamatan, tidak sesuai dengan pengajaran Kitab Suci.
0% 14% 79% 4% 3%
Keterangan: TS (Tidak Setuju), KS (Kurang Setuju), RR (Ragu-Ragu), S (Setuju), SS (Sangat Setuju).
65
Tabel 4.2
Pemahaman Teologis Anggota GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar tentang Doktrin Bait Suci ( Y1)
No Uraian TS KS RR S SS
16. Doktrin Bait Suci adalah salah satu pilar doktrin GMAHK yang harus dipahami oleh setiap anggota jemaat.
0% 0% 8% 55% 37%
17. Doktrin Bait Suci berhubungan dengan semua pengajaran /doktrin GMAHK.
0% 0% 19% 54% 27%
18. Bait Suci di Surga adalah tempat yang nyata di mana Yesus melayani untuk keselamatan umat manusia.
0% 2% 13% 44% 41%
19. Yesus Kristus adalah Imam Besar Perjanjian Baru yang mempersembahkan darah-Nya sendiri sebagai pendamaian atas dosa-dosa.
0% 3% 10% 36% 51%
20. Kemah Suci Musa adalah miniatur bait suci yang di surga.
2% 4% 17% 41% 36%
21. Bait Suci surgawi memiliki struktur bangunan seperti halnya Kemah Suci dan Bait Suci Israel kuno.
1% 2% 15% 47% 32%
22. Mezbah korban bakaran melambangkan Kristus yang mati tersalib di bukit Golgota menjadi korban kita yang sempurna.
2% 4% 15% 47% 32%
23. Tabut Perjanjian melambangkan Takhta Allah, tempat di mana Allah bersemayam memerintah alam semesta dan kehadiran-Nya di tengah-tengah umat-Nya.
1% 2% 19% 42% 36%
24. Pelayanan imam dalam upacara harian di bilik yang suci melambangkan pelayanan pengantaraan keimamatan Kristus sejak kenaikan-Nya hingga 22 Oktober 1844.
2% 5% 32% 32% 22%
25. Pelayanan imam dalam upacara tahunan di bilik yang mahasuci melambangkan pekerjaan penghakiman pemeriksaan yang berlangsung sejak 22 Oktober 1844 hingga Dunia Baru
2% 3% 38% 39% 18%
Keterangan: TS (Tidak Setuju), KS (Kurang Setuju), RR (Ragu-Ragu), S (Setuju), SS (Sangat Setuju).
66
Tabel 4.3 Penerapan Doktrin Bait Suci Dalam Kehidupan Anggota
GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar No. Uraian TD JD KK D SD
26. Bersedia mengadakan penyelidikan hati, merendahkan diri dan membereskan dosa-dosa pribadi.
2% 3% 13% 41% 41%
27. Berusaha untuk tidak akan melakukan dosa secara sengaja, “ Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.
4% 9% 38% 25% 24%
28. Menolak pandangan William Miller yang mengatakan bahwa Bait Suci dan tempat kudus yang akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar ialah gereja dan bumi ini.
3% 9% 70% 14% 4%
29. Menolak pandangan Pdt. Albion Ballenger yang mengatakan bahwa pelayanan Imam di bilik yang suci hanyalah pengalaman Perjanjian Lama.
3% 5% 83% 5% 4%
30. Menolak pandangan Desmond Ford yang mengatakan tidak ada Bait Suci di Surga dan pelayanan di Bait Suci surgawi tidak dibutuhkan untuk keselamatan umat manusia, karena keselamatan melalui kematian Kristus di Salib sudah sempurna dan lengkap.
3% 4% 86% 5% 2%
Keterangan: TD (Tidak Dilakukan), JD (Jarang Dilakukan), KK
(Kadang-Kadang Dilakukan), D (Dilakukan), SD (Selalu Dilakukan)
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik
Descriptive Statistics Pernyataan N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
1 110 2.00 5.00 4.0364 .38139 2 110 2.00 4.00 3.8818 .35145 3 110 2.00 5.00 4.0364 .38139 4 110 2.00 5.00 3.9636 .40473 5 110 2.00 5.00 4.0091 .34523 6 110 2.00 5.00 3.6545 .54917 7 110 2.00 5.00 3.9818 .30234 8 110 2.00 4.00 3.3545 .49929
67
9 110 1.00 5.00 2.9818 .94802 10 110 1.00 5.00 3.1091 .86040 11 110 2.00 5.00 3.9818 .30234 12 110 2.00 5.00 3.1455 .91708 13 110 2.00 5.00 3.2273 .71239 14 110 2.00 5.00 3.3727 .60364 15 110 2.00 4.00 3.3818 .50650
16 110 2.00 5.00 4.2727 .64834 17 110 2.00 5.00 4.3273 .54367 18 110 2.00 5.00 3.5455 .71210 19 110 2.00 5.00 3.7091 .61099 20 110 1.00 4.00 3.6545 .65576 21 110 1.00 5.00 3.9000 .55768 22 110 1.00 4.00 3.5545 .79663 23 110 1.00 5.00 3.6182 .76604 24 110 1.00 4.00 3.4455 .76129 25 110 1.00 5.00 3.7909 .79095 26 110 1.00 4.00 3.5545 .77325 27 110 1.00 5.00 3.3091 1.09833 28 110 1.00 5.00 3.0273 .66992 29 110 1.00 5.00 3.2636 .73793 30 110 2.00 4.00 3.3818 .50650
Valid N (listwise)
110
Tabel 4.5 Klasifikasi Interpretasi Mean Responden
No Klasifikasi Interpretasi Interpretasi 1 1,0 – 1,4 Sangat tidak setuju Buruk 2 1,5 – 2,4 Tidak setuju Kurang 3 2,5 – 3,4 Ragu-ragu Cukup 4 3,5 – 4,4 Setuju Baik 5 4,5 – 5,0 Sangat setuju Sangat Baik
(Mahir)
Dari inferensi di atas dapat dirangkum dalam tabel 4.6 sebagai berikut:
68
Tabel 4.6 Hasil Rangkuman Deskripsi Statistik X
Soal No Mean Interpretasi Peranan Pendeta Dalam Mengajarkan Doktrin Bait Suci
1 4.2727 Baik 2 4.3273 Baik 3 3.5455 Baik 4 3.7091 Baik 5 3.6545 Baik 6 3.9000 Baik 7 3.5545 Baik 8 3.6182 Baik 9 3.4455 Cukup
10 3.7909 Baik 11 3.5545 Baik 12 3.3091 Cukup
13 3.0273 Cukup
14 3.2636 Cukup
15 3.3818 Cukup
Rata-rata 3.6236 Baik
Tabel 4.7
Hasil Rangkuman Deskripsi Statistik Y1
Soal No Mean Interpretasi
Pemahaman Anggota Jemaat Tentang Doktrin Bait Suci 16 4.0364 Baik 17 3.8818 Baik 18 4.0364 Baik 19 3.9636 Baik 20 4.0091 Baik 21 3.6545 Baik 22 3.9818 Baik 23 3.3545 Cukup
24 2.9818 Cukup
25 3.1091 Cukup
Rata-rata 3.7009 Baik
69
Tabel 4.8 Hasil Rangkuman Deskripsi Statistik Y2
Soal No Mean Interpretasi
Penerapan Doktrin Bait Suci Dalam Kehidupan Anggota Jemaat
26 3.9818 Baik 27 3.1455 Cukup
28 3.2273 Cukup
29 3.3727 Cukup
30 3.3818 Cukup
Rata-rata 3.4218 Cukup
Dari Tabel Hasil Rangkuman Deskripsi Statistik (Tabel 4.6, 4.7 dan 4.8) di
atas dapat dilihat bahwa dari 110 responden menjawab setiap pernyataaan pada variabel
peranan pendeta dalam mengajarkan doktrin Bait Suci (X) memberikan skor jawaban
dengan nilai sebesar 3,6236. Artinya bahwa secara keseluruhan rata-rata responden
mengakui bahwa pendeta jemaat memiliki peranan yang baik dalam mengajarkan
doktrin Bait Suci.
Pernyataaan pada variabel pemahaman anggota jemaat tentang doktrin Bait
Suci, memberikan skor jawaban terhadap kuesioner nilainya sebesar 3.7009. Artinya
bahwa secara keseluruhan anggota jemaat memahami dengan baik tentang doktrin Bait
Suci.
Pernyataaan pada indikator penerapan doktrin Bait Suci dalam kehidupan
anggota jemaat, memberikan skor jawaban terhadap kuesioner nilainya sebesar 3.4218.
Artinya bahwa secara keseluruhan penerapan doktrin Bait Suci dalam kehidupan
anggota jemaat hanya berada pada tingkatan cukup.
70
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan perolehan data yang dianalisa dan diuji secara ilmiah tentang
penelitian berjudul: Pengaruh Peran Pendeta Terhadap Pemahaman dan Penerapan
Doktrin Bait Suci di Lingkungan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh se-Kotamadya
Pematangsiantar diperoleh fakta sebagai berikut:
1. Anggota GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar secara keseluruhan
memahami dengan baik tentang doktrin Bait Suci (3.7009).
2. Penerapan pokok doktrin Bait Suci dalam kehidupan anggota GMAHK se-
kotamadya Pematangsiantar berada pada posisi cukup (3.4218).
3. Secara keseluruhan anggota jemaat mengakui bahwa pendeta jemaat memiliki
peranan yang baik dalam mengajarkan doktrin Bait Suci (3,6236).
4. Pengaruh hubungan antara peranan pendeta jemaat terhadap pemahaman
teologis anggota GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar tentang doktrin Bait
Suci (Y1 = a+bx) tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan, karena skor
nilai berada pada posisi 0.316 atau 9,9%.
5. Pengaruh hubungan antara peranan pendeta jemaat dalam mengajarkan doktrin
Bait Suci terhadap penerapan doktrin Bait Suci dalam kehidupan anggota
jemaat(Y2 = a+bx) juga tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan dengan
nilai 0.369 atau 13,6%.
Berdasarkan fakta dan data tersebut, penulis memberikan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tingkat pemahaman anggota GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar tentang
doktrin Bait Suci masih perlu ditingkatkan dari level pemahaman baik hingga
mencapai pemahaman yang sangat baik atau mahir.
2. Tingkat penerapan doktrin Bait Suci dalam kehidupan anggota GMAHK se-
Kotamadya Pematangsiantar perlu mendapat perhatian khusus karena masih
71
berada pada level cukup. Kondisi ini harus ditingkatkan hingga mencapai level
sangat baik (mahir).
3. Tingkat peran pendeta sebagai pendidik jemaat dalam mengajarkan doktrin Bait
Suci kepada anggota GMAHK sudah berada pada level baik. Namun pengaruh
peran pendeta dalam mengajarkan doktrin Bait Suci terhadap pemahaman
teologis anggota jemaat (Y1 = a+bx) sangat lemah atau tidak signifikan.
Demikian juga pengaruh peran pendeta jemaat dalam mengajarkan doktrin Bait
Suci terhadap penerapan doktrin itu dalam kehidupan anggota GMAHK se-
Kotamadya Pematangsiantar (Y2 = a+bx) sangat lemah dan tidak signifikan.
4. Berdasarkan analisis data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
pemahaman dan penerapan doktrin Bait Suci dalam kehidupan anggota
GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar saat ini adalah pemahaman dan
penerapan yang sudah ada sebelumnya dan bukan merupakan hasil pengaruh
peran pendeta jemaat.
Saran Teoritis
1. Kepada setiap anggota GMAHK se- Kotamadya Pematangsiantar hendaknya
memperhatikan nasihat Ellen G. White sehubungan dengan pentingnya
meningkatkan pemahaman terhadap doktrin Bait Suci sebagaimana dinyatakan
dalam tulisannya, “Sebagai satu umat, kita harus menjadi pelajar-pelajar
nubuatan yang sungguh-sungguh; kita tidak boleh berhenti sampai kita menjadi
mahir tentang pelajaran Bait Suci, yang ditunjukkan dalam penglihatan Daniel
dan Yohanes.”1
2. Setiap anggota jemaat harus berusaha terus menerus belajar tentang doktrin Bait
Suci hingga mencapai tingkat mahir. Tingkat pemahaman yang demikian sangat
perlu dimiliki oleh setiap anggota jemaat agar mereka mampu menyaksikan
imannya kepada orang lain.
1Ellen G. White, Evangelism (Bandung: Indonesia Publishing House, 2009), 223.
72
3. Setiap anggota GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar perlu memberikan
perhatian khusus kepada penerapan doktrin Bait Suci oleh karena penelitian
menunjukkan bahwa tingkat penerapan terhadap pokok pengajaran Bait Suci
masih berada pada level cukup. Tingkat penerapan perlu ditingkatkan kepada
level baik hingga sangat baik sebagaimana ditekankan Ellen G. White yaitu
mencapai tingkat mahir.
4. Kepada para Pendeta sebagai pendidik jemaat agar lebih meningkatkan perannya
dalam mengajarkan doktrin Bait Suci kepada anggota jemaat. Tingkat peran
pendeta sebagai pendidik jemaat dalam mengajarkan doktrin Bait Suci kepada
anggota GMAHK se-Kotamadya Pematangsiantar berada pada level baik.
Kondisi ini perlu ditingkatkan ke level sangat baik. Rasul Paulus menasehatkan
tentang tugas panggilan pendeta sebagai pendidik jemaat: “Dan Ialah yang
memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil
maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,untuk memperlengkapi orang-
orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai
kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang
Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus” (Efesus 4:11-13).
Saran Praktis
Melalui penelitian ini penulis memberikan saran kepada para pemimpin rohani
yakni para pendeta dan pimpinan Daerah SKU (Officers and Staf Kantor GMAHK
Daerah Sumatera Kawasan Utara) sebagai wakil-wakil Kristus yang telah ditetapkan
Allah untuk mendidik dan memperlengkapi anggota jemaat hingga mencapai
kedewasaan penuh. Salah satu tugas memperlengkapi anggota jemaat adalah dalam hal
mengajarkan doktrin Bait Suci kepada anggota jemaat. Tugas ini dapat dilakukan
dengan melibatkan peran para nara sumber yang menguasai doktrin Bait Suci atau
melibatkan para dosen yang ada di lembaga pendidikan yang mengasuh mata kuliah
doktrin Bait Suci, untuk memimpin kegiatan-kegiatan seminar kepada para pendeta
73
jemaat dan selanjutnya para pendeta jemaat dapat meneruskan pelatihan tentang pokok
doktrin Bait Suci kepada anggota jemaat di distrik masing-masing, sehingga setiap
anggota GMAHK khususnya yang ada di kotamadya Pematangsiantar mahir tentang
doktrin Bait Suci dan dapat mempersiapkan diri untuk memperoleh manfaat jasa
pengantaraan Kristus di dalam Bait Suci Surgawi.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang U., Gembala sebagai Guru, Bandung: Universitas Advent Indonesia,
2000.
Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia, 28 Uraian
Dokrtin Dasar Alkitabiah, Bandung: Indonesia Publishing House, 1992.
Martin Carlos G., Adventist Pastoral Ministry, Philippine: AIIAS, 1997.
Muhidin dan Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi dan jalur, Bandung: Pustaka
Setia, 2007.
Neuffer, Don F., Seventh-day Adventist Encyclopedia, Vol.10, Washington DC:
Review and Herald Publishing Association, 1976.
Storn, Born., Apakah Penggembalaan Itu?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Stot, JRW., One People, London: Falcon, 1969.
White, Ellen G., Christ in His Sanctuary, California: Pacific Press Publishing
Association,1969.
_____, Evangelism, Washington D.C: Review and Herald Publishing
Association,1970.
_____, Alfa dan Omega, Jilid 8, Bandung: Indonesia Publishing House,
2011.
_____,Testimonies to Ministers, Washington DC: Review and Herald
Publishing Association, 1970.
_____,Christian Education, Washington DC: Review and Herald
Publishing Association, 1970.