PENGARUH PENGGUNAAN LEVEL ENERGI – PROTEIN … · PENGARUH PENGGUNAAN LEVEL ENERGI – PROTEIN...

5
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 64 PENGARUH PENGGUNAAN LEVEL ENERGI – PROTEIN RANSUM TERHADAP PRODUKSI AYAM KAMPUNG Gusti Ayu Mayani Kristina Dewi dan I Wayan Wijana Fakultas Peternakan, Universitas Udayana ABSTRACT This recearch it was to determine, the effect level of balance energy and protein ration for production of Kampung chickens. A number of 48 unsexed age 3 days of Kampung chikens were used in this experiment. A completely randomized design were used with 4 treatments and 4 replications of each has 3 birds. The treatments were a ration with balance metabolic energy 3100 kkal/kg and 22% protein (RA) ; ration with balance energy 3000 kkal/kg and 20% protein (RB); ration with balance energy 2900 kkal /kg and protein 18% (RC); ration with balance energy 2800 kkal /kg and 16% protein (RD). The variable studied were : final body weight, body weight gain, feed consumtion, FCR, carcas weight , carcas percentage, inner organ . Data obtained was analyzed with analysis of variance and followed by Duncan’s multiple range test (Steel and Torrie, 1993), when significant differences (P<0.05) amongs treatments were found. Results of this experiment showed that effect level of balance enrgy and protein in the ration of 10 week age of Kampung chickens can gave final body weight, body weight gain, feed consumtion, FCR, was significantly (P<0,05), but carcas weight , carcas percentage, inner organs was not significantly (P>0,05) among the treatmens. Keywords: Kampung chickens, energy, protein, body weight, carcas, inner organs PENDAHULUAN Salah satu sumber protein asal hewani yang sangat mudah didapat, telah banyak dikenal dan bermasyarakat adalah daging ataupun telur ayam Kampung. Ayam Kampung adalah ayam lokal Indonesia berasal dari ayam hutan merah yang telah dijinakkan. Akibat proses evolusi dan domestikasi, terciptalah ayam kampung yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya ( Supraptini, 1985). Sebagai sumber protein hewani, ayam Kampung memiliki kelebihan dimana daging dan telurnya lebih disukai masyarakat, harganya relatif lebih mahal dibanding ayam ras. Dibeberapa daerah di Indonesia ayam Kampung sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam acara keagamaan, adat istiadat dan hobi sehingga pembudidayaannya perlu ditingkatkan (Nitis, 2006). Populasi ayam Kampung menurut Statistik Tahun 2007 berjumlah 6.5 juta ekor, tersebar keseluruh pelosok pulau di Indonesia (Ditjen Nak, 2007). Rendahnya produktivitas ayam Kampung disebabkan pemeliharaannya masih tradisional, hampir tidak mengeluarkan biaya, mengkonsumsi sisa-sisa dapur, dan tidak pernah diberikan pengobatan ( Sartika, 2006 dan Dewi, 2010 a). Sistem pemeliharaan ayam Kampung yang dilakukan peternak, pemberian pakan belum mengacu pada kaidah ilmu nutrisi, belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat makanan pada tingkat produksi daging ataupun telur. Susunan ransum ayam Kampung digunakan di Indonesia, sampai saat ini didasarkan rekomendasi ayam ras . Menurut Scott et al. (1982) kebutuhan energi metabolis ayam tipe ringan umur 2-8 minggu sebesar 2600 -3100 kkal/kg dan protein pakan antara 18% - 24%, sedangkan menurut NRC (1994) kebutuhan energi metabolis dan protein masing- masing 2900 kkal/kg dan 18%. Banyak penelitian telah dilaksanakan pada ayam Kampung, tapi berapa besar level energi dan protein untuk produksi karkas ayam Kampung di daerah tropis belum dapat ditentukan. Hal ini penting untuk dikaji dan sangat perlu ditetapkan. Sehubungan dengan permasalahan diatas telah dilakukan penelitian pengaruh penggunaan level energi dan protein ransum untuk mengetahui pengaruhnya terhadap produksi ayam Kampung pada umur 10 minggu. MATERI DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratoriun Lapangan, Ternak Unggas di Desa Peguyangan, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, selama 10 minggu. Ayam yang digunakan memiliki berat rata- rata 54.19 ± 2.70 g, diperoleh dari peternak di Desa Marga, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 3 ekor ayam, seluruhnya berjumlah 48 ekor. Adupun perlakuan ransum diberikan mengandung : A : energi 3100 kkal/kg dan protein 22% ; B : energi 3000 kkal/kg dan protein 20%; C : energi 2900 kkal /kg dan protein 18% dan D : energi 2800 kkal /kg dan protein 16%. Komposisi ransum dapat dilihat pada Tabel 1.

Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN LEVEL ENERGI – PROTEIN … · PENGARUH PENGGUNAAN LEVEL ENERGI – PROTEIN...

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 64

PENGARUH PENGGUNAAN LEVEL ENERGI – PROTEIN RANSUM TERHADAP PRODUKSI AYAM KAMPUNG

Gusti Ayu Mayani Kristina Dewi dan I Wayan WijanaFakultas Peternakan, Universitas Udayana

ABSTRACT

This recearch it was to determine, the effect level of balance energy and protein ration for production of Kampung chickens.

A number of 48 unsexed age 3 days of Kampung chikens were used in this experiment. A completely randomized design were used with 4 treatments and 4 replications of each has 3 birds. The treatments were a ration with balance metabolic energy 3100 kkal/kg and 22% protein (RA) ; ration with balance energy 3000 kkal/kg and 20% protein (RB); ration with balance energy 2900 kkal /kg and protein 18% (RC); ration with balance energy 2800 kkal /kg and 16% protein (RD). The variable studied were : fi nal body weight, body weight gain, feed consumtion, FCR, carcas weight , carcas percentage, inner organ . Data obtained was analyzed with analysis of variance and followed by Duncan’s multiple range test (Steel and Torrie, 1993), when signifi cant differences (P<0.05) amongs treatments were found.

Results of this experiment showed that effect level of balance enrgy and protein in the ration of 10 week age of Kampung chickens can gave fi nal body weight, body weight gain, feed consumtion, FCR, was signifi cantly (P<0,05), but carcas weight , carcas percentage, inner organs was not signifi cantly (P>0,05) among the treatmens.

Keywords: Kampung chickens, energy, protein, body weight, carcas, inner organs

PENDAHULUAN

Salah satu sumber protein asal hewani yang sangat mudah didapat, telah banyak dikenal dan bermasyarakat adalah daging ataupun telur ayam Kampung. Ayam Kampung adalah ayam lokal Indonesia berasal dari ayam hutan merah yang telah dijinakkan. Akibat proses evolusi dan domestikasi, terciptalah ayam kampung yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya ( Supraptini, 1985). Sebagai sumber protein hewani, ayam Kampung memiliki kelebihan dimana daging dan telurnya lebih disukai masyarakat, harganya relatif lebih mahal dibanding ayam ras. Dibeberapa daerah di Indonesia ayam Kampung sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam acara keagamaan, adat istiadat dan hobi sehingga pembudidayaannya perlu ditingkatkan (Nitis, 2006).

Populasi ayam Kampung menurut Statistik Tahun 2007 berjumlah 6.5 juta ekor, tersebar keseluruh pelosok pulau di Indonesia (Ditjen Nak, 2007). Rendahnya produktivitas ayam Kampung disebabkan pemeliharaannya masih tradisional, hampir tidak mengeluarkan biaya, mengkonsumsi sisa-sisa dapur, dan tidak pernah diberikan pengobatan ( Sartika, 2006 dan Dewi, 2010 a).

Sistem pemeliharaan ayam Kampung yang dilakukan peternak, pemberian pakan belum mengacu pada kaidah ilmu nutrisi, belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat makanan pada tingkat produksi daging ataupun telur. Susunan ransum ayam Kampung digunakan di Indonesia, sampai saat ini didasarkan rekomendasi ayam ras . Menurut Scott et al. (1982) kebutuhan energi metabolis ayam tipe ringan umur 2-8 minggu sebesar 2600 -3100 kkal/kg dan protein pakan antara 18% - 24%, sedangkan menurut NRC (1994) kebutuhan energi metabolis dan protein masing-masing 2900 kkal/kg dan 18%. Banyak penelitian telah dilaksanakan pada ayam Kampung, tapi berapa besar level energi dan protein untuk produksi karkas ayam Kampung di daerah tropis belum dapat ditentukan. Hal ini penting untuk dikaji dan sangat perlu ditetapkan.

Sehubungan dengan permasalahan diatas telah dilakukan penelitian pengaruh penggunaan level energi dan protein ransum untuk mengetahui pengaruhnya terhadap produksi ayam Kampung pada umur 10 minggu.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratoriun Lapangan, Ternak Unggas di Desa Peguyangan, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, selama 10 minggu. Ayam yang digunakan memiliki berat rata-rata 54.19 ± 2.70 g, diperoleh dari peternak di Desa Marga, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali.

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 3 ekor ayam, seluruhnya berjumlah 48 ekor. Adupun perlakuan ransum diberikan mengandung : A : energi 3100 kkal/kg dan protein 22% ; B : energi 3000 kkal/kg dan protein 20%; C : energi 2900 kkal /kg dan protein 18% dan D : energi 2800 kkal /kg dan protein 16%. Komposisi ransum dapat dilihat pada Tabel 1.

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 65

Tabel 1. Susunan Ransum Percobaan

**Perhitungan berdasarkan Standar Scott et al. (1982)*Hasil analisis lab. Nutrisi dan Makanan Ternak UNUD (2009).

Komposisi Bahan (%) Perlakuan A B C D

Jagung kuning

Kacang kedelai

Bungkil kelapa

Tepung ikan

Dedak Padi

Minyak kelapa

Premix

Garam dapur

Komposisi zat –zat makanan

ME (Kkal/kg)*

Protein kasar (%)*

Serat kasar (%)*

Kalsium (%)*

Pospor (%) *

Arginin **

Sisti n**

Lisin**

Meti onin**

48.15 50.70 50.80 54.00

27.70 20.00 14.00 6.90

8.88 12.00 11.90 16.20

7.95 7.40 6.59 5.60

6.53 9.05 15.91 16.40

0.35 0.40 0.30 0.30

0.25 0.25 0.30 0.40

0.20 0.20 0.20 0.20

3100 3000 2900 2800

22 20 18 16

4.73 5.02 5.33 5.63

0.58 0.53 0.47 0.40

0.47 0.44 0.40 0.36

1.78 1.64 1.50 1.38

0.37 0.32 0.30 0.28

1.52 1.31 1.13 0.90

1.52 1.31 1.13 0.90

Timbangan merek Nagata- Ek – 15000 untuk

menimbang ayam dan Soehnle kepekaan 1 g , kapasitas

2000 g untuk menimbang ransum. Umur 4 hari ayam

divaksin ND melalui tetes mata, 4 minggu divaksin

melalui sub kutan. Kandang ’batteray’ berdinding

kawat digunakan 16 petak. Setiap petak berukuran

panjang 65 cm X lebar 50 cm X tinggi 75 cm. Ransum

dan air minum diberikan secara ad libitum. Variabel

yang diamati: berat badan akhir, pertambahan berat

badan, konsumsi ransum, FCR, berat potong, berat

karkas, persentase karkas, organ dalam : Jantung,

Hati , Lien, Ginjal ayam Kampung. Data yang

diperoleh dianalisis ragam, apabila ada perbedaan

nyata dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan’s (Steel

and Torrie , 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Imbangan Energy –Protein terhadap

performans ayam Kampung

Berat badan akhir ayam Kampung pada umur 10

minggu berkisar 635.50 – 706.18 g/ekor, menunjukkan

perbedaan yang nyata (P < 0.05) antar perlakuan.

Ayam Kampung yang mendapat perlakuan A sebesar

706.18 g/ekor dan perlakuan B,C dan D berturut-

turut sebesar 8.33%, 9.17% dan 10.% lebih rendah

dari perlakuan A. Penurunan berat badan akhir ayam

Kampung disebabkan oleh konsumsi nutrien (energi

dan protein) pada perlakuan B, C dan D. Akibat

menurunnya kandungan energi dan protein ransum,

yang merupakan nutrien utama. Menurunnya

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 66

konsumsi ransum yang mengandung energi dan

protein lebih rendah mempengaruhi pertumbuhan

ayam serta menghasilkan bobot badan lebih rendah

. Hasil penelitian didukung hasil penelitian Dewi

et al., (2009) bahwa ayam Kampung diberi ransum

mengandung imbangan energi dan protein lebih

tinggi menghasilkan berat badan lebih tinggi secara

nyata dibanding ransum mengandung imbangan

energi dan protein lebih rendah pada umur 8 minggu.

Tabel 2. Pengaruh Imbangan Energy –Protein terhadap performans ayam Kampung

Keterangan : 1). A: Ransum dengan Energi 3100 Kkal dan 22% protein ; B: Energi 3000 Kkal dan 20% protein; C: Energi 2900 Kkal dan 18% protein; D: Energi 2800 Kkal dan 16% protein. 2). Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)

Pertambahan berat badan ayam kampung yang mendapat perlakuan B, C dan D lebih rendah dari perlakuan A. Hal ini disebabkan ransum A memiliki

imbangan energi dan protein lebih tinggi dari perlakuan

lainnya. Penurunan imbangan energi :protein ransum

mengakibatkan penururan sejumlah nutrien yang

menyebabkan penurunannya pertumbuhan ayam.

Candrawati ( 1999) mendapatkan ayam kampung umur

8 minggu yang diberi ransum dengan energy : protein

ratio (3100 Kkal/kg : 22% , 2823 Kkal/kg : 15.33% )

mendapatkan 542 g/ ekor dan 391 g /ekor berat badan.

Rataan konsumsi ransum kumulatif selama 10

minggu dapat dilihat pada Tabel 2. Pengaruh konsumsi

ransum dan feed convertion ratio (FCR) pada Tabel 2.

Pada Tabel terlihat Konsumsi ransum yang diperoleh

antar perlakuan tidak signifi kan (P > 0.05). Sedangkan

pengaruh perlakuan imbangan energi:protein ransum

berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap FCR ayam

Kampung umur 10 minggu. Hasil ini lebih rendah

dari yang dilaporkan oleh Hassen et al. (2008) bahwa

konsumsi ransum ayam kampung pada 8 minggu

sebesar 24.2 g.

Pengaruh Imbangan Energi –Protein terhadap produksi karkas dan organ Dalam Ayam Kampung

Pada Tabel 3. terlihat rataan berat potong ayam

Kampung tertinggi diperoleh ayam mendapat perlakuan

A sebesar 605.75 g/ekor dan terendah 591.00 g/ekor

pada perlakuan D. Ayam Kampung yang mendapat

perlakuan A dan B sebesar 2.39%, 7,55% lebih tinggi

tidak berbeda nyata (P> 0.05) dari perlakuan D.

Perlakuan C sebesar 0.04% lebih rendah tidak nyata

(P> 0.05) dari perlakuan D. Menurunya kandungan level

energi termetabolis dari 3100 Kkal/ kg menjadi 2800

Kkal /kg dan menurunnya kandungan protein ransum

22% menjadi 16% tidak berpengaruh terhadap berat

potong ayam. Hasil yang sama didapat oleh Husmaini

( 2004 ) ; Deaton dan Lott (1985) dan Mahardika

(1990) mendapatkan ayam diberikan ransum minyak

atau lemak sapi sampai 50% sebagai pengganti energi

jagung tidak memberikan pengaruh nyata pada berat

potong.

Parameters Perlakuan1

RA RB RC RD

Berat badan akhir ( g/berat badan) 706.18 b 693.25 ab 699.40 ab 635.50 a

Pertambahan bobot badan (g/bird ) 652.1 a 641.93 a 632.90 a 580.35 b

Konsumsi (g/bird) 332.43 a 317.79 a 333.86a 269.30 b

FCR 1.96 a 2.02 ab 2. 14 ab 2.16 ab

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 67

Tabel 3.Pengaruh Imbangan Energi –Protein terhadap produksi karkas dan organ dalam Kampung

Keterangan : 1). A: Ransum dengan Energi 3100 Kkal dan 22% protein ; B: Energi 3000 Kkal dan 20% protein; C: Energi 2900 Kkal dan 18% protein; D: Energi 2800 Kkal dan 16% protein. 2). Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)

Rata-rata berat karkas ayam Kampung pada perlakuan A tidak nyata (P> 0.05) lebih tinggi 1.65% dari perlakuan B . Perlakuan C dan D nyata lebih rendah (P < 0.05) sebesar 4.66 % , 4.84% dari perlakuan A (Tabel 2). Penggunaan level energy – protein dalam ransum yang semakin menurun menghasilkan berat karkas lebih rendah secara nyata. Rendahnya berat karkas mungkin akibat turunnya kandungan energy dan protein, sehingga nutrien yang disimpan dalam karkas juga rendah. Menurut Wahyu (1992) melaporkan apabila ransum dengan kandungan energi yang rendah walaupun kandungan proteinnya tinggi akan memperlihatkan retensi nitrogen menurun. Sedangkan Nieto et al. (1995) menyatakan besarnya protein yang diretensi tergantung dari banyaknya protein (asam amino ), kualitas dan kuwantitas protein ransum yang diberikan.

Persentase karkas ayam Kampung yang mendapat perlakuan level energi 2900 Kkal dan 18% protein (C) memiliki rataan paling rendah sebesar 67.03%. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan yang diberikan pada ayam Kampung tidak berpengaruh nyata (P > 0.05) terhadap persentase karkas. Hal ini diakibatkan

karena ayam Kampung mengkonsumsi ransum yang mengandung level energi dan protein dalam ransum tidak hanya digunakan untuk membentuk karkas, juga digunakan untuk bagian-bagian lain dari tubuh ayam. Menurut Asnawi (1998) bahwa jumlah persentase karkas ayam broiler berhubungan erat dengan jumlah berat badan hidup dari ayam tersebut. Hasil penelitian pada ayam Kampung umur 8 minggu yang mendapat ransum level energy dan protein dari 3100 Kkal dan 22% sampai 2800 Kkal dan 16% menghasilkan karkas tidak berbeda nyata (Dewi , 2010 b).

Rataan organ dalam ayam Kampung mendapat perlakuan A, B, C dan D secara statistik tidak berbeda nyata diantara perlakuan (P >0.05). Hal ini sesuai dengan pendapat (Sturkie, 1976) bahwa energi dan protein lebih tinggi digunakan dalam pembentukan jaringan pada bagian tubuh ternak unggas. Selanjutnya Menurut Sturkie ( 1976), pengaruh strain pada ayam yang cepat pertumbuhannya memiliki berat hati, jantung dan lien dan ginjal yang lebih berat dari pada strain yang lambat tumbuh. Pada pemasaran daging ternak unggas maka jeroan atau organ dalam (hati, jantung ,

Parameters Perlakuan1

RA RB RC RD

Berat potong (g/bird) 605.75 b 595.75 ab 591.00 ab 587.25 a

Berat karkas (g/bird) 415.79 b 08.93 b 396.42 a 395.68a

Persentase Karkas (%) 68.47 a 69.02 a 67.03a 67.99a

Organ dalam

Hati (g) 19.01 a 21.29a 17.10a 17.31a

Jantung (g) 3.54 a 3.99a 3.76a 3.42a

Lien (g) 2.56a 3.08a 2.04 a 2.14a

Ginjal (g) 3.10a 3.00a 2.85a 2.95a

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 68

lien dan ginjal) tidak banyak yang mengkonsumsi dan tidak diperhitungkan. Berat hati bertambah karena hati lebih intensif atau terjadi akumulasi cadangan glikogen dan lemak. Serta berfungsi untuk terjadinya proses metolisme protein dan lemak (Nieto, 1995; Bell and Feeman, 1971).

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan level energi 3100 Kkal/kg : 22% protein - level 2900 Kkal : 18% protein mempengaruhi berat badan dan berat karkas ayam kampung nyata lebih baik (P<0.05) dari level energi 2800 Kkal : 16% protein. Tetapi penggunaan seluruh level energi 3100 Kkal : 22% protein sampai 2800 Kkal : 16% protein dalam ransum memberikan pengaruh tidak nyata terhadap berat potong, persentase karkas dan organ dalam ayam kampung umur 10 minggu.

Dapat disarankan pada ayam kampung umur 0 - 10 minggu untuk menggunakan level energi 3100 - 2900 Kkal/kg dan 22 - 18% protein untuk pertumbuhan dan produksi karkas .

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini dibiayai menggunakan dana dari Hibah Bersaing, Dirjen Dikti. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pemberi dana dan staf yang membantu penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, 1997. Kinerja Pertumbuhan dan Fisiologi Ayam kampung dan Hasil Persilangannya dengan Ayam Ras Tipe Pedaging. Tesis Magister Sains Program Pascasarjana IPB.Bogor.

Bell. D. J. And B. M. Freeman. 1971. Physiology and Blochemistry of Domestic Fowl. Academic Prees. London, New York.

Candrawati,D.P.M.A. 1999. Pendugaan Kebutuhan Energi dan Protein Ayam Kampung Umur 0-8 Minggu.Tesis Magister Sains . Institut Pertanian Bogor.

Deaton, J. W. And B. D. Lott . 1995. Age and dietary energy effect on broiler abdominal fat deposition, Poult. Sci. 64: 2161- 2164.

Dewi, G.A. M. K., I G. Mahardika, I K. Sumadi, I M. Suasta dan I M. Wirapartha, 2009. Peningkatan Produktivitas Ayam Kampung Melalui Kebutuhan Energi dan Protein Pakan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Fapet -UNUD, Denpasar.

Dewi, G.A.M.K. 2010 a. Performans ternak ayam Kampung yang dipelihara secara ekstensif di Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Nusa

Tenggara Timur. Lingkungan Semiringkai Vol IV, No. 5 Maret 2010., UNDANA Kupang. ISSN : 0852-4874., Hal. 331-339.

Dewi , G.A.M.K. 2010 b. Effect of balance energy –protein ration for performance of Kampung chickens. Proced. Bioscience and Biotechnology Conference. Universitas Udayana, Bali. September ,23-24.

Direktorat Jendral Peternakan , 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian Republik Indonesia.Jakarta.

Hassen, H, F. W. C. Necer, Tadelle Dessie, A de Kock and E Van Marle Koster, 2008. Studies on the growth performance of natif chicken ecotypes and RIR chicken under improved management system in Norhwest Ethiopia. Akses, http//www.cipav.org.co /Irrd18 /6/hass18076.htm 2008.

Husmaini 2004. Pengaruh peningkatan level protein dan energi ransum saat refeeding terhadap performans ayam buras , Jurnal Peternakan dan Lingkungan .Vol.6 (01).

National Research Council, 1994. Nutrien Requirements of Poultry. National Academy of Sciences, Washington,DC.

Nieto, R. C. Prieto, I. Fernandez – Figares and J.F. Aguilera, 1995. Effect of dietary protein quality on energy metabolism in growing chickens.British Journal of Nutrition 74, 163 – 172.

Nitis , I. M. 2006. Peternakan Berwawasan Kebudayaan . Cetakan Pertama, Arti Foundation. Denpasar.

Rasyaf , M. 1998. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sartika, T, 2006. Studi keragaman fenotik dan genetik ayam kampung (Gallus gallus domesticus) pada populasi dasar seleksi. http//balitnak.litbang.deptan.go.id diakses 3/29/2008.

Scott, M.L.,M.C. Nesheim and R. J. Young, 1982. Nutrition of the Chickens. Second Ed. M.L. Scott and Associates Ithaca,New York.

Supraptini,M.S. 1985. Pengkajian Sifat – Sifat Produksi Ayam Kampung serta Persilangannya dengan Rhode Island Red. Desertasi Pascasarjana, IPB.Bogor.

Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Alih Bahasa Ir.B. Soemantri. Ed II. Gramedia , Jakarta.

Sturkie, P.D. 1976. Avian Physiology. Third Edition. Heidelberg Berlin.

Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University. Press. Yogyakarta.