PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI Bacillus coagulans PADA …digilib.unila.ac.id/32287/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI Bacillus coagulans PADA …digilib.unila.ac.id/32287/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI Bacillus coagulans PADA PAKAN
TERHADAP IMUNITAS NONSPESIFIK UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei)
SKRIPSI
Oleh:
MUTIARA RAHAYU
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
The Effect of Bacillus coagulans with the different doses on feed towards non-
specific immun of vaname shrimp (Litopenaeus vannamei)
By
Mutiara Rahayu
The purpose of this research is to examine the influence bacterial distribution of
Bacillus coagulans with the different doses on feed towards non- specific immun
of vaname shrimp. Method of distribution of Bacillus coagulans bacteria is by
spraying into commercial feed with FR 2,1%. The vaname shrimp used is 13.1 ±
0.06 gr as much as 10 shrimp per aquarium. The aquarium measuring 50cm x
40cm x 40cm which is used amounted to 12 pieces for 4 treatments and 3
repetitions. Treatment K (control), treatment A (bacterial dose 104 CFU ml-1), B
(bacterial dose 106 CFU ml-1) and C (bacterial dose 10
8 CFU ml-1). The
research is conducted for 20 days of maintenance period with total haemocyte
count (THC), differential haemocyte count (DHC) and activity of phagositosis
(AP). The results showed that Bacillus coagulans bacteria feeding had an
influence on nonspecific immunity of vaname shrimp. The three doses of Bacillus
coagulans 104 CFU ml-1, 10
6 CFU ml-1 and 10
8 CFU ml-1 gave the best results
during maintenance.
Keywords: Vaname Shrimp, Bacillus coagulans, Total Haemocyte Count (THC),
Differential Haemocyte Count (DHC) And Activity of Phagositosis (AP).
ABSTRAK
Pengaruh Pemberian Bakteri Bacillus coagulans pada Pakan terhadap
Imunitas NonSpesifik Udang Vaname
(Litopenaeus Vannamei)
Oleh
Mutiara Rahayu
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian bakteri Bacillus
coagulans dengan dosis yang berbeda pada pakan terhadap Imunitas Non Spesifik
Udang Vaname. Metode pemberian bakteri Bacillus coagulans dengan cara
penyemprotan ke pakan komersil dengan FR 2,1%. Udang vaname yang
digunakan berukuran 13,1 ±0,06 gr sebanyak 10 ekor tiap akuarium. Akuarium
berukuran 50cm x 40cm x 40cm berjumlah 12 buah (4 perlakuan dan 3 kali
ulangan). Perlakuan K (kontrol), perlakuan A (dosis bakteri 104 CFU ml
-1), B
(dosis bakteri 106 CFU ml
-1) dan C (dosis bakteri 10
8 CFU ml
-1). Penelitian
dilakukan selama 20 hari masa pemeliharaan dengan parameter uji total
haemocyte count (THC), differential haemocyte count (DHC) dan aktifitas
phagositosis (AP). Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemberian bakteri
Bacillus coagulans pada pakan memiliki pengaruh terhadap imunitas nonspesifik
udang vaname. Ketiga dosis bakteri Bacillus coagulans 104
CFU ml-1
, 106
CFU
ml-1
dan 108 CFU ml
-1 memberikan hasil terbaik selama pemeliharaan.
Kata kunci: Udang Vaname, Bacillus coagulans, Total Haemocyte Count (THC),
Differential Haemocyte Count (DHC) Dan Aktifitas Phagositosis (AP).
PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI Bacillus coagulans PADA PAKAN
TERHADAP IMUNITAS NONSPESIFIK UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei)
Oleh:
MUTIARA RAHAYU
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan Dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung 26 juni 1995 sebagai
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ibu Ruhaida
dan Bapak Marzuki Abdullah.Penulis memulai pendidikan
formal di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Merak Batin Natar
sampai dengan tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Yadika Natar
diselesaikan pada tahun 2010,Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Natar
diselesaikan pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di
Jurusan Perikanan dan Kelautan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2013.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) sebagai Sekertaris Pengkaderan periode
2015-2016. Penulis telah melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Desa
Muara Asri , Mesuji Timur pada bulan Januari-Maret 2016. Penulis mengikuti
Praktik Umum di Instalasi Penelitian dan Pegembangan Plasma Nutfah Perikanan
Air Tawar (BBPBAT) Cijeruk Bogor, Jawa Barat.pada bulan Juli-Agustus 2016.
Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Biologi Perikanan tahun
ajaran 2014/2015 dan ditahun ajaran 2015/2016, Oseanografi tahun ajaran
2014/2015 dan ditahun ajaran 2015/2016. Teknologi Produksi Udang tahun ajaran
2016/2017. Penulis melakukan penelitian pada bulan Juni-Juli 2017 di
Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Pengaruh Pemberian
Bakteri Bacillus coagulans pada Pakan terhadap Imunitas Nonspesifik
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)”.
Ku Persembahkan Karya Tulisku Untuk Kedua
Orangtua Ku “Mama Ruhaida Dan Papa
Marzuki Abdullah”
“Karena Malas berawal dari lelah”
(Mutiara Rahayu)
“Sesungguhnya obat kebodohan itu tak lain adalah bertanya”
(HR. Abu Daud)
“Sabar itu tak ada batasnya kalau ada batasnya berati tak
sabar”
(Abdurahman Wahid/Presiden ke-4)
“Air mata berasa asin itu karena air mata adalah garam
kehidupan”
(Buya Hamka)
SANWACANA
Alhamdulilah berkat kehadirat Allah Adza wa Jalla atas limpahan rahmat dan
hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pemberian Bakteri Bacillus coagulans pada Pakan terhadap Imunitas
Nonspesifik Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)” sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabiallah Muhammad saw, yang kita
nantikan syafaatnya.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi memperoleh bantuan dan dukungan dari
beberapa pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan
Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Dr. Supono, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan
meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan
selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.
4. Maulid Wahid Yusuf S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan
meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan selama
penelitian hingga penyelesaian skripsi.
5. Wardiyanto, S.Pi., M.P. selaku Penguji yang telah memberikan masukan
berupa kritik dan saran dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi.
6. Esti Harpeni, S.T., M.AppSc. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.
7. Papa dan Mama, yang sabar dan menjadi motivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
8. Uwo, Kakak-kakakku dan Ponakanku tersayang, atas segala dukungannya,
semangatnya dan banyak hal lainya.
9. Andrew Adityo, yang selalu menemani dan membantu penulis pada saat
skripsi.
10. Ratih Agus setiawati (Ateng), Ratna Suri (kak pat kai) dan Masna
Mardiana (kak gokong) yang membantu dan memotivasiku tanpa lelah
pada saat skripsian.
11. Cici Indriani (Ciceng), Laviona Mine, Wiwin Ervinatun (Mak Ulet) dan
Indah Permata Sari (Indun) yang selalu memberi semangat tanpa letih.
12. Keluarga besar BDPI 13 Unila.
Penulis juga menghaturkan terimakasih dan mohon maaf kepada Dosen-Dosen
tercinta yang telah menyalurkan pegetahuannya selama berada di perkulian, dan
teman-teman lainnya yang tentu saja luput dari penulisan. Penulis menyadari
dalam penulisan dan penyusunan masih terdapat kekeliruan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan skripsi ini dapat disempurkan dikemudian hari oleh
pembaca yang berkenan dan saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat
selain kepada penulis tentu kepada pembaca juga.
Bandar Lampung, 02 Juli 2018
Penyusun
Mutiara Rahayu
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 3
1.5 Hipotesis .................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udang Vaname ........................................................................................... 5
2.1.1 Morfologi ......................................................................................... 5
2.1.2 Habitat .............................................................................................. 6
2.1.3 Siklus Hidup..................................................................................... 6
2.2 Bakteri (Bacillus coagulans) ...................................................................... 7
2.3 Imunitas Udang .......................................................................................... 8
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 10
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................... 11
3.4 Prosedur Penelitian .................................................................................. 12
3.4.1 Persiapan Penelitian ....................................................................... 12
3.4.1.1 Persiapan Bakteri uji (Bacillus coagulans) ....................... 12
3.4.1.2 Persiapan Akuarium .......................................................... 12
3.4.1.3 Persiapan Udang uji ........................................................... 12
3.4.1.4 Persiapan pakan ................................................................. 13
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 13
3.4.3 Parameter Pengamatan ................................................................... 13
3.4.3.1 Imunitas ............................................................................. 13
3.4.3.2 Kualitas Air ....................................................................... 14
3.5 Analisis Data .................................................................................... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Imunitas ................................................................................................... 16
4.2 Kualitas Air ............................................................................................. 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24
5.2 Saran ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat-alat penelitian .................................................................................... 10
2. Bahan-bahan penelitian ............................................................................. 11
3. Kualitas air pemeliharaan udang vaname ................................................. 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................... 4
2. Morfologi udang vannamei (Haliman dan Dian, 2006) .............................. 6
3. Siklus Hidup Udang Panaeid (Wyban & Sweeney, 2000) .......................... 7
4. Denah penelitian pemeliharaan udang uji ................................................. 12
5. Skema pengecekan parameter imunitas .................................................... 13
6. Total haemocyte count udang vaname ...................................................... 16
7. Diferensial haemocyte count (DHC) Udang Vaname (Hyalin %) ............ 18
8. Diferensial haemocyte count (DHC) Udang Vaname (Granular %) ........ 19
9. Aktivitas phagositosis (AP) ...................................................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Analisis Statistik Respon Imun Udang Vaname ....................................... 30
2. Pembuatan pakan uji ................................................................................. 50
3. Parameter Uji ............................................................................................ 52
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditas perikanan
yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Menurut data Kementerian
Kelautan dan Perikanan Indonesia, pada angka ekspor udang diakhir tahun 2014
mencapai 15,4 %. Khususnya di wilayah Lampung pada tahun 2014 memilki
kontribusi nilai ekspor hasil perikanan indonesia sebesar US$ 352 juta. Dilihat
dari kontribusi masing – masing komoditas ekspor perikanan Indonesia maka
udang merupakan penyumbang terbesar nilai ekspor hasil perikanan periode
Januari - Oktober 2015 sebesar 41,87 % dengan pertumbuhan produksi perikanan
budidaya udang di tahun 2015 sebesar 22,02 %. Berdasarkan data tersebut
produksi budidaya udang vaname di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya (KKP, 2015).
Peningkatan produksi udang yang semakin tinggi setiap tahunnya dipengaruhi
oleh banyak faktor, dijelaskan oleh Duraipah et al., (2000) antara lain manajemen
kualitas air dan ketepatan pengendalian penyakit. Salah satu hambatan utama
dalam budidaya udang adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh parasit,
bakteri, jamur, dan virus yaitu penyakit utama yang sering dijumpai pada kegiatan
budidaya udang vaname. Virus merupakan salah satu jenis penyakit yang
menyebabkan mortalitas udang vaname, sehingga menghambat proses produksi
dalam kegiatan budidaya udang vaname (Simanjuntak, 2016). Berdasarkan
kondisi tersebut, salah satu cara meningkatkan kembali produksi udang vaname
melalui peningkatan sistem pertahanan tubuh dan menekan penyebaran penyakit
pada udang budidaya (Johny et al., 2005).
Menurut Flegel (2012) penyakit white spot disease (WSD) hingga kini masih
menjadi masalah dalam budidaya udang vaname yang disebabkan oleh virus
White spot syndrome virus (WSSV). Pengendalian penyakit WSSV dalam
kegiatan budidaya udang vaname antara lain dengan penerapan biosekuriti
2
(Lightner, 2005), antibiotik (Reed et al., 2004; Jane et al., 2015) dan
imunostimulan (Citarasu, 2010). Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi
masalah penyakit ini, diantaranya dengan penggunaan antibiotik. Antibiotik
memiliki kelemahan yaitu memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan dapat
mengganggu kesehatan manusia apabila terkonsumsi (Reed et al., 2004; Goarant et
al., 2006). Salah satu metode pencegahan penyakit udang yang banyak diteliti
dalam beberapa tahun terakhir yaitu aplikasi imunostimulan. Penggunaan bahan
imunostimulan yang memiliki keunggulan biaya murah dan mudah didapat (Smith
et al., 2003). Beberapa bahan yang berasal dari dinding sel bakteri dan jamur telah
digunakan sebagai imunostimulan pada udang, seperti ß-glukan, lipopolisakarida dan
peptidoglikan (Wen et al., 2005), ketiganya memiliki kemampuan meningkatkan sistem
imun udang (Irianto 2003). Imunostimulan mengaktifkan mekanisme pertahanan non
spesifik, cell mediated immunity dan respons imun spesifik. Selain itu imunostimulan
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit infeksi, dengan meningkatkan mekanisme
pertahanan nonspesifik (Harikrishnan et al., 2011; Ramudu dan Dash 2013).
Salah satu baham imunostimulan adalah bakteri Bacillus sp. mengandung
polidoglikan dan lipopolisakrida pada dinding sel. Polisakarida diketahui
merupakan komponen essensial bagi semua organisme dan mempunyai berbagai
fungsi vital biologis diantaranya adalah sebagai antitumor, antiinflamasi,
imunologi dan antivirus. Menurut Baron (2009), bakteri yang berpotensi sebagai
imunostimulan adalah Bacillus coagulans oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian mengenai penggunaan B. coagulans untuk meningkatkan imunitas
nonspesifik pada udang vaname.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian bakteri Bacillus
coagulans dengan dosis yang berbeda pada pakan terhadap Imunitas Nonspesifik
Udang Vaname.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi tentang aplikasi bakteri
Bacillus coagulans sebagai imunostimulan pada udang vaname.
3
1.4 Kerangka Pemikiran
Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai
ekonomis tinggi. Budidaya Udang sering mengalami kendala seperti adanya
serangan penyakit (Tayag et al., 2010). Penyakit merupakan salah satu faktor
pembatas dalam budidaya udang vaname (Litopennaeus vannamei) yang tidak
memiliki respon imun spesifik (adaptive) dan nampak bergantung pada berbagai
respon imun nonspesifik (innate). Meskipun dianggap tidak begitu memuaskan,
respon imun nonspesifik mampu dengan cepat dan efisien mengenal dan
menghancurkan material asing, termasuk patogen (Vargas dan G. Yepiz 2000;
Witteveldt et al., 2003). Tingginya tingkat mortalitas udang budidaya diduga
disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri patogen. Salah satu upaya dalam
penanggulangan dan pencegahan penyakit udang adalah melalui peningkatan
sistem pertahanan tubuh udang yaitu dengan menggunakan imunostimulan.
Imunostimulan merupakan suatu substan yang merangsang atau
meningkatkan sistem imun dengan berinteraksi secara langsung dengan sel-sel
yang mengaktifkan sistem imun (Gannam dan Schrok 2001). Mekanisme kerja
imunostimulan dalam merangsang sistem imun tubuh adalah dengan cara
meningkatkan aktivitas sel-sel fagosit (Yin et al., 2006). Imunostimulan
meningkatkan resistensi ikan atau udang terhadap patogen dengan cara
merangsang respon imun nonspesifik (Gannam dan Schrok 2001). Imunostimulan
dapat berupa bakteri probiotik (Cook et al., 2003; Sealey dan Gatlin 2001).
Salah satu sumber dari imunostimulan yaitu bakteri Bacillus coagulans.
Pengaplikasiannya dengan cara menggunakan oral atau pakan. Bacillus coagulans
memiliki potensi untuk meningkatkan sistem imun sehingga pengaplikasian
dengan menggunakan bakteri Bacillus coagulans kedalam pakan diharapkan dapat
meningkatkan imunitas udang vaname dengan parameter yang diamati Total
haemocyte count (THC), Differential haemocyte count (DHC) dan Aktifitas
phagositosis (AP) (Gambar 1).
4
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 = σ = 0, tidak ada pengaruh pemberian bakteri Bacillus coagulans sebagai
imunostimulan terhadap imunitas udang vaname.
H1 = σ ≠ 0, ada pengaruh pemberian bakteri Bacillus coagulans sebagai
imunostimulan terhadap imunitas udang vaname.
Total haemocyte count (THC)
Budidaya Udang
Penyakit
Imunostimulan
Aplikasi probiotik (Bacillus coagulans)
dalam pakan (Oral)
Meningkatkan Respon Imunitas udang vaname
Differential haemocyte count (DHC)
Aktifitas phagositosis
Kualitas air
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udang Vaname
Udang vaname merupakan jenis udang yang ditemukan pada bagian timur
Samudera Pasifik. dibudidayakan di wilayah Asia selatan dan tenggara.
Klasifikasi udang vaname dijelaskan oleh Wyban dan Sweeney (1991), yaitu
sebagai berikut :
Phylum : Anthropoda
Subphylum : Krustase
Class : Malacostraca
Subclass : Eumalacostraca
Superorder : Eucarida
Order : Decapoda
Suborder : Dendrobranchiata
Super Family : Penaeidea
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
2.1.1 Morfologi
Bagian kepala udang vaname terdiri dari antena dan antenula lalu dilengkapi
3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki jalan (periopoda). Pada ujung peripoda
beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus). Dactylus berada pada kaki pertama,
kedua dan ketiga. Terdiri dari 6 ruas abdomen pada bagian abdomen terdapat 5
pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods (ekor) yang membentuk
kipas bersama-sama telson (ekor) (Mujiman dan Suyanto, 2003).
6
Menurut Haliman dan Adijaya (2004), udang vaname memiliki tubuh
berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit secara periodik (moulting). Bagian
tubuh udang vaname yang telah mengalami modifikasi digunakan untuk mencari
makan, bergerak dan membenamkan diri ke dalam lumpur (burrowing), vaname
memiliki organ sensor yang terdapat pada antenna dan antenula.
Gambar 2. Morfologi udang vannamei (Haliman dan Dian, 2006)
2.1.2 Habitat
Udang putih dewasa secara alami dapat hidup di lautan dengan kedalaman
hingga 72 m, sedangkan pada saat tahap juvenil hidup di estuari pantai, laguna
atau area mangrove. Udang putih merupakan jenis udang yang berasal dari timur
Samudera Pasifik, mulai dari negara bagian Sonora, Meksiko hingga bagian utara
Peru (Elovaara, 2001). Hidup mereka terbatas pada perairan bersuhu di atas 20 °C
sepanjang tahun. Litopenaeus vannamei dewasa hidup pada habitat lautan dengan
salinitas ± 30 ppt, sedangkan pada fase juvenil, post larva hingga fase remaja
dihabiskan pada wilayah perairan estuari.
2.1.3 Siklus Hidup
Udang dewasa akan memijah di laut terbuka. Menurut Manoppo (2011),
Udang vaname setelah bertelur memiliki 6 fase naupli, 3 fase zoea, 3 fase mysis
dalam siklus hidupnya dan akan menetas menjadi larva udang lalu bermigrasi ke
daerah pesisir pantai atau mangrove sebagai tempat nursery ground. Udang
Keterangan:
1. Chepalothorax (bagian
kepala) 2. Rostrum (cucuk
kepala)
3. Mata 4. Antennula ( sungut
kecil)
5. Prosartema 6. Antenna ( sungut besar)
7. Maxilliped( lat bantu
rahang) 8. Periopod(kaki jalan)
9. Pleopoda( kaki renang)
10. Telson ( ujung ekor) 11. Uropoda ( ekor kipas)
7
dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan
seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan. Mangrove merupakan
tempat berlindung dan mencari makanan setelah dewasa akan kembali ke laut
(FAO, 2003).
Gambar 3. Siklus Hidup Udang Panaeid (Wyban & Sweeney, 2000)
2.2 Bakteri (Bacillus coagulans)
Bacillus coagulans merupakan salah satu spesies bakteri pembentuk asam
laktat. Mikroorganisme ini pertama kali diisolasi kemudian dideskripsikan sebagai
Bacillus coagulans pada tahun 1915 oleh B.W. Hammer di Iowa Agricultural
Experiment Station. Nama coagulans berasal dari terjadinya koagulasi di dalam
kemasan susu ter-evaporasi milik kondensor Iowa (Hammer, 1915).
Klasifikasi dari bakteri tersebut menurut Sanders et al., (2003) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus coagulans
8
B. coagulans telah ditambahkan oleh European Food Safety Authority
(EFSA) ke dalam Safety list dan telah disetujui untuk tujuan veteriner
berkategori Generally Recognized as Safe (GRAS) oleh U.S. Food and Drug
Administration’s Center for Veterinary Medicine, serta telah disepakati sebagai
mikroba yang digunakan dalam pakan untuk produksi hewan budidaya. Bakteri B.
cuagulans sering digunakan sebagai probiotik (Endres et al.,2009). Bacillus
coagulans adalah gram-positif, batang pembentuk spora, 0,9 μm hingga 3 μm
hingga 5 μm dalam ukuran, dan bersifat aerobik, B. cuagulans bahkan mampu
meningkatkan respon imun makhluk hidup terhadap serangan virus (Baron, 2009).
2.3 Imunitas Udang
Imunitas merupakan sifat resiten terhadap infeksi suatu penyakit dipengaruhi
oleh sistem imun tubuh. Resistensi pada sistem imun dapat dilihat dari
kelangsungan hidup maupun respon imun yang dihasilkan berupa reaksi yang
dikoordinasi sel-sel terhadap mikroba dan bahan lain (Baratawidjaja, 2006).
Haemocyte memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem pertahanan
udang terhadap infeksi patogen. Haemocyte udang diklasifikasikan berdasarkan
keberadaan granula sitoplasma yaitu sel granular, semi granular, dan sel hyaline.
Sel granular merupakan tipe sel terbesar dengan nukleus berukuran relatif kecil
dan aktif dalam penyimpanan dan pelepasan prophenoloxydase system dan
cytotoxicity. Sel hyaline merupakan tipe sel yang paling kecil dengan rasio
nukleus sitoplasma tinggi dan granula sitoplasma yang relatif sedikit. Sel ini
berperan dalam proses fagositosis. Sel semigranular merupakan tipe sel diantara
sel granular dan sel hyaline dan berperan aktif dalam proses enkapsulasi
(Rodriguez dan Lee Moullac 2000).
Sistem imun udang tergantung pada proses pertahanan nonspesifik sebagai
pertahanan terhadap infeksi (Lee et al., 2004). Pertahanan pertama terhadap
penyakit pada udang dilakukan oleh Haemocyte melalui fagositosis, enkapsulasi
dan nodule formation (Selvin et al., 2004). Imunostimulasi biasa dilakukan
dengan pemberian komponen mikrobia seperti β-glukan dan lipopolisakarida
(LPS) atau sel bakteri yang telah dimatikan. Kelemahan dari imunostimulan ini
9
adalah harganya relatif mahal, sehingga diperlukan usaha pencarian sumber
alternatif imunostimulan yang murah dan mudah penanganannya (Smith et al.,
2003).
Imunostimulasi merupakan strategi alternatif untuk menyiapkan sistem
kekebalan (sistem imun) udang sehingga meningkatkan resistensi melawan
patogen. Sistem imun udang meliputi reaksi selular dan humoral yang terkait
dengan Haemocyte udang. Beberapa parameter imun yang berhubungan dengan
Haemocyte seperti perhitungan Total Haemocyte count (THC), Differensial
Haemocyte Count (DHC) dan Aktifitas Phagositosis (AP) telah digunakan untuk
evaluasi pengaruh imunostimulator dari probiotik pada udang. Kerentanan udang
terhadap infeksi patogenik dan oportunistik dipengaruhi kuat oleh kemampuan
imunostimulasinya (Rengpipat et al., 1998;2000).
Menurut Smith et al., (2003) kriteria pemilihan imunostimulan untuk udang :
(1) biayanya murah (2) pemberian mudah (3) manjur (4) toksisitas bagi host
rendah. Imunostimulan mendapat perhatian dan tuntutan lebih untuk keberhasilan
dalam mendukung kelangsungan hidup krustasea terhadap eksperimen paparan
mikroorganisme meliputi lima tipe utama yaitu (1) bakteri hidup (2) bakteri yang
dimatikan (3) glukan (4) peptidoglikan (5) lipopolisakarida (LPS). Glukan,
peptidoglikan dan lipopolisakarida berasal dari dinding sel bakteri non patogenik
dan jamur. Bahan-bahan tersebut digunakan karena pengaruh bahan tersebut
dalam meningkatkan sistem imun udang. Senyawa imunostimulator biasanya
diberikan melalui (1) perendaman (2) pakan tambahan dan (3) penyuntikan.
10
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2017, berlokasi di
Laboratorium Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan
dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada (Tabel 1).
Tabel 1. Alat-alat penelitian
No. Alat Jumlah Kegunaan
1. Akuarium 12 buah (50x40x40)
cm3
Wadah pemeliharaan udang uji
2. Boklam 12 buah Penerangan wadah pemeliharaan
3. Batu aerasi 12 buah Mengoptimalkan oksigen dalam wadah
pemeliharaan
4. Plastik hitam 5 meter Mengontrol agar tidak terjadi stres pada
udang uji
5. Waring 12 buah 60x50 cm2 Penutup wadah agar udang uji tidak lompat
6. Serokan 1 buah Sampling udang
7. Timbangan 1 buah Untuk menakar bahan yang akan digunakan
8. Tabung reaksi 12 buah Kultur bakteri
9. Erlenmeyer 3 buah Tempat melarutkan bahan
10. Jarum inokulasi 2 buah Pemindah biakan untuk ditanam/ditumbuhkan
ke media baru
11. Bunsen 1 buah Mensterilkan proses inokulasi
12. Autoklaf 1 buah Mensterilkan alat dan bahan uji
13. Hot plate stirrer 1 buah Pemanas bahan uji media TSA dan TSB
14. Laminay airflow 1 buah Tempat sterilisasi media yang dipakai
15. Inkubator 1 buah Mengikubasi media pada suhu kontrol
16. Spektrofotometer 1 buah Pendeteksi kepadatan
17. Refraktometer 1 buah Mengukur salinitas
18. Mikrotube 200 buah Wadah hemolim
19. Glsas objek 3 kotak (25,4x76,2 mm) Meletakan objek yang diamati dibawah
mikroskop
20. Mikropipet 1 buah Memindahkan cairan dalam jumlah kecil
secara akurat
21. Suntikan 1 pak (1cc, terumo
needle)
Pengambil sampel hemolim udang uji
22. DO meter 1 buah Mengukur kadar oksigen terlalu
23. Cover glass 1 kotak (18x18 mm.) Menutup objek di glass objek
24. Mikroskop 1 buah Mempermudah proses pengamatan
11
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 2. Bahan-bahan penelitian No. Bahan Kegunaan
1. Udang vaname Hewan uji dalam penelitian imunitas
2. Air laut steril Media agar udang bertahan hidup,
pergantian air dilakukan 3 hari sekali
dengan volume ½ atau secukupnya
3. Bacillus coagulans Probiotik yang ditambahkan kedalam
pakan
4. Staphylococcus aureus Bakteri patogen untuk uji aktivitas
phagosit
5. PBS (Phosfat Buffer Saline) Pengenceran
6. Na Sitrat 10% Antikoagulan saat pengambilan sampel
hemolim
7. Formalin Sebagai inaktifasi bakteri
8. Giemsa 10% Larutan pewarna
9. Nacl Larutan pembilas uji AP
10. Methanol 100% Larutan pembilas uji DHC
11. Alkohol 70% Dienfektan dan pembilas uji AP
12. Spritus 1 liter Bahan untuk menyalakan bunsen
13. Akuades 2 liter Pelarut dalam pembuatan media
14. Media TSA 2 gr Media penumbuh biakan bakteri
15. Media TSB 8 gr Media tumbuh probiotik dan
mempermudah untuk pengaplikasian ke
pakan
3.3 Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini memakai sistem Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri
dari 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan dengan menggunakan pemberian bakteri
probiotik kedalam pakan. Pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari pada pukul
08.00, 12.00, 16.00, 20.00 WIB. Dosis pakan yang diberikan sebesar 2,1% sesuai
biomassa udang uji. Parameter kualitas air yang diamati yaitu Dissolved oxsygen,
pH, Suhu dan Amoniak
Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1) pemeliharaan udang tanpa perlakuan (K).
2) pemeliharaan udang dengan pemberian bakteri Bacillus coagulans pada dosis
ml-1
(A).
3) pemeliharaan udang dengan pemberian bakteri Bacillus coagulans pada dosis
ml-1
(B).
12
4) pemeliharaan udang dengan pemberian bakteri Bacillus coagulans pada dosis
ml-1
(C).
Denah penelitian pemeliharaan udang uji dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Denah penelitian pemeliharaan udang uji
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
3.4.1.1 Persiapan Bakteri uji (Bacillus coagulans)
Bakteri dipersiapkan dengan mengultur kembali bakteri Bacillus
coagulans pada media agar miring TSA (Tryptone Soy Agar) 70 % air laut agar
mendapatkan biakan bakteri yang lebih muda. Selanjutnya bakteri dikultur pada
media cair TSB (Tryptone Soy Broth) 70 % air laut agar dapat disimpan hingga
saatnya digunakan. Bakteri dikultur pada media hingga mencapai kepadatan yang
diinginkan (104 CFU ml
-1, 10
6 CFU ml
-1,10
8 CFU ml
-1). Mengkultur 24 jam pada
suhu ruang dengan kepadatan awal 109
CFU ml-1
(Fajri, 2017) lalu kepadatan
tersebut diencerkan menjadi 104 CFU ml
-1, 10
6 CFU ml
-1,10
8 CFU ml
-1.
3.4.1.2 Persiapan Akuarium
Wadah untuk pemeliharaan adalah akuarium. sebanyak 12 unit yang
berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm dan ditutup dengan plastik hitam . Akuarium
diisi dengan air laut hingga mencapai salinitas yang diinginkan (25 ppt) sebanyak
30 liter. Aerasi kuat dipasang menggunakan blower yang dialirkan menggunakan
pipa berukuran 0,5 inci yang telah dilubangi dan diletakkan pada dasar akuarium.
13
3.4.1.3 Persiapan Udang Uji
Udang didatangkan dari tambak CV. Chandra Perdana Abadi dengan
bobot 13,1 ±0,06 gr. Udang diaklimatisasi selama 5 hari.
3.4.1.4 Persiapan pakan
Pakan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pakan komersil. Proses
persiapan pakan uji meliputi pencampuran isolat bakteri yang telah diencerkan
dengan dosis pengenceran kemudian
di campurkan ke pakan dengan teknik spray. Setelah tercampur rata angin-
anginkan pakan tersebut ditunggu selama 5 menit setelah itu pakan dimasukan
kedalam plastik zip dan siap untuk diberikan ke udang uji dengan pemberian
pakan sebesar 2,1%.
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan udang 13,1 ± 0,06 gr padat
tebar sebanyak 10 ekor/akuarium. Pemeliharaan udang dilakukan selama 20 hari
dengan pemberian pakan sebanyak 4 kali sehari (pagi, siang, sore dan malam).
Untuk pengecekan parameter imunitas dimulai pada hari ke 14 hingga hari ke 20.
Pengecekan kualitas air dilakukan pada awal penelitian dan akhir penelitian.
Gambar 5. Skema pengecekan parameter imunitas
3.4.3 Parameter Pengamatan
3.4.3.1 Imunitas
Parameter imun yang diukur adalah Total Haemocyte Count (THC),
Differential Haemocyte Count (DHC) dan Aktifitas Phagositosis (AP).
a. Total Haemocyte Count (THC)
Haemocyte segar (20 µL) diencerkan dengan PBS (40 µL), kemudian diambil
sampel yang telah diencerkan menggunakan mikropipet diletakkan diatas
14 hari Sampel 1
(H+14)
Mulai penelitian
Sampel 2
(H+16)
Sampel 3
(H+18)
Sampel 4
(H+20)
14
permukaan hemocytometer, kemudian diamati dibawah mikroskop. Dihiitung
Haemocyte yang tampak pada mikroskop kemudian dihitung Total Haemocyte
Count (THC) dengan rumus:
THC = jumlah sel terhitung x pengenceran x 104
( ml-1
)
b. Differential Haemocyte Count (DHC)
Haemocyte yang telah diambil dari udang uji diteteskan pada gelas objek dan
dibuat ulasan, kemudian dikeringkan di udara dan difiksasi dengan methanol
100% selama 5 menit. Setelah itu dikeringkan di udara kembali dan diwarnai
dengan cara direndam dilarutan giemsa 10% selama 10 menit dikeringkan di
udara, dicuci dalam air mengalir selama 30 detik dan dibiarkan kering. Preparat
diamati menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 40 kali dan
dibedakan menurut jenisnya yaitu sel hialin, semi granular dan granular.
Persentase jenis sel haemocyte dihitung dengan mengguakan rumus:
c. Aktifitas phagositosis (AP)
Haemocyte sebanyak 0,1 ml yang diambil dari udang uji dimasukkan kedalam
mikroplate kemudian ditambahkan 25 μl bakteri Staphylococcus aureus (106 ml
-1)
dicampurkan secara merata dan diinkubasi selama 20 menit. Haemocyte sebanyak
5 μl diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat ulas lalu dikeringkan.
Preparat difiksasi kedalam metanol 100% selama 5 menit dan diwarnai dengan
larutan giemsa selama 15 menit. Aktivitas fagositik diukur berdasarkan persentase
sel-sel fagosit yang melakukan phagositosis. Aktifitas fagositosis dihitung dengan
menggunakan rumus:
Aktifitas phagositosis (AP) = (a/b) x 100%
Keterangan: a = jumlah sel fagosit
b = jumlah keseluruhan sel yang diamati
3.4.3.2 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati pada awal penelitian dan akhir
penelitian meliputi Suhu, pH, DO dan Amoniak. Peralatan yang digunakan untuk
15
mengontrol kualitas air yaitu Thermometer, pH paper, DO meter dan
Spektofotometer. Metode yang digunakan untuk kualitas air dianalisis secara
deskritif.
Metode deskritif merupakan gambaran fakta atau karakteristik populasi
tertentu secara aktual dan cermat untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat
dan permasalahan yang ada (Suyastiri, 2008). Teknik pengumpulan data
menggunakan data sekunder yang didapat dari laporan penelitian terdahulu dan
jurnal (Hartono, 2014).
3.5 Analisis Data
Data kinerja Feed Conversion Rasio dan respons imun nonspesifik udang
vaname dianalisis dengan menggunakan Anova dengan selang kepercayaan 95%
dengan bantuan program SPSS. Jika terdapat perbedaan hasil yang nyata
dilanjutkan dengan uji BNT. Sedangkan data kualitas air di analisis secara
deskritif.
24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemberian bakteri Bacillus coagulans dengan dosis kepadatan yang berbeda
pada pakan berpengaruh terhadap imunitas nonspesifik udang vaname. Ketiga
dosis bakteri Bacillus coagulans 104
CFU ml-1
, 106
CFU ml-1
dan 108
CFU ml-1
memberikan hasil terbaik selama pemeliharaan.
5.2 Saran
Pada uji lanjut penelitian ini disarankan untuk menguji pengaruh pemberian
bakteri probiotik dengan dosis yang berbeda dengan metode perendaman dan diuji
tantang.
25
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin, M. 1999. Peran Imunostimulan (Lipopolisakarida, Saccharomyces
Cerevisiae & Levamisol) pada Gambaran Respon Imunitas Ikan Jambal
Siam Pangasius Hypophthalmus Flower. Tesis. Program Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Baron, M. 2009. A Patented Strain of Bacillus Coagulans Increased Immune
Response to Viral Challenge. Postgraduate medicine 121 (2): 114–118.
Baratawidjaja KG. 2006. Imunologi Dasar. Fakultas Kedokteran Indonesia.
Jakarta. Hlm 6-7.
Cook, M.T., Hayball. P.J, Hutchinson. W, Nowak. B.F, dan J.D. Hayball. 2003.
Administration of a Commercial Immunostimulant Preparation Ecoactiva
as Feed Supplement Enhances Macrophage Respiratory Burst and The
Growth Rate a Snapper (Pagrus auratus, Sparidae (Bloch and Schenider))
in Winter. Fish and shellfish imonology 14: 333 – 345.
Duraipah, Israngkura A., Sae Hae, S. 2000. Sustainable Shrimp Farming :
Estimation of Survival Fuction. Creed Publication, Working Paper No. 31.
Elovaara, A.K. 2001. Shrimp Farming Manual: Practical Technology for
Intensive Shrimp Production. Caribean Press, LTD, USA.
Endres, J.R., A. Clewell, K.A. Jade, T. Farber, J. Hauswirth, dan A.G. Schauss.
2009. Safetty Assesment of a Proprietary Prepation of a Novel Probiotic,
Bacillus coagulans, as a Food Iingredients. Journal Food and Chemical
Toxicology 47: 1231–1238.
Fajri, M.Nurul. 2017. Kajian Efektivitas Bakteri Bacillus coagulans dan Bacillus
polymyxa terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Udang Putih (Litopenaeus
Vannamei) yang Dipelihara pada Salinitas Rendah. Skripsi. Universitas
lampung. Bandar lampung.
FAO. 2003. Health Management and Biosecurity Maintenance in White Shirmp
(Penaeus vannamei) Hatcheries in Latin America. Food and Agriculture
Organization of the Unietid Nations. USA.
Gannam AL, Schrock RM. 2001. Immunostimulant in fish diet diacu dalam
Nutrition and Fish Health. Food Products Press, New York. P:235-260
26
Haliman, R.W. dan D. Adijaya, 2005. Udang vannamei. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Haliman, R.W. dan Dian A.S. 2006. Udang vannamei. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hammer, B.W. 1915. Bacteriological Studies on the Coagulation of Evaporated
Milk. Iowa Agric 19:119-131.
Hartono, H. 2014. Pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Komitmen Merek.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Hal. 1-15.
Hendrawati, T. H. Prihadi dan N. N. Rohmah. 2007. Analisis Kadar Phosfat dan
N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau Akibat
Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Iko I. Arisa, Widanarni Widanarni, Abdullah A. Muhammadar. 2015. The
application of probiotics, prebiotics and synbiotics to enhance the immune
responses of vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) to Vibrio harveyi
infection. Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation
International Journal of the Bioflux Society. Volume 8, Issue 5.
Johansson M, Keyser P, Sritunyalucksana K, Soderhall K. 2000. Crustacean
haemocytes and haemotopoiesis. Aquaculture. 191: 45-52.
Johny E., Roza D., K., Mahardika, Zafran, dan Priyono. (2005). Penggunaan
Imunostimulan untuk Meningkatkan Kekebalan Nonspesifik Benih Ikan
Kerapu Lumpur, Epinephehelus coiodes terhadap Infeksi imunostimulan.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11 (5) : 75-78.
Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015. Kelautan dan perikanan dalam angka
tahun 2015 marine and fisheries in figures 2015. Pusat data statistic dan
informasi Kementrian Kelautan dan Perikanan 2015. Jakarta.
KEP.75/MEN,2016. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia tentang pedoman umum pembesaran udang windu (
Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Lee, M. H. & S. Y Shiau 2004. Vitamin E Requirements of Juvenile Grass
Shrimp, P. monodon and Effects on Nonspecific Immune Responses, Fish
& Shellfish Immunology. 16:475 – 485.
Li J., Tan B., Mai K., 2009 Dietary probiotic Bacillus OJ and oligosaccharides
influence the intestine microbial populations, immune responses and
resistance to white spot syndrome virus in shrimp Litopenaeus vannamei.
Aquaculture 291:35-40.
27
Manoppo, H., Sukenda, Djokosetiyanto, D., Fatuchri, M., Harris, E., 2011.
Peningkatan respons imun non-spesifik, resistensi, dan pertumbuhan
udang vaname (Litopenaeus vannamei) melalui pemberian pakan
nukleotida. Aquacultura Indonesian,10 (1), 1–7 (2011).
Mujiman, A, dan Suyanto, R. 2003. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya.
Jakarta. 211 hal.
Nurdiansah, Doni. 2013.Pemanfaatan tepung meniran (phyllanthus niruri) sebagai
imunostimulan herbal pada budidaya udang vaname (litopenaeus
vannamei) di tambak. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Pan lu-Quing, Fang bo, Jiang Ling-Xu, and Liu Jing.2007. The effect of
temperature on selected immune parameters of white shrimph, Litopaneus
vannamei. Journal of the world aquaculture society.38(2): 326-332.
Permatasari, Diah. 2017. aplikasi bacillus sp. d2.2 dalam sinbiotik terhadap
respon imun seluler udang vanname (litopenaeus vannamei). Skripsi.
Program Studi Budidaya Perairan. Jurusan Perikanan dan kelautan.
Universitas Lampung.
Rengpipat S, P. Menasveta and S. Piyatiratitivorakul. 1998. Effects of Probiotic
bacterium on black tiger shrimp Penaeus monodon, survival and growth.
Aquaculture 167 :301-313.
Rengpipat S, S. Rukpratanporn, S. Piyatiratitivorakul and P. Menasaveta. 2000.
Immunity enhancement in black tiger shrimp Penaeus monodon by a
probiont bacterium (Bacillus S11). Aquaculture 191:271–288.
Rodriguez L and Le Moullac G. 2000. State of the art of immunological tools and
health control of penaeid shrimp. Aquaculture 191: 109-119.
Rosenberry B. 2006. Anatomy of a shrimp. Shrimp News International, San
Diego.
Sahrijanna, A. & Sahabuddin. 2014. Kajian Kualitas Air Pada Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus Vannamei) Dengan Sistem Pergiliran Pakan Di
Tambak Intensif .Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya
Air Payau. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Sulawesi
Selatan.
Sakai M. 1999. Current Research status of fish and shelfish immunostimulant.
Aquaculture 172:3-92.
Sanders, M.E., L. Morelli, dan T.A. Tompkins. 2003. Sporeformers as Human
Probiotics: Bacillus, Sporolactobacillus, and Brevibacillus. Comprehensive
Reviews in Food Science and Food Safety 2 (3): 101–110.
28
Sealey WM, Glatin III DM.2001. Overview of nutritional strategies affecting the
health of marine fish diacu dalam Nutrition and Fish Health. Food
Products Press. New York. pp: 103 – 112.
Selvin J., A.J. Huxleya, & A.P. Lipton, 2004, Immunomodulatory Potential of
Marine Secondary Metabolites Against Bacterial Diseases of Shrimp,
Aquaculture 230: 241– 248.
Siiderhtill K. And L. Cerenius. 1992. Crustacean Immunity. Annual Rev. Of Fish
Diseases, pp. 3-23,1992.
Smith VJ, JH. Brown and Ch. Hauton. 2003. Immunostimulation in crustaceans:
does it really protect against infection. Fish and Shellfish Immunology
15:71–90.
Sukenda. 2007. Penggunaan Kitosan untuk Pengendalian Infeksi Vibrio harveyi
pada Udang Putih (Lithopaneaus vannamei). Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 6 (2): 205-209.
Suyastiri, Y. P. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi
Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan di
Kecamatan Simin Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. 13(1) : 51-60.
Syahailatua, D.Y. 2009. Seleksi Bakteri Probiotik sebagai Stimulator Sistem Imun
pada Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Tesis. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 58 hal
Tancung, A. B., M. Ghufran H Kordi K. (2007). Pengelolaan Kualitas Air Dalam
Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 2-3.
Tassanakajon, A. dan Somboonwiwat, K. 2011. Antimicrobial Peptides From
The Black Tiger Shrimp Penaeus monodon – A review. Deseases in Asian
Aquaculture VII. Fish Health Section, Asian Fisheries Society, Selangor,
Malaysia. hal: 229 – 240.
Tayag, C.M., Lin, Y.C., Li, C. C., Liou, C. H., Chen, J. C. 2010. Administration
of the hot-water extract of spirulina platensis enhanced the immune
response of white shrimp Litopenaeus vannamei and resistance against
vibrio alginolyticus. Fish and shellfish Immunology. 28 (2010) 764-773.
Vargas-Albores F., and G. Yepiz-Plascencia. 2000. Beta glucan binding protein
and its role in shrimp immune response. Aquaculture 191 : 13-21.
29
Witteveldt J, Vlak JM, van Hulten MCW. 2003. Protection of Penaeus monodon
against white spot syndrome virus using a WSSV subunit vaccine. Fish
Shellfish Immunol.
Wulandari, Sri Yulina., Yusuf, Muh dan Muslim. 2014. Kajian konsentrasi dan
sebaran parameter kualitas air di perairan pantai genuk, semarang. Buletin
Oseanografi Marina Januari, 2014.vol.3 No.1 : 9-19.
Wyban, J.A. dan J.N. Sweeney. 2000. Intensive Shrimp Production Technology.
The Oceanic Institute, Honolulu Hawai, USA.
Yin G, Jeney G, Racs T, Xu P, JunX, Jeney Z. 2006. Effect of two Chinese herbs
(Astragalus radixand Scutellaria radix) on nonspecific immune system of
tilapia. Oreochromis niloticus. Aquac 253 : 39 -37.
Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.