PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PERENCANAAN …digilib.unila.ac.id/54938/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PERENCANAAN …digilib.unila.ac.id/54938/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PERENCANAAN PAJAKTERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE GOVERNANCE
SEBAGAI VARIABEL MODERASI(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2016)
(SKRIPSI)
Oleh
Tria Saraswati
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRACT
THE EFFECT OF EARNINGS MANAGEMENT AND TAX PLANNING ONFIRM VALUE BY USING CORPORATE GOVERNANCE AS THE
MODERATING VARIABLE
By
Tria Saraswati
This research aimed to analyze the effect of earnings management and tax planningon firm value by using corporate governance as the moderating variable. Proxy ofearnings management is modified jones model and proxy of tax planning is effectivetax rate. Firm value as the dependent variable is proxied by tobins q. This researchused corporate governance as moderating variable, it is managerial ownership andinstitusional ownership.
The population used in this study is all manufacturing companies listed on theIndonesia Stock Exchange (BEI) in 2010-2016. The sampling of research using nonprobability random sampling approach with purposive sampling method, that issample selection with certain criterion, so that got sample of research of 33manufacturing company. Data analysis using multiple linear regression analysis andmoderated regression analysis by using SPSS 22 software.
The results of this research indicate that the earnings management variable has noeffect on the firm value, meanwhile tax planning has negative effect on the firm value.Institusional ownership has no effect to earnings management or tax planning to firmvalue. Managerial ownership has positive effect for earnings management on the firmvalue, meanwhile managerial ownership has no effect for tax planning to firm value.
Keywords: Earnings Management, Tax Planning, Firm Value, ManagerialOwnership and Institusional Ownership
ABSTRAK
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PERENCANAAN PAJAKTERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE
GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Oleh
Tria Saraswati
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen laba danperencanaan pajak terhadap nilai perusahaan dengan corporate governancesebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BursaEfek Indonesia periode 2010-2016. Variabel Independen yang digunakan adalahmanajemen laba yang diproksikan menggunakan modified jones model danperencanaan pajak yang diproksikan menggunakan effective tax rate denganvariabel dependen yaitu nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q.Penelitian ini menambahkan variabel moderasi yaitu corporate governancedengan proksi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftardi BEI periode 2010-2016. Metode penentuan sampel dilakukan denganmenggunakan purposive sampling. Berdasarkan kriteria tersebut maka sebanyak33 perusahaan terpilih sebagai sampel. Teknik analisis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisis regresi berganda dan analisis regresi moderasidengan menngunakan software SPSS 22.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel manajemen laba tidakberpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan perencanaan pajak berpengaruhnegatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian dengan menggunakan ujianalisis regresi moderasi menunjukan bahwa kepemilikan manajemen tidakmampu mempengaruhi hubungan manajemen laba dan perencanaan pajakterhadap nilai perusahaan. Kepemilikan Institusional mampu memperkuathubungan perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan tetapi tidak mampumempengaruhi hubungan manajemen laba terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci: Manajemen Laba, Perencanaan Pajak, Nilai Perusahaan,Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial.
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN PERENCANAAN PAJAKTERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE GOVERNANCE
SEBAGAI VARIABEL MODERASI(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2016)
Oleh
Tria Saraswati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15
Agustus 1995, dengan nama lengkap Tria Saraswati
sebagai Putri ketiga dari 3 bersaudara pasangan Bapak
Suwarno dan Ibu Wiji Astuti
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Sekolah Dasar Negeri 1
Sawah Lama Bandar Lampung pada tahun 2007, penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 23 Bandar Lampung pada tahun 2010, dan kemudian menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Diploma III
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur non-
SNMPTN. Kemudian pada tanggal 7 Juli 2015 sampai dengan 4 September 2015
penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diselenggarakan oleh
Fakultas dan penulis ditempatkan di Perusahaan PT Mega Eltra Cabang Bandar
Lampung, dan lulus pada bulan mei tahun 2016. Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
pada bulan September 2016 melalui jalur Konversi.
Selama diperkuliahan penulis terdaftar sebagai anggota aktif Kelompok Studi
Pasar Modal periode 2013 – 2014. Selain itu Penulis sampai saat ini terdaftar
sebagai anggota aktif Komunitas Jago Akuntansi Indonesia Chapter Lampung dan
menjabat sebagai Staff Desain Grafis pada tahun 2017 sampai saat ini
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia, berkah dan rahmat yang
begitu besar kepada penulis.
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Suwarno dan Ibu Wiji Astuti.
Terimakasih yang tiada tara kepada Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa
yang tiada henti, nasihat yang bermanfaat, kekuatan dalam segala kondisi, dan
selalu memberikan dukungan untuk cita-citaku. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan perlindungan di dunia maupun di akhirat untuk Bapak dan Ibu.
Kakak dan Keponakanku tercinta, Sri Puji Lestari, Tri Fariz Suhartoyo,
Dwi Agustina, Rahmat Waldiantoro dan Muhammad Zhafran Al Athar.
Terimakasih atas segala keceriaan, canda tawa, kasih sayang, pengertian dan
dukungannya selama ini.
Seluruh keluarga, sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan
semangat, doa, dan dukungan tiada henti.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
MOTTO
“ Ketika kita bersyukur disitulah kita menemukan kebahagian,
banyak-banyak lah bersyukur agar kita terus bahagia”
(Anonim)
Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow.
The important thingnot to stop questioning.
(Albert Einstein)
“Jangan banyak mengeluh dalam menjalani hidup ini,
seberapa berat cobaan, cobalah untuk bersabar dan pikirkan jalan keluar”
(Anonim)
“Jangan lah iri dengan keberhasilan orang lain,
Karena iri hanya untuk orang yang tidak memiliki tujuan hidup”
(Anonim)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah: 6-8)
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Manajemen Laba dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba
dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., Akt. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan nasihat selama
penulis menjadi mahasiswa.
4. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt., CA. selaku Dosen
Pembimbing Utama atas kesediaannya memberikan waktu, bimbingan,
saran dan nasihat yang bermanfaat selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Yunia Amelia, S.E., M.Sc., CA selaku pembimbing dua atas
kesediaannya memberikan waktu, bimbingan, saran dan nasihat yang
bermanfaat selama proses penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., CPA., CA., Akt. selaku Dosen
Penguji Utama yang telah memberikan saran-saran yang membangun
mengenai pengetahuan untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya, serta
pembelajaran selama proses perkuliahan berlangsung.
8. Seluruh karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Terima kasih telah memberikan bantuan dan pelayanan terbaik selama
penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
9. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan kasih sayang yang
paling tulus, doa yang tiada henti, dukungan serta nasihat dalam
pencapaian cita-citaku.
10. Kakak dan keponakanku tersayang, Terimakasih untuk segala kasih
sayang, pengertian, doa, canda tawa dan selalu memberikan motivasi,
11. Seluruh keluarga besar, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terimakasih atas doa, dukungan, motivasi, dan nasihat yang telah
diberikan.
12. Seluruh sahabat terbaik cimihaw, Trisna, Silvia dan Rista. Terima Kasih
sudah menjadi sahabat selama 9 tahun, yang selalu memberikan motivasi
dan pelajaran terbaik, selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Seluruh Sahabat terbaiku di SMK, Ulfah, Soleha, Triyani dan Olvi. Terima
Kasih atas Doa dan Ilmu yang sudah kalian berikan untuk menyelesaikan
skripsi ini.
14. Seluruh Sahabat terbaikku Seven Girl, Ruri, Riska Vivi, Retno, Noneng
dan Restu, Terima kasih sudah memberikan Motivasi dan kecerian sampai
saat ini ditengah tengah kesibukan kalian.
15. Seluruh Sahabat kecilku fifi, Renzy, Icha, Indi dan Indah. Terima kasih
sudah memberikan motivasi dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.
16. Seluruh Kakak dan Adik-adiku di RISMA, Uci, Sasti, Agus, Lek Ndon,
Febri, Vira, Lili, Mba Ela, Wawan, Ridho, Teguh, Rahman dll. Terima
Kasih atas doa dan semangat kalian.
17. Teman-teman Grup Mobile Legend, Meryza, Ruri, Dimas, Arif dan Yogie.
Terima Kasih sudah menghibur ditengah – tengah suntuknya mengerjakan
skripsi.
18. Seluruh Teman-Teman Seperjuangan Konversi 2013, Devia, Mba Yul,
Tamara, Dyah, Runi, Ruri, Fesa, Dimas, Risayanda, Meryza, Melati,
Dwinta, Indah, Arifah, Mba Aik, Riska, Hurin, Arif, Yogie, Satasya dan
Betik. Terima Kasih atas doa dan bantuanya selama ini, Semoga kita
semua selalu dimudahkan dalam segala urusan. Semangat terus Guys!!
19. Seluruh teman teman Akuntansi Paralel 2014, Terima Kasih atas
kerjasamanya selama ini.
20. Teman KKN Desa Ngarip, Nova, Rey, Juan dan Sondang. Terima Kasih
untuk Kerjasamanya selama 40 hari di Desa Ngarip Ulu Belu.
21. Teman Teman KJAI, Faila, Dewi, Sobri, Robert, Agnes, Famela,
Mayoranti, Teguh, Agro, Umi, Ardita, Resti, Anisa, Rona, Rima, dll.
Terima kasih atas dukungan dan saran yang diberikan selama pengerjaan
skripsi ini.
Atas bantuan dan dukungannya, penulis mengucapkan terimakasih, semoga
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam proses penulisan skripsi ini, maka penulis mengharapkan adanya kritik
ataupun saran yang dapat membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.
Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membacanya.
Bandar Lampung, 18 Desember 2018
Penulis,
Tria Saraswati
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 8
1.4 Manfaat Penelitian 8
II. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Keagenan 10
2.2 Manajemen Laba 12
2.2.1. Pengertian Manajemen Laba 13
2.2.2. Bentuk-bentuk Manajemen Laba 13
2.3 Perencanaan Pajak 15
2.4 Nilai Perusahaan 18
2.5 Corporate Governance 18
2.5.1 Pengertian Corporate Governance 22
2.5.2 Mekanisme Corporate Governance 20
2.6 Penelitian terdahulu 22
2.7 Kerangka Pemikiran 25
2.8 Pengembangan Hipotesis 26
III.METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data 34
3.2 Populasi dan Sampel 35
3.3 Definisi dan Pengukuran Variabel 35
3.3.1 Variabel Dependen 35
3.3.2 Variabel Independen 36
3.3.2.1 Manajemen Laba 36
3.3.2.2 Perencanaan Pajak 37
3.3.3 Variabel Moderasi 38
3.4 Metode Analisis Data 39
3.4.1 Statistik Deskriptif 39
3.4.2 Uji Asumsi Klasik 40
3.4.3.1 Uji Normalitas 40
3.4.3.2 Uji Multikolinearitas 40
3.4.3.3 Uji Heteroskedastisitas 41
3.4.3.4 Uji Autokorelasi 41
3.4.3. Pengujian Hipotesis 42
3.4.3.1 Uji R² atau Koefisien Determinasi 42
3.4.3.2 Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F) 43
3.4.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T) 43
3.4.3.4 Analisis Regresi Moderasi 43
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemilihan Sampel 45
4.2 Analisis Data 46
4.2.1 Statistik Deskriptif 47
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 48
4.2.2.1 Uji Normalitas 49
4.2.2.2 Uji Multikolineritas 50
4.2.2.3 Uji Autokorelasi 52
4.2.2.4 Uji Heterosikedastisitas 53
4.2.3 Uji Hipotesis 54
4.2.3.1 Uji Statistik F 54
4.2.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 55
4.2.3.3 Uji Koefisien Determinasi 59
4.3 Analisis Model Regresi 60
4.3.1 Analisis Model Regresi Berganda 60
4.3.2 Analisis Model Regresi Moderasi 61
4.4 Pembahasan 62
4.4.1 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Prusahaan 62
4.4.2 Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Nilai Perusahaan 63
4.4.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Hubungan Manajemen
Laba dengan Nilai Perusahaan 64
4.4.4 Pengaruh Kepemilikan Manajerial pada Hubungan Manajemen
Laba dengan Nilai perusahaan 65
4.4.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Hubungan Perencanaan
Pajak dengan Nilai Perusahan 66
4.4.6 Pengaruh Kepemilikan Manajerial pada Hubungan Perencanaan
Pajak dengan Nilai Perusahan 68
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 69
5.2 Keterbatasan Penelitian 71
5.3 Saran 72
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 22
Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel Penelitian 45
Tabel 4.2 Tabel Statistik Deskriptif 46
Tabel 4.3 Uji Asumsi Klasik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test 49
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas 50
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi 52
Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikan F Model Regresi I 54
Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikan F Model Regresi II 55
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikan t (Uji-t) Model Regresi II 56
Tabel 4.10 Simpulan Hasil Uji Hipotesis 58
Tabel 4.11 Uji Koedisien Determinasi (R2) Model Regresi I 59
Tabel 4.12 Uji Koedisien Determinasi (R2) Model Regresi II 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 22
Gambar 4.1 Uji Probability Plot 45
Gambar 4.2 Uji Heterosikedasitas 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Peusahaan Sample
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan Tobins Q
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Manajemen Laba
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Perencaanaan Pajak
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Kepemilikan Insttusional
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Kepemilikan Manajerial
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 8. Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran 9. Hasil Uji Hipotesis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya dunia perekonomian, semakin banyak pula perusahaan-
perusahaan yang bersaing dalam mengembangkan bisnisnya. Untuk menghadapi
persaingan, perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk tetap bertahan dan
memenangkan kompetensi bisnis di dalam industrinya. Perusahaan membutuhkan
dana yang cukup besar untuk dapat memenuhi upaya-upaya tersebut. Sumber
dana sebuah perusahaan selain dari kegiatan operasional perusahaan yaitu dari
investor yang menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Investor meletakkan
kekayaan pada suatu instrumen investasi adalah untuk mendapatkan return yang
maksimal. Sedangkan, Perusahaan menggunakan modal dari investor untuk
menjalankan kegiatan operasional yang bertujuan untuk mendapatkan laba.
Untuk melakukan investasi sebagai Investor perlu mengetahui informasi
mengenai keadaaan perusahaan tersebut. Menurut Hermuningsih (2012), nilai
perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan. Dengan baiknya nilai
perusahaan maka perusahaan akan dipandang baik oleh para calon investor,
demikian pula sebaliknya nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai
2
perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang
tinggi kepada pemegang saham.
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah
satunya adalah dengan harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham
perusahaan mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas setiap
ekuitas yang dimiliki. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari
seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja
manajemen perusahaan. Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan
harga saham, maka memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan
memaksimumkan harga pasar saham (Ridwan dan Gunardi, 2013).
Tujuan peningkatan nilai perusahaan adalah untuk meningkatan kemakmuran
agen dan prinsipalnya. Namun pada kenyataannya dalam proses peningkatan nilai
perusahaan, perusahaan seringkali dihadapkan pada berbagai kendala yang tidak
dapat diperkiraan, sehingga dapat menyebabkan penurunan kinerja bahkan
kesulitan keuangan hingga akhirnya bangkrut. Dan tentu saja perusahaan akan
berusaha untuk menutupi kondisi tidak sehat tersebut dari para stakeholdernya.
Tidak sedikit para pemilik modal atau prinsipal menyerahkan pengelolaan
perusahaan kepada para profesional dan dikelompokkan sebagai manajerial.
Manajer yang dipilih dan diangkat oleh pemegang saham diharapkan dapat
bertindak yang terbaik bagi pemegang saham dengan memaksimumkan nilai
perusahaan sehingga kemakmuran pemegang saham dapat tercapai. Tidak jarang
manajemen perusahaan memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan
tujuan utama perusahaan dan bersikap oportunistik. Pemilik modal mengharapkan
3
dimana perusahaan yang mereka tanamkan modal memiliki nilai perusahaan yang
baik. Hal ini menyebabkan para manajer untuk bekerja lebih keras dalam
mempertahankan nilai perusahaan. Selain itu, laba yang dihasilkan dapat
dijadikan objek bagi manajer maupun karyawan dalam memperoleh bonus.
Fenomena seperti ini sering memotivasi manajer untuk melakukan manajemen
laba atau melakukan perencanaan pajak untuk mempengaruhi angka laba.
Menurut Wild dan Subramanyam (2010) manajemen laba merupakan hasil
akuntansi akrual yang paling bermasalah. Penggunaan penilaian dan estimasi
dalam akuntansi akrual mengizinkan manajer untuk menggunakan informasi
dalam dan pengalaman mereka untuk menambah kegunaan angka akuntansi.
Namun, beberapa manajer menggunakan kebebasan ini untuk mengubah angka
akuntansi, terutama laba, untuk keuntungan pribadi , sehingga mengurangi
kualitasnya. Menurut Aditama (2014) manajemen laba merupakan aktivitas
manajerial untuk “mempengaruhi” laporan keuangan baik dengan cara
memanipulasi data atau informasi keuangan perusahaan maupun dengan cara
pemilihan metode akuntansi yang diterima dalam prinsip akuntansi berterima
dalam model regresi tanpa memasukan variabel corporate governance.
Berdasarkan uji yang dilakukan Indriani et al. (2014) dan Lestari et al. (2013)
yang menemukan bahwa manajemen laba berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan yang artinya manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat
menurunkan nilai perusahaan karena tindakan manajemen laba yang dilakukan
manajer bersifat oportunistik. Selain melakukan manajemen laba, manajer
4
melakukan perencanaan laba untuk memaksimumkan laba yang diperoleh dan
dapat mempengaruhi besar atau kecilnya nilai suatu perusahaan.
Scott (2012) mengungkapkan bahwa manajemen laba pada akhirnya bertujuan
untuk memperoleh keuntungan perusahaan. Manajemen termotivasi melakukan
praktik manajemen laba untuk mempengaruhi besarnya pajak yang harus dibayar
perusahaan dengan cara menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak yang
harus dibayar. Dalam mengurangi beban pajak yang harus ditanggung,
perusahaan dapat melakukan berbagai macam strategi untuk meminimalisasikan
hutang pajak. Untuk kepentingan tersebut cara yang dapat dilakukan adalah
melalui perencanaan pajak yang secara hukum tidak melanggar ketentuan
undang-undang perpajakan (Paradina dan Tarmizi, 2015).
Menurut Suandy (2011) perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam
manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang
akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk
meminimumkan kewajiban pajak dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan maupun secara komersial. Perencanaan pajak sebagai proses
mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak sedemikian rupa
sehingga utang pajak, baik PPh maupun beban pajak yang lainnya berada pada
posisi yang seminimal mungkin. Seminimal mungkin dalam hal ini dilakukan
sepanjang hal ini masih berada di dalam peraturan perpajakan yang berlaku,
sehingga kegiatan perencanaan pajak ini dilegalkan oleh pemerintah.
5
Kegiatan perencanaan pajak merupakan satu dari sekian banyak cara yang
dilakukan untuk memanipulasi pelaporan keuangan perusahaan. Karena
perencanaan pajak dilakukan dengan merekayasa dan mengelola transaksi
keuangan yang ada dalam perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi oleh
sebab itu diperlukan tata kelola yang baik. Sehingga tidak merugikan investor/
pemilik yang akan menurunkan kepercayaan mereka juga menurunkan nilai
perusahaan (Yuono dan Widyawati, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Pradnyana dan Noviari (2016), mengungkapkan
bahwa perencanaan pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan studi
empiris di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil
yang berbeda dari penelitian Nike et al. (2013) yang menyatakan bahwa
perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaaan. Hasil penelitian
ini sama seperti penelitian dari Winanto dan Utoyo (2013) yang mengatakan
bahwa aktifitas perencanaan pajak tidak meningkatkan nilai perusahaan karena
cenderung dianggap sebagai tindakan manajemen laba.
Teori Agensi memandang perbedaan kepentingan principal dan agen, masing-
masing berusaha memaksimalkan kepentingannya. Adanya pemisahan
kepemilikan dan pengendalian perusahaan tersebut menyebabkan manajemen
bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal, sehingga menimbulkan konflik
keagenan. Konflik ini terjadi karena agen tidak bertindak untuk memaksimumkan
kesejahteraan principal, tetapi mempunyai kecenderungan untuk menguntungkan
kepentingan individu agen dengan mengorbankan kepentingan pemilik (Winanto
6
dan Widayat, 2013). Konflik yang muncul antara keduanya dapat mempengaruhi
nilai perusahaan.
Perencanaan pajak dan manajemen laba diminimumkan melalui mekanisme
monitoring untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen
antara lain dengan; Adanya Kepemilikan Institusional, Pihak institusional dapat
mengontrol perusahaan dengan lebih teliti sehingga tindakan manajer melakukan
manajemen laba dapat dikurangi (Darwis, 2012). Dan dengan adanya peningkatan
kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan akan mampu untuk
menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan memotivasi manajer dalam
bertindak agar lebih berhati-hati, karena mereka ikut menanggung konsekuensi
dari setiap tindakan yang dilakukannya (Mahariana dan Ramantha, 2014).
Penerapan good corporate governance tersebut diharapkan dapat mengurangi
kecurangan dan dapat mengurangi konflik agency. Corporate governance ini akan
menggambarkan hubungan seluruh pihak-pihak terkait yang menentukan jalannya
kinerja perusahaan. Ketika pihak manajemen mampu menginformasikan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya kepada pihak principal, maka seluruh tujuan
perusahaan akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tidak ada lagi
pemisahan kepemilikan karena mempunyai tujuan yang berbeda.
Dari temuan-temuan hasil penelitian yang dilakukan bahwa terdapat hasil yang
tidak konsisten, dimana ditemukan bahwa perencanaan pajak dan manajemen laba
berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan ada yang tidak berpengaruh. Hal
tersebut dipengaruhi oleh kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel
sangat terbatas dan juga periode observasi yang pendek. Oleh karena itu peneliti
7
melakukan penelitian dari tahun 2010 – 2016 karena pada periode tersebut
menggambarkan kondisi perusahaan yang terbaru. Salah satu kendala dalam
masih terbatasnya penelitian mengenai perencanaan pajak dan manejemen laba
yang dimoderasi oleh corporate governance terhadap nilai perusahaan maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut:
“Pengaruh Manajemen Laba dan Perencanaan Pajak terhadap Nilai
Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi (Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010 -2016)’’
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap hubungan antara
manajemen laba dan nilai perusahaan?
4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan antara
manajemen laba dan nilai perusahaan?
5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap hubungan antara
perencanaan pajak dan nilai perusahaan?
6. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan antara
Perencanaan Pajak dan nilai perusahaan?
8
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh manajemen laba terhadap nilai
perusahaan.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tax planning terhadap nilai
perusahaan.
3. Untuk mengetahui apakah kepemilikan institusional mempengaruhi
hubungan antara manajemen laba dan nilai perusahaan.
4. Untuk mengetahui apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi
hubungan antara manajemen laba dan nilai perusahaan.
5. Untuk mengetahui apakah kepemilikan institusional mempengaruhi
hubungan antara perencanaan pajak dan nilai perusahaan
6. Untuk mengetahui apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi
hubungan antara perencanaan pajak dan nilai perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai pengaruh manajemen laba dan perencanaan pajak
terhadap nilai perusahaan dengan corporate governance sebagai
9
moderating variable serta dapat menjadi sumber referensi dan bahan
pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang
berkaitan dengan impelementasi pengaruh manajemen laba dan
perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan dengan corporate
governance sebagai moderating variable.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat menjadi saran untuk menilai apakah dengan
melakukan manajemen laba dan perencanaan pajak dapat
meningkatkan nilai perusahaan untuk kepentingan stakeholder.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian dapat dijadikan sebagai referensi bagi para investor dalam
menentukan baik atau buruknya nilai perusahaan setelah melakukan
manajemen laba sebelum melakukan investasi.
.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Keagenan
Teori agensi atau teori keagenan adalah teori yang menyatakan adanya hubungan
kerja antara pihak yang memberi wewenang principal dengan pihak yang
menerima wewenang agen dalam bentuk sebuah kerja sama. Hubungan keagenan
sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih principal menyewa orang lain
(agen), untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan
mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan kepada agen.
Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan tersebut
menyebabkan manajemen bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal,
sehingga menimbulkan konflik keagenan. Konflik ini terjadi karena agen tidak
bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan principal, tetapi mempunyai
kecenderungan untuk menguntungkan kepentingan individu agen dengan
mengorbankan kepentingan pemilik (Winanto dan Widayat, 2013).
Satu elemen kunci dari teori keagenan adalah bahwa principal dan agen
mempunyai perbedaan preferensi dan tujuan. Information gap yang terjadi pada
berbagai perusahaan dikarenakan pihak manajer setiap hari berinteraksi langsung
dengan kegiatan perusahaan dengan demikian pihak manajer mempunyai
informasi yang sangat lengkap tentang perusahaan yang dikelolanya (Oktavianti,
11
2014). Sedangkan pemilik perusahaan hanya mengandalkan laporan yang
diberikan oleh pihak manajemen, karena pemilik perusahaan tidak berinteraksi
secara langsung pada kegiatan perusahaan.
Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan terjadi jika pihak-
pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang
berbeda. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua masalah yang dapat
terjadi dalam hubungan, keagenan. Pertama, adalah masalah keagenan yang
timbul pada saat keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari principal dan agen
berlawanan dan merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi principal untuk
melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen.
Permasalahannya adalah principal tidak dapat memverifikasi apakah agen telah
melakukan sesuatu secara tepat. Kedua, adalah masalah pembagian risiko yang
timbul pada saat principal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko.
Dengan demikian, principal dan agen mungkin memiliki preferensi tindakan yang
berbeda yang dikarenakan adanya preferensi terhadap resiko (Pertiwi, 2010).
Pemikiran bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya
memberikan keuntungan bagi diri sendiri didasarkan pada satu asumsi yang
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri
sendiri Sehingga terjadinya konflik dalam pengendalian dan pengelolahan
perusahaan, sehingga manajer perusahaan melakukan praktik manajemen laba.
Lestari (2014) juga menyatakan bahwa melalui aktivitas perencanaan pajak dapat
memfasilitasi kesempatan manajerial untuk melakukan tindakan oportunistik
12
dengan memanipulasi laba atau penempatan sumber daya yang tidak sesuai serta
kurang transparan dalam menjalankan operasional perusahaan.
2.2 Manajemen Laba
2.2.1. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau
meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajemen. Scott (2012) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai sasaran secara objektif. Scott
(2012) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua, yaitu
sebagai perilaku oportunistik manajer dan sebagai efficient contracting.
Manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer dilakukan untuk
memaksimumkan utilitas perusahaan dalam menghadapi kontrak kompensasi,
kontrak utang, dan political cost. Manajemen laba dari perspektif efficient
contracting dapat dipahami sebagai cara untuk memberi manajer suatu
fleksibilitas guna melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-
kejadian yang tak terduga.
Para ahli di atas mengemukakan definisi yang berbeda-beda mengenai manajemen
laba, namun pada intinya menunjukkan maksud yang sama. Berdasarkan berbagai
definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat dipahami bahwa
manajemen laba merupakan upaya yang dilakukan manajer, untuk memanipulasi
laporan keuangan dengan sengaja dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-
prinsip akuntansi. Manajemen laba dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
13
informasi yang berbeda kepada para pengguna laporan keuangan demi
kepentingan tertentu.
2.2.2. Bentuk-bentuk Manajemen Laba
Manajemen laba menjadi suatu hal yang tidak baik dilakukan karena informasi
dalam laporan keuangan yang disajikan berkurang reliabilitasnya, sehingga dapat
berakibat pada pembuatan keputusan yang kurang valid. Manajemen laba
memiliki tiga bentuk utama, yaitu upaya perataan laba untuk setiap periode, upaya
peningkatan atau pemaksimalan, dan penurunan atau peminimalan laba dalam
suatu periode. Bentuk-bentuk manajemen laba menurut Scott (2012) adalah taking
a bath, income minimization, income maximization, dan income smoothing.
Berikut ini merupakan penjabaran mengenai bentuk-bentuk manajemen laba
tersebut:
1. Taking a Bath
Taking a bath terjadi pada periode reorganisasi termasuk pengangkatan
Chief Executive Officer (CEO) baru. Taking a bath adalah pola
manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan
pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau
sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya
atau sesudahnya. Taking a bath mengakui adanya biaya-biaya pada
periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan ketika terjadi
keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak bisa dihindari pada
periode berjalan. Manajemen harus menyusutkan beberapa aset dan
14
membebankan perkiraan biaya mendatang, sehingga laba yang dilaporkan
di periode mendatang meningkat.
2. Income Minimization
Income minimization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan
cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah
daripada laba sesungguhnya. Income minimization biasanya dilakukan
pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak
mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa
depresiasi atas barang modal dan aset tidak berwujud, biaya iklan, dan
pengeluaran untuk Research and Development.
3. Income Maximization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan
cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi
daripada laba sesungguhnya. Income maximization dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan keuntungan dan untuk menghindari
pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang. Income maximization
dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda
biaya, dan memindahkan biaya untuk periode lain. Income maximization
dilakukan pada saat laba menurun. Pola ini dilakukan oleh perusahaan
yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing atau perataan laba merupakan salah satu bentuk
manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi
relatif konsisten dari periode ke periode. Dalam hal ini, pihak manajemen
dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi
gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau
15
tidak berisiko tinggi. Perataan laba atau income smoothing merupakan
usaha yang disengaja untuk meratakan laba sehingga dipandang normal.
Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar
karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.3 Perencanaan Pajak
Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar besarnya kemamakmuran rakyat”.
Menurut Suandy (2011), perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam
manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang
akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk
meminimumkan kewajiban pajak. Peraturan perundang-undangan perpajakan
maupun secara komersial. Perencanaan pajak sebagai proses mengorganisasi
usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang
pajak, baik PPh maupun beban pajak yang lainnya berada pada posisi yang
seminimal mungkin. Seminimal mungkin dalam hal ini dilakukan sepanjang hal
ini masih berada di dalam peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga kegiatan
perencanaan pajak ini dilegalkan oleh pemerintah.
16
Perencanaan pajak merupakan usaha yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
agar beban pajak yang harus dibayarkan tidak terlalu tinggi. Perencanaan pajak
dilakukan dengan mengelola dan merekayasa transaksi yang terjadi dalam
perusahaan yang bertujuan memaksimumkan laba. Perencanaan pajak cukup
efektif dilakukan sebagai upaya pengurangan beban pajak, selain itu aktifitas
perencanaan pajak juga diperbolehkan dan tidak melanggar Peraturan Perundang-
undangan Perpajakan yang berlaku diindonesia. Menurut Winanto dan Widayat
(2013) pengertian tax planning adalah “perencanaan pajak adalah proses
pengambilan tax factor yang relevan dan material non tax factor untuk
menentukan apakah, kapan, bagaimana, dan dengan pihak mana untuk melakukan
transaksi, operasi dan hubungan dagang yang memungkinkan tercapainya beban
pajak pada tax events yang serendah mungkin dan sejalan dengan tercapainya
tujuan usaha maupun lainnya.”
Menurut Suandy (2011) ada beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak untuk
melakukan penghematan pajak dengan ilegal, antara lain:
1. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus dibayar
oleh Wajib Pajak, semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar
pula kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.
2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,
semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.
3. Kemungkinan untuk terdeteksi, semakin kecil kemungkinan suatu
pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kecenderungan Wajib Pajak
untuk melakukan pelanggaran, dan
17
4. Besar sanksi, semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran,
maka semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan
pelanggaran.
2.4 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering
dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi (Winanto dan Widayat, 2013). Tujuan utama perusahaan
saat ini adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari kemakmuran
pemilik atau pemegang saham perusahaan. Kenaikan nilai perusahaan dapat
menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan
berupaya untuk bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara mendorong manajer (Herdiyanto,
2015).
Pemegang saham akan melakukan segala upaya untuk meningkatkan nilai
perusahaan sehingga tingkat kesejahteraannya meningkat. Bagi perusahaan yang
telah go public, maka nilai perusahaannya akan tercermin dari harga saham yang
terdapat di bursa. Nilai perusahaan dapat meningkat jika perusahaan dikelola oleh
orang yang kompeten. Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai
perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh
Profesor James Tobin . Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena
menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian
dari setiap dolar investasi inkremental.
18
Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja Perusahaan juga
baik dan tercermin dari harga saham yang tinggi. Nilai perusahaan dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini,
variabel dependen diukur dengan nilai Tobin’s Q. Tobin’s Q memiliki manfaat
tersendiri dalam merefleksikan nilai perusahaan dan potensial profitabilitas
perusahaan dimasa mendatang (Ruan et al, 2011). Alasan lainnya adalah bahwa
perhitungan Tobin’s Q yang sederhana dan telah digunakan secara luas pada
berbagai penelitian mengenai nilai perusahaan di mancanegara (Onasis & Robin,
2016).
2.5 Corporate Governance
2.5.1 Pengertian Corporate Governance
The Institute Indonesia of Corporate Governance (IICG) , dalam situsnya,
mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian mekanisme untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan
berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders)
(Irawan & Farahmita, 2012). Ada prinsip-prinsip good corporate governance
menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG):
1. Transparasi
Yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua
stakeholder (orang-orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung
dengan aktivitas perusahaan). Di sini para pengelola perusahaan
harus berbuat secara transparan kepada penanam saham, jujur apa adanya
dalam membuat laporan usaha, tidak manipulatif. Keterbukaan informasi
19
dalam proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi yang
dianggap penting dan relevan.
2. Accountability
Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam
perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif
dan efisien. Manajemen harus membuat job description Menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG), corporate governance adalah
suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna
memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam
jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan
norma yang berlaku. Corporate governance harus diterapkan oleh perusahaan
untuk menjamin transparansi, akuntabilitas, independensi, keadilan yang jelas
kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi dasar setiap bagian.
Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan
tanggung jawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan perusahaan.
3. Responsibility
Yaitu menyadari bahwa ada bagian-bagian perusahaan yang membawa
dampak pada lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Di sini perusahaan
harus memperhatikan keamanan lingkungan, dan kesesuaian diri dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat. Perusahaan harus
apresiatif dan proaktif terhadap setiap gejolak sosial masyarakat dan setiap
yang berkembang di masyarakat.
20
4. Independensi
Yaitu berjalan tegak dengan bergandengan bersama masyarakat. Perusahaan
harus memiliki otonominya secara penuh sehingga pengambilan-pengambilan
keputusan dilakukan dengan pertimbangan otoritas yang ada secara penuh.
Perusahaan harus berjalan dengan menguntungkan supaya bisa memelihara
keberlangsungan bisnisnya, namun demikian bukan keuntungan yang tanpa
melihat orang lain yang juga harus untung. Semuanya harus untung dan tidak
ada satu pun yang dirugikan.
5. Fairness
Yaitu semacam kesetaraan atau perlakuan yang adil di dalam memenuhi hak
dan kewajibannya terhadap stakeholder-nya.
2.5.2 Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang
melakukan control, pengawasan terhadap keputusan tersebut (Yuono, 2016).
Mekanisme good corporate governance adalah sebagai berikut :
1. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh
manajemen perusahaan. Kepemilikan manajemen terhadap saham
perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan antara
pemegang saham luar dengan manajemen, sehingga permasalahan keagenan
diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah seorang pemilik
juga.
21
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi pemegang saham yang
dimiliki oleh pemilik institusional seperti perusahaan asuransi, bank dan
perusahaan investasi dan kepemilikan lain kecuali anak perusahaan dan
institusi lain yang memiliki hubungan Istimewa (perusahaan afiliasi dan
perusahaan asosiasi).
3. Komisaris Independen
Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komisaris independen adalah anggota
komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak
mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung, tidak mempunyai
hubungan afiliasi dan tidak mempunyai hubungan usaha langsung maupun
tidak langsung dengan emiten atau perusahaan publik.
4. Komite Audit
Komite audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris dalam rangka
peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas audit
internal dan eksternal. Komite audit bertugas melakukan pengawasan untuk
meningkatkan efektivitas dalam menciptakan keterbukaan dan pelaporan
keuangan yang berkualitas, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan pengawasan internal yang memadai.
Menurut Irawan dan Farahmita (2012) peningkatan kinerja perusahaan juga akan
tercermin dalam pengelolaan pajak perusahaan. Hal ini sesuai dengan tujuan
penerapan corporate governance untuk memaksimalkan nilai pemegang saham
perusahaan. Minnick dan Noga (2010) memperlihatkan bahwa penerapan
22
mekanisme corporate governance memiliki arah hubungan yang bervariasi
terhadap pembayaran pajak
2.6 Penelitian terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu sebagai perbandingan referensi dalam penelitian
ini adalah :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. YuonodanWidyawati(2016)
PengaruhPerencanaan Pajakdan CorporateGovernanceterhadap NilaiPerusahaan(PerusahaanOtomotif yangterdfatar di BEItahun 2011-2014)
VariabelIndependen:1. Perencanaan
Pajak2. Corporate
Governance
VariabelDependen:1. Nilai
Perusahaan
Hasil Peneltianmenyebutkan bahwaPerencanaan pajakberpengaruh terhadapnilai perusahaan padaperusahaan otomotifyang terdaftar di BEIterbukti. Kepemilikanmanajerial,kepemilikaninstitusional, dankomisiaris independentidak berpengaruhterhadap nilaiperusahaan padaperusahaan otomotifyang terdaftar di BEIdan Komite Auditberpengaruh terhadapNilai Perusahaan.
2. MaharianadanRamantha(2014)
PengaruhKepemilikanManajerial danKepemilikanInstitusional padaManajemen LabaPerusahaanManufaktur di BEItahun 2010-2012
VariabelIndependen:1. Kepemilikan
Manajerial2. Kepemilikan
Intitusional
VariabelDependen:1. Manajemen
Laba
Hasil penelitianmenyebutkan bahwakepemilikanmanajerialberpengaruh negatifpada manajemen laba.Dengan adanyapeningkatankepemilikan sahamoleh manajer dalamperusahaan akan
23
mampu untukmenciptakan kinerjaperusahaan secaraoptimal.
Hasil Penelitiankepemilikaninstitusional tidakberpengaruh padamanajemen laba.Mengindikasikanbanyak atausedikitnya hak suarayang dimiliki olehinstitusi tidak dapatmempengaruhi tingkatbesar kecilnyamanajemen laba yangdilakukan olehmanajemen.
3. Midiastutyet.al(2017)
PengaruhManajemen Labadan PerencanaanPajak TerhadapNilai PerusahaanDimoderasiDiversitas DewanDireksi(Perusahaanmanufaktur yangterdaftar di BursaEfek Indonesiapada tahun 2012-2015)
VariabelIndependen:1. Manajemen
Laba2. Perencanaan
Pajak
VariabelDependen:1. Nilai
Perusahaan
VariabelModerasi:1. Diversitas
Dewan Direksi
Hasil pengujianhipotesis pertama dandiperoleh hasil bahwamanajemen laba danperencanaan pajaktidak berpengaruhterhadap nilaiperusahaan padaperusahaanmanufaktur yangterdaftar di BEI.
Hipotesis keduadiversitas dewandireksi yang berlatarbelakang pendidikanakuntansi dan ataukeuangan tidakterbukti memoderasiperencanaan pajakterhadap nilaiperusahaan.
4. Kusumayani danSuardana
KepemilikanManajerial danKepemilikan
VariabelIndependen:1. Perencanaan
Hasil pengujianhipotesis yangpertama diperoleh
24
(2017) Institusionalsebagai PemoderasiPengaruhPerencanaan Pajakterhadap NilaiPerusahaan(Perusahaanmanufaktur yangterdaftar di BursaEfek Indonesiapada tahun 2011-2014)
Pajak
VariabelDependen:1. Nilai
Perusahaan
VariabelModerasi:1. Kepemilikan
Manajerial2. Kepemilikan
Institusional
KepemilikanManajerial mampumemoderasipengaruh perencanaanpajak pada nilaiperusahaan dan yangkedua KepemilikanInstitusional tidakdapat memoderasipengaruhperencanaan pajakpada nilai perusahaan.Menunjukkan bahwapihak institusi diluar perusahaan tidakmencampuri urusanperpajakan padaperusahaan.
5. PradnyanadanNoviari(2017)
PengaruhPerencanaan PajakTerhadap NilaiPerusahaan denganTransparansiPerusahaan sebagaiVariabel Moderasi(Perusahaan SektorIndustri BarangKonsumsi tahun2013-2015)
VariabelIndependen:1. Perencanaan
Pajak
VariabelDependen:1. Nilai
Perusahaan
VariabelModerasi:1. Transparansi
Perusahaan
Berdasarkan hasil danpembahasan, dapatdisimpulkan yaknivariabel perencanaanpajak berpengaruhpada nilai perusahaan,sedangkan variabeltransparansiperusahaan dapatmemoderasi pengaruhperencanaan pajakterhadap nilaiperusahaan.
6. Darwis(2012)
PengaruhManajemen Labaterhadap NilaiPerusahaan denganCorporateGovernancesebagai Pemoderasi(PerushaanManufaktur yangterdaftar di BEItahun 2008-2010)
VariabelIndependen:1. Manajemen
Laba
VariabelDependen:1. Nilai
Perusahaan
VariabelModerasi:1. Corporate
Hasil penelitianmenunjukkanmanajemen labatidak berpengaruhterhadap nilaiperusahaan, halini berarti tindakanmanajemen laba yangdilakukan olehmanajer tidak akanberdampak pada nilaiperusahaan.Berdasarkan agency
25
Governance theory bahwahubungan keagenandapat menimbulkankonflik kepentinganantara pemilik(investor)denganmanajer (agen).Kontrak dibuatdengan harapan dapatmeminimumkankonflik kepentinganpemilik dan manajer.
Sumber: Yuono dan Widyawati (2016), Mahariana dan Ramantha (2014),Midiastuty et al. (2017), Kusumayani dan Suardana (2017), Pradnyanadan Noviari (2017), dan Darwis (2012).
2.7 Kerangka Pemikiran
Penelitian untuk menguji mengenai pengaruh manajemen laba dan tax planning
terhadap nilai perusahaan dengan variabel moderasi Corporate Governance
berupa kepemilikan manajerial, kepemilikan Instutisonal, Komite Independen dan
Komite Audit. Adapun kerangka pemikiran untuk menggambarkan hubungan
antar variabel dijelaskan pada gambar berikut:
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
VARIABEL MODERASI
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
MANAJEMEN LABA (EM)
PERENCANAAN PAJAK (TP)NILAI PERUSAHAAN (TQ)
Corporate Governance- Kepemilkan Institusional (KI)- Kepemilikan Manajerial (KM)
26
2.7 Pengembangan Hipotesis
2.7.1 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan
Manajemen laba merupakan aktivitas manajerial untuk “mempengaruhi” laporan
keuangan baik dengan cara memanipulasi data atau informasi keuangan
perusahaan maupun dengan cara pemilihan metode akuntansi yang diterima dalam
prinsip akuntansi berterima umum, yang pada akhirnya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan perusahaan (Aditama dan Purwaningsih, 2014).
Praktek earnings management atau manajemen laba dapat menjadi hal
menyimpang yang dinilai dapat merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan
keuangan dan memberikan informasi yang tidak relevan bagi investor (Darwis,
2012). Hal ini terjadi ketika manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang
dibanding pemilik (pemegang saham), sehingga menimbulkan asimetri informasi
yang memicu masalah keagenan.
Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan pada manajer
untuk melakukan praktek manajemen laba dimana manajemen dengan
menggunakan berbagai metode akuntansi yang diperbolehkan melakukan
tindakan oportunistik yang mementingkan dirinya sendiri. Konflik keagenan akan
mengakibatkan laba yang dilaporkan semu.
Menurut Penelitian Yuono dan Widyawati (2016) menemukan bahwa manajemen
laba berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan yang artinya bahwa
manajemen melakukan ini untuk kepentingan diri sendiri karena masalah
27
keagenan atau sifat ini disebut oportunistik. Hasil yang diperoleh Lestari dan
Pamudji (2013) menyatakan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh negatif
yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang melakukan
manajemen laba yang tinggi akan dapat membuat nilai perusahaan menjadi lebih
rendah. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diperkirakan hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
H1: Manajemen laba berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
2.7.2 Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Nilai Perusahaan
Perencanaan pajak adalah upaya wajib pajak untuk meminimalkan pajak terutang
melalui skema yang memang telah jelas diatur dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan dan sifatnya tidak menimbulkan dispute antara Wajib Pajak
dan otoritas pajak. Winanto dan Widayat (2013) memprediksi bahwa pengaturan
perencanaan pajak dapat menyebabkan penurunan nilai perusahaan ketika manajer
memiliki kesempatan untuk mengecilkan laporan laba akuntansi dan insentif
untuk mengurangi kewajiban pajak penghasilan badan dengan mengecilkan
penghasilan kena pajak. Hal ini karena manajer menutupi perencanaan pajak yang
dilakukannya kepada pemegang saham. Menurut penelitian Hidayat dan Hairi
(2016) menyatakan bahwa Perencanaan pajak berpengaruh secara negatif
signifikan terhadap nilai perusahaan menunjukkan bahwa sektor jasa keuangan
akan memberikan sinyal yang negatif apabila manajemen perusahaan melakukan
perencanaan pajak. Hal ini didasari bahwa pihak investor menginginkan
pengembalian yang tinggi.
28
Hasil yang sama diungkapkan Wahab et al. (2012) bahwa pengaruh negatif
perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan yang menunjukkan bahwa
manajerial cenderung berperilaku oportunistik dalam melakukan aktivitas
perencanaan pajak sehingga menurunkan nilai perusahaan dan benefit yang
diperoleh lebih kecil daripada cost yang dikeluarkan maupun resiko terdeteksinya
lebih tinggi. Berdasarkan penelitian tersebut maka hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
H2 : Perencanaan pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
2.7.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional pada hubungan antara
Manajemen Laba dengan Nilai Perusahaan.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk memonitor kinerja
manajer dalam mengelola perusahaan sehingga dengan adanya kepemilikan oleh
institusi lain diharapkan bisa mengurangi perilaku manajemen laba yang
dilakukan manajer. Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor
agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk
mengatur laba menjadi berkurang. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2010)
menunjukkan bahwa variable kepemilikan institusional berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba, artinya semakin besar kepemilikan
institusional maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan
perusahaan.
Perusahaan yang menyelenggarakan sistem corporate governance diyakini akan
membatasi pengelolaan laba yang oportunistik. Menurut Penelitian dari Darwis
29
(2010) Variabel moderasi kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
hubungan antara manajemen laba dengan nilai perusahaan, hal ini berarti
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional dapat memperlemah
pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Pihak institusional dapat
mengontrol perusahaan dengan lebih teliti sehingga tindakan manajer melakukan
manajemen laba dapat dikurangi. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional
maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal
terhadap perusahaan sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan
semakin berkurang dan nilai perusahaan semakin meningkat. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 3 : Kepemilikan institusional memperlemah hubungan
antara manajemen laba dan nilai perusahaan
2.7.4 Pengaruh Kepemilikan Manajerial pada hubungan antara Manajemen
Laba dengan Nilai Perusahaan.
Teori keagenan menjelaskan bahwa manajer sebagai pelaksana dan investor
sebagai pemilik yang mempunyai tujuan berbeda terhadap informasi laba. Maka
dengan semakin besar kepemilikan manajerial semakin kuat pengendalian internal
perusahaan sehingga akan mengawasi pihak internal melakukan manajemen laba
(Wati dan Putra, 2017). Hal itu akan berpengaruh pada kualitas laba yang
dihasilkan dan nilai perusahaan. kepentingan manajer dengan pemegang saham
eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar
sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Dalam
30
kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya
perilaku oportunistik manajer akan meningkat.
Menurut Penelitian Mahariana dan Ramantha (2014) menyatakan Kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif pada manajemen laba. Hasil ini membuktikan
dengan adanya peningkatan kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan
akan mampu untuk menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan
memotivasi manajer dalam bertindak agar lebih berhati-hati, karena mereka ikut
menanggung konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukannya. Kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dan bisa meningkatkan
kualitas dari proses pelaporan keuangan, hal ini dikarenakan ketika manajer juga
memiliki porsi kepemilikan saham, maka mereka akan bertindak sama seperti
pemegang saham pihak eksternal dan memastikan bahwa laporan keuangan telah
disajikan dengan wajar dan mengungkapkan kondisi riil perusahaan (Kouki et al.,
2011).
Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme
corporate governance yang dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan
antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 4: Kepemilikan manajerial memperlemah hubungan manajemen
laba dan nilai perusahaan
31
2.7.5 Pengaruh kepemilikan institusional pada hubungan antara
perencanaan pajak dengan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah,
institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dan dana
perwalian serta institusi lainnya. Institusi-institusi tersebut memiliki wewenang
untuk melakukan pengawasan atas kinerja manajemen (Ngadiman dan
Puspitasari, 2014).
Tingginya Persentase kepemilikan saham oleh institusi menjadikan pengendalian
terhadap manajemen akan semakin meningkat. Manajemen akan mengambil
keputusan sesuai dengan yang diharapkan pemegang saham. Mengacu pada teori
agensi principal dianggap hanya tertarik terhadap tingkat pengembalian dari
saham atau modal yang ditanamkan di perusahaan, menjadikan pemegang saham
agar berupaya semampu mungkin mengendalikan perusahaan agar meminimalisir
beban pajaknya, dengan meminimalkan beban pajak tersebut akan dapat berimbas
pada nilai perusahaan (Kusumayani dan Suardana, 2017). Menurut penelitian
kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tax
avoidance. Dan menurut penelitian Sumiyati dan Hardiningsih (2017)
menyatakan bahwa perencanaan pajak yang dimoderasi oleh kepemilikan
institusional memiliki berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 5: Kepemilikan Institusional memperlemah hubungan
Perencanaan Pajak dan Nilai Perusahaan.
32
2.7.6 Pengaruh kepemilikan manajerial pada hubungan antara perencanaan
pajak dengan nilai perusahaan.
Terjadinya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal diakibatkan karena
terdapat pemisahan kepemilikan dan pengawasan didalam perusahaan.
Kepemilikan manajerial merupakan suatu upaya agar dapat menekan konflik
agensi tersebut jika manajer juga menjadi seorang pemilik. Jadi, apabila manajer
juga menjadi seorang pemilik diharapkan kepentingan manajer dapat sejalan
dengan kepentingan pemilik/investor sehingga tidak terjadi asimetri informasi.
Semakin terkonsentrasinya saham yang dimiliki oleh manajer menjadikan
manajemen lebih mengoptimalkan upayanya untuk dapat meningkatkan
kinerjanya bagi kepentingan pemilik dan untuk kepentingannya pribadi sehingga
perencanaan pajak yang dilakukan manajer dilakukan sesuai dengan kepentingan
pemegang saham yang nantinya berdampak pada nilai perusahaan. Di Cina, Ying
(2011) menemukan bahwa semakin tinggi kepentingan persentase direksi,
semakin rendah tarif pajak efektif.
Demikian pula, Menurut Kusumayani dan Suardana (2017) Kepemilikan
Manajerial mampu memoderasi pengaruh perencanaan pajak pada nilai
perusahaan. Jadi, dengan menjadikan manajer sebagai pemilik, diharapkan
kepentingan manajer dapat sejalan dengan kepentingan pemegang
saham/pemiliknya dan nantinya dapat menekan timbulnya asimetri informasi,
33
termasuk asimetri informasi tersebut yang berupaya menimbulkan hubungan yang
negatif antara perencanaan pajak pada nilai perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 6: Kepemilikan manajerial memperlemah hubungan perencanaan
pajak dan nilai perusahaan
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak
lain atau diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan yang dijadikan obyek
penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil data
tersebut untuk mengetahui apakah dengan melakukan manajemen laba dan
perencanaan pajak dapat meningkatkan nilai perusahaan atau sebaliknya.
Perusahaan yang terdaftar di BEI digunakan sebagai objek penelitian karena
perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan
keuangan tahunan kepada pihak luar perusahaan sehingga memungkinkan data
tersebut dapat diperoleh dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan seluruh perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian dari website
BEI langsung yaitu http://www.idx.co.id.
35
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2016. Pemilihan sampel berdasarkan
metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
subjektif peneliti, di mana data dapat dimasukan ke dalam sampel apabila dapat
memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria dalam
penentuan sampel adalah:
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
konsisten menerbitkan Laporan Keuangan (Auditan) dari tahun 2010 sampai
dengan 2016 dan memiliki periode laporan akhir per 31 Desember.
2. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap sesuai dengan variabel yang
diteliti dari 2010-2016.
3. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan adalah mata
uang rupiah.
4. Perusahaan dengan pre tax income selama 7 tahun yang positif.
3.3 Definisi dan Pengukuran Variabel
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan
dalam penelitian ini diproksikan dengan Tobin’s Q. Smithers dan Wright (2007)
memodifikasi rumus ini sebagai berikut:
Q = EMV + D
EBV + D
36
Dimana:Q : Nilai PerusahaanEMV : Nilai Pasar Ekuitas (EMV= Closing Price x Jumlah Saham)D : Nilai Buku dari Total HutangEBV : Nilai Buku dari Total Ekuitas
EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan
jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Perusahaan yang berjalan dengan
baik umumnya mempunyai Tobin’s Q diatas 1, yang menunjukan nilai pasar lebih
tinggi dari nilai bukunya. Maka semakin tinggi Tobin’s Q semakin tinggi pada
Return saham.
3.3.2 Variabel Independen
3.3.2.1 Manajemen Laba
Untuk mengukur manajemen laba pada penelitian ini diukur menggunakan proksi
discretionary accruals. Untuk mengukur discretionary accruals (DAC),
penelitian ini menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995), langkah
langkah dalam menghitung discretionary accruals adalah sebagai berikut:
Langkah Pertama:
TAC = NIit – CFOit
Langkah Kedua:
Nilai total akrual (TAC) diestimasi dengan persamaan regresi sebagai berikut:
TACit / TAit-1 = α1(1/TAit-1)+α2(ΔREVit / TAit-1)+α3 (PPEit / TAit-1) + e
Langkah Ketiga:
Dengan menggunakan koefesien regresi di atas nilai non-discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung dengan rumus:
NDAit = α1(1/TAit-1) + α2((ΔREVit – ΔRECit) / TAit-1) + α3 (PPEit /TAit-1)
37
Langkah Keempat:
Sehingga discretionary accruals (DA) dihitung dengan rumus :
DAit = (TACit / TAit-1) – NDAit
Keterangan:
TAC = total akrualNiit = net income perusahaan i pada tahun tCFOit = (cash flow from operation) perusahaan i pada tahun tNDAit = non-discretionary accrual perusahaan i pada tahun ke tTACit = total akrual perusahaan i pada tahun ke tTAit-1 = total aktiva perusahaan i pada tahun ke t-1ΔREVit = perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun ke tΔRECit = perubahan piutang perusahaan i pada tahun ke tPPEit = aktiva tetap (gross property, plant and equipment) perusahaan i
pada tahun ke tDAit = discretionary accruals perusahaan i pada tahun ke t.e = error
3.3.2.2 Perencanaan Pajak
Menurut Suandy (2011) perencanaan pajak adalah upaya melakukan
penghematan dan minimalisasi pajak, yang secara legal yang dapat dilakukan
melalui manajemen pajak. Effective Tax Rate dapat digunakan untuk mengetahui
seberapa besar penghematan pajak atau penundaan pajak yang diperoleh. Semakin
rendah Effective Tax Rate maka tax planning semakin efektif. Effective Tax Rate
dihitung sebagai beban pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak
penghasilan Earning Before Taxes, Effective Tax Rate berguna untuk mengetahui
seberapa besar penghematan pajak atau penundaan pajak yang diperoleh
(Samrotun & Suhendro, 2014). Kusumayani dan Suardana (2017) juga
menyatakan ETR ialah menunjukkan seberapa efektif pembayaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan.
38
Rumus tax planning yang mengandung unsur ETR:
ETR = Beban PajakLaba Sebelum PajakETR = Effective Tax Rate (Tarif Pajak Efektif)
3.3.3 Variabel Moderasi
Dalam penelitian ini variabel moderasi menggunakan Corporate governance.
Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, karyawan serta
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak – hak
dan kewajiban mereka atau sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan. Yang termasuk corporate governance adalah Komisaris Independen,
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kualitas Audit. Dalam
penelitian ini corporate govenance diproksikan dengan :
1. Kepemilikan manajerial
KM = ∑ kepemilikan saham dewan direksi dan komisaris∑ Jumlah saham yang beredar.
2. Kepemilikan institusional
KI = ∑ Jumlah kepemilikan saham Institusi∑ Jumlah saham yang beredar.
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi yang
berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta manajemen dan
dewan direksinya. Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Struktur
39
kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya
perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Jensen
dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan dan
kepemilikan institusional adalah dua mekanisme yang dapat mengendalikan
masalah keagenan yang ada di suatu perusahaan.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan model analisis
regresi linier berganda. Sebelum dilakukan Uji Hipotesis maka model regresi diuji
terlebih dahulu dengan Uji Asumsi Klasik. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan data terdistribusi normal.
3.4.1 Statistik Deskriptif
Ghozali (2016) menyatakan bahwa statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness. Statistik deskriptif
biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data sampel sebelum
memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis.
40
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
3.4.2.1 Uji Normalitas
Basuki dan Prawoto (2016) menyatakan uji normalitas berguna untuk menentukan
data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi
normal. Pada penelitian ini terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah risidual
berdistribusi normal atau tidak yang digunakan dalam uji ini adalah analisis statik
dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan analisis grafik dengan
menggunakan uji probabitility plot. Uji Kolmogrov-Smirnov digunakan untuk
memberikan angka-angka yang lebih detail untuk menguatkan apakah terjadi
normalitas atau tidak dari data-data yang digunakan. Normalitas terjadi apabila
hasil dari uji Kolmogrov-Smirnov lebih dari 0,05.
Uji probabitility plot digunakan untuk membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,
dan ploting data risidual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi
data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
3.4.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF) (Ghozali, 2016).
41
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/tolerance). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan dengan pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda
disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak
terjadi heteroskedastisitas (Basuki dan Prawoto, 2016).
Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistitas
adalah dengan melihat grafik plot. Dengan grafik plot, kita dapat melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, jika tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
3.4.2.4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel
dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan
dirinya sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan
42
dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode
sesudahnya (Ghozali, 2016).
3.4.3. Pengujian Hipotesis
Model persaamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:
TQ = a + ß1EM + ß2TP + e ……………………………………… (1)
TQ = a + ß1EM + ß2TP + ß3KI + ß4KM + ß5 EM.KI + ß6 EM.KM + ß7 TP.KI
+ ß8 TP.KM + e ..………………………………………………….(2)
Keterangan:TQ = Nilai Perusahaana = konstantaß = koefisien regresiEM = Manajemen LabaTP = Perencanaan PajakKI = Kepemilikan InstitusionalKM = Kepemilikan Manajeriale = error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
3.4.3.1 Uji R² atau Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang relatif rendah karena ada
variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data
runtun waktu biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi
(Ghozali,2016).
43
3.4.3.2 Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2016).
Uji F dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil
regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α=5%). Jika nilai
signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, yang berarti model regresi
tidak fit. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α maka hipotesis diterima, yang
berati bahwa model regresi fit.
3.4.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Hasil uji t
dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance).Tingkat
signifikan yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Adapun kriteria pengujian yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Jika p value < 0,05 maka Hipotesis tidak terdukung
Jika p value > 0,05 maka Hipotesis terdukung
3.4.3.4 Analisis Regresi Moderasi
Ghozali (2016), Uji interaksi atau sering disebut Moderated Regression Analysis
(MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dai mana dalam
persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih
independen).
44
Menurut Ghozali (2016), tujuan analisis ini untuk mengetahui apakah variabel
moderating akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Terdapat 3 model dalam pengujian ini , yaitu
uji Interaksi (MRA), uji nilai selisih mutlak dan uji residual. Dalam penilitian ini
akan digunakan uji MRA, MRA menggunakan pendekatan analitik yang
mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk mengontrol
pengaruh variabel moderasi. Metode ini dilakukan dengan menambahkan variabel
perkalian antara variabel bebas dengan variabel moderatingnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas dampak aktifitas
manajemen laba dan perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan dengan
dimoderasi corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional. Penelitian ini menggunakan sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2010-2016. Penulis menemukan 151 perusahaan manufaktur terdaftar selama
tahun observasi dan hanya 33 perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan . Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan model regresi,
diperoleh hasil bahwa hipotesis terdukung dan tidak terdukung. Adapun hasil
analisis pada penelitan ini adalah:
1. Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini
menunjukan bahwa aktifitas yang dilakukan manager untuk mengelola
laba tidak mempengaruhi pihak principal untuk mengurangi ataupun
menambah besaran modal yang akan diinvestasikan.
2. Perencanaan pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil
ini menunjukan bahwa aktifitas perencanaan pajak dapat mengurangi nilai
perusahaan, kemungkinan hal ini terjadi akibat manager melakukan
71
perencanaan pajak untuk memenuhi kepentingan sendiri atau bersifat
opportunistik bukan untuk kepentingan principal.
3. Kepemilikan institusional dapat memperkuat hubungan antara manajemen
laba terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menjelaskan bahwa dengan
semakin banyaknya kepemilikan saham oleh institusi manager termotivasi
untuk terus meningkatkan laba perusahaan sehingga pihak institusi dapat
bertahan atau menambah jumlah kepemilkan saham atas perusahaan
tersebut.
4. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan manajemen
laba dengan nilai perusahaaan. Hasil ini menjelaskan bahwa kepemilikan
manajerial tidak dapat membatasi kegiatan manajemen laba sehingga akan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan pada
perusahaan sampel penelitian persentase kepemilikan manajerial hanya
sedikit, ini menyebabkan manajerial belum merasakan manfaat atas
kepemilikannya.
5. Kepemilikan institusional tidak berepengaruh terhadap hubungan antara
perencanaan pajak dengan nilai perusahaan. Hasil ini menjelaskan bahwa
kepemilikan institusional tidak dapat membatasi atau mengurangi kegiatan
perencanaan pajak. Dikarenakan pihak institusi selaku pihak eksternal
tidak banyak memiliki informasi mengenai perpajakan perusahaan.
6. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan antara
perencanaan pajak dengan nilai perusahaan. Hasil ini menjelaskan bahwa
kepemilikan manajerial tidak dapat membatasi kegiatan perencanaan
72
pajak. Hal ini dikarenakan masih rendahnya saham yang dimiliki oleh
pihak manajemen yang ikut andil dalam pengambilan keputusan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian diantaranya, yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan 2 variabel independen saja dengan
kemampuan yang sangat terbatas dalam menjelaskan varians variabel
dependen sehingga masih terdapat faktor-faktor lain yang mungkin
mempengaruhi nilai perusahaan yang tidak dapat dijelaskan dalam model
penelitian ini.
2. Dalam pengukuran corporate governance hanya menggunakan
diproksikan dengan variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional saja.
3. Penelitian ini hanya sebatas pada perusahaan manufaktur saja sehingga
tidak dapat dipastikan bahwa hasil yang sama bila diujikan pada
perusahaan sektor berbeda atau perusahaan diseluruh BEI.
4. Hasil penelitian ini juga belum memberikan hasil yang seperti
dihipotesiskan. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan model untuk
menentukan earnings management.
73
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang daoat diberikan adalah:
1. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya menambah sektor perusahaan
dalam penelitian, sehingga mungkin dapat dirasakan efek dari kepemilikan
manajerial.
2. Penelitian selanjutnya perlu mengidentifikasi variabel moderasi lainnya
untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap hubungan manajemen
laba dan perencanaan pajak dengan nilai perusahaan. Seperti menambah
variabel komite audit atau komisaris independen.
3. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga
diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, F dan Purwaningsih, Anna. 2014. “Pengaruh Perencanaan PajakTerhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Non manufaktur YangTerdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. MODUS, 26, 33-50.
Basuki, Agus Tri dan Parwoto. 2016. Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi& Bisnis : Dilengkapi Aplikasi SPSS & Eviews. Depok : PT RajagrafindoPersada.
Darwis, H. 2012 "Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan DenganCorporate Governance Sebagai Pemoderasi". Jurnal Keuangan danPerbankan, 45-55.
Dechow, P. M. dan Skinner, D. J. 1995. “Earnings Management: Reconciling theViews of Accounting Academics, Practitioners, and Regulators”.Accounting Horizons, 14 (2), 235-250.
Dewi, K dian Rosita et al. 2015. Pengaruh Earning Per Share dan Dividend PerShare Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013. Jurnal Akuntansi ProgramS1, 3 (1).
Ghozali, Imam. 2016.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan IBM SPSS 23”.Edisi 8. Semarang. Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2011.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan IBM SPSS 19”.Edisi 5. Semarang. Universitas Diponegoro.
Hamed, M.S., dan Boussaidi.A. 2015. The Impact of Governance Mechanisms onTax Aggressiveness: Empirical Evidence From Tunisisan Context. Journalof Asian Business Strategy, 5 (1).
Hanum, H. R., dan Zulaikha. 2013. Pengaruh Karakteristik CorporateGovernance Terhadap Effective Tax Rate (Studi Empiris pada BUMNyang terdaftar Di BEI 2011). Diponegoro Journal of Accounting, 2 (2), 1-10.
Herdiyanto, Dedy Ghozim dan Ardiyanto, Moh didik. 2015. Pengaruh TaxAvoidance terhadap nilai perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting.4 (3), 1-10.
Hermuningsih, Sri. 2012. Pengantar Pasar Modal Indonesia. Yogyakarta : UPPSTIM YKPN.
Hidayat, Muhammad dan Hairi, Muhammad Imama Akbar. 2016. PengaruhPerencanaan Pajak dan Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan padaPerusahaan Jasa Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode2009-20013. Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini, 7 (2), ISSN: 2502-2024.
Indriani, dkk. 2014. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas PengungkapanSukarela Dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi”. SimposiumNasional Akuntansi 17 Mataram.
Irawan, Hendra P dan Farahmita, Aria. 2012. Pengaruh Kompensasi Manajemendan Corporate Governance terhadap Manajemen Pajak Perusahaan. JurnalSimposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin. Jilid 201.
Jogiyanto, Hartono, 2015. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, BPFEYogyakarta, Edisi Kesepuluh, Yogyakarta.
Kouki, M., Abderrazek, E., Hanen, A., and Slim, S. 2011. Does CorporateGovernance Constrain Earnings Management? Evidence from U.S. Firms.European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, 35,58-71.
Komalasari, Agrianti. 2017. Implementation the International Financial ReportingStandards as Moderating Variable of the Relationship of CorporateGovernance with Earnings Management. European Research StudiesJournal, Vol. XX, Issue 3A, pp. 259-277.
Kusumayani, Happy Apsari dan Suardana, Ketut Alit. 2017. KepemilikanManajerial dan Kepemilikan Institusional sebagai pemoderasi pengaruhPerencanaan Pajak Pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi UniversitasUdayana, 18 (1), 646-673.
Lestari, Lulus Sri dan Pamudji, Sugeng. 2015. Pengaruh Earnings ManagementTerhadap Nilai Perusahaan Dimoderasi dengan Praktik CorporateGovernance. Diponegoro Journal of Accounting, 2 (3), 1.
Ngadiman, dan Puspitasari, C. 2014. Pengaruh Leverage, KepemilikanInstitusional, dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak padaPerusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia2010-2012. Jurnal Akuntansi, 18 (3), 408-421.
Nike, Yulisma, Zaitul dan Yunilma. Pengaruh Perencanaan Pajak dan CorporateGovernance terhadap Nilai Perusahaan. Jakarta. Jurnal Univeristas BungHatta.
Machdar, Nera Marindra dan Deva, Bela. 2017. Pengaruh Manajemen LabaAkrual dan Manajemen Laba Riil terhadap Nilai Perusahaan denganCorporate Governance sebagai Variabel Moderating. Diambil darihttps://www.researchgate.net/publication/325487528 pada tanggal 3September 2018.
Mahriana, I Dewa Gede Pingga dan Ramantha, I Wayan. 2014. PengaruhKepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada ManajemenLaba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. E-JournalAkuntansi Universitas Udayana. 7 (5), 519-528.
Minnick, Kristina and Noga, Tracy. 2010. Do Corporate governanceCharacteristics Influence Tax Management?. Journal of CorporateFinance. 16, Issue 5, 703-718.
Paradina, Desi dan Tarmizi, M. Irfan. 2015. Pengaruh Manajemen Laba dan TaxPlanning dengan Konservatisma Akuntansi sebagai Variabel interveningterhadap sengketa Pajak Penghasilan. Journal of Applied Business andEconomics, 1 (3).
Pradnyana, Ida Bagus Gede Putra dan Noviari, Naniek. 2017. PengaruhPerencanaan Pajak Terhadap Nilai Perusahaan dengan TransparansizPerusahaan sebagai Variabel Moderasi. E-Journal Akuntansi UniversitasUdayana. 8 (2), 1398-1425.
Onasis, Kristie.,dan Robin. 2016. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan TerhadapNilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar DiBEI. Jurnal Bina Ekonomi, 20 (1), 1-22.
Ridwan, Mohammad. dan Ardi Gunardi. 2013. Peran Mekanisme CorporateGovernance Sebagai Pemoderasi Praktik Earning Management TerhadapNilai Perusahaan. Trikonomika, 12 (1), 49-60.
Samrotun, Y. C dan Suhendro. 2014. “ Strategi Perencanaan Pajak dalamCorporate Governance dan Corporate Social Responsibility”. 3rdEconomics & Business Research Festival. pp. 1513- 1542.
Sartika, Dewi. 2015. Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Nilai PerusahaanDengan Kepemilikan Institusional Sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan.Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi.
Scott, William R. 2012. Financial Accounting Theory. Sixth Edition. New Jersey :Prentice Hall Inc.
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Sumiyati, Heni dan Hardinigsih, Pancawati. 2017. Pengaruh Manajemen Laba danperencanaan Pajak terhadap Nilai Perusahaan dengan ModerasiKepemilikan Institusional. Jurnal Akuntansi, 6 (2).
Wahab, N. S. A dan K. Holland. 2012. Tax Planning, Corporate Governance, andEquity Value . British Accounting Review. 44 (2).
Wati, Gahani Purnama dan Putra, I Wayan. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage dan Good Corporate Governance Pada Kualitas Laba. E-JurnalAkuntansi Universitas Udayana, 19 (1), 137-167.
Wijayanti, Risma N dan Supatmi. 2008. Pengaruh Rasio Pembayaran DividenDan Pengeluaran Modal terhadap Earnings Response Coefficients (ERC)dengan Arus Kas Bebas sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Bisnis danEkonomi, 15 (1).
Winanto dan Widayat, Utoyo. 2013.”Pengaruh Perencanaan Pajak dan Tata kelolaPerusahaan terhadap Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional AkuntansiXVI di Manado.
Wild, John J., Subramayam, K. R., and R.F Halsey. 2010. Analisis LaporanKeuangan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Yuono, Citra Ayuning Sari dan Widyawati, Dini. 2016. Pengaruh PerencanaanPajak dan Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmudan Riset Akuntansi, 5 (6).