PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN …wartabepe.staff.ub.ac.id/files/2012/11/10.-JURNAL.pdfpemberian...

17
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN PERLAKUAN PEMACU PERKECAMBAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) G2 ASAL KULTUR JARINGAN Ana Septiani Ratih Dewi 1 . Sri Winarsih 2 . Sudiarso 3 . Husni Thamrin Sebayang 3 ABSTRACT The objectives of the research were to study the effects of storage periods and supplying promoter of germination on vegetative growth G2 seedling of sugarcane (Saccharum officinarum L.) from tissue culture. The research was conducted on August 2011 until January 2012 at experimental of Indonesian Sugar Research Institute Experimental (P3GI) Pasuruan, Pahlawan street no.25 Pasuruan 67126. The research was used Randomized Block Design (RAK) non factorially with three replicates. The treatment were of : Storage period (i.e. L0=unstorage, L1= storage period with 3 days, L2= storage period with 6 days, L3= storage period with 9 days); Soaking methods (i.e. P1= unsoaking, P2= soaking with water, P3= soaking with GA 3 hormone (0,025 g/litre), P4= soaking with fungicide (2 g/litre), P5= soaking with calcium oxide (2 g/litre), and P6= soaking with ZA fertilizer (3,6 g/litre)). The result show that the effects not significantly between soaking treatment and storage period on germination component and vegetative growth. That the effect showed the percentage capacity of germination variable and the long of bud 14 dap, 28 dap, and 42 dap. Means that soaking calcium oxide treatment with storage period 6 days to give the percentage capacity of germination 95% and treatment soaking ZA fertilizer traetment with storage period 6 days to show the long of bud 61,97%. The effects on vegetative growth significantly on stalk high, number of tiller and leaf number. Key word : G2 seedling of sugarcane, storage period, promoter of germination ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh lama penyimpanan dan pemberian pemacu perkecambahan terhadap pertumbuhan vegetatif bibit G2 asal kultur jaringan.. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 di kebun percobaan Pasuruan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Jl. Pahlawan no.25 Pasuruan 67126. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) sederhana yang diulang sebanyak 3 kali. Perlakuannya ialah : lama penyimpanan (L0= tanpa disimpan, L1= lama penyimpanan 3 hari, L2= lama penyimpanan 6 hari dan L3= lama penyimpanan 9 hari); perendaman dalam pemacu perkecambahan (P1= tanpa perendaman, P2= perendaman dengan air, P3=perendaman dengan hormon GA 3 (0,025 g/liter), P4= perendaman dengan fungisida (2 g/liter), P5= perendaman dengan air kapur (2 g/liter) dan P6=perendaman dengan larutan ZA (3,6 g/liter)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode perendaman dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap komponen perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Pada komponen perkecambahan, pengaruh tersebut terjadi pada variabel daya perkecambahan dan panjang tunas umur 14 hst, 28 hst, dan 42 hst. Perlakuan perendaman air kapur yang disimpan 6 hari menghasilkan daya kecambah sebesar 95% dan perlakuan perendaman larutan ZA yang disimpan 6 hari menunjukkan panjang tunas sebesar 61,97%. Pada komponen pertumbuhan vegetatif pengaruh nyata terjadi pada variabel tinggi batang, jumlah anakan, jumlah daun sedangkan pada parameter diameter batang dan jumlah ruas perlakuan tersebut tidak menunjukkan pengaruh nyata. Kata kunci : bibit tebu G2, lama penyimpanan, pemacu perkecambahan 1 Alumni Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UB 2 Peneliti Utama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) 3 Dosen Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UB

Transcript of PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN …wartabepe.staff.ub.ac.id/files/2012/11/10.-JURNAL.pdfpemberian...

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN PERLAKUAN PEMACU

PERKECAMBAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT

TEBU (Saccharum officinarum L.) G2 ASAL KULTUR JARINGAN

Ana Septiani Ratih Dewi 1. Sri Winarsih

2. Sudiarso

3. Husni Thamrin Sebayang

3

ABSTRACT

The objectives of the research were to study the effects of storage periods and supplying

promoter of germination on vegetative growth G2 seedling of sugarcane (Saccharum officinarum

L.) from tissue culture. The research was conducted on August 2011 until January 2012 at

experimental of Indonesian Sugar Research Institute Experimental (P3GI) Pasuruan, Pahlawan

street no.25 Pasuruan 67126. The research was used Randomized Block Design (RAK) non

factorially with three replicates. The treatment were of : Storage period (i.e. L0=unstorage, L1=

storage period with 3 days, L2= storage period with 6 days, L3= storage period with 9 days);

Soaking methods (i.e. P1= unsoaking, P2= soaking with water, P3= soaking with GA3 hormone

(0,025 g/litre), P4= soaking with fungicide (2 g/litre), P5= soaking with calcium oxide (2 g/litre),

and P6= soaking with ZA fertilizer (3,6 g/litre)). The result show that the effects not significantly

between soaking treatment and storage period on germination component and vegetative growth.

That the effect showed the percentage capacity of germination variable and the long of bud 14

dap, 28 dap, and 42 dap. Means that soaking calcium oxide treatment with storage period 6 days

to give the percentage capacity of germination 95% and treatment soaking ZA fertilizer traetment

with storage period 6 days to show the long of bud 61,97%. The effects on vegetative growth

significantly on stalk high, number of tiller and leaf number.

Key word : G2 seedling of sugarcane, storage period, promoter of germination

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh lama penyimpanan dan

pemberian pemacu perkecambahan terhadap pertumbuhan vegetatif bibit G2 asal kultur jaringan..

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 di kebun percobaan

Pasuruan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Jl. Pahlawan no.25 Pasuruan 67126.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) sederhana yang diulang sebanyak 3 kali. Perlakuannya ialah : lama penyimpanan (L0= tanpa disimpan, L1= lama penyimpanan 3 hari,

L2= lama penyimpanan 6 hari dan L3= lama penyimpanan 9 hari); perendaman dalam pemacu

perkecambahan (P1= tanpa perendaman, P2= perendaman dengan air, P3=perendaman dengan

hormon GA3 (0,025 g/liter), P4= perendaman dengan fungisida (2 g/liter), P5= perendaman

dengan air kapur (2 g/liter) dan P6=perendaman dengan larutan ZA (3,6 g/liter)). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa metode perendaman dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap

komponen perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Pada komponen perkecambahan, pengaruh

tersebut terjadi pada variabel daya perkecambahan dan panjang tunas umur 14 hst, 28 hst, dan 42

hst. Perlakuan perendaman air kapur yang disimpan 6 hari menghasilkan daya kecambah sebesar

95% dan perlakuan perendaman larutan ZA yang disimpan 6 hari menunjukkan panjang tunas

sebesar 61,97%. Pada komponen pertumbuhan vegetatif pengaruh nyata terjadi pada variabel

tinggi batang, jumlah anakan, jumlah daun sedangkan pada parameter diameter batang dan jumlah

ruas perlakuan tersebut tidak menunjukkan pengaruh nyata.

Kata kunci : bibit tebu G2, lama penyimpanan, pemacu perkecambahan

1 Alumni Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian – UB

2 Peneliti Utama – Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)

3 Dosen Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian – UB

PENDAHULUAN

Dalam upaya peningkatan

produktivitas tebu, ketersediaan benih

berkualitas mutlak diperlukan karena peran

benih yang besar dalam proses produksi gula,

sehingga penggunaan benih bagal mikro tebu

hasil kultur jaringan (G2) merupakan alternatif

penyediaan bahan tanam yang cepat sehat

,murni dan seragam. Bibit yang berasal dari

kultur jaringan bobotnya hanya sekitar 60%

dari bobot budset sehingga hal ini akan

memudahkan pengiriman jarak jauh karena

ringan. Faktor penting yang perlu diperhatikan

dalam pengiriman bibit ialah jangka waktu

pengiriman dari P3GI ke site yang

disimulasikan dalam penyimpanan bibit.

Dalam upaya meningkatkan perkecambahan

bibit setelah pengiriman maka perlu diberikan

perlakuan sebelum bibit dikecambahkan.

Perlakuan yang diberikan dimaksudkan untuk

meningkatkan kadar air dan nutrisi mata tunas,

memberikan pH lingkungan yang sesuai untuk

perkecambahan, untuk membebaskan bibit dari

jamur dan sebagainya. Tujuan penyimpanan benih ialah

untuk mempertahankan viabilitas benih selama

benih belum siap untuk ditanam atau saat benih

masih dalam proses pengiriman, sehingga pada

saat benih ditanam memiliki viabilitas yang

cukup tinggi. Penyimpanan biasanya dilakukan

pada bibit-bibit yang mengalami dormansi dan

kadar air bibit rendah (Anonymous, 2011c).

Dengan adanya penyimpanan bibit, bibit akan

berada tetap pada kondisi yang memungkinkan

tidak dapat tumbuh namun tetap mengalami

metabolisme. Bibit yang disimpan mengalami

penurunan kemampuan/daya berkecambahnya.

Agar daya kecambah tetap tinggi, maka kadar

air bibit harus serendah mungkin namun dalam

batas tertentu. Kadar air dalam bibit yang

rendah juga dapat mengurangi serangan hama

ataupun penyakit tular bibit (Sahupala, 2007).

Daya kecambah bergantung pada kadar air

yang terdapat dalam mata buku ruas batang,

sedangkan pada saat penyimpanan bibit

mengalami penurunan kadar air. Oleh karena

itu dianjurkan agar bibit tebu sebelum ditanam

diberi perlakuan yang berfungsi untuk

mencegah pengeringan pada mata saat bibit

ditanam di lapang sehingga dapat memacu

daya kecambah pada bibit (Pawirosemadi,

2011).

Berdasarkan masalah di atas, maka

perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh

lama penyimpanan dan perendaman zat

pemacu perkecambahan bibit tebu G2 terhadap

perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif

benih tebu G2 dari kultur jaringan.

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui

pengaruh lama penyimpanan dan pemberian

pemacu perkecambahan terhadap

perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif

bibit tebu G2 dalam rangka simulasi

pengiriman.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini ialah perlakuan lama penyimpanan 6 hari

dengan perendaman air kapur dapat

meningkatkan perkecambahan dan

pertumbuhan vegetatif pada bibit G2 asal

kultur jaringan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian pada tebu (S. officinarum L.)

dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasuruan

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia

(P3GI), Jawa Timur yang terletak pada

ketinggian 4 meter dpl, dengan suhu 240C-

320C, curah hujan 1500 mm/tahun, intensitas

matahari 331,87 cal/cm2/hari dan kecepatan

angin 2,81 km/jam. Jenis tanahnya Inseptisol.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan

Agustus 2011- Januari 2012. Alat-alat yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi:

cangkul, hand counter, penggaris, jangka

sorong. Bahan-bahan yang digunakan ialah

bibit bagal mikro G2 varietas PS 862, larutan

ZA, hormon GA3, air kapur, fungisida,

benlox/benlate, besek berukuran 40x35 cm, tali

plastik, polibag berukuran 12,5x10 cm, waring

berukuran 30x25cm, campuran media tanah

dan pasir (3:1). Penelitian ini menggunakan

percobaan rancangan acak kelompok (RAK)

sederhana yang diulang 3 kali. Percobaan

terdiri atas 24 perlakuan dimana pada setiap

perlakuan terdapat 20 tanaman yang diulang 3

kali sehingga didapatkan 72 petak perlakuan

percobaan. Percobaan dilakukan dengan

menggunakan polibag dan akan dipindahkan ke

lahan pada umur 1,5 bulan untuk mengetahui

pertumbuhan vegetatif bibit G2 asal kultur

jaringan, sebelum ditanam bibit terlebih dahulu

disimpan menurut lama penyimpanan

kemudian direndam dengan pemacu

perkecambahan selama 45 menit. Pengamatan

dilakukan pada saat bibit tebu telah disimpan.

Pengamatan tersebut meliputi penyusutan

bobot bibit, persentase bibit yang berjamur,

persentase mata normal pada, persentase bibit

tebu G2 yang berakar, dan perubahan warna

pada bekas potongan budset. Pengamatan

dilakukan pada masa perkecambahan saat

tanaman berumur 14, 28, dan 42 hst. Parameter

pengamatan tersebut meliputi persentase daya

kecambah dan panjang tunas. Pengamatan

dilakukan pada saat tanaman berumur 8, 10,

12,14, dan 16 mst (minggu setelah tanam).

Parameter pengamatan meliputi tinggi batang,

diameter batang, jumlah daun, jumlah anakan,

dan jumlah ruas. Data pengamatan yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan

analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Bila hasil

pengujian diperoleh perbedaaan yang nyata

maka dilanjutkan dengan uji perbandingan

antar perlakuan dengan menggunakan Beda

Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Komponen penyimpanan bibit

1.1 Penyusutan bobot bibit selama

penyimpanan

Penyimpanan bibit G2 menyebabkan

penurunan bobot bibit tebu. bibit tebu yang

disimpan selama 3, 6 dan 9 hari berkurang

beratnya sebesar 50-100 gram. Bibit tebu G2

sebelum dan sesudah ditimbang disimpan pada

suhu ruang dengan kisaran 26-320C. Persentase

penyusutan berat bibit tebu pada lama

penyimpanan 3,6,dan 9 hari yaitu berturut-turut

5,06%, 6,2%, dan 13,63%, semakin lama

penyimpanan penyusutan bibit tebu semakin

tinggi karena adanya penurunan kadar air bibit

pada saat disimpan. Penyusutan bibit terjadi

karena dengan kemasan “waring” masih

dimungkinkan terjadinya pertukaran udara

sehingga kadar air menjadi berkurang yang

dapat mengakibatkan berat bibit menurun. Persentase penyusutan bobot bibit tebu G2

dapat dilihat pada Gambar 1.

1.2 Persentase bibit tebu yang berjamur

selama penyimpanan

Dari percobaan ini, secara umum bibit

tebu yang berjamur hanya bibit tebu yang

disimpan 3 hingga 9 hari dengan persentase

sebesar 100%. Bibit tebu yang tidak disimpan

menunjukkan bibit tersebut tidak berjamur.

Timbulnya jamur terjadi karena dipengaruhi

kondisi lingkungan simpan selain itu juga bibit

mengalami perendaman terlebih dahulu dengan

fungisida yang dicampur air sehingga bibit

menjadi terlalu lembab dan udara yang masuk

mengandung spora, bakteri dan jamur.

Persentase bibit yang berjamur setelah

disimpan disajikan pada Gambar 2.

1.3 Persentase mata tunas normal bibit

selama penyimpanan

Rerata jumlah mata normal setelah

disimpan selama 0, 3, 6 dan 9 hari yaitu

berturut-turut 100%, 100%, 99,44% dan

81,11%. Bibit tebu yang tidak disimpan dan

disimpan selama 3 hari memiliki persentase

mata normal 100%. Sementara itu pada lama

penyimpanan 6 dan 9 hari semakin lama bibit

disimpan maka persentase mata normal akan

menurun. Hasil pengamatan jumlah mata

normal disajikan pada Gambar 3.

1.4 Persentase bibit yang berakar selama

penyimpanan

Persentase bibit yang berakar diperoleh

hasil yaitu persentase akar yang tumbuh pada

lama penyimpanan 3, 6 dan 9 hari. Bibit yang

tidak disimpan semuanya belum berakar (0%)

sedangkan bibit yang disimpan selama 3, 6 dan

9 hari hampir semuanya berakar dengan

persentase berturut-turut 100%, 99,44% dan

100% . Persentase tumbuh akar pada ulangan 1

mencapai 100 % saat lama penyimpanan 3

hingga 9 hari. Pada ulangan 2 jumlah bibit

berakar mencapai 100% pada lama

penyimpanan 3 hari, sedangkan lama

penyimpanan 6 hari mencapai 98.33% dan

pada lama penyimpanan 9 hari persentase

tumbuh akar mencapai 100%. Pada ulangan 3

persentase bibit berakar yang disimpan selama

3, 6 dan 9 hari mencapai 100%.Data persentase

akar yang tumbuh pada bibit G2 dapat dilihat

pada Tabel 1.

1.5 Perubahan warna pada bekas potongan

budset

Perlakuan penyimpanan menyebabkan

perubahan warna pada bekas potongan budset.

Tidak semua perlakuan menyebabkan

terjadinya perubahan warna. Lama

penyimpanan 0 hari (tanpa disimpan) tidak

menyebabkan perubahan warna pada bekas

potongan budset. Sedangkan pada lama

penyimpanan 3, 6 dan 9 hari terjadi perubahan

warna pada bekas potongan budset menjadi

berwarna merah. Data perubahan warna

permukaan potongan pada bibit G2 dapat

dilihat pada Tabel 2.

Gambar 1. Diagram penyusutan bobot bibit tebu G2 selama penyimpanan

Gambar 2. Persentase bibit tebu G2 yang berjamur selama penyimpanan

Gambar 3. Diagram mata yang normal bibit tebu G2 selama penyimpanan

Tabel 1. persentase tumbuh akar bibit G2 selama penyimpanan

Perlakuan

Ulangan Rata-

rata I II III

L0 0 0 0 0,00

L1 100 100 100 100,00

L2 100 98,33 100 99,44

L3 100 100 100 100,00

0

5

10

15

L0 LI L2 L3

RERATA PENYUSUTAN BERAT BIBIT (%)

Lama penyimpanan (hari)

Pen

yu

stu

tan

bib

it (

%)

L0 = tanpa disimpan

L1= penyimpanan 3 hari

L2= penyimpanan 6 hari

L3 = penyimpanan 9 hari

0

50

100

L0 L1 L2 L3

Bibit tebu yang berjamur

L0 = tanpa disimpanL1 = penyimpanan 3 hariL2 = penyimpanan 6 hariL3 = penyimpanan 9 hari

Lama penyimpanan

Bib

itb

erja

mu

r (%

)

0

100

L0 L1 L2 L3Persentase mata normal

L0 = tanpa disimpanL1 = penyimpanan 3 hariL2 = penyimpanan 6 hariL3 = penyimpanan 9 hari

Mata

norm

al

(%)

Lama penyimpanan (hari)

Tabel 2. Data perubahan warna pada bekas potongan budset

Lama

Penyimpanan

Perubahan Warna

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

Tanpa disimpan - - -

3 hari Merah Merah Merah

6 hari Merah Merah Merah

9 hari Merah Merah Merah

2. Perkecambahan

2.1 Daya kecambah (%)

Persentase daya kecambah bibit G2 yang

diamati selama 45 hari menunjukkan bahwa

daya kecambah bibit tebu yang direndam

dengan pemacu perkecambahan mengalami

peningkatan hingga lama penyimpanan 6 hari,

sedangkan pada lama penyimpanan 9 hari daya

kecambah mulai menurun. Bibit yang direndam

dalam larutan air kapur setelah disimpan

selama 6 hari menunjukkan daya kecambah

yang tertinggi yaitu 95%.

Perendaman bibit dalam hormon GA3

yang disimpan selama 9 hari menunjukkan

perkecambahan yang tidak berbeda nyata

dengan beberapa perlakuan bibit yang tanpa

direndam selama 9 hari, perendaman bibit

dalam air yang tanpa disimpan, perendaman

bibit dalam hormon GA3 yang tanpa disimpan

dan perendaman bibit dalam air kapur yang

tanpa disimpan. Begitu juga pada bibit yang

direndam dalam air, fungisida, air kapur,

larutan ZA yang disimpan selama 6 hari dan

perendaman bibit dalam air kapur yang

disimpan selama 9 hari menunjukkan

perkecambahan yang tidak berbeda nyata

dengan perlakuan bibit tanpa perendaman yang

disimpan 3 sampai 6 hari dan perendaman

fungisida yang disimpan 3 hari, serta larutan

ZA yang disimpan 9 hari. Namun demikian

pada perlakuan bibit yang direndam dalam air,

fungisida, larutan ZA yang disimpan 6 hari dan

air kapur yang disimpan 6 hingga 9 hari,

persentase daya kecambah yang dihasilkan

nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan

perlakuan hormon GA3 pada bibit yang

disimpan 9 hari. Persentase diagram daya

kecambah dapat dilihat pada Gambar 4.

2.2 Panjang tunas (cm)

Perendaman berbagai larutan pemacu

perkecambahan dan lama penyimpanan

berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang

tunas. Pengamatan panjang tunas menunjukkan

pola hampir mendekati linier hingga

pengamatan 42 mst.

Pada umur 14 hst menunjukkan hasil

bahwa bibit tebu yang direndam dengan air dan

hormon GA3 tanpa disimpan tidak berbeda

nyata dengan perlakuan perendaman hormon

GA3 yang disimpan 3 hari dan larutan ZA yang

tanpa disimpan. Sedangkan pada perlakuan

perendaman bibit dalam hormon GA3 yang

disimpan 9 hari tidak berbeda nyata dengan

perlakuan perendaman bibit dalam larutan ZA

yang disimpan selama 6 hari. Panjang tunas

dari bibit yang direndam hormon GA3 setelah

disimpan 9 hari dan direndam larutan ZA

setelah disimpan 6 hari menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata dengan bibit yang

direndam dalam air setelah disimpan 6 hari.

Namun demikian, perendaman bibit dengan

hormon GA3 setelah disimpan 9 hari dan

larutan ZA setelah disimpan 6 hari memiliki

persentase panjang tunas yang nyata lebih

tinggi dibandingkan dengan perlakuan

perendaman bibit dalam air dan hormon GA3

tanpa disimpan.

Pada pengamatan umur 28 hst panjang

tunas bibit tebu yang direndam dalam hormon

GA3 tanpa disimpan tidak berbeda nyata

dengan perendaman bibit dalam fungisida

tanpa disimpan. Panjang tunas bibit pada

perlakuan tanpa perendaman tanpa disimpan

dan larutan ZA setelah disimpan 6 hari

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata

dengan beberapa perlakuan tanpa perendaman

setelah disimpan 9 hari, perendaman air setelah

disimpan 0, 6, 9 hari, perendaman hormon GA3

setelah disimpan 9 hari, dan air kapur setelah

disimpan 6 hari. Namun demikian, panjang

tunas bibit tanpa perendaman yang tanpa

disimpan dan perendaman bibit dalam larutan

ZA setelah disimpan 6 hari memiliki

persentase panjang tunas yang nyata lebih

tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan

hormon GA3 tanpa disimpan.

Bibit yang direndam dalam air, hormon

GA3 dan larutan ZA tanpa disimpan

menunjukkan panjang tunas yang tidak berbeda

nyata dengan perlakuan tanpa perendaman dan

perendaman fungisida tanpa disimpan pada

pengamatan umur 42 hst. Sedangkan bibit yang

direndam dalam air setelah disimpan 6 sampai

9 hari, hormon GA3 setelah disimpan 9 hari,

air kapur setelah disimpan 6 hari dan

perendaman bibit dalam larutan ZA setelah

disimpan 6 hari menunjukkan panjang tunas

tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa

perendaman setelah disimpan 9 hari dan

fungisida setelah disimpan 6 hingga 9 hari.

Bibit yang direndam dalam air setelah

disimpan 6 hingga 9 hari, hormon GA3 setelah

disimpan 9 hari, air kapur dan larutan ZA

setelah disimpan 6 hari menunjukkan panjang

tunas nyata lebih tinggi jika dibandingkan

dengan perlakuan bibit yang direndam dalam

air, hormon GA3 tanpa disimpan. Perbandingan

panjang tunas pada masing-masing perlakuan

perendaman disajikan pada Gambar 5.

Gambar 4. Diagram persentase daya kecambah bibit G2

a b

0 3 6 9

Tanpa perendaman 61.67 78.33 83.33 55.00

Air 56.67 75.00 88.33 61.67

Hormon GA3 50.00 60.00 61.67 48.33

Fungisida 65.00 78.33 86.67 61.67

Air Kapur 53.33 63.33 95.00 86.67

larutan ZA 68.33 78.33 91.67 76.67

40

60

80

100

Day

a ke

cam

bah

(%

)

14 mst 28 mst 42 mst

P1L0 7.5 38.14 34.76

P1L1 7.63 20.67 40.34

P1L2 10.75 23.34 45.72

P1L3 9.34 27.11 50.72

5

20

35

50

Pan

jan

g tu

nas

(cm

)

14 mst 28 mst 42 mst

P2L0 2.81 31.05 31.85

P2L1 6.69 21.17 43.64

P2L2 14.6 29.97 55.75

P2L3 12.42 29.39 57.43

0

20

40

60

Pan

jan

g tu

nas

(cm

)

c d

e f

Gambar 5. Diagram panjang tunas bibit tebu G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode

perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA3, (d) Fungisida, (e)

Air Kapur, (f) Larutan ZA

3. Pertumbuhan Vegetatif

3.1 Tinggi batang (cm)

Tinggi batang bibit tebu G2 yang

direndam dalam zat pemacu perkecambahan

selama 0 sampai 9 hari menunjukkan pola

tinggi batang yang terus mengalami

peningkatan hingga pengamatan 16 hst. Tinggi

tanaman tidak berbeda nyata atau tetap tumbuh

normal dengan peningkatan tinggi batang yang

hampir seragam pada umur pengamatan 16 dan

18 mst.

Pengamatan umur 14 mst bibit yang tanpa

direndam setelah disimpan 6 hari menunjukkan

tinggi batang yang tidak berbeda nyata dengan

beberapa perlakuan bibit tanpa perendaman

setelah disimpan 0 sampai 3 hari, perendaman

bibit dalam air setelah disimpan 6 hari,

perendaman bibit dalam hormon GA3 setelah

disimpan 9 hari, perendaman bibit dalam

fungisida setelah disimpan 3 sampai 6 hari,

perendaman bibit dalam air kapur yang

disimpan 0-9 hari, dan perendaman bibit dalam

larutan ZA setelah disimpan 3-9 hari.

Sedangkan perlakuan bibit tanpa perendaman

setelah disimpan 6 hari memiliki hasil yang

beda nyata lebih rendah dibandingkan dengan

perlakuan bibit tanpa perendaman setelah

disimpan 9 hari, perendaman dalam air setelah

disimpan 0, 3 dan 9 hari, perendaman dalam

hormon GA3 setelah disimpan 0-6 hari,

perendaman dalam fungisida tanpa disimpan

dan setelah disimpan 9 hari, perendaman dalam

air kapur setelah disimpan 3-6 hari dan

perendaman bibit dalam larutan ZA tanpa

disimpan.

Tinggi batang tebu menunjukkan hasil

tidak berbeda nyata dan terus mengalami

peningkatan pada pengamatan 16 dan 18 mst.

Pada parameter pengamatan tinggi batang yang

tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman

air setelah disimpan 3 hari yaitu 195,67 cm.

Grafik peningkatan tinggi batang dapat dilihat

pada Gambar 6.

3.2 Jumlah anakan

Berbagai perlakuan perendaman dan lama

penyimpanan berpengaruh kepada jumlah

anakan bibit tebu G2. Pada pengamatan umur 8

14 mst 28 mst 42 mst

P3L0 3.14 11.93 30.47

P3L1 5.85 19.68 39.93

P3L2 12.98 26.79 47.75

P3L3 18.56 30.68 57.52

0

20

40

60

Pan

jan

g tu

nas

(cm

)

14 mst 28 mst 42 mst

P4L0 6.95 14.75 35.4

P4L1 6.52 19.99 44.96

P4L2 12.15 25.69 51.27

P4L3 9.42 25.63 53.39

0

20

40

60

Pan

jan

g tu

nas

(cm

)

14 mst 28 mst 42 mst

P5L0 7.73 20.93 40.55

P5L1 8.99 23.07 39.38

P5L2 13.47 29.99 57.59

P5L3 9.97 22.39 42.19

0

20

40

60

Pan

jan

g tu

nas

(cm

)

14 mst 28 mst 42 mst

P6L0 5.83 18.75 31.87

P6L1 6.68 19.17 42.36

P6L2 16.71 33.38 61.97

P6L3 11.47 24.78 46.19

5

20

35

50

65

Pan

jan

g tu

nas

(cm

)

hingga 12 mst jumlah anakan secara umum

bertambah, namun saat bibit berumur 14 mst

jumlah anakan menurun hingga umur 16 mst.

Jumlah anakan pada umur 8 mst berkisar

antara 2 hingga 6 batang dalam satu rumpun.

Bibit tebu yang direndam dalam hormon GA3

tanpa disimpan dan larutan ZA setelah

disimpan 9 hari menunjukkan jumlah anakan

tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan

perlakuan perendaman bibit dalam air setelah

disimpan 6 hari. Pada perlakuan bibit tanpa

perendaman setelah disimpan 3 hari,

perendaman dalam air setelah disimpan 0-3

hari, hormon GA3 setelah disimpan 6 hari,

fungisida setelah disimpan 9 hari, dan air kapur

setelah disimpan 6 hari memiliki hasil tidak

berbeda nyata dengan perendaman bibit dalam

air setelah disimpan 9 hari, hormon GA3

setelah disimpan 3 dan 9 hari, fungisida setelah

disimpan 0-6 hari, air kapur setelah disimpan 9

hari, dan larutan ZA setelah disimpan 0-3 hari,

namun memiliki hasil yang berbeda nyata lebih

tinggi dibandingkan dengan perendaman bibit

dalam hormon GA3 tanpa disimpan dan larutan

ZA setelah disimpan 9 hari. Jumlah anakan

pada pengamatan umur 10 mst mencapai 6

hingga 10 batang dalam satu rumpun. Bibit

yang direndam dalam air setelah disimpan 6

hari menunjukkan jumlah anakan tidak berbeda

nyata dengan perlakuan bibit tanpa

perendaman setelah disimpan 6 hari,

perendaman bibit dalam air setelah disimpan 3

hari, perendaman dalam hormon GA3 tanpa

disimpan dan perendaman dalam air kapur

tanpa disimpan. Perlakuan bibit tanpa

perendaman setelah disimpan 3 hari

menunjukkan jumlah anakan tidak berbeda

nyata dengan perendaman bibit dalam

fungisida setelah disimpan 3 hari dan

perendaman dalam larutan ZA tanpa disimpan.

Namun demikian, perlakuan bibit tanpa

perendaman setelah disimpan 3 hari

menunjukkan hasil nyata lebih tinggi bila

dibandingkan dengan perendaman dalam air

setelah disimpan 6 hari.

Pada pengamatan umur 12 mst jumlah

anakan bertambah antara 8 hingga 11 batang

dalam satu rumpun. Berdasarkan pengaruh

perendaman dan lama penyimpanan maka

diperoleh hasil bahwa bibit tanpa perendaman

setelah disimpan 6 hari menunjukkan jumlah

anakan tidak berbeda nyata dengan bibit yang

direndam dalam air setelah disimpan 0-9 hari,

tanpa perendaman dengan tanpa disimpan,

hormon GA3 tanpa disimpan, fungisida setelah

disimpan 6 hari dan air kapur setelah disimpan

0, 6 dan 9 hari. Sedangkan perlakuan bibit

tanpa perendaman setelah disimpan 3 hari,

hormon GA3 setelah disimpan 9 hari, dan

fungisida setelah disimpan 3 hari menunjukkan

jumlah anakan tidak berbeda nyata dengan

perlakuan perendaman bibit dalam hormon

GA3 setelah disimpan 3-6 hari, fungisida

setelah disimpan 0 dan 9 hari, air kapur setelah

disimpan 3 hari dan larutan ZA setelah

disimpan 0, 6 dan 9 hari. Namun, perlakuan

bibit tanpa perendaman setelah disimpan 3

hari, hormon GA3 setelah disimpan 9 hari dan

fungisida setelah disimpan 3 hari menunjukkan

hasil nyata lebih tinggi bila dibandingkan

dengan perlakuan tanpa perendaman setelah

disimpan 6 hari.

Jumlah anakan terus mengalami

penurunan pada pengamatan 14 dan 16 hst

dimana di akhir pengamatan jumlah anakan

sebanyak 5 hingga 8 batang dalam satu

rumpun, namun jumlah anakan pada

pengamatan umur 14 dan 16 mst tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah

anakan bibit tebu dengan berbagai perlakuan

perendaman dan lama penyimpanan dapat

dilihat pada histogram Gambar 7.

3.3 Jumlah daun

Daun tebu tumbuh dari buku-buku batang,

fungsi pelepah daun tebu disini yaitu sebagai

pelindung bagi titik tumbuh tebu. Selama

pertumbuhan, daun berpengaruh baik pada

mata karena melindungi terhadap kekeringan.

Jumlah daun bibit G2 yang direndam dalam

pemacu perkecambahan selama 0-9 hari hingga

pengamatan 12 mst yaitu terus mengalami

penambahan jumlah daun. Jumlah daun bibit

tebu G2 yang tertinggi pada perlakuan

perendaman bibit dalam hormon GA3 setelah

disimpan 3 hari mencapai 24 helai daun pada

pengamatan 8 mst. Umur pengamatan 10

sampai 12 mst jumlah daun paling tinggi

terdapat pada perendaman hormon GA3 yang

disimpan 9 hari

Pada pengamatan umur 8 mst perendaman

bibit G2 menunjukkan jumlah daun tidak

berbeda nyata pada beberapa perlakuan tanpa

perendaman setelah disimpan 6 hari, hormon

GA3 tanpa disimpan, fungisida setelah

disimpan 3 hari, air kapur setelah disimpan 3

hari dan larutan ZA setelah disimpan 3-9 hari.

Bibit yang direndam air kapur setelah disimpan

9 hari memiliki jumlah daun paling banyak

yaitu 28 helai daun. Bibit yang direndam dalam

perlakuan tanpa perendaman setelah disimpan

0 dan 9 hari, air setelah disimpan 0, 6 dan 9

hari serta fungisida setelah disimpan 9 hari

menunjukkan hasil jumlah daun tidak berbeda

nyata dengan bibit tanpa direndam setelah

disimpan 3 hari, bibit direndam dalam air

setelah disimpan 6 hari, hormon setelah

disimpan 3 hari, air kapur setelah disimpan 0

dan 6 hari, dan larutan ZA tanpa disimpan.

Pengamatan jumlah daun pada umur 10

dan 12 mst tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata. Perendaman bibit dalam hormon GA3

tanpa disimpan tidak berbeda nyata dengan

berbagai perlakuan perendaman yaitu

perlakuan tanpa perendaman yang tanpa

disimpan, perendaman dalam air setelah

disimpan 0, 6 dan 9 hari, perendaman dalam

hormon GA3 setelah disimpan 3 hari,

perendaman dalam fungisida setelah disimpan

6 hari, perendaman dalam air kapur setelah

disimpan 6 hingga 9 hari, dan perendaman

dalam larutan ZA yang disimpan 0 dan 9 hari.

Sedangkan perendaman bibit dalam hormon

GA3 tanpa disimpan menunjukkan hasil yang

berbeda nyata dengan berbagai perlakuan

perendaman yaitu perlakuan tanpa perendaman

setelah disimpan selama 3-9 hari, perendaman

dalam air setelah disimpan 3 hari, perendaman

dalam hormon GA3 setelah disimpan 6 dan 9

hari, perendaman fungisida setelah disimpan 0,

6 dan 9 hari, perendaman dalam air kapur

setelah disimpan 0-3 hari, serta perendaman

dalam larutan ZA setelah disimpan selama 3

dan 6 hari. Jumlah daun bibit tebu dengan

berbagai perlakuan perendaman dan lama

penyimpanan dapat dilihat pada histogram

Gambar 8.

3.4 Diamater batang (cm)

Hasil yang diperoleh ialah pada umur

pengamatan 10 mst diameter batang bibit tebu

berkisar antara 1,13 hingga 1,45 cm, sementara

itu pada umur 12 mst diameter batang

mencapai 1,63 hingga 2,45 cm. Diameter

batang berkisar antara 2,71 sampai 3,03 cm

pada umur pengamatan 14 hst. Pada umur 16

mst diameter batang yang tertinggi terdapat

pada bibit G2 tanpa disimpan dan direndam

dalam larutan ZA yaitu 3,35 cm. Pengamatan

diameter batang pada perlakuan pemacu

perkecambahan dan lama penyimpanan tidak

menunjukkan beda yang nyata pada seluruh

umur pengamatan. Histogram diameter batang

tebu G2 dapat dilihat pada Gambar 9.

3.5 Jumlah ruas

Jumlah ruas bibit tebu G2 secara

keseluruhan mengalami peningkatan hingga

pengamatan 18 mst. Jumlah ruas yang tertinggi

terdapat pada perlakuan bibit yang direndam

dalam fungisida setelah disimpan 6 hari dan

perendaman dalam air kapur setelah disimpan 9

hari yaitu mencapai 16 ruas. Pada umur 14 mst

jumlah ruas tebu rata-rata berjumlah 7 hingga

9, sedangkan pada umur 16 mst jumlah ruas

tebu mencapai 11 hingga 12. Sementara itu

jumlah ruas bibit tebu pada umur 18 berkisar

antara 14 hingga 16. Pada pengamatan jumlah

ruas perlakuan perendaman dan lama

penyimpanan tidak berpengaruh nyata namun

tanaman tetap tumbuh normal dengan

peningkatan jumlah ruas yang hampir seragam

pada setiap umur pengamatan. Histogram

jumlah ruas dapat dilihat pada Gambar 10.

a b

c d

e f

Gambar 6. Histogram tinggi batang bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode

perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA3, (d) Fungisida, (e)

Air Kapur, (f) Larutan ZA

14 mst

16 mst

18 mst

P1L0 82.33 134.00 184.34

P1L1 82.22 131.78 180.78

P1L2 72.83 133.11 182.45

P1L3 86.89 136.67 191.33

050

100150200

Tin

ggi b

atan

g (c

m)

14 mst

16 mst

18 mst

P2L0 94.78 123.05 177.11

P2L1 89.89 134.78 195.67

P2L2 85.89 135.33 182.11

P2L3 87.00 136.89 181.56

050

100150200

Tin

ggi b

atan

g (c

m)

14 mst

16 mst

18 mst

P3L0 90.67 137.22 176.94

P3L1 85.69 135.67 179.67

P3L2 93.58 126.78 185.89

P3L3 77.78 129.11 185.78

050

100150200

Tin

ggi b

atan

g (c

m)

14 mst

16 mst

18 mst

P4L0 86.00 132.89 170.56

P4L1 84.67 132.22 194.00

P4L2 80.11 133.22 175.11

P4L3 87.45 134.22 184.22

050

100150200

Tin

ggi b

atan

g (c

m)

14 mst

16 mst

18 mst

P5L0 84.00 131.17 186.50

P5L1 91.89 135.11 192.00

P5L2 95.22 140.56 193.00

P5L3 85.22 139.56 189.67

050

100150200

Tin

ggi b

atan

g (c

m)

14 mst

16 mst

18 mst

P6L0 86.56 138.00 185.44

P6L1 83.00 137.11 182.11

P6L2 85.89 139.22 179.66

P6L3 81.67 136.89 182.06

050

100150200

Tin

ggi b

atan

g (c

m)

a b

c d

e f

Gambar 7. Histogram jumlah anakan bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode

perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA3, (d) Fungisida, (e)

Air Kapur, (f) Larutan ZA

8 mst

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P1L0 5.00 8.00 8.00 5.89 5.33

P1L1 7.33 10.6 11.4 8.00 7.33

P1L2 5.00 6.67 7.11 6.00 5.44

P1L3 4.67 8.00 9.00 7.00 7.00

4

6

8

10

12

Jum

lah

an

akan

8 mst

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P2L0 6.67 8.00 7.56 5.44 5.33

P2L1 7.33 7.11 8.56 6.44 5.67

P2L2 3.67 6.22 8.22 7.11 6.78

P2L3 5.33 8.56 8.56 7.00 5.89

3

5

6

8

9

Jum

lah

an

akan

8 mst

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P3L0 2.67 7.00 8.00 7.00 5.33

P3L1 5.67 7.56 9.78 6.11 5.89

P3L2 6.33 9.33 10.6 6.33 5.67

P3L3 5.33 8.67 11.0 7.78 7.11

3

6

9

12

Jum

lah

an

akan

8 mst

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P4L0 5.67 8.00 10.2 7.89 7.22

P4L1 5.67 9.67 11.1 7.56 6.78

P4L2 5.67 7.78 8.33 7.45 6.78

P4L3 6.67 8.67 10.4 7.89 7.22

4

6

8

10

12

Jum

lah

an

akan

8 mst

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P5L0 4.67 6.50 8.17 6.33 5.67

P5L1 7.33 8.67 9.33 7.78 6.22

P5L2 5.00 8.11 8.11 7.22 6.00

P5L3 6.33 8.44 8.56 6.89 7.00

4

6

8

10

Jum

lah

an

akan

8 mst

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P6L0 5.33 9.67 10.3 7.22 6.45

P6L1 5.33 8.67 9.00 7.44 6.11

P6L2 4.67 9.00 9.33 7.44 6.67

P6L3 3.33 8.00 9.33 6.44 5.22

3

6

9

12

Jum

lah

an

akan

a b

c d

e f

Gambar 8. Histogram jumlah daun bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode

perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA3, (d) Fungisida, (e)

Air Kapur, (f) Larutan ZA

8 mst10

mst12

mst

P1L0 19 37.67 74

P1L1 20.33 63.67 100

P1L2 17.67 50.27 86.6

P1L3 19.67 53.9 90.23

020406080

100

Jum

lah

dau

n8 mst

10 mst

12 mst

P2L0 19.67 47.91 84.24

P2L1 19.67 55.74 92.08

P2L2 21 43.69 80.02

P2L3 19.33 40.33 76.78

020406080

100

Jum

lah

dau

n

8 mst10

mst12

mst

P3L0 18 31.3 67.52

P3L1 24 41.56 78

P3L2 20.67 52.19 88.77

P3L3 23 65.52 101.89

020406080

100

Jum

lah

dau

n

8 mst10

mst12

mst

P4L0 23.33 50.33 86.78

P4L1 18.67 57.82 94.07

P4L2 22.33 38.44 74.67

P4L3 19.67 49.41 85.78

020406080

100

Jum

lah

dau

n

8 mst10

mst12

mst

P5L0 20.33 50.07 86.3

P5L1 16.67 53.64 90.01

P5L2 20 44.35 80.58

P5L3 28.33 45.62 82.07

020406080

100

Jum

lah

dau

n

8 mst10

mst12

mst

P6L0 21.33 45.63 82.01

P6L1 18.33 53.98 90.44

P6L2 16.33 50.66 86.9

P6L3 18.33 41.46 77.9

020406080

100

Jum

lah

dau

n

a b

c d

e f Gambar 9. Histogram diameter batang bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode

perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA3, (d) Fungisida, (e) Air

Kapur, (f) Larutan ZA

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P1L0 1.33 2.03 2.83 3.23

P1L1 1.36 1.86 2.81 3.26

P1L2 1.13 1.63 2.77 3.03

P1L3 1.42 2.08 3.03 3.32

1

2

3

4

Dia

me

ter

bat

ang

(cm

)

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P2L0 1.30 1.80 2.90 3.20

P2L1 1.38 1.88 2.93 3.28

P2L2 1.39 2.08 2.87 3.29

P2L3 1.38 1.88 2.83 3.28

1

2

3

4

Dia

me

ter

bat

ang

(cm

)

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P3L0 1.25 1.77 2.81 3.17

P3L1 1.19 1.69 2.74 3.09

P3L2 1.35 1.83 2.78 3.25

P3L3 1.29 1.79 2.69 3.19

1

2

3

4

Dia

me

ter

bat

ang

(cm

)

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P4L0 1.20 1.70 2.71 3.10

P4L1 1.29 1.79 2.73 3.19

P4L2 1.36 2.02 2.96 3.26

P4L3 1.32 1.99 2.78 3.22

1

2

3

4

Dia

me

ter

bat

ang

(cm

)

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P5L0 1.18 1.68 2.73 3.08

P5L1 1.37 1.87 2.83 3.27

P5L2 1.42 1.92 2.90 3.32

P5L3 1.43 1.93 2.90 3.33

1

2

3

4

Dia

me

ter

bat

ang

(cm

)

10 mst

12 mst

14 mst

16 mst

P6L0 1.45 2.45 2.92 3.35

P6L1 1.34 1.84 2.91 3.24

P6L2 1.40 1.90 3.00 3.30

P6L3 1.25 2.05 2.79 3.15

1

2

3

4

Dia

me

ter

bat

ang

(cm

)

a b

c d

e f

Gambar 10. Diagram jumlah ruas bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan

metode perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA3, (d)

Fungisida, (e) Air Kapur, (f) Larutan ZA

14 mst 16 mst 18 mst

P1L0 8.33 11.33 15.67

P1L1 7.33 11.67 15.00

P1L2 7.67 12.00 15.00

P1L3 7.67 12.33 14.67

0

4

8

12

16

Jum

lah

ru

as

14 mst 16 mst 18 mst

P2L0 8.67 12.33 15.00

P2L1 8.33 11.67 15.67

P2L2 9.33 12.33 14.00

P2L3 7.67 11.00 14.67

0

4

8

12

16

Jum

lah

ru

as

14 mst 16 mst 18 mst

P3L0 7.00 11.33 15.33

P3L1 9.00 13.00 15.00

P3L2 8.00 11.67 15.33

P3L3 7.33 11.33 14.67

0

4

8

12

16

Jum

lah

ru

as

14 mst 16 mst 18 mst

P4L0 8.33 12.00 14.67

P4L1 8.33 12.00 16.00

P4L2 7.00 11.33 14.33

P4L3 8.00 12.00 14.67

0

4

8

12

16

Jum

lah

ru

as

14 mst 16 mst 18 mst

P5L0 8.00 12.33 15.67

P5L1 8.33 12.00 14.67

P5L2 8.33 12.00 15.67

P5L3 8.67 12.33 16.00

0

4

8

12

16

Jum

lah

ru

as

14 mst 16 mst 18 mst

P6L0 8.33 12.33 15.67

P6L1 8.67 12.00 15.00

P6L2 7.67 11.33 14.33

P6L3 8.33 11.67 15.67

0

4

8

12

16

Jum

lah

ru

as

PEMBAHASAN

Perkecambahan merupakan masa kritis di

dalam kehidupan tanaman tebu,

perkecambahan yang baik berarti suatu

permulaan yang baik dan memberikan landasan

bagi suatu tanaman yang sehat. Faktor utama

yang mempengaruhi perkecambahan adalah

kelembaban dan temperatur. Jika kelembaban

terlalu tinggi dapat mengakibatkan adanya

jamur dan dapat memicu proses fermentasi

sehingga berakibat pada kerusakan bibit.

Perkecambahan disini terutama ditekankan

pada terjadinya perkembangan tubuh atau

organ yang terdapat di bagal atau batang tebu

yaitu mata yang merupakan suatu miniatur

batang dengan titik tumbuhnya dan primordia

daun dan akar.

Pertumbuhan tanaman pada dasarnya

merupakan proses yang terjadi dalam

kehidupan tanaman dengan habitatnya yang

dapat didekati dengan semua pengamatan

pertumbuhan tanaman seperti tinggi batang,

diameter, jumlah ruas, jumlah anakan dan

jumlah daun. Untuk mencapai pertumbuhan

yang optimal, maka disamping keadaan

lingkungan yang baik tanaman secara genetik

juga harus baik. Sifat-sifat fisiologis tanaman

dipengaruhi oleh faktor genetik dan

lingkungan, sehingga sifat fisiologis dapat

menggambarkan pertumbuhan suatu tanaman.

Pengaruh lama penyimpanan dapat dilihat

sebelum bibit ditanam di polybag. Pengaruh

lama penyimpanan dapat dilihat pada berat

bibit tebu G2 sesudah disimpan akan

mengalami penyusutan berat bibit, persentase

bibit yang berjamur selama disimpan,

persentase mata normal, persentase mata yang

tumbuh, persentase bibit berakar dan

perubahan warna yang terjadi pada potongan

permukaan bibit G2. Dalam komponen

penyimpanan terjadi penyusutan berat bibit

yang disebabkan karena adanya penurunan

kadar air bibit pada saat disimpan. Penyusutan

bibit dapat terjadi karena pada kemasan yang

dipakai adalah “waring”. Pada kemasan

“waring” udara masih bisa masuk melalui

lubang sehingga kadar air menjadi berkurang

yang dapat mengakibatkan berat bibit menurun.

Menurut Harnowo dan Utomo (1990) bahan

kemasan sangat menentukan terhadap

ketahanan simpan. Bahan kemasan yang terlalu

banyak berlubang dapat menyebabkan

pertukaran udara dari luar ke dalam atau

sebaliknya sangat besar, akibatnya kadar air

bibit pada bahan tersebut akan menurun lebih

cepat.

Permukaan bibit mengalami perubahan

warna merah atau kecoklatan dan terdapat

jamur yang menempel pada bibit tebu, hal ini

terjadi karena kondisi lingkungan simpan

selain itu perlakuan perendaman dengan

larutan pemacu perkecambahan yang

mengakibatkan bibit menjadi terlalu lembab.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Benyamin

(1993) yang menyatakan bahwa proses

fermentasi ini umum dijumpai pada keadaan

yang mengalami penggenangan. Selain itu

juga, perubahan warna dapat terjadi karena

tebu memiliki kandungan senyawa fenolik

apabila teroksidasi dengan O2 membentuk

senyawa kuinon, seperti yang dijelaskan oleh

Bariyus (2008). Perubahan warna potongan

benih menjadi merah kecoklatan dipengaruhi

oleh adanya enzim polypenol oxidase dan

oksigen yang masuk pada kemasan “waring“

dimana aktifitas enzim polypenol oxidase, yang

dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus

monophenol menjadi O-hidroksi phenol, yang

selanjutnya diubah lagi menjadi O-kuinon.

Gugus O-kuinon inilah yang membentuk warna

coklat pada potongan tebu. Pencoklatan

enzimatis dapat terjadi karena adanya jaringan

tanaman yang terluka, misalnya pemotongan

dan perlakuan lain yang dapat mengakibatkan

kerusakan jaringan tanaman.

Hasil penelitian pada persentase mata

normal dominan pada lama penyimpanan 0, 3

dan 6 hari hampir tidak ada mata yang rusak

sedangkan pada lama penyimpanan 9 hari mata

mengalami kerusakan . Persentase mata dan

akar yang tumbuh pada kemasan “waring”

karena masuknya O2 melalui lubang pada

kemasan. Oksigen berfungsi untuk respirasi.

Pada proses respirasi terjadi perombakan

sukrosa menjadi glukosa. Glukosa diubah

dalam proses respirasi menjadi energi (ATP)

dan senyawa-senyawa asam amino yang

berfungsi membentuk sel-sel baru sehingga

akar pada benih tebu tumbuh. Selain itu juga

munculnya akar yang lebih dahulu daripada

mata tunas menyebabkan cadangan makanan

yang ada dalam bibit tebu digunakan untuk

pertumbuhan akar. Oleh karena itu sebelum

bibit ditanam diberi berbagai perlakuan

perendaman yang berfungsi untuk memberi

nutrisi dan cadangan makanan pada bibit tebu

untuk meningkatkan perkecambahan.

Pada variabel daya perkecambahan

didapatkan hasil bahwa bibit tebu G2 yang

direndam air kapur selama 45 menit pada lama

penyimpanan 6 hari memiliki daya kecambah

paling tinggi yaitu 95 %. Menurut Tjokrodirjo

(1985) perendaman larutan kapur akan

meningkatkan kandungan kalsium (Ca2+

) yang

berfungsi sebagai kation anorganik yang

membantu dalam pembelahan sel dari jaringan

meristem yang dapat mempercepat daya

kecambah didalam bibit tebu. sedangkan pada

hormon GA3 memiliki daya kecambah terendah

bila dibanding dengan perendaman yang lain,

hal ini terjadi karena pengaruh zat tumbuh

memiliki sifat ganda sekaligus yaitu

mempercepat perkembangan akar dan pada saat

yang bersamaan GA3 dapat menghambat

perkembangan mata. Karena ada suatu

kelompok senyawa tak jenuh yang diketahui

menurunkan kandungan zat tumbuh di dalam

tumbuhan dan oleh karena itu mematahkan

masa dormansi pada mata (Dillewijn, 1952).

Pada tinggi batang didapatkan hasil untuk

perlakuan perendaman yang paling baik yaitu

dengan air karena tanaman yang menggunakan

perendaman tersebut memiliki rerata tinggi

batang paling tinggi. Adanya lama

penyimpanan yang lebih panjang pada batas

tertentu maka kadar air akan berkurang, dengan

berkurangnya kadar air maka pemecahan

sukrosa ke dalam gula sederhana (glukosa dan

fruktosa) menjadi lebih cepat sehingga

perkecambahan lebih sempurna dan akan

berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif

tanaman, hal ini sesuai dengan pendapat

Tjokrodirdjo (1985). Pada tinggi batang

bertambah panjang disertai dengan

bertambahnya ruas-ruas pada batang.

Pada masa bertunas, tebu membutuhkan

cukup air, CO2 dan sinar matahari agar proses

beranak tidak mengalami gangguan. Proses

fisiologi tebu pada masa beranak hampir sama

dengan proses pada perkecambahan,

perbedaannya adalah pada masa beranak

perakaran tebu telah didominasi oleh akar-akar

yang tumbuh dari akar tunas, serta tunas primer

telah aktif berfotisintesa dan telah

menghasilkan monosakarida (glukosa dan

fruktosa) hal ini seperti dijelaskan oleh

(Kuntohartono, 1999). Hasil penelitian

menunjukkan jumlah anakan pada minggu ke-8

sampai minggu ke-10 mengalami peningkatan,

namun pada minggu ke-12 sampai pengamatan

terakhir pada minggu ke-16 jumlah anakan

terus menurun. Hal ini terjadi sehubungan

dengan berlangsungnya persaingan antara

tunas-tunas tebu.

Daun merupakan bagian penting tanaman

untuk fotosintesis. Daun tebu tumbuh dari

buku-buku batang, fungsi pelepah daun tebu

disini yaitu sebagai pelindung bagi titik tumbuh

tebu (Kuntohartono, 1999). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jumlah daun pada akhir

pengamatan bibit tebu yang direndam dengan

menggunakan hormon GA3 yang disimpan

selama 9 hari memiliki rerata jumlah daun

yang paling tinggi yaitu 101,89 dalam satu

rumpun.

Hasil penelitian variabel diameter batang

dan jumlah ruas menunjukkan bahwa pada

bibit tebu yang direndam dalam air setelah

disimpan 3 hari memiliki rerata diameter paling

tinggi yaitu 2,48 cm dan pengamatan diameter

batang tebu tidak menunjukkan perbedaan

nyata. Pada variabel jumlah ruas, rata-rata

jumlah ruas pada tanaman tebu pada umur 14

minggu memiliki jumlah ruas 11-12 ruas,

sedangkan pada umur 4 bulan (minggu ke-16)

sekitar 14-16 ruas. Pada pengamatan terakhir

didapatkan data bahwa tanaman tebu G2 tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini

berkaitan dengan kebutuhan unsur hara sudah

dapat tercukupi dalam pertumbuhan tanaman

termasuk pembesaran diameter batang.

Pertumbuhan tanaman mengkibatkan

peningkatan ukuran tanaman yang tidak akan

kembali sebagai akibat pembelahan dan

pembesaran sel. Batang tebu terdiri dari ruas-

ruas yang dibatasi oleh bukubuku, dimana pada

setiap buku terdapat mata tunas dan bakal akar.

Pada bagian ini hampir 80 % karbohidrat

dalam bentuk cairan nira hasil dari asimilasi

fotosintesis ditimbun.

KESIMPULAN

1. Bibit tebu G2 yang disimpan selama 6 hari

dan diberi perlakuan pemacu

perkecambahan memiliki daya kecambah

yang terbaik. Daya kecambah meningkat

dengan semakin lamanya penyimpanan

hingga penyimpanan 6 hari, namun pada

penyimpanan 9 hari daya kecambah bibit

menurun.

2. Bibit tebu G2 yang direndam dalam air

kapur, larutan ZA, air dan fungisida setelah

disimpan 6 hari memiliki daya kecambah

tinggi yang berbeda nyata jika

dibandingkan dengan perlakuan

perendaman dengan hormon GA3 yang daya

kecambahnya rendah.

3. Pada pengamatan pertumbuhan vegetatif

bibit G2 mengalami keseragaman pada

parameter tinggi batang, jumlah anakan,

diameter batang dan jumlah ruas.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, untuk

mendapatkan daya kecambah dan pertumbuhan

tanaman tebu yang baik disarankan

menggunakan perlakuan perendaman air kapur,

air atau larutan ZA dengan lama penyimpanan

6 hari. Selain itu juga, disarankan penelitian

selanjutnya mengamati pertumbuhan vegetatif

hingga panen untuk melengkapi data yang ada,

agar pertumbuhan tebu G2 yang diberi

perlakuan lama penyimpanan dan perlakuan

pemacu perkecambahan diketahui hasil tebu

yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bariyus. 2008. Pencoklatan pada tebu dan

cara mengatasinya. Available at

h t t p : / / pencoklatan pada tebu dan

cara mengatasinya /html

Benyamin, L. 1993. Fisiologi Tumbuhan. PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Dillewjin,1952. Botany of Sugar Cane .

Stechert Hafner, New York. 371 p.

Harnowo dan Utomo. 1990. Penyimpaan Benih

Pada Tingkat Kadarair Awal dan Jenis

Bahan Pengemas yang Berbeda.

Risalah Hasil Penelitian Tanaman

Pangan. Balittan Malang Hal. 90 – 74.

Kuntohartono, T. 1999. Perkecambahan

Tebu.Gula Indonesia 24 (1): 187 –

200.

Tjokrodirjo, HS. 1985. Teknis Bercocok

Tanam Tebu. Lembaga Pendidikan

Perkebunan. Yogyakarta, 128 p.