PENGARUH LAMA MARINASI DAUN PEPAYA CALLINA …eprints.unram.ac.id/5688/1/ARTIKEL_LINDA ESA...
Transcript of PENGARUH LAMA MARINASI DAUN PEPAYA CALLINA …eprints.unram.ac.id/5688/1/ARTIKEL_LINDA ESA...
PENGARUH LAMA MARINASI DAUN PEPAYA CALLINA TERHADAP MUTU DAGING AYAM PETELUR AFKIR
ARTIKEL ILMIAH
OLEH
LINDA ESA FUTRI
J1A 014 O55
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
PENGARUH LAMA MARINASI DAUN PEPAYA CALLINA TERHADAP MUTU DAGING AYAM PETELUR AFKIR
[The Effect Of Marination Time Using Callina Papaya Leaf On The Quality Of Culled Layer Chicken
Meat]
Futri, L.E1)., Handayani, B.R.2), Werdiningsih, W.2) 1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri-Universitas Mataram
2) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri-Universitas Mataram
3) Fakultas Pertanian-Universitas Mataram
*Email: [email protected]
ABSTRACT The aim of this research was to determine the effect of marination using Callina papaya leaf on
the quality level of culled layer chicken meat. This research used the experimental method with Completely Randomized Design (RAL) single factor.; marination time consists of six treatments: 0, 15, 35, 60 and 75 minutes. Each treatment was repeated three times so there was 18 treatments unit. The parameters were physical properties (tensile strength), chemical properties (moisture content, pH, water holding capacity), microbiological properties (total microbe, total coliform, total yeast ) and sensory properties (texture, color, taste, aroma). The data were analyzed using analysis of variance at 5 % significant level, by Co-Stat software program. The further analyzed was done using honestly significant different at 5 % significant level. The results indicated that the marination time had significant effect on the tensile strength, pH, total microbe, texture, color, taste, and aroma, it had no significant effect on moisture content and water-holding capacity. Thirty minutes marination time had increased the quality of culled layer chicken breast meat based on the tensile strength 3.3 kg/cm2 and total microbe 5,91 log CFU/g that meet the Indonesia national standard (SNI-392 4-2009) with maximum quality of carcass and chicken meat was 1 x 106 CFU/g, coliform and total yeast did not show sign of growth, tender of texture, fawn of colour, no taste of papaya leaf and chicken meat odor. Thirty minutes of marination time is recommended as a minimal marination time to enhance the quality of culled layer chicken breast meat according to physical, microbiological and sensory properties. Keywords: Culled Layer of Chicken Breast Meat, Marination Time, Tenderness.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama marinasi dengan daun pepaya Callina
terhadap mutu daging ayam petelur afkir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan rancangan lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu lama marinasi dengan 6
perlakuan yaitu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit dan 75 menit. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 18 sampel. Parameter yang diamati berupa
mutu fisik (daya putus daging), kimia (kadar air, pH, daya ikat air), mikrobiologi (total mikroba, total
koliform dan total kapang) dan organoleptik (tekstur,warna, rasa dan aroma). Data hasil pengamatan dianalisa dengan analisis keragaman taraf nyata 5% menggunakan Co-Stat, uji lanjut dengan uji Beda
Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama marinasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya putus, pH, total mikroba, tekstur, warna, rasa dan aroma, dan tidak
berbeda nyata terhadap kadar air dan daya ikat air pada daging. Perlakuan lama marinasi 30 menit
dapat meningkatkan mutu dada daging ayam petelur afkir dilihat dari mutu fisik dengan daya putus 3,3 kg/cm2, total mikroba sebesar 5,91 log CFU/g yang memenuhi standar SNI-3924-2009 mutu
karkas dan daging ayam maksimal 1 x 106 CFU/g, total koliform dan total kapang tidak mengalami pertumbuhan, tekstur daging empuk, warna cokelat kekuningan, tidak berasa daun pepaya dan
beraroma daging ayam. Lama marinasi 30 menit direkomendasikan sebagai lama marinasi minimal yang digunakan untuk meningkatkan mutu dari dada daging ayam petelur afkir berdasarkan
parameter mutu fisik, mikrobiologi dan organoleptik.
Kata Kunci : Dada Daging Ayam Petelur Afkir, Keempukan, Lama Marinasi.
1
PENDAHULUAN
Daging merupakan sumber protein yang
mampu menyumbangkan asam amino esensial yang lengkap bagi tubuh (Afrila dan Jaya,
2012). Sifat fisik daging antara lain warna, keempukan, tekstur, kekenyalan dan
kebasahan. Daging yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat yaitu daging ayam. Salah satu
jenis ayam yang dapat dimanfaatkan adalah
ayam petelur afkir. Ayam petelur afkir adalah ayam petelur usia sekitar 96 minggu dengan
produksi telur menurun sekitar 20 sampai 25% (Hartanto, Eny, dan Arifin, 2015) dan
merupakan ayam betina tua dengan
keempukan daging lebih rendah (Purnamasari, Zulfahmi, Mirdhayati., 2012), sehingga
diperlukan teknologi pengempuk untuk melunakkan daging.
Teknologi pengempukan daging antara lain dengan penggunaan enzim golongan
protease (Setyawardani dan Imbang, 2005).
Waktu pemasakan juga mempengaruhi pelunakan kolagen pada daging (Winarso,
2003), sedangkan marinasi merupakan penanganan daging menggunakan kombinasi
bahan tambahan makanan untuk
menghasilkan tekstur daging lebih empuk (Purnamasari, dkk. 2013). Metode
penambahan enzim protease meliputi enzim bromelin dan papain yang berfungsi dalam
mengempukkan daging karena menyebabkan
distribusi enzim yang mempengaruhi seluruh organ sehingga lebih efektif dalam
pengempukan (Krisnaningsih dan Yulianti, 2015). Salah satu enzim yang digunakan
dalam pengempukan daging yaitu enzim papain.
Enzim papain merupakan enzim
protease yang berperan dalam menghidrolisis protein sehingga digunakan sebagai
pengempuk daging (Farid, 2015). Papain berasal dari getah pepaya mempunyai
kekuatan memecah protein serta lebih tahan
terhadap panas yang tinggi. Enzim ini lebih murah dibandingkan enzim dari buah nanas
(Budiyanto dan Usmiati, 2009). Enzim papain terdapat pada tanaman pepaya baik dari
batang, daun maupun buah (Soda dan Agustini, 2013). Salah satu jenis pepaya
unggul di Indonesia yaitu pepaya Callina.
Papain yang di isolasi dari daun pepaya Callina relatif stabil dalam pengempuk daging
(Zusfahair, Ningsih, dan Habibah, 2014). Pengempukan daging menggunakan
daun pepaya dilakukan dengan cara tradisional
yaitu membungkus daging dengan daun
pepaya yang sudah tua. Hal ini dikarenakan daun pepaya tua yang terdapat pada tangkai
ke-7 dan 8 memilki getah lebih banyak
sehingga lebih efektif dalam pengempukan daging (Umiyasih, dkk. 1998). Daging
sebelumnya dibungkus selama 2 jam menggunakan daun pepaya yang telah sedikit
diremas, setelah itu daging dapat dimasak sehingga menghasilkan tekstur yang lebih
empuk (Muljana, 2002). Pengempukan daging
juga dilakukan dengan menaburkan ke permukaan daging, menyuntikkan papain pada
ternak sebelum dipotong, dan merendam daging dalam larutan papain (Umiyasih, dkk.
1998). Tekhnik pengempukan daging yang
lebih popular yaitu marinasi karena prosesnya relatif lebih mudah. Proses marinasi dapat
dilakukan dengan perendaman saat persiapan daging sebelum pengolahan (Purnamasari,
dkk. 2013). Prinsip marinasi daging adalah dengan
cara perendaman dalam bahan marinasi
berupa larutan yang mengandung bahan-bahan tertentu sehingga secara perlahan-lahan
terjadi transpor pasif dari larutan marinasi ke dalam daging secara osmosis. Bahan-bahan
yang digunakan dalam proses marinasi daging
adalah bahan perasa, asam-asam organik dan enzim (Nurwantoro, dkk. 2012). Manfaat
marinasi adalah meningkatkan kualitas sensori daging (citarasa, keempukan, kesan jus).
Selain itu, manfaat dari marinasi juga
memperbaiki sifat fisik daging dan memperpanjang masa simpan (Brooks, 2011).
Marinasi menggunakan enzim bromelin dari buah nanas dapat meningkatkan tekstur
dari dendeng sapi tradisional siap makan. Konsentrasi ekstrak nanas terbaik dalam
mengempukkan dendeng sapi yaitu 15%
dengan lama marinasi selama 3 jam. Hasil dari penelitian ini yaitu tekstur dendeng sapi yang
mudah digigit dan lebih empuk (Adrianty, 2016). Penelitian lain dari Hartanto, dkk
(2015) menyatakan tekstur daging paha ayam
petelur afkir yang dimarinasi dalam ekstrak nanas selama 30 menit menunjukkan
peningkatkan nilai keempukan dari daging ayam petelur afkir. Selain itu, Purnamasari,
dkk (2012) menyatakan bahwa daging ayam petelur afkir bagian dada yang direndam
dalam ekstrak kulit nanas dengan konsentrasi
27,5 % selama 30 menit dan didiamkan pada suhu 60 0C mampu menghasilkan tingkat
keempukan yang sangat baik. Hal ini karena protein (kolagen dan myofibril) akan
terhidrolisis sehingga menyebabkan serat otot
2
menjadi lebih mudah terpisah dan membuat daging menjadi lebih empuk.
Proses marinasi menggunakan enzim
dalam pengempukan daging umumnya menggunakan enzim dari buah nanas
(Purnamasari, dkk. 2012), sedangkan penelitian tentang penggunaan daun pepaya
dalam mengempukkan daging sangatlah terbatas. Penggunaan daun pepaya dalam
pengempukan daging masih dilakukan secara
tradisional sehingga belum memiliki standar untuk lama marinasi yang digunakan. Salah
satu jenis pepaya yang dapat dimanfaatkan bagian daunnya untuk mengempukkan daging
yaitu daun pepaya Callina (Muljana, 2002).
Penelitian tentang pengaruh lama marinasi untuk mengempukkan daging ayam afkir
khususnya dengan daun pepaya Callina belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, telah
dilakukan penelitian tentang pengaruh lama marinasi dengan daun pepaya callina terhadap
mutu daging ayam petelur afkir.
BAHAN DAN METODE BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah daging ayam afkir bagian dada diperoleh dari peternak ayam tanjung
kabupaten Lombok utara (KLU), daun pepaya Callina yang diperoleh dari perkebunan pepaya
Callina yang berlokasi dijalan menuju Lombok
International Airport (LIA) , media Plete Count Agar (PCA) merk OXOID CM0325, media
Medium Violet Red Blue Agar (VRBA) merk OXOID CM0107, Potato Dextrose Agar (PDA)
merk OXOID CM0130, aquadest, air mineral merk AQUA, larutan buffer phosphate dan
alkohol.
METODE
Persiapan Bahan Baku Daging Bahan baku yang digunakan adalah daging ayam afkir betina bagian dada dengan
umur 80 minggu yang diperoleh dari peternak ayam petelur di Desa Sokong Kecamatan
Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Ayam afkir dipersiapkan dan dilakukan proses sortasi.
Sortasi dilakukan untuk memilih ayam dengan
kondisi sehat tidak sakit. Setelah itu dilakukan penyembelihan dan proses pembersihan I
untuk membersihkan sisa darah menggunakan air mengalir hingga tidak ada sisa darah dan isi
dalam perut ayam. Tahap selanjutnya yaitu
perendaman ayam dilakukan menggunakan air
panas suhu 100o C dan dilakukan proses pembersihan II untuk membuang bulu ayam.
Setelah itu daging ayam petelur afkir dipotong
menggunakan pisau tajam untuk mendapatkan bagian dada daging dengan berat 150 ± 1
gram dan kemudian dicuci bersih dari sisa kotoran menggunakan air mineral merk AQUA.
Setelah pencucian, dilakukan proses penirisan dan kemudian dikemas dengan menggunakan
kantong plastik. Daging yang telah dibungkus
menggunakan kantong plastik kemudian dibekukan di dalam Freezer suhu 0 0C.
Persiapan Ekstrak Kasar Daun Pepaya
Daun pepaya yang digunakan adalah
daun pepaya dari pepaya varietas Callina yang diproleh dari petani pepaya Callina di jalan
menuju Lombok Internasional Airport (LIA) , dengan urutan tangkai nomor tujuh sampai
delapan. Daun pepaya kemudian dilakukan sortasi untuk mendapatkan daun pepaya yang
kondisinya utuh tidak dicemari oleh ulat dan
untuk memisahkan daun pepaya dengan tangkainya. Setelah itu ditimbang
menggunakan timbangan analitik sebanyak 510 gram daun pepaya dan dipotong kecil-
kecil sebelum dihancurkan dengan blender, kemudian dicuci dengan air bersih dan dilakukan penghancuran daun pepaya
sebanyak 3 kali menggunakan blender merek Miyako dengan kecepatan level 1. Masing-
masing proses penghancuran daun pepaya
ditambahkan air sebanyak 100 ml untuk menghancurkan 170 gram daun pepaya yang
mengandung enzim papain. Ekstrak kasar daun pepaya keseluruhan sebanyak 810
gram ditambahkan ke 2700 g dada daging ayam afkir.
Proses Marinasi
Langkah-langkah dalam proses marinasi menggunakan ekstrak kasar daun
pepaya Callina pada dada daging ayam petelur
afkir sebagai berikut : Daging yang telah disimpan di frezeer kemudian disegarkan
kembali selama ± 30 menit didalam pendingin. Daging yang telah disegarkan kembali
(thawing) kemudian ditimbang masing-masing 150 ± 1 gram per sampel. Setelah itu
dilakukan penimbangan ekstrak kasar daun
pepaya berdasarkan konsentrasi yang telah ditetapkan dan kemudian dilakukan
pencampuran dengan cara melumuri seluruh permukaan daging dada ayam afkir dengan
ekstrak kasar daun pepaya 27,5%. Daging
dada ayam afkir yang telah dilumuri ekstrak
3
kasar daun pepaya dibiarkan atau dimarinasi sesuai perlakuan yaitu selama 0 menit, 15
menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit dan 75
menit pada suhu ruang dalam wadah tertutup. Setelah itu, dilakukan pencelupan
menggunakan air mineral merk AQUA sebanyak 2 liter untuk satu perlakuan (3
ulangan) dan dicelup sebanyak 3 kali sehingga diperoleh daging mentah yang kemudian
dianalisis pH, kadar air, WHC, TPC, total
koliform dan dan total jamur. Daging yang sudah dibersihkan kemudian dioven
menggunakan suhu 175o C selama 60 menit, sehingga diperoleh daging matang dan daging
matang tersebut diuji daya putus daging dan
organoleptik meliputi tekstur, warna, rasa dan aroma/bau.
Rancangan percobaan
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan faktor tunggal lama marinasi
dengan 6 perlakuan yaitu lama marinasi 0 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit
dan 75 menit. Parameter yang diamati: mutu fisik yaitu daya putus (Soeparno, 1994), mutu
kimia : kadar air (SNI 01-2354.2-2006 dan
Sudarmadji 1984), pH (Soeparno, 1994), daya ikat air (Hamm, 1972). Mutu mikrobiologi
(total mikroba dan total koliform menggunakan metode tuang dan total kapang menggunakan
metode sebar) (Fardiaz, 1992), mutu
organoleptik secara hedonik dan skoring (tekstur, warna, rasa dan aroma) (Koswara,
2006). Data organoleptik meliputi tekstur, warna, rasa dan aroma dinyatakan dalam skala
numerik (hedonik: 1= sangat tidak suka, 2= tidak suka, 3= agak suka, 4= suka dan 5 =
sangat suka), sedangkan mutu organoleptik
secara skoring dengan kriteria tekstur (1= sangat tidak empuk, 2= tidak empuk, 3=
agak empuk, 4= empuk, 5= sangat empuk), warna (1= hijau, 2= cokelat kehijauan, 3=
cokelat, 4= cokelat kekuningan, 5= kuning),
rasa (1= sangat berasa daun pepaya, 2= berasa daun pepaya , 3= agak berasa daun
pepaya, 4= tidak berasa daun pepaya, 5= sangat tidak berasa daun pepaya), aroma (1=
sangat beraroma daun pepaya, 2= beraroma daun pepaya, 3= agak beraroma daun pepaya,
4= beraroma daging ayam, 5= sangat
beraroma daging ayam)
Analisa data Data hasil pengamatan dianalisis
menggunakan Anova menggunakan software
Co-Stat dan perlakuan yang berbeda nyata
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda nyata Jujur (BNJ) dengan taraf nyata
5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mutu fisik
Salah satu mutu fisik daging ayam petelur afkir yang dianalisa yaitu nilai daya
putus. Nilai daya putus daging tertera pada
Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Grafik Pengaruh Lama Marinasi
terhadap Daya Putus Daging
Berdasarkan Gambar 1, perlakuan lama
marinasi dengan menggunakan ekstrak kasar daun pepaya memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap daya putus dada daging ayam petelur afkir. Berdasarkan grafik
tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama waktu marinasi maka semakin sedikit beban
yang digunakan untuk memutuskan daging.
Beban yang digunakan untuk memutus daging ayam mulai berpengaruh secara nyata pada
perlakuan lama marinasi 60 menit dengan nilai beban mencapai 2,2 kg/cm2, sehingga semakin
lama marinasi maka beban yang digunakan
untuk memutuskan serat daging lebih rendah dan mengindikasikan daging menjadi lebih
empuk. Daya putus yang dihasilkan dari proses marinasi pada penelitian ini menghasilkan nilai
daya putus mencapai 2,1 kg/cm2 yang mendekati nilai daya putus daging ayam
pedaging biasa yaitu 1,8 kg/cm2 sehingga
dapat digolongkan daging menjadi lebih empuk. Perlakuan lama marinasi
menggunakan daun pepaya menyebabkan tingkat kealotan dari daging akan semakin
rendah sehingga menyebabkan daging
menjadi empuk dan mudah untuk diputus. Rataan nilai keempukan daging secara umum
berkisar antara 7,55-8,40 (kg/cm2). Nilai ini menunjukkan bahwa daging yang dihasilkan
termasuk ke dalam kategori cukup alot.
(Priyanto, dkk., 2015). Peningkatan keempukan daging
diperoleh dari perlakuan lama marinasi ekstrak
3,7a 3,6ab 3,3b 3,2b
2,2c 2,1c
0
1
2
3
4
5
6
0 15 30 45 60 75
Daya P
utu
s D
agin
g
(Kg/c
m2)
Lama Marinasi (menit)
4
kasar daun pepaya yang semakin lama sehingga menyebabkan terjadinya
perombakan protein daging menjadi senyawa
yang lebih sederhana oleh enzim papain yang terdapat pada daun pepaya. Menurut Lawrie
(2003) papain merupakan enzim protease atau proteolitik yang terkandung dalam getah
pepaya baik dalam buah, batang, dan daunnya. Papain ini merupakan salah satu
enzim proteolitik atau protease yaitu enzim
yang dapat menguraikan atau memecah rantai protein daging Winarno (1995). Hidrolisis
enzim papain mengakibatkan struktur daging menjadi terbuka, protein miofibril dan
sarkoplasma hancur, ikatan antar serabut otot
berkurang dan memendek, serabut otot mudah putus, volume antar ruang serabut otot
mengembang, kemampuan protein daging dalam mengikat air menurun dan daging
menjadi empuk (Fogle, dkk.,1982). Menurut Fenita (2009), semakin banyak protein daging
yang terurai melalui pemutusan kimia akan
menyebabkan struktur daging menjadi terbuka serta akan meningkatkan keempukan daging.
Berdasarkan grafik pada gambar 11, semakin lama marinasi akan menyebabkan
semakin kecil beban yang digunakan untuk
memutus serat daging yang menandakan daging menjadi lebih empuk. Hal ini sesuai
dengan penelitian Aditama (2017) bahwa penambahan ekstrak nanas, mengkudu dan
pepaya 700 ml dengan lama perendaman 30
menit pada daging ayam kampung bagian paha menghasilkan keempukan dengan rata-
rata yamg lebih tinggi, dikarenakan enzim bromelin dan papain merupakan enzim
golongan protease yang banyak terdapat pada buah nanas, dan daun pepaya. Selain itu,
penelitian Nuhriawangsa (2010) pemberian
buah muda maupun daun pepaya dapat meningkatkan keempukan daging itik afkir
sebesar 0,60 kg/cm2 menjadi 0,53 kg/cm2. Penelitian Purnamasari (2012) menunjukkan
penambahan 27,5% dengan lama marinasi 30
menit menggunakan ekstrak kulit nanas memberikan pengaruh keempukan tertinggi
pada daging ayam petelur afkir. Waktu marinasi yang semakin lama akan
menyebabkan semakin banyaknya enzim papain yang meresap kedalam daging dan
akan diikuti dengan hilangnya keterikatan fisik
serabut otot yang dilanjutkan dengan makin bertambahnya hasil protein yang terlarut,
sehingga daya yang diperlukan untuk memotong daging akan berkurang. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soeparno (1992),
bahwa semakin kecil nilai keempukan daging,
maka daging semakin empuk. Nilai daya putus yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai
indeks tingkat kealotan miofibrilar pada daging
sehingga dapat mengetahui tingkat keempukan dari daging.
Mutu Kimia
Mutu kimia yang dianalisis pada
penelitian ini meliputi kadar air, pH dan daya ikat air (DIA).
Kadar Air
Perlakuan lama marinasi terhadap
kadar air dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Pengaruh Lama Marinasi
terhadap Kadar Air Daging
Berdasarkan Gambar 2, perlakuan
lama marinasi menggunakan ekstrak kasar
daun pepaya memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (non signifikan) terhadap kadar
air dari daging ayam petelur afkir. Perlakuan
waktu marinasi yang semakin lama belum mampu mempengaruhi kadar air dari dada
daging ayam petelur afkir karena kadar air daging belum mengalami perubahan yang
nyata dan secara umum kadar air daging berkisar 68-75 % (Soeparno, 1998) dan
menurut Depkes 1996 bahwa kandungan air
dalam daging ayam yaitu 55,9 g/100 g. Pengaruh lama marinasi pada semua
perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata disebabkan karena ekstrak
kasar daun pepaya yang digunakan dalam
perendaman tidak memiliki kandungan air yang cukup banyak sehingga tidak terjadi
perpindahan air atau osmosis ke dalam daging yang menyebabkan perlakuan waktu marinasi
yang semakin lama tidak mempengaruhi kadar air dada daging ayam petelur afkir. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian Purnamasari,
dkk (2012) bahwa teknik perendaman dapat mengempukkan dan meningkatkan rasa dan
kadar air daging unggas. Purnamasari (2013), menyatakan bila serabut otot menipis, seperti
yang terjadi pada hidrolisis protein oleh enzim,
volume serat otot mengembang sehingga
78,74 77,80 77,08 76,97 76,57 76,03
0
20
40
60
80
100
0 15 30 45 60 75
Kad
ar A
ir (
%)
Lama Marinasi (Menit)
5
daya mengikat air berkurang. Selama proses pengempukan daging, terjadi pengurangan air
terikat karena memendeknya serabut otot dan
tenunan pengikat daging. Kadar air pada daging akan mengalami
penurunan seiring terjadinya penurunan pH, sebab kadar air merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan tinggi rendahnya pH. Terjadinya proses glikolisis dalam daging yang
berkombinasi dengan oksigen akan
melepaskan atom H dan akan membentuk air. Proses glikolisis ini akan menghasilkan asam
laktat yang menyebabkan penurunan pH daging. Kadar air juga dipengaruhi oleh
adanya perbedaan konsentrasi pelarut dan zat
terlarut yang lebih dikenal dengan proses osmosis (Budiyanto, 2009). Kimball (1983),
menyatakan bahwa proses osmosis adalah suatu proses difusi air melalui selaput
permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi
rendah.
pH
Perlakuan lama marinasi terhadap pH dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Pengaruh Lama Marinasi
terhadap pH Daging
Berdasarkan Gambar 3, semakin lama
waktu marinasi memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap pH dada daging ayam petelur afkir. pH dada daging ayam petelur
afkir mulai mengalami perubahan yang nyata pada perlakuan lama marinasi 60 menit.
Dimana pH daging ayam afkir 6,0 sedangkan
pH ekstrak kasar daun pepaya memiliki pH sekitar 6,5. Penurunan pH pada penelitian ini
disebabkan karena semakin lama marinasi maka akan menyebabkan semakin banyak
waktu yang digunakan oleh enzim papain pada ekstrak kasar daun pepaya untuk meresap
kedalam serat-serat daging dan merombak
protein pada daging. Perombakan protein pada daging ini dengan cara hidrolisis protein pada
daging yang memutuskan ikatan-ikatan
peptida pada protein daging yang menyebabkan semakin banyak ion hydrogen
yang terlepas dari reaksi hidrolisis tersebut.
Semakin lama waktu marinasi maka akan meyebabkan semakin banyak ion hydrogen
yang terbentuk sehingga menyebabkan penurunan pada pH daging. Hidrolisis enzim
papain mengakibatkan struktur daging menjadi terbuka, protein miofibril dan sarkoplasma
hancur, ikatan antar serabut otot berkurang
dan memendek, serabut otot mudah putus, volume antar ruang serabut otot
mengembang, pH dan kemampuan protein daging dalam mengikat air menurun dan
daging menjadi empuk (Fogle, dkk.,1982).
Laju penurunan pH otot yang cepat akan mengakibatkan rendahnya kapasitas
mengikat air (DIA menurun), karena meningkatnya kontraksi aktomiosin yang
terbentuk, dengan demikian akan memeras cairan keluar dari dalam daging. pH
mempengaruhi kekuatan tarik serabut otot,
penurunan pH daging akan mempengaruhi sifat fisik daging. (Lawrie, 2003). Penggunaan
enzim papain tidak mengubah pH daging secara drastis. Adanya sifat enzim dimana
kecepatan aktivitasnya menurun jika
mendekati konsentrasi jenuh dan substrat menghasilkan percepatan hidrolisis yang tetap.
Nilai pH daging hasil penelitian sesuai dengan nilai pH daging yaitu berkisar 5,4-5,8
(Ismanto, 2017).
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian menurut Aditama (2017) bahwa daging ayam
kampung bagian paha dengan penambahan ekstrak buah nanas, mengkudu dan daun
pepaya selama 30 menit memberikan perbedaan tidak nyata terhadap pH daging.
Rata-rata nilai pH daging ayam kampung
dengan penambahan ekstrak buah nanas 6,06, ekstrak mengkudu 6,63 dan ekstrak daun
pepaya 7,00. Kadar keasaman (pH) daging pada penelitian tersebut dalam kisaran normal.
Menurut Disnakeswan Kalbar (2008) nilai pH
normal daging yaitu berkisar antara 5,4 sampai 7,0.
Daya Ikat Air
DIA merupakan daya menahan air
yang menunjukkan kemampuan daging untuk mengikat air bebas. Daya ikat air oleh protein
atau water holding capacity atau water binding capacity (WHC atau WBC) adalah kemampuan daging untuk mengikat airnya atau air yang
ditambahkan selama ada pengaruh kekuatan dari luar (Soeparno, 1994). Perlakuan lama
6,2a 6,0ab 5,8ab 5,7ab 5,5b 5,5b
0
1
2
3
4
5
6
7
0 15 30 45 60 75
pH
Lama Marinasi (Menit)
6
marinasi terhadap daya ikat air dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Pengaruh Lama Marinasi
terhadap Daya Ikat Air pada Daging
Berdasarkan Gambar 4, perlakuan
lama marinasi menggunakan ekstrak kasar daun pepaya Callina tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya
ikat air pada dada daging ayam petelur afkir. Hal ini disebabkan karena pengaruh lama
marinasi menggunakan ekstrak kasar daun pepaya memilki kandungan air yang sangat
sedikit sehingga air bebas yang terdapat diluar daging tidak akan mampu untuk masuk
kedalam daging dan merubah kadar air daging
sehingga tidak terdapat air bebas yang akan diikat yang meyebabkan daya ikat air tidak
mengalami perubahan yang signifikan meskipun diberikan perlakuan lama marinasi
yang semakin lama. Hal ini sesuai dengan
literatur menurut Supiatun, D (2018) bahwa hasil uji kadar air yang terdapat pada paha
daging ayam petelur afkir relatif sama sehingga air yang akan mampu diikat oleh
daging tersebut akan relatif sama dan nilai daya ikat air yang dihasilkan tidak berbeda
nyata. Purnamasari (2012), bahwa terjadinya
hidrolisis protein daging oleh enzim menyebabkan volume serat otot mengembang
sehingga daya mengikat air berkurang. Komponen daging untuk mengikat air
sangat erat hubungannya dengan daya ikat
oleh protein sebab komponen daging untuk mengikat air sangat tergantung pada
banyaknya gugus reaktif protein (Ismanto, 2017). Menurut Sudrajat (2003) daya ikat air
merupakan faktor mutu yang penting dan
dapat diperbaiki oleh nilai pH yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh protein sarkoplasma dari
otot sangat mudah rusak dalam suasana asam dan cenderung kehilangan daya ikat air pada
pH isoelektrik. Daya ikat air dipengaruhi oleh pH. DIA
akan menurun dari pH 7-10 sampai pH titik
isoelektrik protein-protein daging antara 5,0-5,1. Pada pH isoelektrik ini protein-protein
daging tidak bermuatan (jumlah muatan positif sama dengan muatan negatif) dan
solubilitasnya minimal. Pada pH yang lebih
tinggi daripada isoelektrik protein daging, sejumlah muatan positif dibebaskan dan
terdapat surplus muatan negative yang mengakibatkan penolakan dari miofilamen dan
memberi lebih banyak ruang untuk molekul air. Demikian pula pada pH lebih rendah dari
titik isoelektrik protein-protein daging, terdapat
akses muatan positif yang mengakibatkan penolakan miofilamen dan member banyak
ruang untuk molekul-molekul air. jadi, pada pH lebih tinggi atau lebih rendah dari titik
isoelektrik protein-protein daging, DIA
meningkat. pH daging yang meningkat akan meningkatkan gugus reaktif protein-protein
daging yang menyebabkan banyak air daging yang terikat sehingga daya ikat air menjadi
meningkat (Soeparno, 1998). Perbedaan daya ikat air daging diantara setiap individu ternak
pada spesies yang sama biasanya
berhubungan dengan pH otot. WHC akan meningkat jika pH meningkat (Pearson and
Young, 1989). Forrest et al. (1975), menyatakan bahwa daya ikat air daging
tergantung pada banyaknya gugus reaktif
protein. Keadaan pH yang rendah karena banyaknya asam laktat, maka gugus reaktif
protein tersebut akan menyebabkan banyak air daging yang terlepas.
Mutu Mikrobiologis
Mutu mikrobiologis yang dianalisis pada penelitian ini meliputi total mikroba, total
koliform dan total jamur.
Total Mikroba
Perlakuan lama marinasi terhadap total mikroba dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Pengaruh Lama marinasi
Total Mikroba pada Daging
Berdasarkan Gambar 5, lama marinasi
menggunakan ekstrak kasar daun pepaya memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap total mikroba pada dada daging ayam petelur afkir. Lama marinasi 45 menit
301,42 294,39 273,29 266,26
238,13 227,58
0
100
200
300
400
0 15 30 45 60 75
Daya I
kat
Air (
mg/H
2O
)
Lama Marinasi (Menit)
5,97a 5,95a 5,91ab 5,85bc 5,83bc 5,77c
0
2
4
6
0 15 30 45 60 75
Tota
l M
ikro
ba L
OG
(C
FU
/g)
Lama Marinasi (menit)
7
mulai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan lama marinasi 0
menit dan 15 menit. Penurunan total mikroba
mencapai 5,77 log CFU/g yang diperoleh dari hasil analisis statistik. Semakin lama marinasi
akan menyebabkan penurunan total mikroba, hal ini dikarenakan daun pepaya memiliki
antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme maupun
membunuh mikroorganisme. Jadi, semakin
lama marinasi yang diberikan maka akan semakin banyak zat antimikroba yang dapat
meresap dan berpindah kedalam daging sehingga semakin banyak mikroba yang dapat
dihambat atau dibunuh. Penelitian ini sesuai
dengan literatur menurut Pratiwi et al (2015) bahwa ekstrak daun pepaya mengandung
senyawa yang memiliki aktifitas sebagai antibakteri seperti flavonoid, alkaloid karpain,
enzim papain dan tannin. Flavonoid akan merusak membrane sehingga permeabilitas
akan meningkat dan mengganggu
metabolisme bakteri, alkaloid dapat mengganggu terbentuknya komponen
penyusun peptidoglikan pada bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh
dan menyebabkan kematian pada bakteri,
papain juga merupakan enzim proteolitik yang memiliki efek baktersidal dan bakteriostatik,
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif,
sedangkan efek antimikroba tannin yaitu
dengan menginaktivasi enzim hidrolitik seperti protease dan karbohidrolase, serta mengambat
enzim pada protein transport selubung. Selain itu, penurunan kadar air juga
dapat menyebabkan penurunan total miroba. Hal ini disebabkan karena air bebas yang
terdapat pada kadar air merupakan media
penting untuk pertumbuhan miroba. Jika air bebas yang dibutukan oleh mikroba tidak
tersedia, maka mikroba tidak akan mampu untuk bertahan dan mengalami kematian.
Menurut Soeparno (1998) bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada daging, salah satunya
yaitu kadar air. Daging sangat memenuhi syarat untuk pertumbuhan mikroorganisme
(perusak atau pembusuk) karena mempunyai kadar air yang tinggi sekitar 68-75 %. Hal
inilah yang menyebabkan penurunan kadar air
akan menyebabkan penurunan pada total mikroba. Mikroba yang dapat dihambat
menurut Quinn et al (2002) bahan mentah asal unggas seringkali terkontaminasi oleh mikroba
patogen penyebab foodborne diseases seperti
Salmonella, Staphylococcus aureus,
Clostridium perfrigens dan Campylobacter fetus subs jejuni dan Yersiniea enterocolitica.
Menurut Chaiba et al (2007) menyatakan
meshophiles, psychrotrophs, koliform, E.coli dan staphylococcus aureus telah digunakan
untuk menilai microbiological dalam produk unggas. Kandungan mikroba yang tertinggi
pada produk unggas yaitu mesophiles. SNI 3924: 2009 tentang mutu karkas
dan daging ayam menunjukkan bahwa batas
maksimum cemaran mutu mikrobiologi yaitu Total Plate Count sebesar 1,0 x 106 CFU/g.
Berdasarkan hasil yang penelitian diperoleh semua perlakuan lama marinasi daun pepaya
Callina 0 , 15, 30, 45, 60 dan 75 menit
memiliki total mikroba dibawah SNI.
Total Koliform dan Jamur Perlakuan lama marinasi terhadap
total koliform dan total kapang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh lama marinasi daun pepaya
callina terhaadap total koliform dan total kapang pada dada daging ayam
afkir. Lama marinasi
(menit) Total Koliform
(CFU/g) Total Kapang (CFU/g)
0 0 0
15 0 0
30 0 0
45 0 0
60 0 0
75 0 0
Perlakuan lama marinasi menggunakan ekstrak kasar daun pepaya
Callina tidak memberikan hasil yang positif
terhadap pertumbuhan total koliform dan jamur. Pada semua perlakuan lama marinasi
tidak terdapat bakteri koliform dan jamur yang tumbuh, hasilnya negatif. Hal ini disebabkan
karena daun pepaya memiliki beberapa zat antimikroba seperti flavonoid, alkaloid, dan
papain. Papain juga memiliki efek baktersidal
dan bakteriostatik, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif (Pratiwi et al). Bakteri koliform merupakan bakteri patogen yang
biasanya hidup dalam saluran pencernaan
manusia. Contoh dari bakteri koliform yaitu bakteri e.coli yang merupakan bakteri gram
negatif sehingga dapat dihambat pertumbuhannya oleh enzim papain pada daun
pepaya. Selain itu, ekstrak etanol daun pepaya dapat mencegah infeksi baik pada jamur
maupun bakteri gram positif maupun bakteri
gram negative (Baskaran, 2012).
8
Total koliform dan kapang tidak mengalami pertumbuhan juga dikarenakan
kondisi pengolahan yang bersih dan steril pada
saat penelitian sehingga koliform tidak bisa tumbuh. SNI 3924: 2009 tentang mutu karkas
dan daging ayam menunjukkan bahwa batas maksimum cemaran mutu mikrobiologi yaitu
kapang sebesar 1,0 x 102 CFU/g sehingga perlakuan lama marinasi 0, 15, 30, 45, 60 dan
75 menit menghasilkan total kapang sesuai
standar SNI.
Mutu Organoleptik
Mutu organoleptik yang dianalisis pada penelitian ini meliputi tekstur, warna, rasa dan
aroma pada dada daging ayam petelur afkir. Tekstur
Perlakuan lama marinasi terhadap
tekstur secara hedonik dapat dilihat pada dan Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Pengaruh Lama Marinasi
terhadap Tekstur Daging Dada Ayam Petelur
Afkir
Berdasarkan Gambar 6, lama marinasi menggunakan ekstrak kasar daun pepaya
memberikan pengaruh yang berbeda nyata,
dimana semakin lama marinasi menyebabkan peningkatan kesukaan panelis terhadap
tekstur (hedonik) pada dada daging ayam petelur afkir. perlakuan lama marinasi 30
menit mulai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan lama
marinasi 0 menit , 15 menit dan 75 menit,
tetapi tidak berbeda nyata pada perlakuan lama marinasi 45 menit dan 60 menit. Pada
Perlakuan lama marinasi 30 menit yang diberikan menyebabkan peningkatan terhadap
tekstur daging hingga mencapai nilai 3,6. Nilai
tersebut menghasilkan kriteria “suka” yang mengindikasikan tekstur dada daging ayam
petelur afkir yang empuk. Peningkatan tekstur daging ini terjadi karena semakin lama
marinasi menyebabkan semakin banyak enzim papain yang meresap kedalam bahan daging.
Enzim papain yang terserap ke dalam dada
daging ayam akan merombak protein daging
menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga akan memperdendek serat pada daging dan
menyebabkan daging menjadi lebih empuk.
Cara kerja perendaman atau marinasi yaitu melibatkan kerjasama zat asam atau alkali
dalam produk untuk merubah pH urat daging, tahapan perendaman berfungsi untuk
memperoleh tingkat keempukan daging yang maksimum dan cita rasa yang sesuai (Sheard
dan Tali, 2004). Selain itu, menurut Murtini,
dkk (2003) bahwa enzim papain menyerang protein pada serat-serat otot dan
menghidrolisanya menjadi peptida yang lebih kecil.
Keempukan dan tekstur daging
kemungkinan besar merupakan penentu yang paling penting pada kualitas daging. faktor
yang mempengaruhi keempukan daging digolongkan menjadi faktor antemortem
seperti genetik termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, faktor umur, manajemen, jenis
kelamin, dan stress. Selain itu juga terdapat
factor postmortemyang diantaranya meliputi metode chilling, refrigerasi, pelayuan dan
pembekuan, lama dan temperature penyimpanan, metode pengolahan (termasuk
metode pemasakan dan penambahan bahan
pengempuk seperti enzim (Soeparno, 1998). Jadi semakin lama marinasi maka akan
menyebabkan semakin banyak enzim papain yang meresap kedalam bahan dan
mengidrolisis ikatan peptida pada daging
menjadi senyawa lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino, sehingga
menghasilkan tekstur daging yang lebih empuk.
Warna
Perlakuan lama marinasi terhadap
warna secara hedonik dapat dilihat Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Pengaruh Lama Marinasi
terhadap Warna Dada Daging Ayam Petelur
Afkir
2,3c 2,6c 3,6b 3,7ab 4,0ab 4,1a
0
2
4
6
0 15 30 45 60 75
Tekst
ur
Lama Marinasi (menit)
4,1a 3,8ab 3,4b 3,4b
2,4c 2,2c
0
1
2
3
4
5
0 15 30 45 60 75
Warn
a
Lama Marinasi (menit)
9
Berdasarkan Gambar 7, semakin lama marinasi akan menyebabkan penurunan
tingkat kesukaan panelis terhadap warna dada
daging ayam petelur afkir. Penurunan tingkat kesukaan panelis yang berbeda nyata terjadi
pada perlakuan lama marinasi 30 menit. Perlakuan lama marinasi 30 menit memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan lama marinasi 0 menit, 60 menit dan
75 menit, tetapi tidak berbeda nyata pada
perlakuan lama marinasi 15 menit dan 45 menit. Pada perlakuan lama marinasi 30 menit
menghasilkan tingkat kesukaan panelis dengan kriteria suka dengan nilai 3,4 yang
mengindikasikan warna daging cokelat, tetapi
pada perlakuan lama marinasi 60 menit juga memberikan pengaruh yang berbeda nyata
dengan perlakuan lama marinasi 0, 15, 30 dan 45 menit. Perlakuan lama marinasi 60 menit
menghasilkan nilai kesukaan panelis sebesar 2,4 terhadap warna dada daging ayam petelur
afkir dengan kriteria tidak suka yang
mengindikasikan daging berwarna cikelat kehijauan. Hal ini dapat terjadi karena enzim
papain yang digunakan diambil dari daun pepaya yang sudah dihancurkan menjadi
ekstrak kasar. Ekstrak kasar daun pepaya ini
memungkinkan akan memudahkan enzim papain meresap kedalam bahan seiring
perlakuan lama marinasi yang diberikan. Enzim papain yang terserap ke dalam daging ayam
akan menyebabkan warna daging menjadi
coklat kehijauan. Warna hijau yang terdapat pada daun pepaya ini disebabkan daun pepaya
memiliki pigmen yang dapat menghasilkan warna khas yaitu hijau. Menurut (Winarno,
2004) bahwa warna yang ada pada suatu produk dapat disebabkan oleh beberapa
sumber, yaitu adanya pigmen, karamelisasi,
reaksi Millard serta adanya pencampuran berbagai macam bahan tambahan. Menurut
Larasati (2017), klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat pada daun.
Daun pepaya memiliki kandungan klorofil
tertinggi diantara daun kemangi, daun cincau, daun kangkung, daun bayam, daun singkong
dan daun pegagan.
Rasa Perlakuan lama marinasi terhadap rasa
secara hedonik dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Pengaruh Lama Marinasi terhadap Rasa Dada Daging Ayam Petelur Afkir
Berdasarkan Gambar 8, perlakuan lama marinasi memberikan pengaruh yang
berbeda nyata dengan tingkat kesukaan panelis (hedonik) terhadap rasa dari dada
daging ayam petelur afkir. Perlakuan lama
marinasi 60 menit mulai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap lama marinasi 0,
15, 30 dan 45 menit, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama marinasi 75
menit. Perlakuan lama marinasi 60 menit menghasilkan tingkat kesukaan panelis
sebesar 2,6 dengan kriteria agak suka yang
mengindikasikan dada daging ayam petelur afkir agak berasa daun pepaya. Semakin lama
marinasi menyebabkan penurunan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dari dada
daging ayam afkir. Menurut (Forrest et al.,1975) bahwa pada perlakuan 0% enzim protease belum bereaksi untuk menghidrolisis
asam amino pada daging, sehingga rasa daging tetap dan tidak berubah. Namun,
apabila daging ayam diberikan konsentrasi enzim dengan waktu marinasi yang semakin
lama maka akan menyebabkan semakin
banyak enzim papain yang meresap kedalam daging sehingga mempengaruhi cita rasa dari
daging. Hal ini disebabkan karena daun pepaya yang selain mengandung enzim papain
juga mengandung senyawa kimia yaitu
alkaloid yang dapat menimbulkan rasa pahit pada daging ayam (Muljana, 2002).
Aroma
Perlakuan lama marinasi terhadap
aroma secara hedonik dapat dilihat pada Gambar 9.
3,8a 3,6a
3,3a 3,2ab
2,6bc 2,5c
0
1
2
3
4
5
0 15 30 45 60 75
Rasa
Lama Marinasi (menit)
10
Gambar 9.Grafik Pengaruh Lama marinasi terhadap Aroma Dada Daging Ayam Petelur
Afkir
Berdasarkan Gambar 9, perlakuan
lama marinasi menggunakan ekstrak kasar daun pepaya memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap tingkat kesukaan
panelis terhadap aroma dada daging ayam petelur afkir. Semakin lama marinasi
menyebabkan penurunan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma pada dada daging
ayam akir. Perlakuan lama marinasi mulai memberikan pengaruh yang berbeda nyata
pada perlakuan lama marinasi 60 menit
dengan tingkat kesukaan sebesar 2,6 yang menghasilkan kriteria agak suka. Hal tersebut
mengindikasikan aroma dada daging ayam petelur afkir agak beraroma daun pepaya.
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat pada
perlakuan lama marinasi 60 menit dan 75 menit berbeda nyata dengan perlakuan lama
marinasi 0, 15, 30 dan 45 menit. Pemberian ekstrak kasar daun pepaya pada dada daging
ayam afkir dapat menimbulkan aroma daun pepaya pada daging ayam sehingga
mempengaruhi aroma khas pada daging ayam.
Hal ini sesuai dengan literatur (Forrest et al.,1975) penurunan bau daging dada ayam
petelur ini di sebabkan oleh reaksi terhadap lama perendaman daging dada ayam petelur
afkir yang menyebabkan adanya aktifitas
enzim protease yang menghidrolisa asam amino pada daging sehingga bau pada daging
berubah. Selain itu perubahan aroma juga
disebabkan karena terbentuknya senyawa-
senyawa bersifat menguap yang dihasilkan dari proses penguraian protein. Ilyas (1983),
menyatakan bahwa perubahan aroma disebabkan terbentuknya gas-gas atau
senyawa bersifat volatil yang dihasilkan dari penguraian protein oleh enzim-enzim
proteolitik menjadi asam karboksilat, asam
sulfida, amoniak dan senyawa-senyawa lain. Ditambahkan oleh Buckle et al. (1989) bahwa
terbentuknya aroma asam atau aroma tengik
pada produk pangan antara lain disebabkan oleh reaksi penguraian lemak dan karbohidrat.
KESIMPULAN
Perlakuan lama marinasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya
putus, pH, total mikroba, dan organoleptik (tekstur, warna, rasa dan aroma) pada dada
daging ayam petelur afkir. Perlakuan lama
marinasi 60 dan 75 menit mampu menghasilkan tingkat keempukan yang
tertinggi pada dada daging ayam petelur afkir namun berpengaruh terhadap mutu
organoleptik rasa, aroma dan warna khas
pepaya. Perlakuan lama marinasi 0 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit dan 75
menit menghasilkan total mikroba yang sesuai dengan SNI 3924:2009 dengan total mikroba
yang dihasilkan berturut-turut 5,97; 5,95; 5,91; 5,85; 5,83 dan 5,77 log CFU/g. Total
koliform dan total kapang tidak mengalami
pertumbuhan pada semua perlakuan lama marinasi yang diberikan sehingga sesuai
dengan SNI 3924:2009 yaitu 1,0 x 102 CFU/g. Perlakuan lama marinasi memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap
kadar air dan daya ikat air dada daging ayam petelur afkir. Perlakuan lama marinasi 30
menit adalah lama marinasi minimal yang digunakan untuk meningkatkan mutu dada
daging ayam petelur afkir dilihat dari mutu fisik
dengan daya putus 3,3 kg/cm2, total mikroba sebesar 5,91 log CFU/g yang memenuhi
standar SNI karkas ayam maksimal 1 x 106 CFU/g, tekstur daging empuk, warna cokelat
kekuningan, tidak berasa daun pepaya dan beraroma daging ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama., F. A., B. Utomo, dan N. Solikin,
2017. Pengaruh Perendaman Daging Ayam Kampung (Gallus Domesticus)
Bagian Paha dalam Ekstrak Buah Nanas(Anenas comosus), Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia),
danDaun Pepaya (Carica papaya) terhadap Kadar pH, Susut Masak dan
Keempukan.Artikel Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Nusantara
PGRI. Kediri.
Adrianty, E.P., 2016. Kualitas Organoleptik
Dendeng Sapi Ayam Kampung Dengan Pemberian Jus Nenas Muda dan Lama
Perendaman Berbeda. Skripsi. Fakultas
3,7a 3,7a 3,6a 3,6a
2,6b 2,3b
0
1
2
3
4
5
0 15 30 45 60 75
Aro
ma
Lama Marinasi (menit)
11
Pertanian. Universitas Tadulako Palu. Palu.
Afrila, A. dan F. Jaya, 2012. Keempukan, pH dan Aktivitas Air (Aw) Dendeng Sapi
pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan
Lama Perendaman yang Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak. 7 (2) : 6-17.
Badan Standarisasi Nasional, 2006. SNI-01-2354. 2-2006. Cara Uji Kimia-Bagian 2: Penentuan Kadar Air pada Produk Perikanan. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional, 2009. SNI-3924-2009. Mutu Karkas dan Daging Ayam.
Jakarta.
Baskaran C., 2012. The Efficacy of Carica papaya Leaf Extract on Some Bacterial
and A Fungal Strain by Well Diffusion
Method, Asian Pacifik Journal of Tropical Disease, 2 (SUPPL2) : 5658-
5662.
Brooks, C., 2011. Marinating of Beef for
Enhancement. http://www.beefresearch.org/CM
Docs. (Diakses pada 25 Desember 2017).
Buckle, K.A., 1989. Ilmu Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Budiyanto, A. dan S. Usmiati, 2009. Pengaruh
Enzim Papain Terhadap Mutu Daging Kambing Selama Penyimpanan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 1 (2): 523-532.
Chaiba A., R.F. Filali, A. Chahlaoui, S.
Bencheikh S, M. Zerhouni, 2007.
Microbiological Quality of Poultry Meat on Meknes Market (Marocco). J. Food Safety.
Fardiaz, S., 1992. Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Pengolahan Pangan.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Farid, A.M., 2015. Effectivity of Papaya Leaves (Carica papaya L) As Inhibitor of Aedes Aegypti Larvae. J Majority. 4 (5) : 21-
30.
Fenita, Y., O. Mega, dan E. Daniati, 2009.
Pengaruh Pemberian Air Nanas (Ananas cosumus) terhadap Kualitas
Daging Ayam Petelur Afkir. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 4 (1): 43-60.
Foggle, D.R., R.P. Plinton, H.W. Oeckerman, L. Jarenback and T. Pearson. 1982.
Tenderization of Beef : Effect of Enzyme Level and Cooking Method. J. Food Sci. 47: 1113-1123.
Forest, J.C., Aberle E.D., Hedrick H.B., Judge
M.D. dan Markel R.A. 1975. Principles of Meat Science. W.H. Freeman and
Company, San Fransisco.
Hamm, R., 1972. Kolloidchemie des Fleischesdes Wasserbindungs-vermoegen des Muskeleiweisses in Theorie und Praxis. Verlag Paul Parey, Berlin.
Hartanto, P.W., R. Eny, dan H.D Arifin, 2015. Pengaruh Dosis dan Lama Perendaman
Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr) Terhadap Kadar Protein dan
Kualitas Organoleptik Daging Paha
Ayam Petelur Afkir dengan Penyimpanan dalam Refrigerator
Selama 48 Jam. Jurnal Surya Agritama. 4(1) : 23-34.
Ilyas, 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil
Perikanan. Teknik Pendinginan Ikan. C.V Paripurna Bhatara Askara. Jakarta
Ismanto, A. dan R. Basuki, 2017. Pemanfaatan
Buah Nanas dan Ekstrak Buah Pepaya
sebagai Bahan Pengempuk Daging Ayam Parent Stock Afkir. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 6 (2) : 60-69.
Kimball, J.W., Biologi, Jilid 1. Erlangga. Bandung.
Krisnaningsih, A. T. N. dan D. L. Yulianti., 2015. Pemanfaatan Kombinasi
Ekstrak Buah Nanas dan Pepaya Untuk Meningkatkan Kualitas Daging
12
Itik Petelur Afkir. Jurnal Buana Sains. 15 (1): 1-12.
Koswara, 2006. Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) Dalam Industry Pangan. eBookPangan.com. http://tekpan.unimus.ac.id/wp-
content/aploads/2013/07/pengujian organoleptik-dalam-industri-
pangan.pdf (Diakses tanggal 02
Januari 2018).
Larasati, T., 2017. Kandungan Klorofil Daun Pepaya Betina ( Carica papaya L) pada
Beberapa Posisi Daun yang Berbeda.
Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Lampung. Lampung.
Lawrie, R. A., 2003. Meat science. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Muljana, W., 2002. Bercocok Tanam Pepaya.
CV Aneka Ilmu. Semarang.
Murtini, E. S. dan Qomarudin, 2003. Pengempukan Daging dengan Enzim
Protease Tanaman Biduri (Calotropis gigantea). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 14 (3): 256-268.
Nuhriawangsa, A. M. P., 2010. Pemanfaatan
Pepaya Muda dan Daun Pepaya Untuk
Meningkatkan Kualitas Daging Itik Afkir. Artikel Ilmiah. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Nurwantoro, V.P. Bintoro, A.M. Legowo, A.
Purnomoadi, L.D. Ambara, A. Prakoso
dan S. Mulyani, 2012. Nilai pH, Kadar Air dan Total Escherichia coli Daging
Sapi Yang Dimarinasi dalam Jus Bawang Putih. Pros. Seminar Nasional Pangan Hewani. 2 : 9 –24.
Pearson, A.M. dan R.B. Young. 1971. Muscle and Meat Biochemistry. Academic
Press, Inc. San Diego, New York, Berkeley, Boston, London, Sidney,
Yokyo, and Toronto.
Pratiwi, E. W., D. Praharani, dan Y.M.D. Arina,
2015. Daya Hambat Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap
Adhesi Bakteri Porphyromonas gingivalis pada Neutrofil. Jurnal Pustaka Kesehatan. 3 (2): 193-204.
Priyanto, R., A.M. Fuah, E.L. Aditia, M. Basir, dan M. Imran, 2015. Peningkatan
Produksi dan Kualitas Daging Sapi
Lokal Melalui Penggemukan Berbasis Serealia pada Taraf Energi yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 20 (2): 108-121.
Purnamasari, E., M. Zulfahmi, dan I.
Mirdhyati., 2012. Sifat Fisik Daging
Ayam Petelur Afkir yang Direndam dalam Ekstrak Kulit Nenas (Ananas comosus L. Merr) dengan Konsentrasi yang Berbeda. Jurnal Peternakan. 9
(1): 1- 12.
Purnamasari, E., Mardiana., Y. Fazilah., W.H.Z.
Nurwidada, dan D. Febriana, 2013. Sifat Fisik dan Kimia Daging Sapi yang
Dimarinasi Jus Buah Pinang (Areca catechu L.). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner :
216-226
Quinn, P.J., B.K. Markey, M.E. Carter, W.J.
Donnelly, F.C. Leonard, 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. London (GB): Blackwell
Science.
Setyawardani, T., dan H. Imbang, 2005. Kajian
Metode Pengempukan Daging Kambing Tua. J Animal Production.
7(2) : 106-115.
Sheard, P.R. dan A. Tali, 2004. Injection Of Salt, Tripolyphosphate and Bicarbonate
Marinade Solutions To Improve The Yield and Tenderness Of Cooked Pork
Loin. Meat Sci. 68: 305–317.
Soda, F. N. dan R. Agustini, 2013. Pengaruh
Penambahan Ion Logam K+ terhadap Aktivitas Enzim Papain. UNESA Journal of Chemistry . 2 (2): 29-40.
Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging.
Edisi ke-4. Gajah Mada university Press. Yogyakarta.
Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging.
Edisi ke-4. Gajah Mada university Press. Yogyakarta.
Soeparno, 1998. Kimia dan Nutrisi Daging. Universitas Gajah Mada Press.
Yogyakarta.
13
Sudrajat, A., 2003. Pengaruh Temperatur dan Lama Pemasakan terhadap
Karakteristik Fisik dan Organoleptik
Daging Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Supiatun, D., B.R. Handayani, W. Werdiningsih, 2018. Pengaruh
Konsentrasi Ekstrak Kasar Daun
Pepaya terhadap Mutu Daging Ayam Petelur Afkir. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram. Mataram.
Umiyasih, U., Aryogi., Mariyono, dan A. Rasyid, 1998. Kajian Tentang
Penggunaan Papain Sebagai Pengempuk Daging: Studi Preferensi
Konsumen terhadap Sate Domba. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner: 761-771.
Winarno F.G., 1995. Enzim Pangan PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarso, 2003. Olahan Daging. Gramedia Utama. Jakarta.
Zusfahair, D.R. Ningsih, dan F.N. Habibah,
2014. Karakterisasi Papain dari Daun
Pepaya (Carica capaya L.). J Molekul. 9 (1) : 44 – 55.