PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP ...
Transcript of PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP ...
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
33 | P a g e
PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE
TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES
Dwi Fitrianingsih1*
Email : [email protected]
Heri Sapari Kahpi2
Email : [email protected]
Abdurrohman3
Email : [email protected]
Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten
Desti Purwaningsih 4
Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten
ABSTRACT
This research was conducted to determine the effect of the Audit Committee and the Fraud
Triangle on Fraud of Financial Statements at Food and Beverage Companies Listed on the IDX 2015-
2018. This method uses a quantitative approach with purposive sampling technique. The sample used is
11 companies which are financial statements on food and beverage companies on the Indonesia Stock
Exchange (BEI).
The analysis technique used is statistical test with multiple linear regression method. The
results of the T test show that financial stability has a significant positive effect on fraudulent financial
statements. The audit committee, External Pressure, Financial targets, Nature of Industry, Ineffective
Monitoring, Organizational Structure, and Rationalization have no significant effect on fraudulent
financial statements.
Keywords: Audite Commite, Fraud Triangle, Financial Report Fraud
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Komite Audit dan Fraud Triangle terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun
2015-2018. Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Sampel
yang digunakan berjumlah 11 perusahaan yang merupakan Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Teknik Analisis yang digunakan adalah uji statistik dengan metode regresi liniear berganda. Dari
hasil uji T menunjukkan bahwa Financial Stability berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan. Komite audit, External Pressure, Financial targets, Nature of Industry, Ineffective
Monitoring, Organizational Structure, dan Rasionalisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Kata Kunci: Komite Audit, Fraud Triangle, Kecurangan Laporan Keuangan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perusahaan industri manufaktur adalah
suatu cabang industri yang mengaplikasikan
mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
34 | P a g e
medium proses untuk mengubah bahan menjadi
barang jadi untuk dijual. Barang jadi yang dijual
dalam hal ini adalah barang jadi yang dijual
kepada pelanggan dalam jumlah yang besar.
Dengan kegiatan yang dilakukan, industri
manufaktur secara langsung berkontribusi pada
pendapatan suatu negara. Sehingga akan lebih
banyak timbulnya resiko kecurangan (fraud)
(Bambang dan Kinanti, 2017).
Persaingan yang timbul membuat setiap
perusahaan berusaha meningkatkan kinerja untuk
mencapai tujuan seperti laba yang tinggi.
Sehingga memungkinkan setiap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) melakukan manipulasi dalam
laporan keuangan mereka.
Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) berhasil mendeteksi beberapa perusahaan
yang terlibat dalam skandal akuntansi. Contoh
kasus yang berhasil dideteksi oleh OJK, antara
lain PT Sari Husada Tbk, PT Great River
Internasional Tbk, PT Agis Tbk dan Katarina
Utama Tbk. Beberapa salah saji memang belum
tentu berkaitan dengan kecurangan, namun
faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan
kecurangan manajemen terbukti ada pada kasus-
kasus ini. Sepanjang tahun 2014, terdapat 777
pelaku pasar modal yang dikenai sanksi oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Atas pelanggaran
itu, OJK menerapkan sanksi administratif berupa
denda kepada emiten senilai Rp7,9 miliar. Kepala
Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Otoritas Jasa
Keuangan, Nurhaida mengungkapkan, 777 sanksi
itu terdiri dari 60 sanksi peringatan tertulis, 713
sanksi denda, 2 sanksi pencabutan izin, dan 2
sanksi pembekuan izin. Nurhaida merinci,
sebanyak 665 sanksi administratif berupa denda
karena keterlambatan penyampaian laporan
berkala dan laporan insidental dengan total nilai
denda Rp 6,5 miliar.
Kasus kecurangan laporan keuangan yang
terjadi di Indonesia merupakan bagian dari
kegagalan audit yang juga dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) di beberapa negara
lainnya. Akuntan Publik di Amerika Serikat
dalam hal ini AICPA (American Institute
Certified Public Accountant), memberikan solusi
untuk mengatasi praktik kecurangan laporan
keuangan dalam bentuk Statement of Auditing
Standards (SAS). Sementara, International
Federation of Accountants (IFAC), sebuah
organisasi di Jerman yang menetapkan standar
akuntansi, auditing dan kode etik pada tingkat
global, juga menerbitkan International Standards
on Auditing (ISA). Dalam standar tersebut,
terdapat ilustrasi faktor kecurangan, yaitu ISA no.
240 dan SAS no. 99 yang didasarkan pada teori
segitiga kecurangan atau fraud triangle. Teori
segitiga ini dikemukakan oleh Cressey (Wahyuni
dan Gideon, 2017) yang mengkategorikan tiga
kondisi kecurangan di perusahaan, yaitu tekanan
(incentive/pressure), peluang (opportunity) dan
rasionalisasi (rationalization).
Teori fraud triangle yang dicetuskan
Cressey sampai saat ini dipakai oleh para praktisi
sebagai pendekatan dalam mendeteksi suatu
tindak kecurangan. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Cohen et al. (Wahyuni dan
Gideon, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh
Nguyen, Myers et al. dan Halim (Wahyuni dan
Gideon, 2017) menyatakan bahwa kecurangan
laporan keuangan berkaitan erat dengan tindakan
manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen.
Tindakan kecurangan laporan keuangan
masih terus terjadi. Dan pengembangan faktor
fraud triangel terus dilakukan oleh berbagai
penelitian, terutama pengembangan terhadap
proksi yang digunakan. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya yang melihat data
perusahaan LQ 45, Sedangkan penelitian ini
melihat dari sektor industri Food & Beverages.
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber
pengetahuan secara luas dan dapat memberikan
bukti secara empiris mengenai pengaruh komite
audit dan fraud tringle terhadap kecurangan
laporan keuangan perusahaan Food & Beverages.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Komite Audit dan Fraud Triangel Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2015-2018”.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh komite audit terhadap
kecurangan laporan keuangan?
2. Bagaimana pengaruh financial stability
terhadap kecurangan laporan keuangan?
3. Bagaimana pengaruh external pressure
terhadap kecurangan laporan keuangan?
4. Bagaimana pengaruh financial targets
terhadap kecurangan laporan keuangan?
5. Bagaimana pengaruh nature of industry
terhadap kecurangan laporan keuangan?
6. Bagaimana pengaruh ineffective monitoring
terhadap kecurangan laporan keuangan?
7. Bagaimana pengaruh organizational
structure terhadap kecurangan laporan
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
35 | P a g e
keuangan?
8. Bagaimana pengaruh rasionalisasi terhadap
kecurangan laporan keuangan?
9. Seberapa besar pengaruh komite audit dan
fraud triangle terhadap kecurangan laporan
keuangan secara simultan?
TINJAUAN PUSTAKA
Kecurangan Laporan Keuangan
Kecurangan pelaporan keuangan
didefinisikan sebagai tindakan penyimpangan
secara sengaja terhadap arsip perusahaan seperti
kesalahan penerapan prinsip akuntansi, yang
menghasilkan laporan keuangan menyesatkan
secara material (Komisi Treadway, dalam
Rachmawati, 2014). Definisi kecurangan laporan
keuangan adalah “Kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen dalam bentuk salah satu material
laporan keuangan yang merugikan investor dan
kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial
dan non finansial” (Association of Certified Fraud
Examiners, 1998). Definisi kecurangan laporan
keuangan menurut Australian Auditing Standards
(AAS) yakni “Suatu kelalaian maupun penyalah
sajian yang disengaja dalam jumlah tertentu atau
pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk
menipu para pengguna laporan keuangan.”
Indikator Kecurangan Laporan Keuangan
Diukur menggunakan manajemen laba
melalui discretionary accrual. Total akrual
diklasifikasikan menjadi komponen discretionary
dan nondiscretionary dengan tahapan
(Sulistyanto, 2018):
a. Mengukur total accruals dengan
menggunakan model Jones yang
dimodifikasi.
b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi
dengan persamaan regresi OLS (Ordinary
Least Square)
(
) (
)
c. Menghitung nondiscretionary accruals
model (NDA) adalah sebagai berikut;
d. Menghitung Discretionary Accrual
(
) (
)
Pengertian Komite Audit
Menurut Kep. 29/PM/2004, komite audit
merupakan suatu komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris dalam melakukan pengawasan
kegiatan pengelolaan suatu perusahaan. Tugas
komite audit membantu dewan komisaris untuk
memonitor proses pelaporan keuangan oleh
manajemen dalam upaya meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan. Komite audit
mempunyai tanggung jawab utama yang
berhubungan dengan kebijakan akuntansi yang
diterapkan perusahaan, pengawasan internal,
menelaah sistem pelaporan keuangan, dan
kepatuhan terhadap peraturan.
Indikator Komite Audit
Fraud Triangle
Cressey mencetuskan konsep segitiga
kecurangan yang dikenal dengan istilah fraud
triangle sebagai suatu ilustrasi yang
menggambarkan faktor risiko kecurangan yang
terjadi. Di dalam fraud triangle disebutkan bahwa
ada tiga kondisi umum yang menyebabkan
kecurangan laporan keuangan, yaitu tekanan
(pressure), kesempatan (opportunity), dan
rasionalisasi (rationalization).
Ada tiga kondisi yang menyebabkan
kecurangan. Ketiga kondisi itu disebut dengan
konsep fraud triangle. Ketiga kondisi tersebut
terdiri dari tekanan (pressure), kesempatan
(opportunity) dan rasionalisasi (rationalization).
Tekanan (Pressure)
Tekanan menyebabkan seseorang
melakukan kecurangan. Tekanan dapat berupa
macam-macam termasuk gaya hidup, tuntutan
ekonomi, dan lain-lain. Tekanan paling sering
datang dari adanya tekanan kebutuhan keuangan.
Kebutuhan ini seringkali dianggap kebutuhan
yang tidak dapat dibagi dengan orang lain untuk
bersama-sama menyelesaikannya sehingga harus
disesuaikan secara tersembunyi dan pada
akhirnya menyebabkan terjadinya kecurangan.
Menurut SAS No. 99, terdapat empat
kondisi yang umum terjadi pada tekanan yang
mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut
adalah financial stability, external pressure,
personal financial need dan financial targets.
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
36 | P a g e
Variabel fraud triangle yang diukur dari:
1. Tekanan
Financial stability
Financial stability diproksikan dengan
ACHANGE yang merupakan rasio perubahan aset
selama dua tahun. ACHANGE dapat dihitung
dengan rumus:
External pressure
Leverage (LEV) digunakan sebagai proksi
tekanan eksternal dimana leverage yang tinggi
akan menimbulkan tekanan pada manajemen
sehingga terjadi hubungan positif terhadap
kecurangan laporan keuangan. Leverage diartikan
sebagai seberapa jauh perusahaan menggunakan
pendanaan melalui hutang. LEV arau rasio
leverage dapat dihitung dengan rumus:
Financial targets
ROA sering digunakan dalam menilai
kinerja manajer, menentukan bonus, kenaikan
upah dan lain-lain. Oleh karena itu, ROA
digunakan sebagai proksi Financial Targets.
ROA dapat dihitung dengan rumus:
2. Opportunity
Nature of industry
Nature of industry merupakan salah satu
variabel dari pilar fraud triangle yaitu peluang.
Variabel ini dapat diukur dengan proksi
persediaan (inventory). Persediaan merupakan
variabel yang rentan terhadap kecurangan laporan
keuangan karena merupakan akun lancar dan
akun yang dapat ditentukan nilainya secara
subjektif.
Persediaan merupakan aktiva lancar yang
rentan dengan pencurian dan kecurangan karena
persediaan dalam suatu perusahaan biasanya
dalam jumlah yang besar serta mempunyai
pengaruh yang besar terhadap neraca dan
perhitungan laba rugi. Selain itu persediaan
merupakan akun liquid yang mudah untuk
diuangkan.
Ineffective monitoring
Ineffective monitoring diproksikan dengan
IND yang merupakan rasio dewan komisaris
independen yang dapat dihitung dengan rumus:
Organizational structure
Organizational Structure diproksikan
dengan CEO dimana pengukuran CEO
atas pertimbangan variabel Dummy:
* Kode 1 jika ketua dewan direksi secara
bersamaan menjabat posisi sebagai CEO.
* Kode 0 jika ketua dewan direksi tidak
secara bersamaan menjabat posisi sebagai
CEO.
Rasionalisasi dari pelaku.
Rasionalisasi merupakan pilar ketiga dari
fraud triangle yang sulit untuk mengukurnya.
Variabel ini dapat diproksikan dengan total
akrual. Total akrual merupakan salah satu variabel
untuk menilai probabilitas manipulasi (Beneish
dkk, 2005). Penelitian lain juga menunjukkan
bahwa total akrual tidak berpengaruh terhadap
financial statement fraud (Skousen et al, 2009).
Kerangka Pemikiran
Sumber: Merissa & Isti (2017), Susmita & Nanik
(2015), Kurnia & Marsono (2015)
Hipotesis
H1: Komite audit berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan
H2: Financial stability berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan
H3: External pressure berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan
H4: Financial targets berpengaruh terhadap
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
37 | P a g e
kecurangan laporan keuangan
H5: Nature of industry berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan
H6: Ineffective monitoring berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan
H7: Organizational structure berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan
H8: Rasionalisasi berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan
H9 : Komite audit dan fraud triangle
berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan secara simultan
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan jenis
kategori penelitian kuantitatif yang didasarkan
pada jenis data yaitu berupa angka. Penelitian ini
juga menggunakan penelitian kausalitas, karena
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hubungan antara dua variabel atau lebih
dimana hubungan yang dimaksud berupa
hubungan sebab – akibat yang digambarkan
melalui ada tidaknya pengaruh variabel
independen sebagai penyebab terhadap variabel
dependen sebagai akibat.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan nya (Sugiyono, 2007:61).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan subsektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode tahun 2015-2018.
Sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi tersebut. Metode pengambilan sampel
yang diambil dalam penelitian ini menggunakan
metode Purposive Sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Analisis Statistik
Deskriptif, Analisis Uji Asumsi Klasik (Uji
Normalitas Data, Multikolonieritas Data,
Autokorelasi Data, Heterokedatisitas Data) dan
Pengujian Hipotesis (Analisis persamaan regresi
linier berganda, Koefesien Determinasi (R2),
Pengujian Parsial (Uji t), dan Pengujian signifikan
simultan (Uji F)). Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan SPSS versi 25.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Komite Audit
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata komite audit sebesar 2,82, nilai
tertinggi komite audit sebesar 3 dan nilai terendah
komite audit sebesar 2 serta untuk standar deviasi
komite audit sebesar 0,390. Sementara itu nilai
range disini merupakan nilai selisih nilai
maksimum dan nilai minimum yaitu sebesar 1
Financial Stability
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata financial stability sebesar 0,083,
nilai tertinggi financial stability sebesar 0,38 dan
nilai terendah financial stability sebesar -0,35
serta untuk standar deviasi financial stability
sebesar 0,12459. Sementara itu nilai range disini
merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai
minimum yaitu sebesar 0,73.
External Pressure
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata External Pressure sebesar 0,4180,
nilai tertinggi External Pressure sebesar 0,64 dan
nilai terendah External Pressure sebesar 0,15
serta untuk standar deviasi External Pressure
sebesar 0,15134. Sementara itu nilai range disini
merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai
minimum yaitu sebesar 0,49.
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
38 | P a g e
Financial Targets
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata financial targets sebesar 0,1641,
nilai tertinggi financial targets sebesar 0,71 dan
nilai terendah financial targets sebesar 0,03 serta
untuk standar deviasi financial targets sebesar
0,14644. Sementara itu nilai range disini
merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai
minimum yaitu sebesar 0,68.
Nature of Industry
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata nature of industry sebesar 5185,70,
nilai tertinggi nature of industry sebesar 15484
dan nilai terendah nature of industry sebesar 1086
serta untuk standar deviasi nature of industry
sebesar 3468,826. Sementara itu nilai range disini
merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai
minimum yaitu sebesar 14398.
Ineffective Monitoring
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata ineffective monitoring sebesar
0,4059, nilai tertinggi ineffective monitoring
sebesar 0,67 dan nilai terendah ineffective
monitoring sebesar 0,33 serta untuk standar
deviasi ineffective monitoring sebesar 0,10135.
Sementara itu nilai range disini merupakan nilai
selisih nilai maksimum dan nilai minimum yaitu
sebesar 0,34.
Organizational Structure
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata organizational structure sebesar
2,82, nilai tertinggi organizational structure
sebesar 1 dan nilai terendah organizational
structure sebesar 0 serta untuk standar deviasi
organizational structure sebesar 0,487. Sementara
itu nilai range disini merupakan nilai selisih nilai
maksimum dan nilai minimum yaitu sebesar 1.
Rasionalisasi
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata rasionalisasi sebesar - 5103,23,
nilai tertinggi rasionalisasi sebesar 12454 dan
nilai terendah rasionalisasi sebesar -85215 serta
untuk standar deviasi rasionalisasi sebesar
14343,57. Sementara itu nilai range disini
merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai
minimum yaitu sebesar 97669.
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan Pengolahan data statistik
dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada
perusahaan makanan & minuman sebesar 44,
nilai rata-rata kecurangan keuangan
(discretionary accrual) sebesar 19,3284, nilai
tertinggi kecurangan keuangan (discretionary
accrual) sebesar 106 dan nilai terendah
kecurangan keuangan (discretionary accrual)
sebesar -83 serta untuk standar deviasi
kecurangan keuangan (discretionary accrual)
sebesar 41,63199. Sementara itu nilai range disini
merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai
minimum yaitu sebesar 189.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah data kontinu berdistribusi normal atau
tidak. Sehingga apabila data kontinu telah
berdistribusi normal maka bisa dilanjutkan ke
tahap berikutnya yaitu uji validitas, uji-t, korelasi
dan regresi dapat dilaksanakan. Untuk menguji
apakah data bersifat normal atau tidak maka
peneliti menggunakan analisa Kolmogorov-
Smirnov dan P-P Plot . Dari tabel One Sample
Kolmogrof-Smirnov Test diperoleh angka
probabilitas atau Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,200 lebih besar dari 0,05 (0,200 > 0,05). Maka
sesuai dengan pengambilan keputusan dalam uji
normalitas menggunakan Kormogorov-Smirnov
diatas, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal. Dengan demikian, asumsi atau
persyaratan normalitas dalam model regresi
sudah terpenuhi.
Uji Multikolinearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terdapat
korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas. Deteksi multikolonieritas dapat
dilakukan dengan menganalisis besaran matriks
korelasi antar variabel independen dan dengan
melihat nilai tolerance dan lawannya VI seperti
sebagai berikut :
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
39 | P a g e
1. Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10
maka diartikan bahwa tidak terjadi
multikolonieritas.
2. Jika nilai tolerance < 0.10 dan VIF > 10
maka diartikan bahwa terjadi
multikolonieritas (Sulistyowati, 2017).
Berdasarkan pengolahan data dapat
disimpulkan, bahwa dalam hasil analisis uji
multikolonieritas variabel adalah nilai VIF untuk
variabel Komite Audit (X1) dan Fraud Tringale
(X2-X8) adalah 1,945 ; 1,266 ; 1,688 ; 2,007 ;
1,620 ; 1,946 ; 3,095 ; 2,041 kurang dari 10,00 (<
10,00), kemudian nilai tolerance untuk variabel
Komite Audit dan Fraud Triangle adalah 0,514 ;
0,79 ; 0,592 ; 0,498 ; 0,617 ; 0,514 ; 0,323 ;
0,490 lebih besar dari 0,10 (> 0,10). Jika dilihat
dari kriteria pengambilan keputusan dalam uji
multikolonieritas maka dapat disimpulkan bahwa
antar variabel independen tidak terjadi gejala
multikolinearitas dalam model regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang tidak terdapat
heterokedastisitas. Pengaruh adanya
heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik pengujian
heteroskedastisitas. (Sulistyowati, 2017). Untuk
mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas
dalam model persamaan regresi dapat
menggunakan gambar/chart model scatterplot
dengan program SPSS. Dasar pengambilan
keputusan yaitu :
1. Jika pola tertentu seperti titik – titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik –
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Berdasarkan Hasil Pengolahan, dapat
diketahui bahwa tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar secara acak diatas dan
dibawah angka nol pada sumbu Y. Sehingga
sesuai pengambilan keputusan dalam uji
heterekedastisitas dapat disimpulkan bahwa
regresi yang dihasilkan tidak terjadi
heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Pengujian ada atau tidaknya autokorelasi
dilakukan dengan menggunakan metode Durbin-
Watson.
Berdasarkan Hasil Pengolahan diperoleh
nilai DW dari model regresi adalah 1,780 dengan
jumlah variabel bebas (K) = 8 dan jumlah
sampel (N) = 44, berdasarkan tabel Durbin
Watson diperoleh dL = 1,1252 dan dU = 1,9646.
Maka nilai DW sebesar 1,780 lebih besar dari dL
dan lebih kecil dari dU yakni sebesar 1,9646.
Sesuai dengan pengambilan keputusan uji
autokorelasi nilai 1,1252 < d (1,780) < dl
(1,9646) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi positif.
Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh beberapa variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Analisis linier
berganda dilakukan dengan uji koefisien
determinasi, uji-t dan uji-F.
Analisis Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linear berganda yang bertujuan
untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)
linear antara dua variabel atau lebih. Metode ini
digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh komite audit dan fraud triangle terhadap
kecurangan laporan keuangan (DACCt). Adapun
model yang digunakan dari regresi linear
berganda yaitu:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5
+ b6 X6 + b7 X7 + b8 X8+ e
Dari hasil regresi diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b2X2 + b3X3 + b4X4+
b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8+ e
Y= -65.837 + 28.420 X1 + 163.021 X2 + 46.383
X3 + 7.222 X4 - 0.002 X5 - 35.340 X6 - 3.517 X7
+ 0.001 X8+ e
Persamaan regresi diatas dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar -65.837, artinya jika
Komite Audit (X1) dan Fraud Triangle (X2-
X8) nilainya adalah 0, maka Kecurangan
Laporan Keuangan (Y) nilainya sebesar -
65.837.
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
40 | P a g e
2. Koefesien regresi variabel Komite Audit (X1)
sebesar 28.420, artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan Komite
Audit mengalami kenaikan 1%, maka
Kecurangan Laporan Keuangan (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar 28.420 atau
2842% (2842%). Koefesien bernilai positif
artinya terjadi pengaruh positif antara
independen dengan variabel dependen
semakin naik Komite Audit maka Kecurangan
Laporan Keuangan akan semakin naik pula,
begitupun sebaliknya.
3. Koefesien regresi variabel Financial Stability
(X2) sebesar 163.021, artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan Financial
Stability mengalami kenaikan 1%, maka akan
meningkatkan Kecurangan Laporan Keuangan
(Y) sebesar 163.021 atau 16302%.
4. Koefesien regresi variabel External Pressure
(X3) sebesar 46.383, artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan Financial
Stability mengalami kenaikan 1%, maka akan
meningkatkan Kecurangan Laporan Keuangan
(Y) sebesar 46,383 atau 4638,3%.
5. Koefesien regresi variabel Financial Targets
(X4) sebesar 7,222, artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan Financial
Stability mengalami kenaikan 1%, maka akan
meningkatkan Kecurangan Laporan Keuangan
(Y) sebesar 7,222 atau 722,2%.
6. Koefesien regresi variabel Nature of Industry
(X5) sebesar -0.002, artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan Financial
Stability mengalami kenaikan 1%, maka akan
meningkatkan Kecurangan Laporan Keuangan
(Y) sebesar -0.002 atau -0,2%.
7. Koefesien regresi variabel Ineffective
Monitoring (X6) sebesar -35,340, artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan
Financial Stability mengalami kenaikan 1%,
maka akan meningkatkan Kecurangan
Laporan Keuangan (Y) sebesar -35,340 atau -
3534%.
8. Koefesien regresi variabel Organizational
Structure (X7) sebesar -3,517, artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan
Organizational Structure mengalami kenaikan
1%, maka akan meningkatkan Kecurangan
Laporan Keuangan (Y) sebesar -3,517 atau -
351,7%.
9. Koefesien regresi variabel Rasionalisasi (X8)
sebesar 0.001, artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan
Rasionalisasi mengalami kenaikan 1%, maka
akan meningkatkan Kecurangan Laporan
Keuangan (Y) sebesar 0.001 atau 0.1%.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi Adjusted R
Square sebesar 0,242 atau 24,2% hal ini berarti
bahwa variabel Komite Audit (X1) dan variabel
Fraud Triangle (X2-X8) secara simultan
berpengaruh terhadap variabel Kecurangan
Laporan Keuangan (Y) sebesar 24,2% dan
sisanya sebesar 75,8% dipengaruhi oleh faktor
lain di luar penelitian ini. Maka sesuai pengambilan keputusan koefesien determinasi penelitian ini memiliki pengaruh yang cukup berarti
Uji Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan
mengenai suatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan suatu hal yang sering dituntut untuk
melakukan pengecekan nya. Uji signifikasi
pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial menggunakan uji t dan
secara simultan menggunakan uji F. Untuk
mengetahui terdapat pengaruh Komite Audit dan
Fraud Triangle terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan.
Uji Statistik T (Parsial)
Hasil dari uji statistik t (parsial) adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan nilai signifkansi (Sig.):
1. Berdasarkan Hasil Pengolahan
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Komite Audit terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)
sebesar 0,159. Karena nilai Sig. 0,159 >
probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 ditolak, artinya variabel Komisaris
Komite Audit (X1) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Kecurangan
Laporan Keuangan (Y).
2. Berdasarkan Hasil Pengolahan
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Financial Stability terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)
sebesar 0,002. Karena nilai Sig. 0,002 <
probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima, artinya variabel Financial
Stability (X2) berpengaruh signifikan terhadap
variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
3. Berdasarkan Hasil Pengolahan
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
41 | P a g e
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel External Pressure terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)
sebesar 0,335. Karena nilai Sig. 0,335 >
probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 ditolak, artinya variabel External
Pressure (X3) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel Kecurangan Laporan
Keuangan (Y).
4. Berdasarkan Hasil Pengolahan
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Financial Targets terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)
sebesar 0,893. 0,893 > probabilitas 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,
artinya variabel Financial Targets (X4) tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
5. Berdasarkan Hasil Pengolahan
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Nature of Industry terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)
sebesar 0,368. Karena nilai Sig. 0,368 >
probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 ditolak, artinya variabel Nature of
Industry (X5) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel Kecurangan Laporan
Keuangan (Y).
6. Berdasarkan Hasil Pengolahan
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Ineffective Monitoring terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)
sebesar 0,645. Karena nilai Sig. 0,645 >
probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 ditolak, artinya variabel Ineffective
Monitoring (X6) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel Kecurangan Laporan
Keuangan (Y).
7. Berdasarkan Hasil Pengolahan
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Organizational Structure
terhadap Kecurangan Laporan Keuangan. Dari
tabel tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)
sebesar 0,861. Karena nilai Sig. 0, 861 >
probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 ditolak, artinya variabel
Organizational Structure (X7) tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
8. Berdasarkan Hasil Pengolahan
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Rasionalisasi terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. diketahui
nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,318. Karena
nilai Sig. 0,318 > probabilitas 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, artinya
variabel Rasionalisasi (X8) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Kecurangan
Laporan Keuangan (Y).
Uji F (Simultan)
Berdasarkan Hasil Pengolahan
memperlihatkan hasil pengujian secara simultan
antara variabel Komite Audit (X1) dan Fraud
Triangle (X2-X8) terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Y). Dari tabel tersebut diketahui nilai
signifikansi (Sig.) sebesar 0,019. Karena nilai Sig.
0,019 < probabilitas 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H8 diterima, artinya variabel
Komite Audit (X1) dan Fraud Triangle (X2-X8)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
PEMBAHASAN
Pengaruh Komite Audit Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara parsial yang
sudah dilakukan diketahui bahwa nilai
signifikansi (Sig.) sebesar 0,159. Karena nilai
Sig. 0,159 > probabilitas 0,05, dan juga
berdasarkan perbandingan t hitung dan t tabel,
dapat diketahui nilai t hitung variabel Komite
Audit (X1) sebesar 1,439 dan t tabel sebesar
2,973. Karena nilai t hitung 1,439 < t tabel 2,028,
maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,
artinya variabel Komite Audit (X1) tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
Pengaruh Financial Stability Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara parsial yang
sudah dilakukan diketahui bahwa nilai signifikansi
(Sig.) sebesar 0,002. Karena nilai Sig. 0,002 <
probabilitas 0,05, dan juga berdasarkan
perbandingan t hitung dan t tabel, dapat diketahui
nilai t hitung variabel Financial Stability (X2)
sebesar 3,266 dan t tabel sebesar 2,973. Karena
nilai t hitung 3,266 < t tabel 2,973, maka dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya variabel
Financial Stability (X2) berpengaruh signifikan
terhadap variabel Kecurangan Laporan Keuangan
(Y).
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
42 | P a g e
Pengaruh External Pressure Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara parsial yang
sudah dilakukan diketahui bahwa nilai signifikansi
(Sig.) sebesar 0,002. Karena nilai Sig. 0,002 <
probabilitas 0,05, dan juga berdasarkan
perbandingan t hitung dan t tabel, dapat diketahui
nilai t hitung variabel external pressure (X2)
sebesar 3,266 dan t tabel sebesar 2,973. Karena
nilai t hitung 3,266 < t tabel 2,973, maka dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya variabel
external pressure (X2) berpengaruh signifikan
terhadap variabel Kecurangan Laporan Keuangan
(Y).
Pengaruh Financial Targets Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara parsial
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Financial Targets terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)
sebesar 0,893 0,893 > probabilitas 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, artinya
variabel Financial Targets (X4) tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
Pengaruh Nature of Industry Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara parsial
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Nature of Industry terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar
0,368. Karena nilai Sig. 0,368 > probabilitas 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,
artinya variabel Nature of Industry (X5) tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara parsial
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Ineffective Monitoring terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar
0,645. Karena nilai Sig. 0,645 > probabilitas 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,
artinya variabel Ineffective Monitoring (X6) tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
Pengaruh Organizational Structure Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara parsial
memperlihatkan hasil pengujian secara parsial
antara variabel Organizational Structure terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel
tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar
0,861. Karena nilai Sig. 0, 861 > probabilitas
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1
ditolak, artinya variabel Organizational Structure
(X7) tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
Pengaruh Rasionalisasi Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara parsial
diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,318.
Karena nilai Sig. 0,318 > probabilitas 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,
artinya variabel Rasionalisasi (X8) tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
Pengaruh Rasionalisasi Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji secara Simultan
memperlihatkan hasil pengujian secara simultan
antara variabel Komite Audit (X1) dan Fraud
Triangle (X2-X8) terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Y). Dari tabel tersebut diketahui nilai
signifikansi (Sig.) sebesar 0,019. Karena nilai Sig.
0,019 < probabilitas 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H8 diterima, artinya variabel
Komite Audit (X1) dan Fraud Triangle (X2-X8)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Y).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya
maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian
mengenai pengaruh Komite Audit dan Fraud
Triangle terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan pada perusahaan Makanan dan
Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2015-2018. Penelitian ini
menggunakan alat uji analisis regresi linier
berganda, yaitu software SPSS versi 25. Hasil
analisis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
43 | P a g e
pada 11 perusahaan sektor Makanan dan
Minuman yang terdaftar di BEI periode 2015-
2018, maka dapat disimpulkan bahwa Komite
Audit tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap Kecurangan laporan Keuangan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada 11 perusahaan sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI periode 2015-
2018, dan dari 7 variabel pembentuk Fraud
Triangle hanya variabel financial stability yang
memiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
tinggi atau rendahnya nilai financial stability dari
tahun ke tahun yang dimiliki 11 perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di BEI
periode 2015-2018 berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Nilai rasio
financial stability dapat menjamin dan dijadikan
indikator terjadinya kecurangan laporan
keuangan. Semakin besar nilai rasio financial
stability maka semakin besar pula kecurangan
laporan keuangan yang terjadi di perusahaan
tersebut. Sedangkan variabel lain pembentuk
fraud triangle seperti external pressure, financial
targets, nature of industry, ineffective monitoring,
organizational structure dan rasionalisasi
menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada 11 perusahaan sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI periode 2015-
2018, maka dapat disimpulkan bahwa Komite
Audit dan Fraud Triangle secara simultan
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan.
Saran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas,
berikut ini beberapa saran yang berkaitan dengan
hasil penelitian yang diperoleh antara lain:
1. Penelitian ini hanya mengukur Komite Audit
dan Fraud Triangle dengan menggunakan
indikator proxy yang seperti biasa, maka
disarankan peneliti selanjutnya untuk
menggunakan proxy lain secara lengkap untuk
mengetahui pengaruhnya.
2. Penelitian ini hanya mengambil sampel
perusahaan makanan dan minuman,
disarankan peneliti selanjutnya dapat
menggunakan ruang lingkup penelitian yang
lebih luas dengan mengambil sampel
perusahaan sektor lain untuk memperoleh
hasil pengaruhnya.
3. Penelitian ini hanya mengukur financial
stability, external pressure, financial targets,
nature of industry, ineffective monitoring,
organizational structure, dan rasionalisasi,
disarankan peneliti selanjutnya agar dapat
mengukur fraud triangle dengan menggunakan
rasio lain seperti Quality of External Audit
(CPA), Change in Auditor (AUD), Frequent
Number of CEO’s Pictures (CEO) dan masih
banyak lagi.
4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu bahan pertimbangan untuk berinvestasi,
disarankan bagi investor dalam melakukan
investasi sebaiknya memperhatikan informasi
dalam laporan keuangan, khususnya fraud
triangle yang diukur dengan rasio-rasio
sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi dan untuk
mengetahui ada tidaknya kecurangan dalam
pelaporan keuangan
DAFTAR PUSTAKA
Ansar & Masaong. (2011). Manajemen Berbasis
Sekolah. Gorontalo: Sentra Media.
Assosiation of Certified Fraud Examiners
(ACFE). (1998). Report on the Nation
on Occupational Fraud Abuse.
http://www.cfenet.com/acfefraud.2010.pdf/
(Diakses 16 Februari 2020)
Bapepam. (2004). Peraturan IX.I.5. Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit. Jakarta: Badan Pengawas Pasar
Modal
Beneish, D.M, Nichols, C.D. (2005). “Earning
Quality and Future Returns: The Relation
between Accruals and the Probability of
Earnings Manipulation”
Chtourou et al. (2001). Corporate
Governance and Earnings Management.
Working Paper. Universite Laval, Quebec City,
Canada.
Cressey, D. (1953). Other people’s money,
dalam: “Detecting and Predicting
Financial Statement Fraud: The
Effectiveness of The Fraud Triangle and
SAS No. 99
Diaz Priantara. (2013). Fraud Auditing &
Investigation, Mitra Wacana Media,
Jakarta
Edi, Elis Victoria. (2018). Pembuktian Fraud
Triangle Theory Pada Financial Report
Quality. Jurnal Benefitas. 3(3): 380-395.
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
44 | P a g e
Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen.
(2004). Akuntansi Intermediate, Jakarta:
Salemba Empat.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete
(8 ed.). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Handoko, Bambang Leo, Kinanti Ashari
Ramadhani. (2017). Pengaruh
Karakteristik Komite Audit, Keahlian
Keuangan dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kemungkinan Kecurangan
Laporan Keuangan. Derema Jurnal
Manajemen. 12(1): 86-113
Haniffa, R. & Hudaib M. (2006). Exploring the
ethical identity of Islamic banks via
communication in annual reports. Journal
of Business Ethics, 76(1), 97- 116.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory
of the Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, V. 3, No. 4, 305-
360.
Prasmaulida, S. (2016). Financial Statement
Fraud Detection Using Perspective of
Fraud Triangle Adopted by SAS No. 99.
Asia Pacific Fraud Journal, 1(2), 317.
Pratiya, Mutiara Ayu Mindita, Budi Susetyo dan
Abdulloh Mubarok. (2018). Pengaruh
Stabilitas Keuangan, Target Keuangan,
Tingkat Kinerja, Rasio Perputaran Aset,
Keahlian Keuangan Komite Audit, dan
Profitabilitas Terhadap Fraudulent
Financial Statement. Permana. 10(1): 116-
131
Priswita, Feby, Salma Taqwa. (2019). Pengaruh
Corporate Governance Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal
Eksplorasi Akuntansi. 1(4): 1705- 1722
Rahayu S. (2009). Pengembangan Model Sistem
Informasi Rumah Sakit Pada Instalasi
Radiologi Rawat Jalan Untuk Mendukung
Evaluasi Pelayanan Di RS Paru DR. Ario
Wirawan Salatiga. Tesis. Semarang:
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.
Rachmawati, K.K. (2014). Pengaruh Faktor-
faktor dalam Perspektif Fraud Triangle
Terhadap Fraudulent Financial Reporting.
Skripsi Programs Sarjana Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Semarang, 1-56
Ratmono, Dwi, Yuvita Avrie Diany, Agus
Puswanto. (2017). Dapatkah Teori Fraud
Triangle Menjelaskan Kecurangan Dalam
Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan
Auditing. 14(2): 100-117
Reskino, Muhammad Fakhri Anshori. (2016).
Model Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan Dengan Analisis Fraud
Triangle. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma. 7(2): 256-269
Setiawan, Ilham, Yeasy Darmayanti, Ethika.
(2019). Determinan Financial Statement
Fraud dengan Menggunakan Pendekatan
Fraud Triangle. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Akuntansi. 13(1): 1-18.
Skousen et al. (2009). Journal of Corporate
Governance and Firm Performance. Vol.
13h.53-81
Skousen, C.J., K.R. Smith, dan C.J. Wright. 2009.
Detecting and Predicting Financial
Statement Fraud: The Effectiveness of The
Fraud Triangle and SAS no. 99. “Journal
of Corporate Governance and Firm
Performances, Vol 13, h. 53-81
Spathis, C. T. (2012). Detecting false financial
statements using published data: some
evidence from Greece. Managerial
Auditing Journal, 17(4), 179- 191.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Suhaya, Dessy Ariska, Fahmi Rizani. (2017).
Determinan Financial Statement Fraud
dengan Analisis Fraud Triangle Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-
2015. Simposium Nasional Akunansi. 20:
1-26
Sulistyanto, H. Sri. (2018). Manajemen Laba,
Teori dan Model Empiris. Jakarta:
Grasindo.
Suliyanto (2018). Metode Penelitian Bisnis,
Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Penerbit Andi:
Yogyakarta
Manurung, D.T.H. and N. Hadian. (2013).
“Detection Fraud of Financial Statement
with Fraud Triangle”. Proceedings of 23rd
International Business Research
Conference. Marriott Hotel: Melbourne,
Australia.
Mulford.Charles.W, dan Eugene. E. Comiskey.
(2010). Deteksi Kecurangan Akuntansi The
Final Number Game Penerjemah Aurolla
Saparini. Jakarta: PPM. Manajemen
Utama, I Gusti Putu Oka Surya; I. Wayan
Ramantha, I. Dewa Nyoman Badera. 2018.
Analisis Faktor-faktor Dalam Perspektif
Fraud Triangle Sebagai Prediktor
Fraudulent Financial Reporting. E-Jurnal
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549
45 | P a g e
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,
Vol. 7, No. 1: 251-278.
Wahyuni, & Budiwitjaksono, G. S. (2017). Fraud
Triangle Sebagai Pendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi, XXI
(01), 47–61.
Wicaksono, S., G. (2015). Mekanisme corporate
governance dan kemungkinan kecurangan
dalam pelaporan keuangan (Studi Empiris
pada Perusahaan Non keuangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Semarang. Universitas Diponegoro
Wicaksono, Gregorius Satrio dan Anis Chariri,
(2015). “Mekanisme Corporate
Governance dan Kemungkinan
Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan”
Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-
12
Widarti. (2015). Pengaruh Fraud Triangle
terhadap Deteksi Kecurangan Laporan
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya, Vol. 13 No. 2, 229-244.
Widyastuti, T. (2009). Pengaruh struktur
kepemilikan dan kinerja keuangan
terhadap manajemen laba: studi pada
perusahaan manufaktur di BEJ. Jurnal
Maksi 9 (1): 30–41
Yesiariani, Merissa, Isti Rahayu. (2017). Deteksi
Financial Statement Fraud: Pengujian
Dengan Fraud Diamond. Jurnal Akuntansi
& Auditing Indonesia. 21(1): 49-60