PENGARUH IMPLEMENTASI KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP RETURN SAHAM … · 2018-04-07 · Performance...
Transcript of PENGARUH IMPLEMENTASI KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP RETURN SAHAM … · 2018-04-07 · Performance...
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 21
PENGARUH IMPLEMENTASI KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP
RETURN SAHAM DENGAN PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN SEBAGAI
VARIABEL MEDIASI
Iip Dyah Kusumaningati
Dosen Tetap STIE YPN Karawang
ABSTRACT
Corporate Performance Assesment Program Rating (PROPER) was one of The
State Ministry of Environmental’s program. This program was controlling and
distributing to business person in charge or activity to push company regulation in
environmental management by information instrument. The purpose of this research was
analizing relationship between environment performance with environment disclosure,
environment performance effect toward return stock, the effect of environmental
disclosure toward return stock, and the environmental disclosure for mediation
relationship between environment performance with return stock.
There were four hypothesis in this research. The first hypothesis, environment
performance had a relation with environment disclosure. The second hypothesis,
environment performance had influence toward return stock. The third hypothesis,
environment disclosure had influence toward return stock. The fourth hypothesis,
environment disclosure was mediating relation between environment performance with
return stock.
Research method was using quantitative and collecting data by purposive
sampling. This research had certain criteria such as manufacture company listed in BEI
and following PROPER evaluation continuely in 2013-2015. Data analysis technique was
used by path analysis that calculation used SPSS software.
The result of this research showed that from four hypothesis, two hypothesis were
accepted and the others were rejected. The accepted hypothesis were the first and third
hypothesis. The second and fourth hypothesis were rejected due to not empirically
proven.
The conclusion from this research was environment performance related with
environment disclosure. The environment performance did not influence toward return
stock. The environment disclosure influenced to return stock. The environment disclosure
did not mediate relation between the environment performance with return stock. This
research gave contribution for stakeholder especially for potential investors or investors
that wanted to know the environment disclosure influence toward return stock especially
for manufacture company as listed PROPER participant in Indonesia Stock Exchange.
Besides for Government, this was definite proof from Constitution number 40 year 2007
about Limited Company that required social responsibility and environment and
Government Regulation number 47 year 2012 about CSR.
Keywords: Environment performance, environment disclosure, return stock.
PENDAHULUAN
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return ini merupakan fokus
perhatian calon investor. Menurut teori Hipotesis Pasar Efisien (HPE), Fama (1970)
mendefinisikan pasar yang efisien sebagai berikut: “Suatu pasar sekuritas dikatakan
efisien jika harga-harga sekuritas ”mencerminkan secara penuh” informasi yang tersedia
(a security market is efficient if security prices ”fully reflect” the information available”).
Definisi ini menekankan pada dua aspek, yaitu ”fully reflect” dan ”information
available”. Pengertian dari ”fully reflect” menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara
akurat mencerminkan informasi yang ada. Pasar dikatakan efisien menurut versi Fama ini
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 22
jika dengan menggunakan informasi yang tersedia (information available), investor
secara akurat dapat mengekspektasi harga dari sekuritas bersangkutan.
Teori tersebut hanya menekankan pada akurasi dari harga ekspektasi, tetapi
mengabaikan isu dari penyebaran informasi dan mengasumsikan bahwa semua investor
mempunyai pengharapan yang sama (common expectations) atau kepercayaan yang sama
(homogenous beliefs). Definisi menggunakan akurasi dari ekspektasi harga sekuritas ini
mempunyai masalah, yaitu jika ternyata investor mempunyai ekspektasi yang berbeda
dalam menilai suatu informasi. Dengan adanya heterogenous beliefs, maka harga
sekuritas tidak lagi ”fully reflect” semua informasi yang tersedia disebabkan karena
investor mempunyai informasi dan pengharapan atau ekspektasi yang berbeda-beda.
Beaver (1989) menyempurnakan dengan memberikan definisi efisiensi pasar yang
didasarkan pada distribusi informasi. Pasar dikatakan efisien terhadap suatu sistem
informasi, jika dan hanya jika harga sekuritas bertindak seakan setiap orang mengamati
sistem informasi tersebut (The market is efficient with respect to some specified
information system, if and only if security prices act as if everyone observes the
information system).
Definisi ini secara implisit mengatakan bahwa jika setiap orang mengamati suatu
sistem informasi yang menghasilkan informasi, maka setiap orang dianggap mendapatkan
informasi yang sama. Beaver berargumentasi bahwa jika harga-harga sekuritas
mempunyai properti seperti yang didefinisikannya, maka harga-harga tersebut dikatakan
fully reflect terhadap informasi yang tersedia. Hal ini mempunyai arti bahwa pasar
dikatakan efisien terhadap satu set informasi yang spesifik (dihasilkan dari suatu sistem
informasi) jika harga yang terjadi setelah informasi diterima oleh pelaku pasar sama
dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang mendapatkan set informasi tersebut.
Harga yang terjadi di pasar yang efisien ini disebut “full-information price”.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah wujud nyata kepedulian perusahaan
terhadap masyarakat dan lingkungan. Dimana pebisnis harus menghijaukan perusahaan
dan sistem bisnisnya untuk menekan krisis sosial serta lingkungan. Pebisnis didesak
untuk mengelola bisnis dengan tidak mengeksploitasi masyarakat dan lingkungan secara
serakah, tidak merusak lingkungan, serta tidak menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat saat ini dan generasi selanjutnya.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan saat ini sedang diserukan negara-negara di
dunia termasuk Indonesia. Jika dilihat dari sudut pandang teori HPE tanggung jawab
sosial dan lingkungan merupakan informasi yang diperlukan oleh pelaku pasar. Tanggung
jawab perusahaan terhadap lingkungan atau yang dikenal Corporate Environmental
Responsibility (CER) memainkan peran penting dalam bisnis saat ini dan ke depan,
karena krisis lingkungan yang dihadapi saat ini mengancam setiap orang dimana pun, hari
ini dan hari esok. Ini merupakan himbauan bagi semua orang agar segera melakukan
perubahan-perubahan kecil dan konsisten dalam hal cara terbaik menerima produk yang
berkualitas, murah dan ramah lingkungan. Tanggung jawab lingkungan bukan sekedar
bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup melalui kegiatan menarik seperti yang
dilakukan oleh CSR, tetapi bagaimana melaksanakan kegiatan produksi, pemasaran dan
sistem akuntansi berbasis pada lingkungan.
Sistem akuntansi yang berbasis pada lingkungan atau yang disebut pula green
accounting menurut Lako (2014) merupakan proses untuk mendorong dan menjadikan
proses akuntansi serta outputnya lebih ramah lingkungan atau lebih ramah terhadap
transaksi-transaksi atau peristiwa sosial dan lingkungan, di samping transaksi atau
peristiwa-peristiwa keuangan. Dengan kata lain paradigma ini menganjurkan bahwa
fokus dari proses akuntansi tidak hanya tertuju pada transaksi-transaksi keuangan untuk
menghasilkan laporan keuangan agar bisa diketahui laba/rugi (profit/loss) entitas
korporasi, tetapi juga pada transaksi-transaksi atau peristiwa sosial (people) dan
lingkungan (planet) sehingga diketahui juga informasi akuntansi sosial dan lingkungan.
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 23
Dengan kata lain kinerja tanggung jawab lingkungan (environmental performance)
dan pengungkapan tanggung jawab lingkungan (environmental disclosure) sesuai dengan
teori Hipotesis Pasar Efisien (HPE) idealnya berpengaruh positif terhadap return saham.
Perusahaan akan mendapat manfaat ekonomi berupa apresiasi dari komunitas investor,
kreditor, pemasok dan konsumen semakin meningkat sehingga meningkatkan nilai aset
dan nilai saham.
Namun menurut Lako (2014) hingga saat ini akuntansi masih cenderung
konservatif dalam menghadapi ketidakpastian serta perubahan lingkungan ekonomi dan
bisnis yang kian cepat. Pertama, akuntansi cenderung memfokuskan pada kebutuhan
informasi stakeholder dominan yang memberi kontribusi dalam penciptaan nilai
perusahaan. Sementara masyarakat dan lingkungan dianggap bukan stakeholder dominan
karena tidak memberi kontribusi nyata bagi penciptaan kinerja dan nilai perusahaan.
Kedua, akuntansi hanya memproses dan melaporkan informasi yang material dan bisa
terukur nilainya. Informasi sosial dan lingkungan dianggap tidak material dan sulit diukur
nilainya sehingga sulit dilaporkan dalam laporan akuntansi. Ketiga, akuntansi
mengadopsi asumsi entity sehingga perusahaan diperlakukan sebagai entitas yang terpisah
dari pemiliknya. Jika transaksi tidak secara langsung memengaruhi nilai korporasi, maka
diabaikan dalam pelaporan. Pengorbanan sumber daya ekonomi korporasi untuk biaya
CER dinilai tidak memberi kontribusi ekonomi secara langsung terhadap nilai perusahaan
sehingga dilaporkan sebagai beban usaha.
Saat ini calon investor tidak hanya melihat informasi suatu perusahaan dari kinerja
keuangannya saja seperti profitabilitas. Calon investor juga akan melihat environmental
performance dari suatu perusahaan karena environmental performance mencerminkan
kelangsungan perusahaan secara persisten dan berkelanjutan (sustainable) dalam jangka
panjang. Hal ini sangat penting sebelum calon investor memutuskan untuk berinvestasi
pada suatu perusahaan.
Sejumlah riset melaporkan bahwa dalam jangka panjang kepedulian perusahaan
pada isu-isu tanggungjawab sosial dan lingkungan justru berdampak positif. Dimana
tanggungjawab sosial dan lingkungan dapat meningkatkan kinerja keuangan dan nilai
bisnis perusahaan, serta meningkatkan harga pasar atau Market Value Added (MVA)
perusahaan secara signifikan. Di samping itu akan meningkatkan citra, reputasi, brand,
dan goodwill perusahaan. Juga akan menurunkan risiko bisnis, risiko keuangan, dan
risiko politis serta meningkatkan prospek perusahaan.
Fenomena yang berkembang bahwa calon investor dan investor melihat serta
mempertimbangkan kinerja lingkungan perusahaan sebelum memutuskan untuk
berinvestasi. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah perusahaan peserta Proper
dari tahun 2002-2015:
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 24
Sumber: PROPER Kementerian Lingkungan Hidup (2016)
Gambar 1. Perkembangan jumlah perusahaan peserta PROPER
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) merupakan salah
satu upaya program unggulan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang berupa
kegiatan pengawasan dan pemberian kepada penanggungjawab usaha atau kegiatan
untuk mendorong ketaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui
instrumen informasi. Dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diarahkan untuk: 1)
mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui insentif
dan disinsentif reputasi, dan 2) mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja
lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production).
Di samping fenomena tersebut di atas dari hasil sejumlah riset antara lain
Fitriani (2013), Suratno (2006) dan Aniela (2012) menunjukkan bahwa
tanggungjawab sosial dan lingkungan berdampak positif bagi perusahaan. Namun di
sisi lain hasil penelitian Naratama (2013) menunjukkan bahwa Environmental
Performance tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Perbedaan
hasil penelitian sebelumnya membuat penulis menarik untuk melaksanakan penelitian
ini.
PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN
Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan
Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan
sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat
membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2015). Prinsip
signalling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini
disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric information adalah kondisi
dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya,
pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymetric information ini bervariasi dari
sangat tinggi ke sangat rendah. Oleh sebab itu, faktor keadaan dan posisi perusahaan
harus dimasukkan ke dalam tahapan berupa siklus hidup perusahaan, sehingga dengan
lebih memahami posisi tahap siklus hidup perusahaan, pengguna laporan keuangan dapat
menentukan informasi akuntansi yang selayaknya dipakai.
Penelitian yang menjelaskan tentang pengaruh kinerja lingkungan terhadap
pengungkapan lingkungan adalah penelitian Suratno, dkk. (2006). Penelitian tersebut
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 25
membuktikan secara empiris bahwa environmental performance berpengaruh terhadap
environmental disclosure. Hasil ini konsisten dengan penjelasan discretionary disclosure
theory bahwa pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa mengungkapkan performance
mereka menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Hasil penelitian Kerr, SG (2008)
merekomendasikan beberapa perubahan ke kebijakan akuntansi perusahaan dengan
memasukkan unsur manfaat sosial profesional bertanggungjawab dengan mempersiapkan
biaya institusi dan sistem akuntansi keuangan. Hasil penelitian Hernadi, BH (2012)
menyatakan bahwa perlu dilakukan transformasi green accounting, dari akuntansi bisnis
yang bersumber dari penjelasan ke dalam keberlangsungan sistem akuntansi.
Kinerja lingkungan (environmental performance) adalah kinerja perusahaan dalam
menciptakan lingkungan yang baik (green). Lingkungan yang baik (green) merupakan
wujud tanggung jawab sosial dan lingkungan korporasi serta usaha untuk menyajikan
laporan akuntansi yang lengkap termasuk di dalamnya peristiwa-peristiwa sosial dan
lingkungan yang menjadi pilar dasar bisnis. Suatu perusahaan apabila memiliki kinerja
lingkungan yang baik pasti akan mendisclosurekan hal tersebut ke publik. Hal ini
menunjukkan jika kinerja lingkungan baik maka pengungkapan lingkungan juga akan
baik.
H1 : Kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan
Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Return Saham
Teori signalling merupakan teori fundamental dari penelitian ini. Penelitian
yang menjelaskan tentang pengaruh kinerja lingkungan terhadap return saham adalah
penelitian Suratno, dkk. (2006) dan Fitriani (2013). Penelitian Suratno, dkk. (2006)
menyimpulkan bahwa environmental performance berpengaruh secara positif
signifikan terhadap economic performance (return saham). Fitriani (2013) Penelitian
tersebut membuktikan secara empiris bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik
kinerja lingkungan maka akan direspon positif oleh investor melalui fluktuasi harga
saham perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dimana
dalam fluktuasi harga saham tersebut terkandung return saham baik itu return positif
maupun return negatif.
Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan (environmental performance)
yang baik merupakan suatu good news bagi investor dan calon investor. Kinerja
lingkungan dari suatu perusahaan akan mencerminkan kelangsungan perusahaan
tersebut secara persisten dan berkelanjutan (sustainable) dalam jangka panjang. Hal
ini akan berpengaruh terhadap harga pasar sehingga akan meningkatkan return saham.
H2 : Kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap return saham.
Pengaruh Pengungkapan Lingkungan terhadap Return Saham
Fama (1970) yang mengemukakan teori Hipotesis Pasar Efisien (HPE) atau
efficient market hypothesis (EMH) dan disempurnakan oleh Beaver (1989)
menyatakan bahwa pasar dikatakan efisien terhadap satu set informasi yang spesifik
(dihasilkan dari suatu sistem informasi) jika harga yang terjadi setelah informasi
diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang
mendapatkan set informasi tersebut. Harga yang terjadi di pasar yang efisien ini
disebut dengan “full-information price”.
Suratno, dkk (2006) menyimpulkan bahwa environmental performance
berpengaruh positif signifikan terhadap environmental disclosure, serta environmental
performance juga berpengaruh secara positif signifikan terhadap economic
performance. Penelitian Aniela (2012) membuktikan secara empiris bahwa
environmental disclosure berpengaruh terhadap economic performance atau kinerja
keuangan perusahaan. Dengan adanya environmental disclosure maka kinerja
keuangan suatu perusahaan akan terlihat dengan jelas.
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 26
Pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) adalah pengungkapan
informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan.
Dengan adanya pengungkapan lingkungan maka calon investor lebih mudah menilai
suatu perusahaan mempunyai kinerja yang baik atau tidak sebelum memutuskan untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut.
H3 : Pengungkapan lingkungan berpengaruh positif terhadap return saham.
Pengaruh Pengungkapan Lingkungan dalam Memediasi Hubungan antara
Kinerja Lingkungan dengan Return Saham
Model ini menggunakan konsep teori signalling dan teori Hipotesis Pasar
Efisien (HPE). Suratno, dkk (2006) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa
environmental performance berpengaruh secara positif signifikan terhadap
environmental disclosure, serta environmental performance juga berpengaruh secara
positif signifikan terhadap economic performance. Penelitian Fitriani (2013)
membuktikan secara empiris bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik kinerja
lingkungan maka akan direspon positif oleh investor melalui fluktuasi harga saham
perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dimana dalam
fluktuasi harga saham tersebut terkandung return saham baik itu return positif
maupun return negatif. Selanjutnya penelitian yang menjelaskan tentang pengaruh
pengungkapan lingkungan terhadap return saham adalah penelitian Aniela (2012).
Penelitian tersebut membuktikan secara empiris bahwa environmental disclosure
berpengaruh terhadap economic performance atau kinerja keuangan perusahaan.
Dengan adanya environmental disclosure maka kinerja keuangan suatu
perusahaan akan terlihat dengan jelas. Dari penelitian tersebut maka terdapat tendensi
bahwa pengungkapan lingkungan dapat memediasi kinerja lingkungan dengan return
saham.Perusahaan yang berorientasi pada kinerja lingkungan (environmental
performance) mempunyai kewajiban atau bentuk pertanggungjawaban dalam bentuk
pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) yang pada akhirnya akan
memediasi hubungan antara kinerja lingkungan dengan return saham. Kinerja
lingkungan (environmental performance) suatu perusahaan yang diungkapkan dengan
pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) akan memberikan pengaruh
terhadap return saham. Dimana dengan adanya pengungkapan lingkungan maka akan
memengaruhi hubungan kinerja lingkungan terhadap return saham.
Farouk, et al. (2012) menyimpulkan bahwa akuntansi manajemen yang berbasis
lingkungan dapat mendukung pengambilan keputusan perusahaan ke arah kinerja
lingkungan melalui struktur, penilaian kerugian dari dukungan pengambilan keputusan
yang efektif, bauran produksi, strategi dan investasi masa depan.
H4 : Pengungkapan lingkungan memediasi hubungan antara kinerja lingkungan
dengan return saham
METODE PENELITIAN
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder mengenai kinerja
lingkungan perusahaan manufaktur peserta PROPER yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia yang bersumber dari Kantor Kementerian Lingkungan Hidup (KLH),
pengungkapan lingkungan menggunakan data yang bersumber dari laporan tahunan,
dan return saham tahunan mengambil data pada web Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dokumentasi.
Sampel diambil secara purposif perusahaan peserta PROPER berturut-turut tahun
2013-2015 yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia dan menyampaikan secara lengkap
laporan tahunan yakni sejumlah 21 perusahaan. Variabel dioperasionalisasi sebagai
berikut:
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 27
1. Kinerja Lingkungan (Environmental Performance)
Kinerja lingkungan (environmental performance) adalah kinerja
perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green). Kinerja
lingkungan perusahaan diukur dari prestasi perusahaan dalam mengikuti
PROPER yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Sistem peringkat
kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaaan dalam lima (5) warna
yang diberi skor secara berturut-turut. Sistem penilaian yang diatur berdasarkan
sistem gugur. Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan
perusahaan dalam lima (5) warna yang akan diberi skor dari yang terendah 1
untuk hitam, 2 untuk merah, 3 untuk biru, 4 untuk hijau dan yang tertinggi 5
untuk emas.
2. Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure)
Pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) adalah
pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan
tahunan perusahaan. Pengungkapan lingkungan perusahaan diukur dengan
disclose-scoring yang diperoleh dari analisis laporan keuangan dengan
menggunakan indikator menurut Global Reporting Initiatives (GRI). Adapun
indikator tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Indikator yang digunakan
hanya sebatas indikator pengungkapan lingkungan, yaitu 30 indikator dari
total indikator GRI.
3. Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return yang
digunakan dalam penelitian ini berupa return ekspektasi untuk aktiva tunggal,
dimana digunakan untuk mengetahui seberapa besar reaksi pasar terhadap
suatu informasi dari suatu pengumuman. Return ekspektasi dalam penelitian
ini diperoleh dari rata-rata return realisasi periode bulanan. Adapun rumus
return realisasi yang digunakan menurut Hartono (2015) yaitu:
Return Saham =
1-tP
1-tP
tP
dimana Pt merupakan harga pada akhir bulan, Pt-1 adalah harga pada akhir
bulan periode sebelumnya. Return bulanan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah bulan Januari sampai dengan Juni.
Sebelum data dianalisis terlebih dahulu perlu dipenuhi asumsi-asumsi
klasiknya. Pengujian gejala asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis regresi
memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas menggunakan rumus
Kolmogorov Smirnov-Z, uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser, uji
autokorelasi menggunakan Runs Test. Setelah asumsi terpenuhi barulah analisis
data dilakukan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur.
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 28
HASIL PENELITIAN
Uji Persyaratan Statistik
a. Uji normalitas
Hasil uji normalitas menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Output SPSS untuk One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z 0,949
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,328
Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika memiliki probabilitas lebih
besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data dalam penelitian
ini mempunyai nilai residu yang terdistribusi normal dimana probabilitas sebesar
0,328>0,05.
b. Uji heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan metode Glejser diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 2. Output SPSS untuk Uji Glejser
Unstandardized Coefficients
-t Sig. B Std. Error
(Constant) 0,053 0,022 2,428 0,018
PROPER -0,006 0,008 -0,747 0,458
DISCLOSURE 0,010 0,036 0,289 0,774
Berdasarkan output tersebut diketahui bahwa jalur tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas. Hal ini karena nilai probabilitas baik variabel kinerja
lingkungan (t=-0,747, prob.=0,458) maupun pengungkapan lingkungan (t=0,289,
prob.=0,774) keduanya lebih besar dari 0,05.
c. Uji autokorelasi
Menggunakan pengujian Runs Test diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Output SPSS untuk Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -0,00570
Cases < Test Value 31
Cases >= Test Value 32
Total Cases 63
Number of Runs 26
Z -1,650
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,099
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 29
Dari kriteria pengujian autokorelasi menunjukkan perolehan nilai Z sebesar
-1,650 dengan probabilitas sebesar 0,099>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
model dari jalur terbebas dari permasalahan autokorelasi.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
a. Analisis Jalur
Hasil analisis korelasi antara kinerja lingkungan dengan return saham
adalah sebesar 0,142, pengungkapan lingkungan dengan return saham sebesar
0,359 (pada taraf signifikan 0,01) dan korelasi antara kinerja lingkungan dengan
pengungkapan lingkungan sebesar 0,619 (pada taraf signifikan 0,01). Jadi terlihat
bahwa korelasi terbesar yaitu antara kinerja lingkungan dengan pengungkapan
lingkungan.
Tabel 4. Output SPSS untuk determinasi
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,373a 0,139 0,111 0,04839
Berdasarkan data tersebut maka dapat diperoleh nilai R2=0,139 dan
determinasi sebesar 13,90%. Hal ini berarti bahwa keberadaan variabel kinerja
lingkungan dan pengungkapan lingkungan hanya mampu menjelaskan variasi naik
turunnya return saham sebesar 13,90%. Sisanya sebesar 86,10 dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Korelasi dari nilai residu dengan return saham adalah
sebesar 0,928. Jika dilihat dari koefisien korelasi tersebut, maka terlihat bahwa
hubungan antara besarnya nilai residu dengan return saham adalah sangat kuat. Hal
ini berarti masih banyak faktor-faktor di luar model yang perlu diteliti lebih lanjut.
Tabel 5. Output SPSS untuk uji Anova
ANOVA
Model
Sum of
Squares -df Mean Square F Sig.
1 Regression 0,023 2 0,011 4,851 0,011*
Residual 0,140 60 0,002
Total 0,163 62 *
Signifikan pada taraf 0,05 (uji 1 sisi)
Melalui Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil uji Anova diperoleh nilai
F=4,851 dengan probabilitas sebesar 0,011<0,05 yang berarti bahwa model analisis
jalur adalah tepat/andal dan signifikan.
Setelah dapat diketahui bahwa model adalah tepat/andal, maka barulah
menyusun persamaan struktural dengan menyajikan tampilan koefisien regresi
sebagai berikut:
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 30
Tabel 6. Output SPSS untuk koefisien regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
-t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,018 0,034 0,518 0,606
PROPER -0,011 0,013 -0,129 -0,849 0,399
DISCLOSU
RE
0,162 0,056 0,439 2,880 0,006*
a. Dependent Variable: RETURN *
Signifikan pada taraf 0,05 (uji 1 sisi)
Bentuk persamaan struktural untuk diagram jalur yaitu:
X3 = -0,129X1+0,439 X2 + 0,928e
Hubungan struktural antara kinerja lingkungan dengan return saham adalah
sebesar -0,129 (bertanda negatif), pengungkapan lingkungan dengan return saham
adalah sebesar 0,439 (bertanda positif), dan nilai residu dengan return saham
adalah sebesar 0,928 (bertanda positif).
Diagram jalur hubungan struktural kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan
dan return saham sebagai berikut:
\
Gambar 2 Hubungan struktural kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan dan
return saham
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 31
1) Pengaruh X terhadap Y
Pengaruh langsung: (-0,129) x (-0,129) = 1,66%
Pengaruh tidak langsung: (-0,129) x (0,619) x (0,439) = -3,51%
Pengaruh total: (1,66%) + (-3,51%) = -1,84%
Pengungkapan lingkungan (disclosure) tidak dapat memediasi hubungan antara kinerja
lingkungan dengan return saham, karena pengaruh langsung lebih besar dari pengaruh tidak
langsung.
2) Pengaruh Z terhadap Y
Pengaruh langsung: (0,439) x (0,439) = 19,27%
Pengaruh tidak langsung: (0,439) x (0,619) x (-0,129) = -3,51%
Pengaruh total: (19,27) + (-3,51%) = 15,77%
Informasi mengenai PROPER tidak dapat memediasi hubungan antara pengungkapan
lingkungan dengan return saham, karena pengaruh langsung lebih besar dari pengaruh tidak
langsung.
b. Pengujian hipotesis
1) Hipotesis 1
Nilai ρZX=0,619 dengan probabilitas 0,000<0,05 yang berarti koefisien jalur mengenai
pengaruh kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan adalah signifikan,
sehingga hipotesis pertama didukung atau diterima secara empiris.
2) Hipotesis 2
Nilai ρYX = -0,129. Hasil uji t diperoleh nilai tYX sebesar -0,849 dengan probabilitas
0,399>0,05 yang berarti koefisien jalur mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap
return saham adalah tidak signifikan, sehingga hipotesis kedua tidak terbukti secara
empiris.
3) Hipotesis 3
Nilai ρYZ = 0,439. Hasil uji t diperoleh nilai tYZ sebesar 2,880 dengan probabilitas
0,006<0,05 yang berarti koefisien jalur mengenai pengaruh pengungkapan lingkungan
terhadap return saham adalah signifikan, sehingga hipotesis ketiga didukung atau diterima
secara empiris.
4) Hipotesis 4
Besarnya pengaruh langsung kinerja lingkungan terhadap return saham adalah sebesar
1,66% sedangkan pengaruh tidak langsungnya sebesar -3,51%. Karena pengaruh
langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung maka dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan lingkungan tidak memediasi hubungan antara kinerja lingkungan dengan
return saham, sehingga hipotesis keempat tidak terbukti secara empiris.
PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai poin-poin penting hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Kinerja lingkungan berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan
Hasil analisis jalur membuktikan secara empiris bahwa kinerja lingkungan berpengaruh
terhadap pengungkapan lingkungan. Hasil penelitian ini memperkuat teori signalling yang
menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal
pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas
baik dan buruk (Hartono, 2015).
Penelitian ini juga berhasil memperkuat kembali penelitian Suratno, dkk. (2006), bahwa
environmental performance berpengaruh terhadap environmental disclosure. Hasil ini konsisten
dengan penjelasan discretionary disclosure theory bahwa pelaku lingkungan yang baik percaya
bahwa mengungkapkan performance mereka menggambarkan good news bagi pelaku pasar.
Kinerja lingkungan (environmental performance) adalah kinerja perusahaan dalam
menciptakan lingkungan yang baik (green) yang dalam penelitian ini ditunjukkan dalam
peringkat PROPER dari Peringkat Emas (Skor 5) sampai dengan Peringkat Hitam (Skor 1).
Lingkungan yang baik (green) merupakan wujud tanggung jawab sosial dan lingkungan
korporasi serta usaha untuk menyajikan laporan akuntansi yang lengkap termasuk di dalamnya
peristiwa-peristiwa sosial dan lingkungan yang menjadi pilar dasar bisnis. Suatu perusahaan
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 32
apabila memiliki kinerja lingkungan yang baik pasti akan mendisclosurekan hal tersebut ke
publik. Hal ini menunjukkan jika kinerja lingkungan baik maka pengungkapan lingkungan juga
akan baik.
2. Kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap return saham
Hasil analisis jalur menyimpulkan bahwa kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap
return saham. Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan
sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat
membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2015).
Penelitian Fitriani (2013) membuktikan secara empiris bahwa kinerja lingkungan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Namun hasil penelitian ini menolak hasil
penelitian Fitriani (2013) dan justru membuktikan kembali hasil penelitian Naratama (2013)
bahwa Environmental Performance tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Melalui penelitian ini dapat dijelaskan bahwa informasi yang tersedia di bursa sangat
kompleks, sedangkan informasi pemeringkatan PROPER hanya salah satu dari sekian banyak
informasi tersebut, sehingga tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi investor. Dalam
memahami informasi yang tersedia, investor akan lebih jeli. Jika terjadi perbedaan informasi di
pasar maka investor cenderung akan lebih memperhatikan informasi yang tersedia melalui
laporan tahunan perusahaan.
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa masyarakat Indonesia masih belum begitu
memahami tanggungjawab lingkungan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan,
sehingga perusahaan pun terkesan oleh masyarakat hanya sekedar melakukan prosedur formal
pemeringkatan kinerja lingkungan melalui PROPER yang dilakukan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup. Disamping itu juga masyarakat masih menilai birokrasi pemerintah di
Indonesia belum mampu melaksanakan good and clean governance, seperti yang telah
dilakukan oleh negara-negara Eropa. Hal ini ditunjukkan pada banyaknya kasus-kasus
kerusakan lingkungan hidup yang tidak terselesaikan secara tuntas. Dampaknya hasil
pemeringkatan PROPER di Indonesia tidak begitu diperhatikan oleh investor dan calon
investor.
3. Pengungkapan lingkungan berpengaruh terhadap return saham
Hasil analisis jalur menyimpulkan bahwa koefisien jalur mengenai pengaruh
pengungkapan lingkungan terhadap return saham adalah signifikan. Kesimpulannya
pengungkapan lingkungan berpengaruh terhadap return saham.
Teori yang dapat menjelaskan hasil penelitian ini yaitu Fama (1970) yang
mengemukakan teori Hipotesis Pasar Efisien (HPE) atau efficient market hypothesis (EMH) dan
disempurnakan oleh Beaver (1989) menyatakan bahwa pasar dikatakan efisien terhadap satu set
informasi yang spesifik (dihasilkan dari suatu sistem informasi) jika harga yang terjadi setelah
informasi diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang
mendapatkan set informasi tersebut. Harga yang terjadi di pasar yang efisien ini disebut dengan
“full-information price”.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Aniela (2012) bahwa environmental
disclosure berpengaruh terhadap economic performance atau kinerja keuangan perusahaan.
Dengan adanya environmental disclosure maka kinerja keuangan suatu perusahaan akan terlihat
dengan jelas. Pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) adalah pengungkapan
informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan. Dengan
adanya pengungkapan lingkungan maka calon investor lebih mudah menilai suatu perusahaan
mempunyai kinerja yang baik atau tidak sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut.
4. Pengungkapan lingkungan tidak memediasi hubungan antara kinerja lingkungan dengan return
saham
Besarnya pengaruh langsung kinerja lingkungan terhadap return saham adalah sebesar
1,66% sedangkan pengaruh tidak langsungnya sebesar -3,51%. Karena pengaruh langsung lebih
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 33
besar dari pengaruh tidak langsung maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan lingkungan
tidak memediasi hubungan antara kinerja lingkungan dengan return saham.
Penelitian yang menjelaskan tentang pengaruh kinerja lingkungan terhadap return saham
adalah penelitian Fitriani (2013). Penelitian tersebut membuktikan secara empiris bahwa
kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin baik kinerja lingkungan maka akan direspon positif oleh investor
melalui fluktuasi harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Dimana dalam fluktuasi harga saham tersebut terkandung return saham baik itu
return positif maupun return negatif. Selanjutnya penelitian yang menjelaskan tentang
pengaruh pengungkapan lingkungan terhadap return saham adalah penelitian Aniela (2012).
Penelitian tersebut membuktikan secara empiris bahwa environmental disclosure berpengaruh
terhadap economic performance atau kinerja keuangan perusahaan. Dengan adanya
environmental disclosure maka kinerja keuangan suatu perusahaan akan terlihat dengan jelas.
Dari penelitian tersebut maka terdapat tendensi bahwa pengungkapan lingkungan dapat
memediasi kinerja lingkungan dengan return saham.
Perusahaan yang berorientasi pada kinerja lingkungan (environmental performance)
mempunyai kewajiban atau bentuk pertanggungjawaban dalam bentuk pengungkapan
lingkungan (environmental disclosure) yang pada akhirnya akan memediasi hubungan antara
kinerja lingkungan dengan return saham. Kinerja lingkungan (environmental performance)
suatu perusahaan yang diungkapkan dengan pengungkapan lingkungan (environmental
disclosure) akan memberikan pengaruh terhadap return saham. Dimana dengan adanya
pengungkapan lingkungan maka akan memengaruhi hubungan kinerja lingkungan terhadap
return saham.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa informasi yang tersedia pada laporan tahunan
adalah sangat kompleks. Kaitannya dengan isu lingkungan, PROPER hanya merupakan salah
satunya. Jadi meskipun sosialisasi mengenai peringkat PROPER cukup gencar, namun pasar
hanya akan bereaksi sesaat. Pasar cenderung akan fluktuatif terhadap informasi-informasi yang
sifatnya kontinyu seperti inflasi, kurs rupiah, tingkat suku bunga, sedangkan isu lingkungan
akan bereaksi hanya pada saat-saat tertentu dan isu negatif dipublikasikan.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Penelitian ini mernyimpulkan bahwa: (1) kinerja lingkungan berpengaruh terhadap
pengungkapan lingkungan, (2) kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap return saham, (3)
pengungkapan lingkungan berpengaruh terhadap return saham, dan (4) pengungkapan lingkungan
tidak memediasi hubungan antara kinerja lingkungan dengan return saham.
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang ilmu Akuntansi Keuangan.
Dimana hasil penelitian telah membuktikan kebenaran empiris dari teori Signalling dan Hipotesis
Pasar Efisien, mengenai adanya pengaruh pengungkapan lingkungan pada laporan tahunan
terhadap return saham.
Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi stakeholder khususnya calon investor
dan/atau investor yang ingin mengetahui tentang adanya pengaruh pengungkapan lingkungan
terhadap return saham khususnya pada perusahaan manufaktur peserta PROPER yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Di samping itu bagi Pemerintah ini merupakan bukti nyata dari pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perseroan
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2012 tentang pelaksanaan CSR.
Temuan penelitian tidak berpengaruhnya pemeringkatan PROPER terhadap return saham
juga membuktikan bahwa masyarakat Indonesia masih belum begitu memahami tanggungjawab
lingkungan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan, sehingga perusahaan pun
terkesan oleh masyarakat hanya sekedar melakukan prosedur formal pemeringkatan kinerja
lingkungan melalui PROPER yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Disamping itu
juga masyarakat masih menilai birokrasi pemerintah di Indonesia belum mampu melaksanakan
good and clean governance, seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara Eropa. Dampaknya
hasil pemeringkatan PROPER di Indonesia tidak begitu diperhatikan oleh investor dan calon
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 34
investor. Implikasinya pemerintah juga harus membenahi dan mengupayakan terselenggaranya
good and clean governance.
Daftar Pustaka
Al-Rasyid, H. 1996. Path Analysis Alat Analisa Kausal dalam Aplikasi Penelitian. Program
Pascasarjana Universitas Padjajaran, Bandung.
Aniela Y. 2012. Peran Akuntansi Lingkungan dalam Meningkatkan Kinerja Lingkungan dan
Kinerja Keuangan Perusahaan. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1, No. 1,
Januari 2012, hal. 15-19.
Astiti W. 2014. Implementasi Green Accounting Berbasis University Social Responsibility (USR)
di Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Nominal, Vol. 3, No. 2, 2014, hal. 134-149.
Beaver W.H. 1989. Financial Reporting: An Accounting Revolution. Second Edition Englewood
Cliffs: NJ: Prentice-Hall Inc.
Benn S dan D. Bolton. 2011. Key Concepts in Corporate Social Responsibility. First Edition. Sage
Publication Ltd, London.
Elkington J. 2001. The Chrysalis Economy: How Citizen CEOs and Corporations can Fuse Values
and Creation. Capstone Publishing Ltd. United Kongdom.
Fama E.F. 1970. Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work. Journal of
Finance 25, pp. 383-417
Farouk S; J Cherian; J Jacob. 2012. Green Accounting and Management for Sustainable
Manufacturing in Developing Countries. International Journal of Business and
Management, Vol. 7, No. 20, 2012, pp. 36-43.
Fitriani A. 2013. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan
pada BUMN. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No. 1, Januari 2013, hal. 137-148.
Ghozali I. 2007. Manajemen Risiko Perbankan. Universitas Diponegoro, Semarang.
_______. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Undip, Semarang.
Gurarda S; GulsahAtagan; S Guvenc, 2015. Increasing Awareness of the Future Leaders on
Environmental Accounting. International Journal of Advances in Management and
Economics, Vol. 4, Issue 2, March-April 2015, pp. 12-22.
Jones C.P. 1995. Investments Analysis and Management. Fifth Edition. John Wiley & Sons, Inc,
New York NY.
Hartono J. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE, Yogyakarta.
Hernadi B.H. 2012. Green Accounting for Corporate Sustainability. Club of Economics in
Miskolc TMP, Vol. 8, No. 2, 2012, pp. 23-30.
Kennedy J.E. 2009. Era Bisnis Ramah Lingkungan. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Kerr S.G. 2008. Accounting Policy and Carbon Credits. Journal of Business & Economics
Research, Vol. 6, No. 8, August 2008, pp. 77-88.
Kountur R. 2009. Metode Penelitian. Buana Printing, Jakarta.
Lako A. 2011a. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi. Erlangga, Jakarta.
_______. 2011b. Rekonstruksi Paradigma Bisnis dan Akuntansi: Menuju Akuntansi Berkelanjutan.
Buku Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Akuntansi. Unika Soegijapranata, Semarang.
_______. 2014. Green Economy. Menghijaukan Ekonomi, Bisnis, & Akuntansi. Erlangga, Jakarta.
Lleras C. 2005. Path Analysis: Encyclopedia of Social Measurement. Volume 3, 2005. Elsevier
Inc, Pennsylvania.
Murwani R.S. 2007. Statistika Terapan: Teknik Analisis Data. Universitas Muhammadiyah Prof.
Dr. Hamka, Jakarta.
Ross, A.S; R.W. Westerfield, J. Jaffe. 2005. Corporate Finance. Edisi 7. McGrawHill Co, Boston.
Sandjojo N. 2014. Metode Analisis Jalur dan Aplikasinya. Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta.
Singgih, S. 2000. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Andi, Yogyakarta.
Jurnal JEB Volume I No. 2 Desember 2017 35
Suratno I.B; Darsono; S Mutmainah. 2006. Pengaruh Environmental Performance terhadap
Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006.
Weston J.F; Brigham, E.F. 1993. Essentials of Management Finance, 4th ed. The Dryden Press.
Peraturan:
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 47/2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 349 Tahun 2013 tentang Hasil
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun
2012-2013.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 180 Tahun
2014 tentang Hasil Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Tahun 2013-2014.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 557 Tahun
2015 tentang Hasil Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Tahun 2014-2015