Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas...
-
Upload
truongkhue -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas...
177
Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap
Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir
Di Kecamatan Langsa Lama
Influence of Disaster Management Education on Community Preparedness
Facing Flood Disaster In Langsa Lama District
Nuswatul Khaira dan T. Iskandar Faisal
Prodi Keperawatan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh
Email: [email protected]
Abstrak: Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak
pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa
dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Tujuan umum penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi manajemen bencana (Disaster
Management) berbasis komunitas terhadap kesiapsiagaan masyarakat menghadapi
bencana banjir di Kecamatan Langsa Lama. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode quasi experiment dimana teknik yang digunakan adalah
one group pre test-post test design. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah
tiga desa di Kecamatan Langsa yang sering mengalami bencana banjir yaitu
Seulalah, Sidodadi dan Sidorejo. Berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan bahwa
edukasi tentang manajemen bencana mampu mempengaruhi sikap dan pengetahuan
responden dengan p-value = 0,000, kebijakan dengan p-value = 0,000, rencana
tanggap darurat dengan p-value = 0,000, sistem peringatan dini dengan p-value =
0,000 dan mobilisasi sumberdayadengan p-value 0,000 serta indeks kesiapsiagaan
dengan p-value = 0,000. Edukasi tentang manajemen bencana berbasis komunitas
mampu meningkatkan indeks kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir.
Kata kunci : Edukasi, manajemen bencana, kesiap-siagaan, banjir
Abstract: Various disasters that have occurred in Indonesia provide a lot of learning
for the people of Indonesia and the world that the number of casualties and property
in the disaster occurred due to lack of knowledge and unpreparedness of society in
anticipating the disaster. The general objective of this study is to investigate the effect
of community-based Disaster Management education on community preparedness for
flood disaster in Langsa. The method used in this research is quasi experiment
method where the technique used is one group pre test-post test design. The location
chosen in this research is three villages in Langsa Subdistrict which often experience
flood disaster that is Seulalah, Sidodadi and Sidorejo. Based on the Wilcoxon test it
was found that education on disaster management was able to influence attitudes and
knowledge of respondents with p-value = 0,000, p-value = 0,000, emergency response
plan with p-value = 0,000, early warning system with p-value = 0,000 and resource
mobilization with p-value 0,000 and index of preparedness with p-value = 0,000.
Education on community-based disaster management can improve the community
preparedness index in the face of floods.
Keywords : Education, disaster management, preparedness, flood
178 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap…
PENDAHULUAN
Berbagai bencana yang telah
terjadi di Indonesia memberikan banyak
pembelajaran bagi masyarakat
Indonesia dan dunia bahwa banyaknya
korban jiwa dan harta benda dalam
musibah tersebut terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan
ketidaksiapan masyarakat dalam
mengantisipasi bencana. Disamping itu,
kejadian-kejadian bencana tersebut
semakin menyadarkan banyak pihak
tentang pentingnya perencanaan dan
pengaturan dalam penanggulangan
bencana1.
Indonesia memiliki potensi
munculnya kegawatdaruratan bencana.
Namun hingga kini manajemen
kebencanaan dan upaya untuk
mengurangi frekuensi serta besarnya
bencana masih sangat sulit dilakukan.
Di samping itu, minimnya pengadaan
pendidikan bencana di berbagai
universitas, juga menjadi faktor
keterlambatan sistem manajemen
bencana di Indonesia. Disisi lain, hal
yang paling mungkin dilakukan untuk
menurunkan risiko bencana hingga saat
ini juga masih berkaitan dengan sistem
penanganan cepat, tersistem dan
terpadu, yang ditujukan agar jumlah
korban jiwa, kerusakan lingkungan, dan
kerugian harta benda yang ditimbulkan
bisa dikurangi2,3.
Upaya penanganan bencana pada
saat ini, mengalami perubahan
paradigma maupun tindakan.
Penanganan bencana sesuai dengan UU
No. 25 tahun 2007, menitikberatkan
pada partisipasi masyarakat dalam
penanggulangan bencana. Jadi
masyarakat bukan hanya sekedar
menjadi korban/objek dari bencana
namun juga sebagai pelaku dari
penanggulangan bencana. Metode yang
tepat dalam penanganan bencana
sekarang ini adalah Kesiapsiagaan
Bencana berbasis masyarakat
(KBBM/CBDP = Community Base
Disaster Preparedness). KBBM adalah
program berbasis masyarakat yang
mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan diri
dalam mencegah serta mengurangi
dampak dan resiko bencana yang terjadi
lingkungannya. KBBM diterapkan
karena masyarakat sebagai pihak yang
terkena dampak bencana, harus
diberdayakan dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai, sehingga
mampu melakukan upaya upaya
penanganan dampak bencana dan
pengurangan resiko2.
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 179
Manajemen bencana adalah sebuah
proses yang terus menerus dimana
pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat sipil merencanakan dan
mengurangi pengaruh bencana,
mengambil tindakan segera setelah
bencana terjadi, dan mengambil
langkah-langkah untuk pemulihan. Hal
ini merupakan proses penting dalam
menyikapi dalam pengambilan tindakan
dan penyelesaian pasca bencana. Oleh
karena itu, Proses lintas sektoral yang
terintegrasi dan berkelanjutan dalam
rangka mencegah dan mengurangi
akibat bencana, meliputi mitigasi,
kewaspadaan, tanggapan terhadap
bencana serta upaya pemulihan4.
Bencana banjir yang sering terjadi
di Provinsi Aceh dipengaruhi curah
hujan yang tinggi dan faktor kerusakan
lingkungan seperti kurangnya daerah
resapan air, maupun sarana dan
prasarana lingkungan yang kurang
berfungsi dengan baik. Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
(BPBA) juga memetakan terdapat 19
daerah yang membutuhkan perhatian
khusus karena berada di bawah
ancaman bencana banjir. Sedangkan
potensi longsor dan banjir bandang di
Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh
Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues.
Diantara 19 daerah tersebut, salah
satunya adalah Kota Langsa5.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah metode
quasi experiment dimana teknik yang
digunakan adalah one group pre test-
post test design.
Lokasi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah tiga desa di
Kecamatan Langsa yang sering
mengalami bencana banjir yaitu
Seulalah, Sidodadi dan Sidorejo.
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh KK yang rumahnya
mengalami banjir di tiga desa yang
dilakukan penelitian yaitu berjumlah 66
KK.
Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui tahap : observasi,
wawancara dan kuesioner/angket.
Edukasi dilakukan secara bertahap di
tiga desa yang dimulai di Desa
Seulalah, Sidodadi dan Sidorejo.
Masing-masing Desa membutuhkan
waktu penelitian maksimal ± 17 hari
yaitu seminggu pertama untuk pre test,
3 hari untuk edukasi dan seminggu
terakhir untuk posttest.
180 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian quasi eksperiment dengan
mengukur variabel terkait dua kali pada
saat sebelum dan setelah edukasi pada
66 responden
Hasil penelitian lain menunjukkan
tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi banjir di Desa Bendungan
tergolong pada kategori “kurang siap”
yaitu dengan rata-rata skor dari nilai
keseluruhan responden yang
menunjukkan angka 10,75. Persentase
responden yang memiliki kategori siap
sebesar 32,89 persen, kategori kurang
siap sebesar 63,16 persen, dan kategori
tidak siap sebesar 3,95 persen. Dusun
Bonosari memiliki tingkat
kesiapsiagaan masyarakat lebih siap
diantara ketiga dusun lainnya dengan
rata-rata skor 11,2814.
Tabel 1: Perbedaan nilai pada variabel sebelum dan setelah edukasi
dilakukan
Variabel Pretest Posttest
Pengetahuan 4,86 ± 1,357 6,515 ± 0,769
Kebijakan 1,197 ± 0,706 1,515 ± 0,684
Rencana Tanggap Darurat 9,030 ± 2,844 10,727 ± 3,353
Sistem Peringatan Dini 1,469 ± 1,011 1,954 ± 1,294
Mobilisasi SDM 3,333 ± 1,591 4,545 ± 2,076
Indeks Kesiap-siagaan 400,985 ± 85,469 521,136 ± 100,563
Keterangan :
Data yang disajikan dalam mean ranks ± SD, statistik dengan uji Wilcoxon
Semua Variabel menunjukkan perbedaan yang signifikan p<0,05
Berdasarkan uji Wilcoxon Sign
Rank terdapat perbedaan yang
bermakna antar nilai pengetahuan dan
sikap responden sebelum edukasi
dengan setelah edukasi diberikan
dengan p-value = 0,000 lebih kecil
daripada α = 0,05 (p<0,05). Terdapat
perbedaan yang bermakna antara
kebijakan yang dimiliki rsponden
sebelum edukasi dengan setelah edukasi
diberikan yaitu dengan p-value = 0,000
lebih kecil daripada α = 0,05 (p<0,05).
Berdasarkan uji Wilcoxon Sign
Rank diatas terdapat perbedaan yang
bermakna antar nilai sistem peringatan
dini sebelum edukasi dengan setelah
edukasi diberikan dengan p-value =
0,000 lebih kecil daripada α = 0,05
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 181
(p<0,05). Terdapat perbedaan yang
bermakna antar nilai mobilisasi dini
sebelum edukasi dengan setelah edukasi
diberikan dengan p-value = 0,000 lebih
kecil daripada α = 0,05 (p<0,05).
terdapat perbedaan nilai rata-rata indeks
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi
bencana banjir antara sebelum edukasi
(400,985) dan setelah edukasi (521,136)
dengan nilai korelasi 0,797 (0,000).
Hasil uji paired T test menunjukkan
terdapat perbedaan bemakna antara
nilai rata-rata sebelum dan sesudah
edukasi tentang manajemen bencana
berbasis komunitas diberikan. Hal ini
ditunjukkan dengan p-value = 0,000 (p-
value<0,005).
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini edukasi
memberi pengaruh terhadap
pengetahuan dan sikap responden
seacar signifikan. Mayoritas responden
bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang dasar bencana seperti
pengertian bencana, kejadian alam,
penyebab banjir, ciri-ciri banjir dan apa
yang harus dilakukan ketika banjir.
Untuk item pertanyaan pertimbangan
resiko bencana sebelum membangun
rumah, rata-rata responden menjawab
‘ya’ yang berati responden sudah
mempertimbangkan resiko banjir
sebelum rumah. Namun beberapa
responden tetap membangun rumah di
lokasi tersebut karena sudah memiliki
tanah warisan, ekat dengan keluarga
dan tanah kelahirannya. Pengetahuan
terhadap bencana merupakan alasan
utama seseorang untuk melakukan
kegiatan perlindungan atau upaya
kesiapsiagaan yang ada. Indikator
pengetahuan dan sikap individu/rumah
tangga merupakan pengetahuan dasar
yang semestinya dimiliki oleh individu
meliputi pengetahuan tentang bencana,
penyebab dan gejala-gejala, maupun
apa yang harus dilakukan bila terjadi
banjir.
Hasil penelitian lain
membuktikan bahwa tanpa sosialisasi,
edukasi atau informasi maka
pengetahuan masyarakat akan rendah.
Hal ini ditunjukkan dengan penelitian
di Purbalingga yaitu pengetahuan
masyarakat dalam mitigasi bencana saat
banjir kategori rendah sebanyak 20
orang atau 35,7%, kategori sedang
sebanyak 35 orang atau 62,5% dan
kategori tinggi sebanyak 1 orang atau
1,79. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat dalam mitigasi
bencana saat banjir kategori sedang
karena belum pernah ada sosialisasi
182 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...
untuk penanggulangan bencana banjir
selain itu belum dibangunnya posko
serta sarana-prasarana lainnya saat
terjadi banjir. Saat terjadi banjir mereka
tidak langsung mengungsi tetapi
melihat ketinggian banjir, apabila
ketinggian air masih kurang dari 60 cm
mereka tetap tinggal dirumah, tetapi
apabila sudah melebihi 60 cm mereka
mengungsi ke tempat tinggal yang tidak
terkena banjir atau ke tetangga
terdekat6.
Hasil peneltian yang dilakukan
oleh Ambarika R (2016) menyatakan
bahwa pengetahuan, informasi dan cara
penanggulangan bencana yang
diberikan peneliti melalui pemberian
edukasi tentang manajemen bencana
berbasis komunitas, dapat
meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan kemampan responden
dalam penanggulangan bencana serta
meningkatkan motivasi untuk kepada
orang lain untuk melakukan
penanggulangan bencana secara tepat.
Setelah mendapatkan edukasi dan
simulasi manajemen bencana responden
merasa empati dan ingin dapat terjun
langsung membantu korban bencana.
Oleh Karena itu fungsi edukasi dan
simulasi manajemen bencana sebagai
salah satu media terbaik untuk
mempersiapkan masyarakat agar siap
menghadapi bencana7.
Kebijakan kesiapsiagaan berupa
kesepakatan keluarga mengenai tempat
evakuasi dalam situasi darurat,
kesepakatan keluarga untuk melakukan
atau berpartisipasi dalam simulasi
evaluasi. Berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa kesiapan
menghadapi bencana ini seringkali
terabaikan pada masyarakat yang belum
memiliki pengalaman langsung dengan
bencana, menumbuhkan sikap dan
pengetahuan dalam menghadapi
bencana ini semakin menjadi bagian
penting khususnya di negara yang
seringkali dilanda bencana seperti
Indonesia8.
Perilaku manusia merupakan hasil
dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Sesuai juga dengan pendapat
bahwa Pengetahuan terkait dengan
persiapan menghadapi bencana pada
kelompok rentan bencana menjadi
fokus utama dalam membuat kebijakan
langkah apa yang harus diambil ketika
bencana terjadi8.
Untuk kebijakan keluarga terkait
kesiapsiagaan bencana, mayoritas
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 183
responden menjawab sudah terdapat
kesepakatan dalam keluarga kemana
akan evakuasi jika terjadi bencana. Saat
terjadi bencana, sebagian besar
masyarakat akan evakuasi ke dataran
tinggi/bukit/sawah yang dekat dengan
lokasi tempat tinggal mereka. Di desa
Sidodadi yang lokasi permukimannya
cukup dekat dengan Universitas
Samudera, sebagian besar masyarakat
akan mengungsi ke Universitas tersebut
jika banjir melanda. Sedangkan
masyarakat yang tinggal di Kelurahan
Seulalah dan siderejo, mereka jarang
mengungsi kecuali jika banjir sudah
mencapai dua meter. Sementara itu,
untuk kesediaan mengikuti simulasi
evakuasi jika nanti pemerintah setempat
mengadakan kembali, mayoritas
rensponden menyatakan sepakat dan
bersedia untuk mengikutinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa edukasi yang diberikan oleh
peneliti dapat meningkatkan
kemampuan responden dalam
menyusun rencana tanggap darurat
ketika banjir terjadi. Rencana tanggap
darurat adalah suatu rencana yang
dimiliki oleh individu atau masyarakat
dalam menghadapi keadaan darurat di
suatu wilayah akibat bencana alam.
Rencana tanggap darurat sangat penting
terutama pada hari pertama terjadi
bencana atau masa dimana bantuan dari
pihak luar belum datang.
Di Indonesia, masih banyak
penduduk yang menganggap bahwa
bencana itu merupakan suatu takdir.
Pada umumnya mereka percaya bahwa
bencana itu adalah suatu kutukan atas
dosa dan kesalahan yang telah
diperbuat, sehingga seseorang harus
menerima bahwa itu sebagai takdir
akibat perbuatannya. Sehingga tidak
perlu lagi berusaha untuk mengambil
langkah- langkah pencegahan atau
penanggulangannya. Rencana tanggap
darurat menjadi bagian yang penting
dalam kesiapsiagaan, terutama
berkaitan dengan evakuasi, pertolongan
dan penyelamatan, agar korban bencana
dapat diminimalkan. Upaya ini sangat
krusial, terutama pada saat terjadi
bencana dan hari-hari pertama setelah
bencana sebelum bantuan dari
pemerintah dan dari pihak luar datang9.
Penelitian lain membuktikan
rencana tanggap darurat menjadi bagian
yang penting dalam suatu proses
kesiapsiagaan, terutama yang terkait
dengan evakuasi, pertolongan dan
penyelamatan, agar korban bencana
dapat diminimalkan. Parameter tersebut
terbagi menjadi lima yaitu: rencana
184 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...
evakuasi, alat transportasi untuk
keadaan darurat, perlengkapan
evakuasi, barang-barang keadaan
darurat, latihan dan simulasi evakuasi.
Dari kelima indikator tersebut,
parameter rencana untuk keadaan
darurat memiliki presentase nilai rata-
rata keseluruhan sebesar 58 persen,
artinya sebagian besar responden sudah
memiliki rencana untuk menghadapi
keadaan darurat9.
Masyarakat yang siaga memiliki
ciri antara lain sebagai berikut:
mengetahui apa yang harus dilakukan
ketika terjadi bencana; tingkat resiko
yang dialami rendah; tingkat pemulihan
pasca bencana berjalan cepat; memiliki
jaringan yang dapat dimanfaatkan untuk
pemulihan21. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa edukasi tentang
manajemen bencana yang diberikan
peneliti berpengaruh secara signifikan
terhadap parameter sistem peringatan
bencana, walaupun untuk ketersediaan
sumber peringatan bencana atau sumber
informasi merupakan kebijakan dari
aparat desa dan masyarakat. Selama ini
sistem peringatan bencana mayoritas
masih bersifat tradisional dan lokal
melalui pengumuman oleh kepala
dusun masing-masing.
Peringatan dini adalah
serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat
oleh lembaga yang berwenang.
Masyarakat memiliki hak untuk untuk
berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan terhadap kegiatan
penanggulangan bencana, khususnya
yang berkaitan dengan diri dan
komunitasnya serta berkewajiban untuk
memberikan informasi yang benar
kepada publik tentang penanggulangan
bencana.
Peringatan dini sebagai salah satu
bagian dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi
terdapat potensi bencana dilakukan
untuk mengambil tindakan cepat dan
tepat dalam rangka mengurangi risiko
terkena bencana serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat. Agar dapat
berjalan efektif, sistem peringatan dini
harus dikelola secara terpadu dan
menyeluruh, serta melibatkan secara
aktif masyarakat dan para pemangku
kepentingan terkait10.
Syarat sebuah peringatan dini
yang lengkap dan efektif serta berpusat
pada masyarakat (people-centered)
adalah terpenuhinya empat komponen
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 185
yaitu pengetahuan risiko, pemantauan
bahaya dan layanan peringatan,
penyebaran dan komunikasi dan
kemampuan respon. Tujuan utama
sistem peringatan dini berbasis
masyarakat adalah menguatkan individu
dan masyarakat yang terancam bahaya
untuk bertindak secara tepat waktu dan
benar sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya kerusakan fisik
seseorang dan kematian10.
Sistem peringatan meliputi tanda
peringatan dan distribusi informasi jika
akan terjadi bencana. Sistem yang baik
ialah sistem dimana masyarakat juga
mengerti informasi yang akan diberikan
oleh tanda peringatan dini tersebut atau
tahu apa yang harus dilakukan jika
suatu saat tanda peringatan dini bencana
berbunyi/menyala.
Bagi masyarakat Indonesia,
Sistem Peringatan Dini sangat penting
mengingat Indonesia merupaka negara
yang memiliki ancaman bencana alam
cukup tinggi. dengan adanya sistem
peringatan dini ini di harapkan akan
dapat dikembangkan upaya-upaya yang
tepat untuk mencegah atau paling tidak
mengurangi terjadinya dampak bencana
alam bagi masyarakat. Keterlambatan
dalam menangani bencana dapat
menimbulkan kerugian yang semakin
besar bagi masyarakat. Dalam siklus
manajemen penanggulangan bencana,
sistem peringatan dini bencana alam
mutlak sangat diperlukan dalam tahap
kesiagaan, sistem peringatan dini untuk
setiap jenis data, metode pendekatan
maupun instrumentasinya. Tujuan di
ciptakan sistem peringatan dini ini agar
masyarakat yang tinggal di kawasan
bencana bisa aman dalam beraktifitas
sebab peringatan dini akan terjadinya
bencana sudah bisa di ketahui, sehingga
masyarakat juga bisa melakukan
pencegahan untuk menyelamatkan diri
saat terjadinya bencana alam11.
Penelitian menyatakan sistem
peringatan bencana merupakan awal
dari semua kesiapsiagaan yang
dilakukan masyarakat, sistem
peringatan bencana yang baik akan
meminimalkan terjadinya korban jiiwa
dan kerugian akibat bencana dapat
berkurang. Sistem peringatan meliputi
tanda peringatan dan distribusi
informasi jika terjadi bencana.
Parameter sistem peringatan bencana
terbagi menjadi tiga indikator yaitu:
sistem peringatan berbasis lokal, sistem
peringatan berbasis teknologi, dan
sistem peringatan banjir. Dari ketiga
indikator tersebut, parameter sistem
peringatan bencana memiliki presentase
186 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...
nilai rata-rata keseluruhan sebesar 31
persen12.
Berdasarkan hasil penelitian
dibuktikan bahwa edukasi manajemen
bencana pada masyarakat meningkatkan
mobilisasi sumberdaya yang dimiliki
responden. Mobilisasi sumberdaya
dalam penelitian ini menyangkut
peningkatan pengetahuan masyarakat
melalui kegiatan pelatihan-pelatihan
berbagai keterampilan yang dapat
digunakan ketika terjadi kondisi
darurat. Mobilisasi sumberdaya
menyangkut peningkatan pengetahuan
masyarakat melalui kegiatan pelatihan-
pelatihan berbagai keterampilan yang
dapat digunakan ketika terjadi kondisi
darurat. Semakin banyak keterampilan
yang dimiliki masyarakat, semakin baik
tingkat kesiapsiagaannya.
Hasil penelian terdahulu yang
dilakukan dengan tujuan penelitian
untuk mengetahui tingkat pengetahuan
parameter mobilisasi sumberdaya
terhadap bencana banjir, tanah longsor,
dan gempa bumi di Kabupaten
Wonogiri. Metode penelitian yang
digunakan adalah random sampling
method dan pengumpulan data
kuisioner. Populasi penelitian adalah 5
Kelurahan di Kecamatan Wonogiri
dengan sebanyak 756 sampel. Hasil
Penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Wonogiri pada indikator
Mobilisasi Sumberdaya (RMC) terlihat
bahwa tingkat partisipasi mobilisasi
sumberdaya terkait bencana tanah
longsor lebih tinggi dengan nilai rata-
rata 36,35 , disusul dengan bencana
banjir dengan nilai rata-rata 36,33 dan
terendah pada bencana gempa bumi
dengan nilai rata-rata 36,30.
Keseluruhan tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap parameter
mobilisasi sumberdaya pada ketiga
bencana termasuk dalam katagori
“rendah”13.
Indikator ini umumnya melihat
berbagai sumber daya yang dibutuhkan
individu atau masyarakat dalam upaya
pemulihan atau bertahan dalam kondisi
bencana atau keadaan darurat.
Sumberdaya mendukung berasal dari
internal maupun eksternal dari wilayah
yang terkena bencana. Sumber daya
dibagi menjadi 3 bagian yaitu sumber
daya manusia, sumber daya
pendanaan/logistik, dan sumber daya
bimbingan teknis dan penyedian
materi13.
Secara keseluruhan, penelitian ini
membuktikan bahwa edukasi
manajemen bencana yang diberikan
dapat meningkatkan indeks
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 187
kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana banjir.
Pengetahuan tentang
kesiapsiagaan adalah serangkaian
kegiatan yang harus diketahui oleh
keluarga untuk mengantisipasi situasi
bencana secara cepat dan tepat guna.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana
adalah suatu kondisi suatu masyarakat
yang baik secara invidu maupun
kelompok yang memiliki kemampuan
secara fisik dan psikis dalam
menghadapi bencana. Pemerintah dan
pemerintah daerah menjadi penanggung
jawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana (UU No. 24
tahun 2007)14.
Peristiwa banjir yang sering
terjadi di Kecamatan Langsa Lama
telah membangkitkan kesadaran dan
memberikan pengetahuan akan
pentingnya upaya masyarakat dalam
meningkatkan kesiapsiagaan
mengahadapi bencana banjir yang dapat
terjadi sewaktu-waktu. Bencana banjir
yang datang setiap musim hujan
biasanya akan membentuk
kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bahaya banjir yang ada.
Kesiapsiagaan terbentuk oleh
pengalaman mereka dalam menghadapi
bencana banjir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Sosial RI, 2006.
Bencana Alam.
http://www.kemsos.go.id/modules.
php?name=News&file=article&sid
=180 (Diakses tanggal 22 Feb
2017)
2. Kementerian Pekerjaan Umum,
2014. Pedoman Teknis.
Pengurangan risiko bencana
berbasis komunitas (PRB-BK).
Jakarta
3. Bustami, Del Afriadi. 2011. Modul
Pelatihan Dasar Manajemen
Penanggulangan Bencana. Jakarta.
UNDP
4. BPBA, 2016. Pusdatin BPBA:
Jumlah Korban Meninggal Gempa
Aceh 51 Jiwa.
http://www.republika.co.id/berita/n
asional/daerah/16/12/07/oht1m830
1-pusdatin-bpba-jumlah-korban-
meninggal-gempa-aceh-51-jiwa
(Diakses tanggal 20 Feb 2017).
5. Hadi, A.M., 2007. Kesiapsiagaan
Bencana BerBasis Masyarakat
strategi dan pendekatan. Jakarta,
PMI Pusat
6. Awaliyah, N., E. Sarjanti, dan
Suwarno, 2014. Pengetahuan
masyarakat dalam mitigasi bencana
banjir Di desa Penolih Kecamatan
188 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...
Kaligondang Kabupaten
Purbalingga. Geoedukasi Volume
III Nomor 2.
7. Ambarika, R., 2016. Efektivitas
Edukasi Dan Simulasi Manajemen
Bencana Terhadap
Kesiapsiagaanan Menjadi Relawan
Bencana. J.K.Mesencephalon,
Vol.2 No.4
8. Ristrini, Rukmini dan
Oktarina,2012. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 1
Januari 2012: 91–102
9. Asri, Prakosa, L., Damastuti, M.
Agustino, E., dan Cadhika, A.,
2017. Tingkat Pengetahuan
Parameter Mobilisasi Sumberdaya
terhadap Bencana Banjir, Tanah
Longsor dan Gempa Bumi di
Kecamatan Wonogiri. Prosiding
Seminar Nasional Geografi USM
2017.
10. Umar, 2013. Pengetahuan Dan
Kesiapsiagaan Masyarakat
Menghadapi Bencana Banjir Di
Bolapapu Kecamatan Kulawi Sigi
Sulawesi Tengah. Jurnal
Keperawatan Soedirman Vol. 8,
No. 3.
11. Kementerian Kesehatan RI Pusat
Krisis Kesehatan, 2016. Sistem
Peringatan Dini (Early Warning
System)
12. Yuliana, 2016. Kesiapsiagaan
Masyarakat Dalam Menghadapi
Bencana Banjir Di Desa
Bendungan Kecamatan Grabag
Kabupaten Purworejo Dwellers
Preparedness To Deal With Flood
In Bendungan Village, Grabag
District, Purworejo Regency
13. Erlia, D., Kumalawati, R., dan
Aristin, N., 2017. Analisis
Kesiapsiagaan Masyarakat Dan
Pemerintah Menghadapi Bencana
Banjir Di Kecamatan Martapura
Barat Kabupaten Banjar. Vol. 4
No. 3 Jurnal Pendidikan Geografi
14. MPBI-UNESCO, 2007. Kajian
Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa
Bumi dan Tsunami di Nias Selatan.
Jakarta