Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas...

12
177 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir Di Kecamatan Langsa Lama Influence of Disaster Management Education on Community Preparedness Facing Flood Disaster In Langsa Lama District Nuswatul Khaira dan T. Iskandar Faisal Prodi Keperawatan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh Email: [email protected] Abstrak: Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi manajemen bencana (Disaster Management) berbasis komunitas terhadap kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana banjir di Kecamatan Langsa Lama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment dimana teknik yang digunakan adalah one group pre test-post test design. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tiga desa di Kecamatan Langsa yang sering mengalami bencana banjir yaitu Seulalah, Sidodadi dan Sidorejo. Berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan bahwa edukasi tentang manajemen bencana mampu mempengaruhi sikap dan pengetahuan responden dengan p-value = 0,000, kebijakan dengan p-value = 0,000, rencana tanggap darurat dengan p-value = 0,000, sistem peringatan dini dengan p-value = 0,000 dan mobilisasi sumberdayadengan p-value 0,000 serta indeks kesiapsiagaan dengan p-value = 0,000. Edukasi tentang manajemen bencana berbasis komunitas mampu meningkatkan indeks kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir. Kata kunci : Edukasi, manajemen bencana, kesiap-siagaan, banjir Abstract: Various disasters that have occurred in Indonesia provide a lot of learning for the people of Indonesia and the world that the number of casualties and property in the disaster occurred due to lack of knowledge and unpreparedness of society in anticipating the disaster. The general objective of this study is to investigate the effect of community-based Disaster Management education on community preparedness for flood disaster in Langsa. The method used in this research is quasi experiment method where the technique used is one group pre test-post test design. The location chosen in this research is three villages in Langsa Subdistrict which often experience flood disaster that is Seulalah, Sidodadi and Sidorejo. Based on the Wilcoxon test it was found that education on disaster management was able to influence attitudes and knowledge of respondents with p-value = 0,000, p-value = 0,000, emergency response plan with p-value = 0,000, early warning system with p-value = 0,000 and resource mobilization with p-value 0,000 and index of preparedness with p-value = 0,000. Education on community-based disaster management can improve the community preparedness index in the face of floods. Keywords : Education, disaster management, preparedness, flood

Transcript of Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas...

177

Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap

Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir

Di Kecamatan Langsa Lama

Influence of Disaster Management Education on Community Preparedness

Facing Flood Disaster In Langsa Lama District

Nuswatul Khaira dan T. Iskandar Faisal

Prodi Keperawatan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh

Email: [email protected]

Abstrak: Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak

pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa

dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan

ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Tujuan umum penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi manajemen bencana (Disaster

Management) berbasis komunitas terhadap kesiapsiagaan masyarakat menghadapi

bencana banjir di Kecamatan Langsa Lama. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode quasi experiment dimana teknik yang digunakan adalah

one group pre test-post test design. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah

tiga desa di Kecamatan Langsa yang sering mengalami bencana banjir yaitu

Seulalah, Sidodadi dan Sidorejo. Berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan bahwa

edukasi tentang manajemen bencana mampu mempengaruhi sikap dan pengetahuan

responden dengan p-value = 0,000, kebijakan dengan p-value = 0,000, rencana

tanggap darurat dengan p-value = 0,000, sistem peringatan dini dengan p-value =

0,000 dan mobilisasi sumberdayadengan p-value 0,000 serta indeks kesiapsiagaan

dengan p-value = 0,000. Edukasi tentang manajemen bencana berbasis komunitas

mampu meningkatkan indeks kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir.

Kata kunci : Edukasi, manajemen bencana, kesiap-siagaan, banjir

Abstract: Various disasters that have occurred in Indonesia provide a lot of learning

for the people of Indonesia and the world that the number of casualties and property

in the disaster occurred due to lack of knowledge and unpreparedness of society in

anticipating the disaster. The general objective of this study is to investigate the effect

of community-based Disaster Management education on community preparedness for

flood disaster in Langsa. The method used in this research is quasi experiment

method where the technique used is one group pre test-post test design. The location

chosen in this research is three villages in Langsa Subdistrict which often experience

flood disaster that is Seulalah, Sidodadi and Sidorejo. Based on the Wilcoxon test it

was found that education on disaster management was able to influence attitudes and

knowledge of respondents with p-value = 0,000, p-value = 0,000, emergency response

plan with p-value = 0,000, early warning system with p-value = 0,000 and resource

mobilization with p-value 0,000 and index of preparedness with p-value = 0,000.

Education on community-based disaster management can improve the community

preparedness index in the face of floods.

Keywords : Education, disaster management, preparedness, flood

178 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap…

PENDAHULUAN

Berbagai bencana yang telah

terjadi di Indonesia memberikan banyak

pembelajaran bagi masyarakat

Indonesia dan dunia bahwa banyaknya

korban jiwa dan harta benda dalam

musibah tersebut terjadi karena

kurangnya pengetahuan dan

ketidaksiapan masyarakat dalam

mengantisipasi bencana. Disamping itu,

kejadian-kejadian bencana tersebut

semakin menyadarkan banyak pihak

tentang pentingnya perencanaan dan

pengaturan dalam penanggulangan

bencana1.

Indonesia memiliki potensi

munculnya kegawatdaruratan bencana.

Namun hingga kini manajemen

kebencanaan dan upaya untuk

mengurangi frekuensi serta besarnya

bencana masih sangat sulit dilakukan.

Di samping itu, minimnya pengadaan

pendidikan bencana di berbagai

universitas, juga menjadi faktor

keterlambatan sistem manajemen

bencana di Indonesia. Disisi lain, hal

yang paling mungkin dilakukan untuk

menurunkan risiko bencana hingga saat

ini juga masih berkaitan dengan sistem

penanganan cepat, tersistem dan

terpadu, yang ditujukan agar jumlah

korban jiwa, kerusakan lingkungan, dan

kerugian harta benda yang ditimbulkan

bisa dikurangi2,3.

Upaya penanganan bencana pada

saat ini, mengalami perubahan

paradigma maupun tindakan.

Penanganan bencana sesuai dengan UU

No. 25 tahun 2007, menitikberatkan

pada partisipasi masyarakat dalam

penanggulangan bencana. Jadi

masyarakat bukan hanya sekedar

menjadi korban/objek dari bencana

namun juga sebagai pelaku dari

penanggulangan bencana. Metode yang

tepat dalam penanganan bencana

sekarang ini adalah Kesiapsiagaan

Bencana berbasis masyarakat

(KBBM/CBDP = Community Base

Disaster Preparedness). KBBM adalah

program berbasis masyarakat yang

mendorong pemberdayaan kapasitas

masyarakat untuk menyiagakan diri

dalam mencegah serta mengurangi

dampak dan resiko bencana yang terjadi

lingkungannya. KBBM diterapkan

karena masyarakat sebagai pihak yang

terkena dampak bencana, harus

diberdayakan dengan pengetahuan dan

ketrampilan yang memadai, sehingga

mampu melakukan upaya upaya

penanganan dampak bencana dan

pengurangan resiko2.

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 179

Manajemen bencana adalah sebuah

proses yang terus menerus dimana

pemerintah, dunia usaha, dan

masyarakat sipil merencanakan dan

mengurangi pengaruh bencana,

mengambil tindakan segera setelah

bencana terjadi, dan mengambil

langkah-langkah untuk pemulihan. Hal

ini merupakan proses penting dalam

menyikapi dalam pengambilan tindakan

dan penyelesaian pasca bencana. Oleh

karena itu, Proses lintas sektoral yang

terintegrasi dan berkelanjutan dalam

rangka mencegah dan mengurangi

akibat bencana, meliputi mitigasi,

kewaspadaan, tanggapan terhadap

bencana serta upaya pemulihan4.

Bencana banjir yang sering terjadi

di Provinsi Aceh dipengaruhi curah

hujan yang tinggi dan faktor kerusakan

lingkungan seperti kurangnya daerah

resapan air, maupun sarana dan

prasarana lingkungan yang kurang

berfungsi dengan baik. Badan

Penanggulangan Bencana Aceh

(BPBA) juga memetakan terdapat 19

daerah yang membutuhkan perhatian

khusus karena berada di bawah

ancaman bencana banjir. Sedangkan

potensi longsor dan banjir bandang di

Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh

Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues.

Diantara 19 daerah tersebut, salah

satunya adalah Kota Langsa5.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang penulis gunakan

dalam penelitian ini adalah metode

quasi experiment dimana teknik yang

digunakan adalah one group pre test-

post test design.

Lokasi yang dipilih dalam

penelitian ini adalah tiga desa di

Kecamatan Langsa yang sering

mengalami bencana banjir yaitu

Seulalah, Sidodadi dan Sidorejo.

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh KK yang rumahnya

mengalami banjir di tiga desa yang

dilakukan penelitian yaitu berjumlah 66

KK.

Teknik pengumpulan data

dilakukan melalui tahap : observasi,

wawancara dan kuesioner/angket.

Edukasi dilakukan secara bertahap di

tiga desa yang dimulai di Desa

Seulalah, Sidodadi dan Sidorejo.

Masing-masing Desa membutuhkan

waktu penelitian maksimal ± 17 hari

yaitu seminggu pertama untuk pre test,

3 hari untuk edukasi dan seminggu

terakhir untuk posttest.

180 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan

penelitian quasi eksperiment dengan

mengukur variabel terkait dua kali pada

saat sebelum dan setelah edukasi pada

66 responden

Hasil penelitian lain menunjukkan

tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi banjir di Desa Bendungan

tergolong pada kategori “kurang siap”

yaitu dengan rata-rata skor dari nilai

keseluruhan responden yang

menunjukkan angka 10,75. Persentase

responden yang memiliki kategori siap

sebesar 32,89 persen, kategori kurang

siap sebesar 63,16 persen, dan kategori

tidak siap sebesar 3,95 persen. Dusun

Bonosari memiliki tingkat

kesiapsiagaan masyarakat lebih siap

diantara ketiga dusun lainnya dengan

rata-rata skor 11,2814.

Tabel 1: Perbedaan nilai pada variabel sebelum dan setelah edukasi

dilakukan

Variabel Pretest Posttest

Pengetahuan 4,86 ± 1,357 6,515 ± 0,769

Kebijakan 1,197 ± 0,706 1,515 ± 0,684

Rencana Tanggap Darurat 9,030 ± 2,844 10,727 ± 3,353

Sistem Peringatan Dini 1,469 ± 1,011 1,954 ± 1,294

Mobilisasi SDM 3,333 ± 1,591 4,545 ± 2,076

Indeks Kesiap-siagaan 400,985 ± 85,469 521,136 ± 100,563

Keterangan :

Data yang disajikan dalam mean ranks ± SD, statistik dengan uji Wilcoxon

Semua Variabel menunjukkan perbedaan yang signifikan p<0,05

Berdasarkan uji Wilcoxon Sign

Rank terdapat perbedaan yang

bermakna antar nilai pengetahuan dan

sikap responden sebelum edukasi

dengan setelah edukasi diberikan

dengan p-value = 0,000 lebih kecil

daripada α = 0,05 (p<0,05). Terdapat

perbedaan yang bermakna antara

kebijakan yang dimiliki rsponden

sebelum edukasi dengan setelah edukasi

diberikan yaitu dengan p-value = 0,000

lebih kecil daripada α = 0,05 (p<0,05).

Berdasarkan uji Wilcoxon Sign

Rank diatas terdapat perbedaan yang

bermakna antar nilai sistem peringatan

dini sebelum edukasi dengan setelah

edukasi diberikan dengan p-value =

0,000 lebih kecil daripada α = 0,05

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 181

(p<0,05). Terdapat perbedaan yang

bermakna antar nilai mobilisasi dini

sebelum edukasi dengan setelah edukasi

diberikan dengan p-value = 0,000 lebih

kecil daripada α = 0,05 (p<0,05).

terdapat perbedaan nilai rata-rata indeks

kesiapsiagaan masyarakat menghadapi

bencana banjir antara sebelum edukasi

(400,985) dan setelah edukasi (521,136)

dengan nilai korelasi 0,797 (0,000).

Hasil uji paired T test menunjukkan

terdapat perbedaan bemakna antara

nilai rata-rata sebelum dan sesudah

edukasi tentang manajemen bencana

berbasis komunitas diberikan. Hal ini

ditunjukkan dengan p-value = 0,000 (p-

value<0,005).

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini edukasi

memberi pengaruh terhadap

pengetahuan dan sikap responden

seacar signifikan. Mayoritas responden

bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan

tentang dasar bencana seperti

pengertian bencana, kejadian alam,

penyebab banjir, ciri-ciri banjir dan apa

yang harus dilakukan ketika banjir.

Untuk item pertanyaan pertimbangan

resiko bencana sebelum membangun

rumah, rata-rata responden menjawab

‘ya’ yang berati responden sudah

mempertimbangkan resiko banjir

sebelum rumah. Namun beberapa

responden tetap membangun rumah di

lokasi tersebut karena sudah memiliki

tanah warisan, ekat dengan keluarga

dan tanah kelahirannya. Pengetahuan

terhadap bencana merupakan alasan

utama seseorang untuk melakukan

kegiatan perlindungan atau upaya

kesiapsiagaan yang ada. Indikator

pengetahuan dan sikap individu/rumah

tangga merupakan pengetahuan dasar

yang semestinya dimiliki oleh individu

meliputi pengetahuan tentang bencana,

penyebab dan gejala-gejala, maupun

apa yang harus dilakukan bila terjadi

banjir.

Hasil penelitian lain

membuktikan bahwa tanpa sosialisasi,

edukasi atau informasi maka

pengetahuan masyarakat akan rendah.

Hal ini ditunjukkan dengan penelitian

di Purbalingga yaitu pengetahuan

masyarakat dalam mitigasi bencana saat

banjir kategori rendah sebanyak 20

orang atau 35,7%, kategori sedang

sebanyak 35 orang atau 62,5% dan

kategori tinggi sebanyak 1 orang atau

1,79. Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan masyarakat dalam mitigasi

bencana saat banjir kategori sedang

karena belum pernah ada sosialisasi

182 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...

untuk penanggulangan bencana banjir

selain itu belum dibangunnya posko

serta sarana-prasarana lainnya saat

terjadi banjir. Saat terjadi banjir mereka

tidak langsung mengungsi tetapi

melihat ketinggian banjir, apabila

ketinggian air masih kurang dari 60 cm

mereka tetap tinggal dirumah, tetapi

apabila sudah melebihi 60 cm mereka

mengungsi ke tempat tinggal yang tidak

terkena banjir atau ke tetangga

terdekat6.

Hasil peneltian yang dilakukan

oleh Ambarika R (2016) menyatakan

bahwa pengetahuan, informasi dan cara

penanggulangan bencana yang

diberikan peneliti melalui pemberian

edukasi tentang manajemen bencana

berbasis komunitas, dapat

meningkatkan pengetahuan,

ketrampilan dan kemampan responden

dalam penanggulangan bencana serta

meningkatkan motivasi untuk kepada

orang lain untuk melakukan

penanggulangan bencana secara tepat.

Setelah mendapatkan edukasi dan

simulasi manajemen bencana responden

merasa empati dan ingin dapat terjun

langsung membantu korban bencana.

Oleh Karena itu fungsi edukasi dan

simulasi manajemen bencana sebagai

salah satu media terbaik untuk

mempersiapkan masyarakat agar siap

menghadapi bencana7.

Kebijakan kesiapsiagaan berupa

kesepakatan keluarga mengenai tempat

evakuasi dalam situasi darurat,

kesepakatan keluarga untuk melakukan

atau berpartisipasi dalam simulasi

evaluasi. Berbagai pengalaman

menunjukkan bahwa kesiapan

menghadapi bencana ini seringkali

terabaikan pada masyarakat yang belum

memiliki pengalaman langsung dengan

bencana, menumbuhkan sikap dan

pengetahuan dalam menghadapi

bencana ini semakin menjadi bagian

penting khususnya di negara yang

seringkali dilanda bencana seperti

Indonesia8.

Perilaku manusia merupakan hasil

dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan. Sesuai juga dengan pendapat

bahwa Pengetahuan terkait dengan

persiapan menghadapi bencana pada

kelompok rentan bencana menjadi

fokus utama dalam membuat kebijakan

langkah apa yang harus diambil ketika

bencana terjadi8.

Untuk kebijakan keluarga terkait

kesiapsiagaan bencana, mayoritas

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 183

responden menjawab sudah terdapat

kesepakatan dalam keluarga kemana

akan evakuasi jika terjadi bencana. Saat

terjadi bencana, sebagian besar

masyarakat akan evakuasi ke dataran

tinggi/bukit/sawah yang dekat dengan

lokasi tempat tinggal mereka. Di desa

Sidodadi yang lokasi permukimannya

cukup dekat dengan Universitas

Samudera, sebagian besar masyarakat

akan mengungsi ke Universitas tersebut

jika banjir melanda. Sedangkan

masyarakat yang tinggal di Kelurahan

Seulalah dan siderejo, mereka jarang

mengungsi kecuali jika banjir sudah

mencapai dua meter. Sementara itu,

untuk kesediaan mengikuti simulasi

evakuasi jika nanti pemerintah setempat

mengadakan kembali, mayoritas

rensponden menyatakan sepakat dan

bersedia untuk mengikutinya.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa edukasi yang diberikan oleh

peneliti dapat meningkatkan

kemampuan responden dalam

menyusun rencana tanggap darurat

ketika banjir terjadi. Rencana tanggap

darurat adalah suatu rencana yang

dimiliki oleh individu atau masyarakat

dalam menghadapi keadaan darurat di

suatu wilayah akibat bencana alam.

Rencana tanggap darurat sangat penting

terutama pada hari pertama terjadi

bencana atau masa dimana bantuan dari

pihak luar belum datang.

Di Indonesia, masih banyak

penduduk yang menganggap bahwa

bencana itu merupakan suatu takdir.

Pada umumnya mereka percaya bahwa

bencana itu adalah suatu kutukan atas

dosa dan kesalahan yang telah

diperbuat, sehingga seseorang harus

menerima bahwa itu sebagai takdir

akibat perbuatannya. Sehingga tidak

perlu lagi berusaha untuk mengambil

langkah- langkah pencegahan atau

penanggulangannya. Rencana tanggap

darurat menjadi bagian yang penting

dalam kesiapsiagaan, terutama

berkaitan dengan evakuasi, pertolongan

dan penyelamatan, agar korban bencana

dapat diminimalkan. Upaya ini sangat

krusial, terutama pada saat terjadi

bencana dan hari-hari pertama setelah

bencana sebelum bantuan dari

pemerintah dan dari pihak luar datang9.

Penelitian lain membuktikan

rencana tanggap darurat menjadi bagian

yang penting dalam suatu proses

kesiapsiagaan, terutama yang terkait

dengan evakuasi, pertolongan dan

penyelamatan, agar korban bencana

dapat diminimalkan. Parameter tersebut

terbagi menjadi lima yaitu: rencana

184 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...

evakuasi, alat transportasi untuk

keadaan darurat, perlengkapan

evakuasi, barang-barang keadaan

darurat, latihan dan simulasi evakuasi.

Dari kelima indikator tersebut,

parameter rencana untuk keadaan

darurat memiliki presentase nilai rata-

rata keseluruhan sebesar 58 persen,

artinya sebagian besar responden sudah

memiliki rencana untuk menghadapi

keadaan darurat9.

Masyarakat yang siaga memiliki

ciri antara lain sebagai berikut:

mengetahui apa yang harus dilakukan

ketika terjadi bencana; tingkat resiko

yang dialami rendah; tingkat pemulihan

pasca bencana berjalan cepat; memiliki

jaringan yang dapat dimanfaatkan untuk

pemulihan21. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa edukasi tentang

manajemen bencana yang diberikan

peneliti berpengaruh secara signifikan

terhadap parameter sistem peringatan

bencana, walaupun untuk ketersediaan

sumber peringatan bencana atau sumber

informasi merupakan kebijakan dari

aparat desa dan masyarakat. Selama ini

sistem peringatan bencana mayoritas

masih bersifat tradisional dan lokal

melalui pengumuman oleh kepala

dusun masing-masing.

Peringatan dini adalah

serangkaian kegiatan pemberian

peringatan sesegera mungkin kepada

masyarakat tentang kemungkinan

terjadinya bencana pada suatu tempat

oleh lembaga yang berwenang.

Masyarakat memiliki hak untuk untuk

berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan terhadap kegiatan

penanggulangan bencana, khususnya

yang berkaitan dengan diri dan

komunitasnya serta berkewajiban untuk

memberikan informasi yang benar

kepada publik tentang penanggulangan

bencana.

Peringatan dini sebagai salah satu

bagian dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana dalam situasi

terdapat potensi bencana dilakukan

untuk mengambil tindakan cepat dan

tepat dalam rangka mengurangi risiko

terkena bencana serta mempersiapkan

tindakan tanggap darurat. Agar dapat

berjalan efektif, sistem peringatan dini

harus dikelola secara terpadu dan

menyeluruh, serta melibatkan secara

aktif masyarakat dan para pemangku

kepentingan terkait10.

Syarat sebuah peringatan dini

yang lengkap dan efektif serta berpusat

pada masyarakat (people-centered)

adalah terpenuhinya empat komponen

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 185

yaitu pengetahuan risiko, pemantauan

bahaya dan layanan peringatan,

penyebaran dan komunikasi dan

kemampuan respon. Tujuan utama

sistem peringatan dini berbasis

masyarakat adalah menguatkan individu

dan masyarakat yang terancam bahaya

untuk bertindak secara tepat waktu dan

benar sehingga dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya kerusakan fisik

seseorang dan kematian10.

Sistem peringatan meliputi tanda

peringatan dan distribusi informasi jika

akan terjadi bencana. Sistem yang baik

ialah sistem dimana masyarakat juga

mengerti informasi yang akan diberikan

oleh tanda peringatan dini tersebut atau

tahu apa yang harus dilakukan jika

suatu saat tanda peringatan dini bencana

berbunyi/menyala.

Bagi masyarakat Indonesia,

Sistem Peringatan Dini sangat penting

mengingat Indonesia merupaka negara

yang memiliki ancaman bencana alam

cukup tinggi. dengan adanya sistem

peringatan dini ini di harapkan akan

dapat dikembangkan upaya-upaya yang

tepat untuk mencegah atau paling tidak

mengurangi terjadinya dampak bencana

alam bagi masyarakat. Keterlambatan

dalam menangani bencana dapat

menimbulkan kerugian yang semakin

besar bagi masyarakat. Dalam siklus

manajemen penanggulangan bencana,

sistem peringatan dini bencana alam

mutlak sangat diperlukan dalam tahap

kesiagaan, sistem peringatan dini untuk

setiap jenis data, metode pendekatan

maupun instrumentasinya. Tujuan di

ciptakan sistem peringatan dini ini agar

masyarakat yang tinggal di kawasan

bencana bisa aman dalam beraktifitas

sebab peringatan dini akan terjadinya

bencana sudah bisa di ketahui, sehingga

masyarakat juga bisa melakukan

pencegahan untuk menyelamatkan diri

saat terjadinya bencana alam11.

Penelitian menyatakan sistem

peringatan bencana merupakan awal

dari semua kesiapsiagaan yang

dilakukan masyarakat, sistem

peringatan bencana yang baik akan

meminimalkan terjadinya korban jiiwa

dan kerugian akibat bencana dapat

berkurang. Sistem peringatan meliputi

tanda peringatan dan distribusi

informasi jika terjadi bencana.

Parameter sistem peringatan bencana

terbagi menjadi tiga indikator yaitu:

sistem peringatan berbasis lokal, sistem

peringatan berbasis teknologi, dan

sistem peringatan banjir. Dari ketiga

indikator tersebut, parameter sistem

peringatan bencana memiliki presentase

186 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...

nilai rata-rata keseluruhan sebesar 31

persen12.

Berdasarkan hasil penelitian

dibuktikan bahwa edukasi manajemen

bencana pada masyarakat meningkatkan

mobilisasi sumberdaya yang dimiliki

responden. Mobilisasi sumberdaya

dalam penelitian ini menyangkut

peningkatan pengetahuan masyarakat

melalui kegiatan pelatihan-pelatihan

berbagai keterampilan yang dapat

digunakan ketika terjadi kondisi

darurat. Mobilisasi sumberdaya

menyangkut peningkatan pengetahuan

masyarakat melalui kegiatan pelatihan-

pelatihan berbagai keterampilan yang

dapat digunakan ketika terjadi kondisi

darurat. Semakin banyak keterampilan

yang dimiliki masyarakat, semakin baik

tingkat kesiapsiagaannya.

Hasil penelian terdahulu yang

dilakukan dengan tujuan penelitian

untuk mengetahui tingkat pengetahuan

parameter mobilisasi sumberdaya

terhadap bencana banjir, tanah longsor,

dan gempa bumi di Kabupaten

Wonogiri. Metode penelitian yang

digunakan adalah random sampling

method dan pengumpulan data

kuisioner. Populasi penelitian adalah 5

Kelurahan di Kecamatan Wonogiri

dengan sebanyak 756 sampel. Hasil

Penelitian yang dilakukan di

Kecamatan Wonogiri pada indikator

Mobilisasi Sumberdaya (RMC) terlihat

bahwa tingkat partisipasi mobilisasi

sumberdaya terkait bencana tanah

longsor lebih tinggi dengan nilai rata-

rata 36,35 , disusul dengan bencana

banjir dengan nilai rata-rata 36,33 dan

terendah pada bencana gempa bumi

dengan nilai rata-rata 36,30.

Keseluruhan tingkat pengetahuan

masyarakat terhadap parameter

mobilisasi sumberdaya pada ketiga

bencana termasuk dalam katagori

“rendah”13.

Indikator ini umumnya melihat

berbagai sumber daya yang dibutuhkan

individu atau masyarakat dalam upaya

pemulihan atau bertahan dalam kondisi

bencana atau keadaan darurat.

Sumberdaya mendukung berasal dari

internal maupun eksternal dari wilayah

yang terkena bencana. Sumber daya

dibagi menjadi 3 bagian yaitu sumber

daya manusia, sumber daya

pendanaan/logistik, dan sumber daya

bimbingan teknis dan penyedian

materi13.

Secara keseluruhan, penelitian ini

membuktikan bahwa edukasi

manajemen bencana yang diberikan

dapat meningkatkan indeks

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 187

kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana banjir.

Pengetahuan tentang

kesiapsiagaan adalah serangkaian

kegiatan yang harus diketahui oleh

keluarga untuk mengantisipasi situasi

bencana secara cepat dan tepat guna.

Kesiapsiagaan menghadapi bencana

adalah suatu kondisi suatu masyarakat

yang baik secara invidu maupun

kelompok yang memiliki kemampuan

secara fisik dan psikis dalam

menghadapi bencana. Pemerintah dan

pemerintah daerah menjadi penanggung

jawab dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana (UU No. 24

tahun 2007)14.

Peristiwa banjir yang sering

terjadi di Kecamatan Langsa Lama

telah membangkitkan kesadaran dan

memberikan pengetahuan akan

pentingnya upaya masyarakat dalam

meningkatkan kesiapsiagaan

mengahadapi bencana banjir yang dapat

terjadi sewaktu-waktu. Bencana banjir

yang datang setiap musim hujan

biasanya akan membentuk

kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bahaya banjir yang ada.

Kesiapsiagaan terbentuk oleh

pengalaman mereka dalam menghadapi

bencana banjir.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Sosial RI, 2006.

Bencana Alam.

http://www.kemsos.go.id/modules.

php?name=News&file=article&sid

=180 (Diakses tanggal 22 Feb

2017)

2. Kementerian Pekerjaan Umum,

2014. Pedoman Teknis.

Pengurangan risiko bencana

berbasis komunitas (PRB-BK).

Jakarta

3. Bustami, Del Afriadi. 2011. Modul

Pelatihan Dasar Manajemen

Penanggulangan Bencana. Jakarta.

UNDP

4. BPBA, 2016. Pusdatin BPBA:

Jumlah Korban Meninggal Gempa

Aceh 51 Jiwa.

http://www.republika.co.id/berita/n

asional/daerah/16/12/07/oht1m830

1-pusdatin-bpba-jumlah-korban-

meninggal-gempa-aceh-51-jiwa

(Diakses tanggal 20 Feb 2017).

5. Hadi, A.M., 2007. Kesiapsiagaan

Bencana BerBasis Masyarakat

strategi dan pendekatan. Jakarta,

PMI Pusat

6. Awaliyah, N., E. Sarjanti, dan

Suwarno, 2014. Pengetahuan

masyarakat dalam mitigasi bencana

banjir Di desa Penolih Kecamatan

188 Pengaruh Edukasi Manajemen Bencana Berbasis Komunitas Terhadap ...

Kaligondang Kabupaten

Purbalingga. Geoedukasi Volume

III Nomor 2.

7. Ambarika, R., 2016. Efektivitas

Edukasi Dan Simulasi Manajemen

Bencana Terhadap

Kesiapsiagaanan Menjadi Relawan

Bencana. J.K.Mesencephalon,

Vol.2 No.4

8. Ristrini, Rukmini dan

Oktarina,2012. Buletin Penelitian

Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 1

Januari 2012: 91–102

9. Asri, Prakosa, L., Damastuti, M.

Agustino, E., dan Cadhika, A.,

2017. Tingkat Pengetahuan

Parameter Mobilisasi Sumberdaya

terhadap Bencana Banjir, Tanah

Longsor dan Gempa Bumi di

Kecamatan Wonogiri. Prosiding

Seminar Nasional Geografi USM

2017.

10. Umar, 2013. Pengetahuan Dan

Kesiapsiagaan Masyarakat

Menghadapi Bencana Banjir Di

Bolapapu Kecamatan Kulawi Sigi

Sulawesi Tengah. Jurnal

Keperawatan Soedirman Vol. 8,

No. 3.

11. Kementerian Kesehatan RI Pusat

Krisis Kesehatan, 2016. Sistem

Peringatan Dini (Early Warning

System)

12. Yuliana, 2016. Kesiapsiagaan

Masyarakat Dalam Menghadapi

Bencana Banjir Di Desa

Bendungan Kecamatan Grabag

Kabupaten Purworejo Dwellers

Preparedness To Deal With Flood

In Bendungan Village, Grabag

District, Purworejo Regency

13. Erlia, D., Kumalawati, R., dan

Aristin, N., 2017. Analisis

Kesiapsiagaan Masyarakat Dan

Pemerintah Menghadapi Bencana

Banjir Di Kecamatan Martapura

Barat Kabupaten Banjar. Vol. 4

No. 3 Jurnal Pendidikan Geografi

14. MPBI-UNESCO, 2007. Kajian

Kesiapsiagaan Masyarakat dalam

Mengantisipasi Bencana Gempa

Bumi dan Tsunami di Nias Selatan.

Jakarta