PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) …

6
69 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN OBAT COMMON COLD DI DESA THE INFLUENCES OF EDUCATION CBIA (MOTHER ACTIVE LEARNING METHOD) ON KNOWLEDGE OF COMMON COLD DRUG IN THE VILLAGE Okti Ratna Mafruhah, Diesty Anita Nugraheni, Sita Ririn Safitri Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta ABSTRAK Common cold atau biasa disebut pilek merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas. Obat common coldmerupakan golongan obat bebas terbatas yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pengetahuan yang baik dalam swamedikasi dapat menciptakan penggunaan obat yang tepat, sehingga meminimalisir medication error. Penelitian yang dilakukan di Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) terhadap tingkat pengetahuan obat common cold. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan rancangan pretest-postest design with control group. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah intervensi. Data yang telah didapatkan dianalisis secara statistik dengan Wilcoxon dan Mann- Whitney test. Tingkat pengetahuan kelompok perlakuan meningkat secara signifikan dengan p value 0,000. Perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan juga terjadi anatara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p value 0,000. Kategori baik pada kelompok perlakuan meningkat menjadi 81,6%. Kata kunci: CBIA,common cold, pengetahuan, swamedikasi ABSTRACT Common cold or commonly called as cold was one of the Acute Respiratory Infection (ARI) upside diseases. Common cold medications including limited free drug classes that can be purchased without a prescription or as self medication. Appropriate knowledge in self medication may create the proper use of drugs, thus minimizing medication errors. Research conducted in the village of Umbulmartani, Ngemplak subdistrict, Sleman, Yogyakarta aims to the influences of education CBIA (Mother Active Learning Method) to the level knowledge of common cold drug. The method used was Quasi Experimental with pretest-posttest design with control group. Measuring tool used wasa questionnaire distributed before and after the intervention. The data have been obtained were statistically analyzed with Wilcoxon and Mann-Whitney test. The level of knowledge of the treatment group increased significantly with p value of 0.000. Significant differences in the level of knowledge was also occurring between the control group and the treatment group with a p value of 0.000. Both categories in the treatment group increased to 81.6%. Keywords: CBIA, common cold, knowledge, self medication PENDAHULUAN Common cold merupakan salah satu jenis penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan dapat menyerang semua manusia tanpa mengenal usia(Calamusa, 2011 ; Gitawari, 2014). Common cold memiliki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering didiagnosa sekabupaten Sleman, Yogyakarta pada tahun 2013 yakni sebanyak 87.093 kasus(DINKES Sleman, 2013). Common cold atau biasa disebut pilek merupakan penyakit yang paling sering ditemukan dalam swamedikasi (DINKES Sleman, 2013). Swamedikasi merupakan salah satu upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri (Meriati, 2013). Obat common cold yang KORESPONDENSI: Sita Ririn Safitri, S.Farm. Prodi Farmasi FMIPA UII Yogyakarta Email : [email protected] digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep (OTR) meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (Arenatha, 2014). Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena pengetahuan masyarakat yang terbatas tentang obat dan penggunaannya (Meriati, 2013). Salah satu cara dalam penyampaian informasi tentang obat dan penggunaannya adalah edukasi CBIA. CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) merupakan metode yang digunakan untuk menyampaikan informasi obat dengan melibatkan subjek secara aktif yaitu mendengar, melihat, menulis dan melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis obat dan bahan aktif yang terkandung serta informasi lain seperti indikasi, kontraindikasi, dan efek samping (Widayati, 2008).Metode CBIA p-ISSN: 2088-8139 e-ISSN: 2443-2946

Transcript of PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) …

Page 1: PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) …

69

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN OBAT COMMON COLD DI DESA

THE INFLUENCES OF EDUCATION CBIA (MOTHER ACTIVE LEARNING METHOD) ON KNOWLEDGE OF COMMON COLD DRUG IN THE VILLAGE

Okti Ratna Mafruhah, Diesty Anita Nugraheni, Sita Ririn Safitri Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

ABSTRAK

Common cold atau biasa disebut pilek merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas.

Obat common coldmerupakan golongan obat bebas terbatas yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pengetahuan yang baik dalam swamedikasi dapat menciptakan penggunaan obat yang tepat, sehingga meminimalisir medication error. Penelitian yang dilakukan di Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) terhadap tingkat pengetahuan obat common cold. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan rancangan pretest-postest design with control group. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah intervensi. Data yang telah didapatkan dianalisis secara statistik dengan Wilcoxon dan Mann-Whitney test. Tingkat pengetahuan kelompok perlakuan meningkat secara signifikan dengan p value 0,000. Perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan juga terjadi anatara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p value 0,000. Kategori baik pada kelompok perlakuan meningkat menjadi 81,6%. Kata kunci: CBIA,common cold, pengetahuan, swamedikasi

ABSTRACT

Common cold or commonly called as cold was one of the Acute Respiratory Infection (ARI) upside diseases. Common cold medications including limited free drug classes that can be purchased without a prescription or as self medication. Appropriate knowledge in self medication may create the proper use of drugs, thus minimizing medication errors. Research conducted in the village of Umbulmartani, Ngemplak subdistrict, Sleman, Yogyakarta aims to the influences of education CBIA (Mother Active Learning Method) to the level knowledge of common cold drug. The method used was Quasi Experimental with pretest-posttest design with control group. Measuring tool used wasa questionnaire distributed before and after the intervention. The data have been obtained were statistically analyzed with Wilcoxon and Mann-Whitney test. The level of knowledge of the treatment group increased significantly with p value of 0.000. Significant differences in the level of knowledge was also occurring between the control group and the treatment group with a p value of 0.000. Both categories in the treatment group increased to 81.6%. Keywords: CBIA, common cold, knowledge, self medication

PENDAHULUAN

Common cold merupakan salah satu jenis

penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

dan dapat menyerang semua manusia tanpa

mengenal usia(Calamusa, 2011 ; Gitawari, 2014).

Common cold memiliki peringkat pertama

sebagai penyakit yang paling sering didiagnosa

sekabupaten Sleman, Yogyakarta pada tahun

2013 yakni sebanyak 87.093 kasus(DINKES

Sleman, 2013). Common cold atau biasa disebut

pilek merupakan penyakit yang paling sering

ditemukan dalam swamedikasi (DINKES

Sleman, 2013). Swamedikasi merupakan salah

satu upaya masyarakat untuk mengobati dirinya

sendiri (Meriati, 2013). Obat common cold yang KORESPONDENSI: Sita Ririn Safitri, S.Farm. Prodi Farmasi FMIPA UII Yogyakarta Email : [email protected]

digunakan dalam swamedikasi adalah obat

tanpa resep (OTR) meliputi golongan obat

bebas dan obat bebas terbatas (Arenatha, 2014).

Pada pelaksanaannya swamedikasi

dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan

pengobatan (medication error) karena

pengetahuan masyarakat yang terbatas tentang

obat dan penggunaannya (Meriati, 2013). Salah

satu cara dalam penyampaian informasi tentang

obat dan penggunaannya adalah edukasi CBIA.

CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) merupakan

metode yang digunakan untuk menyampaikan

informasi obat dengan melibatkan subjek secara

aktif yaitu mendengar, melihat, menulis dan

melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis

obat dan bahan aktif yang terkandung serta

informasi lain seperti indikasi, kontraindikasi,

dan efek samping (Widayati, 2008).Metode CBIA

p-ISSN: 2088-8139 e-ISSN: 2443-2946

Page 2: PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) …

70

Volume 6 Nomor 1 – Maret 2016

juga dapat meningkakan pengetahuan siswa di

Kota Metro tentang obat common coldsebanyak

62% (Noerdianingsih, 2014).

Penelitian yang dilakukan kepada ibu-

ibu sebagai provider dalam kesehatan ini

bertujaun untuk mengetahui pengaruh edukasi

CBIA terhadap tingkat pengetahuan

penggunaan obatcommon cold di Desa

Umbulmartani Kabupaten Sleman Yogyakarta.

METODE

Desain penelitian menggunakan metode

Quasy Experiment dengan rancangan pretest-

postest design with control group. Penelitian

dilakukan pada 49 kelompok kontrol dan 49

kelompok perlakuan yang dilakukan pada bulan

Juni hingga Agustus 2015. Responden dalam

penelitian yakni ibu yang berusia 18 – 59 tahun.

Kriteria inklusi yakni Ibu yang pernah atau

sedang menggunakan obat common cold,

sedangkan kriteria eksklusi yakni Ibu yang tidak

bisa membaca dan menulis, danIbu yang

merupakan tenaga medis. Alat ukur

menggunakan kuesioner yang telah divalidasi

dan diberikan kepada responden saat pre-test

dan post-test.

Pada kelompok perlakuan, dilakukan

pengisian kuesioner pre-test, kemudian edukasi

CBIA, setelah itu dilakukan lagi pengisian

kuesioner post-test. Kelompok kontrol sama

dengan kelompok perlakuan, hanya saja antara

pengisian kuesioner pre-test dan post-test tidak

diberikan edukasi. Edukasi CBIA diberikan oleh

apoteker sebagai narasumber dan dilakukan

selama ± 2 jam.

Edukasi dilakukan dengan cara

mengelompokkan ibu-ibu dengan anggota 3-5

orang tiap kelompok. Selama kegiatan CBIA

berlangsung, diskusi antar anggota

dimaksimalkan yang didampingi oleh tutor

tanpa kegiatan tulis menulis.

Kegiatan pertama yang dilakukan yakni

mengamati dan mengelompokkan obat

berdasarkan nama bahan aktif yang tertera pada

masing-masing kemasan obat. Kegiatan kedua

yakni mengurutkan nama bahan aktif obat,

nama obat yang mengandung bahan aktif yang

sama, menjelaskan aturan pakai obat,

mengetahui adanya peringatan efek samping

dan kontraindikasi. Informasi efek samping dan

kontraindikasi yang belum ditemukan dalam

kemasan obat selama diskusi kegitan kedua bisa

langsung ditanyakan pada tutor atau apoteker

sebagai narasumber.

Aspek yang diukur dalam penelitian adalah

tingkat pengetahuan pre-test dan post-test serta

pengaruh edukasi CBIA terhadap tingkat

pengetahuan obat common cold. Penilaian tingkat

pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori, baik

jika skor >80% ; sedang jika skro 60-80% ; buruk

jika skor <60% (Notoatmodjo, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan Kelompok

Perlakuan

Gambar 1 menunjukkan bahwa hasil

pre-test lebih tinggi pada kategori sedang

sedangkan hasil post-test lebih tinggi pada

kategori baik.

Berdasarkan 12 pertanyaan yang

diajukan, sebagian besar responden menjawab

dengan jawaban tidak tahu pada pertanyaan

mengenai pengertian swamedikasi, pertanyaan

mengenai tanda golongan obat pada kemasan

obat. Pertanyaan lain yang dijawab dengan

jawaban tidak tahu adalah tentang

kontraindikasi, dan pertanyaan tentang interaksi

obat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Hermawati (2012), yang menyatakan

bahwa pengetahuan masyarakat mengenai

tanda golongan obat masih terbatas. Bagi

sebagian responden, istilah swamedikasi dan

tanda golongan obat merupakan hal yang baru

mereka ketahui (dilihat dari pertanyaan yang

diajukan responden). Walaupun informasi

tentang kedua hal tersebut pernah didengar

sebelumnya oleh sebagian responden lain,

namun pengertian dan penjelasannya tidak

diingat (Notoatmodjo, 2012). Kontraindikasi dan

interaksi obat dalam kemasan obat sangat jarang

dibaca oleh masyarakat, sehingga sebagian besar

masyarakat tidak mengetahui tentang

kontraindikasi yang tertera didalamnya.

Page 3: PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) …

71

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Gambar 1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Kelompok Perlakuan dari Hasil Pre-Test Dan Post-Test

Gambar 2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Kelompok Kontrol dari Hasil Pre-Test Dan Post-Test

Pengetahuan responden mengenai

penyebab pilek, dosis obat, hal yang harus

dilakukan ketika mengalami efek samping, dan

penyimpanan obat sudah cukup baik. Ini

ditunjukkan dengan banyakknya jawaban benar

pada pertanyaan tersebut.

Hasil post-test menunjukkan bahwa

hampir semua pertanyaan dapat dijawab

dengan benar oleh responden. Terdapat

beberapa pertanyaan dengan jawaban tidak

tahu yang masih ditemukan pada pertanyaan

tentang kontraindikasi dan interaksi obat.

Gambaran Tingkat Pengetahuan Kelompok

Kontrol

Paga Gambar 2. kategori yang paling

tinggi pada hasil pre-test adalah kategori sedang,

sedangkan pada hasil post-test yang paling tinggi

adalah kategori baik.

Berdasarkan hasil pret-test, jawaban

tidak tahu pada kelompok kontrol hampir sama

dengan kelompok perlakuan yakni paling

banyak pada pertanyaan terkain pengertian

swamedikasi, tanda golongan obat,

kontraindikasi dan interaksi obat. Jawaban yang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Baik Sedang Buruk

30.6

49

20.4

81.6

18.4

0

Pre-test Perlakuan

Post-test Perlakuan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Baik Sedang Buruk

26.5

49

24.5

46.9

38.8

14.3

Pre-test Kontrol

Post-test Kontrol

Page 4: PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) …

72

Volume 6 Nomor 1 – Maret 2016

benar pada kelompok kontrol dari hasil pre-test

berbeda dengan kelompok perlakuan. Padahasil

post-testmenunjukkan bahwa pada kelompok

kontrol memiliki pengetahuan yang baik tentang

penyebab pilek, dosis obat dan efek samping

obat pilek.

Hasil post-test dengan jawaban tidak

tahu masih ditunjukkan pada pertanyaan yang

sama seperti jawaban pada saat pre-test yakni

tentang istilah swamedikasi, tentang

penggolongan obat, tentang kontraindikasi,

tentang interaksi obat, dan tentang

penyimpanan obat. Jawaban yang paling banyak

benar adalah pertanyaan tentang penyebab

pilek.

Responden memilih jawaban tidak tahu

pada pertanyaan tentang istilah swamedikasi

dan golongan obat dikarenakan istilah

swamedikasi dan tanda golongan obat

merupakan hal yang baru bagi responden.

Kontraindikasi obat juga merupakan hal yang

baru diketahui oleh responden sehingga hal

tersebut yang paling diperhatikan dan

dipertanyakan pada saat edukasi. Pada

kelompok kontrol, hasil jawaban pada saat

pretest dan postest mengalami sedikit

peningkatan, hal tersebut dikarenakan pada

kelompok kontrol tidak diberikan edukasi

sehingga jawaban responden berdasarkan

pengetahuan dan ingatan mereka saja.

Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat

Pengetahuan

Berdasarkan tabel I, hasil p value > 0,05

yakni 0,571. Hal tersebut berarti tidak ada

perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test

pada kelompok kontrol dan hasil pre-test

padakelompok perlakuan. Hasil post-test

kelompok kontrol dan hasil post-test kelompok

perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan.

Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil p value yang

kurang dari 0,05 yakni 0,000. Salah satu faktor

yang menyebabkan perbedaan hasil signifikan

adalah adanya edukasi CBIA. Edukasi hanya

diberikan pada kelompok perlakuan sehingga

hasil post-test perlakuan lebih tinggi daripada

hasil post-test kelompok kontrol yang kemudian

menyebabkan hasil signifikan.

Tingkat Pengetahuan Kelompok Kontrol dan

Perlakuan

Uji yang dilakukan untuk

membandingkan antara hasil pre-test dan post-

test pada kelompok kontrol menghasilkan data

yang signifikan dengan p value 0,015 yakni

kurang dari 0,050. Pada kelompok kontrol tidak

diberikan edukasi, namun hasil yang signifikan

bisa disebabkan oleh cara responden menjawab

pertanyaan dalam kuesioner. Pengisian pre-test

dilakukan sendiri-sendiri, namun ketika

pengisian post-test dilakukan secara bersama-

sama dengan responden lain sehingga hasil post-

test dan hasil pre-testdapat berbeda signifikan.

Berdasarkan p value yang

menunjukkan hasil 0,000 yakni kurang dari 0,05

sehingga hasil tingkat pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan penyuluhan berbeda

signifikan. Hasil yang signifikan tidak bisa

langsung disimpulkan sebagai pengaruh dari

pemberian edukasi CBIA, namun juga karena

adanya kesadaran responden untuk

mendengarkan dan memahami edukasi yang

diberikan (Supardi, 2006). Jarak waktu antara

pengisian pre-test dan post-test cukup dekat,

sehingga kemungkinan responden masih

mengingat pertanyaan yang diberikan ketika

pre-test. Beberapa hal tersebut diduga sebagai

faktor lain yang dapat menyebabkan

peningkatan pengetahuan responden. Common cold merupakan penyakit yang

sering terjadi, bisa terjadi kapan saja dan pada

siapa saja (Gitawari, 2014). Lebih dari 80%

responden di Desa Umbulmartani pernah

mengalami dan mengkonsumsi obat common

cold. Informasi pada kemasan obat yang tidak

selalu dibaca menyebabkan responden tidak

mengetahui adanya interaksi dan kontraindikasi

dalam obat common cold, begitu juga istilah-

istilah dan tanda golongan obat yang

merupakan hal baru bagi responden. Hal itu

dikarenakan belum adanya pemberitahuan atau

penyuluhan terkait obat common cold dan istilah

tersebut. Edukasi CBIA yang memberikan

informasi terkait obat common cold mulai dari

penyebab penyakit, tanda golongan obat, dosis

obat, kontraindikasi, interaksi obat serta

penyimpanan obat dapat meningkatkan

pengetahuan responden menjadi 81,6%.

Page 5: PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) …

73

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Tabel I. Hasil Perbandingan Kelompok Kontrol dan Perlakuan dari Hasil Pre-Test dan Post-Test

Nilai Pre-test Nilai Post-test

Asymp, Sig. (2-tailed) ,571 0,000

Keterangan: Uji menggunakan Mann-Whitney Test

Penelitian CBIA sebagai metode edukasi

juga pernah dilakukan oleh Noerdianingsih

(2014). Hasil penelitian tersebut juga

menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan

responden. Akan tetapi, sampel yang digunakan

serta waktu pre-test dan post-test berbeda

sehingga hasilnya tidak sepenuhnya disertakan

dan dibandingkan dengan hasil dari penelitian

ini.

KESIMPULAN

Edukasi CBIA dapat meningkatkan

pengetahuan ibu tentang obat common cold yang

dilakukan secara swamedikasi sebesar 81,6%.

DAFTAR PUSTAKA

Arenatha, F.T., 2014, Analisis Pelayanan

Kefarmasian Pengobatan Swamedikasi

Diukur Dari Penerapan Pendekatan

Diagnosa Deferensial dan 8 Kriteria KIE

Ideal,Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas

Surabaya, 3(1).

Calamusa, A.,et al., 2011, Factor That Influence

Italian Consumers’ Understanding of

Over-the-counter Medicines and Risk

Perception, Patient Education and

Counseling, Italia.

Dinas Kesehatan Sleman, 2013Profil Kesehatan

Sleman Tahun 2013, Dinas Kesehatan

Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Gitawari, R., 2014, Bahan Aktif Dalam Kombinasi

Obat Flu dan Batuk-Pilek, dan Pemilihan

Obat Flu yang Rasional,Media Litbangkas.

Vol. 24 No. 1. p. 10-18.

Hermawati,D.,2012, Pengaruh Edukasi

Terhadap Pengetahuan dan Rasionalitas

Penggunaan Obat Swamedikasi di Dua

Apotek Kecamatan Cimanggis.

Depok,Skripsi. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Meriati, N.W.E, Goenawi, L.R, Wiyono, W.,

2013, Dampak Penyuluhan Pada

Pengetahuan Masyarakat Terhadap

Pemilihan dan Penggunaan Obat Batuk

Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang.

Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 No. 03. 2302-

2493.

Noerdianingsih, E., 2014, Peningkatan

Pengetahuan dan Perilaku Siswa SMA

Di Kota Metro Dalam Swamedikasi

Common Cold Dengan Metode Cara

Belajar Insan Aktif (CBIA),Tesis.

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S., 2012,Metodologi Penelitian

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. p.58-62,

125,126, 162-168, 176-179.

Supardi, S. Notosiswoyo, M., 2006, Pengaruh

Penyuluhan Obat Menggunakan Leaflet

Terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri

di Tiga Kelurahan Kota Bogor, Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan, Bogor. Vol. 9,

4. p. 213-219.

Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C.,

Hiller, J.E., 2008. Identifying Key Beliefs of

Self Medication with Antibiotics in

Yogyakarta City Indonesia,

http://www.inrud.org, diakses 28Februari

2015.

Page 6: PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) …

74

Volume 6 Nomor 1 – Maret 2016