PENGARUH DEVIDEND PAYOUT RATIO, EARNING...
Transcript of PENGARUH DEVIDEND PAYOUT RATIO, EARNING...
PENGARUH DEVIDEND PAYOUT RATIO, EARNING GROWTH, RETURN
ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN CURRENT RATIO TERHADAP
PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014
VETTY IRMA JANUARISTY
110462201038
Pembimbing I
Inge Lengga Sari Munthe, SE, M.Si, Ak, CA
Pembimbing II
Sri Ruwanti, SE, M.Sc
ABSTRAK
Vetty Irma Januaristy, 2016 : Pengaruh Devidend Payout Ratio, Earning Growth,
Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Current
Ratio Terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia
Periode 2010-2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Devidend payout ratio (DPR), Earning growth (EG), Return on equity (ROE), Debt
to equity ratio (DER),dan Current ratio (CR) terhadap Price earning ratio (PER)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-
2014. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014, sebanyak 144 perusahaan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 perusahaan. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari publikasi Indonesian Capital Market Directory
(ICMD). Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier
Berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial DPR, EG, ROE, DER,
dan CR berpengaruh signifikan terhadap PER, secara simultan DPR, EG, ROE, DER,
dan CR berpengaruh signifikan terhadap PER.
Kata Kunci : Price earning ratio (PER), Devidend payout ratio (DPR), Earning
growth (EG), Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), danCurrent
ratio(CR).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah
Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di
Negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal telah menjadi
salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana
alternative bagi perusahaan. Perkembangan pasar modal dibanyak Negara termasuk
Indonesia berhubungan erat dengan peranan penting pasar modal dalam
perekonomian suatu Negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi
ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal, para investor dapat
melakukan investasi pada banyak pilihan investasi, sesuai dengan kemampuan
menganalisa dan keberanian mengambil risiko dimana para investor akan selalu
memaksimalkan return yang dikombinasikan dengan resiko tertentu dalam setiap
keputusan investasinya.
Menurut Sunariyan (2004) dalam Damasita (2011), rasio yang sering
digunakan dalam analisis saham adalah price earning ratio (PER). Pendekatan ini
paling banyak digunakan oleh pemodal dan analisis sekutitas. Pendekatan ini
didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan laba per saham yang akan datang.
Bagi investor semakin tinggi price earning ratio maka pertumbuhan laba yang
diharapkan juga akan mengalami kenaikan (Fahmi, 2012:138). Menurut Sartono
(2001:106) dalam Anggraini (2011), PER diartikan sebagai indikator
Kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan sehingga banyak
pelaku pasar modal menaruh perhatian terhadap pendekatan PER tersebut. Price
earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar
dengan harga saham premium perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat
pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, hal ini
menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa yang akan
datang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung
mempunyai price earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning
ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan.
Semakin tingi harga saham maka PER juga akan semakintinggi, sebaliknya jika harga
saham semakin rendah maka PER juga akan semakin rendah.
Devidend payout ratio (DPR) merupakan bagian lababersih perusahaan yang
dibagikan kepada shareholder (pemilik modal) sebagai deviden. Pemodal lain
mengharapkan capital gain juga mengharapkan deviden. Oleh sebab itu perusahaan
yang sahamnya aktif diperdagangkan akan melakukan pembagian deviden untuk
pemodalnya. Pemilik modal memandang deviden sebagai sinyal kemampuan
perusahaan meningkatkan pendapatan (Hasanah, 2009).
Menurut Harahap (2010:309), Earning growth merupakan rasio yang
menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.
Earning growth berpengaruh langsung terhadap Price earning ratio, bila harga saham
mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa mendatang. Maka
peningkatan laba akan meningkat harga saham dan total kapitalisasi saham.
Return on equity adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga Return on equity ini ada
yang menyebutnya Rentabilitas modal sendiri. Return on equity disebut juga dengan
laba equity. Return on equity (ROE) menunjukkan besarnya laba bersih yang
dihasilkan untuk setiap ekuitas. Adanya pertumbuhan ROE diharapkan terjadi
kenaikan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar dimana hal tersebut dapat
mempengaruhi PER. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumberdaya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas
ekuitas (Fahmi, 2012:137).
Debt to equity menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar
kembali hutang yang ada dengan modal ekuitas yang ada. Rasio yang
menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi
seluruh kewajibannya (Sawir, 2013:13). Jika Debt to equity ratio semakin meningkat
maka menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman
sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat. Maka
dengan meningkatnya Debt to equity ratio maka semakin besar pula yang dibebankan
kepada pihak luar akan semakin meningkat juga. Menurut Anggraini (2012), tingkat
Debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan komposisi total hutang (hutang jangka
pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar apabila dibandingkan dengan total
modal sendiri.
Current ratio adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban jangka pendek (atau utang lancar) pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar (Syahrial danPurba, 2013:137). Semakin tinggi
current ratio semakin baik untuk menutupi kewajiban lancar, dan kalau current ratio
itu semakin tinggi maka tidak baik Karena perusahaan tidak dapat mengelola aktiva
lancer dengan baik. Menurut Anggraini (2012) current ratio yang tinggi memberikan
indikasi jaminan yang baik bagi kreditur jangka pendek dalam arti setiap saat
perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial
jangka pendeknya, namun semakin besar current ratio mencerminkan likuiditas
perusahaan semakin tinggi Karena perusahaan mempunyai kemampuan membayar
yang besar sehingga mampu memenuhi semua kewajiban finansialnya.
Berhubungan dengan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “PengaruhDevidend Payout Ratio, Earning Growth, Return On Equity,
Debt To Equity Ratio dan Current Ratio Terhadap Price Earning Ratio pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2010-2014”. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh devidend
payout ratio, earning growth, return on equity, debt to equity ratio dan Current ratio
terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2010-2014. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan
variabel bebas yaitu devidend payout ratio (X1), earning growth (X2), return on
equity (X3), debt to equity ratio (X4)danCurrent ratio (X5). Variabel terikat
(dependend variabel) yaitu price earnig ratio.
1.2 PerumusanMasalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini yaitu :
1. Apakah Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio
(PER) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2014 ?
2. Apakah Earning Growth berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER)
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014 ?
3. Apakah Return On Equity berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER)
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014 ?
4. Apakah Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio
(PER) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2014 ?
5. Apakah Current ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-
2014?
6. Apakah Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to
equity ratio,danCurrent ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio
(PER) pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2014 ?
1.3 TujuanPenelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning
Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesiaperiode
2010-2014.
2. Untuk mengetahui pengaruh Earning Growth terhadap Price Earning Ratio
(PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-
2014.
3. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity terhadap Price Earning Ratio
(PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesiaperiode 2010-
2014.
4. UntukmengetahuipengaruhDebt To Equity RatioterhadapPrice Earning Ratio
(PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa EfekIndonesia periode 2010-
2014.
5. UntukmengetahuipengaruhCurrent ratioterhadapPrice Earning Ratio (PER)
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesiaperiode 2010-2014.
6. Untuk mengetahui pengaruh Devidend payout ratio, Earning growth, Return
on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio terhadap Price Earning
Ratio (PER) pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan
bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja keuangan akan
meningkat.
2. Bagi emiten, penelitian ini untuk memberi gambaran tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) karena sangat berpengaruh
pada perusahaan untuk membeli saham di BEI.
3. Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat bagi kita karena menambah
ilmu serta meningkatkan pengetahuan tentang Price Earning Ratio (PER) dan
sebagai bahan tambahan referensi untuk mengetahui posisi keuangan
perusahaan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini akan disajikan dalam lima bab dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
Tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu,
Kerangka pemikiran, Hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan tentang variabel penelitian, populasi dan
Sampel, jenis dan data yang diperlukan serta metode pengumpulan
Data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, serta Inteprestasi hasil.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran serta keterbatasan penulis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 KajianPustaka
2.1.1 Price Earning Ratio ( PER )
Price Earning Ratio adalah salah satu dasar dalam analisis fundamental dan
sering digunakan dalam analisis saham. Price Earning Ratio juga dikenal dalam
indikator yang terpenting di dalam pasar modal. Menurut Lusiana (2010) PER yang
tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham
premium perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi
biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, hal ini menunjukkan
bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa yang akan datang. Sebaliknya
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price
earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham
maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. Jadi semakin kecil
nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan
semakin baik kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
Menurut Husnan (2001) dalam Damasita (2011), ada tiga komponen yang
mempengaruhi laba bagi perusahaan besar/kecilnya PER antara lain:
1. Dividend payout ratio, menunjukkan besarnya dividend yang akan dibayarkan
perusahaan kepada investor dari earning yang diperoleh,
dengan kata lain DPR merupakan perbandingan antara dividend yang
dibayarkan perusahaan terhadap earning yang diperoleh perusahaan.
2. Tingkat return yang disyaratkan, yang merupakan tingkat return yang
syaratkan investor atas suatu saham sebagai kompensasi atas resiko yang
harus ditanggung investor.
3. Tingkat pertumbuhan dividend yang diharapkan, merupakan fungsi dari
besarnya ROE dan tingkat laba.
Penilaian saham dengan modal price earning ratio ini lebih sering digunakan
oleh investor dari pada penggunaan atas dividend, karena modal PER nampaknya
lebih mudah dipergunakan dari pada model PER nampaknya lebih mudah
dipergunakan daripada model beradasarkan atas dividend. Menurut Tjiptono (2001)
dalam Ratih (2010), price earning ratio dapat digunakan sebagai berikut:
1. Menentukan nilai pasar saham yang akan diharapkan
2. Menentukan nilai pasar saham yang akan datang
3. Menentukan tingkat kapitalisasi saham
Kenaikan price earning ratio disebabkan karena adanya harga saham yang
naikdan laba perlembar saham yang tetap, sedangkan penurunanprice earning ratio
disebabkan karena adanya harga saham yang turun dan laba per lembar saham turun.
Menurut Lusiana (2010), price earning ratio (PER) digunakan untuk memprediksi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa depan dari suatu perusahaan.
Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilah-milah saham mana yang
nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang.
Rumus yang akan digunakan untuk mengukur Price earning ratio (Fahmi,
20112:138) adalah sebagai berikut:
𝑷𝑬𝑹 =𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒍𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒍𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎
Dimana menurut Fahmi (2012:138), untuk mengukur laba perlembar saham
adalah sebagai berikut:
𝑬𝑷𝑺 =𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒃𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓
2.1.2 Devidend Payout Ratio ( DPR )
Devidend Payout Ratio merupakan bagian laba bersih perusahaan yang
dibagikan kepada shareholder (pemilik modal) sebagai deviden. Pemodal lain
mengharapkan capital gain juga mengharapkan deviden. Oleh sebab itu perusahaan
yang sahmnya aktif diperdagangkan akan melakukan pembagian deviden untuk
pemodalnya. Pemilik modal memandang deviden sebagai sinyal kemampuan
perusahaan meningkatkan pendapatan.Deviden merupakan aliran kas yang
dibayarkan para pemegang saham.
Menurut Husnan (2001) dalam Damasita (2011), kebijakan dividend
menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang
saham, pendapat tentang dividend dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Pendapat yang menginginkan deviden dibagikan sebesar-besarnya
2. Pendapat yang mengatakan bahwa kebijakan deviden tidak relevan
3. Pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan seharusnya justru membagikan
deviden sekecil mungkin.
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:321), pembagian dividen
umumnya didasarkan atas akumulasi laba (yaitu laba ditahan) atau atas beberapa pos
modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen memiliki jenis sebagai
berikut:
1. Dividen tunai
2. Dividen property
3. Dividen likuidasi
4. Dividen saham
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2008), rumus yang digunakan untuk
mengukur dividend payout ratio adalah sebagai berikut:
𝑫𝒆𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏𝒅 𝒑𝒂𝒚𝒐𝒖𝒕 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝑫𝒊𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏 𝒕𝒖𝒏𝒂𝒊
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
2.1.3 Earning Growth
Menurut Harahap (2010:309) Earning growth merupakan rasio yang
menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.
Suatu perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba yang semaksimal mungkin dari
operasional perusahaannya, karena laba merupakan salah satu indikator utama bagi
keberhasilan manajemen dan operasional suatu perusahaan.Laba merupakan
pendapatan perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya yang terjadi. Semakin tinggi
laba bersih, akan berpengaruh terhadap besarnya Earning per share yang
menunjukkan profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitasyang meningkat
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, yang berbuah kepercayaan
investor kepada perusahaan sehingga harga saham akan naik. Jika laba menurun
maka akan berdampak buruk terhadap Price earning ratio, bila harga saham
mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa mendatang maka
peningkatan laba akan meningkat harga saham dan total kapitalisasi saham.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Earning growth menurut
Usman (2001) dalam Saputra (2010), sebagai berikut :
𝑬𝑮 =𝑬𝑷𝑺𝒕 − 𝑬𝑷𝑺𝒕 − 𝟏
𝑬𝑷𝑺𝒕 − 𝟏
Keterangan:
Epst :laba per lembar saham tahun sekarang
Epst-1: laba perlembar saham tahun sebelum
2.1.4 Return On Equity ( ROE )
Menurut Hanafi dan Halim (2009:178) Return On Equity adalah kemampuan
perusahaan menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa. Menurut Sutrisno
dalam Saputra (2010), Return on equity adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga Return on
equity ini ada yang menyebutnya Rentabilitas modal sendiri. Return on equity mampu
menghasilkan laba dari perusahaan, laba yang diperoleh perusahaan pertama dipakai
untuk membayar bunga hutang, kemudian saham preferens, baru kemudian diberikan
ke pemegang saham biasa. Menurut Fahmi (2012:137) ROE adalah rasio sejauh mana
investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan. Return on equity merupakan salah satu profitabilitas
yang menunjukkan perbandingan antara laba setelah pajak dibandingkan dengan
modal sendiri. Semakin besar nilai Return on equity maka perusahaan belum tentu
dianggap semakin menguntungkan, sehingga perusahaan yang memiliki Profitable
investment opportunities (peluang investasi yang menguntungkan) yang bagus belum
tentu akan memberikan reward (penghargaan) berupa PER yang tinggi.Return on
equity merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan investasi. Dalam
Return on equityakan ditemukan tiga hal yaitu kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (profitability), efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (Asset
Management), dan hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (Financial
Leverage)
Rumus yang digunakan untuk mengukur ROE menurut Fahmi (2012:137),
sebagai berikut:
𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝑶𝒏 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 =𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒇𝒕𝒆𝒓 𝒕𝒂𝒙
𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆𝒉𝒐𝒍𝒅𝒆𝒓′𝒔 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
Keterangan :
Shareholder’s Equity : Modal Sendiri
2.1.5 Debt To EquityRatio (DER)
Debt to equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio ini
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang Anggaraini (2013).DER
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang yang ada
dengan modal ekuitas yang ada.Menurut Sawir (2013:13), adalah rasio yang
menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
dan menunjukkan kemampuan seluruh kewajibannya. Jika DER semakin meningkat
maka menunjukkan kinerja perusahaan yang buruk, sebaliknya semakin tinggi DER
menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga
ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat dan mengurangi
minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan tersebut. Semakin besar
nilai Debt To Equity Ratio menandakan bahwa struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang-hutang realtif terhadap ekuitas. Meningkatnya hutang
berarti resiko yang dihadapi akan semakin meningkat, sehingga kepercayaan pasar
berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dan mengakibatkan PER
semakin kecil. Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Aji (2012) sebuah
perusahaan yang menggunakan pendanaan melalui utang memiliki tiga implikasi
penting yaitu :
1. Dengan memperoleh dana melalui utang para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka dengan perusahaan yang sekaligus
membatasi investasinya yang telah diberikan oleh pihak perusahaan yang akan
mereka berikan.
2. Kreditur akan melihat kepada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah suatu
modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka akan semakin kecil resiko
yang akan dihadapi oleh pemegang saham, maka akan semakin kecil resiko
yang akan dihadapi oleh kreditur.
3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana
hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang akan dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemiliki akan diperbesar.
Rumus yang digunakan untuk mengukur DER Menurut Fahmi (2012:128)
adalah sebagai berikut:
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑻𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆𝒉𝒐𝒍𝒅𝒆𝒓′𝒔 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
2.1.6 Current Ratio
Current ratio adalah merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek (atau utang
lancar) pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar (Syahrial dan
Purba, 2013:37). Menurut Darsono dan Ashari (2005) dalam Aji (2012), semakin
tinggi rasio lancar, kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
pendek juga semakin besar, tetapi Current ratio yang terlalu tinggi mengindikasikan
adanya dana yang menganggur, sehingga mengurangi tingkat laba/profitabilitas
perusahaan, karena harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang
diharapkan masa mendatang maka penurunan laba perusahaan berakibat PER juga
turun. Menurut Subramanyam dan Wild (2011:243-244) dijelaskan alasan
digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup
kemampuannya untuk mengukur :
1. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar.
makin tinggi jumlah (kelipatan) aset terhadap kewajiban lancar, makin besar
keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
2. Penyangga kerugian.
Makin besar penyangga, makin kecil risikonya.Rasio lancar menunjukkan
tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar
non-kas pada aset tersebut dilepas atau dilikuitditasi.
3. Cadangan dana lancar
Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan
kejutan atas arus kas perusahaan.Ketidakpastian dan kejutan seperti
pemogokan dan kerugian luar biasa dapat membahayakan arus kas secara
sementara dan tidak terduga.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Current ratio adalah sebagai
berikut (Fahmi,2012:121) :
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Dalam rangka untuk mengetahui pengaruh devidend payout ratio, earning
growth, return on equity, debt to equity ratio dan current ratio terhadap price earning
ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014, maka
objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan di
Bursa Efek Indonesia dan berkaitan langsungdengan perusahaan manufaktur yang
berupa data laporan keuangan (annual report) tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014
yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu konsep yang beragam atau bervariasi. Variabel
dibedakan adalah sebagai berikut:
1. Variabel dependen (y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain
(independen).Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah price earning
ratio (PER). Price earning ratio adalah perbandingan antara harga per lembar saham
dengan laba per lembar saham (Earning Per share). Adapun rumus yang digunakan
dalam mengukur price earning ratio adalah sebagai berikut (Fahmi,2012:138):
𝑷𝒓𝒊𝒄𝒆 𝒆𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒍𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒍𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎
Dimana menurut Fahmi (2012:138), untuk mengukur laba per lembar saham
adalah sebagaiberikut:
𝑬𝑷𝑺 =𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒃𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓
2. Variabel Independen (X)
Variabel bebas adalah variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel
lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Devidend payout ratio, Earning
growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio.
a. Devidend Payout Ratio (DER)
Dividend payout ratio (DPR) merupakan laba bersih perusahaan yang
dibagikan kepada shareholder (pemilik modal) sebagai deviden. Pemodal lain
mengharapkan capital gain juga mengharapkan deviden. Oleh sebab ituperusahaan
yang sahamnya aktif di perdagangkan akan melakukan pembagian deviden untuk
pemodalnya. Pemilik modal memandang deviden sebagai sinyal kemampuan
perusahaan meningkatkan pendapatan (Hasanah,2009).
Adapun rumus dividend payout ratio Menurut Kieso, Weygandt, Warfield
(2008) adalah sebagaiberikut:
𝑫𝒆𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏𝒅 𝑷𝒂𝒚𝒐𝒖𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝑫𝒊𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏 𝑻𝒖𝒏𝒂𝒊
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
b. Earning Growth (pertumbuhan laba)
Menurut Harahap (2010:309), Earning growth merupakan rasio yang
menggambarkan persentase pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Suatu
perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin dari operasional
perusahaannya, karena laba merupakan salah satu indikator utama bagi keberhasilan
manajamen dan operasional suatu perusahaan.
Menurutusman (2001) dalam Saputra (2010), Earning growth dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑬𝑮 = 𝑬𝑷𝑺𝒕 − 𝑬𝑷𝑺𝒕 − 𝟏
𝑬𝑷𝑺 𝒕 − 𝟏
c. Return On Equity (ROE)
Menurut Hanafi dan Halim (2009:178), Return on equity adalah kemampuan
perusahaan menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa. Menurut Sartono
(2000:197) dalam Saputra (2010), Return on equity adalah kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga return
on equity ini ada yang menyebutnya Rentabilitas modal sendiri. Adapun rumus untuk
mengukur return on equity (Fahmi, 2012:137) adalah sebagaiberikut:
𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝑶𝒏 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 = 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒙 (𝒆𝒂𝒕)
𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆𝒉𝒐𝒍𝒅𝒆𝒓′𝒔 𝒆𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
d. Debt To EquityRatio (DER)
Debt to equity ratio menggambarkan tentang rasio keuangan perusahaan
untuk membayar kembali hutang yang ada dengan modal ekuitas yang ada. Debt to
equity ratio adalah perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rumus
yang digunakan untuk mengukur debt to equity ratio sebagai berikut
(Fahmi,2012:182) :
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑻𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆𝒉𝒐𝒍𝒅𝒆𝒓′𝒔 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
e. Current Ratio
Current ratio adalah merupakan rasio likuiditas, menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek (atau utang
lancar) pada saatjatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar (Syahrial dan Purba,
2013:37). Menurut Darsono dan Ashari (2005) dalam Aji (2012) semakin tinggi rasio
lancar , kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga
semakin besar, tetapi current ratio yang terlalu tinggi mengindikasikan adanya dana
yang menganggur, sehingga akan mengurangi tingkat laba/profitabilitas, karena
harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan masa mendatang
maka penurunan laba perusahaan akan berakibat PER juga turun. Adapun Rumus
yang digunakan untuk mengukur Current ratio (Fahmi,2012:121) adalah sebagai
berikut:
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukakan dengan dokumentasi dari perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Dokumentasi dilakukan
dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan yang terdaftar di
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Ada dua metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Teknik Dokumentasi
Mengumpulkan laporan keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini
sebagai data yang di dapat melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id).
2. Teknik Pustaka
Membaca dan mempelajari buku-buku serta jurnal-jurnal penelitian yang
berkaitan dengan price earning ratio.
3.4 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
(listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah populasi penelitian adalah 144
perusahaan. Metoda pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
method.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti sebagai suatu pendugaan
terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Menurut Sugiyono (2007:73)
sampel adalah bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sampel
harus bersifat respresentatif yang dapat menggambarkan secara keseluruhan populasi
dalam penelitian dan bertujuan untuk mempermudah penelitian tersebut.Sampel
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang selalu menyajikan laporan
keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014. Sampel penelitian
dilakukan secara purposive sampling, dimana sampel digunakan apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2010-2014.
2. Perusahaan tidak membagikan dividen secara berturut-turut dari tahun 2010-
2014.
3. Perusahaan pernah mengalami kerugian selama periode 2010-2014.
www.idx.co.id
3. 5 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
sumber datanya diperoleh dari Bursa Efek Indonesia terutama trable trading dan
financial ratios untuk bulanDesember 2010 sampai dengan 2014 secara tahunan.
Data yang diambil berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan keuangan atas
laba-rugi, neraca atas laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia ( BEI ) melalui situs homepage www.idx.co.id.
3.6 MetodeAnalisis
Tujuan penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi
ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
hubungan variabel dependen dan variabel indepen dan secara menyeluruh baik secara
parsial maupun secara simultan. Dalam penggunaan regresi berganda ini, pengujian
hipotesis harus menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi klasik ini
dikarenakan agar variabel independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak
mengalami bias.
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Karena data yang digunakan data sekunder, maka untuk menentukan
ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang
mendasari model regresi. Penyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji multikoleniaritas yang secara rinci dapat
di jelaskan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
MenurutPriyatno (2011:277), Uji normalitas pada model regresi digunakan
adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak.Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal
atau tidak. Jadi dalam hal ini yang di uji normalitas bukan dilakukan pada masing-
masing variabel independen dan dependen tetapi pada nilai residual yang dihasilkan
dari model regresi. Dalam pengujian model regresi terdapat dua cara, namun yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji one sample kolmogrof-smirnov. Cara untuk
mendeteksinya adalah dengan nilai signifikan residual. jika signifikansi lebihdari 0,05
maka residual terdistribusi secara normal.
2. Uji Multikoleniaritas
Menurut Ghozali (2006:91), Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable
independen.Untuk melihat adanya atau terjadinya multikolnieritas atau tidak dapat
dilihat dari nilai tolerance dan nilai inflation factor (VIF), dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Jika nilai tolerance < 0,10 maka terjadi multikolonieritas, sebaliknya nilai
tolerance > 0,10 data bebas dari multikolonieritas.
b. Jika nilai variance inflation factor (VIF) < 10 maka data bebas dari
multikolonieritas.
1. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013:139), Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda heteroskedastisitas.
Kebanyakan homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas. Ada beberapa
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas :
a. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah di –studentized.
2. UjiAutokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mencari tahu, apakah kesalahan (errors) suatu
data pada period tertentu berkorelasi dengan periode lainnya. Cara untuk mengetahui
apakah mengalami autokorelasi adalah dengan mengecek nilai Durbin-Watson
(DW). Syarat tidak terjadi autokorelasi adalah 1<DW<3 (Natanael dan Sufren,
2014:104).
3.6.2 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen
dengan satu atau lebih variabel dependen. Regresi digunakan untuk mengetahui
apakah faktor dividend payout ratio, earning growth, return on equity, debt to equity
ratio, dan current ratio berpengaruh terhadap price earning ratio. Adapun model
regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y = PriceEarning Ratio
A = Konstanta
X1 = Devidend payout ratio
X2 = Earning growth
X3 = Return on equity
X4 = Debt to equity ratio
X5 = Current ratio
B1,B2,B3,B4,B5 = KoefisienRegresi
e = Error
3.6.3 Pengujian Hipotesis Adapun pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Uji F (Simultan)
Menurut Imam Ghozali (2006) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Untuk menguji kedua hipotesis ini
digunakan uji statistic F :
a. Taraf signifikan𝛼 = 0,05
b. Kriteria pengujian dimana Ha diterima apabila p value < 𝛼 dan Ha ditolak
apabila p value >𝛼
2. Uji T (Parsial)
Menurut Imam Ghozali (2006) ujistatistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05
(𝛼=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria :
a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi
Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda masing-masing
variabel yaitu devidend payout ratio, earning growth, return on equity, debt to equity
ratio, dan Current ratio secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu price earning ratio (PER) yang dinyatakan dengan R2 untuk mengetahui
koefisien determinasi atau seberapa besar pengaruh terhadap price earning ratio.
Determinasi dimaksudkan untuk mengetahui persentase variabel bebas terhadap
variabel terikat yang sudah di uji dengan analisis korelasi dengan menggunakan
persen (%). Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan persentase pengaruh
semua variabel independen terhadap variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Unit Analisis / Observasi
Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang
menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis
ini untuk menjelaskan karakteristik sampel terutama mencakup nilai rata-rata (mean),
nilai ekstrimnya, nilai minimum dan nilai maksimum, serta standar deviasi.
Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi price earning ratio, dividend payout
ratio, earning growth, return on equity, debt to equity ratio,dancurrent ratio, maka
akan dapat diketahui nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean )dan standar
deviasi dari setiap variabel.
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PER 45 .5490 69.4700 17.517123 14.8756310 DPR 45 .0095 1.7715 .377973 .3059195 EG 45 -.6516 5.1429 .342348 1.0511090 ROE 45 .0171 2.3849 .263305 .3389792 DER 45 .0002 1.9736 .610263 .4693491 CR 45 .2583 18.7538 3.527526 3.2210312
Valid N (listwise) 45
Sumber : Data OlahanSPSS 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa :
1. Nilai minimum untuk variabel price earning ratio adalah 0,5490 dan nilai
maksimumnya 69,4700. Rata-rata variabel price earning ratio adalah 17,517123
dan standar deviasinya adalah 14,8756310.
2. Nilai minimum untuk variabel dividend payout ratio adalah 0,0095 dan nilai
maksimumnya 1,7715. Rata-rata variabel dividend payout ratio adalah 0,377973
dan standar deviasinya adalah 0,3059195.
3. Nilai minimum untuk variabel earning growth adalah -0,6516 dan nilai
maksimumnya 5,1429. Rata-rata variabel earning growth adalah 0,342348 dan
standar deviasinya adalah 1,0511090.
4. Nilai minimum untuk variabel return on equity adalah 0,0171 dan nilai
maksimumnya 2,3849. Rata-rata variabel return on equity adalah 0,263305 dan
standar deviasinya adalah 0,3389792.
5. Nilai minimum untuk variabel debt to equity ratio adalah 0,0002 dan nilai
maksimumnya 1,9736. Rata-rata variabel debt to equity ratio adalah 0,610263
dan standar deviasinya adalah 0,4693491.
6. Nilai minimum untuk variabel current ratio adalah 0,2583 dan nilai maksimumnya
adalah 18,7538. Rata-rata variabel current ratio adalah 3,527526 dan standar
deviasinya adalah 3,2210312.
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Uji Normalitas
Menurut Priyatno (2011:277), uji normalitas pada model regresi digunakan
untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. jadi dalam
hal ini yang di uji normalitas bukan masing-masing variabel independen dan
dependen tetapi juga nilai residual yang dihasilkan dari model regresi. Dalam
pengujian model regresi terdapat dua cara, namun yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji one sample kolmogrof-smirnov. Cara untuk mendeteksinya adalah
dengan nilai signifikan residual. Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka residual
terdistribusi secara normal.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogrov-Smirnov
Sumber
:Data
Olahan SPSS 21
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai terdistribusi secara normal dengan nilai
signifikansi 0,299 > 0,05. Sehingga membuktikan bahwa analisis data dapat
dilanjutkan karena residual telah terdistribusi secara normal.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas dengan grafik P-P Plot
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 12.12110347
Most Extreme Differences
Absolute .145
Positive .145
Negative -.129
Kolmogorov-Smirnov Z .974
Asymp. Sig. (2-tailed) .299
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0
Dari gambar 4.1 grafik normal P-P Plot diatas, dapat diketahui bahwa data
ditunjukkan berupa titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal. Dengan demikian berdasarkan gambar P-P Plot diatas, dapat
disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi
asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2006:91), Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Untuk melihat adanya atau terjadinya multikolnieritas atau tidak dapat
dilihat dari nilai tolerance dan nilai inflation factor (VIF), dengan ketentuan sebagai
berikut:
3. Jika nilai tolerance < 0,10 maka terjadi multikolonieritas, sebaliknya nilai
tolerance > 0,10 data bebas dari multikolonieritas.
4. Jika nilai variance inflation factor (VIF) < 10 maka data bebas dari
multikolonieritas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant)
7.325 5.052 1.450 .155
DPR 21.716 7.529 .447 2.884 .006 .710 1.408
EG 6.197 1.986 .438 3.120 .003 .864 1.157
ROE .487 5.772 .011 .084 .933 .984 1.016
DER 2.112 4.556 .067 .464 .645 .824 1.214
CR -.441 .625 -.095 -.705 .485 .928 1.077
a. Dependent Variable: PER
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0
Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel DPR dengan nilai tolerance 0,710
dan nilai VIF 1,408. Variabel EG dengan nilai tolerance 0,864 dan nilai VIF 1,157.
Variabel ROE dengan nilai tolerance 0,984 dan nilai VIF 1,016. Variabel DER
dengan nilai tolerance 0,824 dan nilai VIF 1,214. Variabel CR dengan nilai tolerance
0,928 dan nilai VIF 1,077.Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keseluruhan variabel
tidak terjadi multikolinearitas karena masing-masing variabel nilai tolerance kurang
dari 1 dan nilai VIF kurang dari 10.
3. UjiAutokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mencari tahu, apakah kesalahan (errors) suatu data
pada period tertentu berkorelasi dengan periode lainnya. Cara untuk mengetahui
apakah mengalami autokrelasi adalah dengan mengecek nilai Durbin-Watson (DW).
Syarat tidak terjadi autokorelasi adalah 1<DW<3 (Natanael dan Sufren, 2014:104).
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .580a .336 .251 12.87467 2.016
a. Predictors: (Constant), CR, ROE, EG, DER, DPR
b. Dependent Variable: PER
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai uji Durbin-Watson adalah
2,016. Angka ini lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3. Secara ringkas =
1<2,016<3. Karena DW berada diantara dua angka batasan autokorelasi, maka dapat
disimpulkan dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
4. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2013:139), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda heteroskedastisitas.
Kebanyakan homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas :
a. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
dengan residual SRESID. Deteksi ada atu tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah
di –studentized.
Tabel 4.5
Hasil Uji Korelasi Spearman Rho’s
Sumber : Data Olahan SPSS 21
Correlations
Unstandardized Residual
DPR EG ROE DER CR
Spearman's rho
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
1.000 .215 -.105 .162 -.123 .169
Sig. (2-tailed) . .156 .493 .288 .421 .266
N 45 45 45 45 45 45
DPR
Correlation Coefficient
.215 1.000 -.603** -.243 .238 -.347
*
Sig. (2-tailed) .156 . .000 .108 .115 .019
N 45 45 45 45 45 45
EG
Correlation Coefficient
-.105 -.603** 1.000 .511
** -.212 .059
Sig. (2-tailed) .493 .000 . .000 .161 .701
N 45 45 45 45 45 45
ROE
Correlation Coefficient
.162 -.243 .511** 1.000 -.250 .127
Sig. (2-tailed) .288 .108 .000 . .097 .407
N 45 45 45 45 45 45
DER
Correlation Coefficient
-.123 .238 -.212 -.250 1.000 -.241
Sig. (2-tailed) .421 .115 .161 .097 . .111
N 45 45 45 45 45 45
CR
Correlation Coefficient
.169 -.347* .059 .127 -.241 1.000
Sig. (2-tailed) .266 .019 .701 .407 .111 .
N 45 45 45 45 45 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada variabel independen
DPR adalah 0,156. Variabel independenEG adalah 0,493. Variabel ROE adalah
0,288. Variabel independen DER adalah 0,421. Variabel independen CR adalah
0,266. Maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dikarenakan masing-
masing variabel independen nilai signifikansinya > 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan data bebas dari masalah heteroskedastisitas.
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Sumber : Data Olahan SPSS 21
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titi-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga
modl regresi layak dipakai untuk memprediksi PER keluarga berdasarkan masukan
variabel independen DPR, EG, ROE, DER, CR.
4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Devidend payout ratio,
Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio terhadap
Price earning ratio di BEI adalahsebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1
(Constant)
7.325 5.052
DPR 21.716 7.529 .447
EG 6.197 1.986 .438
ROE .487 5.772 .011
DER 2.112 4.556 .067
CR -.441 .625 -.095
a. Dependent Variable: PER
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0
Dari tabel diatas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui
pengaruh Devidend payout ratio,Earning growth,Return on equity,Debt to equity
ratio, dan Current ratio terhadap Price earning ratio sebagai berikut :
Y = 7,325 + 21,716 X1 + 6,197 X2 + 0,487 X3 + 2,112 X4 - 0,441 X5
a. Berdasarkan persamaan regresi diatas, nilai konstanta jika variabel
independen bernilai nol maka variabel dependen Y (Price earning
ratio)adalah sebesar 7,325 atau apabila tidak terdapat pengaruh dari variabel
independen atau jika x1,x2,x3,x4,x5 = 0, maka nilai variabel dependen Y
(Price earning ratio) adalah 7,325.
b. Koefisien regresi untuk Devidend payout ratio
Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabelDevidend payout
ratio adalah 21,716. Nilai Devidend payout ratio yang positif menunjukkan
adanya hubungan yang searah dengan Price earning ratio yang artinya jika
setiap kenaikan Devidend payout ratio sebesar 1 satuan, maka akan
menaikkan nilai Price earning ratio sebesar 21,716 dengan asumsi variabel
independen lainnya konstan.
c. Koefisien regresi untuk Earning growth
Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabel Earning growth
adalah 6,197. Nilai Earning growth yang positif menunjukkan adanya
hubungan yang searah dengan Price earning ratio yang artinya jika setiap
kenaikan Earning growth sebesar 1 satuan, maka akan menaikkan nilai Price
earning ratio sebesar 6,197 dengan asumsi variabel independen lainnya
konstan.
d. Koefisien untuk Return on equity
Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabel Return on equity
adalah 0,487. Nilai Return on equity yang positif menunjukkan adanya
hubungan yang searah dengan Price earning ratio yang artinya jika setiap
kenaikan Return on equity sebesar 1 satuan, maka akan menaikkan nilai
Return on equity sebesar 0,487 dengan asumsi variabel independen lainnya
konstan.
e. Koefisien untuk Debt to equity ratio
Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabelDebt to equity
ratio adalah 2,112. Nilai Debt to equity yang positif menunjukkan adanya
hubungan yang searah dengan Price earning ratio yang artinya jika setiap
kenaikan Debt to equity ratio sebesar 1 satuan, maka akan menaikkan nilai
Debt to equity ratio sebesar 2,112 dengan asumsi variabel independen
lainnya konstan.
f. Koefisien untuk Current ratio
Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabel Current ratio
adalah -0,441. Nilai Current ratio yang negatif menunjukkan adanya
hubungan yang tidak searah dengan Price earning ratio yang artinya jika
setiap kenaikan Current ratio sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan nilai
Price earning ratio sebesar 0,441 dengan asumsi variabel independen lainnya
konstan.
4.2.2 Pengujian Hipotesis
1. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)
Menurut Imam Ghozali (2006), Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level
0,05(α = 5 %).
Tabel 4.7
Hasil Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 7.325 5.052 1.450 .155
DPR 21.716 7.529 .447 2.884 .006
EG 6.197 1.986 .438 3.120 .003
ROE .487 5.772 .011 .084 .933
DER 2.112 4.556 .067 .464 .645
CR -.441 .625 -.095 -.705 .485
a. Dependent Variable: PER
Sumber : Data Olahan SPSS 21
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial DPRmemiliki nilai
signifikansi 0,006 < 0,05 dan nilai Thitung 2,884>Ttabel 2,01410 jadi Ha diterima dan H0
ditolak, maka dapat disimpulkan DPR berpengaruh signifikan terhadap Price earning
ratio.
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial EG memiliki nilai
signifikansi 0,003< 0,05 dan nilai Thitung 3,120> Ttabel 2,01410 jadi Ha diterima dan
H0 ditolak, maka dapat disimpulkan EG berpengaruh signifikan terhadap Price
earning ratio.
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial ROEmemiliki nilai
signifikansi 0,933> 0,05 dan nilai Thitung 0,084< Ttabel 2,01410jadi Ha ditolak dan H0
diterima, maka dapat disimpulkanROE tidak berpengaruh signifikan terhadap Price
earning ratio.
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial DER memiliki nilai
signifikansi 0,645> 0,05 dan nilai Thitung 0,464< Ttabel 2,01410 jadi Ha ditolak dan H0
diterima, maka dapat disimpulkan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap Price
earning ratio.
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial CRmemiliki nilai signifikansi
0,485> 0,05 dan nilai Thitung -0,075< Ttabel 2,01410jadi Ha ditolak dan H0 diterima,
maka dapat disimpulkan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap Price earning
ratio.
2. Uji Koefisien Regresi Berganda secara Bersama-sama (Uji f)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Tingkat signifikan
menggunakan 0,05 (α = 5%).
Tabel 4.8
Hasil Uji f (Simultan)
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 3271.983 5 654.397 3.948 .005b
Residual 6464.531 39 165.757
Total 9736.513 44 a. Dependent Variable: PER
b. Predictors: (Constant), CR, ROE, EG, DER, DPR
Sumber: Data Olahan SPSS 21
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa secara simultan variabel independen
memiliki signifikansi sebesar 0,005 yakni 0,005 < dari nilai signifikansi 0,05 dan
nilai fhitung 3,948. Nilai ftabel df1 (jumlah variabel-1) = 5 dan df2 (n-k-1) atau 45 - 5 - 1
= 39 yaitu 2,46. Jadi dapat disimpulkan nilai fhitung3,948 > 2,42. maka Ha diterima
dan H0 ditolak, jadi secara simultan atau secara bersama-sama variabel
independenberpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi
Pada bagian ini, dilakukan uji koesifisien determinasi untuk menggambarkan
seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel independen. Dengan mengetahui
nilai koefisien determinasi, analisis determinasi digunakan untuk mengetahui
persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .580a .336 .251 12.87467 2.016
a. Predictors: (Constant), CR, ROE, EG, DER, DPR
b. Dependent Variable: PER
Sumber : Data Olahan SPSS 21
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dapat dilihat angka koefisien determinasi yakni
0,251 atau 25,1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen berupa Devidend
payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current
ratio dapat menjelaskan bahwa Price earning ratio sebesar 25,1 % dan sisanya 74,9
% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini.
4.2.3 Pembahasan dan Interprestasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di analisis secara statistik dengan
regresi logistic, maka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap Price earning ratio. Berikut ini dibahas beberapa
temuan hasil penelitian :
1. Pengaruh Devidend payout ratio terhadap Price earning ratio
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Devidend payout ratio
berpengaruh secara signifikan terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan
0,006< 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika laba ditahan semakin
kecil maka pertumbuhan laba yang akan dibagikan kepada investor akan semakin
besar sehingga penilaian saham atas Price earning ratio akan meningkat. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2013) yang
mengatakan bahwa Devidend payout ratio berpengaruh terhadap Price earning ratio.
2. Pengaruh Earning Growth terhadap Price earning ratio
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Earning growth
berpengaruh secara signifikan terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan
0,003 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan laba bersih (Net Profit) yang
meningkat akan mempengaruhi besarnya earning per shareyang menunjukkan
profitabilitas perusahaan.Profitabilitas yang meningkat menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik, yang berbuah kepercayaan investor kepada
perusahaan sehingga harga saham akan naik. Maka sebaliknya, Jika laba menurun
maka akan berdampak buruk terhadap Price earning ratio, bila harga saham
mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa mendatang maka
peningkatan laba akan meningkat harga saham dan total kapitalisasi saham.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah
(2013) yang mengatakan bahwa Earning growth berpengaruh terhadap Price
earning ratio.
3. Pengaruh Return on equity terhadap Price earning ratio
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Return on equity tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan
0,084< 0,05. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa Semakin besar nilai Return
on equity maka perusahaan belum tentu dianggap semakin menguntungkan,
sehingga perusahaan yang memiliki Profitable investment opportunities(peluang
investasi yang menguntungkan) yang bagus belum tentu akan memberikan
reward(penghargaan) berupa PER yang tinggi. Hasil penelitian ini tidak mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Aji (2013) yang menyatakan bahwa Return on
equity berpengaruh terhadap Price earning ratio.
4. Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Price earning ratio
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Debt to equity ratio tidak
berpengaruh terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan 0,645> 0,05
dengan demikian dapat disimpulkan Jika DER semakin meningkat maka
menunjukkan kinerja perusahaan yang buruk, sebaliknya semakin tinggi DER
menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga
ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat dan mengurangi
minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan tersebut. Semakin besar
nilai Debt To Equity Ratio menandakan bahwa struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Meningkatnya
hutang berarti resiko yang dihadapi akan semakin meningkat, sehingga
kepercayaan pasar berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dan
mengakibatkan PER semakin kecil. Hasil penelitian ini tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2012) dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap Price
earning ratio.
5. Pengaruh Current ratio terhadap Price earning ratio
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Current ratio tidak
berpengaruh terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan 0,485> 0,05
dengan demikian dapat disimpulkan bahwasemakin tinggi rasio lancar,
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin
besar,karena perusahaan tidak dapat mengelola aktiva lancar dengan baik.
tetapiCurrent ratio yang terlalu tinggi mengindikasikan adanya dana yang
menganggur, sehingga akan mengurangi tingkat laba/profitabilitas perusahaan
karena harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan masa
mendatang maka penurunan laba perusahaan berakibat PER juga turun.Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Mahmudah (2013) yang
menyatakan bahwa Current ratioberpengaruh terhadap Price earning ratio.
6. Pengaruh Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt
to equity ratio, dan Current ratio terhadap Price earning ratio
Pengujian hipotesis keenam, variabel independen FHitung 3,948 lebih besar
daripada FTabel 2,42 dengan derajat kebebasan n-k-1=45-5-1=39.maka hasil
pengujian hipotesis diterima yang menunjukkan bahwa Devidend payout ratio,
Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio.secara
bersama-sama (simultan) maka semakin tinggi Price earning ratio suatu
perusahaan.
BAB V
PENUTUP
Sebagai bagian akhir dari kesimpulan dari penulisan skripsi ini, dalam bab V
ini akan disampaikan kesimpulan, keterbatasan dan saran mengenai penelitian ini,
adapun kesimpulan, keterbatasan dan saran yang disampaikan pada hasil penelitian
ini, dari hasil pengujian hipotesis, kesimpulan, keterbatasan dan saran tersebut
adalah sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-
bab sebelumnya dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
a. Variabel Devidend payout ratio berpengaruh terhadap Price earning ratio
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2010-2014.
b. Variabel Earning growth berpengaruh terhadap Price earning ratio pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-
2014.
c. Variabel Return on equity tidak berpengaruh terhadap Price earning ratio
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2010-2014.
d. Variabel Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadapPrice earning ratio
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2010-2014.
e. Variabel Current ratio tidak berpengaruh terhadap Price earning ratio pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-
2014.
f. Variabel Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to
equity ratio, dan Current ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap Price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.
5.2 KeterbatasanPenelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut :
a. Faktor –faktor yang mempengaruhi Price earning ratio dalam penelitian ini
hanya terdiri dari lima variabel, yaitu Devidend payout ratio, Earning
growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current
ratio,sedangkanmasihbanyakfaktor lain yang mempengaruhiPrice earning
ratio.
b. Penelitian hanya meneliti sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia padatahun 2010-2014.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan diatas maka dapat
diberikan saran sebagai berikut :
a. Dapat menggunakan variabel independen lain yang berpengaruh secara
signifikan terhadap Price earning ratio.
b. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan jenis perusahaan
lain sebagai objek penelitian.
c. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas sampel dan
diharapkan memperpanjang periode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Rr. Fitria. 2013. Analisis Pengaruh PBV, DER, dan ROA Terhadap
Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Pertambangan di Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2012. Jurnal. Universitas Semarang.
Aji, Meygawan Nur Seto. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2007-2010. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Anggaraini, Yemima. 2013. Analisis Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
dan Total Asset Turnover terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Skripsi.
Universitas Diponegoro.
Anggi, Saputra. 2010. Pengaruh Return On Equity, Debt to Equity Ratio,
Price Earning Ratio, Earning Growth dan Return On Asset terhadap
terhadap Financial Leverage pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Damasita, Puspa. 2011. Pengaruh Faktor Leverage, Earning Growth,
Dividend Payout Ratio, Size dan Return On Equity terhadap Price
Earning Ratio. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan
Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi vol.11. No.1
April.2009.Hlm 57-64.
Fahmi, Ilham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama.
Bandung: Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS
Edisi ke 7. Semarang: Universitas Diponegoro.
………………, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS
Edisi ke 7. Semarang: Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.
Cetakan ke 10. Jakarta: Penerbit PT Rajagrafindo Persada.
Hasanah, Nur. 2009. Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi Price
Earning Ratio (PER) pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index
(JII) tahun 2001-2006. Skripsi. Universitas Islam Diponegoro Sunan
Kalijaga.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta;
Penerbit Andi.
Kieso, Donald E, Weygandt, Jerry J & Warfield, Terry D. 2008. Akuntansi
Intermediate Edisi keduabelas jilid ke 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
……………….., 2008. Accounting Principles Buku Edisi 7. Jakarta: Salemba
4.
Lusiana, Farida Wahyu. 2010. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio
Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Price Earning Ratio
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Mahmudah. 2013. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning
Ratio dengan Earning Growth sebagai variabel moderating pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2011.
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Natanael, Yonathan dan Sufren. 2014. Belajar Otodidak SPSS. Jakarta: PT
Alex Media Komputindo.
Priyatno, Dwi. 2010. Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakon.
Ratih, Meyrna Puspa. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning
Ratio pada Perusahaan Manufaktur periode 2003-2007. Skripsi.
Sekolah Tinggi Ilmu PERBANAS. Surabaya.
Sugiono, 2007. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Syahrial, Dermawan dan Purba, Djahotman. 2013. Analisis Laporan
Keuangan. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
www.idx.co.id
www.yahoofinance.com