PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

20
PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER ETHNOCENTRISM, PRODUCT QUALITY, PURCHASE INTENTIONS DAN FOREIGN PRODUCT PURCHASE BEHAVIOR PADA JENIS PRODUK FASHION DI JABODETABEK Naomi Tessania Dan Ira Iriyanti 1. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cosmopolitanism terhadap consumer ethnocentrism, domestic product quality, domestic purchase intentions dan foreign product purchase behavior pada jenis produk fashion di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain riset konklusif, dengan metode kuantitatif yang akan dilakukan satu kali dalam satu periode (single crosssection). Penelitian ini disebar dengan konteks sampel yakni 187 responden yang merupakan responden yang telah memiliki pendapatan sendiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software Lisrel 8.51 dalam mengolah dan menganalisis data yang didapatkan dari kuesioner. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan pada variabel cosmopolitanism terhadap consumer ethnocentrism, domestic product quality, dan foreign product purchase behavior. Namun terdapat pengaruh signifikan positif pada variabel consumer ethnocentrism terhadap domestic product quality dan domestic purchase intentions. Selain itu terdapat pengaruh signifikan negatif pada variabel domestic purchase intentions dengan foreign product purchase behavior. The effects of Cosmopolitanism on Consumer Ethnocentrism, Product Quality, Purchase Intentions and Foreign Product Purchase Behavior on fashion products in Jabodetabek Abstract This study determine the effect on consumer ethnocentrism cosmopolitanism, domestic product quality, purchase intentions and foreign domestic product purchase behavior on the kind of fashion products in Indonesia. Design research used in this study is conclusive research design, quantitative method to be performed one time in one period (single crosssection). This research is disseminated in the context of 187 sample respondents who are respondents who have had their own income to supply their daily needs. Structural Equation Modeling (SEM) using software lisrel 8.51 in processing and analyzing the data obtained from the questionnaire. Results of this study prove that there was no significant effect on the variable cosmopolitanism against consumer ethnocentrism, quality domestic product and foreign product purchase behavior. However there is a significant positive effect on the variable consumer ethnocentrism against domestic domestic product quality and purchase intentions. In addition there is a significant negative effect on the variable purchase intentions with the foreign domestic product purchase behavior Keywords: Cosmopolitanism; Consumer Ethnocentrism; Domestic Product Quality; Domestic Purchase Intentions; Foreign Product Purchase Behavior Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Transcript of PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

Page 1: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER ETHNOCENTRISM, PRODUCT QUALITY, PURCHASE INTENTIONS

DAN FOREIGN PRODUCT PURCHASE BEHAVIOR PADA JENIS PRODUK FASHION DI JABODETABEK

Naomi Tessania Dan Ira Iriyanti

1. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

2. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cosmopolitanism terhadap consumer ethnocentrism, domestic product quality, domestic purchase intentions dan foreign product purchase behavior pada jenis produk fashion di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain riset konklusif, dengan metode kuantitatif yang akan dilakukan satu kali dalam satu periode (single crosssection). Penelitian ini disebar dengan konteks sampel yakni 187 responden yang merupakan responden yang telah memiliki pendapatan sendiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software Lisrel 8.51 dalam mengolah dan menganalisis data yang didapatkan dari kuesioner. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan pada variabel cosmopolitanism terhadap consumer ethnocentrism, domestic product quality, dan foreign product purchase behavior. Namun terdapat pengaruh signifikan positif pada variabel consumer ethnocentrism terhadap domestic product quality dan domestic purchase intentions. Selain itu terdapat pengaruh signifikan negatif pada variabel domestic purchase intentions dengan foreign product purchase behavior.

The effects of Cosmopolitanism on Consumer Ethnocentrism, Product Quality, Purchase

Intentions and Foreign Product Purchase Behavior on fashion products in Jabodetabek

Abstract This study determine the effect on consumer ethnocentrism cosmopolitanism, domestic product quality, purchase intentions and foreign domestic product purchase behavior on the kind of fashion products in Indonesia. Design research used in this study is conclusive research design, quantitative method to be performed one time in one period (single crosssection). This research is disseminated in the context of 187 sample respondents who are respondents who have had their own income to supply their daily needs. Structural Equation Modeling (SEM) using software lisrel 8.51 in processing and analyzing the data obtained from the questionnaire. Results of this study prove that there was no significant effect on the variable cosmopolitanism against consumer ethnocentrism, quality domestic product and foreign product purchase behavior. However there is a significant positive effect on the variable consumer ethnocentrism against domestic domestic product quality and purchase intentions. In addition there is a significant negative effect on the variable purchase intentions with the foreign domestic product purchase behavior

Keywords: Cosmopolitanism; Consumer Ethnocentrism; Domestic Product Quality; Domestic Purchase Intentions; Foreign Product Purchase Behavior

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 2: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

1. Pendahuluan

Di era globalisasi ini, konsumen di seluruh dunia telah dimudahkan dengan

peningkatan akses ke berbagai macam produk dan jasa dari negara-negara lain seperti akses

informasi, tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan kemajuan teknologi yang memungkinkan

konsumen menjadi lebih sadar akan produk dan layanan yang tersedia di seluruh dunia. Fadila

(2012) menyatakan konsumen di seluruh belahan dunia memiliki berbagai pilihan produk

dengan harga yang lebih murah dari berbagai perusahaan pemasok. Banyak ahli yang

menaruh minat dalam kajian globalisasi mendefinisikan globalisasi sebagai proses ekonomi

meskipun pada dasarnya globalisasi tidak semata proses ekonomi. Sebaliknya, konsep

globalisasi digunakan untuk menjelaskan bidang-bidang kegiatan ekonomi, politik, dan sosial

yang melintasi batas-batas teritorial semacam itu. Akibatnya, keputusan dan aktivitas dalam

suatu wilayah akan dapat mempunyai dampak yang signifikan terhadap individu di dunia

yang mempunyai jarak cukup jauh (Castel, 2000).

Pergeseran nilai pada budaya dan persepsi psikologis pada masyarakat terutama yang

berada pada zona urban menjadi perhatian para bisnis di Indonesia. Cosmopolitanism menjadi

target segmentasi para pemasar. Menurut Rieflerand Diamantopoulos (2009) menyatakan

penelitian mengenai Cosmopolitan menjadi kunci dalam mengidentifikasi pengaruh perilaku

pembelian konsumen terhadap produk asing. Konsep Cosmopolitanism telah dikemukakan

oleh banyak literatur. Reinita (2012) menyatakan cosmopolitan identik dengan bergabungnya

unsur- unsur warga dunia dalam suatu wadah. Dapat dikatakan bahwa budaya yang dimiliki

oleh suatu negara sudah mendunia sehingga dapat diterima oleh warga dunia lain dimana

semua unsur negara menjadi satu kesatuan. Cosmopolitan juga membahas mengenai

perbedaan yang terjadi pada masyarakat lahir dari individu yang memiliki perlawanan

terhadap negara, yang mulanya menjadi citizen of the world maka berubah menjadi kelompok

sosial tertentu. Konsep mengenai cosmopolitan juga membahas mengenai hal- hal yang

bersifat prestige atau memiliki gengsi.

Dari data kemenperin di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu industri dalam negeri

yang menjadi unggulan adalah industri tekstil, barang kulit dan alas kaki. Pangsa pasar

industri pakaian cukup besar karena pakaian tidak hanya memiliki nilai utilitas tetapi juga

memiliki nilai simbolis bagi pemakainya. Industri fashion Indonesia menyumbang 5,96% dari

nilai ekspor nasional dengan rata-rata mencapai Rp 53,94 triliun. Selain meningkatkan

pendapatan negara, industri ini juga memiliki nilai positif karena dapat menyerap tenaga kerja

dan penyediaan lapangan usaha nasional, industri fashion mendominasi sektor industri kreatif

sebesar 54,32% dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4,13 juta orang, atau 4,22% dari

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 3: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

tingkat partisipasi penyerapan tenaga kerja nasional (Kompas, 2013). Mari Elka Pangestu

(Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) mengatakan bahwa pada tahun 2012 industri

fashion menyumbangkan Rp164 triliun dalam pendapatan nasional, pada tahun 2013,

diproyeksikan bisa tumbuh sekitar Rp20 triliun (menjadi Rp184 triliun). Pemerintah

Indonesia berharap Indonesia dapat menjadi pusat fashion pada tahun 2025, mengingat

adanya peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia beberapa tahun terakhir.

(Investor Daily Indonesia dalam kliping Wonderfull Indonesia, 2013).

Hasil survei yang dilakukan oleh Nielsen (2013) dalam Islahuddin (2014) menunjukkan

bahwa perilaku konsumen Indonesia yang mendukung meningkatkannya potensi pasar pada

produk pakaian. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa konsumen di Indonesia cenderung

ingin menjadi pembeli pertama terhadap produk yang baru diluncurkan. Konsumen Indonesia

menempati “Top 5 Negara” yang memiliki perilaku belanja untuk membeli produk yang baru

dibandingkan orang lain. Hasil survei Nielsen (2013) juga menyebutkan bahwa konsumen

Indonesia sebagai “pemburu” belanja yang terkenal. Konsumen Indonesia tidak hanya

memburu pada peluncuran produk baru di dalam negeri, tetapi juga berbelanja ke negara lain

hanya untuk menjadi konsumen pertama.

Menurut ciputra entrepreunership (2013) terdapat beberapa jenis usaha yang berpeluang

besar pada pasar Indonesia. Salah satu dari usaha yang paling laku adalah usaha fashion.

Jenis usaha fashion juga merupakan salah satu contoh usaha yang cukup laris manis di

Indonesia. Terlebih Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di

dunia, maka fashion Muslim sejatinya menjadi peluang bisnis yang cukup prospek di

Indonesia. Produk-produk aksesoris fashion seperti tas, dompet, sepatu atau sendal. Bisnis

fashion ini cukup potensial dan laris manis dikembangkan di Indonesia mengingat sandang

merupakan bagian dari kebutuhan primer kedua yang harus dipenuhi setelah pangan. Jumlah

penduduk yang besar dengan kondisi ekonomi yang berlapis menuntut untuk menciptakan

produk usaha fashion yang sesuai dengan kelas ekonomi masing-masing (Ciputra

Entrepreneurship, 3 jenis usaha yang paling laku di Indonesia, 2013)

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebut siatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh Cosmopolitanism terhadap Consumer Ethnocentrism, Product

Quality, Purchase Intentions dan Foreign Product Purchase Behavior pada jenis produk

fashion di Jabodetabek. Produk fashion yang diteliti fokus pada kategori pakaian, alas kaki

dan tas saja.

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 4: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Perilaku Konsumen

Perilaku (behavior) menurut Peter dan Olson (2013) mengacu kepada aksi fisik

konsumen secara langsung dapat diamati dan diukur oleh pihak lainnya. Hal ini juga disebut

sebagai perilaku terbuka (overt behavior) untuk membedakannya dari aktivitas mental, seperti

berfikir yang tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku sangat penting bagi strategi

pemasaran karena melalui perilaku, penjualan dapat dilakukan dan keuntungan didapatkan.

Elemen utama dalam kerangka kerja konseptual perilaku konsumen ada empat, yaitu afeksi

(affect) dan kognisi (cognition), perilaku (behavior), lingkungan (environment) dan strategi

pemasaran (marketing strategy).

Menurut Kotler dan Keller (2009) perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana

individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang,

jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku

konsumen menurut Solomon (2009) adalah studi mengenenai proses memilih yang

mempengaruhi individu atau grup, dalam membeli, memakai atau tidak memakai produk,

jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan mereka.

2.2 Perilaku Pembelian Konsumen

Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian

dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat

keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai Budget Allocation (Pengalokasian

budget), Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak), Store Patronage (Pemilihan

tempat untuk mendapatkan produk), Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan

gaya).Menurut Peter & Olson (2013) pengambilan keputusan konsumen (consumer decision

making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih perlaku alternative, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil

dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan, yang disajikan secara kognitif sebagai

keinginan berperilaku.

2.3 Purchase Intention

Menurut Dodds (1991) dalam Fadilah dan Nirwan (2012) purchase intention adalah suatu

kecenderungan perilaku yang mengindikasikan tingkatan dari kemungkinan konsumen

mengikuti hasil dari persepsinya atas value produk. Intensi pembelian mengacu kepada

kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian brand tertentu (belch, 2004). Intensi

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 5: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

pembelian merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap konsumen. Peter dan

Olson (2013) menyatakan bahwa sikap adalah perasaan seseorang terhadap suatu objek, yaitu

berhubungan dengan masalah suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Sikap menggambarkan

emosi dan perasaan seseorang menyebutnya sebagai “as primarily evaluative in nature” yaitu

menunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai

atau tidak disukai, atau apakah produk itu baik atau buruk. Teori-teori sikap mengemukakan

bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku atau tindakan

konsumen terhadap produk tersebut.

2.4 Product Involvement

Duncan (2005) mengkategorikan tingkat involvement ke dalam dua level yaitu high

involvement dan low involvement. Produk yang dinilai sebagai low involvement product

adalah sejumlah produk yang harganya relatif murah, memiliki tingkat frekuensi pembelian

yang cukup tinggi tanpa memperhitungkan terlalu banyak pertimbangan dan dinilai sebagai

produk yang memiliki resiko kegagalan pembelian yang rendah. Sebaliknya, untuk produk

yang dinilai sebagai high involvement product adalah sejumlah produk dimana konsumen

menilai adanya perbedaan diantara beberapa merek dan konsumenr rela melakukan sejumlah

pengorbanan dalam pengambilan keputusan sebelum pembelian produk dilakukan. Hal itu

dilakukan oleh konsumen karena produk dalam kategori ini adalah produk-produk dengan

harga yang relatif lebih mahal dan mampu menimbulkan dampak sosial yang lebih tinggi

dibandingkan dengan produk low involvement.

2.5 Kualitas Produk

Kotler (2010) menyatakan bahwa kualitas produk mencerminkan kemampuan produk

untuk menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan, kemajuan, kekuatan,

kemudahan dalam pengemasan dan reparasi produk dan ciri- ciri lainnya. Sedangkan menurut

Solomon (2009) Kualitas produk adalah seluruh kemampuan produk dalam memuaskan

konsumen. Dalam pemenuhan kepuasan tersebut mengandung kriteria seperti keamanan

produk, tingkat kesenangan, tahan lama, kemudahan dalam penggunaan, ketepatan,

kepercayaan, serbaguna, dan kebutuhan keamanan lainnya. Dari beberapa definisi diatas maka

dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah kemampuan produk dalam memuaskan

konsumen dalam persepsi konsumen tersebut.

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 6: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

2.6 Konsep Cosmopolitanism

Merton (1957) dalam Parts dan Vida (2013) menyatakan Cosmopolitanism adalah

suatu pergeseran budaya dan persepsi konsumen. Cosmopolitanism adalah "warga dunia" -

individu yang berorientasi melampaui setiap kebudayaan atau lingkungan tertentu. Dengan

menekankan bahwa ada beberapa orang yang beranggapan bahwa mereka adalah bagian dari

warga dunia bukan dari warga bangsa tertentu, dimana mereka mempunyai orientasi yang

lebih luas dibandingkan komunitas lokalnya sendiri.

Keterbukaan budaya sebelumnya telah didefinisikan sebagai pengalaman individu

dengan dan keterbukaan terhadap orang-orang, nilai-nilai, dan artefak budaya lainnya

(Sharma et al, 1995). Konsep worldmindedness berbeda dari yang "keterbukaan budaya" dan

poin worldmindedness ke "pandangan dunia" masalah kemanusiaan (Shankarmahesh, 2006;

Skinner, 1988). Cannon dan Yaprak (2002) dalam Parts dan Vida (2013) mengidentifikasi

beberapa faktor mendorong konsumen kepada cosmopolitanism antara lain tekanan

persaingan, perubahan teknologi, dan komunikasi global. Oleh karena itu, cosmopolitanism

mempengaruhi konsumen sehingga konsumen secara aktif berpartisipaso dalam perubahan

budaya. Cosmopolitanism akan tercermin pada konsumen yang perilaku dalam mencoba

menggunakan produk atau jasa yang berasa dari luar negaranya, membaca atau mencari

informasi yang berasal dari luar negeri, dan mengapresiasikan berbagai komoditas budaya

lain. (Cleveland, Laroche, dan Papadopoulus, 2009; Riefler dan Diamantopoulus, 2009).

2.7 Consumer Ethnocentrism

Konsep ethnocentrism mencerminkan kecenderungan universal sekelompok orang

untuk memandang kelompoknya sebagai centre of universe, menginterpretasikan unit sosial

lainnya berdasarkan sudut pandang kelompoknya sendiri dan menolak orang-orang yang

secara kultural berbeda, sementara secara membabi buta menerima orang-orang yang secara

kultural sama dengan mereka (Tjiptono, 2005). Shimp dan Sharma (1987) dalam Parts dan

Vida (2013) mendefinisikan consumer ethnocentrism sebagai keyakinan konsumen

menyangkut kepatutan atau moralitas dalam pembelian produk buatan luar negeri. Shimp &

Sharma menyimpulkan bahwa konsumen ethnocentrism cenderung lebih menyukai brand

lokal dibandingkan brand asing (sekalipun brand asing lebih murah dan kualitasnya lebih

superior).

Konsumen ethnocentrism cenderung bangga dengan brand, simbol dan budaya

nasionalisnya (Steenkamp et al., 2003). Sejumlah riset menunjukkan bahwa consumer

ethnocentrism memainkan peran penting manakala produk dipersepsikan kurang penting dan

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 7: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

jika konsumen menganggap kesejahteraan nasional atau pribadi terancam dengan produk

asing (Sharma et al., 1995). Bagi konsumen ethnocentris, brand global cenderung

dipersepsikan sebagai ‘economic and cultural threats’ (Steenkamp et al., 2003). Konsumen

semacam ini bahkan bersedia mengorbankan manfaat objektif (Seperti kualitas yang lebih

baik, harga lebih murah, layanan yang lebih baik) demi menikmati manfaat psikologis dari

mempertahankan komitmen nasionalisme dengan membeli produk lokal.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan jurnal utama

yang diambil oleh penulis, yaitu Parts dan Vida (2013). Oleh karena itu, penelitian ini dapat

disebut replikasi studi dari penelitian terdahulu dengan penerapan di wilayah Indonesia.

Hipotesis menurut Malhotra (2010) adalah pernyatan yang belum terbukti atau proposisi

tentang sebuah faktir atau fenomena yang menjadi minat dari peneliti. Hipotesis dapat berupa

pernyataan sementara tentang hubungan antara dua atau lebih variabel sebagaimana tercantum

dalam kerangka teori atau model analisis. Seringkali, hipotesis adalah jawaban yang mungkin

terhadap pertanyaan penelitian.

Berdasarkan model penelitian yang digunakan pada literatur referensi, dapat

dikembangkan menjadi hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini, sebagai berikut:

Canon dan Yaprak (2002) mengidentifikasi beberapa faktor yang mendorong konsumen

kepada Cosmopolitanism antara lain tekanan persaingan, perubahan teknologi dan komunikasi

global. Oleh karena itu, Cosmopolitanism mempengaruhi konsumen sehingga konsumen

secara aktif berpartisipasi dalam perubahan kebudayaan. Cosmopolitanism akan tercermin

pada konsumen dalam perilakunya menggunakan produk atau jasa yang berasal dari negara

yang berbeda, menunjukan ketertarikan dalam berbagai produk yang berasal dari luar

negaranya, membaca atau mencari informasi yang berasal dari luar negeri, dan

mengapresiasikan berbagai macam komoditas budaya lain (Cleveland, Laroche dan

Papadopoulos 2009; Riefler dan Diamantopoulos 2009). Dari beberapa penelitian tersebut,

maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Cosmopolitanism (CP) memiliki pengaruh positif langsung terhadap foreign product

purchase behavior (FPPB).

Bertentangan dengan hal di atas, peran cosmopolitanism atau konstruksi terkait (misalnya,

keterbukaan budaya, internasionalisme, pikiran global, pikiran dunia, dll) sebagai pendorong

etnosentrisme konsumen telah banyak diteliti dalam literatur (Shankarmahesh, 2006).Rybina,

Liza (2010) mengidentifikasi bahwa Patriotism berpengaruh positif terhadap consumer

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 8: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

ethnocentrism. Sedangkan consumer ethnocentrism berpengaruh positif terhapad purchase

domestic behavior dan memiliki pengaruh negatif terhadap foreign purchase behavior. Dan

memiliki hubungan negatif terhadap cosmopolitanism. Dari beberapa penelitian diatas, maka

peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Cosmopolitanism (CP) memiliki pengaruh negatif langsung terhadap Consumer

ethnocentrism (CE).

Lee dan Chen (2008) dalam Parts dan Vida (2013) menyimpulkan bahwa konsumen

dengan pemikiran pengetahuan luas memiliki preferensi untuk memilih produk asing

dibandingkan produk dalam negeri. Fakta ini dikonfirmasi dengan menggunakan efek tidak

langsung oleh Rawwas et al. (1996) dalam Parts dan Vida (2013). Zhongqi (2015)

menyatakan bahwa Cosmopolitanism lebih memiliki pengaruh terhadap Foreign Product

Country Image pada negara berkembang. Dari temuan tersebut, maka peneliti mengajukan

hipotesis sebagai berikut:

H3 : Cosmopolitanism (CP) memiliki hubungan negatif langsung terhadap Domestic

product quality (PQ).

Bagi konsumen ethnocentris, brand global cenderung dipersepsikan sebagai ‘economic

and cultural threats’ (Steenkamp et al., 2003). Konsumen semacam ini bahkan bersedia

mengorbankan manfaat objektif (Seperti kualitas yang lebih baik, harga lebih murah, layanan

yang lebih baik) demi menikmati manfaat psikologis dari mempertahankan komitmen

nasionalisme dengan membeli produk lokal. Ang et al. (2004) yang menyatakan bahwa

semakin parah krisis ekonomi yang dialami sebuah negara, semakin ethnocentris konsumen

di negara yang bersangkutan. Tjiptono (2005) yang menyatakan bahwa semakin ethnocentris

seorang konsumen, semakin berminat membeli brand lokal. Dari temuan tersebut, maka

peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Consumer ethnocentrism (CE) memiliki hubungan positif langsung terhadap

Domestic product quality (PQ).

Sementara itu, sejumlah riset lainnya menyimpulkan bahwa brand lokal lebih disukai

dibandingkan brand asing (Zhao dan Hui, 2003). Faktor-faktor yang berkontribusi pada

fenomena semacam ini diantaranya adalah ethnocentrism, consumer patrotism, consumen

nasionalism, country-of-origin effects, local icon value, perceived risk terhadap produk asing,

perbaikan kualitas produk lokal dan sebaginya. Secara umum, brand global cenderung lebih

sukses dalam kategori produk yang sifatnya high-profile dan high invoivement, sementara

brand lokal lebih disukai konsumen untuk everyday product (Johanson dan Ronkainen,

2004). Banyak riset country of origin yang menemukan bahwa konsumen cenderung lebih

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 9: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

menyukai brand dan produk buatan negaranya sendiri (Rawwas et al.,1996) dalam Parts dan

Vida (2013). Dari temuan tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Consumer ethnocentrism (CE) memiliki hubungan positif langsung terhadap

Domestic product purchase intentions (INT).

Dalam beberapa riset penelitian kualitas produk dalam negeri telah menjadi faktor

penting yang mempengaruhi keputusan pembelian produk domestic. Variabel evaluatif pada

pengukuran niat pembelian memiliki hubungan tidak langsung kualitas produk (Hui dan

Zhou, 2002) dalam Parts dan Vida (2013). Pecotich dan Rosenthal (2001) menyelidiki dalam

konteks efek etnosentrisme konsumen di negara asal pada jumlah isyarat ekstrinsik yang

mempengaruhi evaluasi kualitas produk. Dari temuan tersebut, maka peneliti mengajukan

hipotesis sebagai berikut:

H6 : Domestic product quality (PQ) memiliki hubungan positif langsung terhadap

Domestic product purchase intentions (INT).

Pembelian produk domestik berhubungan negatif dengan perilaku pembelian produk

asing (FPPB). Orang yang memiliki minat pembelian yang lebih besar pada produk dalam

negeri biasanya lebih suka membeli produk domestik dalam setiap keputusan pembeliannya.

(Balabanis dan Diamantopoulos, 2004) dalam Parts dan Vida (2013). Crawford dan Lamb

(1982) dalam Parts dan Vida (2013) meneliti efek dari worldmindedness terhadap kemauan

pembelian produk asing pada objek pembeli profesional, menemukan bahwa sikap individu

yang terbuka terhadap negara-negara asing berkaitan dengan kesediaan seseorang untuk

membeli produk dari negara-negara tersebut. Dari temuan tersebut, maka peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H7 : Domestic product purchase intentions (INT).memiliki hubungan negatif langsung

terhadap foreign product purchase behavior (FPPB).

Metode analisa SEM yang digunakan adalah pendekatan CFA. Dalam pendekatan CFA

ini peneliti melakukan spesifikasi terlebih dahulu untuk model rinci yang menunjukan

hubungan antara variabel laten dan variabel teramati. Hubungan ini bersifat reflektif, yang

mempunyai pengertiani bahwa variabel-variabel teramati merupakan refleksi dari variabel-

variabel laten terkait. Tahap selanjutnya dari two-step approach setelah melakukan analisis

Confirmatory Factor Analysis (CFA) adalah menambahkan model struktural aslinya pada

model CFA hasil tahap pertama untuk menghasilkan model hybrid. Model hybrid ini

kemudian dianalisis untuk melihat kecocokan model secara keseluruhan serta evaluasi

terhadap model strukturalnya. Analisis terhadap model ini terdiri dariChi-Square, RMSEA,

GFI, NNFI, NFI, AGFI, RFI, IFI, CFI, dan Parsimonious Goodness of Fit yang tercetak

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 10: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

sebagai Goodness of Fit Statistics memenuhi berbagai ukuran-ukuran yang menunjukkan

kecocokan yang baik atau tidak.

Tahap respesifikasi model dilakukan berdasarkan hasil uji pada model pengukuran

maupun struktural. Respesifikasi merupakan langkah berikutnya setelah uji kecocokan

dilaksanakan (Wijanto, 2008). Pada tahap ini dilakukan terhadap model penelitian jika

terdapat nilai estimasi melebihi batas yang dapat diterima, kecocokan keseluruhan model

yang belum cukup baik, validitas model yang belum baik, dan reliabilitas model yang belum

cukup baik. Dengan kata lain jika uji kecocokan akan diulang dari awal dengan memperbaiki

beberapa masalah di dalamnya.Tahap respesifikasi diperlukan sehingga mendapatkan model

yang paling fit, baik pada model pengukuran maupun structural.

Setelah pengolahan data dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis

apakah hipotesis yang telah dibuat sebelumnya didukung oleh data yang telah didapat.

Analisis pengujian hipotesis dilakukan dengan tingkat signifikansi 5% sehingga menghasilkan

nilai kritis t adalah ± 1,645. Hipotesis diterima apabila nilai-t yang didapat ≥ 1,645;

sedangkan hipotesis ditolak apabila nilai-t yang didapat ≤ -1,645.

4. Hasil Penelitian

4.1 Profil Responden

Setelah mendapatkan hasil survey penelitian dikumpulkan sebanyak 187 responden,

maka dilakukan analisa deskriptif untuk mendapatkan karakteristik demografi penelitian ini.

Karakteristik yang dijadikan pengukur diantaranya; jenis kelamin, usia, pekerjaan,

pengeluaran perbulan, dan pendidikan formal terakhir.

Tabel 4.1 Persentase Profil Responden

No Karakteristik Demografi Kategori Frekuensi (orang) Persentase

1 Jenis Kelamin 1.1 Pria 89 48% 1.2 Wanita 98 39%

2 Usia 2.1 21 - 30 tahun 109 58% 2.2 31 - 40 tahun 47 25% 2.3 ≥ 41 tahun 31 17%

3 Pekerjaan

3.1 Karyawan swasta 120 64% 3.2 Mahasiswa / freelance 30 16% 3.3 Pegawai negeri 13 7% 3.4 Wiraswasta 11 6% 3.5 Lain - lain 13 7%

4 Pengeluaran Perbulan

4.1 Rp 2.500.000 - Rp 3.500.000 90 48% 4.2 Rp 3.500.001 - Rp 4.500.000 22 12% 4.3 Rp 4.500.001 - Rp 5.500.000 21 11% 4.4 ≥ Rp 5.500.001 54 29%

Sumber: Hasil olahan peneliti

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 11: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

No Karakteristik Demografi Kategori Frekuensi(orang) Persentase

5 Pendidikan Formal Terakhir

5.1 SMA 36 19% 5.2 D3 56 30% 5.3 S1 82 44% 5.4 S2 13 7%

Sumber: Hasil olahan peneliti

4.2 Uji Model Pengukuran SEM

Berdasarkan pengolahan dapat uji model SEM olah pertama terdapat 1 butir pertanyaan

yang tidak lolos uji validitas model pengukuran dengan memiliki nilai SLF sebesar 0,28,

sehingga dapat dipertimbangkan untuk dilakukan respesifikasi dengan mengeliminasi butir

pertanyaan CP5. Untuk uji Reliabilitas pengukuran pertama nilai Construct Reliability dan

Variance extrated menunjukkan variabel cosmopolitanism memiliki nilai memenuhi syarat

reliabilitas model pengukuran dengan nilai Construct Reliability 0,807013. Namun nilai

Variance extrated yang dihasilkan tidak memenuhi syarat >0,50 dengan nilai 0,47632. Untuk

mendapatkan nilai VE yang memenuhi syarat perlu dilakukan uji reliabilitas ulang dengan

mengeliminasi indikator pertanyaan yang tidak lolos uji reliability. Untuk variabel consumer

ethnocentrism, Foreign Purchase Behavior, Domestic Product Quality dan Domestic

Purchase Intentions telah memenuhi syarat reliabilitas model pengukuran dengan nilai

Construct Reliability dan nilai Variance extrated yang dihasilkan juga sudah baik >0,50.

Pada penelitian ini dilakukan respesifikasi karena jika nilai t-value berada pada nilai

≥1,645 maka dapat dinyatakan bahwa indikator tersebut sudah valid. Sedangkan syarat

lainnya, indikator harus memenuhi nilai SLF ≥0,5, namun Igbaria et al (1997) mengemukakan

bahwa indikator dapat dipertimbangkan (tidak dihapus) dengan batas SLF ≥0,3. Jika nilai dari

salah satu uji diatas berada dibawah batas minimal, maka indikator tersebut akan dieleminasi

dan tidak dikut sertakan pada olah selanjutnya. Dari teori tersebut, maka uji model

pengukuran olah data yang kedua dilakukan karena hasil pengolahan lisrel dari olah data

pertama terdapat variabel yang menunjukkan hasil reliabilitas dibawah 0,05. Variabel yang

kurang reliable adalah CP5 yaitu keinginan responden untuk mempelajari cara hidup yang

lain sebesar 0,47632. Berdasarkan hasil tersebut, maka perlu dilakukan uji model pengukuran

olah data kedua dengan tidak dengan tidak menggunakan indikator CP5.

Berdasarkan pengolahan dapat uji model SEM olah kedua variabel cosmopolitanism,

consumer ethnocentrism, Foreign Purchase Behavior, Domestic Product Quality dan

Domestic Purchase Intentions telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas model

pengukuran dengan nilai Construct Reliability dan nilai Variance extrated yang dihasilkan

juga sudah baik.

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 12: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

4.3 Analisis Model Struktural

Setelah menganalisis model pengukuran langkah selanjutnya adalah menganalisa model

structural. Tahap sebelumnya telah diestimasi uji kecocokan model pengukuran dengan dua

kali respesifikasi untuk mendapatkan model yang fit. Pada model structural juga akan diuji

kembali kecocokan modelnya (GOF). Pada penelitian ini nilai Goodness of Fit yaitu 0,86 dan

Chi-Square yaitu 307,55 berada di interval Marginal Fit. Sedangkan nilai RMSEA yaitu

0,069 berada pada interval Good Fit.

4.4 Analisis Pengaruh

Dalam penelitian ini menguji tujuh hipotesis. Analisis hipotesa dilakukan dengan melihat

hasil uji t-value dari analisa model struktural yang telah dilakukan, di mana nilai uji t-value >

1,645 atau < -1,645 maka hipotesis tersebut bisa diterima (didukung oleh data). Sebaliknya

bila nilai t-value < 1,645 maka hipotesis tersebut ditolak (tidak didukung data).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa H1 ditolak berdasarkan uji SEM nilai t-value

hubungan untuk hipotesis pertama nilainya kurang dari t-value (1,645) yaitu 1,17. Hal ini

menunjukan bahwa cosmopolitanism tidak memiliki pengaruh positif langsung terhadap

foreign product purchase behavior. Untuk H2 ditolak berdasarkan uji SEM nilai t-value

hubungan untuk hipotesis kedua nilainya kurang dari t-value (1,645) yaitu -1,00. Hal ini

menunjukan bahwa cosmopolitanism tidak memiliki pengaruh negatif langsung terhadap

consumer ethnocentrism. Untuk Hipotesis H3 ditolak berdasarkan uji SEM nilai t-value

hubungan untuk hipotesis ketiga nilainya kurang dari syarat t-value yaitu (1,645) yaitu -0,51.

Hal ini menunjukan bahwa cosmopolitanism tidak memiliki pengaruh negatif langsung

terhadap domestic product quality. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Parts (2013) bahwa tidak terdapat pengaruh negatif

langsung antara cosmopolitanism terhadap domestic product quality. Untuk H4 diterima

berdasarkan uji SEM nilai t-value hubungan untuk hipotesis keempat nilainya melebihi dari

syarat t-value (1,645) yaitu sebesar 2,00. Hasil ini menunjukan bahwa consumer

ethnocentrism memiliki hubungan positif langsung terhadap domestic product quality. Sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Parts dan Vida (2013) bahwa terdapat pengaruh

positif langsung antara consumer ethnocentrism terhadap domestic product quality. H5

diterima berdasarkan uji SEM nilai t-value hubungan untuk hipotesis kelima nilainya kurang

dari syarat t-value yaitu (1,645) yaitu 2,13. Hal ini menunjukan bahwa consumer

ethnocentrism memiliki hubungan positif langsung terhadap domestic product purchase

intentions.

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 13: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

Untuk hipotesis keenam diterima berdasarkan uji SEM nilai t-value hubungan untuk

hipotesis keenam nilainya melebihi dari syarat t-value yaitu sebesar 4,33. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa domestic product quality memiliki hubungan positif langsung terhadap

domestic product purchase intentions. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Parts dan Vida (2013) bahwa terdapat domestic product quality memiliki hubungan positif

langsung terhadap domestic product purchase intentions. Untuk hipotesis ketujuh diterima

berdasarkan uji SEM nilai t-value hubungan untuk hipotesis ketujuh nilainya melebihi dari

syarat t-value yaitu sebesar -4,22. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa domestic product

purchase intentions memiliki hubungan negatif langsung terhadap foreign product purchase

behavior. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Parts dan Vida (2013) bahwa

product purchase intentions memiliki hubungan negatif langsung terhadap foreign product

purchase behavior.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada Bab 4 sebelumnya, dibuat

kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian, antara lain:

1. Cosmopolitanism tidak berpengaruh positif yang signifikan terhadap foreign product

purchase behavior. Pengaruh yang tidak signifikan tersebut mengindikasikan bahwa

Cosmopolitanism yang tinggi belum tentu menjadikan konsumen memiliki sikap foreign

product purchase behavior yang tinggi. Cosmopolitanism dalam penelitian ini tidak

menjadikan konsumen memiliki sikap pembelian yang cenderung condong pada produk

asing lebih baik dibandingkan produk domestik

2. Cosmopolitanism tidak memiliki pengaruh negatif langsung yang signifikan terhadap

Consumer ethnocentrism. Cosmopolitanism yang definisikan sebagai keterbukaan

terhadap kebudayaan asing, internasionalisme, pikiran dunia, keduniawian atau

keterbukaan global bertolak belakang dengan consumer ethnocentrism sebagai keyakinan

konsumen menyangkut kepatutan atau moralitas dalam pembelian produk buatan luar

negeri.

3. Cosmopolitanism tidak memiliki pengaruh negatif langsung yang signifikan terhadap

domestic product quality. Cosmopolitanism pada penelitian ini memiliki pengaruh negatif

yang tidak signifikan terhadap kualitas produk Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa gaya

cosmopolitanism tidak mempengaruhi seseorang dalam menilai kualitas produk fashion

dalam negeri.

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 14: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

4. Consumer ethnocentrism berpengaruh signifikan terhadap domestic product quality. Sikap

ethnocentrism dimana konsumen memiliki keyakinan pada moralitas dalam pembelian

produk buatan lokal yang tinggi akan membuat konsumen tersebut menilai kualitas

produk fashion di Indonesia juga tinggi. Kecenderungan untuk makin tumbuhnya rasa

cinta atau patriotisme terhadap produk lokal daripada produk luar negeri sejalan dengan

meningkatnya kualitas produk lokal.

5. Consumer ethnocentrism memiliki pengaruh yang signifikan tehadap domestic product

purchase intentions. Sikap ethnocentrism tinggi sejalan dengan minat beli konsumen

tersebut untuk membeli produk fashion asal Indonesia. Dengan tumbuhnya rasa cinta

terhadap produk lokal dan perasaan bersalah ketika memakai produk luar negeri

berbanding lurus terhadap keinginan dari konsumen untuk mengkomsumsi produk lokal

sehingga produk lokal dapat menguasai pasar domestik dan menjadi dominan di negeri

sendiri.

6. Domestic product quality memiliki pengaruh yang signifikan tehadap domestic product

purchase intentions. Kualitas produk fashion yang tinggi akan mempengaruhi konsumen

untuk melakukan pembelian produk domestik. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan

meningkatnya kualitas dan produk lokal setara dengan produk luar negeri maka makin

meningkat pula keinginan untuk konsumen untuk membeli produk lokal tersebut daripada

produk luar negeri yang umumnya harga lebih mahal.

7. Domestic product purchase intentions berpengaruh negatif yang signifikan terhadap

foreign product purchase behavior. Konsumen yang memiliki keseringan pembelian

produk asing maka akan cenderung memiliki minat pembelian produk domestik yang

rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya minat konsumsi produk

dalam negeri maka tingkat pembelian terhadap produk luar negeri makin rendah.

6. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan beberapa saran yang bersifat praktis

dan terkait dengan fashion produk di Jabodetabek, yaitu:

1) Produk fashion asal Indonesia harus memperbaiki persepsi kualitas produk domestik

karena kualitas produk mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk fashion

domestik.

2) Hasil penelitian ini dapat menjadi dapat menjadi referensi bagi pengusaha lokal mapun

maupun pengusaha kecil dan menengah untuk meningkatkan kualitas produk lokal agar

mampu bersaing terhadap produk luar negeri dan menjadi dominan di pasar domestik.

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 15: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

7. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dalam pelaksanaannya, sehingga

berpengaruh terhadap hasil penelitian yang diperoleh secara keseluruhan. Keterbatasan-

keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1) Penelitian mengenai pengaruh cosmopolitanism, consumer ethnocentrism, domestic

product quality, purchase intentions dan foreign product purchase behavior hanya

dilakukan di pada satu produk fashion saja. Kategori fashion yang diambil penulis untuk

menjadi unit analisis hanya pakaian, sepatu dan tas.

2) Objek penelitian ini didominasi oleh responden kalangan muda yaitu usia 21 hingga 30

tahun namun memiliki pengeluran per bulan hanya pada skala Rp 2.500.000,- hingga Rp

3.500.000,-.

3) Sebagian pengisian kuesioner ini sebagian besar disebarkan melalui fasilitas Google

Form. Serta jumlah kuesioner yang diperoleh dan layak untuk diujikan adalah sebanyak

187 kuesioner.

8. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yang didasarkan pada keterbatasan pelaksanaan dan hasil

yang diperoleh dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1) Pada penelitian ini cosmopolitanism tidak berpengaruh negatif yang signifikan terhadap

consumer ethnocentrism maka penelitian selanjutnya hendaknya mengambil sampel

responden pada satu segmentasi, misalnya kelas sosial atas.

2) Dari hasil penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang signifikan mengenai

cosmopolitanism terhadap foreign purchase behavior. Penulis menyarankan agar

penelitian mengenai cosmopolitanism mengambil unit analisis produk yang lebih tinggi

tingkat involvement seperti produk elektronik (handphone, televisi, air conditioner, dll)

atau furniture.

3) Penelitian juga hendaknya dilakukan pada konsumen atau narasumber ahli dengan tingkat

sosial dan pendidikan yang lebih tinggi sehingga memiliki wawasan yang lebih luas

mengenai produk asing dengan metode kualitatif.

4) Penelitian selanjutnya hendaknya melakukan modifikasi lebih lanjut terhadap model

penelitian seperti melakukan penelitian mengenai pengaruh cosmopolitanism saja

ataupun meneliti mengenai consumer ethnocentrims saja agar mendapatkan hasil yang

lebih fokus.

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 16: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

9. Daftar Referensi Altintas, M.H, Kurtulmusoglu F.B, Kaufman H.R, dkk. 2013. The Development and Validation of Consumer Cosmopolitanism Scare : The Polar Opposite of Xenophobic Attitude. Economic Research 26(1) : 137-154

Assael, Henry. 1992. Consumer Behavior and Marketing Action. Boston: PWSKENT Publishing Company: 194-221

Castel, Manuel, 2000. “The Rise of the Fourth World”, dalam David Held and Anthony McGrew (eds.), 2000. The Global Transformations: A Reader. Cambridge: Polity Press.

Duncan, Tom, 2005, Principle Of Advertising and IMC, International Edition, Second Edition, McGrawHill, New York.

Fadila, Dewi dan Rasyid Nirwan. 2012. Pengaruh Ethnosentrisme Konsumen Terhadap Keterlibatan Pengambilan Keputusan Pembelian Produk. Jurnal Orasi Bisnis Edisi ke-VII, Mei 2012.

Garvin, A (1984). What Does “Product Quality” Really Mean?. Sloan Management Review. 26,1. Proquest Database

Hair, J.F, Anderson, R.E, Tatham, R.L, Black, W.C.2006. Multivariate Data Analysis 6th edition. Prentice Pp.I, New Jersey

Jorg, Rossel and Julia H. Schroedter. 2015. Cosmopolitan cultural consumption: Preferences and practices in a heterogenous, urban population in Switzerland. journal homepage: elsevier, Switzerland

Johanson, J.K. and A.A.Romkainen. 2003. “Global brands: Does Familiarity Breed Contempt? Jain,S.C.(ed), Handbook of Research in Internacional Marketing. Cheltenham.UK; Edgard Elgar

Kotler, P. Armstrong G (2010). Principles of Marketing. Pearson Prentice Hall. Thirteen Edition. New Jersey.

Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2009. Marketing management. Upper Saddle River, N.J.: Pearson Prentice Hall.

Lawrence, Steven J. 2012. Consumer Xenocentrismand and Consumer Cosmopolitanism : The Development and Validation of Scale of Construct Influencing Attitudes Towards Foreign Product Consumption. Bussiness Administration Dissertasi. Detroit, Michigan : 45

Malhotra, N. (2010). Marketing Research: An Applied Orientation, 6th Edition, USA: Prentice Hall

Parts, Oliver dan Irena Vida. 2013. The Effects of Cosmopolitanism on Consumer Ethnocentrism, Product Quality, Purchase Intentions and Foreign Product Purchases Behavior. International Journal of Business and Social Research (IJBSR), Volume -3, No.-11.

Peter, J. P., & Olson, J. C. (2013). Consumer Behavior and Marketing Strategy, Ninth Edition. Boston: McGraw-Hill/Irwin.

Riefler, Petra, Adamantios Diamantopoulos and Judy A Siguaw. 2012. Cosmopolitan consumers as a target group for segmentation. Journal of International Business Studies (2012) 43, 285–305

Rybina, Liza and James Reardon, Janet Humphrey. 2010. Patriotism, Cosmopolitanism, Consumer Ethnocentrism and Purchase Behavior in Kazakhstan. Organizations and Market in Emerging Economies. Vol 1, No.2

Sadat, Andi M. 2009. Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 17: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

Sitinjak, Tumpal. J. R dan Sugiarto. (2006). Lisrel. Graha Ilmu, Jakarta.

Suryadi, Nanang dan Hendrawan Dimas. 2010. Kecenderungan Etnosentrisme, Sikap dan Intensi Konsumen dalam Membeli Produk Sepatu UKM. Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 8 No. 2.

Solomon, R. Michael. (2009). Customer Behaviour: A European Perspective. Financial Times Prentice Hall, New Jersey.

Steekamp, J.B.E.M.; Batra and D.L.Alden. 2003. How Perceived Brand Globalness Creates Brand Value. Journal of Internacional Business Studies. 34. 53-65.

Tjiptono. 2005. Brand Management & Strategy. Edisi Pertama. Penerbit ANDI, Yogyakarta

Wijanto, Setyo Hari. 2008. Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8 Konsep dan Tutorial. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wilkie, W.L. 1994. Customer Behavior, Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Mulyono, B.H (2008). Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus : Perumahan Puri Mediterania Semarang). (Tesis) Universitas Diponogoro. Semarang

Kompas (2014), “Jakarta Memang Kota Belanja”, available at: www.properti.kompas.com/sread.htm, diakses tanggal 4 April 2015

Cermat Bidik Pasar, Bisnis Fashion Berkibar., 2013, http://uai.ac.id/2013/03/05/cermat-bidik-pasar-bisnis-fashion-berkibar/, diakses tanggal 4 April 2015

Ishlahuddin., 2014, Konsumen Indonesia Selalu Ingin Jadi yang Pertama, http://m.koran-sindo.com/node/316293, diakses tanggal 20 April 2015.

Wonderfull Indonesia (2013), Kliping Berita – Pusat Komunikasi Publik, http://pkp.parekraf.go.id/oldlook/attachments/ , diakses tanggal 20 April 2015.

10. Lampiran Uji validitas model SEM olah pertama :

Variabel Butir Pertanyaan SLF T-Value Validitas

Cosmopolitanism

CP1 0,71 10,34 Baik dan memenuhi syarat CP2 0,82 12,67 Baik dan memenuhi syarat CP3 0,7 10,33 Baik dan memenuhi syarat CP4 0,79 11,95 Baik dan memenuhi syarat CP5 0,28 3,61 Tidak memenuhi syarat

Consumer Ethnocentrism

CE1 0,71 10,68 Baik dan memenuhi syarat CE2 0,86 14,04 Baik dan memenuhi syarat CE3 0,83 13,34 Baik dan memenuhi syarat CE4 0,58 8,28 Baik dan memenuhi syarat CE5 0,7 10,52 Baik dan memenuhi syarat

Foreign Purchase Behavior

FPPB1 0,89 14,69 Baik dan memenuhi syarat FPPB2 0,82 13,18 Baik dan memenuhi syarat FPPB3 0,87 14,2 Baik dan memenuhi syarat

Domestic Quality PQ1 0,87 14,7 Baik dan memenuhi syarat PQ2 0,92 16,12 Baik dan memenuhi syarat PQ3 0,88 14,85 Baik dan memenuhi syarat

Domestic Purchase Intentions

INT1 0,88 14,52 Baik dan memenuhi syarat INT2 0,89 15,13 Baik dan memenuhi syarat INT3 0,85 14,06 Baik dan memenuhi syarat INT4 0,81 13,11 Baik dan memenuhi syarat INT5 0,78 12,41 Baik dan memenuhi syarat

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 18: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

Uji reliabilitas model SEM olah pertama : Indikator Nilai CR Nilai VE

Cosmopolitanism 0,8070138 0,4763247 Consumer Ethnocentrism 0,86025 0,5563622 Foreign Purchase Behavior 0,8951105 0,7401213 Product Quality 0,9199886 0,7931748 Domestic Product Intention 0,9217688 0,7025176

Uji validitas model SEM olah kedua:

Variabel Butir Pertanyaan SLF T-Value Validitas

Cosmopolitanism

CP1 0,71 10,38 Baik dan memenuhi syarat CP2 0,82 12,62 Baik dan memenuhi syarat CP3 0,71 10,43 Baik dan memenuhi syarat CP4 0,78 11,75 Baik dan memenuhi syarat

Consumer Ethnocentrism

CE1 0,7 10,68 Baik dan memenuhi syarat CE2 0,86 14,04 Baik dan memenuhi syarat CE3 0,83 13,34 Baik dan memenuhi syarat CE4 0,58 8,28 Baik dan memenuhi syarat CE5 0,7 10,52 Baik dan memenuhi syarat

Foreign Purchase Behavior

FPPB1 0,89 14,69 Baik dan memenuhi syarat FPPB2 0,82 13,18 Baik dan memenuhi syarat FPPB3 0,87 14,21 Baik dan memenuhi syarat

Domestic Quality PQ1 0,87 14,7 Baik dan memenuhi syarat PQ2 0,92 16,12 Baik dan memenuhi syarat PQ3 0,88 14,85 Baik dan memenuhi syarat

Domestic Purchase Intentions

INT1 0,86 14,52 Baik dan memenuhi syarat INT2 0,89 15,13 Baik dan memenuhi syarat INT3 0,85 14,06 Baik dan memenuhi syarat INT4 0,81 13,11 Baik dan memenuhi syarat INT5 0,78 12,41 Baik dan memenuhi syarat

Uji reliabilitas model SEM olah kedua :

Indikator Nilai CR Nilai VE

Cosmopolitanism 0,8428894 0,573828 Consumer Ethnocentrism 0,8597039 0,5552425 Foreign Purchase Behavior 0,8939085 0,7376635 Product Quality 0,9199886 0,7931748 Domestic Product Intention 0,9217688 0,7025176

Analisis Goodness of Fit :

GOF Indikator Kriteria Nilai Keterangan

Absolute Fit Index

Chi-Square 307,55 Marginal Fit

Goodness of Fit Index (GFI)

GFI > 0,90 (Good Fit) 0,86 Marginal Fit 0,80 > GFI < 0,90 (Marginal Fit)

GFI < 0,80 (Poor Fit)

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 19: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

≤0,05 (Close Fit) 0,069 Good Fit ≤0,08 (Good Fit)

≥0,08 (Marginal Fit)

Incremental Fit Index

Adjusted Goodness of Fit (AGFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,82 Marginal Fit

0,08≤ x ≤0,90 (Marginal Fit)

Normed Fit Index (NFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,87 Marginal Fit 0,08≤ x ≤0,90 (Marginal Fit)

Comparative Fit Index (CFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,93 Good Fit

0,80≤ x ≤0,90 (Marginal Fit) Incremental Fit Index (IFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,93 Good Fit

0,80≤ x ≤0,90 (Marginal Fit) Relative Fit Index (RFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,85 Marginal Fit

0,80≤ x ≤0,90 (Marginal Fit)

Parsimonious Fit Index

Independence AIC Model AIC < Saturated AIC

2520,57 Good Fit Model AIC 401,57

Saturated AIC 420 Independence CAIC

Model CAIC < Saturated CAIC 2605,19

Good Fit Model CAIC 600,43 Saturated CAIC 1308,53 Saturated ECVI Saturated ECVI < Independence

ECVI 2,16

Good Fit Independence ECVI 13,55 Parsimonious Goodness of Fit Index (PGFI)

>0,60 (Good Fit) 0,75 Good Fit

Incremental Fit Index

Adjusted Goodness of Fit (AGFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,82 Marginal Fit 0,08≤ x ≤0,90 (Marginal Fit)

Normed Fit Index (NFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,87 Marginal Fit

0,08≤ x ≤0,90 (Marginal Fit) Comparative Fit Index (CFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,93 Good Fit

0,80≤ x ≤0,90 (Marginal Fit) Incremental Fit Index (IFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,93 Good Fit

0,80≤ x ≤0,90 (Marginal Fit) Relative Fit Index (RFI)

≥0,90 (Good Fit) 0,85 Marginal Fit 0,80≤ x ≤0,90 (Marginal Fit)

Parsimonious Fit Index

Independence AIC Model AIC < Saturated AIC

2520,57 Good Fit Model AIC 401,57

Saturated AIC 420 Independence CAIC

Model CAIC < Saturated CAIC 2605,19

Good Fit Model CAIC 600,43 Saturated CAIC 1308,53 Saturated ECVI Saturated ECVI < Independence

ECVI 2,16

Good Fit Independence ECVI 13,55 Parsimonious Goodness of Fit Index (PGFI)

>0,60 (Good Fit) 0,75 Good Fit

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015

Page 20: PENGARUH COSMOPOLITANISM TERHADAP CONSUMER …

Hasil Uji t-value SEM :

No Path T-Value Keterangan Hasil 1 CP � FPPB 1,01 Tidak Signifikan H01 diterima 2 CP �CE -1 Tidak Signifikan H02 diterima 3 CP � PQ -0,51 Tidak Signifikan H03 diterima 4 CE � PQ 2 Signifikan H04 ditolak 5 CE �INT 2,13 Signifikan H05 ditolak 6 PQ �INT 3,8 Signifikan H06 ditolak 7 INT � FPPB -4,03 Signifikan H07 ditolak

Pengaruh cosmopolitanism ..., Naomi Tessania, FEB UI, 2015