PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI … · Kinerja perusahaan lazim dilihat dari return...
Transcript of PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI … · Kinerja perusahaan lazim dilihat dari return...
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN
ALJUFRI, SE,. M.Ak., Ak
Dosen Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Lancang Kuning
ABSTRACT
The aim of this research is to get an empirical evidence about the effect on
independent commissioners, audit committees, manajemerial ownership on firm
performance. The population in this study were 321 non financial institutions, companies
listed on the Jakarta Stock Exchange in 2005-2007. Based on purposive sampling method,
samples of 39 companies to obtain the unit of analysis of 117 annual reports. Testing this
hypothesis using multiple linear regression analysis (multiple regression analysis). Firm
value proxied by a company operating performance is measured by Return on Equity (ROE).
The results showed only that the audit committee no significantly influence on return on
equity. As well as the independent commissioners, audit committees and managerial
ownership has no effect on ROE.
Keywords : Independent Commissioners, Audit Committees, Managerial Ownership and
Return on Equity.
2
1. Pendahuluan
Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Nilai perusahaan dapat
tercermin dari kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan lazim dilihat dari return yang
diberikan oleh perusahaan kepada investor atau kepada pemegang saham (Return on
Equity) (Abdullah et al, 2008). ROE berguna untuk membandingkan profitabilitas
perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Sehingga investor
sebelum menanamkan modalnya ke dalam perusahaan tentu akan melihat rasio
Returm on Equity dari sebuah perusahaan (http://www.investopedia.com). Returm on
Equity yang tinggi mengambarkan perusahaan dapat memberikan return yang tinggi
kepada pemilik.
Berdasarkan teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976) prilaku
agen/manajer yang menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan
kepentingan pihak lain/pemilik, dapat menurunkan nilai perusahaan. Prilaku
agen/manajer tersebut menggambarkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat,
karena manajer hanya menjalankan perusahaan untuk kepentingannya sendiri.
Berdasarkan kondisi semacam ini, dibutuhkan sistem tata kelola yang baik pada
perusahaan yang disebut dengan Good Corporate Governance (Arifin, 2005). Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) merumuskan tujuan dari Good
Corporate Governance adalah terciptanya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan perusahaan oleh masing-masing organ berdasarkan prinsip transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan guna
mengoptimalkan nilai perusahaan. Hal ini dikuatkan oleh temuan Klapper and love
(2004), Siallagan dan Machfoedz (2006), Herawaty (2008), dan Abdullah et al (2008)
yang memberikan bukti bahwa corporate governance dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Mekanisme corporate governance yang berjalan dengan baik dapat
mengurangi konflik keagenan dan seterusnya akan meningkatkan nilai perusahaan.
Keberadaan Komisaris Independen yang merupakan anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan berfungsi mengawasi dan memberikan nasehat sesuai
dengan arah yang ingin dituju oleh perusahaan. Komisaris independen melalui
pemberdayaan dewan komisaris dapat menjalankan tugasnya melalui transparansi dan
keterbukaaan laporan keuangan perusahaan, perlakuan yang adil terhadap pemegang
saham minoritas dan stakeholder yang lain, diungkapkannya transaksi yang
3
mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil, kepatuhan perusahaan pada
perundangan dan peraturan yang berlaku dan menjamin akuntabilitas organ perseroan.
Dewan komisaris perlu menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik karena
direksi/manajer sering mempunyai ransangan untuk bertindak demi keuntungannya
sendiri. Dalam hal inilah kehadiran komisaris independen mampu menjalankan fungsi
dan tugasnya sesuai prinsip Good Corporate Governance akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Komite audit sebagai salah satu unsur Good Corporate Governance,
memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan Good Corporate
Governance (Effendi, 2005). Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah
membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja
perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan review sistem pengendalian
intern perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan
efektivitas fungsi audit. Melihat fungsi dan tugas audit yang merupakan fungsi yang
esensial maka keberadaan komite audit yang melaksanakan fungsi dan tugasnya
dengan baik menjadi sangat penting sebagai salah satu perangkat utama dalam
penerapan prinsip akuntabilitas, transfaransi dari corporate governance sehingga
tujuan perusahaan tercapai yang berarti nilai perusahaan juga meningkat.
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer sebagai agen dan juga prinsipal. Perilaku
manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan dapat diminimumkan
melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai
kepentingan tersebut. Kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen akan
memotivasi manajer untuk menghindari konflik kepentingan. Hal ini dikarenakan
manajer tersebut tidak akan mendapatkan manfaat atas prilaku manipulasi yang
berawal dari konflik kepentingan karena manajer merupakan agen dan sekaligus juga
sebagai principal. Dalam hubungan inilah manajer bertindak sebagai penyelarasan
berarti menjalankan prinsip kewajaran sesuai prinsip Good Corporate Governance
yang menyebabkan nilai perusahaan meningkat.
2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
4
Corporate Governance (CG) adalah suatu sistem guna mengontrol dan
mengarahkan perusahaan. Dalam sistem tersebut terdapat interaksi antara
manajemen, pemegang saham (shareholders), dan stakeholder lainnya (Salamun,
2000). Secara prinsip, corporate governancedalam arti sempit meliputi dua aspek,
yaitu aspek governance structure atau board structure dan aspek governance process
atau governance mechanism. Governance structure membicarakan struktur hubungan
pertanggungjawaban dan pembagian peran di antara berbagai organ utama perusahaan
yaitu Pemilik/Pemegang saham, Pengawas/Komisaris, dan
Pengelola/Direksi/Manajemen, sedangkan governance process membicarakan
mekanisme kerja dan interaksi aktual di antara organorgan tersebut. Struktur
corporate governance sebuah korporasi akan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
terutama teori korporasi yang dianut, budaya, dan sistem hokum yang berlaku
(Utomo, 2006).Selanjutnya untuk menjadi Good Corporate Governance (GCG) harus
dipenuhi prinsip-prinsip transparansi, integritas, dan akuntabitas Salamun (2000).
Esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui
sepervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen
terhadap shareholders dan pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka
aturan dan peraturan yang berlaku (Thomas, 2006). Untuk meningkatkan
akuntabilitas, antara lain diperlukan auditor, komite audit, serta remunerasi eksekutif.
Good Corporate Governance memberikan kerangka acuan yang memungkinkan
pengawasan berjalan efektif sehingga tercipta mekanisme checks and balances di
perusahaan (Thomas, 2006).
2.1. Komisaris Independen dan Nilai Perusahaan
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2004) komisaris
independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan. Sesuai UU Perseroan N0. 40 Tahun 2007 fungsi dan tugas dari Dewan
Komisaris adalah melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan
memberi nasihat kepada Direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat dilakukan untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Agar supaya
5
fungsi dan tugas Dekom ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu dipastikan bahwa
setiap kebijakan dan keputusan Dekom yang dikeluarkan tidak memihak kepentingan
Dewan Direksi sebagai ―agen‖ atau bias kepada ―kepentingan pemilik‖.
Berkaitan dengan fungsi pengawasan komisaris tersebut berarti keputusan-
keputusan dewan direksi yang diambil harus diawasi oleh komisaris. Maka komisaris
independen akan mempertimbangkan atau cenderung netral karena komisaris
independen memiliki sikap independensi dan jumlah. Jumlah Komisaris Independen
dalam dewan komisaris diharapkan dapat mengawasi keputusan-keputusan direski
sehingga keputusan tidak berat sebelah dalam arti mempertimbangkan kepentingan
agen dan principal. Dalam hal inilah jika pengawasan ini tercapai maka prinsip
akuntabilitas dari corporate governance dijalankan komisaris independen akan
melindungi kepentingan kepentingan pemegang minoritas, sehingga konflik
kepentingan terhindar yang menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Pemikiran ini
didukung oleh Fama Dan Jensen ( 1983), Klein (2002), Bipinajinkya et al (2005),
Mir, and Seboui (2008).
Hasil penelitian tentang hubungan komisaris independen dan nilai perusahaan
tidak konsisten. Klein et al (2005) menemukan komisaris Independen berhubungan
negatif namun tidak signifikan dengan nilai perusahaan. Rachmawati dan Triatmoko
(2007) dengan menggunakan sampel 190 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta, periode 2001-2005, tidak menemukan pengaruh komisaris
independen terhadap nilai kualitas laba dan nilai perusahaan. Herawaty (2008),
sampel perusahaan non keuangan yang telah listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2004,
2005, dan 2006 juga tidak menemukan komisaris independen berpengaruh terhadap
nilai Perusahaan..
Namun Rosenstein and Wyatt (1990) dengan menggunakan sampel 1.251
perusahaan yang terdaftar di Newyork Exchange (NYSE) dan di American Exchange
(AMEX) periode 1981-1985 menemukan bahwa hubungan positif antara komisaris
independen dan nilai perusahaan. Siallagan dan Machfoedz (2006) dengan
menggunakan sampel 197 semua perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun
2000-2004 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) juga menemukan pengaruh positif signifikan
komisaris Independen terhadap nilai perusahaan. Victoria (2006) juga menemukan
hubungan positif yang kuat antara komisaris independen dan nilai perusahaan. Rahim
et al (2008) dengan sample 361 perusahaan non-financial yang terdaftar di Malaysia
6
periode tahun 2002-2007 menemukan bukti bahwa terdapat pengaruh positif
komisaris independen (independent directors) terhadap nilai perusahaan.
Dari penelitian diatas mayoritas atau empat (4) dari tujuh (7) peneliti
menemukan hubungan positif antara komisaris independen dan nilai perusahaan.
Maka penulis mendukung hasil peneliti yang mayoritas. Selain mayoritas juga
didukung teori yang mengatakan komisaris independen mendorong good corporate
governance sehingga meningkatkan nilai perusahaan , maka penulis membuat
hipotesis alternatif sebagai berikut :
H1: Proporsi Komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan
2.2. Komite Audit dan Nilai Perusahaan
Definisi Komite audit sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang dibentuk
oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas dan fungsinya. KNGCK 2002
menyatakan bahwa komite audit di perusahaan publik memegang peranan yang cukup
penting dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Komite audit merupakan
"mata" dan "telinga" dewan komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan.
Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian dalam
implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik,
diharapkan prinsip independensi (independency), transparansi dan pengungkapan
(transparency & disclosure), akuntabilitas (accountability) dan pertanggungjawaban
(responsibility), serta kewajaran (fairness) menjadi landasan utama dalam aktivitas
komite Effendi (2005).
Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan
Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut
terutama berkaitan dengan review sistem pengendalian intern perusahaan,
memastikan kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit.
Laporan keuangan merupakan produk dari manajemen yang kemudian diverifikasi
oleh eksternal auditor. Dalam pola hubungan tersebut, dapat dikatakan bahwa komite
audit berfungsi sebagai jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal
auditor. Tugas komite audit juga erat kaitannya dengan penelaahan terhadap resiko
yang dihadapi perusahaan, dan juga ketaatan terhadap peraturan.
7
Komite Audit yang efektif tercermin dalam pelaksanaan tangung jawabnya
membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja
perusahaan. Pelaksanaan tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari berapa kali atau
seringnya komite audit melakukan rapat dan pertemuan. Baik rapat dan pertemuan
komite audit sendiri, rapat dan pertemuan dengan dewan komisaris, rapat dan
pertemuan dengan dewan direksi maupun rapat dengan pertemuan dengan eksternal
audit. Dalam hal inilah jika rapat dan pertemuan sering dilakukan maka diharapkan
semua permasalahan perusahaan dapat diatasi dengan cepat oleh komite audit melalui
pemberdayaan dewan komisaris yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan.
Dari gambaran sederhana mengenai tugas dan fungsi dari lembaga tersebut,
sudah barang tentu, keberadaan komite audit yang melaksanakan fungsi dan tugasnya
dengan baik menjadi sangat penting sebagai salah satu perangkat utama dalam
penerapan prinsip akuntabilitas dari corporate governance sehingga tujuan perusahaan
tercapai yang berarti nilai perusahaan juga meningkat. Pemikiran ini didukung oleh
Klein (2002), dan Xie et al (2002).
Hasil penelitian tentang hubungan komite audit dan nilai perusahaan tidak
konsisten. Rachmawati dan Triatmoko (2007 dengan menggunakan sampel 190
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2001-
2005 tidak menemukan pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan. Namun
Weir et al (2003) dengan menggunakan sampel 312 perusahaan di Inggris
memberikan bukti bahwa komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai Perusahaan. Siallagan dan Machfoedz (2006) dengan menggunakan sample 197
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2000-2004 di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) menemukan komite audit secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Chan and Li (2008) dengan menggunakan sampel 200 perusahaan di
Fortune menemukan bahwa komite audit berhubungan positif dengan nilai
perusahaan. Abdullah et al (2008) dengan menggunakan sampel 50 perusahaan di
Pakistan yang terdaftar periode 2002-2005 juga menemukan bahwa komite audit
independen berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan.
Dari penelitian diatas mayoritas atau empat (4) dari lima (5) peneliti
menemukan hubungan positif antara komisaris independen dan nilai perusahaan.
Maka penulis mendukung peneliti mayoritas. Selain karena mayoritas juga didukung
teori yang mengatakan komite audit mewujudkan good corporate governance
8
sehingga meningkatkan nilai perusahaan , maka penulis membuat hipotesis alternatif
sebagai berikut :
H.2. : Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
2.3. Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham
perusahaan. Dari sudut pandang teori agensi Jensen & Meckling (1976), manajer
dapat termotivasi menentukan nilai perusahaan. Motivasi yang berbeda akan
menghasilkan besaran nilai perusahaan yang berbeda, seperti antara manajer yang
juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang
saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen meningkatkan nilai
perusahaan, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan terhadap pengelolaan perusahaan. Disinilah dapat dikatakan
bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung
mempengaruhi tindakan manajemen untuk mengelola perusahaan. Selain itu
banyaknya saham yang dimiliki oleh manajer merupakan salah satu upaya untuk
mengurangi biaya keagenan, karena kepemilikan manajerial akan mensejajarkan
kepentingannya dengan kepentingan pemilik akibat manajer sebagai agen dan
prinsipal.
Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan dapat
diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk
menyelaraskan berbagai kepentingan tersebut. dengan memperbesar kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen hal ini bisa dibuktikan dengan temuan Truong
(2006) bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi cenderung mengakibatkan manajer
menggunakan asset perusahaan secara efisien sehingga menurunkan agency cost.
9
Abdullah (2006), menyatakan kepemilkan manajerial (kepemilikan oleh direktur
eksekutif) dan outside blockholders secara efektif meningkatkan rangsangan mereka
untuk memonitor manajemen di dalam memastikan kekayaan mereka utuh. Kedua
temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial akan memperkuat
tatakelola perusahaan sehingga konflik kepentingan dapat dihindari yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian tentang hubungan kepemilikan manajerial dan nilai
perusahaan tidak konsisten. Siallagan dan Machfoedz (2006) dengan menggunakan
sampel 197 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2000-2004 di Bursa
Efek Jakarta (BEJ), tidak menemukan hipotesis bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan Perusahaan. Khan et al (2007) tidak
menemukan hubungan antara kepemilikan managerial dan nilai perusahaan dan juga
tidak menemukan hubungan non linear yang signifikan antara kepemilikan
manajerial dan kinerja perusahaan. Herawaty (2008) dengan menggunakan sampel
perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2004, 2005, dan
2006 juga tidak menemukan pengaruh kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan.
Namun Morck dkk (1988) menemukan terdapat hubungan non linier antara
kepemilikan manajerial (insider ownership) dengan kinerja perusahaan. Morck dkk
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan
nilai perusahaan (Tobin’s Q) pada level antara 0% – 5%, dan berhubungan negatif
pada level 5%-25% . Mudambi et. al. 1995 menemukan hubungan non linear antara
kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. Mudambi et al (1995) menemukan
korelasi positif antara kepemilikan manajemen dan nilai perusahaan pada kisaran 0%
s/d 5% , dari 5% sampai 25% kepemilikan manajemen, hubungan tersebut adalah
negatif, tetapi pada tingkat yang lebih besar dari 25% hubungan nya adalah positif.
10
Wahyudi & Pawestri (2006), dengan menggunakan sampel 168 Perusahaan (kecuali
untuk perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan yang
dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) tahun 2002-2003, menemukan kepemilikan manajerial menpunyai pengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Rachmawati dan Triatmoko (2007) dengan
menngunakan sampel 190 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta selama periode 2001-2005 juga menemukan pengaruh kopemilikan manajerial
terhadap nilai perusahaan. Christiawan dan Tarigan (2007) dengan menggunakan
sampel 137 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta menemukan nilai
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial dibanding perusahaan dengan kepemilikan
manajerial terbukti berbeda. Bahkan rata-rata nilai perusahaan dengan kepemilikan
manajerial lebih baik dibanding dengan rata-rata nilai perusahaan tanpa kepemilikan
manajerial. Islahuddin dan Nurlela (2008), dengan menggunakan sampel 41
perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 2005 yang bukan Perusahaan sektor keuangan
dan asuransi juga menemukan pengaruh kopemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan. Ruan et al (2009) menemukan hubungan non linear antara kepemilikan
manajerial dan nilai perusahaan. Ruan et al. menyatakan korelasi positif antara
kepemilikan manajemen dan nilai perusahaan pada kisaran 0% s/d 18% , dari 18%
sampai 64% kepemilikan manajemen, hubungan tersebut adalah negatif, tetapi pada
tingkat yang lebih besar dari 64% hubungan nya adalah positif. Tetapi
Dari penelitian diatas mayoritas atau tujuh (7) dari sepuluh (10) peneliti
menemukan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan.
Maka penulis mendukung peneliti mayoritas. Selain karena mayoritas juga didukung
teori yang mengatakan kepemilikan manajerial data menghindari konflik kepentingan
11
seperti menurunkan agency cost yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan ,
maka penulis membuat hipotesis alternatif sebagai berikut :
H.3. : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Metodologi Penelitian
3.1. Metode Pemilihan Sampel
Untuk dapat menguji hipotesis diatas, pada penelitian ini yang menjadi
populasi adalah 321 perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun
2005 sampai 2007 serta menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun
buku 2005 sampai 2007. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling, yaitu pengumpulan anggota sampel dimana peneliti
memiliki tujuan atau target tertentu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
(Indriantoro, 1999:131) .
3.2. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model linear regresi berganda. Variabel
independen yang digunakan dalam model ini adalah Komisrais Independen dewan
(proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris), komite audit (banyak rapat
komite audit dalam setahun) dan kepemikikan manajerial (persentase kepemilikan
oleh direksi dan manajemen). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.3. Operasional Variabel
Berikut ini adalah operasionalisasi variabel dari model diatas
Ln_ROE = : Rasio ini diukur dengan membagikan net profit
Ln_ROEit = β0 + β1 KIit + β2 KAIit + β 3 KMit + εit
12
Return on
Equity
terhadap equity-inbook value.
KI=Komisaris
Independen
: Proporsi komisaris independen atas jumlah dewan
Komisaris perusahaan Klein (2002) yaitu denhan
membagikan jumlah Komisaris Independen
terhadap Jumlah Dewan Komisaris.
KA = Komite
Audit
: Komite Audit diukur dengan Variabel Dummy,
yaitu diberikan nilai 1, jika jumlah rapat &
pertemuan komite audit sama dengan empat (4)
kali atau lebih dalam setahun , 0 untuk yang
lainnya, Sharma ( 2005).
KM =
Kepemilikan
Manajerial
: Kepemilikan manajerial adalah ratio jumlah
saham yang dimiliki pihak manajemen dari
seluruh modal saham perusahaan yang beredar.
Sehingga formulanya dihitung sebagai berikut
ddengan cara membagikan jumlah saham yang
dimiliki manajemen dengan jumlah saham yang
beredar.
4. Analisis Hasil Penelitian
4.1. Statistik Deskriptif
Data dianalisa dari sample 39 perusahaan mulai tahun 2005 sampai tahun
2007, sehingga mengasilkan 117 unit analisis dari laporan tahunan yang memenuhi
kriteria sebagai sampel. Data diperoleh dari annual report berupa laporan keuangan,
laporan tatakelola perusahaan dan laporan lainya serta dilengkapai juga dari ICMD
2005- ICMD 2007. Dari sumber data tersebut didapatkanlah data yang diperlukan
kemudian dikumpulkan dan dikalkulasikan sesuai formula-formula yang telah
13
dikemukan di BAB III. Variable-variabel penelitan tersebut adalah Retun on Equity
(ROE), Komite Audit, Kepemilikan Magerial, dan Komisaris Independen. Statistik
deskriptif penelitian selama tahun 2005-2007 dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.1. Hasil Statistik Deskriptif
Uraian N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
ROE
KI
KA
KM
Valid N
(listwise)
117
117
117
117
-0,769
0,000
0,000
0,000
7,970
1,000
1,000
12,826
0,159
0,393
0,325
0,546
0,745
0,138
0,470
1,851
Sumber: Data Olahan
Dari Tabel 4.1. hasil deskriptif dapat dilihat data terkecil, terbesar, rata-rata
dan standar diviasi setiap variable. Nilai Return on Equity paling tinggi didapat oleh
PT. Pakuwon Jati pada tahun 2005 sebesar 7,970. Return on Equity terkecil adalah
sebesar -0,769 terdapat pada PT. Indosiar Karya Mandiri pada tahun 2006. Rata-
rata Return on Equity adalah sebesar 0,159 dengan standar deviasi 0,745.
Lima perusahaan yang memperoleh Return On Equity tertinggi adalah PT. Pakuwon
Jati (PWON) th 2005 (7,970), Steady Safe (SAFE) th 2006 (0.604), Suryamas
Dutamakmur (SMDM) th 2007 (0,582), Pelayaran Tempuran Emas (TMAS) th 2005
(0,374) dan Wicaksana Overseas International (WICO) th 2007 (0,297). Sedangkan
lima perusahaan yang memperoleh Return On Equity terendah adalah PT. Indosiar
Karya Mandiri (IDKM) th 2006 (-0,769), PT. Indosiar Karya Mandiri (IDKM) th
2005 (-0,206), PT. Wahana Phonix Mandiri (WAPO) th 2005 (-0,206), PT. Zebra
Nusantara (ZBRA) th 2007 (-0,159) dan PT. Zebra Nusantara (ZBRA) th 2006 (-
0,156.
Table 4.1. juga menunjukkan rata-rata Komisaris Independen 39,30% ini
berarti perusahaan di BEJ telah secara rata-rata telah memenuhi persyaratan bahwa
14
komisaris independent minimal diatas 30% sesuai aturan keberadaan komisaris
independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli
2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai
Komisaris Independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang
dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam
peraturan ini, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari
seluruh anggota Dewan Komisaris.
Selanjutnya dari tabel 4.1. ditunjukkan rata-rata Komite Audit 32,50% berarti
menunjukkan rata-rata jumlah rapat & pertemuan yang sama dengan empat (4) kali
atau lebih dalam setahun yang dilakukan oleh Komite Audit 32,50%. Sedangkan
Kepemilikan Managerial rata-rata 0,513% berati tingkat kepemilikan manerial rata-
rata perusahaan di BEJ masih sangat kecil dibawah 5%.
4.2. Analisis Hasil Model Regresi Berganda
Pengujian yang dilakukan dalam penelitianini adalah pengujian dengan menggunakan
model regresi berganda dimana akan dilihat pengaruh corporate governance (variabel
Komisaris independen, Komite Audit dan Kepemilikan manajerial) terhadap nilai perusahaan
(ROE). Hasil pengujian pada model ini adalah sebagai berikut:
4.2.1. Pengujian Hipotesis 1
Pada tabel 4.2. variabel komisaris independen bertanda positif. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara komisaris independen dengan
Return On Equity (ROE). Koefisien regresi variabel komisaris independen sebesar
0,293 mengandung arti apabila faktor lainnya konstan maka pertambahan 1% pada
variabel komisaris independen akan menyebabkan bertambahnya Return On
Equity (ROE) sebesar 0,293. Nilai koefisien untuk komisaris independen (table
Ln_ROEit=-2,150 + 0,293 KIi,t + 0,105 KAi,t + 0,001 KMi,t
15
IV.4) menunjukan hubungan independen lebih kuat terhadap Return On Equity
(ROE), karena lebih besar koefisiennya menandai komisaris independent lebih
kuat hubungannya terhadap Return On Equity (ROE).
Hipotesis pertama 1 mengenai dugaan terdapatnya pengaruh signifikan
komisaris independen terhadap Nilai Perusahaan dapat dilihat dari hasil
pengolahan data pada table 4.2.. Hasil pengolahan data diperoleh t hitung sebesar
0,342 , sig thitung 0,733 dan t tabel (n-k=117-1=116 ;0,05) adalah 1,9806. Nilai
thitung 0,342 < ttabel atau –thitung < ttabel atau -t tabel dan sig t hitung > α,
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian hipotesis pertama (1) yang menyatakan terdapat pengaruh
positif dan signifikan komisaris independen terhadap nilai perusahaan, pada
tingkat kepercayaan 5% tidak dapat ditemukan. Artinya komisaris independen
yang diukur dengan rasio komisaris independen tidak berpengaruh terhadap ROE.
Hal ini mungkin proporsi komisaris independen bukan merupakan ukuran yang
tepat untuk mengukur komisaris independen, terutama dalam penelitian ini.
4.2.2. Pengujian Hipotesis 2
Pada tabel 4.2. menunjukkan variabel komite audit bertanda positif,
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara komite audit dengan Return
On Equity (ROE). Koefisien regresi variabel komite audit sebesar 0,105,
mengandung arti apabila faktor lainnya konstan maka pertambahan 1% pada
variabel komite audit akan menyebabkan bertambahnya Return On Equity (ROE)
sebesar 0,105.
Hipotesis kedua (2.) mengenai dugaan terdapatnya pengaruh positif dan
signifikan komite audit terhadap Nilai Perusahaan dapat dilihat dari hasil
pengolahan data (table 4.2). Hasil pengolahan data (table 4.4) diperoleh nilai
thitung sebesar 0,418,sig thitung 0.677, dan t tabel (n-k=117-1=116 ; 0,05) adalah
1,9806. Nilai thitung sebesar 0,418< ttabel atau –t hitung< -t tabel dan sig t hitung> α,
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.
16
Dengan demikian penelitian ini dapat menunjukkan tidak ada pengaruh
yang signifikan antara variabel komite audit pada tingkat α 5 % terhadap nilai
perusahaan. Artinya Hipotesis kedua (2) mengenai dugaan terdapatnya pengaruh
signifikan komite audit terhadap nilai perisahaan tidak dapat ditemukan. Hal ini
berarti jumlah rapat dan pertemuan yang diadakan oleh komite audit belum dapat
meningkatkan ROE atau kinerja operasi. Hal ini mungkin disebabkan rapat dan
pertemuan komite audit belum teragendakan dengan baik.
4.2.3. Pengujian Hipotesis 3
Pada tabel 4.2. menunjukkan variabel kepemilikan manajerial bertanda
positif, menunjukkan adanya hubungan yang searah antara kepemilkan
manajerial dengan Return On Equity (ROE). Koefisien regresi variabel
kepemilikan manajerial sebesar 0,001mengandung arti apabila faktor lainnya
konstan maka pertambahan 1% pada variabel kepemilkan manajerial akan
menyebabkan bertambahnya Return On Equity (ROE) sebesar 0,001.
Hipotesis ketiga (3) mengenai dugaan terdapatnya pengaruh signifikan
kepemilikan manajerial terhadap Nilai Perusahaan (Return On Equity) dapat
dilihat dari hasil pengolahan data (table 4.2.). diperoleh nilai thitung sebesar
0,015, kemudian sig thitung 0,988, serta t tabel (n-k=117-1=116 ; 0,05) adalah
1,9806. Nilai thitung sebesar 0,015 < ttabel atau –t hitung< -t tabel dan sig t hitung> α,
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti hipotesi
keiga (3) yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan (Proksi ROE) ditolak.
Hasil ini mengindikasikan kepemilikan manajerial belum dapat sebagai
kontrol yang efektif guna menghindari konflik kepentingan yang
menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Hal ini mungkin disebab
masih sedikit kepemilikan manajemen perusahaan di Indonesia (khususnya
perusahaan dalam sample 0.586%) sehingga pusat kontrol tetap dikendalikan
oleh pemegang saham pengendali.
17
Tabel 4.2
Pengujian Hipotesis
Sumber : Data Olahan
5. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Corporate
Governance yang dalam hal ini diwakili oleh Komisaris Independen,Komite Audit
dan Kepemilikan Manajemen terhadap nilai perusahaan yang diwakili oleh Return
On Equitypada Perusahaan non lembaga keuangan perusahaan yang terdafta di
Bursa Efek Jakarta.
Hasil analisis terhadap model penelitian dan pengujian hipotesis yang diajukan
dalam penelitian menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis pertama (1) tidak ditemukan pengaruh komisaris
independen terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan Return On Equity
sebagai proxi nilai perusahaan, inimenandakan proporsi komisaris independen
bukan merupakan proksi yang baik untuk komisaris independen khususnya
No. Uraian Uji Uji Parsial
Simultan Constant KI KA KM
1 R 0,048
2 R2 0,002
3
Adjusted
R2 -0.024
4 F Hitung 0.087
5 F Tabel 2.685
6 Koefisien
-2,150 0,2930
0,1050
0,0010
7
Nilai t
hitung
-5,707
0,3420
0,4180
0,0150
8
Nilai t
tabel
1.9806 1.9806 1.9806
9 Signifikan 0.967
0,000
0,7330
0,6770
0,9880
18
dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini mendukung temuan Rachmawati dan
Triatmoko (2007) dan Herawaty (2008).
2. Pengujian hipotesis kedua (2) tidak ditemukan bukti bahwa Jumlah Rapat dan
pertemuan komite audit berpengaruh terhadap ROE. Hal ini mungkin
disebabkan rapat dan pertemuan komite audit yang diadakan oleh komite audit
belum teragendakan dengan baik. Hasil penelitian ini sesuai Rachmawati dan
Triatmoko (2007).
3. Pengujian hipotesis ketiga (3) tidak ditemukan bukti bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap Return On Equity. Hal ini mungkin disebab
masih sedikit kepemilikan manajerial perusahaan di dalam sample= 0,586%),
sehingga kontrol sentral tetap dimiliki oleh pemegang saham yang besar. Namun
hasil penelitian mendukung temuan Khan et. al 2007, dan Herawaty (2008).
19
Daftar Pustaka :
Abdullah, M.S, Syed Zulfiqar Ali Shah and Arshad Hassan (2008) ,‖ Impact of Corporate
Governance on Financial Performance of Firms: Evidence from Pakistan‖. The
Business Review, Cambridge Vol. 11 Num. 2. pp. 282 - 290
Abdullah, S. N, 2006 ,‖ Board structure and ownership in Malaysia: the case of distressed
listed companies‖ VOL. 6 NO. 5 , pp. 582-594, Q Emerald Group Publishing Limited,
ISSN 1472-0701 DOI 10.1108/14720700610706072
Arifin (2005), ―Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance
Pada Perusahaan Di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan)‖. Pidato
Disampaikan Pada Sidang Senat Guru Besar Universitas Diponegoro Dalam Rangka
Pengusulan Jabatan Guru Besar. http://eprints.undip.ac.id/333/1/Arifin.pdf
Bipinajinkya, Sanjeev bhojraj And Partha Sengupta, 2005 ―The Association between Outside
Directors, Institutional Investors and the Properties of Management Earnings
Forecasts‖. Journal of Accounting Research , Vol. 43 No. 3 June .p.342-376
Chan, Kam C. and Li, Joanne, Audit Committee and Firm Value: Evidence on Outside Top
Executives as Expert-Independent Directors. Corporate Governance: An International
Review, Vol. 16, Issue 1, pp. 16-31, January 2008.
Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan, 2007‖ Kepemilikan Manajerial : Kebijakan
Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan‖ Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. No 1, Mei .
p.1-8
Effendi, Muhammad Arief (2005),‖Peranan komite audit dalam meningkatkan kinerja
perusahaan‖. Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 1 No. 1, Mei 2005 .
Fama, E, Jensen, M., 1983. Separation of ownership and control. Journal of Law and
Economics 26 (2), 301±325.
Herawaty, Vinola 2008,”Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable
dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan‖, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan , Vol. 10 Nov 2008.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999, ‖metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen‖, BPFE Jogjakarta,131.
Islahuddin dan Rika Nurlela, 2008,” Pengaruh Corporate Governance Sebagai Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Managemen Sebagai Variabel
Moderating. Simposium Nasinoal Akuntansi XI. Pontianak
Jensen, MC and Meckling (1976), ―Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs
and Ownership Structur‖. Journal of Financial Economics. Vol 3, p.305-360.
20
Khan, Arifur Rahman, Balasingham Balachandran and Paul Mather (2007),‖ Managerial
Share Ownership and Firm Performance‖. Evidence from Australia.
. http://www.afaanz.org/openconf/afaanz/paper
Klein, April 2002,‖Audit committee, board of director characteristics, and earnings
management‖. Journal of Accounting and Economics, Vol .33 . Issue 3 August
2002.p. 375–400.
Klein, Peter Charles, Shapiro, Daniel M. and Young, Jeffrey (2005),‖ Corporate Governance,
Family Ownership and Firm Value‖. The Canadian Evidence. Corporate Governance:
An International Review, Vol. 13, No. 6, pp. 769-784, November 2005. Available at
SSRN: http://ssrn.com/abstract=856652 or doi:10.1111/j.1467-8683.2005.00469.x
Klapper, Leora F. and Inessa Love (2004), ―Corporate governance, investor protection, and
performance in emerging markets‖. Journal of Corporate FinanceVolume 10, Issue 5,
November , Pages 703-728
Komite Nasional Kebijakan Governance, (2004). Pedoman Tentang Komisaris Independen.
http://www.governanceindonesia. or.id/main.
Komite Nasional Good Corporate Governance (2002),‖ Pedoman Pembentukan Komite
Audit yang Efektif‖.http://www.governance-indonesia.com/pedoman/audit/
Komite Nasional Good Corporate Governance 2006,‖Pedoman Umum Corporate
Governance Indonesia‖.
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/Pedoman%20GCG%
20Indonesia%202006.pdf
Morck, R, Sheifer, A dan Vishney, R. 1988. ―Management Ownership and
Market Valuation: An Empirical Analysis‖. Journal of Financial
Economics, 20: 293—316
Mir, Ali El and Souad Seboui, 2008 , ―Corporate governance and the relationship between
EVA and created shareholder value‖. Corporate governance, Vol. 08 No.1 p.46-58
Mudambi, Ram and Carmela Nicosia, 1995, ―Ownership Structure and Firm Performance:
Evidence from the UK Financial Service Industry‖, http://ssrn.com/abstract=295575
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko (2007). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi
X. Makasar
Rahim ,Ruzita Abdul. Mohd. Hasimi Yaacob, Norazlan Alias and Fauzias Mat Nor, 2008, ‖
Investment, Board Governance and Firm Value: A Panel DataAnalysis.
http://www.wbiconpro.com/332-Ruzita.pdf
21
Rosenstein, S. and Wyatt, J.G. (1990), ―Outside directors, board Independence, and
shareholder wealth‖, Journal of Financial Economics, Vol. 26 No. 2, pp. 175-191.
Ruan, W., Tian, G. & Ma, S. (2009) Managerial Ownership, Capital Structure and Firm
Value. Working paper. http://www.finance.nsyu.edu.tw/sfm/17/program
/FullPaper/068-1758251616.pdf
Salamun, Suyono (2000),‖Good Governancedan Peran Auditor Internal‖. Media Komunikasi
dan Informasi Akuntansi dan Keuangan No. 01 – Tahun I Agustus 2000
Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006,‖ Mekanisme Corporate Governance
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, SNA. 9.
Thomas S. Kaihatu, 2006,‖ Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia’.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, VOL.8, No. 1, Maret 2006: 1-9.
Truong, Thanh. 2006, ‖ Corporate Boards, Ownership and Agency Costs: Evidence from
Ausralia‖ The Business Review, Cambridge; Summer, Vol 5, No. 2 2006. pg. 163-
167.
Utomo, Mochamad Hoshi, (2006),‖ Komisaris Independen Penggerak Praktik GCG di
Perusahaan‖. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 4, Nomor 3,
Penerbit : PT. Indeks kelompok Gramedia.
Victoria, Krivogorsky (2006), ―Ownership, board structure, and performance in continental
Europe‖. The International Journal of Accounting, Volume 41, Issue 2, Pages 176-
197
Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri (2006) ―Implikasi Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan : Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel
Intervening‖. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang 23-26 Agustus
Weir, Charlie, Laing, David and McKnight, Phillip J.(2003),‖An Empirical Analysis of the
Impact of Corporate Governance Mechanisms on the Performance of UK Firms‖.
Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=286440 or doi:10.2139/ssrn.286440
Working Paper Series
Xie, Biao, Wallace N. Davidson III , Peter J. DaDalt. 2002,‖Earnings management and
corporate governance:the role of the board and the audit committee, © Elsevier
Science B.V. All rights reserved
22
Referensi Lain
UU Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007.
Keputusan Ketua Bapepam, No. Kep- 29/PM/2004, tanggal 24 september 2004
http://www.investopedia.com/terms/r/returnonequity.asp