PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

16
PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN ANOREXIA NERVOSA PADA REMAJA PEREMPUAN DI SURABAYA Tri Indah Sari 1 , Rezkiyah Rosyidah 2 Program Studi Psikologi, Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura [email protected] ABSTRACT There are many dramatic changes in adolescence, one of them is the physical changes in which adolescent girls are less satisfied with their bodies due to increased amount of fat. There is an assumption that having a thin body will be easier to adapt to the social environment, influencing adolescents in making a decision to go on a diet even though it causes a tendency to anorexia nervosa. This research was conducted to knowing the effect of body shaming on the tendency of anorexia nervosa in adolescent girls in Surabaya. This study uses a quantitative approach where the respondents in this study were adolescent girls who experienced the tendency of anorexia nervosa in the city of Surabaya with a total of 349 respondents. The instruments in this study were the body shaming scale and the tendency scale for anorexia nervosa. This study used to simple linear regression test to analyze data (with SPSS 24 for windows program). The results of the study show the value of F = 54.172; P = 0.00, and R = 0.135. This means that there is an effect of body shaming on the tendency of anorexia nervosa in teenage girls in Surabaya. Keywords: Body Shaming, Anorexia Nervosa, Adolescent Girls, Surabaya ABSTRAK Banyak perubahan dramatis di usia remaja, salah satunya adalah perubahan fisik dimana remaja perempuan kurang puas dengan tubuhnya terkait dengan meningkatnya jumlah lemak. Adanya anggapan bahwa memiliki tubuh kurus akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial, mempengaruhi remaja dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan diet meskipun menimbulkan kecenderungan anorexia nervosa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh body shaming terhadap kecenderungan anorexia nervosa pada remaja perempuan di Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana responden dalam penelitian ini adalah remaja perempuan yang mengalami kecenderungan anorexia nervosa di kota Surabaya dengan jumlah 349 responden. Instrumen dalam penelitian ini adalah skala body shaming dan skala kecenderungan anorexia nervosa. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier sederhana dengan bantuan program SPSS 24 for windows dimana hasil penelitian menunjukkan nilai F = 54,172; P = 0,00, dan R = 0,135. Artinya terdapat pengaruh body shaming terhadap kecenderungan anorexia nervosa pada remaja perempuan di Surabaya. Kata Kunci : Body Shaming, Anorexia Nervosa, Remaja Perempuan, Surabaya I. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi pada saat ini memberikan kemudahan dalam mengakses berbagai informasi dari beragam media, baik melalui media elektronik seperti televisi, hingga melalui perangkat canggih seperti smartphone. Hal tersebut

Transcript of PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

Page 1: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

ANOREXIA NERVOSA PADA REMAJA PEREMPUAN DI

SURABAYA

Tri Indah Sari 1, Rezkiyah Rosyidah 2

Program Studi Psikologi, Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya

Universitas Trunojoyo Madura

[email protected]

ABSTRACT There are many dramatic changes in adolescence, one of them is the physical changes in

which adolescent girls are less satisfied with their bodies due to increased amount of fat. There is

an assumption that having a thin body will be easier to adapt to the social environment, influencing

adolescents in making a decision to go on a diet even though it causes a tendency to anorexia

nervosa. This research was conducted to knowing the effect of body shaming on the tendency of

anorexia nervosa in adolescent girls in Surabaya. This study uses a quantitative approach where

the respondents in this study were adolescent girls who experienced the tendency of anorexia

nervosa in the city of Surabaya with a total of 349 respondents. The instruments in this study were

the body shaming scale and the tendency scale for anorexia nervosa. This study used to simple linear

regression test to analyze data (with SPSS 24 for windows program). The results of the study show

the value of F = 54.172; P = 0.00, and R = 0.135. This means that there is an effect of body shaming

on the tendency of anorexia nervosa in teenage girls in Surabaya.

Keywords: Body Shaming, Anorexia Nervosa, Adolescent Girls, Surabaya

ABSTRAK

Banyak perubahan dramatis di usia remaja, salah satunya adalah perubahan fisik dimana

remaja perempuan kurang puas dengan tubuhnya terkait dengan meningkatnya jumlah lemak.

Adanya anggapan bahwa memiliki tubuh kurus akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan

sosial, mempengaruhi remaja dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan diet meskipun

menimbulkan kecenderungan anorexia nervosa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh body shaming terhadap kecenderungan anorexia nervosa pada remaja

perempuan di Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana responden

dalam penelitian ini adalah remaja perempuan yang mengalami kecenderungan anorexia nervosa di

kota Surabaya dengan jumlah 349 responden. Instrumen dalam penelitian ini adalah skala body

shaming dan skala kecenderungan anorexia nervosa. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji regresi linier sederhana dengan bantuan program SPSS 24 for windows dimana hasil

penelitian menunjukkan nilai F = 54,172; P = 0,00, dan R = 0,135. Artinya terdapat pengaruh body

shaming terhadap kecenderungan anorexia nervosa pada remaja perempuan di Surabaya.

Kata Kunci : Body Shaming, Anorexia Nervosa, Remaja Perempuan, Surabaya

I. PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi pada saat ini memberikan kemudahan dalam

mengakses berbagai informasi dari beragam media, baik melalui media elektronik

seperti televisi, hingga melalui perangkat canggih seperti smartphone. Hal tersebut

Page 2: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

203 PERSONIFIKASI Vol.11 No.2 NOVEMBER 2020

berdampak pada penyebaran infromasi-informasi berupa nilai-nilai yang dengan

sangat mudah mempengaruhi sikap dan perspektif masyarakat terhadap sesuatu,

termasuk mengenai standar tubuh ideal baik bagi pria maupun wanita.

Iklan cenderung mengarahkan individu untuk membuat standar tubuh ideal

seperti yang ditampilkan di iklan. Beberapa iklan selalu menampilkan wanita

maupun pria dalam bentuk yang diyakini sebagai standar ideal dari seorang pria

ataupun wanita. Pada wanita digambarkan dengan seseorang yang memiliki badan

langsing, paha, pinggang, pinggul ramping, dan berkaki jenjang, serta berkulit

putih mulus. Sementara itu, pada pria digambarkan dengan seseorang yang

memiliki bentuk tubuh yang ramping, berotot, dan sehat (Strandbu & Kvalem

dalam Widiasti, 2016).

Standar ideal tersebut kemudian membentuk citra tubuh di masyarakat,

khususnya para remaja (Sakinah, 2018). Menurut Santrock (2011), remaja sangat

memperhatikan tubuhnya dan membentuk gambaran tentang tubuhnya. Pada masa

remaja ini, terjadi banyak perubahan dramatis, diantaranya perubahan fisik,

kognitif, emosional, dan perkembangan sosial (Guindon, 2010). Santrock (2012)

menyatakan bahwa pada masa pubertas seorang remaja perempuan merasa kurang

puas dengan tubuhnya terkait dengan meningkatnya jumlah lemak. Sebaliknya,

hasil yang berbeda terlihat pada seorang remaja laki-laki dimana mereka terlihat

lebih puas ketika melewati masa pubertas karena sehubungan dengan

meningkatnya massa otot.

Christiani (2015) berpendapat bahwa citra tubuh merupakan bias gender

sehingga dapat menyebabkan ketimpangan-ketimpangan dengan adanya citra

tubuh ideal yang lebih ditekankan pada wanita daripada pria. Di usianya yang

menginjak 12 hingga 21 tahun, remaja mengalami peningkatan kesadaran diri atau

disebut egosentrisme yang salah satunya terdiri dari komponen imaginary

audience, yaitu keyakinan remaja bahwa orang lain berminat pada dirinya

sebagaimana ia berminat pada dirinya sendiri, termasuk juga tingkah laku menarik

perhatian atau berusaha untuk diperhatikan, terlihat, serta berada “di panggung”

(David Elkind dalam Santrock, 2012).

Akibatnya, dengan adanya body image ini dapat memungkinkan seseorang

untuk melakukan pembandingan keadaan antara dirinya dengan orang lain

Page 3: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

Tri Indah Sari, Rezkiyah Rosyidah, Pengaruh Body Shami… 204

sehingga menimbulkan rasa malu terhadap tubuhnya sendiri, yang biasa disebut

dengan istilah body shame (Damanik, 2018). Body shaming adalah penilaian

seseorang mengenai tubuhnya yang menyebabkan timbul perasaan bahwa

tubuhnya memalukan karena penilaian dirinya dan orang lain terhadap bentuk

tubuh ideal yang tidak sesuai dengan tubuhnya (Damanik, 2018). Bentuk-bentuk

body shaming ini sendiri meliputi fat shaming, skinny/thin shaming, rambut

tubuh/tubuh berbulu, dan warna kulit (Fauzia & Rahmiaji, 2019). Menurut Widiasti

(2016), remaja seringkali menjadikan fisik sebagai bahan ejekan terhadap individu

dalam kelompoknya. Bergosip mengenai kawan sebaya sering kali mendominasi

percakapan di antara remaja (Buhrmester & Chong dalam Santrock, 2012).

Walaupun hanya dengan nada bercanda, body shaming dapat dikategorikan sebagai

tindakan bullying karena dianggap sebagai bentuk kekerasan verbal terhadap orang

lain (Sakinah, 2018).

Remaja perempuan yang belum memperlihatkan penerimaan terhadap

dirinya, meyakini bahwa memiliki tubuh kurus akan membantunya dapat

beradaptasi dengan lingkungan pergaulan di sekitarnya. Dengan begitu ia akan

berupaya keras untuk melakukan diet meskipun dengan cara yang terbilang cukup

ekstrim dan dapat membahayakan kesehatannya, bahkan lebih parahnya akan

memunculkan kecenderungan anorexia nervosa (Ratnawati, dkk., 2012). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairani (2018) yang menyebutkan

bahwa terdapat korelasi tinggi antara body shaming dengan gangguan makan.

Mereka akan berusaha melakukan usaha untuk mengurangi rasa malu, sesuatu yang

membuat mereka menjadi objek body shaming. Penelitian lain dilakukan oleh

Hidayat (2019) yang menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara body

shaming dengan citra diri mahasiswa STIKes Payung Negeri yang menjadi

responden penelitian tersebut, dimana para mahasiswa menganggap serius

seseorang yang mengejek mereka gendut ataupun kurus sehingga mempengaruhi

citra dirinya yang negatif dan menjadikan rasa tidak percaya diri, merasa malu,

serta tidak mau makan.

Menurut American Psychiatric Assosiation (2015), anorexia nervosa

adalah suatu kesalahan dalam memandang bentuk atau berat badan yang dimiliki.

Seseorang yang mengalami gangguan ini memperlihatkan ketakutan berlebihan

Page 4: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

205 PERSONIFIKASI Vol.11 No.2 NOVEMBER 2020

terhadap kenaikan berat badan, sehingga individu tersebut cenderung melakukan

penolakan terhadap berat badan yang terbilang normal berdasarkan perhitungan

Indeks Massa Tubuh (IMT). Anorexia nervosa (AN) ini sendiri merupakan salah

satu jenis gangguan pola makan atau yang biasa disebut dengan eating disorder.

Jenis-jenis lainnya meliputi bulimia nervosa (BN), binge-eating disorder (BED),

dan eating disorder not otherwise specified (EDNOS), pica dan rumination

(American Psychiatric Association, 2013).

Munculnya perilaku makan menyimpang belum diketahui penyebabnya

secara pasti karena bukan hanya terkait masalah kesehatan namun juga masalah

psikis penderita. Penderita cenderung memiliki rasa kepercayaan diri yang rendah

karena mereka merasa tidak memiliki bentuk tubuh yang kurus dan langsing

(Eating Disorders Venture, 2006). Pendapat yang hampir sama juga disampaikan

oleh Krisnani, dkk (2017) yang menyatakan bahwa faktor genetik, kepercayaan diri

yang rendah, pola makan dan citra tubuh merupakan sebagian dari faktor penyebab

dari pola makan yang menyimpang.

II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pendahuluan diatas, maka dapat dirumuskan sebuah masalah

yaitu: “apakah ada pengaruh body shaming terhadap kecenderungan anorexia

nervosa pada remaja perempuan di Surabaya?”.

III. LANDASAN TEORI

Kecenderungan Anorexia Nervousa

Menurut Garner (dalam Murliana, 2019), kecenderungan anorexia nervosa

merupakan suatu gejala tentang kekhawatiran tentang berat badan, bentuk tubuh,

dan pola makan yang berhubungan erat dengan emosi berupa sikap, perasaan serta

perilaku mengenai makan dan gejala gangguan makan. Anorexia nervosa juga

memiliki ciri berupa gangguan yang terjadi pada individu yang menolak untuk

mempertahankan berat badan normal minimal, kesalahan menginterpretasikan

tubuh dan bentuknya, serta memiliki rasa takut yang hebat akan kenaikan berat

badan. Aspek-aspek kecenderungan anorexia nervosa menurut Garner (dalam

Murliana, 2019) antara lain:

Page 5: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

Tri Indah Sari, Rezkiyah Rosyidah, Pengaruh Body Shami… 206

a. Food Preocupation (Kecenderungan Makan)

Suatu kondisi dimana seseorang memiliki perhatian yang lebih terhadap

makanan. Dipenuhi juga oleh pikiran- pikiran terkait dengan makanan. Individu

yang mengalami gejala ini merasa bahwa makanan telah mengendalikan dirinya.

b. Body Image for Thinness (Citra Diri agar menjadi Kurus)

Individu memiliki pemikiran akan pentingnya body image dengan

memiliki tubuh kurus. Selain itu individu memiliki ketakutan yang berlebihan

apabila berat badannya mulai naik.

c. Vomiting and Lexating Abuse (Muntah dan Menyalahgunakan Obat

Pencahar)

Individu akan melakukan berbagai macam hal agar berat badannya tetap

terjaga. Cara yang diupayakan yaitu dengan menggunakan obat pencahar atau

memuntahkan makanan.

d. Dieting (Diet)

Individu melakukan pembatasan – pembatasan dalam asupan dan jenis

makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dibatasi yaitu makanan yang

memiliki banyak mengandung gula. Individu yang mengalami kecenderungan

ini akan lebih memilih mengkonsumsi makanan yang memiliki sedikit kalori

(diet food).

e. Slow Eating (Makan Pelan)

Seseorang mengkonsumsi makanan secara perlahan, itu dilakukan dengan

harapan cepat merasa kenyang. Waktu yang dibutuhkan dalam menghabiskan

makanan juga jauh lebih banyak daripada orang pada umumnya.

Body Shaming

Menurut Gilbert & Miles (dalam Cahyani, R.R., 2018), body shaming

merupakan pengalaman memalukan dapat difokuskan dari dalam diri yang meliputi

perasaan malu, tingkah laku, perceived personality traits, ataupun keadaan pikiran.

Adanya pengalaman memalukan dahulu yang menjadi identitas diri dan menjadi

kenangan traumatis terkait dengan perasaan malu di masa depan serta

mengakibatkan kerentanan yang traumatis, traumatis termasuk salah satu efek dari

perlakuan body shaming tersebut (Matos, 2013). Aspek dari body shame menurut

Page 6: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

207 PERSONIFIKASI Vol.11 No.2 NOVEMBER 2020

Gilbert & Miles (dalam Cahyani, R.R., 2018) meliputi:

a. Komponen Kognitif Sosial atau Eksternal

Kondisi ini mengacu pada pemikiran dari individu lain yang menilai

dirinya sebagai seseorang yang kurang baik maupun rendah. Dia juga

beranggapan orang lain melihat dengan rendah dirinya sehingga

mengakibatkan menilai diri secara rendah.

b. Komponen Mengenai Evaluasi Diri Yang Berasal Dari Dalam

Mengacu pada pandangan terhadap diri sendiri yang kurang baik yang

didasari dari pemikiran negatif mengenai diri sendiri. Hal ini terjadi karena

adanya kritikan yang menyerang dengan kata-kata merendahkan diri sehingga

mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan diri individu dan

menanamkan pemikiran malu juga dari dalam diri.

c. Komponen Emosi

Emosi yang terdapat dalam perasaan malu berupa perasaan marah,

cemas, dan muak terhadap diri sendiri. Hal ini terjadi karena adanya pemikiran

negatif atas dirinya sendiri serta ketidakmampuan mengikuti standar yang ada

dari lingkungan.

d. Komponen Perilaku

Perasaan malu sehingga memunculkan kecenderungan untuk menghindar

dari lingkungan sekitarnya. Adanya perasaan tidak nyaman yang timbul dari

pandangan rendah dari orang sekitar sehingga merasa dirinya terancam.

e. Komponen Psikologis

Perasaan malu akan mengakibatkan seseorang merasa tertekan karena munculnya

tuntutan untuk mampu sesuai dengan standar yang ada. Selain itu juga body

shaming mampu mengakibatkan gangguan makan karena adanya keinginan untuk

memiliki tubuh sesuai standart ideal lingkungan.

IV. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

kausal, yaitu penelitian yang ingin melihat penyebab dari suatu variabel tertentu,

hal-hal apa saja yang memengaruhi suatu variabel (Periantalo, 2016). Dalam

Page 7: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

Tri Indah Sari, Rezkiyah Rosyidah, Pengaruh Body Shami… 208

variabel yang terlibat harus diidentifikasi secara jelas dan terukur, dengan

menghubungkan antara variabel-variabel yang diteliti dinyatakan secara

korelasional atau struktural dan diuji secara empirik.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja perempuan di

kota Surabaya berusia 12 hingga 21 tahun yang mengalami kecenderungan

anorexia nervosa dengan jumlah populasi yang tidak diketahui secara pasti. Jumlah

sampel yang digunakan sebanyak 349 orang berdasarkan tabel penentuan jumlah

sampel dengan taraf kesalahan sebesar 5%, menurut Isaac & Michael (dalam

Sugiyono, 2012).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu

skala kecenderungan anorexia nervosa dan skala body shaming yang dibuat sendiri

oleh peneliti. Yang pertama yaitu skala kecenderungan anorexia nervosa terdapat

28 pernyataan dan diperoleh hasil sebanyak 22 pernyataan valid dengan indeks

daya diskriminasi aitem (r1x) yang cukup baik berkisar dari 0,274 – 0,775.

Kemudian nilai Cronbach’s Alfa sebesar 0,735 > 0,700, dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa skala kecenderungan anorexia nervosa tersebut reliabel.

Tabel 1

Blue Print Skala Kecenderungan Anorexia Nervosa

Aspek-Aspek Indikator Perilaku Nomor Item Jumlah

Item Bobot

F U

Food Preocupation

(Kecenderungan

Makan)

Memiliki perhatian lebih

terhadap makanan 1, 15 8, 22 4 14,2%

Pikiran dikendalikan

oleh makanan. 9, 23 2, 16 4 14,2%

Body Image for

Thinness (Citra Diri

untuk Kurus)

Pemikiran akan

pentingnya citra tubuh

yang tampak kurus

3, 17 10, 24 4 14,2%

Memiliki ketakutan

berlebih terhadap

kenaikan berat badan.

11, 25 4, 18 4 14,2%

Vomiting and

Lexating Abuse

(Memuntahkan dan

Penyalahgunaan

Obat Pencahar)

Melakukan berbagai

macam upaya untuk

mempertahankan berat

badan dengan

menggunakan obat

pencahar atau

memuntahkan makanan

5, 19 12, 26 4 14,2%

Dieting (Diet) Pembatasan asupan

makanan yang

dikonsumsi

13, 27 6, 20 4 14,2%

Slow Eating (Makan

Pelan) Mengkonsumsi makanan

secara pelan 7, 21 14, 28 4 14,2%

Jumlah 14 14 28 100%

Page 8: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

209 PERSONIFIKASI Vol.11 No.2 NOVEMBER 2020

Skala kedua adalah skala body shaming dengan 24 pernyataan diperoleh

hasil sebanyak 19 pernyataan valid dengan daya diskriminasi aitem (r1x) yang

cukup bagus pada kisaran angka 0,263 – 0,775. Sementara itu, untuk nilai

Cronbach’s Alfa sebesar 0,873 > 0,700, artinya bahwa skala body shaming tersebut

reliabel.

Tabel 2

Blue Print Skala Body Shaming

Aspek-Aspek Indikator Perilaku Nomor Item Jumlah

Item Bobot

F U

Komponen Kognitif

Sosial atau Eksternal

Pemikiran negatif

berdasarkan lingkungan

sosial

1, 7 18, 24 4 16,6%

Pemikiran negatif

tentang diri sendiri

berdasarkan penilaian

lingkungan

13, 19 2, 8 4 16,6%

Komponen

Mengenai Evaluasi

Diri Yang Berasal

Dari Dalam

Penilaian negatif

terhadap diri sendiri 3, 9 14, 20 4 16,6%

Komponen Emosi

Adanya perasaan malu,

cemas, marah, dan muak

terhadap diri sendiri

15, 21 4, 10 4 16,6%

Komponen Perilaku

Kecenderungan untuk

menghindar dari

lingkungan

5, 11 16, 22 4 16,6%

Komponen

Psikologis

Merasa tertekan terhadap

tuntutan atas standart

yang ada

17, 23 6, 12 4 16,6%

Jumlah 12 12 24 100%

Sementara itu, untuk teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah regresi linier sederhana, dengan sebelumnya dilakukan beberapa uji

asumsi yang dipersyaratkan, yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji

linieritas. Selain itu, peneliti juga melakukan uji analisa deskriptif dan uji

crosstabulation untuk menyajikan data variabel yang diteliti secara deskriptif.

V. HASIL PENELITIAN

Uji Regresi Linier Sederhana

Tabel 3

Model Summary Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .367a .135 .133 6.12098

a. Predictors: (Constant), Body Shaming

Page 9: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

Tri Indah Sari, Rezkiyah Rosyidah, Pengaruh Body Shami… 210

Korelasi antara variabel body shaming dengan kecenderungan anorexia

nervosa berada dalam kategori cukup yaitu dengan nilai r sebesar 0,367. Sementara

itu, nilai R Square sebesar 0,135 atau sebesar 13,5% (dari 0,135 x 100%), dimana

nilai tersebut merupakan kontribusi yang disumbangkan variabel X kepada Y.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa body shaming mempengaruhi munculnya

kecenderungan anorexia nervosa sebesar 13,5% dan sisanya dipegaruhi oleh faktor

lain selain body shaming.

Tabel 4

Anova

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2029.632 1 2029.632 54.172 .000b

Residual 13000.838 347 37.466

Total 15030.470 348

a. Dependent Variable: Kecenderungan Anorexia Nervosa

b. Predictors: (Constant), Body Shaming

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai F 54,172 dengan signifikansi

sebesar 0,000. Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima karena 0,00 kurang

dari 0,05 (0,00 < 0,05). Artinya terdapat pengaruh body shaming terhadap

kecenderungan anorexia nervosa.

Uji Analisis Deskripsi dan Crosstabulation

1. Skala Anorexia Nervosa

Berdasarkan perhitungan distribusi kurva dengan menggunakan rumus

deviasi standar yang dikemukakan oleh Azwar (2015), diperoleh kategorisasi skala

kecenderungan anorexia nervosa sebagai berikut:

Tabel 5

Kriteria Kategorisasi Skala Kecenderungan Anorexia Nervosa

Skor Kategori Jml Subjek Presentase

X ≥ 46,122 Tinggi 34 9,7%

32,978 ≤ X< 46,122 Sedang 296 84,8%

X < 32,978 Rendah 19 5,4%

Jumlah 349 100%

Page 10: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

211 PERSONIFIKASI Vol.11 No.2 NOVEMBER 2020

Tabel 6

Crosstabulation Kategori Kecenderungan Anorexia nervosa dengan Usia

Diketahui bahwa dari 349 remaja perempuan di Surabaya memiliki tingkat

kecenderungan anorexia nervosa kategori tinggi sebesar 9,7%, berjumlah 34 orang.

Pada kategori sedang sebesar 84,8%, berjumlah 296 orang. Sedangkan responden

pada kategori rendah sebesar 5,4% sebanyak 19 orang. Pada pengkategorisasian

kecenderungan anorexia nervosa dengan pengelompokan berdasarkan usia dapat

diketahui bahwa responden remaja akhir berusia 19-21 tahun merupakan responden

mayoritas yaitu 178 orang atau 51,0%. Dengan responden yang mendapatkan skor

tinggi sebanyak 17 orang atau 45,9%, lalu pada responden yang mendapatkan skor

sedang 142 orang atau 50,7%, dan pada responden yang mendapatkan skor rendah

adalah 19 orang atau 59,4%. Berdasarkan usia remaja pertengahan atau direntang

usia 16-18 tahun, responden sebanyak 145 orang atau 41,5% dari keseluruhan

responden. dengan responden yang mendapatkan skor tinggi sebanyak 19 orang

atau 51,4%, sedang 114 orang atau 40,7%, dan 12 orang atau 37,5%. Sedangkan

pada usia remaja awal atau direntang usia 12-15 tahun, responden yang memiliki

skor tinggi sebanyak 1 orang atau 2,7%, sedang 24 orang atau 8,6%, dan rendah

sebanyak 1 orang atau 3,1%.

Tabel 7

Kriteria Kategorisasi Skala Body Shaming

Skor Kategori Jml

Subjek

Presentase

X ≥ 46,294 Tinggi 58 16,6%

30,406 ≤ X< 46,294 Sedang 253 72,4%

X < 30,406 Rendah 38 10,8%

Jumlah 349 100%

Skor * Kelompok Umur Crosstabulation

Kategori Kelompok Umur

Total 12-15 16-18 19-21

Rendah Count 1 12 19 32

% 3.1% 37.5% 59.4% 100%

Sedang Count 24 114 142 280

% 8.6% 40.7% 50.7% 100%

Tinggi Count 1 19 17 37

% 2.7% 51.4% 45.9% 100%

Total

Count 26 145 178 349

% 7.4% 41.5% 51.0% 100%

Page 11: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

Tri Indah Sari, Rezkiyah Rosyidah, Pengaruh Body Shami… 212

Tabel 8

Crosstabulation Kategori Body Shaming dengan Usia

Pada tabel kriteria kategorisasi skala body shaming, diketahui bahwa dari

349 remaja perempuan di Surabaya memiliki tingkat body shaming kategori tinggi

sebesar 16,6% atau sebanyak 38 orang. Pada kategori sedang sebesar 72,4% atau

sebanyak 253 orang. Sedangkan pada kategori rendah sebesar 10,8% atau sebanyak

58 orang. Pada pengkategorisasian sebanyak 134 orang atau 54,7%, dan pada

responden yang mendapatkan skor rendah adalah sebanyak 29 orang atau 63,0%.

Berdasarkan usia remaja pertengahan atau direntang usia 16-18tahun, responden

sebanyak 142 orang atau 40,7% dari keseluruhan responden. Dengan responden

yang mendapatkan skor tinggi sebanyak 35 orang atau 37,6%, sedang 92 orang atau

60,3%, dan rendah 15 orang atau 32,6%. Sedangkan pada usia remaja awal berkisar

usia 12-15 tahun sebanyak 26 orang atau 7.4%. dengan responden yang

mendapatkan skor tinggi sebanyak 6 orang atau 7,8%, sedang 19 orang atau 10,3%,

dan rendah sebanyak 1 orang atau 2,2%.

VI. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji regresi sederhana yang telah dilakukan terdapat

pengaruh body shaming terhadap kecenderungan anorexia nervosa pada remaja

perempuan di Surabaya dengan korelasi keeratan dalam kategori cukup. Dalam

hasil penelitian ini, remaja perempuan yang mengalami body shaming tinggi

menyebabkan dirinya mengalami kecenderungan anorexia nervosa atau dapat

dikatakan semakin tinggi body shaming maka semakin tinggi pula tingkat

kecenderungan anorexia nervosa yang dialami.

Skor * kelompok umur Crosstabulation

Kategori kelompok umur Total

12-15 16-18 19-21

Rendah Count 1 15 29 46

% 2.2% 32.6% 63.0% 100%

Sedang

Count 19 92 134 245

% 10.3% 60.3% 54.7% 100%

Tinggi Count 6 35 16 58

% 7.8% 37.6% 27.6% 100%

Total

Count 26 142 179 349

% 7.4% 40.7% 51.3% 100 %

Page 12: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

213 PERSONIFIKASI Vol.11 No.2 NOVEMBER 2020

Hal ini disebabkan oleh cara berpikir remaja yang menjadi lebih abstrak dan

idealistik serta diiringi dengan perubahan tubuh yang terjadi menjadi pemicu minat

terhadap citra tubuh. Akibatnya, dengan adanya body image ini dapat

memungkinkan seseorang untuk melakukan pembandingan keadaan antara dirinya

dengan orang lain sehingga menimbulkan rasa malu terhadap tubuhnya sendiri,

yang biasa disebut dengan istilah body shame (Damanik, 2018). Remaja perempuan

yang merasa kurang mampu menerima diri apa adanya, dengan beranggapan bahwa

memiliki tubuh kurus akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan pergaulan

disekitarnya, menjadikan sebagai tantangan untuk melakukan diet walaupun

dengan cara ekstrim yang dapat membahayakan kesehatannya dan menimbulkan

kecenderungan anorexia nervosa (Ratnawati, Dkk., 2012).

Menerima kondisi fisik dan memanfaatkannya secara efektif merupakan

tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja (Ali &

Asrori, 2012). Secara hakikatnya, remaja menjadi bangga atau setidaknya toleran

dengan kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta menggunakannya

secara efektif. Namun bagi remaja perempuan yang memiliki citra tubuh negatif

dan cenderung kurang puas dengan kondisi tubuhnya akan melakukan penilaian

negatif terhadap tubuhnya tersebut, baik berdasarkan penilaiannya sendiri maupun

penilaian dari orang lain. Bagi mereka yang memilih memperbaiki penampilan

dengan sengaja menahan lapar atau tidak makan dapat menyebabkan munculnya

kecenderungan anorexia nervosa. Sebagaimana studi yang dilakukan oleh Chairiah

(2012) tentang hubungan antara citra tubuh dan pola makan pada remaja perempuan

menunjukkan bahwa seorang remaja cenderung menjaga pola makan untuk

mendapatkan tubuh yang ideal, sehingga apabila semakin positif citra tubuh

seseorang (ideal), maka pola makan akan semakin baik dan teratur.

Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan makan ini dalam

kehidupan seseorang yaitu adanya media massa yang berperan sangat besar dalam

menyebarkan informasi mengenai standar tubuh yang ideal, baik majalah, televisi,

dan situs di internet, sehingga mempengaruhi ketidakpuasan subjek melalui tokoh

idola atau model yang memiliki tubuh kurus dan pakaian-pakaian yang ditampilkan

di media massa (Purba, 2012). Dengan demikian mereka rela melakukan diet ketat

untuk mengurangi rasa malu karena body shaming. Perilaku makan menyimpang

Page 13: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

Tri Indah Sari, Rezkiyah Rosyidah, Pengaruh Body Shami… 214

seperti anaorexia nervosa dan bulimia nervosa masih sering dianggap sebagai

sindrom yang terikat dengan budaya, yaitu bahwa hanya dialami oleh masyarakat

negara barat karena selama ini laporan mengenai perilaku makan menyimpang

hanya berasal dari negara barat. Padahal beberapa tahun belakangan ini perilaku

makan menyimpang juga mulai terjadi pada masyarakat Asia, terutama dengan

makin gencarnya pemasaran produk-produk kecantikan dan pakaian-pakaian

bergaya luar negeri yang menjual kecantikan ala barat pada pasar Asia (Tantiani &

Syafiq, 2008). Sebagai negara Asia, masyarakat Indonesia juga menggunakan

pencitraan tubuh ideal wanita Barat sebagai kiblat gaya hidup. Hal ini kemudian

mengarahkan seorang remaja untuk mulai memperhatikan bentuk tubuh ideal sesuai

dengan standar yang ada dalam masyarakat.

Sementara itu dari pengolahan data penelitian didapatkan kontribusi atau

sumbangan efektif antara body shaming terhadap kecenderungan anorexia nervosa

dapat diketahui dengan melihat nilai R square sebesar 0,135 (13,5%), dimana nilai

tersebut merupakan nilai kontribusi yang disumbangkan oleh variabel X yaitu body

shaming kepada variabel Y yaitu kecenderungan anorexia nervosa. Sedangkan

86,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Menurut Davison et.al (2010) gangguan makan tidak dapat berkembang

karena adanya faktor tunggal yang menjadi penyebabnya, terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi gangguan makan dalam kehidupan seseorang, meliputi faktor

biologis, psikologis, keluarga dan sosio-kultural. Faktor biologis artinya anorexia

nervosa dapat terjadi dalam satu keluarga, kerabat tingkat pertama dari wanita yang

menderita anorexia nervosa memiliki kemungkinan sepuluh kali lebih besar, serta

adanya ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistem neurotransmitter di

otak yang berguna untuk mengatur mood dan nafsu makan.

Kedua, faktor psikologis yaitu berupa diet yang kaku, ketidakpuasan pada

tubuh, dll. Ketiga, faktor keluarga dari pasien gangguan makan yang memiliki

karakteristik yang sama dan disfungsional keluarga. Terakhir yaitu faktor sosio-

kultural yang berlebihan pada wanita yang ingin mencapai standart kurus yang tidak

realistis. Berat badan normal sesuai usianya masih dianggap gemuk bagi dirinya

maupun orang lain sampai berat badan tersebut benar-benar berada di bawah

normal. Mereka mengacu pada standart tubuh ideal yang ditampilkan di media.

Page 14: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

215 PERSONIFIKASI Vol.11 No.2 NOVEMBER 2020

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil uji regresi linier sederhana yang telah dilakukan menunjukkan bahwa F

hitung sebesar 54,172 dengan taraf signifikansi sebesar 0,00. Nilai tersebut

lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05), sehingga hipotesis diterima, yaitu terdapat

pengaruh antara body shaming terhadap kecenderungan anorexia nervosa pada

remaja perempuan di kota Surabaya.

2. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,367 dapat diidentifikasikan bahwa antara

variabel X dan Y terdapat korelasi dengan kategori cukup.

3. Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,135 (13,5%), dimana nilai

tersebut merupakan kontribusi yang disumbangkan variabel body shaming

terhadap variabel kecenderungan anorexia nervosa. Dengan demikian body

shaming memiliki pengaruh terhadap kecenderungan anorexia nervosa sebesar

13,5%, sedangkan 86,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diteliti oleh peneliti.

4. Dari hasil kategorisasi, remaja yang mempunyai kecenderungan anorexia

nervosa dan mengalami body shaming lebih didominasi pada remaja akhir

yang berusia 19-21 tahun dengan mayoritas kategori sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. & Asrori, M. (2012). Psikologi Reamaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: PT Bumi Aksara

American Psychological Association (APA). (2015). APA dictionary of

psychology, second edition. Washington DC: American Psychological

Association.

American Psychological Association. (2013). Diagnostic and Statiztical Manual of

mental disorders (DSM-5), fifth edition. Washington DC: American

Psychological Association.

Arcelus, J., Mitchell, A.J., & Wales, J. (2011). Mortality rates in patients with

anorexia nervosa and other eating disorders. Archives of General Psychiatry,

68(7), 724-731.

Cahyani, R.R. (2018). Efektivitas Cognitive Behavior Therapy untuk Menurunkan

Tingkat Body Shaming. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Page 15: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

Tri Indah Sari, Rezkiyah Rosyidah, Pengaruh Body Shami… 216

Chairani, L. (2018). Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis.

Buletin Psikologi. Diterbitkan. Pekanbaru: UIN Suska Riau, 26(1), 12-27.

Chairiah, P. (2012). Hubungan Gambaran Body Image Dan Pola Makan Remaja

Putri Di SMAN 38 Jakarta. Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia, Depok.

Chandra, F. O. & Mulya, T. W. (2009). Perilaku Pembulian pada Siswa SMA di

Surabaya. Indonesian Psychological Journal. 24 (4), 348-364.

Christiani, Lintang C. (2015). Homogenisasi Tubuh Perempuan Pra-Remaja

(Tween) Dalam Majalah Girls. Tesis, Magister Ilmu Komunikasi Universitas

Diponegoro, Semarang.

Davison, at. Al. (2010). Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Damanik, T. M. (2018). Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body

Shaming. Skripsi, Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Fauzia, T. F. (2019). Memahami Pengalaman Body Shaming pada Remaja

Perempuan. Jurnal Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro.

Guindon, M. H. (2010). Self-esteem ascross the lifespan. New York: Routledge.

Krisnani, H., Santoso, M.B. & Putri, D. (2017). Gangguan Makan Anorexia

Nervosa dan Bulimia Nervosa pada Remaja. Prosiding Penelitian &

Pengabdian Masyarakat, 4 (3).

Matos. (2013). Internalizing Early Memories of Shame and Lack of Safeness and

Warmth: The Mediating Role of Shame on Depression. Behavioural and

Cognitive Psychotherapy, 41 (4).

https://doi.org/10.1017/S1352465812001099

Murliana. (2019). Hubungan Antara Kecenderungan Gangguan Anorexia Nervosa

dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder pada Siswa SMAN 02

Sidoarjo yang Mengikuti Ekstrakurikuler Dance. Skripsi, Fakultas Psikologi

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Neuman, W. L. 2016). Metodologi

Penelitian Sosial, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi 7.

Periantalo, J. (2016). Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Page 16: PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KECENDERUNGAN

217 PERSONIFIKASI Vol.11 No.2 NOVEMBER 2020

Ratnawati, V. & Sofiah, D. (2012). Percaya Diri, Body Image dan Kecenderungan

Anorexia Nervosa pada Remaja Putri. Persona Jurnal Psikologi Indonesia, 1

(2)

Sakinah. (2018). “Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan

Cara Mengatasinya. Jurnal Emik: Universitas Hasanuddin, 1(1), 53-66.

Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid I

(Edisi 13). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Jilid II (Edisi Ke-13). Jakarta:

Erlangga.

Tantiani & Syafiq. (2008). Perilaku Makan Menyimpang pada Remaja di Jakarta.

Tesis. Program Pascasarjana FKM UI, Jakarta.

Widiasti, Ni Luh R. (2016). Profil Citra Tubuh (Body Image) pada Remaja dan

Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling. Skripsi, Departemen

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.