PENELITIAN KATARAK.docx

download PENELITIAN KATARAK.docx

of 9

Transcript of PENELITIAN KATARAK.docx

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    1/9

    1

    ANALISIS KHASIAT EKSTRAK BUAH LERAK (Sapindus rarakDC)

    SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Escherichi a coli

    DAN Staphylococcus aur eusSECARA IN VI TRO

    Elisha Rosalyn Rosdah

    ABSTRACT

    Thirteen millions of people died every year due to infectious diseases. One of

    three evidences occurred in the developing countries. Two pathogenic bacteria caused

    the death areE. coli and S. aureus. One of the antibacterial resources is expected from

    the plants, such as Sapindus rarakDC. This research aimed to determine the various

    solvents in extracting S. rarakDC, and the dosages of extract against the growth ofE.

    coli and S. aureus. The diameter of clear zone and the minimum inhibition

    concentration (MIC) were measured. The analysis of variance showed that the kinds of

    solvents and dosage of extract had highly significant effect on the clear zone diameter,whereas the interaction between the kinds of solvent and dosages had no significant

    effect on the clear zone diameter against E. coli. The kinds of solvents, dosage and its

    interactions had significant effect on the clear zone diameter against S. aureus. The

    largest clear zone diameter was obtained from the extract dosage of 20% or 0.2 g/mL in

    which this clear zone diameter was not larger than that of the clear zone diameter

    obtained from cefepime and polymyxin B for bothE. coli and S. aureus. The growth of

    E. coli and S. aureus could be inhibited by the extract dosage of 10% or 0.1 g/mL, and

    5% or 0.5 g/mL, respectively. Therefore, the minimum inhibition concentration (MIC)

    of the Sapindus extract from this experiment was at the dosage of 0.05 g/mL for S.

    aureus, and 0.1 g/mL forE. coli.

    Keywords:Lerak(Sapindus rarak DC), Escherichia coli, Staphylococcus aureus

    PendahuluanTiga belas juta orang meninggal

    dunia setiap tahun akibat penyakit infeksi

    (WHO, 2011). Dua bakteri patogen utama

    penyebab infeksi yang sering ditemukan

    adalah Escherichia coli dan

    Staphylococcus aureus (Mukherjee danGhosh, 2010). Morbiditas dan mortalitas

    yang ditimbulkan kedua bakteri patogen

    tersebut memicu berbagai penelitian

    antibakteri untuk mengatasi infeksi yang

    ditimbulkan oleh bakteri tersebut.

    Salah satu sumber antibakteri yang

    menjadi perhatian para peneliti adalah

    antibakteri yang berasal dari tumbuhan.

    Pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan

    penyakit infeksi sudah ada sejak zaman

    kuno (Watson dan Preedy, 2008). Hal ini

    membuktikan bahwa tumbuhan memiliki

    kandungan senyawa aktif yang berpotensi

    sebagai antibakteri.

    Salah satu tumbuhan yang diduga

    memiliki senyawa potensial tersebut

    adalah lerak (Sapindus rarak DC). Leraktelah dimanfaatkan oleh penduduk asli

    Asia dan Amerika sebagai pembersih

    tubuh sejak beratus tahun yang lalu

    (Solikhin et al., 2011).

    Berbagai penelitian telah dilakukan

    terhadap buah lerak. Aminah et al. (2001)

    meneliti efek larvasidal ekstrak buah lerak

    terhadapAedes aegypti. Melalui penelitian

    tersebut didapatkan hasil bahwa ekstrak

    buah lerak mampu mematikan larva Aedes

    aegypti yang merupakan vektor demam

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    2/9

    2

    berdarah. Shobirin (2011) juga meneliti

    efek larvasidal ekstrak buah lerak terhadap

    mortalitas larva Spodoptera litura. Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa

    esktrak buah lerak dapat mematikan larva

    Spodoptera litura. Penelitian yangdilakukan Vongsombath et al. (2011)

    menunjukkan bahwa ekstrak buah lerak

    efektif sebagai leech repellant (pesticide).

    Penelitian yang dilakukan Thalib et al.

    (1996) menunjukkan bahwa ekstrak buah

    lerak dapat menurunkan beberapa populasi

    bakteri rumen (bakteri dominan adalah

    bakteri gram negatif) pada domba sebesar

    57%. Berbagai penelitian tersebut

    menunjukkan kandungan senyawa aktif

    yang diekstraksi dari buah lerak memilikipotensi dalam mematikan atau

    menghambat pertumbuhan organisme.

    Namun demikian, masih terbatas

    penelitian yang meneliti tentang khasiat

    esktrak buah lerak sebagai antibakteri

    terhadap bakteri yang patogen terhadap

    manusia.

    Berdasarkan hal tersebut

    sebelumnya, masih perlu dilakukan

    peneltian tentang khasiat ekstrak buah

    lerak dalam menghambat aktivitas bakteri

    Eschercichia coli dan Staphylococcus

    aureus. Hal ini akan bermanfaat sebagai

    landasan ilmiah bagi penggunaannya

    dalam penatalaksanaan penyakit infeksi

    yang disebabkan oleh kedua bakteri

    tersebut.

    Ekstraksi dilakukan dengan tiga

    pelarut dengan sifat kepolaran yang

    berbeda, yaitu n-heksan (nonpolar), etil

    asetat (semipolar), dan etanol (polar).Khasiat ekstrak buah lerak diamati

    berdasarkan interpretasi pengukuran zona

    halo yang dihasilkan pada cawan yang

    berisi biakan Escherichia coli dan biakan

    Staphylococcus aureus. Konsentrasi

    Hambat Minimum (KHM) ekstrak buah

    lerak ditentukan dan dibandingkan dengan

    KHM pada kontrol positif (antibiotik

    cefepime dan polymyxin B) guna

    mendapatkan informasi potensi antibakteri

    ekstrak buah lerak.

    Metode Penelitian

    Tempat dan WaktuPenelitian ini dilaksanakan di

    Laboratorium Kimia Hasil Pertanian untuk

    proses ekstraksi buah lerak danLaboratorium Mikrobiologi Jurusan

    Teknik Fakultas Pertanian Universitas

    Sriwijaya untuk menganalisa zona halo

    dan konsentrasi hambat minimum (KHM)

    esktrak buah lerak terhadap Escherihcia

    coli dan Staphylococcus aureus.

    Penelitian dilaksanakan mulai bulan

    Oktober 2012 sampai dengan bulan

    Desember 2012.

    Bahan dan AlatBahan baku penelitian adalah buah

    lerak. Bahan kimia untuk mengestraksi

    senyawa aktif dalam buah lerak adalah 1)

    pelarut nonpolar n-heksan, 2) pelarut

    semipolar etil asetat, 3) pelarut polar

    etanol. Kontrol negatif adalah dimethyl

    sulfoxyde 10% (DMSO). Kontrol positif

    adalah antibakteri polymyxin dan cefepime

    Media mikrobiologi yang digunakan

    adalah 1) nutrient broth sebagai media

    peremajaan, 2) hard nutrient agar dan 3)

    soft nutrient agar sebagai media

    pengayaan.

    Bakteri yang digunakan adalah

    Escherichia coli ATCC 25922 dan

    Staphylococcus aureus ATCC 25923.

    Peralatan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah: 1) perangkat

    ekstraksi dan vacuum evaporator, 2)

    inkubator, 3) cawan petri, 4) tabung reaksi,

    5) jarum Ose, 6) autoklaf, 7) neracaanalitik merek Ohauss, 8) kertas saring

    merek Whatman, 9) pipet ukur, 10) pipet

    mikro, 11) Erlenmeyer, 12) penggaris

    plastik ukuran 30 cm.

    Tahap Pelaksanaan Penelitian

    Ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak

    DC)Daging buah lerak dipotong menjadi

    bagian-bagian kecil kemudian ditimbang

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    3/9

    3

    seberat 250 g. Proses esktraksi dilakukan

    dengan urutan tahapan sebagai berikut.

    1. Hancuran daging buah lerakdimasukaan ke dalam Erlenmeyer

    ukuran 1000 mL dan ditambahkan

    pelarut n-heksan (nonpolar) denganperbandingan 1:3, dan dimasukkan

    batu didih untuk mengurangi

    terjadinya letupan pada waktu

    didihkan.

    2. Erlenmeyer dihubungkan dengankondensor, lalu dipanaskan hingga

    mendidih pada suhu sekitar 60Cselama tiga jam.

    3. Setelah tiga jam, alat pemanasdimatikan dan hancuran buah lerak

    dibairkan terendam dalam pelarutselama 24 jam.

    4. Setelah 24 jam, ampas buah lerakdipisahkan dengan larutan. Ampas

    dikeringkan dan dilanjutkan dengan

    ekstraksi pelarut berikutnya dengan

    tahapan yang sama.

    Peremajaan dan Pembiakan Bakteri1. Bakteri indikator (Escherichia coli dan

    Staphylococcus aureus diremajakan

    dengan cara mengambil inokulum

    bakteri pada agar miring sebanyak 1

    ose, lalu dimasukkan ke dalam media

    agar yang berisis nutrient broth dan

    diinkubasikan selama satu malam pada

    suhu 37C.

    2. Hasil peremajaan disetarakanturbiditasnya dengan standar Mac

    Farland sebelum dilakukan tahap

    pembiakan.

    3. Perbanyakan sel dilakukan pada hariberikutnya dengan cara menginokulasi100 L kultur satu malam ke dalam 9

    mL media nutrient broth dan

    diinkubasikan dengan cara yang sama

    dengan cara kerja no. 1.

    4. Setiap cawan petri yang akandigunakan diberi kode ulangan sesuai

    perlakuan.

    5. Cawan petri kemudian diisi denganmedia hard agar (nutrient broth dan

    agar 2%) dengan ketebalan 5 mm.

    6. Bakteri yang telah diremajakandisuspensikan sebanyak 100 L ke

    dalam media agar lunak/soft nutrient

    agar (nutrient broth + agar 1%) lalu

    dituangkan pada cawan petri yang

    telah diisi hard agar dan dibiarkanmemadat.

    Pengamatan ParameterMetode pengujian sensitivitas

    antibakteri yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Kirby-Bauer disc

    diffusion methoddengan parameter berupa

    zona halo yang dihasilkan. Diameter zona

    halo diukur dan diinterpretasikan dengan

    mengacu pada diameter daya hambat obat

    asal tanaman Departemen Kesehatan(Hermawan et al., 2007).

    Pengolahan DataPengolahan data penelitian

    menggunakan analisis keragaman

    rancangan acak lengkap (RAL) faktorial

    yang terdiri dari dua faktor, yaitu jenis

    pelarut dan dosis ekstrak buah lerak.

    Faktor yang diteliti masing-masing terdiri

    dari tiga taraf dan empat taraf, dari

    masing-masing taraf faktor maka diperoleh

    12 kombinasi perlakuan. Masing-masing

    kombinasi perlakuan dilakukan tiga kali

    pengulangan sehingga terdapat 36 unit

    perlakuan untuk masing-masing biakan

    bakteri. Perlakuan yang berpengaruh nyata

    diuji dengan uji lanjut beda nyata jujur/

    honesty of significancance test (BNJ)

    untuk melihat ada atau tidak adanya

    perbedaan yang nyata antar taraf

    perlakuan.

    Hasil dan Pembahasan

    Diamater zona halo pada biakan

    Escheri chia coli

    Diameter zona halo yang dihasilkanekstrak buah lerak pada tiap kombinasi

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    4/9

    4

    perlakuan berkisar antara 9,50-15,50 mm.

    Analisis keragaman menunjukkan bahwa

    jenis pelarut (faktor A) dan dosis ekstrak

    (faktor B) berpengaruh nyata pada taraf uji

    5% dan 1% terhadap diameter zona halo

    yang dihasilkan sedangkan interaksi jenispelarut dengan dosis ekstrak (faktor AB)

    tidak berpengaruh nyata terhadap diameter

    zona halo yang dihasilkan. Uji lanjut beda

    nyata jujur atau honesty of significancy test

    (BNJ) dilakukan terhadap jenis pelarut

    dan dosis ekstrak.

    Hasil uji BNJ pengaruh jenis pelarut

    terhadap diameter diameter zona halo

    (Tabel 1) menunjukkan bahwa antara

    penggunaan pelarut n-heksan (A1) dan etil

    asetat (A2) tidak terdapat perbedaan yangnyata. Namun, antara penggunaan

    masing-masing pelarut tersebut dengan

    penggunaan pelarut etanol (A3) berbeda

    nyata pada taraf uji 5% dan 1%. Rerata

    diameter zona halo terkecil diperoleh pada

    penggunaan n-heksan, yaitu 11,50 mm dan

    rerata diameter zona halo terbesar

    diperoleh pada penggunaan etanol, yaitu

    13,28 mm. Hal ini membuktikan bahwa

    aktivitas antibakteri senyawa aktif di

    dalam buah lerak adalah baik pada

    ekstraksi menggunakan etanol. Aktivitas

    senyawa aktif buah lerak pada ekstraksi

    menggunakan etil asetat dan n-heksan

    tidak berbeda nyata.

    Tabel 1. Uji BNJ pengaruh jenis pelarut

    terhadap diameter zona halo

    (mm) pada biakanEscherichia

    coli

    Jenis

    Pelarut

    Rerata BNJ 5%

    =0,88

    BNJ

    1%=1,1

    4

    A1 11,50 a A

    A2 12,01 a A

    A3 13,28 b B

    Senyawa aktif buah lerak bekerja

    paling baik pada ekstraksi menggunakan

    etanol karena etanol mampu mengekstraksi

    senyawa aktif buah lerak lebih maksimal.

    Struktur kimia etanol yang terdiri darigugus polar hidroksil dan gugus non-polar

    C2H5 (Kotz et al,. 2006), membuatnya

    mampu melarutkan senyawa polar dan

    non-polar yang terkandung di dalam buah

    lerak. Etanol mampu melarutkan senyawa

    saponin yang ampifilik pada buah lerak

    dan alkaloid yang polar. Kedua senyawatersebut merupakan dua senyawa dengan

    proporsi terbesar di dalam buah lerak,

    yang menentukan aktivitas dari ekstrak

    buah lerak yang dihasilkan. Semakin

    banyak saponin yang terekstrak semakin

    baik aktivitas antibakteri dari ekstrak buah

    lerak. Hal ini didukung oleh pendapat

    Guclu-Ustundag dan Mazza (2007) yang

    menyatakan bahwa aktivitas kimiawi dari

    saponin dipengaruhi oleh jenis pelarut.

    Selain itu, semakin banyak alkaloid yangterekstraksi semakin baik aktivitas saponin

    di dalam ekstrak buah lerak. Alkaloid

    yang merupakan senyawa nitrogen basa

    (IUPAC, 2012) menyebabkan suasana

    basa pada ekstrak yang dihasilkan.

    Suasana basa ini mengakibatkan aktivitas

    kimiawi yang lebih baik dari saponin. Hal

    tersebut disebabkan oleh aktivitas dari

    saponin dipengaruhi oleh pH (Guclu-

    Ustundag dan Mazza, 2007).

    Hasil uji BNJ pengaruh dosis ekstrak

    terhadap diameter zona halo (Tabel 2)

    menunjukkan bahwa antara penggunaan

    dosis 2,5% (B1) dan 5% (B2) tidak terdapat

    perbedaan yang nyata. Namun, antara

    penggunaan masing-masing dosis tersebut

    dengan penggunaan dosis 10% (B3), serta

    antara penggunaan masing-masing dosis

    tersebut dengan penggunaan dosis 20%

    (B4) berbeda nyata pada taraf uji 5% dan

    1%. Rerata diameter zona halo terkecildiperoleh pada penggunaan dosis 2,5% dan

    diameter zona halo terbesar diperoleh pada

    penggunaan dosis 20%.

    Berdasarkan hasil pada Tabel 2,

    pemakaian dosis esktrak 2,5% (setara

    dengan 0,25 g/mL) dan 5% (setara dengan

    0,05 g/mL) tidak memberikan hasil yang

    berbeda nyata. Hal ini menunjukkan

    bahwa penggunaan dosis 2,5% atau 5%

    memberikan efek yang sama. Dengan

    demikian, penggunaan dosis yang lebihrendah tentu akan lebih efisien secara

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    5/9

    5

    ekonomis dan menimbulkan efek samping

    yang lebih ringan dibandingkan dengan

    penggunaan dosis yang lebih tinggi.

    Penggunaan dosis 20% (setara

    dengan 0,2 g/mL) menunjukkan efek

    antibakteri yang paling baik dibandingkandengan penggunaan dosis 2,5% dan 5%

    dan 10% (setara dengan 0,1 g/mL). Hal

    tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi

    merefleksikan jumlah senyawa aktif yang

    terkandung dalam di dalam ekstrak buah

    lerak. Semakin tinggi dosis semakin tinggi

    pula konsentrasi senyawa aktif yang

    terkandung di dalam ekstrak buah lerak

    sehingga semakin baik aktivitas antibakteri

    ekstrak buah lerak tersebut. Aktivitas

    antibakteri yang paling baik ditunjukkanoleh diameter zona halo yang paling besar.

    Tabel 2. Uji BNJ dosis ekstrak

    terhadap diameter zona halo

    (mm) pada biakanEscherichia

    coli

    Dosis

    Ekstrak

    Rerata BNJ

    5%

    =0,85

    BNJ

    1%=1,07

    B1 11,12 a A

    B2 11,38 a A

    B3 12,71 b B

    B4 13,83 c C

    Pada penelitian ini, khasiat ekstrak

    buah lerak dalam menghambat

    pertumbuhan Escherichia coli dengan

    polymyxin B dan cefepime karena kedua

    antibakteri tersebut sama-sama bertujuan

    untuk merusak integritas sel membranbakteri seperti senyawa aktif yang

    terkandung di dalam ekstrak buah lerak.

    Polymyxin B memiliki mekanisme yang

    sama dengan ekstrak buah lerak dalam

    menghambat pertumbuhan bakteri, yakni

    dengan berikatan dengan komponen lipid

    membran luar sel bakteri sehingga

    terbentuk celah pada membran tersebut

    (Scholar dan Pratt, 2000). Celah pada

    membran luar sel bakteri menyebabkan

    senyawa penting intraseluler (sebagian

    besar berupa senyawa protein) keluar dari

    sel dan senyawa-senyawa ekstraseluler

    (kalsium dan magnesium) masuk dengan

    konsentrasi yang tidak terkendali. Hal inimengakibatkan kematian dari sel bakteri.

    Cefepime memiliki mekanisme yang

    berbeda dari ekstrak buah lerak dan

    polymyxin B, meskipun ketiganya merusak

    integritas membran sel bakteri. Cefepime

    merusak integritas membran sel bakteri

    dengan cara menghambat sintesis rantai

    terakhir dari peptidoglikan, yang

    merupakan senyawa substantsial penyusun

    membran sel bakteri (He et al., 2010)

    Perbandingan diameter zona haloterbesar yang dihasilkan oleh dosis ekstrak

    buah lerak dengan diameter zona halo

    yang dihasilkan oleh polymyxin B dan

    cefepime pada biakan Escherichia coli

    disajikan pada Gambar 1.

    Berdasarkan diagram pada Gambar

    1, diperoleh bahwa diameter zona halo

    terbesar yang dihasilkan oleh ekstrak buah

    lerak 20% tidak lebih besar dari polymyxin

    B 300 units dan cefepime 30 g. Namun

    demikian, mengacu pada standar kepekaan

    obat asal tanaman Departemen Kesehatan,

    yaitu 12-24 mm (Hermawan et al., 2007),

    Escherichia coli termasuk peka terhadap

    ketiga zat antibakteri tersebut. Hal

    tersebut dapat dikatakan bahwa dosis 20%

    atau setara dengan 0,2 g/mL ekstrak buah

    lerak memiliki khasiat yang sama secara

    kualitatif dengan polymyxin B 300 units

    dan cefepime 30 g dalam menghambat

    pertumbuhanEscherichia coli.Berdasarkan standar kepekaan

    Departemen Kesehatan, pertumbuhan

    Escherichia coli sudah mampu dihambat

    oleh ekstrak etanol buah lerak pada dosis

    10%. Dengan demikian, konsentrasi

    hambat minimum (KHM) ekstrak buah

    lerak pada penelitian ini terletak pada

    penggunaan dosis ekstrak etanol buah

    lerak 10% atau setara dengan 0,1 g/mL

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    6/9

    6

    Gambar 1. Perbandingan diameter zona halo zat antibakteri pada biakanEscherichia coli

    Diamater zona halo pada biakan

    Staphylococcus aur eus

    Diameter zona halo yang dihasilkan

    pada biakan Staphylococcus aureus

    berkisar antara 10,50-17,25 mm. Analisis

    keragaman menunjukkan bahwa jenis

    pelarut (faktor A), dosis ekstrak (faktor B),

    dan interaksi jenis pelarut dengan dosisekstrak (faktor AB) berpengaruh nyata

    pada taraf uji 5% dan 1% terhadap

    diameter zona halo yang dihasilkan. Uji

    lanjut BNJ dilakukan untuk melihat

    perbedaan pengaruh masing-masing faktor

    dan interaksi faktor terhadap diameter

    zona halo yang dihasilkan.

    Hasil uji BNJ pengaruh jenis

    pelarut terhadap diameter zona halo pada

    biakan Staphylococcus aureus (Tabel 3)

    menunjukkan bahwa antara penggunaanpelarut n-heksan (A1) dengan etil asetat

    (A2) menunjukkan perbedaan nyata pada

    tarat uji 5%. Sedangkan antara

    penggunaan n-heksan dengan etanol (A3)

    dan etil asetat dengan etanol terdapat

    perbedaan yang nyata pada taraf uji 5%

    dan 1%. Rerata diameter zona halo

    terkecil diperoleh pada penggunaan n-

    heksan, yaitu 11,27 mm sedangkan rerata

    diameter zona halo terbesar diperoleh pada

    penggunaan etanol, yaitu 14,38 mm.

    Perbedaan diameter zona halo pada

    penggunaan pelarut tersebut disebabkan

    oleh perbedaan kemampuan pelarut dalam

    melarutkan senyawa aktif yang terkandung

    di dalam buah lerak. Seperti yang telah

    diuraikan pada pembahasan mengenai

    hasil uji BNJ pengaruh jenis pelarut

    terhadap diameter zona halo pada biakan

    Escherichia coli, etanol paling baikmelarutkan senyawa aktif buah lerak

    dibandingkan dengan n-heksan dan etil

    asetat. Hal ini menyebabkan senyawa

    aktif ekstrak buah lerak terekstraksi paling

    maksimal. Senyawa aktif yang

    terekstraksi maksimal tentu akan

    menghasilkan efek antibakteri yang lebih

    baik yang terlihat melalui diameter zona

    halo yang besar.

    Tabel 3. Uji BNJ pengaruh jenis pelarutterhadap diameter zona halo

    (mm) pada biakan

    Staphylococcus aureus

    Jenis

    Pelarut

    Rerata BNJ

    5%

    =0,71

    BNJ

    1%=0,92

    A1 11,27 a A

    A2 12,10 b A

    A3 14,38 c B

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    7/9

    7

    Hasil uji BNJ pengaruh dosis ekstrak

    buah lerak terhadap diameter zona halo

    pada biakan Staphylococcus aureus 25923

    (Tabel 4) menunjukkan bahwa tidak

    terdapat perbedaan yang nyata antara

    penggunaan dosis 5% (B2) dengan 10%(B3). Namun, terdapat perbedaan nyata

    pada taraf uji 5% dan 1% antara masing-

    masing dosis ekstrak tersebut dengan 2,5%

    (B1), serta antara masing-masing dosis

    ekstrak tersebut dengan 20% (B4). Rerata

    diameter zona halo terkecil diperoleh pada

    penggunaan dosis ekstrak 2,5%, yaitu

    11,28 mm sedangkan rerata diameter zona

    halo terbesar diperoleh pada penggunaan

    dosis ekstrak 20%, yaitu 14,02 mm.

    Perbedaan diameter zona halo yangdihasilkan disebabkan oleh perbedaan

    konsentrasi senyawa aktif yang terkandung

    di dalam masing-masing taraf dosis. Dosis

    yang lebih tinggi mengandung senyawa

    aktif yang lebih banyak sehingga aktivitas

    antibakteri yang dihasilkan lebih baik. Hal

    ini ditandai dengan diperolehnya diameter

    zona halo yang besar.

    Tabel 4. Uji BNJ dosis ekstrak

    terhadap diameter zona halo

    (mm) pada biakan

    Staphylococcus aureus

    Dosis

    Ekstrak

    Rerata BNJ

    5%

    =0,68

    BNJ

    1%=0,86

    B1 11,28 a A

    B2 12,28 b B

    B3 12,75 b B

    B4 14,02 c C

    Hasil uji BNJ pengaruh interaksi

    jenis pelarut dengan dosis ekstrak buah

    lerak terhadap diameter zona halo yang

    dihasilkan pada biakan Staphylococcus

    aureus (Tabel 5) menunjukkan bahwa

    antara kombinasi perlakuan A3B4 dengan

    A2B1, A1B1, dan A1B2 berbeda nyata pada

    taraf uji 5% dan 1%. Antara A3B4 dengan

    A2B1, A2B4, A3B1, dan A2B3 berbeda nyata

    pada taraf uji 5%. Sedangkan antara A3B4

    dengan A2B4, A3B2, dan A3B3 tidak

    berbeda nyata. Demikian juga

    perbandingan antara kombinasi perlakuan

    yang lainnya tidak berbeda nyata.

    Kombinasi perlakuan yang menghasilkandiameter zona halo terkecil adalah A2B1

    (ekstrak etil asetat buah lerak 2,5%), yaitu

    10,75 mm sedangkan kombinasi perlakuan

    yang menghasilkan diameter zona halo

    terbesar adalah A3B4 (ekstrak etanol buah

    lerak 20%), yaitu 16,67 mm.

    Perbandingan diameter zona halo

    yang dihasilkan oleh ekstrak buah lerak

    dengan polymyxin B dan cefepime pada

    biakan Staphylococcus aureus dapat dilihat

    pada Gambar 2.

    Tabel 5. Uji BNJ pengaruh interaksi jenis

    pelarut dan dosis ekstrak

    terhadap diameter zona halo

    (mm) pada biakan

    Staphylococcus aureus

    Interaksi

    jenis

    pelarut

    dan

    dosis

    ekstrak

    Rerata BNJ 5%

    =4,21

    BNJ 1%

    =5,04

    A2B1 10,75 a A

    A1B1 10,83 a A

    A1B3 10,83 a A

    A1B2 11,50 ab A

    A2B2 11,83 ab AB

    A1B4 11,90 ab AB

    A3B1 12,25 ab AB

    A2B3 12,33 ab ABA2B4 13,50 abc AB

    A3B2 13,50 abc AB

    A3B3 15,08 bc AB

    A3B4 16,67 c B

    Berdasarkan diagram pada Gambar

    2, diperoleh bahwa ekstrak etanol buah

    lerak 20% tidak menghasilkan diameter

    zona halo yang lebih besar dari polymyxin

    B 300 units dan cefepime 30

    g.

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    8/9

    8

    Namun demikian, mengacu pada standar kepekaan obat asal tanaman Departemen

    Kesehatan, yaitu 12-24 mm (Hermawan et al., 2007), Staphylococcus aureus ATCC 25932

    termasuk peka terhadap ekstrak etanol buah lerak 20% dan polymyxin B 300 units serta

    sangat peka terhadap cefepime 30 g. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwaekstrak etanol buah lerak 20% atau setara dengan 0,2 g/mL memiliki khasiat yang sama

    secara kualitatif dengan polymyxin B 300 units dalam menghambat pertumbuhanStaphylococcus aureus ATCC 25923.

    Berdasarkan standar kepekaan Departemen Kesehatan, pertumbuhan Staphylococcus

    aureus ATCC 25923 sudah mampu dihambat oleh ekstrak etanol buah lerak pada dosis 5%.

    Dengan demikian, konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak buah lerak pada penelitian

    ini terletak pada penggunaan dosis ekstrak etanol buah lerak 5% atau setara dengan 0,05

    g/mL.

    Gambar 2. Perbandingan diameter zona halo zat antibakteri pada biakan

    Staphylococcus aureus

    Kesimpulan dan Saran

    KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian,

    siperoleh bahwa ekstrak buah lerak

    (Sapindus rarakDC) mampu menghambat

    pertumbuhan Escherichia coli danStaphylococcus aureus secara in vitro.

    Jenis pelarut dan dosis ekstrak buah lerak

    berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan

    1% pada biakan Escherichia coli dan

    Staphylococcus aureus. Interaksi jenis

    pelarut dengan dosis ekstrak buah lerak

    berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan

    1% pada biakan Staphylococcus aureus.

    Berdasarkan kepekaan, pertumbuhan

    Escherichia coli sudah mampu dihambat

    oleh ekstrak buah lerak pada konsentrasi10% (konsentrasi hambat minimum 10%)

    atau setara dengan 0,1 g/mL sedangkan

    pertumbuhan Staphylococcus aureus sudah

    mampu dihambat oleh ekstrak buah lerak

    pada konsentrasi 5% (konsentrasi hambat

    minimum 5%) atau setara dengan 0,05

    g/mL.

    SaranPerlu dilakukan penelitian mengenai

    pemanfaatan ekstrak buah lerak sebagai

    antibakteri secara in vivo agar dapat

    dikembangkan menjadi salah satu

    antibakteri alternatif dalam pengobatan

    penyakit infeksi.

  • 7/28/2019 PENELITIAN KATARAK.docx

    9/9

    9

    Daftar Pustaka

    Aminah, N.S. T., Sigit, S.H.,

    Partosoedjono, S., dan Chairul.

    2001. S.rarak, D.metel, E.prostata.

    Cermin Dunia Kedokteran, 131: 7-9.

    Gl-Ustnda, Oand Mazza, G. 2007.

    Saponins: properties, applications

    and processing. NCBI, 47(3): 231-

    58.

    He, L; Guoying, Z; Huaiyun, Z; and

    Yuanhao, He. 2010. Chemical

    Constituents and Biological

    Activities of Saponin from the seedofCamelliea aloifera. Scientific

    Research Essays, 5(25): 4088-

    4092.

    Hermawan, A; Eliyani, H; dan

    Tyasningsih, W. 2007. Pengaruh

    Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

    terhadap Pertumbuhan

    Staphylococcus aureus dan

    Escherichia coli dengan metode

    Difusi Disk. Universitas Airlangga:

    Surabaya.

    IUPAC. 2012. IUPAC Compendium of

    Chemical Terminology. Blackwell

    Scientific Publication: USA.

    Kotz, J. C; Treichel, P. M; and Weaver,

    G. C. 2006. Chemistry and

    Chemical Reactivity Sixth Edition.

    Thomson Books: USA. p. 499.

    Mukherjee, K.L and Ghosh, S. 2010.

    Medical Laboratory Technology

    Volume II: Procedure Manual for

    Diagnostic Tests. Tata McGraw

    Hill: New Delhi. p. 503-504.

    Scholar, E.M and Pratt, W.B. 2000. The

    Antimicrobial Drugs. Oxford

    University Press: USA. p. 234-

    236.

    Siregar, S.A. 2001. Sitotoksisitas Ekstrak

    Lerak (Sapindus rarak DC)

    Terhadap Sel Fibroblas Sebagai

    Bahan Irigasi Saluran Akar Secara

    In Vitro. Skripsi pada Fakultas

    Kedokteran Gigi UniversitasSumatera Utara.

    Solikhin, A., Alfajri, M., dan Hasyim, R.F.

    2011. Pemanfaatan Lerak

    (Sapindus rarak DC) sebagai

    Sabun Nabati yang Ramah

    Lingkungan. PKM GT Institut

    Pertanian Bogor.

    Thalib, A., Widiawati, Y., Hamid, H.,

    Suherman, D., and Sabrani, M.1996. The Effects of Saponin in

    Sapindus rarak Fruits On Rumen

    Microbes And Performance of

    Sheep. Jurnal Ilmu Ternak dan

    Veteriner, 2(1): 17-21.

    Vongsombath, C., de Boer, H.J., and

    Palsson, K. 2011. Keeping leeches

    at bay: Field evaluation of plant-

    derived extracts against terrestrial

    blood-sucking leeches

    (Haemadipsidae) in Lao PDR.Acta

    Tropica, 119 (2-3): 178-182.

    Watson, R.R and Preedy, V.R. 2008.

    Botanical Medicine in Clinical

    Practice. GABI: United Kingdom.

    p. 184.

    WHO. 2011. The To 10 Cause of Death.

    Diunduh dari http://who.int padatanggal 6 Desember 2011.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=G%C3%BC%C3%A7l%C3%BC-Ust%C3%BCnda%C4%9F%20O%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=17453922http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=G%C3%BC%C3%A7l%C3%BC-Ust%C3%BCnda%C4%9F%20O%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=17453922http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=G%C3%BC%C3%A7l%C3%BC-Ust%C3%BCnda%C4%9F%20O%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=17453922http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Mazza%20G%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=17453922http://who.int/http://who.int/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Mazza%20G%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=17453922http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=G%C3%BC%C3%A7l%C3%BC-Ust%C3%BCnda%C4%9F%20O%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=17453922