PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf ·...

39
PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI DALAM SAS NO.99 Listiana Norbarani Shiddiq Nur Rahardjo, S.E., M.Si., Akt ABSTRACT The purpose of this study is to detect financial statement fraud using fraud triangle analysis adopted in SAS No.99. Fraud triangle theory by Cressey (1953) states there are three conditions that always present in fraud. These conditions are pressure, opportunity and rationalization. According to Cressey’s fraud triangle theory adopted in SAS No.99, the researcher develops variables which serve as proxy measures for fraud triangle components. In this study, financial statement fraud is proxied by earnings management. Manufacturing firms listed in Indonesian Stock Exchange 2009-2010 are the object of this study. Based on purposive sampling method, 176 sample firm are selected. Multiple regression analysis is used to test the hypothesis. The result of this study indicates that external pressure variable proxied by free cash flow ratio is negatively related to financial statement fraud. This study also indicates that financial targets variable proxied by Return On Asset, is positively related to financial statement fraud. This study does not indicates that financial stability variable proxied by ratio of change in assets, personal financial need variable proxied by the ratio of ownership in the firm held by insiders, and ineffective monitoring proxied by ratio of independent commissioner, are have a relationship with financial statement fraud proxied by earnings management. Keywords: Fraud Triangle, Financial Statement Fraud, SAS No.99

Transcript of PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf ·...

Page 1: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

DALAM SAS NO.99

Listiana Norbarani

Shiddiq Nur Rahardjo, S.E., M.Si., Akt

ABSTRACT

The purpose of this study is to detect financial statement fraud using fraud triangle

analysis adopted in SAS No.99. Fraud triangle theory by Cressey (1953) states there are

three conditions that always present in fraud. These conditions are pressure, opportunity and

rationalization. According to Cressey’s fraud triangle theory adopted in SAS No.99, the

researcher develops variables which serve as proxy measures for fraud triangle components.

In this study, financial statement fraud is proxied by earnings management.

Manufacturing firms listed in Indonesian Stock Exchange 2009-2010 are the object of

this study. Based on purposive sampling method, 176 sample firm are selected. Multiple

regression analysis is used to test the hypothesis.

The result of this study indicates that external pressure variable proxied by free cash

flow ratio is negatively related to financial statement fraud. This study also indicates that

financial targets variable proxied by Return On Asset, is positively related to financial

statement fraud. This study does not indicates that financial stability variable proxied by

ratio of change in assets, personal financial need variable proxied by the ratio of ownership

in the firm held by insiders, and ineffective monitoring proxied by ratio of independent

commissioner, are have a relationship with financial statement fraud proxied by earnings

management.

Keywords: Fraud Triangle, Financial Statement Fraud, SAS No.99

Page 2: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaporan keuangan bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna

laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Sayangnya, tidak seluruh pelaku bisnis

menyadari pentingnya laporan keuangan yang bersih dan terbebas dari kecurangan. Rezaee

(2002) menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir financial statement fraud telah

meningkat secara substansial.

Taylor dan Glezen (dalam Soselisa dan Muchlasin, 2008), mendefinisikan financial

statement fraud sebagai suatu kesengajaan atau kecerobohan baik berupa tindakan yang

disengaja ataupun kelalaian yang mengakibatkan kekeliruan bersifat material pada laporan

keuangan sehingga laporan keuangan mengandung informasi yang menyesatkan. Skandal

akuntansi telah berkembang secara luas, seperti halnya di Amerika Serikat. Spathis (2002)

menjelaskan bahwa di USA kecurangan akuntansi yang menimpa Enron menimbulkan

kerugian yang sangat besar di hampir seluruh industri. Australia juga tidak terlepas dari kasus

skandal akuntansi (Brennan dan McGrath, 2007). Pada kasus HIH yang merupakan salah satu

kegagalan bisnis terbesar dalam sejarah Australia, salah saji pada aset tidak diungkapkan oleh

Arthur Andersen dalam jurnal penyesuaian akhir tahun, oleh karenanya salah saji tersebut

tidak dimasukkan pula dalam penilaian atas kebenaran dan fairness pada laporan keuangan.

Dalam rangka memberikan solusi terhadap terhadap kelemahan dalam prosedur

pendeteksian kecurangan di dunia, American Institute Certified Public Accountant (AICPA)

menerbitkan Statement of Auditing Standards No. 99 (SAS No. 99) mengenai Consideration

of Fraud in a Financial Statement Audit pada Oktober 2002 (Skousen et al., 2009). Tujuan

dikeluarkannya SAS No.99 adalah untuk meningkatkan efektivitas auditor dalam mendeteksi

kecurangan dengan menilai pada faktor risiko kecurangan perusahaan. Faktor risiko

kecurangan yang diadopsi dalam SAS No.99 didasarkan pada teori faktor risiko kecurangan

Cressey (1953).

Penelitian yang bertujuan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan pernah

dilakukan oleh Persons (1995) dan Kaminski et al. (2004). Mereka mengembangkan model

prediksi kecurangan menggunakan rasio keuangan. Akan tetapi, model tersebut mengalami

tingkat kesalahan klasifikasi yang tinggi (Skousen et al., 2009).

Page 3: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

2

Pengembangan model penelitian untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan

dengan analisis fraud triangle dilakukan oleh Cressey (1953), Turner et al. (2003), Lou dan

Wang (2009), dan Skousen et al. (2009). Penelitian Skousen et al. (2009) menguji efektivitas

pengadopsian fraud risk factor framework oleh Cressey (1953) dalam SAS No.99 untuk

mendeteksi financial statement fraud. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan variabel-

variabel yang kemudian dikembangkan lagi dalam beberapa proksi ukuran dari ketiga kaki

fraud triangle (pressure, opportunity dan rationalization). Variabel diuji menggunakan

metode analisis regresi logistic dengan membandingkan antara sampel perusahaan yang

melakukan kecurangan dan yang tidak melakukan kecurangan. Hasil pengujian tersebut

berhasil memprediksi secara benar dan menunjukkan peningkatan yang substansial

dibandingkan model prediksi fraud lainnya. Atas dasar temuan inilah, peneliti tertarik untuk

mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan analisis fraud triangle.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi terjadinya

financial statement fraud dengan menggunakan analisis fraud triangle. Pertanyaan penelitian

yang dapat dirumuskan adalah: Apakah variabel financial stability, external pressure,

personal financial need, financial targets, dan innefective monitoring dapat digunakan untuk

mendeteksi financial statement fraud ?.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang empiris mengenai adanya

hubungan antara: Variabel financial stability, external pressure, personal financial need,

financial targets, dan innefective monitoring terhadap terjadinya financial statement fraud.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi kepada manajemen, pemegang saham, investor, kreditor dan

pihak lain yang menggunakan laporan keuangan untuk memahami faktor-faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya financial statement fraud agar tidak tersesat dalam

pengambilan keputusan.

2. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi khusunya manajemen

keuangan karena penelitian ini mengacu pada variabel proksi dari fraud triangle yang

menggunakan perhitungan rasio keuangan.

Page 4: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

3

3. Memberikan pemahaman yang mendalam mengenai financial statement fraud

melalui model yang komprehensif dan teruji secara empiris sesuai dengan situasi dan

kondisi yang berlaku di Indonesia.

TELAAH TEORI

2.1 Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah

kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Dalam sebuah perusahaan,

manajer berperan sebagai agent yang secara moral bertanggungjawab untuk mengoptimalkan

keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai

kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka (Ujiyantho & Pramuka, 2007). Conflict

of interest atau perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang dapat memicu

agency problem yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.

Menurut Eisenhardt (1989), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia

yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia

memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan

(3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Ketiga sifat tersebut menyebabkan

informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reabilitasnya dan

informasi yang disampaikan biasanya diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang

sebenarnya atau lebih dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asymmetric

information (Ujiyantho & Pramuka, 2007).

Tindakan manajemen laba yang dilakukan manajemen akibat adanya conflict of

interest dan asymmetric information dengan pemilik merupakan salah satu bentuk financial

statement fraud. Pernyataan tersebut sejalan dengan Rezaee (2002) yang menyatakan bahwa

tindakan manajemen laba berkaitan erat dengan financial statement fraud. Tindakan

memanajamen laba yang dilakukan manajemen jika dibiarkan dan tidak diketahui oleh

pemilik, pada akhirnya akan berkembang menjadi suatu financial statement fraud yang

menyesatkan secara material. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya

agency problem antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) dapat menyebabkan

terjadinya financial statement fraud yang menyesatkan dan merugikan.

Page 5: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

4

2.2 Fraud

2.2.1 Definisi Fraud

Statement of Auditing Standards No.99 mendefinisikan fraud dari sudut pandangnya

sebagai tindak kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan

yang merupakan subyek audit. Definisi lain diungkapkan oleh Association of Certified Fraud

Examiners (dalam Ernst & Young LLP, 2009) yang menyatakan fraud sebagai suatu

tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui

bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada

individu atau entitas atau pihak lain.

2.2.2 Jenis-Jenis Fraud

Menurut Albrecth dan Albrecth (dikutip oleh Nguyen, 2008), fraud diklasifikasikan

menjadi lima jenis, yaitu:

1. Embezzlement employee atau occupational fraud

Jenis fraud yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan. Bawahan melakukan

kecurangan pada atasannya secara langsung maupun tidak langsung.

2. Management fraud

Jenis fraud yang dilakukan oleh manajemen puncak kepada pemegang saham,

kreditor dan pihak lain yang mengandalkan laporan keuangan. Manajemen puncak

menyediakan penyajian yang keliru, biasanya pada informasi keuangan.

3. Invesment scams

Jenis fraud yang dilakukan oleh individu/perorangan kepada investor. Individu

mengelabui atau menipu investor dengan cara menanamkan uangnya dalam investasi

yang salah.

4. Vendor fraud

Jenis fraud yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan yang menjual

barang atau jasa kepada organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa.

Organisasi memasang harga terlalu tinggi untuk barang dan jasa atau tidak adanya

pengiriman barang meskipun pembayaran telah dilakukan.

5. Customer fraud

Jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan kepada organisasi atau perusahaan yang menjual

barang atau jasa. Pelanggan membohongi penjual dengan memberikan kepada pelanggan

yang tidak seharusnya atau menuduh penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya.

Page 6: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

5

2.3 Fraud Triangle Theory

Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab

terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh Donald R. Cressey (1953)

yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan. Fraud triangle menjelaskan tiga

faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud:

1. Pressure (Tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud.

Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi,

dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan. Menurut SAS No.99, terdapat

empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan

kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal

financial need, dan financial targets.

2. Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk

memungkinkan suatu kecurangan terjadi. SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang pada

financial statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi. Kondisi tersebut adalah

nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure.

3. Rationalization (Rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-

nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan

kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan

yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Menurut SAS No.99

rasionalisasi pada perusahaan dapat diukur dengan siklus pergantian auditor, opini

audit yang didapat perusahaan tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan total

aktiva. Ketiga hal di atas digambarkan dalam gambar berikut ini.

Gambar 2.1

Fraud Triangle

Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953)

Incentive/Pressure

Opportunity Rationalization

Page 7: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

6

2.4 Financial Statement Fraud

2.4.1 Definisi Financial Statement Fraud

Definisi financial statement fraud menurut American Institute Certified Public

Accountant (1998) adalah tindakan yang disengaja atau kelalaian yang berakibat pada salah

saji material yang menyesatkan laporan keuangan. Elliott and Willingham (dalam Intal dan

Do, 2002), mendefinisikan financial statement fraud dari sudut pandang yang berbeda.

Menurutnya, financial statement fraud merupakan suatu management fraud yaitu, “the

deliberate fraud committed by management that injures investors and creditors through

materially misleading”.

2.4.2 Pelaku Financial Statement Fraud

Menurut Taylor (2004) dalam Nguyen (2008), terdapat dua kelompok utama pelaku

financial statement fraud. Urutan keterlibatan pelaku dijelaskan sebagai berikut:

1. Senior manajemen (CEO, CFO, dan lain-lain). CEO terlibat fraud pada tingkat 72%,

sedangkan CFO pada tingkat 43 %.

2. Karyawan tingkat menengah dan tingkat rendah. Karyawan ini bertanggungjawab

pada anak perusahaan, divisi, atau unit lain dan mereka dapat melakukan kecurangan

pada laporan keuangan untuk melindungi kinerja mereka yang buruk atau untuk

mendapatkan bonus berdasarkan hasil kinerja yang lebih tinggi (Wells, 2005).

2.5 Earnings Management

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk

memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan. Fleksibilitas inilah yang

terkadang dimanfaatkan oleh manajemen untuk memilih kebijakan yang dapat

menguntungkannya. Scott (2000) menyatakan bahwa manajemen laba adalah cara yang

digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis, dengan cara

memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk

memaksimumkan keuntungan manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan.

Dasar akrual telah disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan (Wibisono,

2004). Chaerul (2003) menyatakan bahwa dalam mengaplikasikan kebijakan akrual

digunakan accrual, defferal dan prosedur alokasi yang bertujuan untuk menyesuaikan beban

dan pendapatan dengan periodenya, bukan mengaitkan beban dan pendapatan berdasarkan

atas pengeluaran dan penerimaan kas (cash basis) (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Oleh

karena itu, kebijakan accrual dalam mengaplikasikan standar akuntansi ini dapat digunakan

untuk melakukan manajemen laba.

Page 8: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

7

Tindakan earnings management merupakan cikal bakal terjadinya suatu skandal

akuntansi. Pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Rezaee (2002) yang menyatakan

bahwa:

”Suatu financial statement fraud sering diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari

laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya berkembang menjadi

fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan

secara material”.

Berdasarkan uraian di atas, sangat relevan bila penelitian untuk mendeteksi financial statement fraud

diproksikan dengan earnings management yang dilakukan perusahaan karena keduanya memiliki

hubungan kausalitas.

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti

dan Judul

Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Spathis (2002)

Judul:

Detecting False

Financial

Statements Using

Published Data:

Some Evidence

from Greece

1. Menggunakan sampel 76

perusahaan yang terdiri dari 38

perusahaan dengan FFS dan 38

perusahaan non-FFS.

2. Memilih sepuluh variabel

keuangan yang berpotensi dapat

digunakan untuk memprediksi

FFS.

3. Menggunakan statistik univariate

dan multivariate seperti regresi

logistic.

Membuktikan bahwa model

penelitian terbukti akurat dalam

mengklasifikasikan total sampel

dengan tingkat akurasi melebihi 84

persen. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa model berfungsi efektif.

2

Intal dan Do

(2002)

Judul:

Recognition Of

Revenue And The

Auditor’s

Responsibility for

Detecting

Financial

Statement Fraud

Menganalisis kasus kecurangan

laporan keuangan khususnya pada

masalah pengakuan pendapatan.

Alasan mengapa auditor tidak dapat

mendeteksi financial statement fraud

adalah:

Segi technical, tidak dapat

menyediakan bukti audit yang layak

dan kuat, lemahnya model risiko

audit dan penilaian risiko internal

control, dan kegagalan audit dalam

pengakuan pendapatan dan

pengungkapan transaksi dengan

pihak ketiga.

Segi etika, mengenai independensi

audit dan jumlah jasa non-audit yang

diberikan oleh auditor.

Page 9: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

8

3. Turner et al.

(2003)

Judul:

An Analysis of the

Fraud Triangle

Mengembangkan jaringan bukti

yang memiliki dua sub-jaringan

dengan menggunakan pendekatan

belief functions, yaitu:

1. Untuk menangkap risiko dan

bukti hubungan untuk audit

laporan keuangan konvensional

2. Untuk menangkap hubungan

risiko dan bukti untuk penilaian

risiko kecurangan

Mendukung konsep fraud triangle

dalam tiga komponen dan hubungan

antar komponen terbukti memiliki

dampak yang besar pada risiko audit.

4. Koroy (2008)

Judul:

Pendeteksian

Kecurangan

(Fraud) Laporan

Keuangan oleh

Auditor Eksternal.

Menganalisis faktor-faktor yang

menjadi hambatan auditor dalam

menjalankan tugasnya mendeteksi

kecurangan

Terdapat empat faktor penyebab

hambatan:

1. Karakteristik terjadinya kecurangan

sehingga menyulitkan proses

pendeteksian.

2. Standar pengauditan belum cukup

memadai untuk menunjang

pendeteksian yang sepantasnya.

3. Lingkungan kerja audit dapat

mengurangi kualitas audit.

4. Metode dan prosedur audit yang

ada tidak cukup efektif untuk

melakukan pendeteksian

kecurangan. Berdasarkan

permasalahan ini, perbaikan yang

perlu disarankan untuk diterapkan

5. Lou dan Wang

(2009)

Judul:

Fraud Risk

Factor Of The

Fraud Triangle

Assessing The

Likelihood Of

Fraudulent

Financial

Reporting

Menggunakan sebuah model

logistik sederhana berdasarkan

contoh faktor risiko kecurangan

ISA 240 dan SAS 99

Mengindikasikan bahwa kecurangan

pelaporan berhubungan dengan salah

satu kondisi berikut: tekanan

keuangan dari suatu perusahaan atau

supervisor perusahaan, rasio yang

lebih tinggi dari transaksi yang

kompleks suatu perusahaan, lebih

dipertanyakannya integritas manajer

sebuah perusahaan, atau penurunan

hubungan antara perusahaan dengan

auditornya

6. Skousen et al.

(2009)

Judul:

Detecting and

Predecting

Financial

Statement Fraud:

The Effectiveness

of The Fraud

Triangle and SAS

No. 99

1. Mengembangkan variabel yang

berfungsi sebagai ukuran proksi

untuk tekanan, kesempatan, dan

rasionalisasi dan mengujinya.

2. Mengidentifikasi lima proksi

tekanan dan dua proksi

kesempatan yang secara

signifikan berhubungan dengan

kecurangan

Menemukan bahwa:

1. Pertumbuhan aset yang cepat,

peningkatan kebutuhan uang tunai,

dan pembiayaan eksternal yang

secara positif berkaitan dengan

kemungkinan terjadinya fraud.

2. Kepemilikan saham eksternal dan

internal serta kontrol dewan direksi

juga terkait dengan peningkatan

financial statement fraud.

3. Ekspansi jumlah anggota

independen di komite audit

berhubungan negatif dengan

terjadinya kecurangan.

Page 10: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

9

7. Hassink et al.

(2010)

Judul:

Fraud detection,

redress and

reporting by

auditors

Mengumpulkan data mengenai

kasus fraud yang menunjukkan

adanya peran auditor di dalamnya.

Dilaksanakan survey kepada

seluruh audit partners pada 30

audit firms Belanda.

1. Penelitian menunjukkan bahwa

auditor gagal dalam memenuhi

beberapa elemen penting dalam

standar fraud.

2. Terdapat perbedaan substansial

antara audit firms big four versus

non-big four terkait dengan tingkat

kepatuhan mereka terhadap standar

auditing.

3. Lebih dari setengah auditor yang

disurvey yakin bahwa mereka

memiliki dampak signifikan

terhadap penanganan fraud.

2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka Pemikiran Teoritis

2.8 Hipotesis Penelitian

2.8.1 Financial Stability sebagai Variabel untuk Mendeteksi Financial Statement Fraud

Menurut SAS No. 99, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan

laporan keuangan ketika stabilitas keuangan dan/atau profitabilitas yang terancam oleh

keadaaan ekonomi, industri, atau situasi entitas yang beroperasi (Skousen et al., 2009).

Loebbecke dkk (1989) Bell et al. (1991) menunjukkkan bahwa dalam kasus dimana

perusahaan mengalami pertumbuhan yang berada di bawah rata-rata industri, manajemen

Sumber: berbagai literatur pendukung penelitian

Page 11: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

10

akan memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan (Skousen et

al., 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) membuktikan bahwa semakin

besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan maka probabilitas dilakukannya tindak

kecurangan pada laporan keuangan perusahaan tersebut semakin tinggi. Berdasarkan uraian

tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Financial stability dapat digunakan untuk mendeteksi financial

statement fraud

2.8.2 External Pressure sebagai variabel untuk mendeteksi financial statement fraud

Perusahaan sering mengalami suatu tekanan dari pihak eksternal. Salah satunya

adalah kebutuhan untuk mendapatkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal

agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal

(Skousen et al., 2009). Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan

dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et al, 2009), yang dalam penelitian ini

diproksikan dengan rasio arus kas bebas.

Rasio arus kas bebas merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang

menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi (Ujiyantho

dan Pramuka, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) membuktikan

bahwa semakin tinggi rasio arus kas bebas perusahaan maka semakin rendah probabilitas

perusahaan tersebut untuk melakukan fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H2 : External Pressure dapat digunakan untuk mendeteksi financial statement

fraud

2.8.3 Personal Financial Need sebagai variabel untuk Mendeteksi Financial Statement

Fraud

Beasley (1996), Committee of Sponsoring Organizations (1999), dan Dunn (2004)

menyatakan bahwa ketika eksekutif memiliki peranan keuangan yang signifikan kuat dalam

suatu perusahaan, personal financial need mereka akan terancam oleh kinerja keuangan

perusahaan (Skousen et al., 2009). Sebagian saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan

akan mempengaruhi kebijakan manajemen dalam mengungkapkan kinerja keuangan

perusahaan. Oleh karena itu, variabel personal financial need diproksikan dengan rasio

kepemilikan saham oleh orang dalam.

Page 12: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

11

Kepemilikan sebagian saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol

dalam pelaporan keuangan (Skousen et al., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et

al. (2009) membuktikan bahwa ketika rasio kepemilikan saham oleh orang dalam dalam

suatu perusahaan rendah maka probabilitas dilakukannya fraud dalam perusahaan tersebut

tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3 : Personal financial need dapat digunakan untuk mendeteksi financial

statement fraud

2.8.4 Financial Targets sebagai variabel untuk mendeteksi financial statement fraud

Dalam menjalankan kinerjanya, manajer perusahaan dituntut untuk melakukan

performa terbaik sehingga dapat mencapai target keuangan yang telah direncanakan.

Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva atau Return on Asset adalah ukuran kinerja

operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja

(Skousen et al., 2009). Summerrs dan Sweeney (1998) melaporkan bahwa ROA secara

signifikan berbeda antara fraud firm dan non-fraud firm (Skousen et al., 2009).

Analisis Return on Asset (ROA) atau sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan menghasilkan laba pada

masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat

kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Oleh karena itu,

semakin tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan maka semakin rentan perusahaan akan

melakukan manajemen laba yang merupakan salah satu bentuk kecurangan laporan

keuangan.

Penelitian Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyastuti (2009) membuktikan bahwa

perusahaan yang memiliki laba yang besar (diukur dengan profitabilitas atau ROA) lebih

mungkin melakukan manajemen laba daripada perusahaan yang memiliki laba yang kecil.

Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H4 : Financial Targets dapat digunakan untuk mendeteksi financial statement

fraud

2.8.5 Innefective Monitoring sebagai variabel untuk mendeteksi financial statement fraud

Terjadinya praktik kecurangan atau fraud merupakan salah satu dampak dari

pengawasan atau monitoring yang lemah sehingga memberi kesempatan kepada agen atau

manajer untuk berperilaku menyimpang dengan melakukan manajemen laba (Andayani,

2010). Praktik kecurangan atau fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme

Page 13: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

12

pengawasan yang baik. Dewan komisaris independen dipercaya dapat meningkatkan

efektivitas pengawasan perusahaan.

Penelitian Beasley (1996) menyimpulkan bahwa masuknya dewan komisaris yang

berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi

manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut

diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Dechow et al. (1996) Dunn (2004) yang meneliti

hubungan antara komposisi dewan komisaris dengan kecurangan laporan keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Innefective Monitoring dapat digunakan untuk mendeteksi financial

statement fraud

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Data Variabel

3.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial statement

fraud. Definisi financial statement fraud menurut Association of Certified Fraud Examiners

(Rezaee, 2002) adalah:

the intentional, deliberate, misstatement, or omission of material facts, or accounting

data which is misleading and, when considered with all the information made

available, would case the reader to change or alter his or her judgment or decision.

Selanjutnya, penelitian ini memproksikan financial statement fraud dengan earnings

management. Rezaee (2002) menyatakan bahwa:

”Suatu financial statement fraud sering kali diawali dengan salah saji atau manajemen

laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya

tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan

tahunan yang menyesatkan secara material”.

Oleh sebab itu, earnings management digunakan sebagai proksi financial statement

fraud dalam penelitian ini. Earnings management merupakan suatu intervensi dengan maksud

tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh

beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989).

Manajemen laba (DACC) dapat diukur melalui discretionary accrual yang dihitung

dengan cara menyelisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC).

Discretionary accruals (DACC) merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal

dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang

Page 14: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

13

mereka inginkan. Dalam menghitung DACC, digunakan Modified Jones Model. Alasan

penggunaan model ini karena Modified Jones Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih

baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow et

al. (1995) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007).

Model perhitungannya sebagai berikut:

Untuk mengukur discretionary accruals, terlebih dahulu menghitung total akrual untuk tiap

perusahaan i di tahun t dengan metode modifikasi Jones yaitu:

TAC it = Niit – CFOit ………………………………………………,…………(1)

Dimana,

TAC it = Total akrual

Niit = Laba Bersih

CFOit = Arus kas Operasi

Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut:

TACit/Ait-1 = β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)+e ........................ (2)

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accrual (NDA) dapat

dihitung dengan rumus :

NDAit = β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)…...….. .... (3)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit = TACit/Ait-NDAit ...................................................................... ............... (4)

Dimana,

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Niit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t

PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

e = error

3.1.2 Variabel Independen

3.1.2.1 Financial Stability

Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan

perusahaan dalam kondisi stabil. Financial stability diproksikan dengan ACHANGE yang

merupakan rasio perubahan aset selama dua tahun. ACHANGE dihitung dengan rumus:

(Total Aset t – Total Aset t-1) / Total Aset t

ACHANGE =

Page 15: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

14

3.1.2.2 External Pressure

External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk

memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Kebutuhan pembiayaan eksternal

terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et al, 2009).

Rasio arus kas bebas dihitung dengan rumus:

FREEC = (total kas bersih yang dihasilkan dari hasil aktivitas operasi–kas dividen-

capital expenditurs)/total aset

3.1.2.3 Personal Financial Need

Personal financial need adalah suatu keadaan dimana keuangan perusahaan turut

dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan (Skousen et al., 2009).

Kepemilikan sebagian saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam

pelaporan keuangan (Skousen et al., 2009). Rasio kepemilikan saham oleh orang dalam

(OSHIP) dapat diukur dengan:

Total saham yang dimiliki oleh orang dalam

Total saham biasa yang beredar

3.1.2.4 Financial Targets

Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok besaran tingkat laba

yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi

inilah yang dinamakan financial targets. Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba

yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah ROA. Pengertian Return On

Asset (ROA) menurut Hanafi dan Halim (2003) adalah:

“Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan

menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan

dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut”.

ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Net Income before extraordinary items t-1

Total Asset t

3.1.2.5 Innefective Monitoring

Ineffective monitoring merupakaan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas

yang efektif memantau kinerja perusahaan. Penelitian ini memproksikan inneffective monitoring

pada rasio jumlah dewan komisaris independen (BDOUT). Komisaris independen adalah

anggota dewan komisaris yang memenuhi persyaratan tidak memiliki hubungan terafiliasi

OSHIP =

ROA =

Page 16: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

15

baik dengan pemegang saham pengendali, direktur atau komisaris lainnya, tidak bekerja

rangkap dengan perusahaan terafiliasi dan memahami peraturan perundang-undangan di

bidang Pasar Modal (Effendi, 2008). Rasio dewan komisaris independen (BDOUT) dapat

diukur dengan:

Jumlah dewan komisaris independen

Jumlah total dewan komisaris

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2010. Pertimbangan untuk memilih

populasi perusahaan manufaktur adalah dikarenakan perusahaan dalam satu jenis industri

yaitu manufaktur cenderung memiliki karakteristik akrual yang hampir sama (Halim et al.,

2005). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dengan kriteria:

1. Perusahaan manufaktur yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode 2009-2010.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website perusahaan

atau website BEI selama periode 2009-2010 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

3. Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi selama

periode 2009-2010), mengenai data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,yaitu data

laporan keuangan tahunan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id, pojok BEI (Bursa Efek Indonesia) Universitas

Diponegoro, website perusahaan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009

dan 2010.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi

dan studi pustaka. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data

sekunder dari www.idx.co.id, pojok BEI (Bursa Efek Indonesia) Universitas Diponegoro,

website perusahaan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009 dan 2010.

Metode studi pustaka dilakukan dengan telaah literatur, sebagian besar literatur yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan jurnal-jurnal penelitian, makalah penelitian

BDOUT =

Page 17: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

16

terdahulu, buku dan internet research yang berhubungan dengan tema penelitian. Metode

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-random.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Uji Asumsi Klasik

3.5.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Penelitian ini

menggunakan dua uji menguji kenormalan data.

a) Analisis Grafik

b) Uji Statistik. Pada penelitian ini digunakan uji normalitas dengan uji statistik non-

parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

3.5.1.2 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2005). Uji dilakukan dengan melihat

cut off nilai tolerance dan VIF.

3.5.1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya) (Ghozali, 2005). Penelitian ini akan mendeteksi autokorelasi dengan Uji

Durbin Watson dan Uji Runs Test.

3.5.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Penelitian

ini melakukan dua uji untuk melihat apakah data penelitian terjadi heteroskedastisitas atau

tidak, yaitu:

a). Grafik Plot

b.) Uji statistik yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Glejser.

3.5.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis data yang valid dan

mendukung hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini. Hubungan antara discretionary

accruals dan proksi dari fraud triangle diuji menggunakan model sesuai dengan penelitian

Skousen et al. (2009), yaitu:

Page 18: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

17

DACCit = ß0 + ß1ACHANGE+ ß2 FREEC +ß3 OSHIP + ß4ROA+ ß5BDOUT + εi

Keterangan:

ß0 = koefisien regresi konstanta

ß1,2,3,4,5 = koefisien regresi masing-masing proksi

DACCit = discretionary accruals perusahaan i tahun t

ACHANGE = rasio perubahan total aset tahun 2009-2010

FREEC = rasio arus kas bebas

OSHIP = rasio kepemilikan saham oleh orang dalam

ROA = Return On Aset

BDOUT = rasio komisaris independen

ε = error

Selanjutnya, uji hipotesis dilakukan dengan melakukan uji: Koefisien Determinasi (R2), Uji

Signifikansi Simultan (Uji Statistik F), dan Uji Parameter Individual (Uji Statistic t).

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sampel Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

tahun 2009 dan 2010, didapat jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada

tahun 2009–2010 adalah 145 perusahaan. Dari jumlah tersebut, hanya 101 perusahaan yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Total sampel yang digunakan sebagai responden

dalam penelitian ini adalah 101 perusahaan selama dua periode (2009-2010) sehingga

berjumlah 202 sampel penelitian (Tabel 4.1)

4.1.2 Earnings Management

Penelitian ini mendapatkan total perusahaan dengan discretionary accruals negatif

sebanyak 118 perusahaan dan total perusahaan dengan discretionary accruals positif

sebanyak 84 perusahaan (Tabel 4.2). Halim et al. (2005) menyatakan bahwa praktik earnings

management untuk mengurangi reported earnings ditandai dengan adanya discretionary

accruals negatif. Discretionary accruals negatif artinya perusahaan melakukan income

minimization atau melaporkan laba lebih rendah dari laba sebenarnya (Scott, 2000).

Sebaliknya, discretionary accruals positif artinya perusahaan melakukan income

maximization atau melaporkan laba lebih tinggi dari yang laba sebenarnya (Scott, 2000).

Page 19: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

18

4.2 Analisis Data

4.2.1 Statistik Deskriptif

Hasil output SPSS menyajikan ringkasan statistik deskriptif dari masing-masing

variabel (Tabel 4.3). Proksi rasio perubahan total aset (ACHANGE) menunjukkan rata-rata

sebesar 0,0120. Artinya, secara umum perusahaan sampel mengalami kenaikan total aset

selama tahun 2008 hingga 2010 hingga 1,2%. Perubahan aset terkecil adalah sebesar -1,2632

atau terjadi penurunan aset sedangkan perubahan aset terbesar adalah sebesar 0,4506.

Proksi rasio arus kas bebas (FREEC) secara rata-rata diperoleh sebesar 0,0279. Hal ini

berarti, perusahaan sampel rata-rata memiliki rasio surplus FREEC hingga sebesar 0,0279

atau 2,79% dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai FREEC terendah adalah sebesar -

0,7270 dan nilai FREEC tertinggi mencapai 0,6342.

Proksi rasio kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) menunjukkan rata-rata

sebesar 0,0330 atau 3,30%. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata 3,30%

sahamnya dimiliki oleh orang dalam. Jumlah kepemilikan saham oleh orang dalam yang

paling rendah adalah sebesar 0,000 atau 0,00% dan nilai tertinggi adalah 0,7401 atau 74,01%.

Kepemilikan saham oleh orang dalam menunjukkan kepentingan ganda dari orang dalam

yaitu sebagai agent sekaligus sebagai principal. Dalam hal ini diharapkan manajer yang

memiliki saham dapat mewakili kepentingan pemegang saham lainnya.

Proksi Return on Asset (ROA) menunjukkan rata-rata sebesar 0,0389 atau 3,89%. Hal

ini berarti bahwa perusahaan sampel selama tahun 2009–2010 memiliki profitabilitas sebesar

3,89%. Dari hasil rasio profitabilitas tersebut, dapat dikatakan bahwa secara umum

perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah perusahaan yang cukup profitable,

hal tersebut disimpulkan dari rata-rata atas rasio profitabilitas tersebut tidak bernilai negatif.

Nilai terendah dari ROA adalah sebesar -1,5382, nilai negatif menunjukkan bahwa

perusahaan mengalami rugi dan nilai tertinggi adalah 0,9935.

Proksi rasio komisaris independen (BDOUT) menunjukkan rata-rata sebesar 0,3633

atau 36,33%. Hal ini ini berarti bahwa jumlah komisaris independen dari perusahaan sampel

rata-rata sebesar 36,33% dari seluruh jumlah dewan komisaris. Kondisi demikian

menunjukkan bahwa secara rata-rata perusahaan-perusahaan sampel telah memenuhi syarat

minimal 30% anggota dewan komisaris independen seperti yang diatur oleh Bursa Efek

Indonesia (BEI). Jumlah terendah adalah sebesar 0,0000 atau 0% dan jumlah tertinggi

mencapai 0,8000 atau 80%.

Page 20: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

19

Estimasi rata-rata manajemen laba yang diukur dengan discretionary acrcral (DACC)

dengan estimasi model modified Jones (Dechow, 1995) diperoleh model persamaan sebagai

berikut :

TACCit/TA

i,t-1 = -0,03050+0,00661((ΔREV - ΔREC )/TA

i,t-1) +0,02419(PPE

it/TA

i,t1)

Keterangan:

TACCit

: Total accruals perusahaan i pada periode t

REVit

: Revenue perusahaan i pada periode t

RECit

: Receivable perusahaan i pada periode t

PPEit

: Nilai aktiva tetap (gross) perusahaan i pada periode t

TAi,t-1

: Total aktiva perusahaan i pada periode t

Berdasarkan model tersebut diperoleh rata-rata discretionary accrual (DACC) sebesar

-0,08112. Nilai minimum DACC adalah sebesar -0,9580 dan nilai DACC tertinggi adalah

sebesar 0,9833.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Hasil tampilan output SPSS menunjukkan, setelah mengeluarkan 26 data outlier

tampilan grafik histogram sudah tidak lagi menceng dan grafik normal probability plots

menunjukkan titik-titik observasi telah menyebar serta mendekati garis diagonal (gambar

4.1). Hal ini berarti bahwa nilai residual terdistribusi secara normal. Selain itu, hasil

penelitian pengujian dengan uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan

nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.151 dan memiliki signifikansi di atas 0,05 yaitu 0,141

(Tabel 4.4). Hasil ini menunjukkan sudah diperolehnya distribusi normal pada data residual.

Kenormalan data tersebut diikuti dengan bebasnya data dalam penelitian dari masalah

multikolonieritas (Tabel 4.5), autokorelasi (Tabel 4.6) dan heteroskedastisitas (Tabel 4.7).

4.2.3 Hasil Uji Hipotesis

4.2.3.1 Uji Goodness of Fit

4.2.3.1.1 Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil uji, nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah

0,487. Hal ini berarti kemampuan proksi variabel independen dalam menerangkan earnings

management adalah 48,7 %. Sedangkan sisanya yaitu 51,3 % persen dijelaskan oleh faktor-

faktor lain selain variabel independen tersebut (Tabel 4.8)

4.2.3.1.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil output SPSS uji statistik F menunjukkan nilai F hitung dari model adalah

34,166 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000, yang lebih kecil sari 0,05, sehingga model

dapat digunakan (Tabel 4.9).

Page 21: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

20

4.2.3.1.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Sumber: data sekunder yang diolah, tahun 2011

Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut :

DACC = 0,04 + 0,020 ACHANGE – 0,613 FREEC - 0,035 OSHIP + 0,073 ROA + 0,007

BDOUT + e

Hasil output SPSS uji t menunjukkan dari kelima variabel independen yang

dimasukan dalam model regresi, hanya variabel FREEC dan ROA yang signifikan pada 0,05

atau pada level 5%. Variabel FREEC memiliki probabilitas sebesar 0,000 dibawah 0,05 dan

variabel ROA memiliki probabilitas sebesar 0,021 dibawah 0,05. Variabel ACHANGE,

OSHIP dan BDOUT tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitas yang jauh diatas

0,05. Koefisien regresi ACHANGE, ROA dan BDOUT memiliki arah positif sedangkan

FREEC dan OSHIP memiliki koefisien regresi dengan arah negatif.

4.3 Interpretasi Hasil

4.3.1 Pengaruh financial stability dengan proksi ACHANGE terhadap financial

statement fraud yang diproksikan dengan earnings management

Hasil pengujian pengaruh financial stability dengan proksi ACHANGE terhadap

financial statement fraud yang diproksikan dengan earnings management menunjukkan, rasio

perubahan total aset (ACHANGE) terhadap earnings management menunjukkan nilai t

sebesar 0,787 dengan signifikansi sebesar 0,432. Nilai signifikansi sebesar 0,432 tersebut

lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa ACHANGE berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap earnings management dan hipotesis 1 ditolak.

Tabel 4.10

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .004 .014 .264 .792

ACHANGE .020 .025 .046 .787 .432

FREEC -.613 .048 -.707 -12.758 .000

OSHIP -.035 .045 -.043 -.787 .433

ROA .073 .031 .138 2.335 .021

BDOUT .007 .035 .011 .195 .845

a. Dependent Variable: DACC

Page 22: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

21

Hal ini dapat terjadi karena para manajer tidak serta merta akan memanipulasi laporan

keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan ketika rata-rata pertumbuhan perusahaan

mereka berada di bawah rata-rata industri seperti yang diungkapkan oleh Loebbecke dkk

(1989) Bell et al. (1991) dalam Skousen et al. (2009) karena hal tersebut justru akan

memperparah kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Manipulasi laba

menyebabkan laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang

sebenarnya. Keadaan demikian justru mempersulit perusahaan untuk mendapatkan bantuan

dana dan/atau investasi dari pihak eksternal maupun internal untuk menyelamatkan

perusahaan mereka ketika terancam oleh kondisi ekonomi global. Akhirnya, perusahaan akan

sulit untuk mengembangkan perusahaan dan menjadikan stabilitas perusahaan akan semakin

buruk di masa depan.

4.3.2 Pengaruh external pressure dengan proksi FREEC terhadap financial statement

fraud yang diproksikan dengan earnings management

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh rasio arus kas bebas (FREEC) terhadap

earnings management menunjukkan nilai t sebesar -12,758 dengan signifikansi sebesar

0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa rasio arus kas

bebas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dan hipotesis 2 diterima. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Skousen et al. (2009).

Perusahaan dengan rasio arus kas bebas berlebih menunjukkan memiliki kinerja yang

lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena perusahaan tersebut dapat memperoleh

keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain

dan lebih mampu bertahan dalam situasi yang buruk (Rosdini, 2009). Hasil penelitian ini

sesuai dengan teori yang telah diungkapkan. Semakin besar rasio free cah flow yang tersedia

dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang

tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen.

4.3.3 Pengaruh personal financial needs dengan proksi OSHIP terhadap financial

statement fraud yang diproksikan dengan earnings management

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kepemilikan saham oleh orang dalam

(OSHIP) terhadap earnings management menunjukkan nilai t sebesar -0,787 dengan

signifikansi sebesar 0,433. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti

Page 23: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

22

bahwa rasio kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap manajemen laba dan hipotesis 3 ditolak.

Hasil penelitian yang tidak signifikan menandakan bahwa fungsi kontrol terhadap

laporan keuangan dari manajemen pemilik saham tidak berjalan efektif. Besarnya jumlah

kepemilikan saham oleh orang dalam tidak selalu meningkatkan fungsi kontrol terhadap

laporan keuangan yang seharusnya dilakukan oleh manajemen pemilik saham.

Ketidakefektifan tersebut dapat terjadi karena pengoperasionalan ekuitas perusahaan

termasuk saham mereka, sebagian pelaksanaannya di bawah kendali manajemen non-pemilik

saham. Manajemen non-pemilik saham akan memiliki proyeksi laba yang berbeda karena

kondisi keuangan pribadi mereka tidak terpengaruh oleh kondisi keuangan perusahaan,

kepemilikan saham oleh orang dalam tidak selalu dapat mengurangi terjadinya financial

statement fraud.

4.3.4 Pengaruh financial targets dengan proksi ROA terhadap financial statement

fraud yang diproksikan dengan earnings management

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh ROA terhadap earnings management

menunjukkan nilai t sebesar 2,335 dengan signifikansi sebesar 0,021. Nilai signifikansi

tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa ROA memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap earnings management dan hipotesis 4 diterima. Arah koefisien positif berarti bahwa

semakin tinggi ROA perusahaan, semakin tinggi probabilitas perusahaan melakukan earnings

management.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Skousen et al (2009)

yang tidak menemukan adanya pengaruh signifikan antara Return On Asset dengan financial

statement fraud. Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian penelitian Carlson

dan Bathala (1997) dalam Widyastuti (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan yang

memiliki laba besar lebih mungkin melakukan manajemen laba daripada perusahaan dengan

laba kecil. ROA tahun sebelumnya yang tinggi menunjukkan profitabilitas perusahaan yang

tinggi dan menjadikan target perolehan laba yang harus diperoleh pada tahun berikutnya oleh

perusahaan juga tinggi. Kondisi demikian akan memberikan tuntutan kepada manajemen

untuk mencapai target laba yang setidaknya sama dengan laba yang diperoleh tahun

sebelumnya. Kondisi demikian menjadikan manajemen terpacu untuk melakukan suatu

tindak financial statement fraud.

Page 24: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

23

4.3.5 Pengaruh inneffective monitoring dengan proksi BDOUT terhadap financial

statement fraud yang diproksikan dengan earnings management

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh BDOUT terhadap earnings management

menunjukkan nilai t sebesar 0.195 dengan signifikansi sebesar 0,845. Nilai signifikansi

tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa BDOUT atau rasio jumlah dewan

komisaris independen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap earnings management

dan hipotesis 5 ditolak.

Penjelasan yang nampaknya relevan mengenai kurangnya keterkaitan rasio komisaris

independen terhadap manajemen laba adalah disebabkan karena fungsi komisaris independen

sebagai fungsi kontrol terhadap tindakan manajemen yang belum optimal. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen

dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham

mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan

tidak meningkat bahkan turun (Gideon, 2005). Sylvia dan Siddharta (2005) juga menyatakan

bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya

dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good

Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil

survai Asian Development Bank dalam Gideon (2005) yang menyatakan bahwa kuatnya

kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris

tidak independen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggungjawab anggota

dewan menjadi tidak efektif.

Page 25: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

24

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Financial stability dengan proksi rasio perubahan total aset, Personal financial need

dengan proksi rasio kepemilikan saham oleh orang dalam, dan Ineffective monitoring

dengan proksi rasio komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap

financial statement fraud dan hipotesis.

2. External Pressure dengan proksi rasio arus kas bebas (free cash flow) dan Financial

targets dengan proksi Return On Asset terbukti berpengaruh signifikan terhadap

financial statement fraud dan hipotesis.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu hanya menggunakan satu proksi untuk

mendeteksi financial statement fraud, yaitu earnings management yang diukur dengan

discretionary accrual. Keterbatasan lain ada pada penggunaan sampel penelitian yang hanya

menggunakan kategori untuk perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan

keuangan tahunannya di BEI dan website perusahaan. Selain itu, penelitian ini hanya

menggunakan lima variabel komponen fraud triangle, tanpa memasukkan variabel dari

komponen ratinalization karena sulit untuk diukur.

5.3 Saran

Dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan

untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan proksi lain dari variabel

dependen financial statement fraud, juga diharapkan dapat memperluas sampel perusahaan

yang digunakan dalam penelitian. Tidak hanya meneliti pada perusahaan manufaktur tetapi

seluruh jenis perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunanya di BEI dan

Website perusahaan dan mengklasifikasikan hasil penelitian berdasarkan jenis usaha

perusahaan. Penelitian selanjutnya diharapkan pula untuk dapat memperbanyak variabel

penelitian agar didapatkan model penelitian yang lebih akurat dalam mendeteksi kecurangan

laporan keuangan dengan analisis fraud triangle yang diadopsi dalam SAS No.99.

Page 26: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

ii

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Tutut Dwi. 2010. “Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Independen Terhadap

Manajemen Laba”. Program Studi Magister Sains Akuntansi UNDIP.

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). 1987. National Commission on

Fraudulent Financial Reporting (Treadway Commission), “Report of the National

Commission on Fraudulent Financial reporting”, New York.

Arifin. 2005. “Peran Akutan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada

Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan)”. Paper disajikan pada Sidang

Senat Guru Besar Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia, 24 Desember 2005.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), 2002, Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal,

27 Desember.

Boediono, Gideon SB., 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”.

Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, Indonesia, 15-16 September 2005.

Brennan, Niamh M dan Mary McGrath. 2007. ”Financial Statement Fraud: Some Lessons

from US and European case Studies.” Australian Accounting Review, Vol.17, No.2.

Brochet, Franchois dan Zhan Gildao. 2004. Managerial Entrachment and Earnings

Smoothing. Working Paper.

Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan. Kedua, Ghalia: Bogor

Jakarta.

Eisenhardt, Kathleem. M. 1989.” Agency Theory: An Assesment and Review”. Academy of

Management Review, Vol. 14, pp. 433-438.

Ernst & Young. 2009. “Detecting Financial Statement Fraud: What Every Manager Needs to

Know".

Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2008. Corporate Governance Suatu

Pengantar: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan

Corporate Governance.

Gunarsih, T dan Hartadi, B. 2002. “Pengaruh Pengunguman Pengangkatan Komisaris

Independen Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Riset Akuntansi,

Manajemen dan Ekonomi, Vol 2, No. 2, hal. 104-120.

Halim, J, Meiden, C, dan Tobing, R.L. 2005. “Pengaruh Manajemen laba pada tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang termasuk dalam

Indeks LQ-45 Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, Indonesia, 15-16 September

2005.

Page 27: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

iii

Hassink, Harold., Roger Meuwissen dan Laury Bollen. 2010. “Fraud detection, redress and

reporting by auditors”. Managerial Auditing Journal Vol. 25 No. 9, 2010 pp. 861-

881.

Healy, P.M. dan J.M. Wahlen. 1999. “A Review of The Earnings Management Literature and

Its Implications for Standard Setting”. Accounting Horizons (December): 365-383.

Hendriksen, Eldon.S dan M.F.van Breda. 2000. Teori Akuntansi. Batam: Interaksara.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Intal, Tiina dan Linh Thuy Do. 2002. “Recognition Of Revenue And The Auditor’s

Responsibility for Detecting Financial Statement Fraud”. Accounting And Finance

Master Thesis, School of Economics and Commercial Law Goteborg University, No.

2002:53.

Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). “Theory of The Firm: Managerial Behavior,

Agency Cost and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics 3. hal. 305-

360.

Koroy, T. R. n.d. 2008. “Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor

Eksternal.” STIE Nasional Banjarmasin, h. 22-31.

Lou, Y. I., and M. L. Wang. 2009. “Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The

Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting.” Journal of Business and Economic

Research, Vol. 7, No. 2, h. 62-66.

Nguyen, Khanh. 2008. ”Financial Statement Fraud: Motives, Methodes, Cases and

Detection.” Florida.

Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. 2004. “Pengaruh Economic Value Added, Residual

Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh

Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2, November. hal 140-166.

Rahman, Aulia Fuad dan Ulfi K.O. 2010. "Masalah Keagenan Aliran Kas Bebas, Manajemen Laba

dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi". Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto,

Indonesia, 13-14 Oktober 2010.

Rezaee, Z. 2002. Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. New York: John

Wiley & Sons, Inc.

Rosdini, Dini. 2009. “Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Pay Out Ratio”. Working

Paper in Accounting and Finance, Department of Accounting Padajajran University.

Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. Second edition. Canada: Prentice Hall.

Schipper, Khaterine and Linda Vincent. 2003. “Earnings Quality”. Accounting

Horizons,Vol.17. Supplement, p.97-110.

Page 28: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

iv

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Southern Illinois University at

Carbondale: John Wiley & Sons, Inc.

Sie Infokum-Ditama Binbangkum. n.d. Fraud (Kecurangan): Apa dan Mengapa.

Skousen, C. J., K. R. Smith, dan C. J. Wright. 2009. ”Detecting and Predecting Financial

Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.” Corporate

Governance and Firm Performance Advances in Financial Economis, Vol. 13, h. 53-

81.

Soselisa, Rangga dan Mukhlasin. 2008. “Pengaruh Faktor Kultur Organisasi, Manajemen,

Strategik, Keuangan, dan Auditor Terhadap KecendeRunsgan Kecurangan Akuntansi:

Studi pada Perusahaan Publik di Indonesia.” Simposium Nasional Akuntansi XI,

Pontianak, Indonesia, 23-24 Juli 2008.

Spathis, T.Charalambos. 2002. “Detecting False Financial Statements Using Published Data: Some

Evidence from Greece”. Managerial Auditing Journal, Vol.17.

Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama. 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan,

Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba

(Earnings Management).” Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, Indonesia, 15-16

September 2005.

Turner, J. L., T. J. Mock, R. P. Sripastava. 2003. ”An Analysis of the Fraud Triangle.” The

University of Memphis, University of Southern California, University of Kansas.

Ujiyantho, M. A. dan B. A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi X,

Makassar, Indonesia, 26-28 Juli 2007.

Widyastuti, Tri. 2009. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen

Laba: Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI.” Jurnal Magister Akuntansi, Vol.9 No.1

Januari 2009: 30-41.

Wibisono, Haris. 2004. “Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar

SEO.” Tesis S2. Tidak Dipublikasikan. Magister Sains Akuntansi UNDIP.

www.idx.co.id

www.transparencyinternational.2011 http://muhariefeffendi.wordpress.com/2008/06/06/komisaris-independen-bukan-sekedarpelengkap

Page 29: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

v

No Nama perusahaan Kode Jenis perusahaan 2009 2010

1. PT. Polychem Indonesia

Tbk ADMG

Automotive and Allied

Products √ √

2. PT. Arwana Citra Mulia

Tbk ARNA

Stone, Clay, Glass and

Concrete products √ √

3. PT. Berlina Tbk BRNA Plastics and Glass Products √ √

4. PT. Betonjaya Manunggal,

Tbk BTON Metal and Allied Products − √

5. PT. Delta Djakarta Tbk DLTA Food and Beverages √ √

6. PT. Duta Pertiwi Nusantara

Tbk DPNS Adhesive √ √

7. PT. Dynaplast Tbk DYNA Plastics and Glass Products √ √

8. PT. Fast Food Indonesia

Tbk FAST Food and Beverages √ √

9. PT. Fajar Surya Wisesa Tbk FASW Paper and Allied Products √

10. PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL Automotive and Allied

Products √ √

11. PT. Indal Aluminium

Industri Tbk INAI Metal and Allied Products √ −

12. PT. Intraco Penta Tbk INTA Automotive and Allied

Products √ √

13. PT. Jakarta Kyoei Steel

Works Tbk JKSW Metal and Allied Products √ √

14. PT. Jaya Pari Steel Tbk JPRS Metal and Allied Products √ √

15. PT. Kimia Farma Tbk KAEF Pharmaceuticals √ √

16. PT. Kabelindo Murni Tbk KBLM Cables √ √

17. PT. Lautan Luas Tbk LTLS Chemical and Allied

Products √ √

18. PT. Langgeng Makmur

Industri Tbk LMPI Plastics and Glass Products √ √

19. PT. Multi Prima Sejahtera

Tbk LPIN

Automotive and Allied

Products √ √

20. PT. Metrodata Elektronics

Tbk MTDL

Electronic and Office

Equipment √ √

21. PT. Mitra Investindo Tbk MITI Stone, Clay, Glass and

Concrete products √ √

22. PT. Modern Internasional

Tbk MDRN Photographic Equipment √ √

LAMPIRAN A Daftar Nama Perusahaan

Page 30: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

vi

23. PT. Multipolar Tbk MLPL Electronic and Office

Equipment √ −

24. PT. Mayora Indah Tbk MYR Food and beverages √ √

25. PT. Pan Brothers Tex Tbk PBRX Apparel and Other textile

Products √ √

26. PT. Pelangi Indah Canindo

Tbk PICO Metal and Allied Products √ √

27. PT. Perdana Bangun Pusaka

Tbk KONI Photographic Equipment − √

28. PT. Pionnerindo Gourmet

International Tbk PTSP Food and Beverages √ √

29. PT. Prasidha Aneka Niaga

Tbk PSDN Food and Beverages − √

30. PT. Pyridam Farma Tbk PYFA Pharmaceuticals √ −

31. PT. Bentoel International

Investama Tbk RMBA Tobacco Manufactures √ √

32. PT. Holcim Indonesia Tbk SMBC Cement √ √

33. PT. Indo Acidatama Tbk SRSN Apparel and Other textile

Products √ √

34. PT. Siantar Top Tbk STTP Food and Beverages √ √

35. PT. Mandom Indonesia Tbk TCID Consumer Goods √ √

36. PT. Tembaga Mulia

Semanan Tbk TBMS Metal and Allied Products √ √

37. PT. Tira Austenite Tbk TIRA Metal and Allied Products √ √

38. PT. Akasha Wira

International Tbk ADES Food and Beverages √ −

39. PT. Aneka Kemasindo

Utama Tbk AKKU Plastics and Glass Products √ √

40. PT. Sepatu Bata Tbk BATA Apparel and Other textile

Products √ √

41. PT. Mustika Ratu Tbk MRAT Consumer Goods √ √

42. PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR Consumer Goods − √

43. PT. AKR Corporindo Tbk AKRA

Chemical and Allied

Products √ √

44. PT. Alumindo Light Metal

Industry Tbk ALMI Metal and Allied Products √ √

45. PT. Argo Pantes Tbk ARGO Textile Mill Products √ −

46. PT. Asahimas Flat Glas AMFG Plastics and Glass Products − √

Page 31: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

vii

47. PT. Astra Graphia Tbk ASGR Electronic and Office

Equipment √ √

48. PT. Astra Otopart Tbk AUTO Automotive and Allied

Products √ −

49. PT. Indo Kordsa Tbk BRAM Automotive and Allied

Products √ √

50. PT. Budi Acid Jaya Tbk BUDI Chemical and Allied

Products √ √

51. PT. Davomas Abadi Tbk DAVO Food and Beverages − √

52. PT. Ekadharma

International bk EKAD Adhesive √ √

53. PT. Ever Shine Tex bk ESTI Apparel and Other textile

Products √ √

54. PT. Hanjaya Mandala

Sampoerna Tbk HMSP Tobacco Manufactures √ √

55. PT. Sumi Indo Kabel Tbk IKBI Cables √ √

56. PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk INDF Food and Beverages √ √

57. PT. Indospring Tbk INDS Automotive and Allied

Products √ √

58. PT. Inter Delta Tbk INTD Photographic Equipment √ √

59. PT. Karwell Indonesia Tbk KARW Apparel and Other textile

Products √ √

60. PT. Kertas Basuki Rahmat

Indonesia Tbk KBRI Paper and Allied Products √ −

61. PT. Keramika Indonesia

Assosiasi Tbk KIAS

Stone, Clay, Glass and

Concrete products √ √

62. PT. Kedaung Indah Can

Tbk KICI Fabricated Metal Products √ √

63. PT. Lion Metal Work Tbk LION Metal and Allied Products √ √

64. PT. Lionmesh Prima Tbk LMSH Metal and Allied Products √ √

65. PT. Multistrada Arah

Sarana Tbk MASA

Automotive and Allied

Products √ √

66. PT. Merck Tbk MERK Pharmaceuticals − √

67. PT. Mulia Industrindo Tbk MLIA Stone, Clay, Glass and

Concrete products − √

68. PT. Myoh Technology Tbk MYOH Electronic and Office

Equipment √ √

69. PT. APAC Citra Centertex

Tbk MYTX

Apparel and Other textile

Products √ √

70. PT. Asia Pacific Timber

Tbk POLY

Chemical and Allied

Products − −

Page 32: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

viii

71. PT. Roda Vivatex Tbk RDTX Textile Mill Products √ √

72. PT. Ricky Putra Globalindo

Tbk RICY

Apparel and Other textile

Products √ √

73. PT. Schering Plough

Indonesia Tbk SCPI Pharmaceuticals √ √

74. PT. Siwani Makmur Tbk SIMA Plastics and Glass Products √ √

75. PT. Sekar Laut Tbk SKLT Food and Beverages √ √

76. PT. Sinar Mas Agro

Resources Technology Tbk SMAR Food and Beverages √ √

77. PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM Automotive and Allied

Products √ √

78. PT. Suparma Tbk SPMA Paper and Allied Products √ √

79. PT. Allbond Makmur Usaha

Tbk SQMI Food and Beverages √ −

80. PT. Surya Toto Indonesia

Tbk TOTO

Stone, Clay, Glass and

Concrete products √ √

81. PT. Tri Polyta Indonesia

Tbk TPIA

Chemical and Allied

Products √ √

82. PT. Trias Sentosa Tbk TRST Plastics and Glass Products √ √

83. PT. Tempo Scan Pacific

Tbk TSPC Pharmaceuticals √ √

84. PT. Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ Food and Beverages √ √

85. PT. United Tractors Tbk UNTR Automotive and Allied

Products √ √

86. PT. Unitex Tbk UNTX Textile Mill Products − −

87. PT. Yanaprima

Hastapersada Tbk YPAS Plastics and Glass Products √ √

88 PT. Cahaya Kalbar Tbk CEKA Food and Beverages − −

89. PT. Colorpak Indonesia Tbk CLPI Chemical and Allied

Products √ √

90. PT. Indofarma Synthetics

Tbk INAF

Apparel and Other textile

Products √ √

91. PT. Intanwijaya

International Tbk INCI Adhesive √ √

92. PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk INTP Cement √ √

93. PT. Jembo Cable Company

Tbk JECC Cables √ √

94. PT. Goodyear Indonesia

Tbk GDYR

Automotive and Allied

Products √ √

Page 33: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

ix

Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan 2010 yang telah diolah

Keterangan:

√ = digunakan sebagai sampel

− = tidak digunakan sebagai sampel

95. PT. Nippress Tbk NIPS Automotive and Allied

Products √ √

96. PT. Panasia Filament Inti

Tbk PAFI Textile Mill Products √ −

97. PT. Surya Intirindo Makmur

Tbk SIMM

Apparel and Other textile

Products - √

98. PT. Semen Gresik Tbk SMGR Cement √

99. PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk SQBI Pharmaceuticals − √

100. PT. Tirta Mahakam

Resources Tbk TIRT Lumber and Wood Products √ √

101. PT. Voksel Electric Tbk VOKS √ √

Page 34: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

x

LAMPIRAN B Hasil Analisis Regresi

Tabel 4.1

Ringkasan Populasi dan Sampel Penelitian

KETERANGAN JUMLAH

Jumlah perusahaan publik manufaktur yang terdaftar di

BEI tahun 2009-2010

145

Jumlah perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria

sampel

44

Jumlah perusahaan yang sesuai dengan kriteria sampel 101

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian

(periode 2009-2010)

101x2 = 202

Data outlier yang dibuang untuk menormalkan data 26

Jumlah sampel yang digunakan setelah dibuang data

oulier

176

Sumber: data sekunder yang diolah, tahun 2011

Tabel 4.2

Perbandingan Jumlah Perusahaan dengan Discretionary Accruals (DACC) Positif dan

Negatif Tahun 2009 dan 2010

Tahun DACC Positif DACC Negatif

2009 40 61

2010 44 57

Total 84 118

Sumber: data sekunder yang diolah, tahun 2011

Page 35: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

xi

Tabel 4.3

Deskripsi Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DACC 202 -.9580 .9833 -.008112 .1770962

ACHANGE 202 -1.2632 .4506 .011953 .1999132

FREEC 202 -.7270 .6342 .027936 .1292149

OSHIP 202 .0000 .7401 .033005 .0894147

ROA 202 -1.5382 .9935 .038892 .2024982

BDOUT 202 .0000 .8000 .363321 .1149584

Valid N

(listwise) 202

Sumber : data sekunder yang diolah, tahun 2011

Gambar 4.1

Uji Normalitas setelah Mengeluarkan Outlier

Sumber: data sekunder yang diolah, tahun 2011

Page 36: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

xii

Sumber: data sekunder yang diolah, tahun 2011

Tabel 4.5

Uji Multikolonieritas

Dependent Variabel : DAAC

Sumber: data sekunder yang diolah, tahun 2011

Tabel 4.4

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 176

Normal Parametersa .0000000 .0000000

.05462400 .05472846

Most Extreme

Differences .087 .079

.041 .040

-.087 -.079

Kolmogorov-Smirnov Z 1.151

Asymp. Sig. (2-tailed) .141

a. Test distribution is Normal.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .004 .014 .264 .792

ACHANGE .020 .025 .046 .787 .432 .851 1.175

FREEC -.613 .048 -.707 -12.758 .000 .954 1.048

OSHIP -.035 .045 -.043 -.787 .433 .993 1.007

ROA .073 .031 .138 2.335 .021 .841 1.190

BDOUT .007 .035 .011 .195 .845 .959 1.043

Page 37: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

xiii

Tabel 4.6.a

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .708a .501 .487 .0554528 2.243

a. Predictors: (Constant), ACHANGE, FREEC, OSHIP, ROA, BDOUT

b. Dependent Variable: DACC

Sumber: Data sekunder yang diolah, tahun 2011

Tabel 4.6.b

Uji Autokorelasi

Sumber: data sekunder yang diolah, tahun 2011

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .00485

Cases < Test Value 88

Cases >= Test Value 88

Total Cases 176

Number of Runss 94

Z .756

Asymp. Sig. (2-tailed) .450

Page 38: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

xiv

Gambar 4.2

Uji Heteroskadasitas Model Regresi

Tabel 4.7

Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .049 .009 5.402 .000

ACHANGE .000 .016 -.004 -.046 .963

FREEC -.052 .031 -.131 -1.689 .093

OSHIP -.026 .028 -.069 -.903 .368

ROA .008 .020 .032 .391 .696

BDOUT -.012 .023 -.040 -.514 .608

a. Dependent Variable: absUt

Sumber: data sekunder yang diolah, tahun 2011

Page 39: PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/35524/1/Jurnal_Listiana.pdf · PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI

xv

Tabel 4.8

Koefisien determinasi

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .708a .501 .487 .0554528 2.243

a. Predictors: (Constant), ACHANGE, FREEC, OSHIP, ROA, BDOUT

b. Dependent Variable: DACC

Sumber: Data sekunder yang diolah, tahun 2011

Tabel 4.9

Uji F Model Regresi

a. Predictors: (Constant), ACHANGE,FREEC,OSHIP,ROA,BDOUT

b. Dependent Variable: DACC

Sumber: data yang diolah, tahun 2011

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .525 5 .105 34.166 .000a

Residual .523 170 .003

Total 1.048 175

Tabel 4.10

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .004 .014 .264 .792

ACHANGE .020 .025 .046 .787 .432

FREEC -.613 .048 -.707 -12.758 .000

OSHIP -.035 .045 -.043 -.787 .433

ROA .073 .031 .138 2.335 .021

BDOUT .007 .035 .011 .195 .845

a. Dependent Variable:

DACC

Sumber: data yang diolah, tahun 2011