Pendekatan Kontekstual Matematika Dalam kompetensi komunikasi matematis
-
Upload
rahmat-rizaldi -
Category
Documents
-
view
71 -
download
1
description
Transcript of Pendekatan Kontekstual Matematika Dalam kompetensi komunikasi matematis
1
2.1 Kajian Teori Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual teaching and learning (CTL)
dikembangkan oleh seorang filsuf dari Amerika yaitu John Dewey. Dalam proses
pembelajaran John Dewey menekankan pada pengembangan kreativitas dan
pengalaman siswa dalam pemecahan masalah.
US Departement of Education Office of Vocational and Adult Education and
the Nation School to Work Office 2001 dalam Masnur (2009 : 41) mengemukakan
pembelajaran kontekstual (Contextual teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual, guru membimbing siswa untuk memperoleh
pengetahuan baru berdasarkan pengalaman di kehidupan sehari-hari dan pengetahuan
yang sudah dimiliki siswa, sehingga proses pembelajaran bernuansa student center.
Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa, diharapkan siswa mampu memahami
konsep akademik tidak hanya menghafal dan mengetahui saja, sehingga siswa dapat
mengembangkan dan menerapkan konsep akademik di kehidupan dalam memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi.
1. Konsep Pembelajaran Kontekstual
COR (Center of Occupational Research) di Amerika menjabarkan ada lima
konsep Contextual teaching and learning yaitu relating, experiencing, applying,
coorperating, transfering yang disingkat REACT.
a. Mengaitkan (relating) adalah pembelajaran yang menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah siswa miliki dari sekolah
2
maupun kehidupan sehari-hari. Siswa dibimbing untuk mengkonstruksi
pengetahuannya.
b. Mengalami (experiencing) adalah pembelajaran di mana siswa berfikir secara
ikuiri. Kemampuan inkuiri adalah kemampuan untuk menemukan konsep-
aturan matematika dengan melalui observasi, investigasi, dan eksplorasi
(Suherman, 2008 : 3).
c. Menerapkan (applying) adalah kegiatan siswa belajar dengan cara menerapkan
konsep ataupun pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan nyata
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
d. Kerjasama (cooperating) adalah kegiatan belajar siswa dengan cara berbagi
pengetahuan, pengalaman, bersama-sama memecahkan masalah sehingga
tercipta komunikasi yang saling merespon antar siswa. Kegiatan ini juga
melatih siswa beradaptasi dalam lingkungan sosial dan saling menghargai
pendapat oranglain.
e. Mentransfer (transfering) adalah pembelajaran yang diperoleh dari
pengetahuan dan pengalaman dalam konteks lain/baru. Sehingga diperoleh
pemahaman terhadap pengetahuan baru.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Masnur (2009 : 42) mengemukaan pembelajaran kontekstual mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Learning in real life setting. Pembelajaran diarahkan agar siswa memperoleh
keterampilan dalam konteks kehidupan nyata.
b. Meaningful learning. Siswa diberikan pembelajaran dan tugas-tugas yang
mempunyai makna di kehidupan nyata.
3
c. Learning by doing. Pembelajaran yang diperoleh dengan memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa.
d. Learning in a group. Pembelajaran melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan
saling mengoreksi antara teman.
e. Learning to know each other deeply. Pembelajaran memberikan kesempatan
agar tercipta rasa kebersamaan, saling mengerti dan peduli satu sama lain.
f. Learning to ask, inquiry, to work together. Siswa belajar secara aktif,
produktif dan bekerjasama.
g. Learing as an enjoy activity. Pembelajaran dilaksanakan dengan suasana yang
menyenangkan.
3. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual (Masnur, 2009 : 43)
yaitu:
a. Konstruktivisme (contructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofis pendekatan CTL.
Pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan memahami
pengetahuan baru dengan mengkonstruksi pengetahuan yang relevan dan
sudah dimiliki serta dari pengalaman bermakna. Sehingga siswa aktif, kreatif
dan produktif dalam proses pembelajaran.
b. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL. Siswa memperoleh
pengetahuan bukan dari hasil menghafal, tetapi menemukan sendiri
pengetahuannya dari proses pembelajaran yang berbasis suatu masalah.
Masnur (2009 : 45) mengemukakan proses menemukan antara lain observasi,
bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data, dan menyimpulkan.
4
c. Bertanya (questioning)
Pembelajaran yang menimbulkan rasa keingintahuan siswa, sehingga
siswa bertanya untuk memperoleh pengetahuan baru. Bertanya juga
merupakan strategi pembelajaran CTL, ketika guru bertanya kepada siswa
akan diperoleh informasi sejauh mana pemahaman siswa, sejauh mana
keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa serta mampu
membangkitkan respons siswa, memfokuskan siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan bagi diri
siswa dan menyegarkan pengetahuan siswa.
d. Masyarakat Belajar (learning community)
Menciptakan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa dan antara
siswa dan siswa. Hasil belajar diperoleh dari kegiatan diskusi atau bekerja
sama antar siswa, antar kelompok maupun dengan guru. Siswa yang belum
tahu akan memperoleh pengetahuan dari siswa yang lebih tahu, sehingga
terjadi proses memberi dan menerima pengetahuan atau secara bersama-sama
mencari pengetahuan baru dari kegiatam pembelajaran.
e. Pemodelan (modeling)
Pembelajaran dengan cara memberikan contoh secara langsung oleh
guru, orang ahli dibidangnya atau menggunakan alat peraga yang dapat
membantu siswa untuk memperoleh konsep dari pengetahuan baru. Siswa
akan lebih cepat memahami ketika diberikan contoh dibandingkan guru hanya
bercerita atau menjelaskan saja.
f. Refleksi (reflection)
Kegiatan siswa merenungkan kembali atas pengetahuan yang baru
dipelajari. Siswa dapat menelaah, lebih memahami, dan merespon semua
5
kegiatan yang dalam proses pembelajaran serta sebagai evaluasi diri dan
peningkatan diri.
g. Penilaian pembelajaran yang sebenarnya (authentic assessment)
Merupakan pengumpulan data yang dapat memberikan gambaran
tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Informasi tersebut
digunakan untuk evaluasi bagi guru, apakah proses pembelajaran sudah benar
atau tidak. Selain itu, “guru memberikan penilaian dari proses mengamati,
menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam
proses pembelajaran siswa berlangsung, tidak hanya dari hasil pembelajaran”
(Masnur, 2009 : 47).
4. Unsur yang Diperhatikan Dalam Pembelajaran Kontekstual
Pada dasarnya pembelajaran kontekstual menekankan pada berfikir tingkat
tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, analisis dan sintesis
informasi serta data berbagai sumber dan pandangan (Karyadi, 2011 : 25).
Enam unsur penting yang harus diperhatikan dalam pendekatan kontekstual
yang dideskripsikan oleh University of Washington, 2001 dalam Masnur (2009 : 49),
yaitu sebagai berikut :
a. Pembelajaran bermakna
Pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi siswa bahwa dia
berkepentingan dalam mempelajari isi materi pelajaran. Sehingga
pembelajaran dirasakan relevan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
maupun masa depan oleh siswa.
6
b. Penerapan Pengetahuan
Siswa mampu memahami materi yang dipelajari, sehingga siswa dapat
menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dalam kehidupan masa sekarang atau di
masa datang.
c. Berfikir Tingkat Tinggi
Siswa didorong untuk berfikir kritis, luas dan kreatif dalam
mengumpulkan data, memahami suatu isu, dan memecahkan suat masalah.
Sehingga pola fikir tingkat tinggi siswa terlatih dan berkembang.
d. Kurikulum yang Dikembangkan Berdasarkan Standar
Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan standar lokal, provinsi,
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan, teknolologi dan dunia kerja atau
industri.
e. Responsif Terhadap Budaya
Pendidik harus memahami dan menghormati nilai, keyakinan, dan
kebiasaan siswa, teman pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik.
Ragam individu dan budaya suatu kelompok serta hubungan antara budaya
tersebut akan mempengaruhi proses pembelajaran. Oleh karna itu, cara
mengajar guru harus disesuaikan dengan kondisi budaya di lingkungan
tersebut sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien.
f. Penilaian Autentik
Penggunaan berbagai strategi penilaian antara lain proyek dan kegiatan
siswa, penggunaan portofolio, rubriks, ceklis, panduan pengamatan dan
sebagainya. Sehingga diperoleh penilaian valid yang mencerminkan hasil
belajar siswa. Selain menggunakan strategi penilaian, siswa diberikan
kesempatan ikut aktif berperan dalam menilai pembelajaran mereka sendiri
7
dan penggunaan tiap-tiap penilaian untuk memperbaiki serta meningkatkan
keterampilan mereka.
5. Praktik Pembelajaran Kontekstual
John A. Zahorik (Constructivist Teaching, 1995 : 14 – 22) dalam Masnur
2009 : 52) mencatat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran
kontekstual. Lima elemen yang dimaksud sebagai berikut :
a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada sehingga dapat digunakan untuk
memperoleh pengetahuan baru (activating knowledge).
b. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru (acquiring knowlegde)
dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memerhatikan
detailnya (Masnur, 2009 : 52).
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara
menyusun konsep sementara (hipotesis), berdiskusi dengan orang lain agar
memperoleh tanggapan (validasi), konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
(revisi).
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman yang telah di peroleh dan
dipahami (applying knowledge).
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut (Masnur, 2009 : 52).
8
2.2 Kajian Teori Aljabar
Wardhana dalam Musfirah (2010 : 12) mengemukakan belajar aljabar adalah
belajar bahasa lambang dan operasi atau relasinya. Oleh karena itu siswa perlu
memahami dengan baik arti lambang aljabar sebelum belajar tentang operasi dan relasi
pada aljabar.
1. Variabel Ajabar
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui
nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan
dengan huruf kecil a, b, c, ..., z atau simbol-simbol seperti α, β, , lainnya. Variabel
atau lambang yang berbeda mewakili bilangan yang berbeda pula. Contoh
permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan variabel :
Tujuan : Siswa dapat menyimpulkan bahwa variabel adalah suatu bilangan.
Suat hari, ibu membeli 1 keranjang buah jeruk yang berisi 25 buah jeruk.
Karena berat, ibu membagi buah jeruk tersebut ke dalam dua kantong plastik. Jika
kantong plastik pertama berisi 13 buah jeruk, berapakah banyak buah jeruk di dalam
kantong plastik kedua ?
Kita misalkan banyak buah jeruk di kantong plastik kedua adalah x. Maka diperoleh :
Banyak buah jeruk dalam kantong plastik 1 + banyak buah jeruk dalam
kantong plastik 2 = banyak buah jeruk dalam 1 keranjang
13 + x = 25
?
9
(-13) + 13 + x = (-13) + 25 , kedua ruas di ambil 13 jeruk
x = 12
Maka diperoleh kesimpulan, x = banyak buah jeruk dalam kantong plastik 2 yaitu 12
buah jeruk.
Tujuan : Siswa dapat menyimpulkan bahwa variabel yang berbeda memiliki nilai
yang berbeda pula.
Putri ingin memberi koin cokelat kepada teman-temannya. Ia ingin memberi 6 koin
cokelat kepada 6 teman perempuan yang masing-masing dimasukkan ke dalam kotak
berwarna merah dan 7 koin cokelat kepada 2 teman laki-laki yang masing-masing
dimasukkan ke dalam kotak berwarna biru . Berapa banyak koin cokelat yang harus
putri beli ?
Misalkan :
m = banyak koin cokelat dalam 1 kotak merah yaitu 6
b = banyak koin cokelat dalam 1 kotak biru yaitu 7
c = banyak koin cokelat yang harus putri beli
diperoleh
Cokelat
yang Putri
beli
10
m + m + m + m + m + m + b + b = c
6 + 6 + 6 + 6 +6 + 7 + 7 = c
c = 50
Maka putri harus membeli 50 koin cokelat yang di masukkan ke dalam kotak-kotak
dengan warna dan jumlah berbeda.
2. Konstanta Aljabar
Konstanta adalah suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan tertentu
dan tidak memuat variabel. Contoh permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan
konstanta :
Tujuan : Siswa dapat menyimpulkan bahwa konstanta adalah suatu bilangan tertentu.
Putri membeli beberapa tangkai mawar yang dimasukkan dalam satu kantong plastik.
Saat perjalanan pulang Putri bertemu dengan Aldi, kemudian Aldi memberi dua
tangkai mawar ke tangan Putri. Berapa banyak tangkai mawar yang Putri bawa ?
Misalkan x = banyak tangkai mawar dalam kantong plastik, maka jumlah tangkai
mawar yang Putri bawa adalah :
Banyak tangkai mawar dalam plastik + 2 tangkai mawar yang di beri Aldi
x + 2
diperoleh, 2 adalah konstanta yaitu suat bilangan yang diketahui nilainya.
Plastik berisi
mawar
11
3. Koefisien Aljabar
Koefisien adalah faktor konstanta dari suatu variabel pada bentuk aljabar yang
menyatakan banyaknya variabel sejenis. Contoh permasalahan kontekstual yang
berkaitan dengan koefisien :
Tujuan : Siswa dapat menyimpulkan bahwa koefisien adalah faktor konstanta yang
menyatakan banyaknya variabel sejenis.
Agri membawa 3 kotak yang masing-masing berisi 4 bola basket.
Misalkan p = banyak bola basket di setiap kotak, maka agri membawa bola sebanyak :
p + p + p = 3p
diperoleh, 3 adalah koefisien yang menyatakan ada 3 variabel p.
12
DAFTAR PUSTAKA
De Walle, J.A.V. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Entwistle, H. (1970). Child-centered Education. USA: Barnes & Noble Inc.
Jannah, W. (2013). Bentuk dan Unsur-Unsur Aljabar. [Online]. Tersedia:
http://wardatuljannah46.wordpress.com/2013/01/14/bentuk-dan-unsur-unsur-
aljabar-2/. [8 Juli 2013].
Karyadi. (2011). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Geometri dengan
Menerapkan Pendekatan Contextual teaching and Learning pada Siswa MTs NU
Al Hikmah Semarang . Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Musfirah. (2010). Pendekatan Kontekstual Matematika Dalam Operasi Hitung Bentuk
Aljabar. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nurhadi, I. (2011). Pengenalan Variabel, Koefisien, Konstanta dan Suku. [Online].
Tersedia: http://istanamatematika.wordpress.com/2011/07/11/pengenalan-
variabel-koefisien-konstanta-dan-suku/. [8 Juli 2013].
Permatasari, P. (2011). Pendekatan Kontekstualdengan Teknik Scaffolding untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada
FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Suherman, E. dan Purniati, T. (2008). Evaluasi Pembelajaran Matematika (Handout
Perkuliahan). Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Theresia. (2010). Pengenalan Aljabar. [Online]. Tersedia: http://rumus-
soal.blogspot.com/2010/06/pengenalan-aljabar.html. [8 Juli 2013].
Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik.Yogyakarta: Graha Ilmu.