PEMBELAJARAN HIDROSFER DENGAN SUMBER BELAJAR...

14
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14 1 PEMBELAJARAN HIDROSFER DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SMA WIDYA MELASARI Mahasiswa Program Magister Pendidikan IPS, Program Pascasarjana, Universitas Lampung Abstract: Hydrosphere Study by using Environmental Learning Resource as the Increasing Effort of StudentsActivity and Geography Achievement SMA. This research aims to increase the activity and geography learning achievement of students class X3 SMAN 1 Ngambur at hydrosphere material by using environmental learning resource. It is a kind of Class Action Research which is done in three cycles of action. The data obtained are in the form of student’s learning process and achievement. While the instrument used are test, learning observation sheet, field notes, and documentation. The results showed that the using of environmental learning resource can increase student’s learning activity and student achievement. It is proved by seeing the increasing of those percentage in each cycles. In the first cycle the percentage of student’s activity is 55,18% and students achievement 52,50%. In the second cycle the percentage of student’s activity and achievement are increase. The percentage of student’s activity becomes 64,51% and the achievement 65,70%. In the third cycle the percentage of student’s activity reach 83.33% and the percentage of students achievement 77.5%. Based on the discussion of the research, the using of environmental learning resource can increase student’s activity and geography achievement class X 3 SMA N 1 Ngambur West Lampung Year 2011/2012. Keywords: activity and achievement, environmental learning resource, activity and achievement of students PENDAHULUAN Usaha perbaikan mutu pendidikan di Indonesia harus selalu dilakukan dengan mengadakan pembaharuan-pembaharuan, seperti pembaharuan di bidang kurikulum, metodologi, pengajaran, peralatan dan lainnya. Usaha pembaharuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia agar tidak selalu tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Mutu pendidikan pada umumnya diartikan sebagai gambaran tentang sejauh mana suatu lembaga pendidikan berhasil mengubah tingkah laku anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu Upaya perbaikan mutu perbaikan pendidikan tersebut adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan observasi awal dan diskusi dengan guru mata pelajaran geografi kelas X di SMA Negeri 1 Ngambur diketahui bahwa prestasi belajar geografi di kelas X tergolong rendah khususnya pada materi hidrosfer, maka dari itu penelitian ini difokuskan pada perbaikan pembelajaran hidrosfer di kelas X. Hal ini juga didukung oleh keberadaan sekolah tersebut yang langsung berhadapan dengan laut dan terdapat beberapa sungai. Prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa baru 45,72 % siswa kelas X.3 yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Adapun kriteria ketuntasan minimal masing- masing indikator untuk mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Ngambur adalah 70. Hal ini mencerminkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi tersebut masih tergolong

Transcript of PEMBELAJARAN HIDROSFER DENGAN SUMBER BELAJAR...

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

1

PEMBELAJARAN HIDROSFER DENGAN SUMBER BELAJAR

LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS

DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SMA

WIDYA MELASARI

Mahasiswa Program Magister Pendidikan IPS, Program Pascasarjana, Universitas Lampung

Abstract: Hydrosphere Study by using Environmental Learning Resource as the Increasing Effort of

Students’ Activity and Geography Achievement SMA. This research aims to increase the activity and

geography learning achievement of students class X3 SMAN 1 Ngambur at hydrosphere material by

using environmental learning resource. It is a kind of Class Action Research which is done in three

cycles of action. The data obtained are in the form of student’s learning process and achievement.

While the instrument used are test, learning observation sheet, field notes, and documentation. The

results showed that the using of environmental learning resource can increase student’s learning

activity and student achievement. It is proved by seeing the increasing of those percentage in each

cycles. In the first cycle the percentage of student’s activity is 55,18% and student’s achievement

52,50%. In the second cycle the percentage of student’s activity and achievement are increase. The

percentage of student’s activity becomes 64,51% and the achievement 65,70%. In the third cycle the

percentage of student’s activity reach 83.33% and the percentage of student’s achievement 77.5%.

Based on the discussion of the research, the using of environmental learning resource can

increase student’s activity and geography achievement class X3 SMA N 1 Ngambur West Lampung

Year 2011/2012. Keywords: activity and achievement, environmental learning resource, activity and achievement of

students

PENDAHULUAN

Usaha perbaikan mutu

pendidikan di Indonesia harus selalu

dilakukan dengan mengadakan

pembaharuan-pembaharuan, seperti

pembaharuan di bidang kurikulum,

metodologi, pengajaran, peralatan

dan lainnya. Usaha pembaharuan

tersebut diharapkan dapat

meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia agar tidak selalu tertinggal

dibandingkan dengan negara lain.

Mutu pendidikan pada umumnya

diartikan sebagai gambaran tentang

sejauh mana suatu lembaga

pendidikan berhasil mengubah

tingkah laku anak didik untuk

mencapai tujuan pendidikan. Salah

satu Upaya perbaikan mutu

perbaikan pendidikan tersebut

adalah dengan melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Berdasarkan observasi awal

dan diskusi dengan guru mata

pelajaran geografi kelas X di SMA

Negeri 1 Ngambur diketahui bahwa

prestasi belajar geografi di kelas X

tergolong rendah khususnya pada

materi hidrosfer, maka dari itu

penelitian ini difokuskan pada

perbaikan pembelajaran hidrosfer di

kelas X. Hal ini juga didukung oleh

keberadaan sekolah tersebut yang

langsung berhadapan dengan laut dan

terdapat beberapa sungai.

Prestasi belajar siswa

menunjukkan bahwa baru 45,72 %

siswa kelas X.3 yang sudah mencapai

ketuntasan belajar. Adapun kriteria

ketuntasan minimal masing- masing

indikator untuk mata pelajaran

geografi di SMA Negeri 1 Ngambur

adalah 70. Hal ini mencerminkan

bahwa pemahaman siswa terhadap

materi tersebut masih tergolong

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

2

rendah. Hal ini juga terbukti dengan

rendahnya aktivitas siswa pada saat

pelaksanaan KBM. Dari tabel diatas

tersebut dapat diketahui bahwa hanya

37,14% siswa yang aktif dalam

pembelajaran. Indikatornya yaitu

siswa enggan bertanya atau

mengemukakan pendapat yang terkait

dengan meteri pelajaran geografi,

serta ada kecenderungan siswa

lebih senang mengobrolkan hal-hal

di luar materi pelajaran, bermain

handphone di kelas, seringnya siswa

izin keluar kelas dengan alasan untuk

buang air kecil, dan bergurau dengan

siswa- siswa lainnya pada saat guru

menyampaikan materi.

Berdasarkan wawancara

dengan 4 siswa kelas X.3 yaitu Purna

Catra Septa Hadi, Nais, Gunanto,

Satni Rejuli didapat informasi

bahwa pelajaran geografi

merupakan salah satu pelajaran yang

sulit dan membosankan. Salah satu

hal yang dikemukakan adalah mereka

merasa kesusahan dalam menghafal

dan memahami “istilah-istilah asing”

yang ada dalam materi pelajaran

geografi. Disebut “istilah asing” oleh

mereka karena istilah tersebut jarang

atau bahkan baru mereka dengar,

contohnya istilah palung, abrasi,

mangrove, backswash, swash,surf,

breaking wave,dendritik dan lain

sebagainya. Indikatornya, siswa

kurang mampu menyelesaikan soal-

soal yang berkaitan dengan “istilah

asing” dalam pembelajaran geografi.

Belajar Geografi dirasakan tidak

menarik sama sekali, selain banyak

hapalan, siswa hanya bisa mendapat

pengetahuan berupa teori sehingga

siswa tidak bisa membayangkan dan

mengetahui wujud atau keadaan

materi yang disampaikan secara

nyata. Padahal apabila diterapkan di

sekitar mereka, maka mempelajari

geografi tidak akan menjadi pelajaran

yang membosankan bahkan akan

menjadi hal yang menarik.

Pembelajaran geografi cocok

menggunakan lingkungan sebagai

Sumber Belajar pembelajaran karena

terdapat hubungan di antara

keduanya. Geografi sebagai salah

satu pelajaran yang terkait dengan

konteks alam dan kehidupan

manusia. Oleh karena itu, pola

pembelajaran dengan pendekatan

praktik secara outdoor study sangat

diperlukan. Telah kita ketahui bahwa

metode pembelajarn outdoor study

merupakan pola belajar atau praktik

pada objek yang sesungguhnya (di

lapangan) yang dilakukan di luar

atau di sekitar kelas/sekolah.

Apabila siswa dapat mengaitkan

teori dengan apa yang mereka

lihat di lapangan, maka hal tersebut

akan memancing lebih banyak rasa

keinginan tahu mereka terhadap

materi geografi tersebut ( dalam hal

ini materi hidrosfer ).

Menurut Satori (2008:3),

bahwa pembelajaran adalah proses

membantu siswa belajar, yang

ditandai dengan perubahan perilaku

baik dalam aspek kognitif, afektif,

maupun psikomotorik. Sedangkan

menurut Hamalik (2008:57)

pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang

saling mempengaruhi mencapai

tujuan pembelajaran.

Ketika siswa menggunakan

sumber belajar berupa lingkungan,

mempelajarinya secara mandiri

sehingga mengkostruksi

pengetahuan dari lingkungan

tersebut, mereka telah melakukan

pembelajaran dengan pendekatan

konstruktivisme. Pembentukan

pengetahuan menurut konstruktivistik

memandang subyek aktif

menciptakan struktur-struktur

kognitif dalam interaksinya dengan

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

3

lingkungan. Dengan bantuan struktur

kognitifnya ini, subyek menyusun

pengertian realitasnya. Interaksi

kognitif akan terjadi sejauh realitas

tersebut disusun melalui struktur

kognitif yang diciptakan oleh

subyek itu sendiri. Struktur

kognitif senantiasa harus diubah

dan disesuaikan berdasarkan

tuntutan lingkungan dan organisme

yang sedang berubah. Proses

penyesuaian diri terjadi secara terus

menerus melalui proses rekonstruksi.

Menurut pakar-pakar geografi

pada Seminar dan Lokakarya

Peningkatan Kualitas Pengajaran

Geografi di Semarang tahun 1988,

“geografi adalah ilmu yang

mempelajari persamaan dan

perbedaan fenomena geosfer dengan

sudut pandang kelingkungan atau

kewilayahan dalam konteks

keruangan”

Sumber belajar adalah suatu

sistem, yang terdiri dari

sekumpulan bahan atau situasi yang

diciptakan dengan sengaja dan

dibuat agar memungkinkan siswa

belajar secara individual (Percival

and Ellington, 1984: 125). Sumber

belajar seperti inilah yang disebut

sebagai media pembelajaran atau

media instruksional. Untuk menjamin

bahwa sumber belajar tersebut adalah

sebagai sumber belajar yang cocok,

sumber belajar harus memenuhi

ketiga persyaratan seperti yang

diungkapkan oleh Percival dan

Ellington (1984: 125), persyaratan

tersebut adalah (1) harus dapat

tersedia dengan cepat, (2) harus

memungkinkan siswa untuk memacu

diri sendiri, (3) harus bersifat

individual, misalnya harus dapat

memenuhi berbagai kebutuhan para

siswa dalam belajar mandiri.

Fungsi sumber belajar menurut

AECT (1977) antara lain sebagai

berikut: 1) Meningkatkan

produktivitas pendidikan, yaitu

dengan jalan (a)

mempercepatlaju belajar dan

membantu guru untuk menggunakan

waktu secara lebih baik, (b)

mengurangi beban guru dalam

menyajikan informasi, sehingga dapat

lebih banyak membina dan

mengembangkan gairah belajar

murid; 2) Memberikan kemungkinan

pendidikan yang sifatnya lebih

individual dengan jalan (a)

mengurangi kontrol guru yang kaku

dan tradisional serta (b) memberikan

kesempatan kepada peserta didik

untuk belajar sesuai kemampuannya;

3) Memberikan dasar yang lebih

ilmiah terhadap pengajaran dengan

jalan (a) perencanaan program

pembelajaran yang lebih sistematis

dan (b) pengembangan bahan

pembelajaran yang dilandasi

penelitian; 4) Lebih memantapkan

pembelajaran dengan jalan (a)

meningkatkan kemampuan manusia

dalam penggunaan berbagai media

komunikasi dan (b) penyajian data

dan informasi secara lebih kongkrit;

5) Memungkinkan belajar secara

seketika, karena (a) mengurangi

jurang pemisah antara pelajaran yang

bersifat verbal dan abstrak dengan

realitas yang sifatnya konkrit, dan (b)

memberikan pengetahuan yang

bersifat langsung. Hal ini relevan

dengan penggunaan lingkungan

sebagai sumber belajar.

Pengembangan lingkungan sebagai

sumber belajar merupakan aplikasi

pendisainan lingkungan untuk

keperluan sumber belajar. Peserta

didik yang membaca lingkungan

secara sadar maupun tidak sadar

sebenarnya telah melakukan belajar;

6) Memungkinkan penyajian

pendidikan yang lebih luas, terutama

dengan adanya media massa, dengan

jalan (a) pemanfaatan secara bersama

lebih luas tenaga atau kejadian yang

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

4

langka dan (b) penyajian informasi

yang mampu menembus geografis.

Peranan sumber belajar dalam

pembelajaran individual. Menurut

Sumarno (2011) Pola komunikasi

dalam pembelajaran individual sangat

dipengaruhi oleh peranan sumber

belajar yang dimanfaatkan dalam

proses belajar. Titik berat

pembelajaran individual adalah pada

peserta didik, sedang guru

mempunyai peranan sebagai

penunjang atau fasilitator. Banyak

orang beranggapan bahwa untuk

menyediakan Sumber Belajardan

sumber belajar menuntut adanya

biaya yang tinggi dan sulit untuk

mendapatkannya, yang kadang-

kadang ujung-ujungnya akan

membebani orang tua siswa untuk

mengeluarkan dana pendidikan yang

lebih besar lagi. Padahal dengan

berbekal kreativitas, guru dapat

membuat dan menyediakan Sumber

Belajardan sumber belajar yang

sederhana dan murah. Misalkan,

bagaimana guru dan siswa dapat

memanfaatkan lingkungan sekitar

sekolah sebagai Sumber Belajardan

sumber belajar.

Pemanfaatan lingkungan

sebagai sumber belajar tidak perlu

harus pergi jauh dengan biaya yang

mahal, lingkungan yang berdekatan

dengan sekolah dan rumah pun dapat

dioptimalkan menjadi sumber belajar

yang sangat bernilai bagi kepentingan

belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-

sekolah di kita yang memiliki

halaman atau pekarangan yang cukup

luas, namun keberadaannya

seringkali ditelantarkan dan tidak

terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut

dioptimalkan tidak mustahil akan

menjadi sumber belajar yang sangat

berharga.

Lingkungan merupakan salah

satu sumber belajar yang amat

penting dan memiliki nilai-nilai yang

sangat berharga dalam rangka proses

pembelajaran siswa. Lingkungan

dapat memperkaya bahan dan

kegiatan belajar. Lingkungan yang

dapat dimanfaatkan sebagai sumber

belajar dalam pembelajaran geografi

terdiri dari : 1) lingkungan social; dan

2) lingkungan fisik (alam).

Lingkungan sosial dapat digunakan

untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial

dan kemanusiaan sedangkan

lingkungan alam dapat digunakan

untuk mempelajari tentang gejala-

gejala alam dan dapat menumbuhkan

kesadaran peserta didik akan cinta

alam dan partispasi dalam memlihara

dan melestarikan alam.

Pemanfaatan lingkungan dapat

ditempuh dengan cara melakukan

kegiatan dengan membawa peserta

didik ke lingkungan, seperti survey,

karyawisata, berkemah, praktek

lapangan dan sebagainya. Bahkan

belakangan ini berkembang kegiatan

pembelajaran dengan apa yang

disebut out-bond, yang pada dasarnya

merupakan proses pembelajaran

dengan menggunakan alam terbuka,

seperti halnya yang akan dilakukan

pada penelitian ini.

Kelebihan dan Kelemahan

Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Pembelajaran. 1) Kelebihan yang

diperoleh dari kegiatan

memepelajari lingkungan dalam

proses belajar mengajar antara lain: a)

Kegiatan belajar menjadi menarik dan

tidak membosankan, sehingga

motivasi siswa semakin tinggi; b)

Belajar lebih bermakna, sebab siswa

dihadapkan dengan situasi dan

keadaan yang sebenarnya dan bersifat

alami; c) Bahan – bahan yang dapat

dipelajari faktual, sehingga

kebenaranya lebih akurat; d) Sumber

belajar menjadi lebih kaya, sebab

lingkungan yang dapat dipelajari bisa

beranekaragam; e) Siswa dapat

memahami dan menghayati aspek

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

5

aspek kehidupan yang ada di

lingkungannya. 2) Kelemahan: a)

Kegiatan belajar yang tidak

dipersiapkan sebelumnya, akan

menyebabkan siswa ketika dibawa ke

lokasi tidak melakukan kegiatan

belajar yang diharapkan sehingga

terkesan main-main; b) Ada kesan

dari guru dan siswa bahwa kegiatan

mempelajari lingkungan memerlukan

waktu yang cukup lama, sahingga

menghabiskan waktu belajar di kelas;

c) Sempitnya pandangan guru bahwa

kegiatan belajar hanya terjadi di

dalam kelas.

Berikut Jenis – jenis

Lingkungan Belajar: 1) Lingkungan

Sosial. Berkenaan dengan interaksi

manusia dalam kehidupan

bermasyarakat, seperti organisasi

sosial organisasi kemasyarakatan,

organisasi keagamaan, adat dan

kebiasan dan lain lain. Lingkungan

sosial juga tepat untuk mempelajari

ilmu ilmu social; 2) Lingkungan

Alam. Lingkungan alam berkenaan

dengan sesuatu yang sifatnya

alamiah, seperti keadaan geografis,

iklim, suhu, udara, flora, fauna dan

lain lain; 3) Lingkungan Buatan.

Yaitu lingkungan yang sengaja

diciptakan atau dibangun manusia

untuk tujuan- tujuan bermanfaat bagi

kehidupan manusia, seperti

pengairan, pertamanan, kebun

binatang, perkebunan dan lain lain.

Setelah diamati, kondisi

lingkungan di SMA Negeri 1

Ngambur ini sangat cocok jika

diterapkan pembelajaran dengan

Sumber Belajar lingkungan. Lokasi

Sekolah ini menghadap laut, selain

itu terdapat pula beberapa sungai

yang ditumbuhi pepohonan serta

dihuni beberapa jenis hewan.

Lingkungan SMA Negeri 1

Ngambur sangat mencirikan daerah

Laut dan Pesisir, oleh sebab itu akan

sangat cocok apabila diterapkan

dalam pengkajian materi tentang

hidrosfer.

Pemanfaatan lingkungan

sebagai Sumber Belajar pembelajaran

diharapkan adanya peningkatan

minat siswa dalam mempelajari

pelajaran geografi. Dengan adanya

fasilitas yang cukup mendukung

dari daerah sekitar sekolah, bisa

memudahkan siswa dalam melakukan

praktek lapangan, meskipun

fasilitasnya tidak begitu lengkap.

Berdasarkan latar belakang

itulah penulis tertarik untuk membuat

penelitian yang berjudul,

pembelajaran hidrosfer dengan

sumber belajar lingkungan sebagai

upaya untuk meningkatkan aktivitas

dan prestasi belajar geografi siswa

kelas x3 sma negeri 1 ngambur

kabupaten lampung barat tahun

ajaran 2011-2012.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (class

action research). Penelitian tindakan

kelas (PTK) merupakan suatu

penelitian yang mengangkat masalah-

masalah aktual yang dihadapi oleh

guru di lapangan. Dengan

melaksanakan PTK, guru

mempunyai peran ganda yaitu

sebagai praktisi dan peneliti.

Penerapan PTK memiliki tujuan

untuk memperbaiki dan/atau

meningkatkan kualitas praktik

pembelajaran secara

berkesinambungan sehingga dapat

mengembangkan keterampilan guru,

meningkatkan relevansi,

meningkatkan efisiensi pengelolaan

instruksional serta menumbuhkan

budaya meneliti pada komunitas guru

(Direktorat Tenaga Kependidikan,

003:5).

Salah satu hal yang membeda-

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

6

kan PTK dengan penelitian formal

pada umumnya yaitu PTK

dilaksanakan dalam rangkaian

langkah dengan beberapa siklus di

mana dalam satu siklus terdiri dari

tahapan perencanaan (planning),

tindakan (action), pengamatan

(observation), dan refleksi

(reflection) dan selanjutnya diulang

kembali dalam beberapa siklus

(Kunandar, 2008:63).

Identifikasi perhatian tematik

kelompok terlibat dalam empat aspek

fundamental dari penelitian

tindakan. Ada yang dinamis

pelengkap yang menghubungkan empat aspek ini menjadi siklus, dan

akhirnya ke sebuah spiral siklus

seperti: 1) Untuk mengembangkan

rencana aksi informasi kritis untuk

memperbaiki apa yang sudah terjadi;

2) Untuk bertindak untuk

melaksanakan rencana; 3) Untuk

melihat dampak dari informasi aksi

kritis dalam konteks yang terjadi,

dan Untuk mencerminkan efek ini

sebagai dasar untuk perencanaan

lebih lanjut, aksi kritis informasi

selanjutnya dan seterusnya, melalui

urutan siklus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian

tindakan kelas di SMA Negeri 1

Ngambur Kabupaten Lampung Barat,

peneliti dibantu oleh satu orang mitra

guru. Mitra tersebut membantu

peneliti memberikan masukan dalam

rangka pengumpulan data selama

proses pembelajaran berlangsung,

baik dari segi kemajuan maupun

kekurangan yang terjadi dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan

Sumber Belajarlingkungan, serta

tanggapan siswa tentang

pembelajaran Geografi.

Hasil penelitian tindakan kelas

ini diperoleh dari hasil tes dan nontes,

yang terdiri dari tiga siklus yaitu

siklus I, siklus II dan siklus III. Setiap

siklus dalam penelitian ini

dilaksanakan dalam satu kali tatap

muka, pada akhir proses

pembelajaran dilakukan tes prestasi

belajar. Setiap siklus merupakan

tahapan yang berkesinambungan.

Setiap siklus dalam penelitian

ini terdiri dari; perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan,

refleksi/rekomendasi. Refleksi

dilakukan untuk memperbaiki

pelaksanaan tindakan pada siklus

berikutnya.

Aktivitas siswa di dalam

penelitian ini meliputi keaktifan

siswa dalam mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan,

mengemukakan pendapat, menulis

dan mencatat, keaktifan dalam

berdiskusi dan lain-lain sebagaimana

tercantum dalam lembar observasi

aktivitas siswa. Aspek yang dinilai

dalam prestasi siswa, yaitu ketepatan

siswa dalam menjawab pertanyaan.

Pembahasan Siklus 1

Perencanaan dan Pelaksanaan

Pembelajaran pada siklus 1 dengan

sumber belajar

lingkungan belum menunjukan hasil

yang baik. Pada siklus ini terdapat

beberapa catatan sebagai berikut:

1. Penggunaan sumber belajar

Lingkungan dalam Pembelajaran

belum memenuhi kondisi yang

diharapkan. Sumber belajar

lingkungan yang digunakan

berukuran kecil dengan jumlah

yang sangat sedikit, sehingga

para siswa kurang fokus dalam

mengaitkan sumber belajar

dengan materi yang

disampaikan oleh guru. Siswa

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

7

cenderung berbicara yang lain

dengan temanya tentang sumber

belajar yang dilihat namun

diluar kajian materi. Sumber

belajar hanya menarik perhatian

siswa pada saat awal ditujukan ke

siswa, selebihnya siswa tidak

fokus dengan penjelasan materi

oleh guru yang mengaitkan

materi dengan media unsur

lingkungan tersebut, dalam hal

ini guru menunjukan terumbu

karang dan beberapa gelas air.

Selain itu media tersebut

dirasakan kurang jelas dilihat

karena ukurannya yang kecil dan

jumlahnya terbatas sehingga

tidak dapat secara langsung di

amati oleh siswa.

2. Pada proses pembelajaran masih

terdapat kekurangan yaitu guru

belum dapat menguasai kelas

sehingga para siswa ribut bahkan

ada yang mengantuk.

3. Aktivitas guru terlihat masih

kurang baik dalam mengelola

waktu, guru kurang dalam

memotivasi dan mengarahkan

siwa belajar dalam kelompok dan

guru masih kurang tegas.

4. Siswa yang aktif sebanyak 16

siswa (55,18%) dari 30 siswa

yang hadir. Sebagian besar siswa

tertarik terhadap teknik

pembelajaran yang menggunakan

sumber belajar lingkungan oleh

guru sedangkan sisanya kurang

tertarik. Ketertarikan siswa

disebabkan guru menggunakan

sumber belajar yang

sebelumnya belum pernah

digunakan oleh guru. Sedangkan

dari segi keaktifan bertanya

menunjukkan siswa belum

seluruhnya aktif bertanya hanya

beberapa siswa saja yang aktif

bertanya dan berkomentar

sedangkan sebagian besar masih

pasif untuk bertanya maupun

berkomentar. Siswa yang aktif

bertanya dan menjawab

pertanyaan guru sebanyak 4

siswa. Mereka lebih aktif

bertanya dibandingkan dengan

teman-temannya yang cenderung

pasif tidak mau bertanya. Pada

saat pembelajaran sebagian

besar dari jumlah keseluruhan

siswa bersemangat mengikuti

pembelajaran. Mereka

bersemangat mengikuti

pembelajaran karena metode

yang digunakan guru tidak

membosankan dan sumber

belajar yang cukup menarik.

Hanya sebagian kecil yang

tidak bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran.

Beberapa siswa sudah aktif dan

sungguh-sungguh dalam

mengikuti pembelajaran dan

mencatat hal-hal yang penting

sedangkan sebagian besar siswa

masih pasif bahkan melakukan

kegiatan di luar kegiatan

pembelajaran, seperti mengobrol,

mengantuk, melamun, dan

kegiatan lain. Siswa yang pasif

ini dimungkinkan karena siswa

merasa metode dan sumber

belajar dirasakan kurang menarik,

jumlah sumber belajar terbatas

dan berukuran kecil. Hal tersebut

menyebabkan pengaitan materi

dengan media terbatas sehingga

kurang memancing daya pikir

dan rasa ingin tahu siswa.

Keadaan ini tentunya harus

dicarikan solusi pemecahannnya

agar siswa secara merata aktif.

Masalah ini merupakan suatu

tugas bagi peneliti untuk

memperbaikinya pada siklus

selanjutnya.

5. Pada siklus 1 prestasi belajar

siswa belum menunjukan hasil

yang baik. Soal yang diberikan

kepada siswa sebagai tes akhir

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

8

siklus I ini terdiri dari 10 soal

pilihan ganda. Setelah data

dianalisis, rata-rata nilai siswa

adalah 59,62. Persentase siswa

tuntas pada siklus ini sebesar

52,50%. Nilai tertinggi yang

diperoleh adalah 100 dan nilai

terendah adalah 25. Siswa yang

mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) sebesar ≥70

adalah sebanyak 16 siswa. Hal

tersebut dikarenakan rendahnya

aktivitas siswa sehingga

menyebabkan mereka tidak

maksimal dalam menyerap

pelajaran.

Dari uraian di atas, keadaan ini

tentunya harus dicarikan solusi

pemecahannnya agar siswa secara

merata aktif. Masalah ini merupakan

suatu tugas bagi peneliti untuk

memperbaikinya pada siklus

selanjutnya.

Siklus 2 Dalam siklus kedua ini

ternyata Pembelajaran dengan

menggunakan sumber belajar

Lingkungan menunjukan beberapa

perbaikan yaitu antara lain:

1. Pengguanaan sumber belajar

Lingkungan dirasakan cukup

membuat siswa tertarik dean

antusias dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Penggunaan sumber belajar

Lingkungan pada siklus kedua

ini dirasakan oleh siswa dan

guru sebagai alternatif

pembelajaran yang menarik

karena: 1) menghilangkan rasa

jenuh dan ngantuk; 2)

menimbulkan rasa ingin tahu

siswa terhadap fenomena yang

dilihat. Meskipun penggunaan

media lingkungan pada siklus 2

dirasakan sudah dapat menarik

perhatian dan meningkatkan

aktivitas siswa namun hal

tersebut belum berjalan dengan

baik. Hal ini dikarenakan terdapat

beberapa siswa yang pasif dan

cenderung tidak fokus terhadap

penjelasan guru. Hal ini terbukti

dengan adanya kegiatan siswa

diluar kegiatan pembelajaran,

seperti mengobrol dengan

teman, memusatkan perhatian

dengan pemandangan lain dan

mendiskusikannya dengan teman,

kurang menghiraukan perkataan

guru karena suara guru terdengar

tidak jelas / suara tidak keras.

Selain itu penjelasan guru juga

terkadang dirasakan tidak jelas

karena guru menunjuk suatu

benda dari jarak jauh, misalnya

ketika menjelaskan bagian –

bagian ombak. Siswa melihat

ombak tetapi kurang mengerti

bagian-bagian mana yang

dijelaskan oleh guru. Pada siklus

kedua ini kejelasan suara

nampaknya menjadi masalah

utama. Karena berada diluar

ruangan maka terdapat suara –

suara lain yang terdengar, seperti

suara ombak, angin dan

lainnya sehingga menyebabkan

kurang fokusnya perhatian siswa

kepada suara guru. Hal ini

mengakibatkan siswa kurang

menangkap penjelasan materi dan

perintah dari guru secara jelas.

2. Pada proses pembelajaran, guru

masih kurang baik dalam

mengalokasikan waktu. Guru

lebih banyak menjelaskan materi

sehingga pengalokasian waktu

diskusi kelompok siswa kurang.

Dalam hal ini kemungkinan guru

terlalu fokus dengan materi

sehingga kurang memberikan

waktu kepada siswa.

3. Pada Siklus 2 terdapat 16 siswa

(64,51%) yang aktif dari 31 siswa

yang hadir. Ini terjadi

peningkatan siswa yang aktif

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

9

dari siklus I ke siklus II sebesar

16,13%. Persentase siswa aktif

dalam kegiatan pembelajaran

pada siklus II secara keseluruhan

adalah 72,57%. Hal ini

dikarenakan penggunaan sumber

belajar lingkungan yang lebih

menarik dimana sumber belajar

lingkungan siklus 1 hanya berupa

komponen abiotik sedangkan

pada siklus 2 sumber belajar

lingkungan nyata yang dapat

menyebabkan siswa lebih

antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran.

4. Prestasi belajar siswa yang tuntas

mencapai 21 siswa dari 31 siswa

yang mengikuti tes dan rata-rata

prestasi belajar siswa adalah

62,63%. Siswa yang memenuhi

criteria ketuntasan minimum

(KKM) sebesar ≤70 adalah

sebanyak 16 siswa. Dengan nilai

tertinggi 90 dan nilai terendah 40.

Besar persentase siswa tuntas

pada siklus ini adalah 65,79%.

Hal ini dikarenakan penggunaan

media lingkungan yang langsung

mereka lihat sehingga dalam

pemahaman atau ingatan, siswa

lebih mudah merespon karena

mengaitkan materi dengan

fenomena kehidupan.

AntaraSiklus 1 dan 2

Pada kegiatan

Pembelajaran Siklus II

terlihat beberapa

perbaikan yaitu:

1. Adanya peningkatan nilai

Instrument Penilaian Kinerja

Guru (IPKG) yaitu dari 32

menjadi 44 dengan nilai

maksimum 68. Kinerja guru

sudah cukup baik ini dikarenakan

guru terus melakukan perbaikan

pada setiap pertemuan (siklus)

dalam proses pembelajaran.

2. Adanya peningkatan aktivitas

belajar siswa menjadi 72,57%

dan prestasi belajar siswa

65,79%. Pada siklus II ini,

aktivitas siswa sudah aktif karna

sudah mencapai 70%, sedangkan

prestasi belajar belum mencapai

ketuntasan karna belum

mencapai 70%. Pengguanaan

sumber belajar Lingkungan

dirasakan cukup membuat

siswa tertarik dan antusias dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran

sehingga terjadi peningkatan

aktivitas dan prestasi belajar

siswa. Penggunaan sumber

belajar Lingkungan pada siklus

kedua ini dirasakan oleh siswa

dan guru sebagai alternatif

pembelajaran yang menarik

karena: menghilangkan rasa

jenuh dan ngantuk, menimbulkan

rasa ingin tahu siswa terhadap

fenomena yang dilihat.

Meskipun penggunaan sumber

belajar lingkungan pada siklus 2

dirasakan sudah dapat menarik

perhatian dan meningkatkan aktivitas

siswa namun hal tersebut belum

berjalan dengan baik. Hal ini

dikarenakan terdapat beberapa siswa

yang pasif dan cenderung tidak

fokus terhadap penjelasan guru.

Terbukti dengan adanya kegiatan

siswa diluar kegiatan pembelajaran,

seperti mengobrol dengan teman,

memusatkan perhatian dengan

pemandangan lain dan

mendiskusikannya dengan teman,

kurang menghiraukan perkataan guru

karena suara guru terdengar tidak

jelas / suara tidak keras.

Selain itu penjelasan guru juga

terkadang dirasakan tidak jelas

karena guru menunjuk suatu benda

dari jarak jauh, misalnya ketika

menjelaskan bagian – bagian

ombak. Siswa melihat ombak tetapi

kurang mengerti bagian-bagian mana

yang dijelaskan oleh guru. Pada

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

10

siklus kedua ini kejelasan suara

nampaknya menjadi masalah utama.

Karena berada diluar ruangan maka

terdapat suara – suara lain yang

terdengar, seperti suara ombak,

angin dan lainnya sehingga

menyebabkan kurang fokusnya

perhatian siswa kepada suara guru.

Hal ini mengakibatkan siswa kurang

menangkap penjelasan materi dan

perintah dari guru secara jelas. Oleh

karena itu diperlukan perbaikan

strategi pengajaran agar penggunaan

sumber belajar lingkungan dalam

kegiatan pembelajaran berjalan

dengan lebih baik lagi. Perbaikan

tersebut berupa penambahan media

lain seperti alat pengeras suara dan

papan tulis kecil serta penambahan

metode observasi yang akan

diterapkan pada siklus 3.

Siklus 3 Pada siklus III, kinerja guru

sudah baik ini dikarenakan guru terus

melakukan perbaikan pada setiap

psertemuan baik dari siklus I dan

siklus II dalam proses pembelajaran.

Ini dapat dilihat dengan peningkatan

penilaian kinerja guru sebesar 52

dengan nilai maksimum sebesar

68. Dilihat dari peilaian kinerja guru,

penilaian masih belum mencapai nilai

maksimum, akan tetapi guru sudah

cukup baik dalam proses

pembelajaran, baik dalam

mengelola kelas dan mengelola

waktu.

Guru sudah baik dalam

memilih dan memadupadankan media

dan sumber belajar belajar serta

memilih metode pembelajaran

sehingga terjadi peningkatan aktivitas

dan prestasi siswa. Pada siklus ini

terdapat peningkatan siswa yang aktif

yaitu sebanyak 5 siswa (2,08%) dan

siswa yang memenuhi criteria

ketuntasan minimum (KKM) sebesar

≤70 adalah sebanyak 23 siswa.

Antara siklus 2 dan 3

Pada akhir siklus III diperoleh

keterangan bahwa aktivitas dan

prestasi belajar siswa sudah

memenuhi indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan, yaitu

banyaknya siswa yang aktif dan

tuntas (dengan ≥ 70) mencapai 75%

atau lebih. Pada siklus III banyaknya

siswa yang aktif yaitu 80,95% dan

banyaknya siswa yang tuntas (dengan

nilai ≥ 70) yaitu 77,5% maka

tindakan diberhentikan.

Antara siklus 1, 2 dan 3 Peningkatan tindakan dengan

media lingkungan dapat kita lihat

perubahan yang signifikan baik dari

kinerja guru, yang berpengaruh pada

peningkatan aktivitas belajar siswa

maupun prestasi belajar siswa. Pada

siklus pertama Persentase aktivitas

belajar siswa sebesar 55,18 % dan

prestasi belajar siswa sebesar

52,50% pada siklus 1 masih belum

tercapai. Pada siklus II guru sudah

memperbaiki kinerja dalam proses

pembelajaran. Penilaian kinerja guru

pada siklus ini mengalami

peningkatan dan perbaikan

disbanding siklus I, pada siklus II ini

adalah 39.

Hal ini juga berpengaruh pada

peninkatan aktivitas belajar siswa dan

prestasi belajar siswa, 72,57% dan

prestasi belajar siswa 65,79%. Pada

siklus II ini, aktivitas siswa sudah

aktif karna sudah mencapai 70%,

sedangkan prestasi belajar belum

mencapai ketuntasan karna belum

mencapai 70%.

Pada siklus III ini kinerja guru

sudah baik walau belum mencapai

nilai maksimal. Kinerja guru pada

siklus III adalah 52. Dengan kinerja

guru yang sudah baik ini berpengaruh

pada peningakatan aktivitas dan

prestasi belajar siswa, Aktivitas

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

11

belajar siswa 80,95% sedangkan

prestasi belajar siswa 77,50%. Pada

siklus III ini baik aktivitas belajar

maupun prestasi belajar siswa sudah

mencapai ketuntasan yaitu 70%.

Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, aktivitas siswa selama

proses pembelajaran dengan

menggunakan sumber belajar

lingkungan dapat diketahui dari tabel

dan grafik berikut :

Tabel 1 Persentase Siswa Aktif

selama proses pembelajaran

Siklus I Siklus II Siklus III

Banyak

siswa aktif

16 20 25

Persentase

siswa aktif

55,18% 64,51% 83,33%

Berdasarkan Tabel 1 dapat

diketahui bahwa persentase siswa

aktif setiap siklusnya mengalami

peningkatan. Adanya peningkatan

aktivitas siswa dikarenakan

penggunaan sumber belajar

lingkungan pada saat pembelajaran

dirasakan menarik. Perhatian siswa

sedikit demi sedikit lebih fokus pada

penhelasan guru, selain itu dengan

penggunaan sumber belajar lingkungan yang digunakan pada

proses pembelajaran juga ternyata

merangsang daya pikir siswa,

sehingga pada proses pembelajaran

banyak yang bertanya karena rasa

ingin tahunya, pemberian poin

peningkatan individu mendorong

mereka untuk aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Aktivitas yang diamati adalah

Memperhatikan penjelasan guru,

diskusi antara siswa dengan guru,

diskusi antara siswa dalam kelompok,

membaca buku dan mengerjakan

latihan, menanggapi atau bertanya

pada saat presentasi.

Pada siklus I kurangnya

aktivitas yang dilakukan siswa ini

terjadi dikarenakan sumber belajar

lingkungan yang digunakan oleh guru

masih belum baik. sumber belajar

lingkungan yang digunakan pada

siklus pertama ini adalah media

lingkungan berupa komponen abiotik

yang terdapat di alam, yaitu tiga gelas

air yang masing – masing terdiri dari

air laut, air tanah, dan air sungai.

Selain itu guru juga menggunakan

media terumbu karang yang sudah

mati.

Awalnya penggunaan sumber belajar lingkungan pada

siklus pertama ini dirasakan baik

oleh guru, pada awal pembelajaran

perhatian siswa fokus pada media –

media tersebut. Namun ternyata

banyak siswa yang berdiskusi dengan

temannya untuk membicarakan hal

hal lain yang berkaitan dengan

sumber belajar ingkungan yang

mereka lihat dalam kelas. Perhatian

siswa kurang fokus dengan

penjelasan guru. Selain terdapat siswa

yang memperhatikan guru ternyata

masih banyak juga siswa yang

mengobrol, melamun, mengantuk dan

lain lain. Hal ini banyak terjadi pada

siswa yang duduk di barisan

belakang. sumber belajar lingkungan

yang digunakan kurang dapat

menjangkau penglihatan siswa karena

ukurannya kecil dan jumlahnya yang

sedikit.

Pada Siklus II dalam kegiatan

pembelajaran siswa sudah lebih

membaik. Hal ini terbukti dengan

tidak adanya siswa yang mengantuk

pada proses pembelajaran bahkan

terdapat peningkatan jumlah siswa

yang aktif. Pembelajaran dengan

sumber belajar lingkungan pada

siklus kedua ini dimana kegiatannya

dilakukan diluar kelas dirasakan lebih menarik perhatian siswa dari

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

12

pada siklus pertama yang hanya

menggunakan beberapa sumber

belajar komponen abiotik lingkungan

yang dilakukan di dalam kelas.

Namun seperti yang telah dijelaskan

bahwa penggunaan sumber belajar

lingkungan pada siklus kedua ini

masih belum maksimal karena masih

terdapat siswa yang kurang fokus

terhadap penjelasan guru seperti

melakukan kegiatan mengobrol

dengan teman, asik memperhatikan

hal hal yang dilihat di lapangan

sehingga terkesan bengong dan lain

lain. Hal ini dikarenakan adanya

hambatan suara yang menyebabkan

siswa kurang mendengar suara guru.

Pada siklus III, siswa tampak

sangat antusias mengikuti kegiatan

pembelajaran. Guru telah

menanggulangi masalah hambatan

suara seperti yang terjadi pada

siklus kedua dengan menggunakan

alat pengeras suara. Pembelajaran

dengan menggunakan sumber belajar

lingkungan pada siklus ketiga ini

dirasakan sangat baik karena

perhatian siswa fokus pada

penjelasan guru. Banyak terdapat

siswa yang aktif bertanya dan

menjawab pertanyaan, baik dari guru

maupun teman mereka.

Prestasi Siswa

Tabel 2. Nilai Rata-rata Kelas dan Persentase Siswa Tuntas

Ketuntasan belajar siswa

secara klasikal mengalami

peningkatan dari 52,50% pada siklus

I menjadi 65,79% pada siklus II. Ini

berarti mengalami peningkatan

sebesar 13,29%. Pada siklus III

meningkat sebesar 11,71% yaitu dari

65,79% menjadi 77,5%. Nilai rata-

rata yang diperoleh siswa di akhir

siklus I sebesar 59,62 dan pada

siklus II sebesar 62,63 dan pada akhir

siklus III sebesar 75.

Dari gambar diatas dapat

diketahui bahwa terjadi pengurangan

jumlah siswa yang tidak aktif

mengikuti kegiatan belajar dengan

sumber belajar lingkungan. Begitu

pula dengan pengurangan jumlah

siswa yang tidak tuntas mengikuti

pembelajaran.

Berdasarkan data tabel jumlah

keaktifan dan prestasi siswa yang

dapat dilihat pada halaman lampiran,

dapat diketahui bahwa siswa siswi

yang mengalami ketidakaktifan dan

ketidak tuntasan mayoritas berbeda

beda, dalam arti bukan hanya siswa

tersebut saja. Ada siswa yang pada

siklus1 tidak aktif namun pada siklus

dua mengalami keaktifan atau pada

siklus satu aktif namun siklus dua

tidak aktif begitu seterusnya.

Sebagai contoh siswa yang dari

siklus satu dan siklus dua tergolong

siswa yang tidak tergolong aktif

antara lain: Anggi Febriantika, Eni

lestari, Eka Aprilia dan Eli Gustina.

Ternyata setelah diteliti keempat

siswa ini adalah teman akrab yang

juga duduk berdekatan satu sama

lain. Mereka cenderung untuk tidak

menyatu dengan yang lain atau

dengan kata lain, keempat siswa ini

asyik sendiri dengan kegiatan

mereka. Keempat siswa ini sering

berdiskusi satu sama lain dan kurang

Siklus I Siklus II Siklus III

Nilai rata-rata kelas 59,62 62,63 75,21

Banyaknya siswa tuntas 19 21 26

Persentase siswa tuntas 52,50% 65,79% 77,5%

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

13

memperhatikan penjelasan guru.

Selain terdapat siswa yang

tidak aktif dari siklus 1 dan 2,

terdapat pula siswa yang tidak aktif

dari siklus 1, 2 dan 3, yaitu siswa

yang bernama Jamiyudi. Siswa

tersebut sering kali tampak lemas

dan tidak sesemangat teman teman

yag lain. Dari hasil wawancara

dengan dirinya, ternyata Jamiyudi

selalu mengikuti latihan bela diri

pada malam sebelum pelajaran

geografi, sehingga keesokan harinya

dia merasa lelah dan tak bersemangat

dalam mengikuti pelajaran. Ini

berdampak pula dengan prestasi

belajarnya yang tidak tuntas pada

siklus 1, 2 dan3. Selain Jamiyudi,

siswa siswa yang tidak tuntas pada

siklus 1,2 dn 3 bervariasi. Berdsarkan

wawancara mereka tidak tuntas

karena malas mengulang atau belajar

di rumah.

SIMPULAN

Sumber belajar lingkungan

dalam pembelajaran hidrosfer efektif

meningktkan aktivitas dan prestasi

belajar geografi sma.

DAFTAR PUSTAKA

.2012. MODEL PTK (online)

. www.ditplb.or.id/files.

Diakses Tanggal 20 April 2012

Association for Educational

Communication Technology

(AECT)1986. Definisi

Teknologi Pendidikan

(Penerjemah Yusufhadi

Miarso). C.V. Rajawali (Buku

Asli diterbitkan tahun 1977).

Jakarta

Ahmadi, Abu dan Widodo

Supriyono. 2004. Psikologi

Belajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Direktorat Tenaga Kependidikan.

2003. Kurikulum Berbasis

Kompetensi Dalam Menunjang

Kecakapan Hidup Siswa.

Dirjen Dikdasmen, Depdiknas.

Jakarta.

Direktorat Tenaga Kependidikan.

2003. Penelitian Tindakan

Kelas. Dirjen Dikdasmen,

Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, , Syaiful Bahri, dan Azwan

Zain, 2006, Strategi Belajar

Mengajar, Rineka Cipta,

Jakarta.

Hamalik. Oemar, 2008. Proses

Belajar Mengajar. Bumi

Aksara. Jakarta.

Kunandar. 2008. Langkah

Mudah Penelitian

Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lindiani.2008.Pengembangan Sumber

Belajar.http://www.sumsel.ke

menag. Go.id/file/ dokumen/

lindiani-pengembangan-

sumber-belajar. Di download

27 Juli 2011

Miarso,Yusufhadi.2007.Menyemai

Benih Teknologi Pendidikan.

Prenada Media Group. Jakarta.

Percival, Fred and Henry

Ellington.1984.A Handbook of

Educational

Technology.Erlangga.Jakarta.

Pargito. Materi IPS dan Struktur

Disiplin Ilmu-Ilmu

Sosial.2010.Universitas

Lampung.

Pargito. Penelitian Tindakan Bagi

Guru dan Dosen. 2011. AURA.

Lampung

Pranata.2008.PendekatanKonstruktivis

me.http://puslit.petra.ac.id/jour

nals/interior/ di akses 1

November 2011 Prawiradilaga,

Dewi Salma. 2008. Prinsip

Desain Pembelajaran.

Kencana.Jakarta.

Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14

14

Satori, Djam’an. 2008. Profesi

Keguruan. Universitas

Terbuka. Jakarta.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi

Pendidikan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Sudjana. 1982. Cara Belajar Siswa

Aktif. Sinar Baru. Bandung.

Sumaatmadja, Nursid. 2001.

Metodologi Pengajaran

Geografi. Bumi Aksara.

Jakarta.

Wardiyatmoko. 2006. Geografi untuk

SMA Kelas X, Jakarta :

Erlangga Winataputra,Udin S.

2005. Strategi Belajar

Mengajar: Edisi Kesatu.

Universitas Terbuka. Jakarta.

Yoga Aribowo.(2007). Geografi Kelas

X, Ganeca Exact. Jakarta

Yusman Hestiyanto. 2007. geografi

SMA kelas X. Yudhistira.

Jakarta