PEMBELAJARAN HIDROSFER DENGAN SUMBER BELAJAR...
Transcript of PEMBELAJARAN HIDROSFER DENGAN SUMBER BELAJAR...
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
1
PEMBELAJARAN HIDROSFER DENGAN SUMBER BELAJAR
LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS
DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SMA
WIDYA MELASARI
Mahasiswa Program Magister Pendidikan IPS, Program Pascasarjana, Universitas Lampung
Abstract: Hydrosphere Study by using Environmental Learning Resource as the Increasing Effort of
Students’ Activity and Geography Achievement SMA. This research aims to increase the activity and
geography learning achievement of students class X3 SMAN 1 Ngambur at hydrosphere material by
using environmental learning resource. It is a kind of Class Action Research which is done in three
cycles of action. The data obtained are in the form of student’s learning process and achievement.
While the instrument used are test, learning observation sheet, field notes, and documentation. The
results showed that the using of environmental learning resource can increase student’s learning
activity and student achievement. It is proved by seeing the increasing of those percentage in each
cycles. In the first cycle the percentage of student’s activity is 55,18% and student’s achievement
52,50%. In the second cycle the percentage of student’s activity and achievement are increase. The
percentage of student’s activity becomes 64,51% and the achievement 65,70%. In the third cycle the
percentage of student’s activity reach 83.33% and the percentage of student’s achievement 77.5%.
Based on the discussion of the research, the using of environmental learning resource can
increase student’s activity and geography achievement class X3 SMA N 1 Ngambur West Lampung
Year 2011/2012. Keywords: activity and achievement, environmental learning resource, activity and achievement of
students
PENDAHULUAN
Usaha perbaikan mutu
pendidikan di Indonesia harus selalu
dilakukan dengan mengadakan
pembaharuan-pembaharuan, seperti
pembaharuan di bidang kurikulum,
metodologi, pengajaran, peralatan
dan lainnya. Usaha pembaharuan
tersebut diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia agar tidak selalu tertinggal
dibandingkan dengan negara lain.
Mutu pendidikan pada umumnya
diartikan sebagai gambaran tentang
sejauh mana suatu lembaga
pendidikan berhasil mengubah
tingkah laku anak didik untuk
mencapai tujuan pendidikan. Salah
satu Upaya perbaikan mutu
perbaikan pendidikan tersebut
adalah dengan melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Berdasarkan observasi awal
dan diskusi dengan guru mata
pelajaran geografi kelas X di SMA
Negeri 1 Ngambur diketahui bahwa
prestasi belajar geografi di kelas X
tergolong rendah khususnya pada
materi hidrosfer, maka dari itu
penelitian ini difokuskan pada
perbaikan pembelajaran hidrosfer di
kelas X. Hal ini juga didukung oleh
keberadaan sekolah tersebut yang
langsung berhadapan dengan laut dan
terdapat beberapa sungai.
Prestasi belajar siswa
menunjukkan bahwa baru 45,72 %
siswa kelas X.3 yang sudah mencapai
ketuntasan belajar. Adapun kriteria
ketuntasan minimal masing- masing
indikator untuk mata pelajaran
geografi di SMA Negeri 1 Ngambur
adalah 70. Hal ini mencerminkan
bahwa pemahaman siswa terhadap
materi tersebut masih tergolong
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
2
rendah. Hal ini juga terbukti dengan
rendahnya aktivitas siswa pada saat
pelaksanaan KBM. Dari tabel diatas
tersebut dapat diketahui bahwa hanya
37,14% siswa yang aktif dalam
pembelajaran. Indikatornya yaitu
siswa enggan bertanya atau
mengemukakan pendapat yang terkait
dengan meteri pelajaran geografi,
serta ada kecenderungan siswa
lebih senang mengobrolkan hal-hal
di luar materi pelajaran, bermain
handphone di kelas, seringnya siswa
izin keluar kelas dengan alasan untuk
buang air kecil, dan bergurau dengan
siswa- siswa lainnya pada saat guru
menyampaikan materi.
Berdasarkan wawancara
dengan 4 siswa kelas X.3 yaitu Purna
Catra Septa Hadi, Nais, Gunanto,
Satni Rejuli didapat informasi
bahwa pelajaran geografi
merupakan salah satu pelajaran yang
sulit dan membosankan. Salah satu
hal yang dikemukakan adalah mereka
merasa kesusahan dalam menghafal
dan memahami “istilah-istilah asing”
yang ada dalam materi pelajaran
geografi. Disebut “istilah asing” oleh
mereka karena istilah tersebut jarang
atau bahkan baru mereka dengar,
contohnya istilah palung, abrasi,
mangrove, backswash, swash,surf,
breaking wave,dendritik dan lain
sebagainya. Indikatornya, siswa
kurang mampu menyelesaikan soal-
soal yang berkaitan dengan “istilah
asing” dalam pembelajaran geografi.
Belajar Geografi dirasakan tidak
menarik sama sekali, selain banyak
hapalan, siswa hanya bisa mendapat
pengetahuan berupa teori sehingga
siswa tidak bisa membayangkan dan
mengetahui wujud atau keadaan
materi yang disampaikan secara
nyata. Padahal apabila diterapkan di
sekitar mereka, maka mempelajari
geografi tidak akan menjadi pelajaran
yang membosankan bahkan akan
menjadi hal yang menarik.
Pembelajaran geografi cocok
menggunakan lingkungan sebagai
Sumber Belajar pembelajaran karena
terdapat hubungan di antara
keduanya. Geografi sebagai salah
satu pelajaran yang terkait dengan
konteks alam dan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, pola
pembelajaran dengan pendekatan
praktik secara outdoor study sangat
diperlukan. Telah kita ketahui bahwa
metode pembelajarn outdoor study
merupakan pola belajar atau praktik
pada objek yang sesungguhnya (di
lapangan) yang dilakukan di luar
atau di sekitar kelas/sekolah.
Apabila siswa dapat mengaitkan
teori dengan apa yang mereka
lihat di lapangan, maka hal tersebut
akan memancing lebih banyak rasa
keinginan tahu mereka terhadap
materi geografi tersebut ( dalam hal
ini materi hidrosfer ).
Menurut Satori (2008:3),
bahwa pembelajaran adalah proses
membantu siswa belajar, yang
ditandai dengan perubahan perilaku
baik dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Sedangkan
menurut Hamalik (2008:57)
pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran.
Ketika siswa menggunakan
sumber belajar berupa lingkungan,
mempelajarinya secara mandiri
sehingga mengkostruksi
pengetahuan dari lingkungan
tersebut, mereka telah melakukan
pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme. Pembentukan
pengetahuan menurut konstruktivistik
memandang subyek aktif
menciptakan struktur-struktur
kognitif dalam interaksinya dengan
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
3
lingkungan. Dengan bantuan struktur
kognitifnya ini, subyek menyusun
pengertian realitasnya. Interaksi
kognitif akan terjadi sejauh realitas
tersebut disusun melalui struktur
kognitif yang diciptakan oleh
subyek itu sendiri. Struktur
kognitif senantiasa harus diubah
dan disesuaikan berdasarkan
tuntutan lingkungan dan organisme
yang sedang berubah. Proses
penyesuaian diri terjadi secara terus
menerus melalui proses rekonstruksi.
Menurut pakar-pakar geografi
pada Seminar dan Lokakarya
Peningkatan Kualitas Pengajaran
Geografi di Semarang tahun 1988,
“geografi adalah ilmu yang
mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan
sudut pandang kelingkungan atau
kewilayahan dalam konteks
keruangan”
Sumber belajar adalah suatu
sistem, yang terdiri dari
sekumpulan bahan atau situasi yang
diciptakan dengan sengaja dan
dibuat agar memungkinkan siswa
belajar secara individual (Percival
and Ellington, 1984: 125). Sumber
belajar seperti inilah yang disebut
sebagai media pembelajaran atau
media instruksional. Untuk menjamin
bahwa sumber belajar tersebut adalah
sebagai sumber belajar yang cocok,
sumber belajar harus memenuhi
ketiga persyaratan seperti yang
diungkapkan oleh Percival dan
Ellington (1984: 125), persyaratan
tersebut adalah (1) harus dapat
tersedia dengan cepat, (2) harus
memungkinkan siswa untuk memacu
diri sendiri, (3) harus bersifat
individual, misalnya harus dapat
memenuhi berbagai kebutuhan para
siswa dalam belajar mandiri.
Fungsi sumber belajar menurut
AECT (1977) antara lain sebagai
berikut: 1) Meningkatkan
produktivitas pendidikan, yaitu
dengan jalan (a)
mempercepatlaju belajar dan
membantu guru untuk menggunakan
waktu secara lebih baik, (b)
mengurangi beban guru dalam
menyajikan informasi, sehingga dapat
lebih banyak membina dan
mengembangkan gairah belajar
murid; 2) Memberikan kemungkinan
pendidikan yang sifatnya lebih
individual dengan jalan (a)
mengurangi kontrol guru yang kaku
dan tradisional serta (b) memberikan
kesempatan kepada peserta didik
untuk belajar sesuai kemampuannya;
3) Memberikan dasar yang lebih
ilmiah terhadap pengajaran dengan
jalan (a) perencanaan program
pembelajaran yang lebih sistematis
dan (b) pengembangan bahan
pembelajaran yang dilandasi
penelitian; 4) Lebih memantapkan
pembelajaran dengan jalan (a)
meningkatkan kemampuan manusia
dalam penggunaan berbagai media
komunikasi dan (b) penyajian data
dan informasi secara lebih kongkrit;
5) Memungkinkan belajar secara
seketika, karena (a) mengurangi
jurang pemisah antara pelajaran yang
bersifat verbal dan abstrak dengan
realitas yang sifatnya konkrit, dan (b)
memberikan pengetahuan yang
bersifat langsung. Hal ini relevan
dengan penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Pengembangan lingkungan sebagai
sumber belajar merupakan aplikasi
pendisainan lingkungan untuk
keperluan sumber belajar. Peserta
didik yang membaca lingkungan
secara sadar maupun tidak sadar
sebenarnya telah melakukan belajar;
6) Memungkinkan penyajian
pendidikan yang lebih luas, terutama
dengan adanya media massa, dengan
jalan (a) pemanfaatan secara bersama
lebih luas tenaga atau kejadian yang
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
4
langka dan (b) penyajian informasi
yang mampu menembus geografis.
Peranan sumber belajar dalam
pembelajaran individual. Menurut
Sumarno (2011) Pola komunikasi
dalam pembelajaran individual sangat
dipengaruhi oleh peranan sumber
belajar yang dimanfaatkan dalam
proses belajar. Titik berat
pembelajaran individual adalah pada
peserta didik, sedang guru
mempunyai peranan sebagai
penunjang atau fasilitator. Banyak
orang beranggapan bahwa untuk
menyediakan Sumber Belajardan
sumber belajar menuntut adanya
biaya yang tinggi dan sulit untuk
mendapatkannya, yang kadang-
kadang ujung-ujungnya akan
membebani orang tua siswa untuk
mengeluarkan dana pendidikan yang
lebih besar lagi. Padahal dengan
berbekal kreativitas, guru dapat
membuat dan menyediakan Sumber
Belajardan sumber belajar yang
sederhana dan murah. Misalkan,
bagaimana guru dan siswa dapat
memanfaatkan lingkungan sekitar
sekolah sebagai Sumber Belajardan
sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar tidak perlu
harus pergi jauh dengan biaya yang
mahal, lingkungan yang berdekatan
dengan sekolah dan rumah pun dapat
dioptimalkan menjadi sumber belajar
yang sangat bernilai bagi kepentingan
belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-
sekolah di kita yang memiliki
halaman atau pekarangan yang cukup
luas, namun keberadaannya
seringkali ditelantarkan dan tidak
terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut
dioptimalkan tidak mustahil akan
menjadi sumber belajar yang sangat
berharga.
Lingkungan merupakan salah
satu sumber belajar yang amat
penting dan memiliki nilai-nilai yang
sangat berharga dalam rangka proses
pembelajaran siswa. Lingkungan
dapat memperkaya bahan dan
kegiatan belajar. Lingkungan yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber
belajar dalam pembelajaran geografi
terdiri dari : 1) lingkungan social; dan
2) lingkungan fisik (alam).
Lingkungan sosial dapat digunakan
untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial
dan kemanusiaan sedangkan
lingkungan alam dapat digunakan
untuk mempelajari tentang gejala-
gejala alam dan dapat menumbuhkan
kesadaran peserta didik akan cinta
alam dan partispasi dalam memlihara
dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat
ditempuh dengan cara melakukan
kegiatan dengan membawa peserta
didik ke lingkungan, seperti survey,
karyawisata, berkemah, praktek
lapangan dan sebagainya. Bahkan
belakangan ini berkembang kegiatan
pembelajaran dengan apa yang
disebut out-bond, yang pada dasarnya
merupakan proses pembelajaran
dengan menggunakan alam terbuka,
seperti halnya yang akan dilakukan
pada penelitian ini.
Kelebihan dan Kelemahan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pembelajaran. 1) Kelebihan yang
diperoleh dari kegiatan
memepelajari lingkungan dalam
proses belajar mengajar antara lain: a)
Kegiatan belajar menjadi menarik dan
tidak membosankan, sehingga
motivasi siswa semakin tinggi; b)
Belajar lebih bermakna, sebab siswa
dihadapkan dengan situasi dan
keadaan yang sebenarnya dan bersifat
alami; c) Bahan – bahan yang dapat
dipelajari faktual, sehingga
kebenaranya lebih akurat; d) Sumber
belajar menjadi lebih kaya, sebab
lingkungan yang dapat dipelajari bisa
beranekaragam; e) Siswa dapat
memahami dan menghayati aspek
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
5
aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya. 2) Kelemahan: a)
Kegiatan belajar yang tidak
dipersiapkan sebelumnya, akan
menyebabkan siswa ketika dibawa ke
lokasi tidak melakukan kegiatan
belajar yang diharapkan sehingga
terkesan main-main; b) Ada kesan
dari guru dan siswa bahwa kegiatan
mempelajari lingkungan memerlukan
waktu yang cukup lama, sahingga
menghabiskan waktu belajar di kelas;
c) Sempitnya pandangan guru bahwa
kegiatan belajar hanya terjadi di
dalam kelas.
Berikut Jenis – jenis
Lingkungan Belajar: 1) Lingkungan
Sosial. Berkenaan dengan interaksi
manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, seperti organisasi
sosial organisasi kemasyarakatan,
organisasi keagamaan, adat dan
kebiasan dan lain lain. Lingkungan
sosial juga tepat untuk mempelajari
ilmu ilmu social; 2) Lingkungan
Alam. Lingkungan alam berkenaan
dengan sesuatu yang sifatnya
alamiah, seperti keadaan geografis,
iklim, suhu, udara, flora, fauna dan
lain lain; 3) Lingkungan Buatan.
Yaitu lingkungan yang sengaja
diciptakan atau dibangun manusia
untuk tujuan- tujuan bermanfaat bagi
kehidupan manusia, seperti
pengairan, pertamanan, kebun
binatang, perkebunan dan lain lain.
Setelah diamati, kondisi
lingkungan di SMA Negeri 1
Ngambur ini sangat cocok jika
diterapkan pembelajaran dengan
Sumber Belajar lingkungan. Lokasi
Sekolah ini menghadap laut, selain
itu terdapat pula beberapa sungai
yang ditumbuhi pepohonan serta
dihuni beberapa jenis hewan.
Lingkungan SMA Negeri 1
Ngambur sangat mencirikan daerah
Laut dan Pesisir, oleh sebab itu akan
sangat cocok apabila diterapkan
dalam pengkajian materi tentang
hidrosfer.
Pemanfaatan lingkungan
sebagai Sumber Belajar pembelajaran
diharapkan adanya peningkatan
minat siswa dalam mempelajari
pelajaran geografi. Dengan adanya
fasilitas yang cukup mendukung
dari daerah sekitar sekolah, bisa
memudahkan siswa dalam melakukan
praktek lapangan, meskipun
fasilitasnya tidak begitu lengkap.
Berdasarkan latar belakang
itulah penulis tertarik untuk membuat
penelitian yang berjudul,
pembelajaran hidrosfer dengan
sumber belajar lingkungan sebagai
upaya untuk meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajar geografi siswa
kelas x3 sma negeri 1 ngambur
kabupaten lampung barat tahun
ajaran 2011-2012.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (class
action research). Penelitian tindakan
kelas (PTK) merupakan suatu
penelitian yang mengangkat masalah-
masalah aktual yang dihadapi oleh
guru di lapangan. Dengan
melaksanakan PTK, guru
mempunyai peran ganda yaitu
sebagai praktisi dan peneliti.
Penerapan PTK memiliki tujuan
untuk memperbaiki dan/atau
meningkatkan kualitas praktik
pembelajaran secara
berkesinambungan sehingga dapat
mengembangkan keterampilan guru,
meningkatkan relevansi,
meningkatkan efisiensi pengelolaan
instruksional serta menumbuhkan
budaya meneliti pada komunitas guru
(Direktorat Tenaga Kependidikan,
003:5).
Salah satu hal yang membeda-
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
6
kan PTK dengan penelitian formal
pada umumnya yaitu PTK
dilaksanakan dalam rangkaian
langkah dengan beberapa siklus di
mana dalam satu siklus terdiri dari
tahapan perencanaan (planning),
tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi
(reflection) dan selanjutnya diulang
kembali dalam beberapa siklus
(Kunandar, 2008:63).
Identifikasi perhatian tematik
kelompok terlibat dalam empat aspek
fundamental dari penelitian
tindakan. Ada yang dinamis
pelengkap yang menghubungkan empat aspek ini menjadi siklus, dan
akhirnya ke sebuah spiral siklus
seperti: 1) Untuk mengembangkan
rencana aksi informasi kritis untuk
memperbaiki apa yang sudah terjadi;
2) Untuk bertindak untuk
melaksanakan rencana; 3) Untuk
melihat dampak dari informasi aksi
kritis dalam konteks yang terjadi,
dan Untuk mencerminkan efek ini
sebagai dasar untuk perencanaan
lebih lanjut, aksi kritis informasi
selanjutnya dan seterusnya, melalui
urutan siklus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian
tindakan kelas di SMA Negeri 1
Ngambur Kabupaten Lampung Barat,
peneliti dibantu oleh satu orang mitra
guru. Mitra tersebut membantu
peneliti memberikan masukan dalam
rangka pengumpulan data selama
proses pembelajaran berlangsung,
baik dari segi kemajuan maupun
kekurangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan
Sumber Belajarlingkungan, serta
tanggapan siswa tentang
pembelajaran Geografi.
Hasil penelitian tindakan kelas
ini diperoleh dari hasil tes dan nontes,
yang terdiri dari tiga siklus yaitu
siklus I, siklus II dan siklus III. Setiap
siklus dalam penelitian ini
dilaksanakan dalam satu kali tatap
muka, pada akhir proses
pembelajaran dilakukan tes prestasi
belajar. Setiap siklus merupakan
tahapan yang berkesinambungan.
Setiap siklus dalam penelitian
ini terdiri dari; perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan,
refleksi/rekomendasi. Refleksi
dilakukan untuk memperbaiki
pelaksanaan tindakan pada siklus
berikutnya.
Aktivitas siswa di dalam
penelitian ini meliputi keaktifan
siswa dalam mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan,
mengemukakan pendapat, menulis
dan mencatat, keaktifan dalam
berdiskusi dan lain-lain sebagaimana
tercantum dalam lembar observasi
aktivitas siswa. Aspek yang dinilai
dalam prestasi siswa, yaitu ketepatan
siswa dalam menjawab pertanyaan.
Pembahasan Siklus 1
Perencanaan dan Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus 1 dengan
sumber belajar
lingkungan belum menunjukan hasil
yang baik. Pada siklus ini terdapat
beberapa catatan sebagai berikut:
1. Penggunaan sumber belajar
Lingkungan dalam Pembelajaran
belum memenuhi kondisi yang
diharapkan. Sumber belajar
lingkungan yang digunakan
berukuran kecil dengan jumlah
yang sangat sedikit, sehingga
para siswa kurang fokus dalam
mengaitkan sumber belajar
dengan materi yang
disampaikan oleh guru. Siswa
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
7
cenderung berbicara yang lain
dengan temanya tentang sumber
belajar yang dilihat namun
diluar kajian materi. Sumber
belajar hanya menarik perhatian
siswa pada saat awal ditujukan ke
siswa, selebihnya siswa tidak
fokus dengan penjelasan materi
oleh guru yang mengaitkan
materi dengan media unsur
lingkungan tersebut, dalam hal
ini guru menunjukan terumbu
karang dan beberapa gelas air.
Selain itu media tersebut
dirasakan kurang jelas dilihat
karena ukurannya yang kecil dan
jumlahnya terbatas sehingga
tidak dapat secara langsung di
amati oleh siswa.
2. Pada proses pembelajaran masih
terdapat kekurangan yaitu guru
belum dapat menguasai kelas
sehingga para siswa ribut bahkan
ada yang mengantuk.
3. Aktivitas guru terlihat masih
kurang baik dalam mengelola
waktu, guru kurang dalam
memotivasi dan mengarahkan
siwa belajar dalam kelompok dan
guru masih kurang tegas.
4. Siswa yang aktif sebanyak 16
siswa (55,18%) dari 30 siswa
yang hadir. Sebagian besar siswa
tertarik terhadap teknik
pembelajaran yang menggunakan
sumber belajar lingkungan oleh
guru sedangkan sisanya kurang
tertarik. Ketertarikan siswa
disebabkan guru menggunakan
sumber belajar yang
sebelumnya belum pernah
digunakan oleh guru. Sedangkan
dari segi keaktifan bertanya
menunjukkan siswa belum
seluruhnya aktif bertanya hanya
beberapa siswa saja yang aktif
bertanya dan berkomentar
sedangkan sebagian besar masih
pasif untuk bertanya maupun
berkomentar. Siswa yang aktif
bertanya dan menjawab
pertanyaan guru sebanyak 4
siswa. Mereka lebih aktif
bertanya dibandingkan dengan
teman-temannya yang cenderung
pasif tidak mau bertanya. Pada
saat pembelajaran sebagian
besar dari jumlah keseluruhan
siswa bersemangat mengikuti
pembelajaran. Mereka
bersemangat mengikuti
pembelajaran karena metode
yang digunakan guru tidak
membosankan dan sumber
belajar yang cukup menarik.
Hanya sebagian kecil yang
tidak bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran.
Beberapa siswa sudah aktif dan
sungguh-sungguh dalam
mengikuti pembelajaran dan
mencatat hal-hal yang penting
sedangkan sebagian besar siswa
masih pasif bahkan melakukan
kegiatan di luar kegiatan
pembelajaran, seperti mengobrol,
mengantuk, melamun, dan
kegiatan lain. Siswa yang pasif
ini dimungkinkan karena siswa
merasa metode dan sumber
belajar dirasakan kurang menarik,
jumlah sumber belajar terbatas
dan berukuran kecil. Hal tersebut
menyebabkan pengaitan materi
dengan media terbatas sehingga
kurang memancing daya pikir
dan rasa ingin tahu siswa.
Keadaan ini tentunya harus
dicarikan solusi pemecahannnya
agar siswa secara merata aktif.
Masalah ini merupakan suatu
tugas bagi peneliti untuk
memperbaikinya pada siklus
selanjutnya.
5. Pada siklus 1 prestasi belajar
siswa belum menunjukan hasil
yang baik. Soal yang diberikan
kepada siswa sebagai tes akhir
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
8
siklus I ini terdiri dari 10 soal
pilihan ganda. Setelah data
dianalisis, rata-rata nilai siswa
adalah 59,62. Persentase siswa
tuntas pada siklus ini sebesar
52,50%. Nilai tertinggi yang
diperoleh adalah 100 dan nilai
terendah adalah 25. Siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sebesar ≥70
adalah sebanyak 16 siswa. Hal
tersebut dikarenakan rendahnya
aktivitas siswa sehingga
menyebabkan mereka tidak
maksimal dalam menyerap
pelajaran.
Dari uraian di atas, keadaan ini
tentunya harus dicarikan solusi
pemecahannnya agar siswa secara
merata aktif. Masalah ini merupakan
suatu tugas bagi peneliti untuk
memperbaikinya pada siklus
selanjutnya.
Siklus 2 Dalam siklus kedua ini
ternyata Pembelajaran dengan
menggunakan sumber belajar
Lingkungan menunjukan beberapa
perbaikan yaitu antara lain:
1. Pengguanaan sumber belajar
Lingkungan dirasakan cukup
membuat siswa tertarik dean
antusias dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Penggunaan sumber belajar
Lingkungan pada siklus kedua
ini dirasakan oleh siswa dan
guru sebagai alternatif
pembelajaran yang menarik
karena: 1) menghilangkan rasa
jenuh dan ngantuk; 2)
menimbulkan rasa ingin tahu
siswa terhadap fenomena yang
dilihat. Meskipun penggunaan
media lingkungan pada siklus 2
dirasakan sudah dapat menarik
perhatian dan meningkatkan
aktivitas siswa namun hal
tersebut belum berjalan dengan
baik. Hal ini dikarenakan terdapat
beberapa siswa yang pasif dan
cenderung tidak fokus terhadap
penjelasan guru. Hal ini terbukti
dengan adanya kegiatan siswa
diluar kegiatan pembelajaran,
seperti mengobrol dengan
teman, memusatkan perhatian
dengan pemandangan lain dan
mendiskusikannya dengan teman,
kurang menghiraukan perkataan
guru karena suara guru terdengar
tidak jelas / suara tidak keras.
Selain itu penjelasan guru juga
terkadang dirasakan tidak jelas
karena guru menunjuk suatu
benda dari jarak jauh, misalnya
ketika menjelaskan bagian –
bagian ombak. Siswa melihat
ombak tetapi kurang mengerti
bagian-bagian mana yang
dijelaskan oleh guru. Pada siklus
kedua ini kejelasan suara
nampaknya menjadi masalah
utama. Karena berada diluar
ruangan maka terdapat suara –
suara lain yang terdengar, seperti
suara ombak, angin dan
lainnya sehingga menyebabkan
kurang fokusnya perhatian siswa
kepada suara guru. Hal ini
mengakibatkan siswa kurang
menangkap penjelasan materi dan
perintah dari guru secara jelas.
2. Pada proses pembelajaran, guru
masih kurang baik dalam
mengalokasikan waktu. Guru
lebih banyak menjelaskan materi
sehingga pengalokasian waktu
diskusi kelompok siswa kurang.
Dalam hal ini kemungkinan guru
terlalu fokus dengan materi
sehingga kurang memberikan
waktu kepada siswa.
3. Pada Siklus 2 terdapat 16 siswa
(64,51%) yang aktif dari 31 siswa
yang hadir. Ini terjadi
peningkatan siswa yang aktif
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
9
dari siklus I ke siklus II sebesar
16,13%. Persentase siswa aktif
dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus II secara keseluruhan
adalah 72,57%. Hal ini
dikarenakan penggunaan sumber
belajar lingkungan yang lebih
menarik dimana sumber belajar
lingkungan siklus 1 hanya berupa
komponen abiotik sedangkan
pada siklus 2 sumber belajar
lingkungan nyata yang dapat
menyebabkan siswa lebih
antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran.
4. Prestasi belajar siswa yang tuntas
mencapai 21 siswa dari 31 siswa
yang mengikuti tes dan rata-rata
prestasi belajar siswa adalah
62,63%. Siswa yang memenuhi
criteria ketuntasan minimum
(KKM) sebesar ≤70 adalah
sebanyak 16 siswa. Dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 40.
Besar persentase siswa tuntas
pada siklus ini adalah 65,79%.
Hal ini dikarenakan penggunaan
media lingkungan yang langsung
mereka lihat sehingga dalam
pemahaman atau ingatan, siswa
lebih mudah merespon karena
mengaitkan materi dengan
fenomena kehidupan.
AntaraSiklus 1 dan 2
Pada kegiatan
Pembelajaran Siklus II
terlihat beberapa
perbaikan yaitu:
1. Adanya peningkatan nilai
Instrument Penilaian Kinerja
Guru (IPKG) yaitu dari 32
menjadi 44 dengan nilai
maksimum 68. Kinerja guru
sudah cukup baik ini dikarenakan
guru terus melakukan perbaikan
pada setiap pertemuan (siklus)
dalam proses pembelajaran.
2. Adanya peningkatan aktivitas
belajar siswa menjadi 72,57%
dan prestasi belajar siswa
65,79%. Pada siklus II ini,
aktivitas siswa sudah aktif karna
sudah mencapai 70%, sedangkan
prestasi belajar belum mencapai
ketuntasan karna belum
mencapai 70%. Pengguanaan
sumber belajar Lingkungan
dirasakan cukup membuat
siswa tertarik dan antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga terjadi peningkatan
aktivitas dan prestasi belajar
siswa. Penggunaan sumber
belajar Lingkungan pada siklus
kedua ini dirasakan oleh siswa
dan guru sebagai alternatif
pembelajaran yang menarik
karena: menghilangkan rasa
jenuh dan ngantuk, menimbulkan
rasa ingin tahu siswa terhadap
fenomena yang dilihat.
Meskipun penggunaan sumber
belajar lingkungan pada siklus 2
dirasakan sudah dapat menarik
perhatian dan meningkatkan aktivitas
siswa namun hal tersebut belum
berjalan dengan baik. Hal ini
dikarenakan terdapat beberapa siswa
yang pasif dan cenderung tidak
fokus terhadap penjelasan guru.
Terbukti dengan adanya kegiatan
siswa diluar kegiatan pembelajaran,
seperti mengobrol dengan teman,
memusatkan perhatian dengan
pemandangan lain dan
mendiskusikannya dengan teman,
kurang menghiraukan perkataan guru
karena suara guru terdengar tidak
jelas / suara tidak keras.
Selain itu penjelasan guru juga
terkadang dirasakan tidak jelas
karena guru menunjuk suatu benda
dari jarak jauh, misalnya ketika
menjelaskan bagian – bagian
ombak. Siswa melihat ombak tetapi
kurang mengerti bagian-bagian mana
yang dijelaskan oleh guru. Pada
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
10
siklus kedua ini kejelasan suara
nampaknya menjadi masalah utama.
Karena berada diluar ruangan maka
terdapat suara – suara lain yang
terdengar, seperti suara ombak,
angin dan lainnya sehingga
menyebabkan kurang fokusnya
perhatian siswa kepada suara guru.
Hal ini mengakibatkan siswa kurang
menangkap penjelasan materi dan
perintah dari guru secara jelas. Oleh
karena itu diperlukan perbaikan
strategi pengajaran agar penggunaan
sumber belajar lingkungan dalam
kegiatan pembelajaran berjalan
dengan lebih baik lagi. Perbaikan
tersebut berupa penambahan media
lain seperti alat pengeras suara dan
papan tulis kecil serta penambahan
metode observasi yang akan
diterapkan pada siklus 3.
Siklus 3 Pada siklus III, kinerja guru
sudah baik ini dikarenakan guru terus
melakukan perbaikan pada setiap
psertemuan baik dari siklus I dan
siklus II dalam proses pembelajaran.
Ini dapat dilihat dengan peningkatan
penilaian kinerja guru sebesar 52
dengan nilai maksimum sebesar
68. Dilihat dari peilaian kinerja guru,
penilaian masih belum mencapai nilai
maksimum, akan tetapi guru sudah
cukup baik dalam proses
pembelajaran, baik dalam
mengelola kelas dan mengelola
waktu.
Guru sudah baik dalam
memilih dan memadupadankan media
dan sumber belajar belajar serta
memilih metode pembelajaran
sehingga terjadi peningkatan aktivitas
dan prestasi siswa. Pada siklus ini
terdapat peningkatan siswa yang aktif
yaitu sebanyak 5 siswa (2,08%) dan
siswa yang memenuhi criteria
ketuntasan minimum (KKM) sebesar
≤70 adalah sebanyak 23 siswa.
Antara siklus 2 dan 3
Pada akhir siklus III diperoleh
keterangan bahwa aktivitas dan
prestasi belajar siswa sudah
memenuhi indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan, yaitu
banyaknya siswa yang aktif dan
tuntas (dengan ≥ 70) mencapai 75%
atau lebih. Pada siklus III banyaknya
siswa yang aktif yaitu 80,95% dan
banyaknya siswa yang tuntas (dengan
nilai ≥ 70) yaitu 77,5% maka
tindakan diberhentikan.
Antara siklus 1, 2 dan 3 Peningkatan tindakan dengan
media lingkungan dapat kita lihat
perubahan yang signifikan baik dari
kinerja guru, yang berpengaruh pada
peningkatan aktivitas belajar siswa
maupun prestasi belajar siswa. Pada
siklus pertama Persentase aktivitas
belajar siswa sebesar 55,18 % dan
prestasi belajar siswa sebesar
52,50% pada siklus 1 masih belum
tercapai. Pada siklus II guru sudah
memperbaiki kinerja dalam proses
pembelajaran. Penilaian kinerja guru
pada siklus ini mengalami
peningkatan dan perbaikan
disbanding siklus I, pada siklus II ini
adalah 39.
Hal ini juga berpengaruh pada
peninkatan aktivitas belajar siswa dan
prestasi belajar siswa, 72,57% dan
prestasi belajar siswa 65,79%. Pada
siklus II ini, aktivitas siswa sudah
aktif karna sudah mencapai 70%,
sedangkan prestasi belajar belum
mencapai ketuntasan karna belum
mencapai 70%.
Pada siklus III ini kinerja guru
sudah baik walau belum mencapai
nilai maksimal. Kinerja guru pada
siklus III adalah 52. Dengan kinerja
guru yang sudah baik ini berpengaruh
pada peningakatan aktivitas dan
prestasi belajar siswa, Aktivitas
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
11
belajar siswa 80,95% sedangkan
prestasi belajar siswa 77,50%. Pada
siklus III ini baik aktivitas belajar
maupun prestasi belajar siswa sudah
mencapai ketuntasan yaitu 70%.
Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dengan
menggunakan sumber belajar
lingkungan dapat diketahui dari tabel
dan grafik berikut :
Tabel 1 Persentase Siswa Aktif
selama proses pembelajaran
Siklus I Siklus II Siklus III
Banyak
siswa aktif
16 20 25
Persentase
siswa aktif
55,18% 64,51% 83,33%
Berdasarkan Tabel 1 dapat
diketahui bahwa persentase siswa
aktif setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Adanya peningkatan
aktivitas siswa dikarenakan
penggunaan sumber belajar
lingkungan pada saat pembelajaran
dirasakan menarik. Perhatian siswa
sedikit demi sedikit lebih fokus pada
penhelasan guru, selain itu dengan
penggunaan sumber belajar lingkungan yang digunakan pada
proses pembelajaran juga ternyata
merangsang daya pikir siswa,
sehingga pada proses pembelajaran
banyak yang bertanya karena rasa
ingin tahunya, pemberian poin
peningkatan individu mendorong
mereka untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Aktivitas yang diamati adalah
Memperhatikan penjelasan guru,
diskusi antara siswa dengan guru,
diskusi antara siswa dalam kelompok,
membaca buku dan mengerjakan
latihan, menanggapi atau bertanya
pada saat presentasi.
Pada siklus I kurangnya
aktivitas yang dilakukan siswa ini
terjadi dikarenakan sumber belajar
lingkungan yang digunakan oleh guru
masih belum baik. sumber belajar
lingkungan yang digunakan pada
siklus pertama ini adalah media
lingkungan berupa komponen abiotik
yang terdapat di alam, yaitu tiga gelas
air yang masing – masing terdiri dari
air laut, air tanah, dan air sungai.
Selain itu guru juga menggunakan
media terumbu karang yang sudah
mati.
Awalnya penggunaan sumber belajar lingkungan pada
siklus pertama ini dirasakan baik
oleh guru, pada awal pembelajaran
perhatian siswa fokus pada media –
media tersebut. Namun ternyata
banyak siswa yang berdiskusi dengan
temannya untuk membicarakan hal
hal lain yang berkaitan dengan
sumber belajar ingkungan yang
mereka lihat dalam kelas. Perhatian
siswa kurang fokus dengan
penjelasan guru. Selain terdapat siswa
yang memperhatikan guru ternyata
masih banyak juga siswa yang
mengobrol, melamun, mengantuk dan
lain lain. Hal ini banyak terjadi pada
siswa yang duduk di barisan
belakang. sumber belajar lingkungan
yang digunakan kurang dapat
menjangkau penglihatan siswa karena
ukurannya kecil dan jumlahnya yang
sedikit.
Pada Siklus II dalam kegiatan
pembelajaran siswa sudah lebih
membaik. Hal ini terbukti dengan
tidak adanya siswa yang mengantuk
pada proses pembelajaran bahkan
terdapat peningkatan jumlah siswa
yang aktif. Pembelajaran dengan
sumber belajar lingkungan pada
siklus kedua ini dimana kegiatannya
dilakukan diluar kelas dirasakan lebih menarik perhatian siswa dari
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
12
pada siklus pertama yang hanya
menggunakan beberapa sumber
belajar komponen abiotik lingkungan
yang dilakukan di dalam kelas.
Namun seperti yang telah dijelaskan
bahwa penggunaan sumber belajar
lingkungan pada siklus kedua ini
masih belum maksimal karena masih
terdapat siswa yang kurang fokus
terhadap penjelasan guru seperti
melakukan kegiatan mengobrol
dengan teman, asik memperhatikan
hal hal yang dilihat di lapangan
sehingga terkesan bengong dan lain
lain. Hal ini dikarenakan adanya
hambatan suara yang menyebabkan
siswa kurang mendengar suara guru.
Pada siklus III, siswa tampak
sangat antusias mengikuti kegiatan
pembelajaran. Guru telah
menanggulangi masalah hambatan
suara seperti yang terjadi pada
siklus kedua dengan menggunakan
alat pengeras suara. Pembelajaran
dengan menggunakan sumber belajar
lingkungan pada siklus ketiga ini
dirasakan sangat baik karena
perhatian siswa fokus pada
penjelasan guru. Banyak terdapat
siswa yang aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan, baik dari guru
maupun teman mereka.
Prestasi Siswa
Tabel 2. Nilai Rata-rata Kelas dan Persentase Siswa Tuntas
Ketuntasan belajar siswa
secara klasikal mengalami
peningkatan dari 52,50% pada siklus
I menjadi 65,79% pada siklus II. Ini
berarti mengalami peningkatan
sebesar 13,29%. Pada siklus III
meningkat sebesar 11,71% yaitu dari
65,79% menjadi 77,5%. Nilai rata-
rata yang diperoleh siswa di akhir
siklus I sebesar 59,62 dan pada
siklus II sebesar 62,63 dan pada akhir
siklus III sebesar 75.
Dari gambar diatas dapat
diketahui bahwa terjadi pengurangan
jumlah siswa yang tidak aktif
mengikuti kegiatan belajar dengan
sumber belajar lingkungan. Begitu
pula dengan pengurangan jumlah
siswa yang tidak tuntas mengikuti
pembelajaran.
Berdasarkan data tabel jumlah
keaktifan dan prestasi siswa yang
dapat dilihat pada halaman lampiran,
dapat diketahui bahwa siswa siswi
yang mengalami ketidakaktifan dan
ketidak tuntasan mayoritas berbeda
beda, dalam arti bukan hanya siswa
tersebut saja. Ada siswa yang pada
siklus1 tidak aktif namun pada siklus
dua mengalami keaktifan atau pada
siklus satu aktif namun siklus dua
tidak aktif begitu seterusnya.
Sebagai contoh siswa yang dari
siklus satu dan siklus dua tergolong
siswa yang tidak tergolong aktif
antara lain: Anggi Febriantika, Eni
lestari, Eka Aprilia dan Eli Gustina.
Ternyata setelah diteliti keempat
siswa ini adalah teman akrab yang
juga duduk berdekatan satu sama
lain. Mereka cenderung untuk tidak
menyatu dengan yang lain atau
dengan kata lain, keempat siswa ini
asyik sendiri dengan kegiatan
mereka. Keempat siswa ini sering
berdiskusi satu sama lain dan kurang
Siklus I Siklus II Siklus III
Nilai rata-rata kelas 59,62 62,63 75,21
Banyaknya siswa tuntas 19 21 26
Persentase siswa tuntas 52,50% 65,79% 77,5%
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
13
memperhatikan penjelasan guru.
Selain terdapat siswa yang
tidak aktif dari siklus 1 dan 2,
terdapat pula siswa yang tidak aktif
dari siklus 1, 2 dan 3, yaitu siswa
yang bernama Jamiyudi. Siswa
tersebut sering kali tampak lemas
dan tidak sesemangat teman teman
yag lain. Dari hasil wawancara
dengan dirinya, ternyata Jamiyudi
selalu mengikuti latihan bela diri
pada malam sebelum pelajaran
geografi, sehingga keesokan harinya
dia merasa lelah dan tak bersemangat
dalam mengikuti pelajaran. Ini
berdampak pula dengan prestasi
belajarnya yang tidak tuntas pada
siklus 1, 2 dan3. Selain Jamiyudi,
siswa siswa yang tidak tuntas pada
siklus 1,2 dn 3 bervariasi. Berdsarkan
wawancara mereka tidak tuntas
karena malas mengulang atau belajar
di rumah.
SIMPULAN
Sumber belajar lingkungan
dalam pembelajaran hidrosfer efektif
meningktkan aktivitas dan prestasi
belajar geografi sma.
DAFTAR PUSTAKA
.2012. MODEL PTK (online)
. www.ditplb.or.id/files.
Diakses Tanggal 20 April 2012
Association for Educational
Communication Technology
(AECT)1986. Definisi
Teknologi Pendidikan
(Penerjemah Yusufhadi
Miarso). C.V. Rajawali (Buku
Asli diterbitkan tahun 1977).
Jakarta
Ahmadi, Abu dan Widodo
Supriyono. 2004. Psikologi
Belajar. Rineka Cipta.
Jakarta.
Direktorat Tenaga Kependidikan.
2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi Dalam Menunjang
Kecakapan Hidup Siswa.
Dirjen Dikdasmen, Depdiknas.
Jakarta.
Direktorat Tenaga Kependidikan.
2003. Penelitian Tindakan
Kelas. Dirjen Dikdasmen,
Depdiknas. Jakarta.
Djamarah, , Syaiful Bahri, dan Azwan
Zain, 2006, Strategi Belajar
Mengajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Hamalik. Oemar, 2008. Proses
Belajar Mengajar. Bumi
Aksara. Jakarta.
Kunandar. 2008. Langkah
Mudah Penelitian
Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lindiani.2008.Pengembangan Sumber
Belajar.http://www.sumsel.ke
menag. Go.id/file/ dokumen/
lindiani-pengembangan-
sumber-belajar. Di download
27 Juli 2011
Miarso,Yusufhadi.2007.Menyemai
Benih Teknologi Pendidikan.
Prenada Media Group. Jakarta.
Percival, Fred and Henry
Ellington.1984.A Handbook of
Educational
Technology.Erlangga.Jakarta.
Pargito. Materi IPS dan Struktur
Disiplin Ilmu-Ilmu
Sosial.2010.Universitas
Lampung.
Pargito. Penelitian Tindakan Bagi
Guru dan Dosen. 2011. AURA.
Lampung
Pranata.2008.PendekatanKonstruktivis
me.http://puslit.petra.ac.id/jour
nals/interior/ di akses 1
November 2011 Prawiradilaga,
Dewi Salma. 2008. Prinsip
Desain Pembelajaran.
Kencana.Jakarta.
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
14
Satori, Djam’an. 2008. Profesi
Keguruan. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi
Pendidikan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Sudjana. 1982. Cara Belajar Siswa
Aktif. Sinar Baru. Bandung.
Sumaatmadja, Nursid. 2001.
Metodologi Pengajaran
Geografi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Wardiyatmoko. 2006. Geografi untuk
SMA Kelas X, Jakarta :
Erlangga Winataputra,Udin S.
2005. Strategi Belajar
Mengajar: Edisi Kesatu.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Yoga Aribowo.(2007). Geografi Kelas
X, Ganeca Exact. Jakarta
Yusman Hestiyanto. 2007. geografi
SMA kelas X. Yudhistira.
Jakarta