Pd T-18-2004-A
-
Upload
ervan-kamal -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of Pd T-18-2004-A
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
1/24
Pd T-18-2004-A
Konstruksi dan Bangunan
Pembuatan peta bahaya akibat aliran debris
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana WilayahNomor : 360/KPTS/M/2004Tanggal : 1 Oktober 2004
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
2/24
Pd T-18-2004-A
i
Prakata
Pedoman pembuatan peta bahaya akibat aliran lahar ini termasuk dalam Gugus KerjaIrigasi, Sabo, Rawa dan Pantai, Danau dan Sungai dalam Sub Panitia Teknik BidangSumber Daya Air yang berada di bawah Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan,Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Penulisan pedoman ini mengacu kepada Pedoman BSN No.8 Tahun 2000 dan telahmendapat masukkan dan koreksi dari ahli bahasa.
Perumusan pedoman ini dilakukan melalui proses pembahasan pada Gugus Kerja,Prakonsensus dan Konsensus pada tanggal 10 September 2003 di Pusat Litbang SumberDaya Air Bandung serta proses penetapan pada Panitia Teknik yang melibatkan paranarasumber dan pakar dari berbagai instansi terkait.
Pedoman ini diharapkan menjadi acuan dan pegangan untuk pembuatan peta bahaya akibataliran debris yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penduduk, maupun pemerintahdaerah setempat dalam hal kebijakan pengembangan daerah yang berkaitan dengan daerah
rawan bencana akibat aliran debris.
.
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
3/24
Pd T-18-2004-A
ii
Daftar isi
Prakata ....................................................................................................................... i
Daftar isi ...................................................................................................................... ii
Pendahuluan ............................................................................................................... iii
1 Ruang lingkup ....................................................................................................... 1
2 Acuan normatif ...................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi ................................................................................................. 1
4 Persyaratan .......................................................................................................... 2
4.1 Data dan Informasi ........................................................................................ 2
4.2 Ketentuan-ketentuan ..................................................................................... 2
5 Survai lapangan .................................................................................................... 3
6 Penghitungan ........................................................................................................ 4
7 Penggambaran ..................................................................................................... 7
Lampiran A Tabel ...................................................................................................... 10
Lampiran B Contoh penghitungan .............................................................................. 15
Lampiran C Gambar ................................................................................................... 18
Lampiran D Daftar nama dan lembaga ...................................................................... 19
Bibliografi .................................................................................................................... 20
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
4/24
Pd T-18-2004-A
iii
Pendahuluan
Peta bahaya akibat aliran debris termasuk dalam salah satu cara penanggulangan bencanaalam akibat aliran debris secara nonfisik (tidak menggunakan bangunan Sabo). Peta bahayayang informatif ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah setempat dalammembuat kebijakan rencana pengembangan wilayah agar di daerah rawan bencana debristidak dijadikan lahan pemukiman. Akan tetapi, daerah itu dapat dimanfaatkan untukkeperluan lain, misalnya pertanian. Apabila daerah tersebut telah terlanjur menjadi lahanpemukiman peta bahaya dapat digunakan sebagai informasi untuk masyarakat sehinggamasyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana harus selalu waspada terutama padasaat musim hujan agar dapat meminimalisasi korban, baik harta maupun jiwa.
Pedoman pembuatan peta bahaya akibat aliran debris ini meliputi tahapan-tahapanpelaksanaan pembuatan peta bahaya dimulai dari pekerjaan persiapan yang berupa survailapangan, penghitungan, dan penggambaran.
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
5/24
Pd T-18-2004-A
1 dari 20
Pembuatan peta bahaya akibat aliran debris
1 Ruang lingkup
Pedoman ini menguraikan persyaratan, ketentuan-ketentuan, dan pengerjaan pembuatanpeta bahaya akibat longsoran tebing sungai dan limpasan aliran debris serta berlaku untukpembuatan peta bahaya akibat aliran debris untuk daerah vulkanik dan nonvulkanik yangrawan terhadap aliran debris.
2 Acuan normatif
- SNI 03-1724-1989 : Tata cara perencanaan hidrologi danhidrolika untuk bangunan sungai
- SNI 03-2415-1991 : Metode penghitungan debit banjir.
- SNI 03-2851-1991 : Tata cara perencanaan teknis bendung penahan sedimen.
3 Istilah dan definisi
3.1 Peta bahaya akibat aliran debris adalah suatu peta yang memberikan informasi bahwakawasan tertentu rawan terhadap bahaya longsoran tebing sungai dan limpasan akibat alirandebris.
3.2 Aliran debris adalah aliran rombakan yang terdiri atas campuran pasir, batu, kayu danair yang bergerak secara kolektif dari dasar sampai dengan permukaan aliran.
3.3 Aliran sedimen hiperkonsentrasi atau aliran immature debrisadalah aliran transisiantara aliran debris dengan aliran traktif. Dalam hal ini aliran terbentuk oleh aliran bawah
berupa aliran kolektif dan lapisan atas berupa aliran traktif.
3.4 Sedimen adalah butiran lepas (noncohesive)dari berbagai diameter yang terbawa olehaliran permukaan atau aliran sungai baik secara suspensi maupun bergerak di dasarnya danberpotensi bergerak dengan massa yang besar.
3.5 Titik limpasan aliran debris adalah suatu tempat pada alur sungai yang secaratopografis dan penampang alur sungai tidak mampu dialiri debit aliran debris tertentu.
3.6 Estimasi volume aliran debris adalah estimasi jumlah debris yang terangkut olehaliran air.
3.7 Torent adalah alur sungai yang terjal/curam di lereng gunung/pegunungan.
3.8 Debit aliran debris adalah estimasi jumlah aliran debris per satuan waktu.
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
6/24
Pd T-18-2004-A
2 dari 20
4 Persyaratan
4.1 Data dan Informasi
Data yang diperlukan untuk pembuatan peta bahaya akibat aliran debris adalah data teknisdan data sosial ekonomi.
4.1.1 Teknis
Data teknis yang diperlukan dalam pembuatan peta bahaya ini, antara lain
a) peta topografi sekurang-kurangnya skala 1 : 25.000,b) peta geologi,c) data hidrologi (data curah hujan)d) data sungai (geometri sungai),e) data geoteknik,f) peta tata guna lahan, dang) catatan atau data mengenai bencana sedimen yang pernah terjadi dan data lainnya
yang terkait.
4.1.2 Sosial ekonomi
Data sosial ekonomi yang diperlukan antara lain
a) jumlah penduduk,b) tata guna lahan, yang semakin tinggi nilai ekonomisnya maka kebutuhan akan peta
bahaya tersebut menjadi semakin tinggi,c) bangunan sarana dan prasarana yang terancam oleh aliran debris, dand) bangunan penting lainnya.
4.2 Ketentuan-ketentuan
Agar peta bahaya yang dihasilkan dapat bermanfaat seperti yang diharapkan dalampembuatannya harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
4.2.1 Umum
Ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.
a) Adanya sumber material debris yang memungkinkan terangkut kehilir oleh aliran menjadialiran debris. Aliran debris dapat bersumber dari1) sumber sedimen dari daerah vulkanik yang terdiri atas
(a) endapan lepas piroklastik,(b) endapan lava dan abu vulkanik yang tersebar di lereng gunung maupun yang ada
di alur sungai.2) sumber sedimen dari daerah nonvulkanik terdiri atas
(a) sedimen yang berasal dari daerah hancuran sekitar patahan (fracture zone)yangrawan terhadap longsor,
(b) sedimen hasil erosi permukaan lahan kritis,(c) endapan sedimen yang berada pada alur sungai.
b) Adanya potensi air yang mampu mengangkut material menjadi aliran debris.
c) Adanya kemiringan alur yang cukup terjal.
d) Adanya daerah rawan limpasan aliran debris yang meliputi1) adanya perubahan kemiringan alur yang curam ke alur yang landai,2) daerah kipas aluvial,3) tebing sungai rendah, dan4) daerah tikungan luar yang berpotensi melimpas karena tinggi tebing tidak aman
terhadap limpasan aliran debris.
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
7/24
Pd T-18-2004-A
3 dari 20
e) daerah limpasan aliran debris yang merupakan daerah pertanian, daerah hunian, dandaerah industri.
f) bila digunakan sebagai dasar pengembangan wilayah, daerah tersebut harus diamankandari daerah hunian. Apabila sudah terlanjur menjadi daerah hunian, pedoman ini dapatdigunakan sebagai pemberitaan dini agar penduduk yang tinggal di daerah tersebut
waspada
4.2.2 Teknis
Adanya tempat atau daerah tertentu di sekitar atau pada alur sungai yang rawan bencanaakibat aliran debris perlu mendapat perhatian, antara lain yaitu
a) di bagian hulu, kanan, dan kiri sungai yang mempunyai tebing terjal yang rawanterhadap longsor akibat erosi horizontal,
b) daerah hilir terdapat kipas aluvial yang pada umumnya merupakan daerahpemukiman, pertanian, dan industri, dan
c) daerah bahaya yang mempunyai batas dan luas tertentu.
Lebar daerah bahaya di daerah rawan longsoran tebing sungai adalah B'
B'= 2 x Hdengan :B' lebar daerah rawan longsorH tinggi tebing sungai
B B' = 2H
H
Gambar 1 Lebar daerah rawan longsor
a) Lebar, panjang, dan luas daerah bahaya akibat limpasan aliran debris adalah sebagaiberikut.
1) batas sebelah kanan dan kiri sungai adalah sungai atau tebing yang cukup tinggi (lebihtinggi dari pada tinggi air banjir).
2) lebar dan panjang aliran debris dapat dihitung menggunakan rumus empiris.3) luas daerah bahaya tergantung pada arah aliran, topografi daerah endapan,jenis
batuan, besarnya curah hujan dan sebaran sedimen yang pernah terjadi pada saatbencana yang lalu.
b) Keamanan meliputi1) daerah bahaya tidak dijadikan daerah hunian.2) daerah bahaya sebaiknya digunakan sebagai daerah sabuk hijau (green belt) atau
daerah pertanian.
5 Survei lapangan
Sebelum mengadakan survei lapangan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruhpada pembuatan peta bahaya akibat aliran debris, perlu dipersiapkan peta topografi denganskala 1:25.000 yang mutakhir. Survei lapangan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisilapangan yang sebenarnya, yang antara lain sebagai berikut.
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
8/24
Pd T-18-2004-A
4 dari 20
a) Kemiringan alur sungai
Mengadakan survei lapangan menggunakan peta topografi yang mutakhir denganketelitian akurat dapat diprediksi tempat-tempat penting yang harus mendapat perhatiandipandang dari kemiringan alur.
Hubungan antara kejadian aliran debris dengan kemiringan alur adalah sebagai berikut.
0 < 3 bagian pengendapan aliran sedimen.3 < 10 bagian pengendapan aliran sedimen dan bagian pengendapan aliran
debris.
10< 15 bagian pengendapan dan terjadinya aliran debris serta bagianterjadinya aliran sedimen.
15 daerah terjadinya aliran debris.Dengan demikian, daerah terjadinya maupun daerah endapan aliran debris dapatdiperkirakan secara makro dalam peta topografi.
Berdasarkan hasil survei lapangan dapat juga diketahui kondisi alur, baik ke arahmemanjang maupun melintang.
b) Keberadaan material di dasar alur dan di lereng.
Hal-hal yang perlu diamati adalah1) tebal rata-rata material sedimen di dasar alur dan di lereng gunung,2) lokasi sumber material debris, dan3) estimasi jumlah material sedimen di sumbernya.
c) Penampang alur sungai
Alur sungai di daerah rawan aliran debris perlu diukur penampangnya di beberapa titikpenting, terutama di tempat yang rawan terhadap limpasan aliran debris yaitu antara lain1) tikungan sungai yang kritis,2) apex point(puncak kipas aluvial), dan3) perubahan palung sungai dari palung yang dalam ke palung sungai yang dangkal.
c) Daerah pengaliran sungai (catchment area).
Di daerah pengaliran sungai perlu diamati untuk mengetahui antara lain :1) kepastian kondisi daerah pengaliran sungai dan keberadaan sumber material debris,2) kondisi geologi,3) kejadian bencana longsor atau aliran debris yang lampau, dan4) terjadi crackatau sliding cliff.
6 Penghitungan
Berdasarkan hasil survei lapangan dapat diperkirakan lokasi titik kritis atau titik awalpenyebaran aliran debris pada masing-masing alur. Kemudian dapat ditentukan dandigambar masing-masing catchment area(daerah pengaliran sungai) pada peta topografi.
A (luas daerah pengaliran sungai) dapat dihitung menggunakan planimeter.
Besarnya curah hujan harian (R24) dengan periode ulang 50 th atau 100 th dapat dihitungberdasarkan data yang tersedia. Cara penghitungan dan pengolahan data curah hujansesuai dengan petunjuk Penghitungan Debit Banjir (SNI 03-2415-1991).
Dalam membuat peta bahaya akibat aliran debris dapat digunakan rumus-rumus sebagaiberikut.
Dengan memasukkan unsur hidrologi dan mempertimbangkan persamaan konsentrasimassa, debit puncak aliran debris dapat dihitung menggunakan rumus Ashida dkk. (1981).
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
9/24
Pd T-18-2004-A
5 dari 20
...(1)
dengan :
Qt adalah debit puncak aliran (m3/dt).f1,f2adalah koefisien aliran limpasanA1 adalah catchment areadi daerah terjadinya debris (km
2)A2 adalah catchment areadaerah lainnya (km
2)I30 adalah intensitas curah hujan selama 30 menit (mm).Cd adalah konsentrasi sedimen aliran debris.
Volume sedimen yang dapat diangkut dalam satu kali banjir debris maupun aliranhiperkonsentrasi dapat diprediksi dengan mempergunakan rumus empiris dari Mizuyama(1988) sebagai berikut :
....(2)
dengan :
adalah void rasio ( 0,40 ).Fr adalah koefisien koreksi aliran, hasil penelitian di Kali Boyong wilayah gunung Merapi
nilai fr = 0,3 0,7; apabila tidak ada data maka nilai fr dianggap = 1A adalah catchment area( km2).Vec adalah volume sedimen yang dapat diangkut oleh aliran (m3)Cd adalah konsentrasi sedimen aliran debris.R24 adalah curah hujan harian maksimum (mm).
Untuk mengetahui tipe aliran debris atau aliran hiperkonsentrasi yang ada pada alur sungaidapat dibedakan berdasarkan kemiringan dasar sungai dan tinggi aliran relatif.
1) Aliran debris terjadi apabila kemiringan dasar sungai lebih besar atau sama dengan
kemiringan dasar kritis (tg tg d) dapat dihitung menggunakan rumus Takahashi dkk.(1988).
..(3)
dengan :
s adalah rapat masa material (ton/m3)
w adalah rapat masa air (ton/m
3
)k adalah nilai koefisien eksperimen (0,85 1) adalah sudut geser dalam statis ()C* adalah konsentrasi sedimen pada dasar sungai (= 0,6 )
2) Aliran sedimen hiperkonsentrasi terjadi pada kondisi tg h< tg < tg d (kemiringandasar sungai lebih landai daripada kemiringan kritik terjadinya aliran debris akan tetapilebih besar atau sama dengan kemiringan dasar kritik untuk aliran hiperkonsentrasi)
301
d*
d122t IA
CC
CfAf
3,6
2Q
+=
( )
( )tg
k
11C
Ctg
wws*
ws*d
++
=
r
d
d
3
24ec f
C1
C
1
10ARV
=
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
10/24
Pd T-18-2004-A
6 dari 20
..(4)
dengan :ho adalah tinggi aliran (m)d adalah diameter material dasar (m)C* adalah konsentrasi sedimen pada dasar sungai (= 0,6 )
Pada aliran debris, gerakan kolektif partikel dianggap memenuhi seluruh kedalaman aliran,sehingga konsentrasi sedimen (Cd) dianggap sama untuk seluruh kedalaman. Konsentrasisedimen aliran debris dapat dihitung menggunakan rumus Takahashi dkk. (1988).
... (5)
dengan :tg adalah kemiringan alur ()C* adalah konsentrasi sedimen pada dasar sungai (= 0,6 )
Apabila hasil penghitungan Cd lebih dari 0,9 C*, Cddiambil 0,9.C*dan apabila Cdlebih kecildari 0,3 maka diambil 0,3.
Pada aliran hiperkonsentrasi gerakan kolektif partikel tidak terjadi pada seluruh kedalamanaliran, melainkan terjadi hanya pada sebagian kedalaman aliran sehingga konsentrasisedimen (Cd) akan berbeda pada tiap kedalaman aliran. Besarnya konsentrasi sedimendipengaruhi oleh kemiringan dasar sungai (tg ). Konsentrasi sedimen dapat dihitungmenggunakan rumus Mizuyama.(1988)
..(6)
Untuk mengetahui apakah terjadi limpasan debris atau tidak pada suatu penampang sungaiperlu diadakan checking kemampuan daya tampung tampang lintang alur (tinggi tebing).
..(7)
..(8)
dengan :Qt adalah debit puncak aliran (m
3/dt)B adalah lebar sungai (m)h adalah tinggi aliran (m)U adalah kecepatan aliran (m/dt)
( )
( )tg
d
h1C
Ctg
0wws*
ws*h
++
=
( )( )tg tg tg
Cws
wd
=
tg11,851tg11,85C
2
2
d +=
UhBQ t =
UB
Qh t
=
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
11/24
Pd T-18-2004-A
7 dari 20
Tebing sungai tidak aman terhadap limpasan debris apabila
H tebing
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
12/24
Pd T-18-2004-A
8 dari 20
d) Tarik garis dengan sudut 45o dari garis arah limpasan ke kanan dan kiri sampaimemotong lingkaran di titik B dan C.
e) Buat garis singgung lingkaran melalui titik B dan C.
f) Buat garis singgung lingkaran melalui titik D memotong tegak lurus garis singgung yangmelalui titik B dan C.
g) Persegi lima ABEFC merupakan daerah bahaya sebaran material aliran debris secaraumum. Namun, apabila di dalam daerah bahaya (segilima ABEFC) terdapat alur sungailain atau terdapat tebing yang cukup tinggi, kedua fenomena tersebut dapat menjadibatas sebaran sedimen.
h) Apabila dibagian luar AB dan AC terdapat daerah yang rawan tertimpa bencana alirandebris, daerah bahaya dapat diperlebar menjadi GEFH.
i) Peta bahaya tersebut perlu dibandingkan dengan sebaran sedimen akibat aliran debrisyang pernah terjadi pada saat lampau. Apabila sebaran sedimen yang pernah terjadi lebihluas, penentuan luas daerah bahaya ditentukan berdasarkan luas daerah yang lebihbesar.
Gambar 3 Pola penyebaran aliran debris
A
X l
A
BC
E
D
F
G H
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
13/24
Pd T-18-2004-A
9 dari 20
1. Kemiringan alur sungai.2. Keberadaan material (sumber sedimen).3. Penampang alur sungai.4. Kondisi Daerah Pengaliran Sungai (catchment area).
Gambar 4 Bagan alir pembuatan peta bahaya akibat aliran debris
Pekerjaan Persiapan
Survei Lapangan
Analisa Hidrologi
Kontrol aliran denganRumus (3) & (4)
Hitung Cddengan rumusTakahashi dkk - Rumus (5)
Hitung Cddengan rumusMizuyama - Rumus (6)
Hitung Debit Qt- Rumus (1) Hitung Debit Qt- Rumus (1)
Kontrol kemampuan dayatampung tampang lintang alur
- Rumus (7) & (8)
Kontrol kemampuan dayatampung tampang lintang alur -
Rumus (7) & (8)
Hitung kecepatanmenggunakan Rumus (9)
Hitung kecepatanmenggunakan Rumus (10)
Debris Hiperkonsentrasi
Peta Skala 1 : 25.0001. Buat garis alur sungai (dari orde 1).
2. Tentukan batas catchment area.3. Tentukan daerah rawan :sumber sedimenterjadinya aliran debris berdasarkan kemiringan alur
1. Hitung intensitas curah hujan selama 30 menit.2. Tentukan dan hitung luas catchment yang
kemungkinan akan terjadi aliran debris.
Hitung panjang endapanmen unakan Rumus 11
Penggambaran pada peta
Pernah terjadi alirandebris ?
Bandingkan dan ambilyang paling besar
ya
tidak
Mulai
Selesai
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
14/24
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
15/24
Pd T-18-2004-A
11 dari 20
Tabel A.2 Contoh lembar data survei kerugian akibat aliran debris
No. Alur
Nama Sistim Drainasi
Nama Sungai
Nama Alur
Propinsi, Kabupaten
Kccamatan Kelurahan
Lokasi Alur
Kampung
Panjang Alur Km
Kemiringan Dasar Sungai Rata-rata
Lebar Dasar Sungai m
Luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Km2
Gambaran
Umum Alur
Kondisi gologi yang penting
Kondisi topografi
Kemiringan
Kondisi
Daerah /titik akhir banjir
Panjang Daerah Pengendapan m
Lebar Maksimum m
Luas Daerah Pengendapan m2
Tebal Endapan Maksimum m
Daerah
Endapan
Material
Lahar
Volum Endapan Debris m3
Korban Jiwa , Korban Hilang OrgKorban Luka-luka Org
Jumlah KK Jiwa
Fasilitas Umum bh
Luas Daerah Pertanian ha
KerugianAkibat
Bencana
Catatan
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
16/24
Pd T-18-2004-A
12 dari 20
Tabel A.3 Contoh lembar survei daerah bahaya aliran debris
KETERANGAN Satuan Alur 1 Alur 2 Alur 3 Alur 4 Alur 5
Nomor aliran
Nama Sistim Drainasi
Nama Sungai
Nama Alur
Kabupaten, Propinsi
Kelurahan, Kecamatan
Lokasi
Alur
Kampung
Kemiringan Rata-rata Bag. Hilir
Katagori Topografi
Gradient/kemiringan
Kondisi
Panjang Daerah Pengendapan m
Lebar Maksimum m
Kondisi
Luas Daerah Km2
Tebal Maksimum m
Tebal rata-rata m
Banyaknya endapan m3
Jumlah Penduduk jiwa
Jumlah KK jiwa
Hasil
Survei
Fasilitas Umum bh
Luas Lahan Pertanian ha
Bencana Lahar, Ada , Tgl,Bln,Th, Tidakada
Rencana Penanggulangan Oleh
Tempat Pengungsian, Ada , Tidak ada
Memerlukan Bang Sabo, Ya , Tidak
Fasilitas Sabo, Ada , Tidak
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
17/24
Pd T-18-2004-A
13 dari 20
Tabel A.4 a Contoh lembar pengamatan lapangan
ENDAPAN DASAR ALUR
No
Kemiringan dasar alur
Lebar Endapan m
Tebal Endapan m
Diameter Maksimum Material m
Diameter Rata-rata mm
No
Kemiringan dasar alur
Lebar Endapan m
Tebal Endapan m
Diameter Maksimum Material m
Diameter Rata-rata mm
No
Kemiringan dasar alur
Lebar Endapan m
Tebal Endapan m
Diameter Maksimum Material m
Diameter Rata-rata mm
No
Kemiringan dasar alur
Lebar Endapan m
Tebal Endapan m
Diameter Maksimum Material m
Diameter Rata-rata mm
No
Kemiringan dasar alur
Lebar Endapan m
Tebal Endapan m
Diameter Maksimum Material m
Diameter Rata-rata mm
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
18/24
Pd T-18-2004-A
14 dari 20
Tabel A.4 b Contoh lembar pengamatan lapangan
SKET
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
19/24
Pd T-18-2004-A
15 dari 20
Lampiran B
Contoh Penghitungan
Lokasi Batang Suliti
A ( luas DPS) = 5,77 Km2 ( A1= 4,04 km2, A2= 1,73 km
2 )R24 = 167 mm.R30 = 63 mm. = 0,4fr = 0,5
s = 2,6 ton/m3
w = 1,0 ton/m3
= 35 = 11
Kontrol :
( )
( )Tg
k
11C
CTg
WWS*
WS*d
++
=
( )0,70020
0,85
111,01,0)-(2,60,6
1,0-2,60,6Tg d
++
=
0,7002x2,1760,96
0,96Tg d +
=
Tg d = 0,2143 > 0,194380 (aliran hiperkonsentrasi)
Konsentrasi sediment dihitung menggunakan rumus Mizuyama :
Tg11,851
Tg11,85C
2
2
d +=
2
2
d0,194.11,851
0,194.11,85C
+=
1,44598
0,44598
C d =
308,0=dC untuk kondisi lapangan nilai Cd diambil 1,5 kali, Nilai Cdmaksimum = 0,9 C*.
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
20/24
Pd T-18-2004-A
16 dari 20
Debit total aliran :
( ) 301d*d
122t I.A.CC
CfA.f
3,6
2Q
+=
63.1,73.0,462)-(0,6
0,462.0,754,04.0,753,6
2Q t
+=
/det.m257,825Q 3t =
Volume sediment yang dapat diangkut oleh aliran :
fr.C1
C
1
A.R.10V
d
d24
3
ec
=
.0,50,4621
0,462
1
5,77.167.10
V
3
ec
=
3
ec m689.557,89V =
Debit aliran dari luar daerah terjadinya debris tetapi masih dalam daerah pengamatan :
3022WC I.A.f3,6
2Q =
63.4,04.0,753,6
2Q WC =
/det.m106,05Q 3WC =
d
h0,4
U
U
*
=
1/5h55,2075U0,01
4389,8.h.0,190,4.hU
0,01
11)(9,8.h.tg0,4.h.U
0,01
(g.R.I)0,4.h.U
=
=
=
=
Q = U . A= 55,2075 h1,5. b. h= 55,2075 h1,5. 30. h= 1656,22 h5/2
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
21/24
Pd T-18-2004-A
17 dari 20
Tinggi aliran debris :
257,825 = 1656,22 . h5/2h = 0,475 m
Kecepatan aliran debris :
U = 55,2075 h3/2= 55,2075. 0,4753/2= 18,07 m/det.
Panjang endapan :
Sin.g).C(
Tg.Cos.C.g.)(
UXl
wdws
dws
2
+
=
0,19089,8.10,4621).-(2,6
0,57735.0,9816.0,462.9,8.1)-(2,6
18,07Xl2
+
=
1,86981,739
4,105459
326,52Xl
=
m664,98Xl =
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
22/24
Pd T-18-2004-A
18 dari 20
Lampiran C
Gambar
Gambar C.1 Contoh peta bahaya akibat aliran debris
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
23/24
Pd T-18-2004-A
19 dari 20
Lampiran D
Daftar nama dan lembaga
1) Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian danPengembangan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
2) Penyusun
Nama Lembaga
Ir. Soeryono Haryadi, SU. Pusat Litbang Sumber Daya Air
Ir. Subarkah, Dipl.HE. Pusat Litbang Sumber Daya Air
Drs. Sutikno, HS. Pusat Litbang Sumber Daya Air
-
8/12/2019 Pd T-18-2004-A
24/24
Pd T-18-2004-A
Bibliografi
1. Debris flow, Disaster Prevention Research Institute, Kyoto University, InternationalAssosiation for Hydrolic Research (IAHR), A.A Balkema / Roterdam/Brookfield, 1991.
2. Guide to Zoning for Debris flow Vulnereble Area. Ministry of Construction, Japan, 1979.
3. Mannual Perencanaan Sabo, Ditjen Pengembangan Perdesaan, DepartemenKimbangwil, 2000.
4. Petunjuk Penghitungan Debit Banjir, Pusat Litbang, Pengairan, Balitbang PU, 1988.
5. Petunjuk Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen, Puslitbang Pengairan, BalitbangPU, 1988.
6. Technical Standart for The measures Against Debris Flow. ISSN.0386-5878, TechnicalMemorandum of PWRI No.2632, Public Works Research Institute, Ministry ofConstruction, 1988.