Patologi Indera Keperawatan

125
PATOLOGI SISTEM INDERA Dr. ERFIRA, SpM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - 2009

Transcript of Patologi Indera Keperawatan

Page 1: Patologi Indera Keperawatan

PATOLOGI SISTEM INDERA

Dr. ERFIRA, SpMFKIK UIN Syarif HidayatullahJakarta - 2009

Page 2: Patologi Indera Keperawatan

MATA

Page 3: Patologi Indera Keperawatan

Anatomi mata

Page 4: Patologi Indera Keperawatan

Pemeriksaan tajam penglihatan

Tajam penglihatan = Jarak pemeriksaan

Jarak standar

Normal : 6/6; 20/20; 1,0

Page 5: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 5

Tajam Penglihatan

• Kriteria kebutaan menurut WHO

K r i t e r i a S n e l l e n Normal 6/6 to 6/18

Visual impairment <6/18 to 6/60

Severe visual impairment <6/60 to 3/60

Blind < 3/60

Page 6: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 6

KEBUTAAN

• Kebutaan total di dunia (2000)– 50 juta orang mengalami kebutaan50 juta orang mengalami kebutaan– 110 juta orang memiliki cacat 110 juta orang memiliki cacat

penglihatanpenglihatan

• Kebutaan di Indonesia- 1,5% penduduk

- tertinggi di Asia Tenggara

Page 7: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 7

KEBUTAAN

• Penyebab kebutaanKatarakKatarak : 50%: 50%GlaukomaGlaukoma : 16%: 16%Sikatrik kornea / trachomaSikatrik kornea / trachoma : 10%: 10%Retinopati diabetik Retinopati diabetik : 6%: 6%ARMDARMD : 4%: 4%Kelainan refraksiKelainan refraksi : 4%: 4%Defisiensi vit. A Defisiensi vit. A TraumaTrauma 10% 10%Kebutaan pada anakKebutaan pada anakLain-lainLain-lain

Page 8: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 8

Kelainan Mata

1. Mata merah visus tetap2. Mata merah visus turun3. Mata tenang visus turun perlahan4. Mata tenang visus turun mendadak5. Lain-lain (adneksa, trauma, tumor)

Page 9: Patologi Indera Keperawatan

Mata merah visus tetap

• Konjungtivitis: peradangan pada konjungtiva

• Skleritis• Pterigium• Perdarahan

subkonjungtiva• Xerosis konjungtiva

Page 10: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 10

Kelainan Mata

• Mata merah visus tetap

Konjungtivitis

Page 11: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 11

Kelainan Mata

• Mata merah visus tetap

Skleritis

Page 12: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 12

Kelainan Mata

• Mata merah visus tetap

Pterygium

Page 13: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 13

Kelainan Mata

• Mata merah visus tetapPerdarahan

subkonjungtiva

Xerosis konjungtiva (devisiensi vit-A)

Page 14: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 14

Mata merah visus turun

• Gangguan penglihatan akibat proses peradangan pada segmen anterior

Kornea

Segmen anterior

Bilik mata depan

Segmen posterior

Page 15: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 15

Kelainan Mata

• Mata merah visus turun– Keratitis: peradangan pada kornea– Keratokonjungtivitis– Ulkus kornea– Uveitis: peradangan pada uvea– Glaukoma akut: peningkatan tekanan

bola mata mendadak akibat terhambatnya aliran humor akuos

Page 16: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 16

Kelainan Mata

• Mata merah visus turun

Keratokonjungtivitis

Page 17: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 17

Kelainan Mata

• Mata merah visus turun

Ulkus kornea dengan hipopion Keratitis

Page 18: Patologi Indera Keperawatan

Glaukoma akut

Page 19: Patologi Indera Keperawatan

…glaukoma akut

• Gejala lain: kornea keruh dengan edema epitel

• Kamera okuli anterior dangkal/kolaps• Fundus sering sulit dievaluasi, saat

tervisualisasi: papil n II normal – hiperemis+edema, kongesti vena retina sentral, pulsasi arteri retina sentral

• Penurunan tajam penglihatan

Page 20: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 20

Uveitis

• Peradangan pada uvea (iris, badan silier, koroid)

• Etiologi: proses imunologi atau infeksi• Gejala dan tanda:

– Nyeri, sakit kepala, penglihatan buram, fotofobia, lakrimasi

– Injeksi silier, injeksi konjungtiva– Pupil miosis– Infiltrasi sel radang di kamera okuli anterior

sel, keratik presipitat, Busaca nodul, Koeppe nodul, hipopion

Page 21: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 21

Uveitis

Uveitis anterior Sinekia posterior Keratik precipitate

Hipopion Nodul pada iris

Page 22: Patologi Indera Keperawatan

Mata tenang visus turun perlahan

• Kelainan refraksi: miopia, hipermetropia, astigmat, presbiopia

• Distrofi kornea

• Sikatrik kornea

• Katarak

• Glaukoma kronik

• Retinitis pigmentosa

Page 23: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 23

Kelainan Mata

• Mata tenang visus turun perlahan

Kelainan refraksi : miopia, hipermetropia, astigmat

Page 24: Patologi Indera Keperawatan

Emetropia: mata normal

Page 25: Patologi Indera Keperawatan

Miopia: bayangan jatuh di depan retina

Page 26: Patologi Indera Keperawatan

Klasifikasi miopia

• Simple myopia (school age myopia):

- onset 10-12 tahun, bertahan setelah usia 20 th

• Pathologic myopia

- herediter, progresivitas tdk bergantung aktivitas

Page 27: Patologi Indera Keperawatan

Koreksi miopia

• Kaca mata lensa negatif • Lensa kontak• Pengangkatan lensa• Bedah refraktif (LASIK, PRK)

Page 28: Patologi Indera Keperawatan

Hipermetropia: bayangan jatuh di belakang retina

Page 29: Patologi Indera Keperawatan

Astigmatisme

Page 30: Patologi Indera Keperawatan

Terapi Astigmatisme

• Kacamata lensa silinder• Lensa kontak rigid• Bedah refraktif

Page 31: Patologi Indera Keperawatan

Anisometropia

• Definisi: perbedaan besar kelainan refraksi antara kedua mata, baik sferis atau astigmat, umumnya > 2D

• Koreksi: koreksi penuh per mata, kecuali bila beda > 3D aniseikonia (besar bayangan yang jatuh ke retina berbeda sehingga sulit untuk difusikan oleh otak)

• Komplikasi anisometropia– Ambliopia– Anisekonia– Anisophoria

Page 32: Patologi Indera Keperawatan

Ambliopia

• Definisi: penurunan tajam penglihatan dengan koreksi terbaik unilateral atau bilateral yang bukan disebabkan secara langsung oleh berbagai kelainan struktur bola mata atau adanya gangguan jalur penglihatan posterior.

Page 33: Patologi Indera Keperawatan

Etiologi ambiopia

• Etiologi: pengalaman penglihatan yang abnormal pada usia dini, antara lain akibat:– Strabismus– Kelainan refraksi yang tidak dikoreksi– Berbagai kelainan yang mengganggu

kualitas bayangan yang dikirim ke otak

Page 34: Patologi Indera Keperawatan

Klasifikasi ambliopia

• Ambliopia strabismus: trofia konstan, non alternating

• Ambliopia anisometropia: gangguan refraksi antara kedua mata tidak sama besar menyebabkan bayangan yang jatuh pada salah satu retina selalu tidak fokus

Page 35: Patologi Indera Keperawatan

Klasifikasi ambliopia

• Ambliopia isoametropia: penurunan tajam penglihatan kedua mata (relatif ringan), umumnya disebabkan kelainan refraksi pada kedua mata pada usia muda yang tidak dikoreksi. Hiperopia: +5D, miopia -10D

• Ambliopia deprivasi: disebabkan kekeruhan media refraksi kongenital/sejak kecil (katarak kongenital, ptosis kongenital)

Page 36: Patologi Indera Keperawatan

Terapi ambliopia

• Mengatasi deprivasi

• Memberikan koreksi tajam penglihatan terbaik

• Memaksa mata ambliopia untuk lebih terlatih dengan menutup mata yang lebih baik

Page 37: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 37

Distrofi kornea

• Kekeruhan pada kornea tanpa disertai peradangan

• Diturunkan/herediter

Band keratopathy Corneal dystrophy

Page 38: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 38

Katarak

• Kekeruhan pada lensa• Kongenital/degeneratif/komplikata

Katarak matur Katarak hipermatur

Page 39: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 39

Kelainan Mata

Dislokasi lensa: perubahan posisi lensa akibat terputusnya sebagian zonulla Zinn

Katarak kongenital

Page 40: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 40

Glaukoma kronik

• Definisi:– Neuropati optik yang disertai gangguan

lapang pandang dengan peningkatan tekanan intra okuler sebagai faktor resiko utama

• Tekanan bola mata normal: 10-22 mmHg

• Tahap awal tidak ada keluhan, kerusakan parah lapang pandang menyempit (tunnel vision)

Page 41: Patologi Indera Keperawatan
Page 42: Patologi Indera Keperawatan

Pemeriksaan

• Slit lamp

• Gonioskopi

• Tekanan intra okuler: palpasi, tonometri Schiotz, aplanasi, non kontak

• Funduskopi

Page 43: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 43

Mata tenang visus turun mendadak

• Kelainan pada segmen posterior bola mata

• Perdarahan vitreus• Sumbatan arteri/vena retina sentralis• Ablasio retina• Papilitis• Papil edema

Page 44: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 44

Mata tenang visus turun mendadak

Fundus normal

Perdarahan vitreus (atas), perdarahan subhialoid (bawah)

Page 45: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 45

• Mata tenang visus turun mendadak

Oklusi vena retina sentralis

Oklusi arteri retina sentralis

Page 46: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 46

Kelainan Mata

• Mata tenang visus turun mendadak

Ablasio retina Retinitis citomegalovirus

Page 47: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 47

Kelainan Mata

• Mata tenang visus turun mendadak

Papil edema

Papilitis

Papil atrofi

Page 48: Patologi Indera Keperawatan

Kelainan Mata

• Kelainan MataHordeolum: peradangan pada kelopak akibat sumbatan kelenjar sebasea

Hemangioma kapiler: pertumbuhan abnormal kapiler kulit, dapat regenerasi spontan, terjadi pada bayi/balita.

Page 49: Patologi Indera Keperawatan

Kelainan Mata

• Kelainan Mata KongenitalStrabismus (juling): kelainan kedudukan bola mata, bersifat kongenital/didapat

Ptosis: kelopak mata tidak dapat terangkat, kongenital/didapat

Koloboma palpebra: tidak sempurnanya pembentukan palpebra/kelopak.

Page 50: Patologi Indera Keperawatan

Kelainan Mata

• Kelainan Mata Degenerasi

Entropion: tepi kelopak mata mengarah ke dalam sehingga bulu mata mengenai kornea

Ektropion: tepi kelopak mata terlipat ke luar sehingga konjungtiva tarsal terpapar

Page 51: Patologi Indera Keperawatan

04/17/23 51

Kelainan Mata

• Tumor mata

Retinoblastoma

Melanoma maligna

Neuroblastoma

Page 52: Patologi Indera Keperawatan

Kelainan Mata

• Trauma mekanik

Page 53: Patologi Indera Keperawatan

Kelainan Mata

• Trauma mekanik

Ruptur palpebra

Dislokasi lensa Hifema

Iridodialisis Avulsi bola mata

Page 54: Patologi Indera Keperawatan

Kelainan Mata

• Trauma tembus

Page 55: Patologi Indera Keperawatan

Kelainan Mata

• Trauma kimia

Trauma asam Trauma basa

Page 56: Patologi Indera Keperawatan

PATOLOGI HIDUNG

Page 57: Patologi Indera Keperawatan

Definisi

• Rinitis alergi: – penyakit inflamasi karena reaksi alergi – pasien atopi – sebelumnya tersensitisasi alergen – dilepaskannya mediator kimia saat paparan ulangan

• Sinusitis: radang mukosa sinus paranasal • Rinosinusitis: proses inflamasi yang melibatkan

mukosa hidung dan 1/ lebih sinus

Page 58: Patologi Indera Keperawatan

Gejala Rinitis Alergi• Bersin berulang (> 5x)

• Ingus encer,banyak

• Hidung tersumbat

• Hidung-mata gatal

• Lakrimasi

• Alergen penyebab

• Riw.atopi (ps, keluarga)

Page 59: Patologi Indera Keperawatan

Rinitis Vasomotor

Page 60: Patologi Indera Keperawatan

Gangguan vasomotor hidung

→ Gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung

penyebab: pertambahan aktivitas parasimpatis

Etiologi → ? → Diduga Gangguan keseimbangan fungsi vasomotor

(Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n.Vidianus)

Rangsangan saraf parasimpatis Rangsangan saraf simpatis• Dilatasi PD dalam konka Konstriksi PD dalam konka• permbeabilitas kapiler ↓ permbeabilitas kapiler• sekresi kelenjar ↓ sekresi kelenjar

Page 61: Patologi Indera Keperawatan

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan Vasomotor

1. Obat-obatan yang menghambat dan menekan sistem saraf simpatis

Ergotamin, Chlorpromazin, Obat anti hipertensi, Vasokonstriksi topikal

2. Faktor fisikIritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara tinggi, bau yang merangsang, makanan yang pedas dan panas

3. Faktor endokrinKehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil, hipotiroidisme

4. Faktor psikisRasa cemas, tengang

Page 62: Patologi Indera Keperawatan

Gejala klinis

Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan dibagi menjadi:– Golongan obstruksi

Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan– Golongan rinore

Rinore mukus atau serosa, kadang-kadang agak banyak

• Jarang disertai bersin• Tidak terdapat rasa gatal di mata• Gejala dapat memburuk pada pagi hari saat bangun

tidur, udara lembab atau asap rokok.

Page 63: Patologi Indera Keperawatan

Rhinitis Infeksi

Page 64: Patologi Indera Keperawatan

Infeksi Rongga Hidung

• Rhinitis Akut– Merupakan Manifestasi dari Rinitis Simplex,

Influenza,Penyakit exantema (morbilli, variola, varisela, pertusis)

• Rhinitis Kronis– Rhinitis Hipertrofi– Rinitis Sika– Rinitis spesifik

• Rhinitis difteria• Rhinitis atrofi (ozaena)• Rhinitis Sifilis• Rhinitis Tuberkulosa• Rhinitis Jamur

Page 65: Patologi Indera Keperawatan

Rhinitis Simpleks

• Manifestasi tersering dari common cold/coryza• Merupakan radang akut pada mukosa hidung

akibat infeksi virus (Rhinovirus, Myxsovirus, coxackie virus, dan ECHO virus)

• Gejala klinis ringan seperti hidung tersumbat,ingus encer, bersin berulang, biasa disertai demam dan nyeri kepala.

• Terapi:– Simptomatik– Spesifik bila terjadi infeksi sekunder oleh bakteri

Page 66: Patologi Indera Keperawatan

Rhinitis Hipertrofi

• Timbul akibat proses peradangan berulang mukosa hidung

• Gejala utama adalah sumbatan hidung, sekret banyak, mukopurulen dan nyeri kepala.

• Pada pemeriksaan ditemukan adanya saluran udara yang menyempit dan hipertrofi konka terutama konka inferior denga permukaan berbenjol-benjol

• Terapi:– Cari faktor penyebab rhinitis– Pemebebasan jalan nafas : kauter konka dengan zat

kimia, kauter listrik, luksasi konka, dan konkotomi.

Page 67: Patologi Indera Keperawatan

Rhinitis Sika

• Biasa ditemukan pada orangtua, dan orang yang bekerja di lingkungan kering, panas dan berdebu.

• Keluhan biasanya adalah rasa kering di hidung disertai dengan epistaksis.

• Pada pemeriksaan ditemukan mukosa yang kering terutama pada bagian depan septum dan ujung depan konka inferior

• Pengobatan lokal obat cuci hidung

Page 68: Patologi Indera Keperawatan

Rhinitis Atrofi

• Infeksi kronik yang ditandai oleh atrofi Progresif pada mukosa dan tulang konka.

• Biasa pada wanita, usia pubertas, dengan sos-ek yang lemah dan lingkungan yang buruk.

• Histopatologik– Mukosa hidung menipis, silia menghilang.– Epitel thorax bersilia epitel kubik/gepeng

berlapis– Kelenjar berdegenerasi dan mengecil.

Page 69: Patologi Indera Keperawatan

Rhinitis Atrofi

• Etiologi:– Kuman spesifik terutama Klebsiella Ozaena.– Defisiensi Fe– Defisiensi vitamin A– Gangguan Hormonal– Sinusitis kronis– Penyakit kolagen autoimun.

Page 70: Patologi Indera Keperawatan

Rhinitis Atrofi

• Gejala dan tanda– Nafas berbau , gangguan penghidu, hidung

tersumbat, dan disertai nyeri kepala.– Ingus kental berwarna hijau disertai krusta kehijauan.– Pada pemeriksaan ditemukan rongga hidung sangat

lapang, konka inferior dan media hipotrofi/atrofi.

• Pemeriksaan penunjang– Transiluminasi, Roentgen paranasal, kultur bakteri

dan uji resistensi, pemeriksaan darah tepi dan Fe serum.

Page 71: Patologi Indera Keperawatan

Kriteria Rinosinusitis

Mayor• Nyeri wajah/nyeri wajah

saat ditekan• Kongesti/ rasa penuh di

wajah• Sumbatan hidung• Sekret nasal purulen/

aliran postnasal berubah warna

• Hiposmia/anosmia• demam ( akut)

Minor• Sakit kepala• demam ( selain

rinosinusitis akut)• Halitosis• Rasa lemas• Sakit gigi• Batuk• Nyeri, rasa

tertekan,/penuh pada telinga

Page 72: Patologi Indera Keperawatan
Page 73: Patologi Indera Keperawatan
Page 74: Patologi Indera Keperawatan

Pemeriksaan Fisik Sinusitis

• Pembengkakan daerah muka

• Rinoskopi anterior :– Mukosa hiperemis, edema– Mukopus di meatus medius (maksila, frontal,

etmoid ant)

• Rinoskopi posterior :– Mukopus di nasofaring (postnasal drip)

Page 75: Patologi Indera Keperawatan

Pemeriksaan Penunjang Sinusitis

• Transiluminasi

• Roentgen Radiologi

• CT scan

Page 76: Patologi Indera Keperawatan

Klasifikasi Rinosinusitis

• Akut : ≤ 4 minggu

• Subakut : ≥ 4 minggu, < 12 minggu

• Kronik : gejala menetap ≥ 12 minggu

• Rekuren: ≥ 4 episode dalam 12 bulan

• Ringan : tidak ada gangguan aktivitas

• Sedang-berat : tdpt gangguan aktivitas

Page 77: Patologi Indera Keperawatan

POLIP HIDUNG

• Definisi: Kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan

Page 78: Patologi Indera Keperawatan

• Penampilan bervariasi: – bulat atau lonjong– tunggal atau multipel – dengan tangkai yang melekat pada mukosa

hidung dan atau sinus paranasal.

• Biasanya bilateral dan tangkainya biasanya berasal dari dinding lateral kavum nasi, terutama di sekitar meatus medius

Page 79: Patologi Indera Keperawatan
Page 80: Patologi Indera Keperawatan

Polip Hidung

Page 81: Patologi Indera Keperawatan

Etiologi

1. Peradangan kronik & berulang pada mukosa hidung dan sinus

2. Gangguan keseimbangan vasomotor

3. Peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema mukosa hidung

Page 82: Patologi Indera Keperawatan

Patofisiologi

• Diawali edema mukosa (kebanyakan terjadi di daerah meatus medius) stroma terisi cairan interseluler mukosa yang sembab menjadi polipoid

• Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar & turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai (polip).

Page 83: Patologi Indera Keperawatan

Gambaran Klinis

Keluhan utama: – hidung tersumbat, menetap, semakin lama semakin

berat– bilateral dan tidak selalu sama derajat beratnya

• Terasa massa di dalam hidung• Sukar membuang ingus• Gangguan penciuman

(anosmia atau hiposmia)pada ¾ kasus

Page 84: Patologi Indera Keperawatan

• Gejala sekunder– bila disertai kelainan organ di dekatnya

• post nasal drip , sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur, gangguan tidur atau penurunan kualitas hidup.

• Epistaksis– jarang– pada polip unilateral harus dicurigai

keganasan

Page 85: Patologi Indera Keperawatan

GANGGUAN PENGHIDU

Page 86: Patologi Indera Keperawatan

Anatomi dan fisiologi

• Indra penghidu N. olfaktorius (N. I)

• Reseptor regio olfaktorius ( 1/3 atas)• Neuroepitelium sel saraf bipolar, sel

microvillar, supporting cell, globose basal cell, horizontal basal cell dan Bowman’s glands cell.

• Sel saraf bipolar tembus lamina kribrosa os etmoidalis bulbus olfaktorius

traktus olfaktorius

Page 87: Patologi Indera Keperawatan
Page 88: Patologi Indera Keperawatan

ANATOMI

Page 89: Patologi Indera Keperawatan
Page 90: Patologi Indera Keperawatan

• Traktus olfaktorius korteks periamigdalae dan prepiriformis (inti reseptif olfaktorius primer).

• Korteks asosiatif (entorinalis) impuls diintegrasikan dlm mekanisme fungsi luhur

• Impuls di inti septal nukleus ant. Talami dan girus cinguli mekanisme autonom (air liur, rasa lapar)

• Impuls girus cinguli emosi (sistem limbik)

Page 91: Patologi Indera Keperawatan

Patofisiologi

• Partikel bau reseptor penghidu bila menarik napas kuat atau larut dlm lendir permukaan mukosa daerah olfaktorius.

• Gangguan penghidu :– ada yang menghalangi sampainya partikel

pada reseptor saraf– kelainan pada nervus olfaktorius dari reseptor

sampai pusat olfaktorius.

Page 92: Patologi Indera Keperawatan

• Hiposmia obstruksi hidung rhinitis alergi, rhinitis vasomotor, rhinitis atrofi, hipertrofi konka, deviasi septum, dan polip tumor.

• Pasca infeksi saluran napas atas virus/bakteri edema , hiperemia membran nasal, nekrosis silia, destruksi sel ↓ reseptor olfaktorius hiposmia, disosmia.

Page 93: Patologi Indera Keperawatan

• Anosmia trauma daerah frontal atau oksipital kerusakan serabut saraf olfaktorius di fossa kranial anterior. Penyebab lain infeksi virus.

• Parosmia juga paling sering disebabkan oleh trauma.

Page 94: Patologi Indera Keperawatan
Page 95: Patologi Indera Keperawatan

• Gangguan pd bulbus, traktus dan korteks reseptifnya oleh proses intrakranial tumor serebri, meningitis, ensefalitis, dan proses degeneratif.

• Meningioma di fossa kranialis anterior >> anosmia.

• Pada epilepsi lobus temporalis anterior, halusinasi olfaktorik (kakosmia) dapat timbul sebagai serangan sebelum atau pasca manifestasi epileptik.

Page 96: Patologi Indera Keperawatan

Gejala&Anamnesis

Page 97: Patologi Indera Keperawatan

Gejala

• Hiposmia daya penghidu berkurang• Anosmia daya penghidu hilang• Hiperosmia daya penghidu meningkat• Parosmia Sensasi peghidu berubah/ tidak sesuai• Kakosmia Timbul halusinasi bau/ sensasi penciuman yg tdk menyenangkan

Page 98: Patologi Indera Keperawatan

PATOLOGI TELINGA

Page 99: Patologi Indera Keperawatan

Anatomi dan Fisiologi

Page 100: Patologi Indera Keperawatan

Patogenesis Gangguan Pendengaran

• 3 jenis gangguan pendengaran :– Tuli Konduksi– Tuli Sensorineural– Tuli campur

Page 101: Patologi Indera Keperawatan

• Kerusakan di :

– Telinga luar -------- Tuli konduktif– Telinga tengah----- Tuli Konduktif

– Telinga dalam ----- Tuli sensori neural– Campuran -------- Tuli campur

Page 102: Patologi Indera Keperawatan

Tuli konduktif

• Kelainan di telinga luar :– Kelainan kongenital :

• Atresia liang telinga• Mikrotia

– Otitis Eksterna– Osteoma liang telinga– Sumbatan serumen

Page 103: Patologi Indera Keperawatan
Page 104: Patologi Indera Keperawatan

• Kelainan di telinga tengah :

– Gangguan fungsi tuba eustakhius– Barotrauma– Otitis media– Otosklerosis, Timpanosklerosis– Hemotimpanum– Dislokasi tulang pendengaran

Page 105: Patologi Indera Keperawatan
Page 106: Patologi Indera Keperawatan
Page 107: Patologi Indera Keperawatan
Page 108: Patologi Indera Keperawatan
Page 109: Patologi Indera Keperawatan

Tuli Sensorineural

• Tuli sensorineural– Tipe koklea– Tipe retrokoklea

• Pemeriksaan Audiometri khusus :– Berfungsi untuk membedakan tuli tipe koklea atau

retrokoklea– Jenis tes :

• SISI,ABLB,ToneDecay,• Tympanometri,Bekessy,BERA,• Elektrokokleografi,OAE

Page 110: Patologi Indera Keperawatan

• Kelainan dgn tuli retro koklea:

– Neuroma Akustik– CPA (tumor sudut Serebelopontin)– Multiple Mieloma

Page 111: Patologi Indera Keperawatan

Patologi kelainan di koklea

– Kerusakan organ corti

– Kerusakan sel-sel rambut luar &dalam

– Stria vaskularis

Page 112: Patologi Indera Keperawatan

Tuli sensorineural

• Kelainan di telinga dalam (koklea):

– Presbiakusis– Tuli akibat bising– Tuli akibat obat ototoksik– Tuli mendadak– Trauma Kapitis

Page 113: Patologi Indera Keperawatan

Tuli campur

• Kelainan di telinga tengah dan dalam

Page 114: Patologi Indera Keperawatan

Presbiakusis

Patologi :

– Atrofi & perubahan vaskuler pd stria vaskularis

– Degenerasi sel-sel rambut penunjang di organ Corti

– Berkurangnya jumlah & ukuran sel ganglion & saraf

Page 115: Patologi Indera Keperawatan

Tuli akibat bising

• Patologi :

– Kerusakan bagian organ Corti : membran, stereosilia, sel rambut,

– Kerusakan organ subseluler, stria vaskularis

Page 116: Patologi Indera Keperawatan

• Gejala : – pendengaran terganggu biasanya bilateral– Telinga berdenging– Riwayat terpajan bising – Riwayat bekerja di lingkungan bising cukup lama– Bising > 85 dB >8 jam perhari atau 40 jam perminggu– Pada gangguan pendengaran cukup berat, sukar

menangkap percakapan

Page 117: Patologi Indera Keperawatan

• Prognosis :

– Kurang baik karena tuli sensorineural koklea bersifat menetap (irreversible) dan tidak dapat diobati.

– Pencegahan sangat penting

Page 118: Patologi Indera Keperawatan

• Pencegahan :

– Usahakan bising lingkungan kerja <85 dB dg meredam sumber bunyi

– Alat pelindung pendengaran utk pekerja– Penyuluhan berkala pada pekerja

Page 119: Patologi Indera Keperawatan

Tuli akibat obat ototoksik

• Patologi :

– Kerusakan sel rambut– Kerusakan stria vaskularis

Page 120: Patologi Indera Keperawatan

• Gejala:– pendengaran terganggu Kadang disertai vertigo– Telinga berdenging– Riwayat konsumsi obat ototoksik : aminoglikosida,

diuretik,anti inflamasi (salisilat),anti malaria (Klorokuin), anti Kanker (CIS platinum)

– Riwayat penyakit lain shg memakai obat ototoksik

Page 121: Patologi Indera Keperawatan

• Prognosis :

– Tergantung jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan, kerentanan pasien

– Pada umumnya tidak baik.

Page 122: Patologi Indera Keperawatan

Tuli mendadak

• Patologi :

– Iskemia koklea akibat spasme,trombosis atau perdarahan A.Auditiva Interna

– Menyebabkan degenerasi sel ganglion stria vaaskularis & ligamen spiralis

– Kerusakan sel rambut tidak luas– Infeksi virus : parotis,varisela,variola

Page 123: Patologi Indera Keperawatan

• Gejala :

– pendengaran terganggu tiba-tiba, penyebabnya tidak diketahui

– Biasanya terjadi pada satu telinga– Riwayat influensa,– Riwayat penyakit hipertensi, gangguan

hematologi

Page 124: Patologi Indera Keperawatan

– Bila sdh terdpt gangguan komunikasi dilakukan Rehabilitasi:

• Dengan Alat Bantu Dengar, dikombinasikan dgn latihan membaca ucapan, latihan mendengar.(lip reading & auditory training)

• Prognosis :– Makin cepat diberi pengobatan makin besar

kemungkinan perbaikan,– Bila > 2 minggu kemungkinan perbaikan kecil

Page 125: Patologi Indera Keperawatan