Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

13
Drh. Ardilasunu Wicaksono Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Parvovirus dan Distemper pada Anjing Canine Parvo Virus Infeksi Parvovirus mengakibatkan enteritis akut dan leukopenia pada anjing dan kucing. Infeksi pada kucing dinamakan Feline Panleukopenia dan penyakit ini diikuti oleh gejala yang sama dengan infeksi Canine Parvovirus Type 2 (CPV-2) pada anjing. Virus bereplikasi dalam jumlah yang banyak pada feces hewan yang terinfeksi dan dapat bertahan di lingkungan selama berbulan-bulan. CPV-2 memerlukan media untuk tumbuh dan berkembang dengan cepat, sehingga induk semang yang cocok adalah tubuh anjing muda yang berumur kurang dari 6 bulan. CPV bersifat sangat menular dan sumber penularan yang utama adalah feses anjing. Feses pada peralatan kandang merupakan sumber atau pembawa CPV yang potensial. Demikian pula dengan serangga da tikus merupakan pembawa dan penyebar CPV. Masa inkubasi dari virus ini (CPV-2) berbeda-beda. Apabila di lapangan masa inkubasinya adalah antara 7-14 hari, sedangkan apabila di laboratorium hanya memerlukan waktu 1-3 hari saja. CPV-2 menyebar sangat cepat dari anjing ke anjing lainnya, apalagi pada anjing dalam suatu kelompok. Infeksi umumnya melalui oronasal, CPV cepat berbiak dalam jaringan limfoid orofaring mesenterika dan kelenjar thymus, kemudan terjadi viremia dan masuk ke dalam kelenjar intestin usus halus. Viremia dapat terjadi pada hari 1-5 pasca infeksi. Pada kondisi yang normal, CPV berpindah dari sel epitel germinal ke kelenjar intestinal menuju ujung vili-vili usus kecil. Dalam proses perpindahan ini, virus mengalami pematangan dan mempunyai kemampuan mengabsorbsi

Transcript of Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Page 1: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Drh. Ardilasunu Wicaksono

Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

Parvovirus dan Distemper

pada Anjing

Canine Parvo Virus

Infeksi Parvovirus mengakibatkan enteritis akut dan leukopenia pada anjing

dan kucing. Infeksi pada kucing dinamakan Feline Panleukopenia dan penyakit ini

diikuti oleh gejala yang sama dengan infeksi Canine Parvovirus Type 2 (CPV-2)

pada anjing. Virus bereplikasi dalam jumlah yang banyak pada feces hewan yang

terinfeksi dan dapat bertahan di lingkungan selama berbulan-bulan.

CPV-2 memerlukan media untuk tumbuh dan berkembang dengan cepat,

sehingga induk semang yang cocok adalah tubuh anjing muda yang berumur

kurang dari 6 bulan. CPV bersifat sangat menular dan sumber penularan yang

utama adalah feses anjing. Feses pada peralatan kandang merupakan sumber atau

pembawa CPV yang potensial. Demikian pula dengan serangga da tikus

merupakan pembawa dan penyebar CPV. Masa inkubasi dari virus ini (CPV-2)

berbeda-beda. Apabila di lapangan masa inkubasinya adalah antara 7-14 hari,

sedangkan apabila di laboratorium hanya memerlukan waktu 1-3 hari saja.

CPV-2 menyebar sangat cepat dari anjing ke anjing lainnya, apalagi pada

anjing dalam suatu kelompok. Infeksi umumnya melalui oronasal, CPV cepat

berbiak dalam jaringan limfoid orofaring mesenterika dan kelenjar thymus,

kemudan terjadi viremia dan masuk ke dalam kelenjar intestin usus halus. Viremia

dapat terjadi pada hari 1-5 pasca infeksi.

Pada kondisi yang normal, CPV berpindah dari sel epitel germinal ke

kelenjar intestinal menuju ujung vili-vili usus kecil. Dalam proses perpindahan

ini, virus mengalami pematangan dan mempunyai kemampuan mengabsorbsi

Page 2: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

Hari-Pasca infeksi

sehingga cepat sekali menyebabkan kerusakan-kerusakan kelenjar intestinal usus

kecil. Kerusakan di dalam sel-sel germinal menyebabkan vili usus menjadi kecil

dan memendek. Dalam perkembangannya, CPV seringkali menginfeksi jaringan

dan organ sebagai berikut:

Pada anjing umur <8 minggu pada jaringan miokardium.

Pada anjing-anjing lebih tua lebih sering menginfeksi jaringan usus halus.

Dari infeksi-infeksi tersebut pada akhirnya induk semang akan mengalami

kerusakan sumsum tulang, jaringan limfoid dan sel-sel hematopoietik.

Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa radang usus (enteritis) dan

radang otot jantung (miokarditis). Infeksi CPV ini dapat terjadi secara ringan dan

berat. Gejala klinis ini sangat ditentukan oleh kondisi individual induk semang

sendiri, sehingga gejala klinis yang diperlihatkan dapat bervariasi. Berikut adalah

diagram alir proses infeksi:

INFEKSI ORONASAL

Limfoglandula regional

Orofaring

Tonsil

Leukopenia-limfopenia

Defisiensi Imunitas

Atrofi kelenjar timus,

limpa dan

limfoglandula

Paru, hati, ginjal, (patologi minimal)

Kelenjar intestin

Sel-sel epitel

Umur 6 minggu sampai 6 bulan

Kelenjar intestin

Nekrosa epitel

Permeabilitas meningkat

Absorpsi menurun

Jaringan limfoid

Sumsum tulang

Titer antibodi meningkat

Gejala klinis

terlihat jelas

Pengeluaran virus

intestinal

sampai hari

ke-14

6-10

3-5

1-2

Viremia (keterlibatan plasma)

Page 3: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

Disamping banyaknya CPV-2 dan daya tahan individual, maka gejala klinis

yang ditimbulkan akibat inveksi CPV-2 tergantung pada umur, faktor stress, dan

ras. Dari sekian banyak faktor, infeksi ini menunjukkan gejala paling parah pada

anjing berumur <12 minggu, hal ini disebabkan karena anjing seumur itu

mempunyai sel-sel yang sedang aktif membelah (bermitosis) dimana CPV-2

sangat menyukainya, disamping itu umur <12 minggu adalah waktunya imunitas

maternal mulai hilang.

Gejala klinis yang ditimbulkan terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe

miokarditis dan tipe enteritis. Sesuai dengan sifat virus CPV yang tumbuh baik

pada sel yang sedang aktif membelah, maka tipe miokarditis lebih banyak

ditemukan pada anak anjing muda, sedangkan pada umur yang lebih tua, tipe

enteritis lebih banyak ditemukan.

Tipe miokarditis

Kasus CPV pada tipe ini lebih banyak ditemukan pada anak anjing

berumur di bawah 4 minggu, yang ditandai dengan kematian anak anjing

mendadak, tanpa menimbulkan gejala klinis muntaber. Anak anjing tumbuh

normal dan pada pemeriksaan umum, anjing tidak menunjukkan adanya kelainan

Diare enteropati

Mati Sembuh

Infeksi sekunder

Sepsis Gram negatif Berat

Page 4: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

pada jantung dan paru-paru, tetapi beberapa jam sebelum mati anak anjing

tersebut terlihat lemas, sesak napas, menangis, kadang-kadang muntah dan selaput

lendir pucat.

Keterangan gambar :

Proses miokarditis terjadi sebagai akibat dari infeksi virus yang

menyerang bagian otot jantung yang masih bermitosis pada anjing muda. Terjadi

kerusakan pada otot jantung yang diikuti dengan degenerasi dan tersumbatnya

pembuluh darah sehingga terjadi ischemia dan mengakibatkan suplai darah ke

bagian otot jantung menjadi berkurang. Tidak adanya suplai darah menyebabkan

oksigen yang masuk ke jaringan menjadi berkurang. Jaringan yang tidak

mendapat oksigen menjadi infark dan berakhir dengan nekrotik. Proses yang

berlangsung kronis menjadikan terbentuknya jaringan ikat menjadi fibrosis. Lesio

berwarna putih yang pada organ jantung memperlihatkan infark yang terjadi yang

akhirnya diikuti dengan fibrosis.

Mortalitas tipe miokarditis berkisar antara 20 hingga 100%. Pada tipe

miokarditis yang akut, umumnya anak anjing tersebut tidak mempunyai kekebalan

bawaan dari induk, sehingga vaksinasi induk yang akan dikawinkan sangat

dianjurkan. Pada anak anjing berumur lebih dari 5 bulan, gejala klinis yang

tampak tidak nyata, tetapi pada infeksi yang akut, ritme puls femoral iregular,

jantung terdengar murmur dan aritmia. Di Indonesia, tipe miokarditis jarang

ditemukan. Hal ini dapat disebabkan karena umumnya induk anjing telah

divaksinasi, sehingga anak yang dilahirkan mempunyai maternal antibodi, yang

bertahan hingga 6 minggu. Apabila anjing terinfeksi berumur lebih dari 6 minggu

Miokarditis akibat Canine Parvo Virus

Page 5: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

dan vaksinasi belum dilakukan, maka tipe enteritis umumnya lebih sering terjadi,

mengingat pada umur tersebut derajat pembelahan sel meningkat di kripta usus

dan menurun di sel miosit jantung.

Tipe enteritis

Tipe enteritis, sering juga disebut Canine parvovirus enteritis, infectious

hemorrhagic enteritis, epidemic gastroenteritis atau canine panleucopenia. Di

ndonesia tipe ini dikenal dengan istilah muntaber. Tipe enteritis merupakan tipe

CPV yang paling sering ditemukan, baik pada anjing di kennel, pet shop, tempat

penitipan anjing dan breeding farm maupun anjing yang dipelihara di rumah dan

menyerang semua usia dengan gejala klinis yang khas yaitu muntah dan diare

berdarah, dengan aroma yangsangat khas. Masa inkubasi tipe enteritis 7–14 hari

dengan gejala awal adalah muntah yang diikuti demam, tidak napsu makan, lesu

dan diare mulai dari mencret berwarna kekuningan, abu-abu dengan bau yang

khas hingga berdarah berwarna kehitaman seperti warna aspal.

Secara patologi anatomi (PA), anak anjing yang mati mendadak tidak

menunjukkan adanya kelainan yang berarti pada jantung, tetapi edema paru-paru

sering tampak mulai dari derajat yang ringan hingga parah. Paru paru sedikit

mengeras, berwarna merah muda hingga abu-abu yang disertai dengan perdarahan

hingga permukaaan pleura. Hati tampak agak pucat. Kelainan banyak ditemukan

Diagram alur mekanisme kejadian miokarditis akibat infeksi viral

Page 6: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

pada jejenum dan ileum. Bagian usus ini membengkak, terjadi pembendungan

dan perdarahan. Lumen usus menyempit, dan permukaan selaput lendir usus

berisi cairan sereus granular hingga mukus kental berwarna kuning hingga

kecoklatan, Limfoglandula mesentericus membengkak.

Keterangan gambar :

Pada enteritis hemoragika parah akibat parvovirus terlihat dengan adanya

warna merah pada mukosa usus, mukosa yang berlipat dan menebal akibat

peradangan, diikuti dengan eksudat katarrhal sebagai respons peradangan. Darah

yang keluar dari perobekan pembuluh darah akibat gesekan dari feses

menyebabkan kondisi diare berdarah pada anjing hidup yang terkena parvovirus

dengan bau khas amis darah.

Temuan patologis pada saat nekropsi dapat ditemukan gastroenteritis

cattharalis et hemorrhagika, payer patches echymosa, distensi lambung,

myocardium, hati dan ginjal degenerasi, distensi kantung empedu, distensi vesica

urinaria, kongesti paru-paru dan subakut pneumoni, akan tetapi pada kasus lain

terkadang tidak menunjukan adanya lesio pada paru-paru.

Temuan patologi pada kasus CPV antara lain: usus dilatasi berisi cairan,

usus halus lunak dan hiperemi, usus halus berisi cairan berwarna merah

kecokelatan hingga cokelat, terdapat eksudat fibrin dan hemorrhagi.

Limfoglandula mesenterica juga mengalami kebengkakan, sel epitel squamous

dan merenggang timbul ke permukaan mukosa sehingga kripta keluar, beberapa

Infeksi canine parvo virus-2 menyebabkan enteritis hemoragika

dan hipremi pada mukosa

Page 7: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

epitel hyperplasia dan kolapsnya lamina propia. Keadaan pada colon juga sama

seperti yang terjadi pada usus halus. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan

adanya badan inklusi yang bersifat basofilik pada sel epitel kripta pada hari ke-5-

10 post infeksi.

Secara histopatologi, terlihat adanya miokarditis difusa non supuratif

dengan infiltrat limfosit, makrofag, sel plasma, dan kadang-kadang neutrofil.

Degenerasi serat miokardium hingga nekrosis dapat terlihat dan adanya badan

inklusi yang bersifat basofilik dapat ditemukan pada sel miokardium. Pada kasus

yang kronis, jantung membesar dan biasanya mengandung jaringan fibrin,

terutama di daerah ventrikel. Kelainan pada paru-paru terlihat adanya pneumonia

interstisialis yang berarti adanya infeksi virus.

Terlihat adanya degenerasi dan nekrosis sel epitel usus yang sangat parah

dan ditandai dengan atropi dan hilangnya vili dan kripta usus. Pada vili usus

terlihat ada pembendungan, atrofi dan badan inklusi yang bersifat eosinofilik.

Nekrosis sel juga terjadi pada jaringan limfoid, limfoglandula, limpa dan thymus.

Pada sumsum tulang belakang, terjadi nekrosis pada mieloid dan erythoid blast.

Keterangan gambar:

Kerusakan pada gambaran histopatologi dari usus yang terserang

parvovirus terlihat dengan vili-vili usus yang memendek hingga gundul. Hal ini

menyebabkan lapisan mukosa usus menghilang sehingga lapisan submukosa

terangkat ke luar pada daerah lumen usus. Pada submukosa terjadi edema dan

Kerusakan hebat pada sel epitel dan kolaps lamina

propia usus dikarenakan canine parvo virus-2

Page 8: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

hipremi. Hemoragi terlihat sehingga sel darah merah dapat keluar ke lumen usus

menyebabkan enteritis hemoragika.

Setelah hasil nekropsi dilakukan, maka dapat disimpulkan diagnosa

kausalis adalah Canine Parvo Virus. Hal ini ditandai dengan adanya enteritis yang

parah dan bersifat kattharal et hemoragis. Diagnosa ini juga diperkuat dengan

adanya lesio pada jantung dimana terjadi miokarditis yang terlihat di bagian

epikardium dan endokardium dengan mekanisme sebagaimana yang telah

dijelaskan di atas. Tipe miokarditis ini nampak dikarenakan anjing yang nasih

berusia muda sehingga virus menyerang sel-sel jantung yang masih mengalami

perkembangan. Untuk lebih meneguhkan diagnosa ini, tentunya harus dapat

diamati lebih lanjut melalui pengamatan histopatologinya.

Canine Distemper Virus

Distemper pada anjing merupakan penyakit yang sangat mematikan dan

menular yang disebabkan oleh paramyxovirus. Virus ini lebih suka menyerang

dan mengakibatkan kematian pada hewan muda dibandingkan hewan dewasa.

Virus ini merupakan airborne disease yang menyerang organ respirasi, urogenital,

gastrointestinal, nervus opticus, dan sistem saraf pusat. Canine Distemper Virus

sangat resisten terhadap keadaan dingin dan sebagian besar pada negara empat

musim, virus ini menyerang pada musim gugur dan dingin.

Anak anjing berumur 3-6 bulan lebih rentan terkena infeksi dan

mengalami gangguan yang lebih serius seperti peradangan pada paru-paru

(pneumonia), dan peradangan akut pada otak (encephalitis) jika dibandingkan

dengan anjing dewasa. Hampir 15% dari peradangan pada sistem pernapasan

pusat diakibatkan oleh canine distemper virus (CDV). Anak anjing yang masih

menyusui memiliki kemungkinan yang kecil terkena infeksi CDV karena masih

memiliki kekebalan yang didapatkan dari susu kolostrum selama 8-24 jam

pertama setelah kelahiran. Anjing dewasa memiliki kemungkinan yang kecil

untuk dapat terinfeksi CDV karena kekebalan sudah terbangun, namun infeksi

dapat tetap terjadi dan biasanya pada anjing usia 7-8 tahun .

Page 9: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

Rute transmisi dari virus ini via aerosol-droplet, kontak langsung, dan

dimungkinkan kontak dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi. Saat ini

masih belum pasti adanya carrier dari virus ini. Virus bereplikasi di dalam feses

dan urin dari individu yang terinfeksi dan pernah dibuktikan adanya penularan

secara transplacental dari induk ke anak. Rute infeksi yang paling umum adalah

melalui traktus respirasi bagian atas, dikarenakan menginhalasi virus infektif.

Terkadang infeksi terjadi dari ingesti dari materi yang sudah terinfeksi virus. Jika

jalan masuk virus melalui traktus respirasi bagian atas, virus akan masuk dan

menginfeksi tonsil dan limfonodus dan disanana terjadi replikasi virus. Virus

kemudian memasuki aliran darah dan ditransportasikan ke sel-sel epitel di seluruh

tubuh, termasuk epitel pernapasan dan pencernaan.

Gejala klinis dari distemper pada anjing dapat terlihat adanya gangguan

pernapasan dan pencernaan antara lain batuk, diare, muntah, discharge pada

hidung dan mata, anorexia, dan hiperkeratosis pada planum nasalis dan bantalan

kuku (foot pads). Gejala sistem saraf pusat dapat mengikuti setelah adanya gejala-

gejala klinis sebelumnya. Pada hewan karnivora liar, gejala klinis yang sangat

terlihat adalah gejala yang sama dengan infeksi virus rabies seperti

hiperagresivitas. Pada beberapa hewan juga ditemukan adanya konjungtivitis

purulenta dan discharge pada hidung dan kelopak mata menyatu dan penuh

dengan eksudat yang mengering.

Distemper virus menyebabkan demam pada anjing selama hari ke tiga post

infeksi. Demam ini diikuti oleh lymphopenic leukopenia sehingga terjadi kondisi

leukositosis. Hal ini diikuti oleh rhinitis, hipremi konjungtiva, mukopurulent

ocular-nasal discharge, fotofobia, gejala pernapasan, anorexia, depresi, diare, dan

vomitus. Gangguan pernapasan dikarenakan adanya pneumonia ploriferatif

merupakan manifestasi klinis dari canine distemper. Dikarenakan adanya

imunosupresi dari virus ini, sering terjadi infeksi sekunder dari bakteri Bordetella

bronchiseptica. Pustula pada kulit sering ditemukan akibat infeksi sekunder

bakterial.

Page 10: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

Keterangan gambar:

Gambar sebelah kiri menunjukkan bagian ventral mandibula anjing yang

kemerahan menunjukkan erythema. Karena keadaan imunosupresif, kulit dengan

mudah teriritasi oleh mikroba lingkungan seperti halnya bakteri. Lama kelamaan

terjadi serangan bakteri yang lebih parah mengakibatkan bentukan pustula seperti

yang terlihat pada gambar sebelah kanan. Lesio seperti ini terjadi akibat serangan

distemper tipe kulit.

Gangguan saraf terjadi 50% pada penyakit distemper. Gangguan pada

saraf terlihat dari hiperagresivitas, disorientasi, myoclonus, hilang kewaspadaan,

konvulsi dari kepala dan kaki, berjalan tanpa arah, dan paresis serta paralisis.

Dapat ditemukan adanya diare, nafas yang berat, dan penampakan rambut yang

kusut. Diare dan muntah menyebabkan dehidrasi dan kehausan. Kelemahan dan

kekurusan dapat dihubungkan dengan penyakit distemper namun juga hewan tetap

dalam keadaan sehat jika penyerangan virus berlangsung dalam keadaan akut.

Kelainan ocular pada canine distemper meliputi lesio retinochoroidal

terutama pada bagian peripheral dan midperipheral nontapetal fundus. Neuritis

pada optik dapat menyebabkan gangguan pengelihatan.

Lesio patologi-anatomi dari canine distemper meliputi kongesti paru-paru

dan konsolidasi akibat adanya pneumonia. Badan sel bersifat eosinofilik bentuk

bulat dan ovoid ditemukan pada sel epitel dari kulit, bronchus, usus, traktus

urinaria, duktus empedu, kelenjar saliva, adrenal, sistem saraf pusat, limfonodus,

dan limpa. Pada saat nekropsi, biasanya ditemukan limpa yang membengkak.

Erythema akibat infeksi pada kulit yang diikuti

terbentuknya pustula

Page 11: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

Nekropsi pada hewan pernah dilakukan dan ditemukan lesio hemoragi

parah pada jejunum dan colon disertai konsolidasi paru-paru. Evaluasi secara

histopatologi ditemukan reaksi inflamasi ringan sampai kronis pada usus halus

dimana terdapat hiperplasia dari epitel bagian basal sebagai proses regenerasi

awal. Pada vesica urinaria, epitel peralihan mengalami penebalan dan terdapat

badan inklusi eosinofilik.

Keterangan gambar:

Pneumonia akibat infeksi virus merupakan pneumonia interstitialis yang

terlihat paru-paru berwarna merah kehitaman, menegang, dan bidang sayatan

kering sehingga diuji apung mengapung. Jika infeksi sekunder terjadi, maka

bakteri akan masuk ke lumen alveol paru-paru dan menyebabkan pneumonia

alveolaris dimanan uji apung akan tenggelam.

Secara miroskopis, canine distemper virus ditandai dengan adanya badan

inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik yang memiliki ukuran yang bervariasi

dengan bentuk bulat sampai ovoid. Badan inklusi ini sering ditemukan pada sel

epitel kulit, bronchus, gastrointestinal, traktus urinaria, duktus empedu, kelenjar

saliva, dan adrenal. Hal ini juga dapat ditemukan pada sistem saraf pusat dan sel

reticuloendotelial pada limpa dan limfonodus. Pada paru-paru, virus ini

menginduksi sel raksasa multinuklear di dalam alveolus dan epitel bronchus.

Bronchial pneumonia purulent dapat terjadi oleh serangan infeksi sekunder

setelah terjadi pneumonia interstitialis. Di dalam beberapa kasus didapatkan

keadaan nekrosis dan involusi dari jaringan limfatik. Hal ini juga dapat

Pneumonia pada infeksi Canine Distemper Virus

Page 12: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

menyebabkan deplesi dari limfosit yang sudah matang pada germinal center dari

limpa.

Lesio pada otak terjadi sebagai gangguan yang terjadi pada distemper

dengan gejala saraf. Pada kasus ini terdapat encephalitis purulent diffuse dengan

badan inklusi yang ditemukan pada sel glia dan histiosit. Tedapat degenerasi

neuron, demyelinasi, gliosis, dan perivascular cuffing. Meningitis nonsupuratif

juga dapat terjadi. Encephalitis meliputi bagian grey dan white matter. Grey

matter terpengaruh jika terdapat gangguan saraf yang terjadi secara akut. Seizure

dapat terjadi akibat dari lesio pada grey dan white matter yang biasa diikuti

dengan penyakit pada bagian grey matter.

Encephalitis pada bagian white matter biasanya menyebabkan demyelinasi

tanpa adanya peradangan. Lesio pada bagian white matter merupakan akibat dari

infeksi distemper kronis. Lesio berbentuk multifokus berada pada organ otak,

medulla spinalis, dan traktus optikus. Pada cairan cerebrospinalis akan tejadi

peningkatan protein dan bisa terdapat atau tidak terdapat limphocytic monocytic

pleiocytosis. Pada lima puluh persen dari hewan yang terkena distemper,

terdeteksi adanya titer antibodi pada sistem saraf pusat.

Lesio okular pada canine distemper meliputi demyelinasi dan peradangan

nonsupuratif pada optic radiation dan traktus optikus. Terdapat infiltrasi sel

radang pada ciliary body, degenerasi dari ganglion retina, edema retina, dan

fokus-fokus bagian retina yang terlepas.

Gejala saraf disertai demam yang diikuti oleh gangguan respirasi, oculo-

nasal discharge, diare, dan atau hiperkeratosis bantalan kaki merupakan ciri-ciri

yang mengarah pada canine distemper, walaupun tidak ada gejala patognomonis

dari penyakit ini.

Hasil nekropsi dapat menunjukkan gejala-gejala yang didiagnosa sebagai

distemper pada anjing. Hal ini dapat dilihat pada lesio paru-paru yang mengalami

pneumonia interstitialis dilanjutkan dengan pneumonia alveolaris sebagai akibat

dari adanya infeksi sekunder bakteri. Enteritis kattharalis et hemoragis yang parah

juga terlihat dan dapat diakibatkan oleh paramyxovirus penyebab distemper.

Dengan kondisi demikian, perjalanan virus menginfeksi tubuh sudah berlangsung

Page 13: Parvo Dan Distemper Anjing - Drh Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2009

sistemik sehingga peradangan sampai ke sistem saraf pusat dimana sudah terjadi

meningoencephalitis yang sudah parah.

Dengan menurunnya sistem kekebalan, infeksi sekunder dengan mudah

dapat terjadi yang menyebabkan peradangan pada bagian luar tubuh yaitu kulit

sebagai pertahanan tubuh pertama. Diawali dengan echymosa dan dilanjutkan

dengan terbentuknya pustula pada bagian tubuh yang jarang ditumbuhi rambut,

dan jika berlangsung kronis menyebabkan hiperkeratosis pada kulit tersebut.

Peneguhan diagnosa distemper ini juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan

secara histopatologis.

Daftar pustaka

Ajello SE. 2000. The Merck Veterinary Manual. Ed. 8. USA: Merck & Co, Inc

dan Whitehouse Station.

Carlton WW dan McGavin MD. 1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology

2nd

edition. USA: Mosby-Year Book.

Dharmojono. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner. Edisi ke-1. Jakarta:

Pustaka Populer Obor.

Jones TC, Ronald DH dan Norval WK. 1996. Veterinary Pathology. Ed. 6. New

Mexico: William & Wilkins.

Sendow I. 2003. Canine Parvovirus pada Anjing. Balai Penelitian Veteriner,

Bogor. WARTAZOA Vol. 13 No. 2

Smith HA dan Thomas CJ. 1962. Veterinary Pathology 2nd

edition. Washington

DC, USA

Tilley & Smith. 2000. The 5-Minute Veterinary Consult Canine and Feline. Vol.

2. Tilley & Smith, Inc.

www.cvm.tamu.edu/acvp/CanineDistemper [20 Maret 2009]

www.michigan.gov [20 Maret 2009]

www.radil.missouri.edu [20 Maret 2009]