PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
OBJEK WISATA TAMAN HUTAN RAYA ABDUL LATIEF
DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG
KABUPATEN SINJAI
FATMAWATI
105640231615
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
OBJEK WISATA TAMAN HUTAN RAYA ABDUL LATIEF
DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG
KABUPATEN SINJAI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
FATMAWATI
Nomor Induk Mahasisiwa : 105640231615
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
vi
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul :
Nama : Fatmawati
Stambuk : 105640231615
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hj. Budi Setiawati, M.Si Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si
Mengetahui :
Dekan Fisipol Unismuh Makassar Ketua Program Studi
Ilmu Pemerintahan
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si
Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek
wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu
Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai”
vi
PENERIMAAN TIM
Telah di terima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, Berdasarkan Surat Keputusan/
Undangan Menguji Ujian Skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah
Makassar Nomor Surat 104/FSP/A 4-II/VII/41/2020, Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Sarjana (S.1) dengan program Studi Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Makassar Pada hari Kamis tanggal 23 Juli 2020.
TIM PENILAI
Ketua, Sekertaris
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si
Penguji :
1. Dr. Hj. Budi Setiawati, M.Si (…………………………)
2. Dr. H. Anwar Parawangi, M.Si (…………………………)
3. Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd (…………………………)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasisiwa : Fatmawati
Nomor Stambuk : 105640231615
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan Bahwa Proposal ini dengan judul :” Partsisipasi Masyarakat
dalam pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu
Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai” adalah sepenuhnya
merupakan karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat
dari karya orang lain, tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang di jatuhkan
kepada saya apabila kemudian di temukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya
ini.
Makassar, 11 Juni, 2019
Yang menyatakan
Fatmawati
vi
ABSTRAK
FATMAWATI. 2020. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan
Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. (di bimbing oleh Budi Setiawati,
Rudi Hardi).
Dalam proses pengembangan objek wisata tentu tak lepas dari partisipasi
masyarakat sekitar, baik dalam bentuk pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan
dan partisipasi sosial. Mengingat partisipasi tersebut sangat memengaruhi
keberhasilan dari pembangunan pariwisata yang berbasis masyarakat, untuk itu
pentingnya penelitian ini guna mengetahui bagaimana Partisipasi Masyarakat di
Desa Batubelerang dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya
Abdul Latief. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk partisipasi masyarakat dalam
pengembangan Objek Wisata Hutan Raya Abdul Latief adalah (1) sumbangan
ide/gagasan, (2) sumbangan tenaga, serta (3) sumbangan dana dan harta benda.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan Rendah, dalam pelaksanaan
sedang, dalam pemanfaatan hasil rendah dan dalam evaluasi pada tingkatan yang
tinggi. Dengan demikian diperlukan kerja sama serta kemauan politik pemerintah
untuk menjadi fasilitator guna untuk menunjang perannya dalam pengembangan
desa wisata dengan membuka ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi.
Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Pengembangan, Masyarakat lokal.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah
dilimpahkan kepada penulis dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran
untuk dapat menyelesaikan proposal ini.
Dalam penyusunan proposal penyusun menghadapi banyak kendala, akan
tetapi kendala itu mampu diselesaikan dengan baik berkat arahan da bimbingan
yang senantiasa membimbing kami dan motivasinya selama penyusunan proposal
ini.
Semoga bantuan dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat imbalan amal saleh yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan sehingga kritikan yang
konstruktif penulis sangat harapkan demi penyempurnaan proposal ini.
Makassar, Agustus ,2019
Fatmawati
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM .................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7
A. Konsep Partisipasi Masyarakat .............................................................. 7
B. Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ................................ 12
C. Tinjauan tentang Pengembangan Pariwisata ........................................ 13
D. Teori Antroposentrisme........................................................................ 18
E. Kerangka Pikir ..................................................................................... 21
F. Fokus Penelitian ................................................................................... 22
vi
G. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 24
B. Teknik Penentuan Sampel .................................................................... 24
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 26
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 27
F. Pengujian Keabsahan Data ................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 32
A. Gambaran Umum Desa Batu Belerang.................................................. 32
B. Gambaran Umum objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief ........ 36
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan objek wisata Taman
Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang, Kecamatan Sinjai
Borong, Kabupaten Sinjai ...................................................................... 56
V. PENUTUP ................................................................................................... 70
A. Kesimpulan............................................................................................. 70
B. Saran ....................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN ......................................................................................................... 74
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Informan Penelitian ............................................................................... 25
2. Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Batu Belerang .............................. 33
3. Jenis, Luas dan Kondisi Sarana dan Prasarana Tahura Abdul Latief..... 47
4. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi di Lokasi Pengamatan Air
Terjun Wae Lulu’e Kawasan Tahura Abdul Latief............................. 49
5. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi Di Lokasi Pengamatan Air
Panas Belerang Kawasan Tahura Abdul Latief Kabupaten Sinjai............. 50
6. Jumlah penerimaan Retribusi Obyek wisata Kabupaten Sinjai
tahun 2017 – 2019................................................................................54
7. Jumlah Pengunjung Obyek wisata Kabupaten Sinjai tahun 2017 – 2019.....55
vi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
1. Skema Kerangka Pikir Partisipasi Masyarakat Desa Batubelerang
dalam proses Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya
Abdul latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai. ................................................................... .... 21
2. Struktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Taman Hutan
Raya Abdul Latief Kabupaten Sinjai........................................... 46
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
1. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 74
2. Dokumen Penyetujuan rencana Pengelolaan jangka panjang Taman
Hutan Raya Abdul Latief Sinjai tahun 2016-2025...................... 84
3. Surat Izin Penelitian............................................................................. .. 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini
memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Tujuan pariwisata
adalah untuk mendatangkan dan meningkatkan devisa negara. Di Indonesia
sendiri, pariwisata merupakan kontributor terbesar ketiga untuk devisa Negara,
setelah minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. (Pitana, 2005).
Pariwisata bagi kebanyakan orang sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus
terpenuhi dengan tujuan sebagai hiburan untuk menghilangkan kejenuhan akibat
sibuknya kegiatan mereka sehari-hari. Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu
tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasiaan dan kebahagiaan dengan
lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. (Kodhyat, 1996).
Dari waktu ke waktu manusia akan menuntut sesuatu yang lebih dari apa yang
pernah mereka dapatkan, tidak terkecuali, masalah wisata. Manusia akan merasa
bosan bila terus menerus berwisata ditempat yang sama tanpa ada perubahan
ataupun sesuatu yang berbeda dari tempat wisata tersebut. Untuk itu perlu adanya
perubahan dalam 2 pembentukan tempat wisata seperti penambahan sarana
prasarana ataupun hanya sekedar membenahi sarana yang sudah ada supaya
menjadi lebih baik. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menarik wisatawan, dan
agar para wisatawan yang datang tidak merasa bosan bila berwisata ditempat
wisata tersebut. Wisatawan mengadakan perjalanan untuk memuaskan hasrat
2
ingin tahu, untuk mengurangi ketegangan pikiran, beristirahat dan mengembalikan
kesegaran pikiran dan jasmaninya pada alam lingkungan yang berbeda. (James
Spillance, 1993:21).
kegiatan perjalanan dan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan
secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik
wisata. Dalam hal ini objek dan daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang
menjadi sasaran perjalanan wisata, meliputi daya tarik yang berasal dari ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, daya tarik dari karya manusia, dan juga daya tarik wisata
dengan sasaran minat khusus. Fungsi dari Pariwisata di antaranya mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.
Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-
industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan
transportasi. (Salah Wahab, 1975).
Perkembangan industri pariwisata di Indonesia memberi dampak pada banyak
tenaga kerja yang berkerja pada sektor tersebut. Seperti yang diketahui bahwa
sektor pariwisata menyerap 15 % dari seluruh tenaga kerja di Indonesia, Namun
perkembangan tersebut belum secara signifikan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan dan pendapatan pada yang berkerja pada sektor
pariwisata.
Pembangunan pariwisata yang berhasil adalah pembangunan yang dilakukan
secara bersama, termasuk membangun daerah wisata bersama masyarakat
disekitar lokasi sehingga pembangunan pariwisata dapat memberikan keuntungan
3
baik secara ekonomi, sosial, dan budaya bagi masyarakat setempat. masyarakat
berperan penting dalam menunjang pembangunan pariwisata terutama dalam
mengendalikan arah pengembangan pariwisata sehingga dapat meminimalisir
dampak negatif dari atkvitas wisata. (Raharjana, 2012).
Tujuan dari pembangunan pariwisata yang melibatkan masyarakat
diantaranya yaitu; 1) memberdayakan masyarakat melalui pembangunan dan
pengembangan pariwisata; 2) meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat agar
dapat memperoleh keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya dari pembangunan
dan pengembangan pariwisata; 3) memberikan kesempatan yang seimbang bagi
masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat adalah pendekatan partisipatif. (Nurdiyanto, 2015)
Taman Hutan Raya (Tahura) Abdul Latief, yang sebelumnya masih berstatus
hutan Borong akhirnya resmi dinyatakan sebagai taman hutan raya (tahura)
defenitif sekaligus kawasan konservasi melalui SK Menteri Kehutanan tentang
perubahan status menjadi hutan raya No. 267/Menhut-II/2008. Dengan statusnya
itu, pada tahun 2008 hutan seluas 720 hektare itu resmi menjadi pusat penelitian
dan pengembangan aneka ragam hayati di Sulawesi selatan. Taman Hutan Raya
(Tahura) Abdul Latief adalah kawasan hutan yang dilimpahkan kepada
pemerintah daerah kabupaten sinjai Sebagai bentuk penghargaan terhadap Bupati
pertama kabupaten Sinjai. Taman hutan raya ini diberi nama sesuai dengan nama
bupati pertama kabupaten Sinjai yaitu, Andi Abdul Latief.
4
Taman Hutan Raya (Tahura) Abdul Latief merupakan salah satu objek wisata
alam yang terletak di Desa Batu belerang Kecamatan Sinjai Borong dengan
ketinggian 900-1200 mdpl yang lokasinya berada di antara dua lereng gunung,
yaitu Lompobottang dan Bawakaraeng. Adapun Destinasi wistanya berupa air
terjun Wae Lulue, air terjun bertingkat empat, sumber air belerang yang muncul
pada beberapa tempat di aliran Wae Buru’E, kolam pemancingan ikan, agro
wisata (kebun sayur dataran tinggi dan buah-buahan), dan panorama alam hutan
pegunungan yang sangat indah.
Manfaat dari adanya tempat wisata Taman Hutan Raya abdul latief ini
awalnya hanya dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan saja, namun
selanjutnya banyak orang yang tertarik untuk mengunjungi lokasi tersebut.
Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung, masyarakat
sekitarpun memanfaatkannya dengan membuka usaha seperti penginapan, kantin,
Warung Kopi (warkop) selain itu juga terdapat penambahan fasilitas seperti
pembangunan jalan aspal menuju objek wisata sementara dalam proses
pengerjaan.
Namun saat ini, Taman Hutan Raya Abdul Latief mulai jarang dikunjungi
oleh wisatawan, masyarakat sekitar pun jarang beroperasi untuk menyewakan
penginapannya, Serta jumlah kantin dari hari ke hari berkurang. Taman Hutan
Raya Abdul Latief yang sebelumnya setiap hari ramai pengunjung saat ini hanya
ramai ditemui pada akhir pekan dan pada hari libur.
Dalam proses pembangunan dan pengembangannya tentu tak lepas dari
partisipasi masyarakat sekitar, baik dalam bentuk pikiran, tenaga, harta benda,
5
keterampilan dan partisipasi sosial. Mengingat partisipasi tersebut sangat
memengaruhi keberhasilan dari pembangunan dan pengembangan pariwisata yang
berbasis masyarakat, untuk itu pentingnya penelitian ini guna mengetahui
bagaimana Partisipasi Masyarakat di Desa Batubelerang dalam Pengembangan
Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan objek wisata Taman
Hutan Raya Abdul Latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai”?.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk Partisipasi
masyarakat dalam pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief.
D. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada pembaca Mengenai Partisipasi
Masyarakat dalam Pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul
Latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
2. Menjadi bahan informasi atau referensi bagi peneliti selanjutnya yang
berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan objek
wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai.
6
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi
pemerintah dan masyarakat agar Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul
Latief dapat dikembangkan dengan baik.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Partisipasi Masyarakat
1. Pengertian Partisipasi masyarakat
Kata Partisipasi merupakan pinjaman dari Bahasa Belanda “Participatie”
atau dari Bahasa Inggris “Participation” yang sebenarnya berasal dari bahasa latin
“Participatio” yang terdiri dari dua suku kata yakni “pars” yang berarti bagian,
dan “capere” yang berarti mengambil. Dari arti dua suku kata tersebut,
mempunyai arti mengambil bagian. Dengan demikian partisipasi Masyarakat
mengandung pengertian yaitu keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi. (Rukminto Adi, 2008).
Istilah Partisipasi pada masa sekarang ini sudah menjadi kata kunci dalam
setiap program pengembangan masyarakat, seolah-olah sudah menjadi istilah
yang sangat penting yang menjadi model baru dalam setiap perumusan kebijakan
dan proposal proyek. Partisipasi lebih pada alat sehingga dimaknai partisipasi
sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan,
sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat dengan
pemerintah juga menggalang tumbuhnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada
program yang dilakukan. Histiraludin,(dalam Handayani 2006:39-40).
8
Konsep partisipasi masyarakat merupakan salah satu konsep yang penting
karena berkaitan dengan sistem pemerintahan demokrasi, karena manfaat dari
partisipasi masyarakat dapat memperluas basis pengetahuan dan representasi,
membantu terbangunnya transprantasi komunikasi dan hubungan-hubungan
kekuasaan di antara para pemangku kepentingan, meningkatkan pendekatan
iteratif dan siklikal dan menjamin bahwa solusi didasarkan pada pemahaman dan
pengetahuan lokal, mendorong kepemilikian lokal, komitmen dan akuntabilitas,
membangun kapasitas masyarakat dan modal sosial. (Suriana,2009).
2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta pengembangan dapat
mengatasi permasalahan ketimpangan karena kesenjangan antara masyarakat lokal
dengan pemangku kepentingan. partisipasi masyarakat dapat mendorong
tercapainya tujuan pembangunan nasional maupun daerah. (Nuring, 2013).
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam
suatu program pembangunan, dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk
partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk
partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi
yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga sedangkan bentuk partisipasi yang
tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, pengambilan keputusan dan partisipasi
representatif.
9
Menurut Holil (dalam Deviyanti, 2013) mengemukakan adanya beberapa
bentuk partisipasi, antara lain :
a) Partisipasi dalam bentuk tenaga
Adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.
b) Partisipasi dalam bentuk uang
adalah bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan untuk memperlancar
usaha-usaha bagi pencapaian suatu program pembangunan. Partisipasi ini dapat
berupa sumbangan berupa uang tetapi tidak dipaksakan yang diberikan oleh
sebagian atau seluruh masyarakat untuk suatu kegiatan atau program
pembangunan.
c) Partisipasi dalam bentuk harta benda
adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk menyumbang
harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
Adapun menurut Chapin (dalam Deviyanti, 2013) mengemukakan adanya
bentuk partisipasi masyarakat, antara lain :
a) Partisipasi uang
adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian
kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.
b) Partisipasi buah pikiran
adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran
konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar
10
pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan
pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.
c) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
Yaitu Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk
mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.
d) Partisipasi representatif
yaitu Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat
kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.
3. Tingkatan Partisipasi Masyarakat
Untuk pengembangan partisipasi masyarakat, perlu pemahaman dasar
mengenai tingkatan partisipasi. Menurut Cohen dan Uphoff dikutip oleh Soetomo
(dalam Deviyanti, 2013) membagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan ke
dalam 4 tingkatan, yaitu:
(a) Partisipasi dalam perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam proses
penyusunan dan penetapan program pembangunan dan sejauh mana
masyarakat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk saran untuk
pembangunan.
(b) Partisipasi dalam pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa:
partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi
dalam bentuk harta benda.
(c) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang diwujudkan keterlibatan seseorang
pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut selesai
11
dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tingkatan ini berupa tenaga dan uang
untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun.
(d) Partisipasi dalam evaluasi, yang diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan
masyarakat dalam menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta
hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan ikut
serta dalam mengawasi dan menilai atau secara tidak langsung, misalnya
memberikan saran-saran, kritikan atau protes.
4. Tujuan Partisipasi Masyarakat
Menurut Schiller dan Antlov yang dikutip oleh Hetifah (dalam Andrean, 2014)
Tujuan Partisipasi adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan visi bersama
Merumuskan visi dan mandate serta nilai-nilai yang dianut atau menjadi dasar
suatu organisasi serta visi itu ke depan. Tujuannya adalah menyajikan kebenaran
yang definit, tapi lebih untuk menstimulasikan debat dan bagaimana
mempengaruhi ke masa depan.
2. Membangun rencana
Setelah melakukan perumusan visi bersama dalam rangka menentukan tujuan
spesifik yang ingin dicapai. Maka dengan bekal itu dapat segera dibuat suatu
proses lanjutan untuk membangun rencana
3. Mengumpulkan gagasan
Dilakukan dengan cara lisan maupun tertulis, dengan maksud mengumpulkan
sebanyak mungkin gagasan dari semua orang yang menjadi peserta proses
partisipasi.
12
4. Menentukan Prioritas / membuat pilihan
Bertujuan untuk mengorganisir berbagai ide yang muncul dalam proses
partisipasi dengan memanfaatkan kualitatif.
5. Menjaring aspirasi / masukan
Bertujuan untuk pertukaran informasi, gagasan dan kepedulian tentang suatu
isu atau rencana antara pemerintah, perencana dengan masyarakat. Melalui proses
ini masyarakat memperoleh kesempatan untuk mempengaruhi perumusan
kebijakan, memberikan alternatif desain, pilihan investasi beserta
pengelolaannya.
6. Mengumpulkan Informasi / Analisis Situasi
Bertujuan untuk mengindentifikasi kekuatan dan peluang serta bagaimana
mengoptimalkannya, selain mengindentifikasi kelemahan dan ancaman untuk
mempermudah merumuskan langkah-langkah untuk mengatasinya.
Pada hakekatnya tujuan partisipasi sesungguhnya adalah untuk
memberdayakan masyarakat daerah setempat untuk dapat ikut serta dalam proses
pembangunan, baik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengevaluasian serta turut serta menikmati hasil dari pembangunan tersebut.
B. Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
UU RI No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, menyatakan bahwa obyek
dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik itu
pembangunan obyek dan daya tarik wisata, yang dilakukan dengan cara
mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan
13
daya tarik wisata. Dalam undangundang di atas, yang termasuk obyek dan daya
tarik wisata terdiri dari :
a) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna, seperti pemandangan alam, panorama
indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang-binatang
langka.
b) Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata
agro), wisata air, wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
c) Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri
dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,
serta tempat- tempat ziarah.
d) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi Semua kegiatan yang
berhubungan dengan perjalanan wisata.
C. Tinjauan tentang Pengembangan Pariwisata
1. Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dalam
jangka waktu tertentu dari sebuah tempat ke tempat lain dengan melakukan
perencanaan sebelumnya, tujuannya untuk rekreasi atau untuk sebuah kepentingan
agar keinginannya bisa terpenuhi. Kegiatan pariwisata di samping membuang ra
jenuh juga berguna untuk mengisi hari luang dalam kesibukan sehari-hari dengan
14
berkunjung ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari
nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu
senggang maupun libur dan dan bisa saja menghabiskan uang yang terlalu banyak.
(Koen Meyers, 2009).
2. Jenis-jenis Pariwisata
Jenis dan Macam Pariwisata terdiri dari 2 macam yaitu Berdasarkan Letak
Geografis dan Menurut Alasan/Tujuan Pariwisata. Klarifikasi jenis-jenis
Pariwisata tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pariwisata Berdasarkan Letak Geografis :
a. Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Pariwisata setempat yang memiliki ruang lingkup relatif sempit serta terbatas
dalam tempat-tempat tertentu saja.
b. Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Pariwisata yang berkembang di sebuah tempat atau daerah yang ruang
lingkupnya lebih luas jika dibandingkan dengan local tourism, namun lebih sempit
jika dibandingkan dengan national tourism.
c. Pariwisata Regional dan Internasional (Regional-International Tourism)
Aktivitas Pariwisata yang berkembang di sebuah wilayah international yang
terbatas, namun melalui batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah
tersebut.
d. Pariwisata Internasional (International Tourism)
Aktivitas pariwisata yang berkembang di seluruh negara di dunia khususnya
regional-international tourism serta national tourism.
15
2. Jenis dan Macam Pariwisata Menurut Alasan/Tujuan Pariwisata
a. Pariwisata Bisnis (Business Tourism)
Jenis Pariwisata yang di mana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas,
usaha dagang maupun yang berhubungan dengan pekerjaan, meeting, insentif dan
convention serta zexhabition (MICE).
b. Pariwisata kejuruan (Vocational Tourism)
Jenis Pariwisata yang dimana kebanyakan orang-orang yang melakukan
perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur maupun
memanfaatkan waktu luang dalam rangka study banding ke tempat tempat
bersejarah atau museum yang berkaitan dengan suatu bidnag ilmu pengetahuan.
c. Pariwisata Pendidikan (Educational Tourism)
Jenis Pariwisata yang dimana pengunjung melakukan perjalanannya untuk
tujuan mempelajari sesuatu di bidang ilmu pengetahuan. Educational Tourism
meliputi study tour atau dharmawisata. Dalam bidang bahasa dikenal kata polly
glotisch, yakni orang-orang yang tinggal sementara waktu di sebuah negara untuk
mempelajari bahasa negara tersebut.
3. Pengertian Pembangunan Pariwisata
Di Indonesia pembangunan hampir menjadi kata kunci dalam banyak hal,
salah satunya yaitu pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata pada
intinya merupakan suatu aktivitas yang menggali segala potensi pariwisata baik
yang berasal dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumber daya
buatan manusia yang semuanya memerlukan penanganan secara menyeluruh.
Dalam melakukan pembangunan pariwisata tentunya tak terlepas dari aspek
16
masyarakat atau sosial, jadi pembangunan pariwisata itu sendiri menggunakan
pendekatan pembangunan sosial. Partisipasi masyarakat dibutuhkan untuk
revitalisasi konsep pembangunan, untuk menghasilkan sebuah perubahan positif
bagi kehidupan. (Alfitri, 2011:39).
Menurut Migley (Rukminto Adi, 2008) bahwa pembangunan sosial pada awal
perkembangannya seringkali dipertentangkan dengan pembangunan ekonomi. Hal
ini terkait degan pemahaman banyak orang yang menggunakan istilah
pembangunan yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan
oleh adanya industrialisasi. Akan tetapi, sejak kurang lebih satu-dua dasawarsa
terakhir keberadaan pembangunan sosial sebagai pendekatan pembangunan yang
dapat saling bekerja sama dengan pembangunan fisik dan pembangunan ekonomi
sudah lebih dapat diterima.
Pembangunan sosial menurut Migley (dalam Rukminto, 2008) adalah
pendekatan pembangunan yang secara eksplisit berusaha mengintegrasikan proses
pembangunan ekonomi dan sosial, seperti dua sisi koin yang saling melengkapi
satu sama lain. Pembangunan sosial tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya pembangunan ekonomi, sedangkan pembangunan ekonomi tidaklah
bermakna (meaningless) kecuali diikuti dengan peningkatan kesejahteraan sosial
dari populasi sebagai suatu kesatuan.
4. Pengertian Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumberdaya pariwisata
17
mengintegrasikan segala bentuk aspek luar pariwisata yang berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.
Pengembangan pariwisata juga merupakan penggerak utama sektor
kepariwisataan, pengembangan pariwisata tentunya membutuhkan kerjasama dari
seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah,
kerjasama langsung dari kalangan usaha maupun dari pihak swasta. Sesuai dengan
tugas dan kewenangannya, pemerintah merupakan pihak fasilitator yang memiliki
peran dan fungsi nya dalam pembuatan dan penentu seluruh kebijakan terkait
pengembangan pariwisata.
Daya tarik dalam obyek wisata merupakan salah satu modal utama yang harus
dimiliki dalam upaya peningkatan dan pengembangan obyek dan daya tarik
wisata. Keberadaan obyek dan daya tarik wisata merupakan mata rantai terpenting
dalam suatu kegiatan wisata, hal ini disebabkan karena faktor utama yang
membuat pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata
adalah potensi dan daya tarik yang dimiliki obyek wisata tersebut.
Dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata tidak hanya pemerintah
yang melakukan sendiri tetapi pihak-pihak lain juga ikut andil dalam
pembangunan infrastruktur pendamping, ini guna meningkatkan pendapatan dari
sektor ekonominya. Menurut Charles Kaiser Jr. Dan larry E. Helber (dalam Dedy
Prasetya, 2014), tingkat-tingkat perencanaan pariwisata itu dimulai dari
pengembangan pariwisata daerah yang mencakup pembangunan fisik objek dan
atraksi wisata. Setelah itulah dilakukan, kita akan dapat melihat bagaimana
perkembangan dari jumlah berkunjung wisatawan apabila ternyata mencapai
18
target yang telah ditetapkan selanjutnya akan memikirkan sistem prioritas. Untuk
pengembangan ini perlu dilakukan pendekatan-pendekatan dengan organisasi
pariwisata yang ada (pemerintah dan swasta) dan pihak-pihak terkait yang
diharapkan dapat mendukung kelanjutan pembangunan pariwisata daerah tersebut.
Pembangunan dan pengembangan pariwisata suatu daerah dapat disesuaikan
oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.
Partisipasi masyarakat pada setiap tahapan pengembangan merupakan komponen
terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian dan proses pemberdayaan.
(Adiyoso, 2009).
Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali berbagai
potensi kekayaan alam dan hayati secara terpadu. Pengembangan kawasan wisata
merupakan alternatif yang di harapkan mampu baik potensi ekonomi maupun
upaya pelestarian.pengembangan pariwisata memberikan manfaat pada aspek
utama dalam bidang ekonomi, yakni mampu menciptakan lapangan pekerjaan di
sektor pariwisata sehingga pendapatan masyarakat dapat berkembang. (Sunaryo
,2013 : 142).
D. Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang memandang
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya
dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan
yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung.
Selain bersifat antroposentris, etika ini sangat instrumentalistik, dalam pengertian
pola hubungan manusia dan alam dilihat hanya dalam relasi instrumental.
19
Alam dinilai sebagai alat bagi kepentingan manusia. Kalaupun manusia
mempunyai sikap peduli terhadap alam, itu semata-mata dilakukan demi
menjamin kebutuhan hidup manusia, bukan karena pertimbangan bahwa alam
mempunyai nilai pada diri sendiri sehingga pantas untuk dilindungi. Sebaliknya,
kalau alam itu sendiri tidak berguna bagi kepentingan manusia, alam akan
diabaikan begitu saja. Dalam arti itu, antroposentrisme juga disebut sebagai etika
teleologis karena mendasarkan pertimbangan moral pada akibat dari tindakan
tersebut bagi kepentingan manusia.
Suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam kaitan dengan lingkungan
hidup akan dinilai baik kalau mempunyai dampak yang menguntungkan bagi
kepentingan manusia. Konservasi, misalnya, hanya dianggap serius sejauh itu bisa
dibuktikan mempunyai dampak menguntungkan bagi kepentingan manusia,
khususnya kepentingan ekonomis. (Sony, 2010)
Terlepas dari berbagai kritik terhadap teori antroposentrisme, yang
dituding sebagai sumber krisis ekologi, teori ini dibela dan dipahami secara lebih
kritis dari perspektif yang berbeda oleh W.H. Murdy, seorang ahli botani,
mengajukan sebuah argumen antroposentris yang agak lunak. Menurut Murdy
(Dalam Sony, 2010) mengatakan bahwa sesungguhnya setiap spesies ada dan
hidup sebagai tujuan pada dirinya sendiri. Atas dasar itu, adalah hal yang alamiah
dan wajar kalau manusia menilai dirinya lebih tinggi dari spesies atau makhluk
lainnya. Begitu pula dengan makhluk lain, akan menilai dirinya dan spesiesnya
lebih tinggi dan lebih berharga daripada manusia.
20
Dengan argumen ini, Murdy mengatakan bahwa yang menjadi masalah
bukanlah kecenderungan antroposentris pada diri manusia yang memperalat alam
semesta untuk kepentingannya. Yang menjadi masalah dan sumber malapetaka
krisis lingkungan hidup adalah tujuan-tujuan tidak pantas dan berlebihan yang
dikejar oleh manusia, di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri.
Sejauh manusia menggunakan alam semesta dan seluruh isinya demi
memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang berguna dan tepat (proper ends),
ini dibenarkan secara moral. Kehidupan dan kesejahteraan manusia bergantung
pada alam semesta, sebagaimana halnya spesies lain di alam semesta juga
tergantung dari keberadaan spesies lainnya.
E. Kerangka Pikir
Penelitian ini akan melihat bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa
Batubelerang dalam proses Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya
Abdul latief. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang
tinggal disekitar lokasi Objek Wisata.
Partisipasi yang dijabarkan meliputi bentuk partisipasi masyarakat baik secara
nyata berupa partisipasi tenaga, partisipasi uang, dan partisipasi harta benda dan
bentuk partisipasi abstrak (tidak nyata) berupa ide atau gagasan, kritik dan saran
dalam proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
pelaksanaan (Actuating) dan pengawasan (Controlling). Kemudian melihat
bagaimana tingkat partisipasi dari masyarakat Desa Batubelerang dalam 4
Tahapan Partisipasi yaitu tahap Perencanaan, tahap Pelaksanaan, tahap
Pemanfaaatan Hasil dan tahap Evaluasi.
21
Secara sistematis kerangka pemikiran dalam kegiatan ini dapat dilihat pada
Gambar 1 :
Partisipasi Masyarakat
1. Nyata (Tenaga, Uang, Harta Benda)
2. Tidak Nyata (Ide/ gagasan, Kritik dan
saran)
Pengembangan Objek
Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa
Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai
Partisipasi masyarakat dalam pengembangan Objek
Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa
Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten
22
F. Fokus Penelitian
Penelitian ini akan melihat bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa
Batubelerang dalam proses Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan raya
Abdul Latief.
Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang tinggal
disekitar lokasi Objek Wisata Taman Hutan raya Abdul Latief. Partisipasi yang
dijabarkan meliputi bentuk partisipasi masyarakat baik secara nyata berupa
partisipasi tenaga, partisipasi uang, dan partisipasi harta benda dan bentuk
partisipasi abstrak (tidak nyata) berupa ide atau gagasan, kritik dan saran dalam
proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan
(Actuating) dan pengawasan (Controlling).
G. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan penjelasan fokus penelitian di atas, maka Penelitian ini berfokus
pada beberapa masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan
objek wisata Taman Hutan Raya Abdul latief, dalam hal ini meliputi bentuk
partisipasi nyata dan partisipasi tidak nyata (abstrak) dari masyarakat.
2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan objek
wisata Taman Hutan Raya Abdul latief yang diukur berdasarkan beberapa
indikator, yaitu :
a) Partisipasi dalam perencanaan dengan indikator sebagai berikut:
1) Masyarakat diikut sertakan dalam musyawarah;
23
2) Masyarakat berinisiatif dalam mengajukan pendapat mengenai kebijakan
pariwisata.
b) Partisipasi dalam pelaksanaan dengan indikator sebagai berikut;
1) Adanya pertunjukan/atraksi yang disajikan oleh masyarakat lokal;
2) Masyarakat menyediakan fasilitas kenyamanan pariwisata;
3) Terdapat pemandu wisata/guide dari masayarakat;
4) Pelaku wisata (petugas/tenaga) dari masayarakat;
5) Terdapat penjual cendera mata atau oleh-oleh khas wisata setempat yang
dibuat oleh masyarakat;
6) Banyaknya masyarakat yang menjual makanan dan minuman dengan harga
yang wajar disekitar lingkungan wisata;
7) Masyarakat turut serta dalam menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban dan
kebersihan lokasi wisata;
9) Masyarakat turut serta dalam mempromosikan objek wisata Taman Hutan Raya
Abdul latief.
c) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil dengan indikator sebagai berikut;
1) Menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak;
2) Penghasilan masayarakat meningkat;
3) Tingkat kesenjangan sosial menurun.
d) Partisipasi dalam evaluasi dengan indikator sebagai berikut;
1) Masyarakat memberikan penilaian kebijakan pembangunan pariwisata;
2) Masyarakat menilai, mengkritik, dan memberikan saran terhadap pengelolaan
pariwisata.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai. dimulai pada bulan Agustus sampai bulan September 2019.
B. Teknik Penentuan Sampel
Adapun informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat
tinggal di sekitar kawasan objek wisata Taman hutan Raya Abdul latief. Informan
dalam penelitian yang diperoleh dari kunjungan lapangan lokasi penelitian di
Desa Batubelerang dan dipilih secara purposive sampling. Metode purposive
Sampling yaitu merupakan metode penetapan informan yang dibutuhkan atau
memilih narasumber yang benar-benar mengetahui tentang pembangunan dan
pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul latief sehingga
mememberikan informasi secara tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
peneliti.
Dengan penjelasan tersebut, maka pihak-pihak yang dijadikan informan
peneliti diantaranya yaitu dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :
25
Tabel 1. Informan Penelitian
No Nama Jabatan Inisial Jumlah
1 Ashar Seksi Pengembangan
Destinasi Pariwisata
Taman Hutan Raya
Abdul Latief
AR 1
2 Sulaiman Sekertaris Desa Batu
Belerang
SL 1
3 Rudana Masyarakat RD 1
4 Mariani Masyarakat MR 1
5 Hasan Masyarakat HN 1
6 Wahida Masyarakat WH 1
7 Suardi Masyarakat SD 1
Total Informan 7
Sumber : Diolah oleh peneliti Tahun 2019.
26
C. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) sumber data, yaitu :
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
seperti data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan narasumber
menggunakan panduan wawancara yang disusun oleh peneliti guna mendapatkan
data terhadap informan di Desa Batu Belerang.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada seperti catatan atau dokumentasi instansi dan data yang diperoleh
dengan mendatangi kantor dinas Pariwisata untuk memperoleh informasi yang
mendukung penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang harus digunakan
dalam mengadakan suatu penelitian, agar mendapat data sesuai dengan apa yang
diinginkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan secara
langsung untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya dari obyek
penulisan serta pengumpulan data sebanyak-banyaknya. Penulis hanya mengamati
kegiatan yang sedang berlangsung dari obyek penulisan.
27
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada informan-informan yang berasal dari
Kelompok Tani Desa Batubelerang, Ketua BUMDes, Kordinator Kebersihan,
Kordinator Parkir, Masyarakat pedagang di sekitar lokasi wisata dan pemilik
penginapan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan pencarian data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data mengenai hal-hal
yang diperlukan dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini yaitu bagaimana
Partisipasi Masyarakat dalam Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief,
Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Maka di lakukan
4 (empat) Teknik pengolahan dan analisis data yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data yaitu bagian integral dalam analisis data. Pada penelitian
ini peneliti melakukan dengan menggunakan observasi, dokumentasi, dan
wawancara.
2. Reduksi Data (Data Of Reduction)
Reduksi data merupakan pemilihan hal-hal pokok, pemutusan perhatian,
mencari tema, menggolongkan serta membuang yang tidak perlu, dengan data
yang direduksdi dapat memberikan suatu gambaran yang jelas serta
28
mempermudah mengambil kesimpulan akhir. Data yang dikumpulkan harus
disesuaikan dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh peneliti gara
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
3. Penyajian Data ( Display Data)
Data yang diperoleh peneliti terkait dengan seluruh permasalahan penelitian
lalu dipilih sesuai dengan yang dibutuhkan, kemudian data yang sudah direduksi
dan disajikan secara sistematis akan diberikan kesimpulan sementara. Karena data
yang didapat dilapangan oleh peneliti tidak mungkin dipaparkan secara
keseluruhan, tetapi hanya memaprkan secara umum kemudian menjelaskan secara
spesifik. Oleh karena itu diharapkan dapat memberikan kejelasan data yang benar
dengan data pendukung.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verivecation)
Langkah selanjutnya atau langkah terakhir dari reduksi data dan penyajian
data dalam penelitian kualitatif merupakan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan data
baru pada penelitian berikutny. Langkah ini dilakukan untuk menempuh
kesimpulan yang telah diperoleh dilapangan lalu kemudian diverifikasi kembali
dengan cara meninjau kembali di lapangan sehingga calon peneliti akan lebih
mudah menjawab fokus penelitian skripsi. Penarikan kesimpulan merupakan hasil
dari proses penelitian yang telah dilakukan, namun kesimpulan tersebut bersifat
sementara, dan akan berubah jika ditemukan data baru dikemudian hari.
29
F. Pengujian Keabsahan Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Sehingga, data yang
valid merupakan data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Uji keabsahan data
dalam penelitian kualitatif meliputi :
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Derajat kepercayaan menunjukkan bahwa hasil-hasil penemuan dapat
dibuktikan dengan cara peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai sumber
yaitu dengan mewawancarai lebih dari satu informan yang berasal dari elemen
yang berbeda. Untuk menguji credibility untuk hasil penelitian peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Kriteria derajat
kepercayaan diperiksa dengan beberapa teknik permeriksaan, yaitu:
a) Triangulasi
Menurut Moleong (2011) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berupaya untuk mengecek
kebenaran data dan membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber
lainnya. Menurut Denzin (dalam Moleong, 2011) ada empat macam triangulasi,
yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
30
b) Kecukupan Referensial
Kecukupan referensial yaitu, dengan memanfaatkan bahan-bahan tercatat atau
terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran
data. Kecukupan referensial ini peneliti lakukan dengan mengumpulkan informasi
yang berkaitan dengan penelitian, baik melalui literatur buku, arsip, catatan
lapangan, foto dan rekaman yang digunakan untuk mendukung analisis dan
penafsiran data.
c) Kebergantungan atau reliabilitas (Dependability)
Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian yang
non-kualitatif. Uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan
proses penelitian ke lapangan, tetapi dapat memberikan data.
d) Kepastian (Confirmability)
Pengujian kepastian dalam penelitian kualitatif hampir sama dengan uji
kebergantungan, sehingga pengujiannya dilakukan peneliti dengan
mendiskusikannya kepada dosen pembimbing dan dosen pembahas. Menguji
kepastian berarti menguji hasil penelitian yang sudah dilakukan. Apabila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar kepastian.
e) Pengujian keteralihan (Transferability)
Peneliti ini mendeskripsikan atau memaparkan data yang telah diperoleh, baik
berupa hasil wawancara, hasil dokumentasi maupun observasi secara transparan
dan mengguraikan secara rinci. Pemaparan ini dirincikan pada bab hasil dan
31
pembahasan. Pemaparan secara keseluruhan data dilakukan agar pembaca dapat
benar-benar mengetahui permasalahan yang terjadi terkait dengan penelitian.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Batu Belerang
1. Letak Geografis
Desa Batu Belerang terletak di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai,
Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan luas sekitar 2.371 ha, Desa Batu Belerang
terdiri dari empat dusun yakni Dusun Jeppara, Dusun Bontoe, Dusun Kalimbu dan
Dusun Mattirotasi. Desa Batu Belerang Memiliki Batas-batas Desa sebagai
berikut (Data Desa Batu Belereang 2016-2020) :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Barambang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bonto Tengnga
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten gowa
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Biji nangka
2. Kondisi Iklim
Sama halnya dengan daerah lain di Sulawesi Selatan, Desa Batu Belerang
dikenal ada dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Hal ini karena
Desa Batu Belerang merupakan daerah yang beriklim sub tropis. Biasanya musim
kemarau mulai pada bulan juni sampai September sedangkan musim hujan mulai
bulan Desember hingga bulan Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah
tahun setelah melewati masa peralihan yaitu pada bulan April sampai Mei dan
Oktober sampai November.
Curah hujan di berbagai tempat di Kabupaten Sinjai umumnya tidak merata
karena pengaruh oleh keadaan iklim, keadaan geografis, dan perputaran dan
33
pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan merata menurut bulan
dan letak suatu wilayah. Curah hujan yang terjadi pada bulan Desember yang
mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli
sampai September yang biasa dikatakan hampir tidak ada hujan.
3. Kondisi Demografi
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data statistik tahun 2019 jumlah penduduk Desa Batu Belerang
Kecamatan Sinjai Borong dapat di lihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Batu Belerang
No
Dusun
Jumlah
KK
Laki-
Laki
Perempuan
Jumlah Anggota Keluarga
1 Jeppara 212 354 317 459
2 Bontoe 211 346 338 473
3 Kalimbu 112 211 183 282
4 Mattirotasi 84 153 139 208
Jumlah 619 1.064 977 1.422
Sumber: Monografi Desa Batu Belerang, 2019
Berdasarkan Tabel 2 di atas yang didapatkan dari data sekunder, dapat dilihat
luas wilayah Desa Batu Belerang yang terdiri dari jumlah total Kepala Keluarga
(KK) 619, jumlah penduduk laki laki Sebanyak 1.064 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 977 jiwa dengan total keseluruhan 1.422 jiwa penduduk
untuk tahun 2019.
34
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa BatuBelerang yang utama adalah bertani,
baik bertani pada lahan milik maupun di dalam kawasan hutan lindung, Selain
bertani sebagai pekerjaan utama, ada pula beberapa orang yang memiliki
pekerjaan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), dan Karyawan Swasta. Adapun
pekerjaan sampingan dari bertani yaitu buruh bangunan, tukang ojek dan
pedagang. Namun jika dilihat dari segi pendapatan, hasil yang diperoleh dari
pekerjaan sampingan tersebut sifatnya temporary (tidak tetap), pendapatan dari
bertani menjadi sumber penghasilan utama dan terbesar jika dibandingkan dengan
hasil pendapatan sampingan. Jenis komoditi yang dibudidayakan oleh masyarakat
adalah jenis tembakau, kopi, markisa, manggis, talas, sayur - mayur dan kacang-
kacangan.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya masyarakat terdapat jenis kesenian berupa
Kacapi/Sinrili serta Kasidahan. Ini merupakan bentuk kesenian masyarakat yang
ada dan berkembang di masyarakat. Selain itu dapat dilihat pula bentuk
keikutsertaan masyarakat dalam hal berorganisasi atau bergabung dalam
perkumpulan kelembagaan desa baik dalam bentuk koperasi, kelompok tani,
kelompok remaja (karang taruna) serta lembaga sejenisnya. Melalui wadah
kelembagaan yang ada telah mampu mendorong masyarakat untuk semakin
peduli, sadar berpikir lebih matang serta dengan seringnya mereka bertukar
pikiran dan berdiskusi dapat menambah wawasan kearah yang lebih baik, maju
dan mampu menghadapi sejumlah tantangan, perkembangan dan kemajuan
35
zaman.
Selain itu dapat dilihat masyarakat telah lama aktif menghidupkan lembaga-
lembaga adat dan pertemuan/sangkep adat. Melalui sangkep adat masyarakat
besarta pemerintah daerah menghasilkan kesepakatan atau aturan- aturan (ade’)
yang mengatur kehidupan keseharian baik yang erat kaitannya dengan norma adat,
norma susila, juga norma-norma lain yang berhubungan dengan interaksi sosial
masyarakat, interaksi dengan lingkungan dan interaksi dengan sang pencipta.
Khusus untuk interaksi masyarakat dengan lingkungan hidup dalam hal ini
interaksi masyarakat dengan kawasan hutan menjadi topik utama penggalian
informasi karena terkait dengan tujuan kegiatan identifikasi yang dilakukan. Ade’
yang lahir melalui inisiasi masyarakat setempat dibuat untuk disepakati serta
dijalankan oleh masyarakat dengan pengawasan dari kepala adat/kepala
kampung/ketua kelompok tani serta pranata sosial lainnya. Setiap persoalan yang
melibatkan masyarakat dirembukkan dan dimusyawarahkan lewat sangkep adat
sehingga titik temu setiap persoalan dapat dicarikan jalan keluarnya.
Peran tokoh masyarakat, alim ulama turut mewarnai keberadaan ade’ dan
kelangsungan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Gambaran ini
menunjukkan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat harus terus
dilestarikan guna mendukung produk-produk hukum yang dihasilkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Seperti halnya peraturan/kebijakan
mengenai penetapan kawasan/penunjukkan kawasan serta larangan-larangan yang
diberlakukan berikut sanksi-sanksi yang diterapkan.
36
B. Gambaran Umum Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
1. Letak Geografis
Taman Hutan Raya (Tahura) Abdul Latief sebelumnya merupakan bagian dari
kawasan hutan lindung Bulu Pattiroang Kelompok Hutan Lompobattang yang
terletak di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Aparang yang membentang mulai
dari Hulu Jeppara sampai Dusun Kalimbu. Tahura Abdul Latief terletak di sebelah
Barat Daya Kabupaten Sinjai dan berjarak dari ibukota Kecamatan Sinjai Borong
12 km dan 60 km dari pusat ibukota kabupaten sinjai, secara geografis berada
05018’41,3” Lintang Selatan dan antara 120000’32,5” Bujur Timur dengan luas
±720 Ha, sehingga diharapkan dapat mendukung perlindungan tata air, sehingga
upaya pelestariannya ditingkatkan mengingat fungsinya sebagai “Hutan
Konservasi”. Tahura Abdul Latief terletak pada ketinggian 1.200 – 2.000 m dpl,
sehingga hawanya sejuk sepanjang hari.
Secara administratif, sebagian besar kawasan Tahura Abdul Latief masuk
dalam wilayah kecamatan Sinjai Borong yaitu Desa Batu Belerang Kecamatan
Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Barat berbatasan dengan hutan lindung Pattiroang
kelompok hutan Lompobattang-Aparang Gunung Bawakaraeng,
sebelah Timur berbatasan dengan lahan masyarakat berupa lahan
pertanian Dusun Kalimbu Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai
Borong,
sebelah Utara berbatasan dengan kawasan hutan lindung di Dusun
Jeppara Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong,
37
sebelah Selatan berbatasan dengan lahan milik penduduk dan
pemukiman dan sebagian hutan lindung yang berbatasan
Kabupaten Bulukumba.
Peta Situasi Taman Hutan Raya Abdul Latief dapat di lihat pada
peta berikut :
Gambar 2. Peta Situasi Taman Hutan Raya Abdul Latief Kabupaten Sinjai
Provinsi Sulawesi Selatan
38
2. Kondisi Fisik
Berikut ini adalah kondisi fisik dari kawasanTahura Abdul Latief :
a) Topografi
Kawasan Tahura Abdul Latief Sinjai dengan topografi landai, berbukit dan
bergunung yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan pegunungan/dataran tinggi
dan merupakan habitat anoa dan rusa. Kawasan Tahura Abdul Latif Sinjai
memiliki beberapa jenis batuan, yaitu batuan kapur bergerigi, singkapan batuan
beku pada dindingdinding pegunungan yang berkembang dari jaman kwarter tua.
Salah satu yang paling fenomena khas dari kawasan ini adalah sungai di atas
gunung serta pemukiman gempa bumi runtuhan.
b) Tanah
Tanah pada wilayah Tahura Abdul Latief Sinjai merupakan tanah Latosol dan
Andosol terbentuk dari bahan volkanik bersifat in ermedier. Andosol biasa
dijumpai didaerah volkanik dengan ketinggian tempat antar 1.200-2.000 m dpl.
c) Iklim
Secara klimatoligis, Kecamatan Sinjai Borong yang terletak pada posisi iklim
Musim Timur mempunyai curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2.148 mm
sampai dengan 3.392 mm/tahun, dengan jumlah curah hujan berkisar 147 - 188
hari hujan/tahun. Curah hujan per tahun di Stasiun Pengamat Manipi Kecamatan
Sinjai Barat yaitu 2.148 mm. Rata-rata Bulan Basah (BB = curah hujan lebih dari
200 mm/bulan) yaitu 3 bulan, Bulan Lembab (BL = curah hujan 100 - 200 mm/
bulan) yaitu 6 bulan dan Bulan Kering (BK = curah hujan kurang dari 100
39
mm/bulan) yaitu 3 bulan. Tipe iklim di lokasi Pengelolaan Taman Hutan Raya di
Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong menurut Oldeman termasuk Iklim
Tipe D. Biasanya hujan terjadi pada bulan Nopember dan berakhir pada bulan Mei
- Juli. Kelembaban udara di dalam kawasan Tahura Abd. Latief dan sekitarnya
cukup tinggi, kelembaban mutlak memperlihatkan kisaran yang cukup rendah
yaitu berkisar antara 80 % (siang hari) dan 97% (malam dan pagi hari). Suhu
dibagian lembah berkisar antara 18 – 22 C dan dibagian puncak antara 10 – 18 C.
3. Sejarah Kawasan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
890/Menhut-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999 telah ditunjuk areal di Propinsi
Sulawesi Selatan seluas ± 3.299.005,2 hektar sebagai kawasan hutan diantaranya
Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada Kelompok Hutan Lompobattang-
Aparang, Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan. Dimana sebagian Kawasan
Hutan Lindung Bulu Pattiroang seluas ± 720 Ha tersebut diusulkan oleh Bupati
Sinjai untuk diubah fungsi menjadi Taman Hutan Raya dengan tujuan konservasi
kawasan, pelestarian potensi sumberdaya alam, penangkaran satwa, koleksi
berbagai jenis tumbuhan dan pengembangan ekowisata dengan tetap
mempertahankan bahkan meningkatkan fungsi perlindungan tata air di wilayah
tersebut dan sekitarnya.
Sesuai amanat pasal 19 Undang-undang nomor 41 Tahun 1999, Tim Terpadu
telah melaksanakan pengkajian di lapangan secara menyeluruh dan obyektif,
sebagaimana Berita Acara Hasil Kajian tanggal 4 Nopember 2006 bahwa Tim
Terpadu merekomendasikan Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada
40
Kelompok Hutan Lompobattang-Aparang, Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi
Selatan memenuhi syarat untuk diubah fungsi menjadi Kawasan Pelestarian Alam
dengan fungsi Taman Hutan Raya, karena memiliki potensi keindahan dan
fenomena alam yang indah, yakni air terjun, Sumber air panas, padang savana,
sungai diatas gunung, batuan kapur bergerigi, panorama alam dengan hawa yang
sejuk dan jembatan alam tanah. Merupakan ekosistem asli hutan pegunungan
primer dan sekunder dengan kenaekaragaman flora dan fauna yang khas dan
tergolong endemik Sulawesi diantaranya jamur mahkota, anoa gunung (Bubalus
quarlesi), Babi rusa (Babyrousa babyrussa), ayam hutan (Gallus gallus), pelatuk
Sulawesi (Dendrocopos temminckii), rusa dan enggang. Memiliki potensi areal
yang dapat dikembangkan untuk penangkaran satwa dan koleksi berbagai jenis
tumbuhan.
Masyarakat di sekitar kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada
prinsipnya mendukung terbentuknya Taman Hutan Raya (Tahura) Sinjai supaya
nantinya dapat meningkatkan nilai manfaat hutan lindung bagi masyarakat untuk
dikembangkan pola-pola pembangunan kehutanan yang memberikan akses
kepada masyarakat untuk mengelola dan menerima manfaat ekonomi langsung
dari kawasan hutan melalui berbagai program seperti Pembangunan Hutan
Penyangga Kopi, Hutan Serbaguna (dengan mengembangkan jenis buah-buahan),
dan beberapa model agroforestry lainnya.
Pada tahun 1990-an, Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan bahwa setiap
Provinsi diharapkan dapat mengembangkan minimal satu Taman Hutan Raya
pada setiap provinsi. Kawasan Hutan Pattiroang dipilih karena memenuhi
41
berbagai kriteria sebagai Tahura antara lain :
1). Memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam seperti air terjun, pemandian,
camping ground, jalur Forest Tracking dan berbagai potensi ekowisata
lainnya serta untuk kegiatan lainnya;
2). Kawasan Pattiroang memiliki luas wilayah yang cukup untuk pengembangan
koleksi tumbuhan dan/atau satwa;
3). Merupakan wilayah yang memiliki ciri khas ekosistem, karena menjadi bagian
dari ekosistem Kelompok Hutan Lompobattang yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi dan khas. Selain itu, kawasan Pattiroang
merupakan hulu dari Sub DAS Aparang yang menjadi penyangga kehidupan
bagi masyarakat hulu dan bahkan Kota Sinjai dan sekitarnya.
Tahura Abdul Latief Sinjai awalnya berstatus sebagai kawasan Hutan
Lindung Bulu Pattiroang yang batas-batasnya ditetapkan pada tahun 1982
berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 Oktober 1982 No.
760/Kpts/Um/10/82, selanjutnya Pengesahan Menteri Kehutanan tanggal 30 April
1997 ditetapkan sebagai Hutan Lindung dan termasuk Kelompok Hutan
Lompobattang Aparang dengan luas seluruhnya 6.965 Ha. Tahapan ditunjuknya
Kawasan Taman Hutan Raya yang sebelumnya merupakan Kawasan Hutan
Lindung Bulu Pattiroang sebagai berikut :
1. Surat Bupati Sinjai No. 522.51/777/Set tanggal 12 Juli 2004, Nomor:
522/236/SET tanggal 28 Pebruari 2005 dan Nomor 522/1357/Set tanggal 3
Desember 2007.
42
2. Rekomendasi Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 522/3007/SET tanggal 8
Juli 2005.
3. Dirjen PHKA (vide surat Nomor S.618/IV-KK/2004 tanggal 14 September
2004 dan Nomor S.271/IV-KK/2005 tanggal 6 Mei 2005).
4. Pertimbangan Teknis Dirjen PHKA Nomor s.27/IV-KK/2005 tanggal 16 Mei
2006
5. Menteri Kehutanan (vide surat Nomor S.529/Menhut-VII/2005 tanggal 14
September 2005).
6. Berita Acara Hasil Kajian Tim Terpadu tanggal 4 November 2006.
7. Surat persetujuan Prinsip Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dari Menteri
Kehutanan No. S.290/Menhut-VII/2008 tanggal 19 Mei 2008.
8. Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.267/Menhut-II/2008 Tanggal 1
Agustus 2008 Tentang Perubahan Fungsi sebagian Kawasan Hutan Lindung
Bulu Pattiroang Pada Kelompok Hutan Lompobattang- Apareng ± 720
(Tujuh Ratus Dua Puluh) Hektar terletak di Kabupaten Sinjai, Propinsi
Sulawesi Selatan menjadi Kawasan Pelestarian Alam dengan Fungsi Taman
Hutan Raya.
9. Peraturan Bupati Sinjai Nomor 26 Tahun 2014 tanggal 30 Juni 2014 tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Taman Hutan Raya Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai.
43
4. Visi, Misi dan tujuan Pengelolaan
a). Visi
Visi merupakan pernyataan sikap mengenai kondisi ideal kawasan yang
akan diwujudkan dalam jangka waktu tertentu di masa depan, dalam hal ini
untuk jangka waktu 10 tahun (2016-2025). Penentuan visi pengelolaan Tahura
Abdul Latief tidak lepas dari nilai penting kawasan berdasarkan mandat
penunjukannya sebagai kawasan konservasi.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka visi pengelolaan Taman Hutan Raya
Abdul Latief adalah “Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai Sebagai Pusat
Konservasi Anoa, Media Edukasi dan Ekowisata Bersama Masyarakat”,
dengan visi tersebut Taman Hutan Raya Abdul Latief bercita – cita menjadi salah
satu daerah tujuan pengamatan anoa di Indonesia yang berkonstribusi positif bagi
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memegang
prinsip-prinsip kelestarian ekosistemnya.
b). Misi
Berdasarkan visi tersebut, ditetapkan misi pengelolaan Taman Hutan Raya
Abdul Latief Sinjai, yaitu :
a. Mempertahankan keutuhan kawasan dan keanekaragaman hayati bernilai
penting bagi ekosistem TAHURA Abdul Latief.
b. Mengoptimalkan jasa lingkungan kawasan melalui pengembangan ekowisata
dan menciptakan kawasan tahura yang ramah terhadap anoa.
c. Menciptakan kebun koleksi tanaman dataran tinggi
d. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
44
e. Menciptakan wisata alam yang berdaya saing.
f. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c). Tujuan Pengelolaan
Pengelolaan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai bertujuan untuk :
a. Perlindungan ekosistem dan keanekaragaman hayati bernilai penting bagi
Taman Hutan Raya Abdul Latief ditujukan untuk mencegah dan membatasi
kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, kebakaran hutan, serta
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaannya.
b. Memepertahankan, menjaga dan melindungi habitat anoa dan rusa
denganmenciptakan kawasan konservasi yang ramah untuk berkembang biak
serta meningkatkan populasi spesies bernilai penting bagi ekosistem seperti
jenis-jenis yang merupakan spesies kunci (key spesies), spesies endemik,
spesies terancam punah serta spesies lainnya yang bernilai ekonomi bagi
masyarakat.
c. Menciptakan kebun koleksi berbagai jenis tanaman dataran tinggi .
d. Sebagai wadah kebersamaan dalam membangun Kabupaten Sinjai, dengan
memberikan ruang kepada semua pihak/ stakeholder yanga ada untuk berperan
serta dalam pengembangan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai.
e. Sebagai Tempat Ekowisata yang unggul karena nyaman, mendidik dan
membumi bersama masyarakat sekitar.
f. Menjadi sumber kehidupan masyarakat, khususnya yang bermukim disekitar
45
kawasan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai, dengan ilmu pengetahuan
dan keterampilan, disamping itu dengan adanya Blok Tradisional untuk
pengembangan Kopi Organik yang dikelola dan hasilnya akan dinikmati oleh
masyarakat setempat.
5. Struktur organisasi
Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi,
dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara
fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dari setiap jabatan yang ada.
Kerangka organisasi tersebut disebut sebagai desain organisasi dan bentu spesifik
dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi (Stephen P.
Robbins, 2007).
Untuk memenuhi volume dan beban kerja di tingkat pemangkuan serta
karena tuntutan kebutuhan dan efektifitas dalam pencapaian visi dan misi
pengelolaan, maka stuktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Tahura
Abdul Latief tersebut sebagaimana Gambar 2 sebagai berikut :
46
Gambar 2. Struktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Taman Hutan Raya
Abdul Latief Kabupaten Sinjai.
6. Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju kawasan Tahura Abdul Latief berjarak antara ± 60 km
dari Kota Sinjai dan dapat ditempuh dalam waktu ± 60 menit dan terdiri atas jalan
beraspal sepanjang ± 53,5 km dan jalan hosmix dan rabat beton ± 6,5 km kondisi
jalan aspal yang cukup baik. Untuk menuju lokasi Tahura Abdul Latief dari
Makassar dapat ditempuh dengan beberapa rute sebagai berikut:
Makassar – Gowa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng- Bulukumba- Sinjai 222
Km (5jam);
Makassar – Maros – Bone – Sinjai – sepanjang 183 Km (4 jam);
Makassar – Gowa (Malino) – Manipi – Sinjai Borong – sepanjang 153 Km
(3,5 jam);
7. Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam
pengembangan suatu obyek wisata. Sarana dan prasarana yang telah tersedia
diantaranya dapat dilihat dari Tabel 3.
47
Tabel 3. Jenis, Luas dan Kondisi Sarana dan Prasarana Tahura Abdul Latief
No.
Jenis barang
Jumlah
(Unit,Buah)/
Panjang (m)
Kondisi
Keterangan
1 2 4 5 6
1. Kantor UPTD Pengelolaan Tahura
1 Baik dan berfungsi
-
2. Pos Jaga 1 Rusak ringan Perlu Rehab
3. Pintu Gerbang 2 Rusak ringan Perlu perhatian dan
pemeliharaan
4. Villa/Balai Pertemuan 2 1 rusak berat 1 baik
Perlu perhatian dan Pemeliharaan
5.
Jalan Tracking rabat beton
±780 Baik Perlu pembenahan
6. Jalan Tracking Wisata
(alam)
1.000 Rusak Perlu pemeliharaan dan penataan
7. Jalan Tracking Wisata (dekat Villa lama)
±500 Rusak Perlu perbaikan atau pemeliharaan
8. Embung 3 1 baik 1 rusak ringan 1 rusak berat
Perlu perbaikan atau pemeliharaan
9. Menara pemantau 1 Baik Perlu pembenahan
10. Papan Nama TAHURA (Beton)
1 Baik Sudah dilakukan pengecatan ulang
11. MCK 2 Baik -
12. Gasebo 2 Baik -
13. Kursi Busa/Besi 6 Baik dan berfungsi
-
14. Meja Biro 5 Baik dan berfungsi
-
15.
16. Lemari Arsip 2 Baik dan berfungsi
-
17. Tiang bendera (bambu) 1 Rusak ringan Perlu perhatian /penggantian
18. Ginset/Penerangan 2 1 Rusak 1 baik dan berfungsi
Perlu ada jaringan listrik
18. Tempat Ginset/Gudang
1 Rusak ringan Perlu perbaikan atau pemeliharaan
19. Bak Penampungan Air 1 Rusak berat/tidak berfungsi
Perlu perbaikan dan kelengkapan perpipaan
20. Kandang Satwa 5 1 rusak ringan 4 baik
Perlu pemeliharaan dan perbaikan
Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief
48
8. Potensi Wisata Alam
Tahura Abdul Latief memiliki berbagai macam potensi alam didalamnya,
berikut ini adalah potensi wisata alam yang ada dalam kawasan Tahura :
a. Potensi Flora dan Fauna
Potensi flora di kawasan Tahura Abdul Latief memiliki kekhasan tersendiri.
Disamping memiliki keanekaragaman hayati karena merupakan satu kesatuan
dengan kawasan Gunung Lompobattang, kawasan Tahura Abdul Latief juga
memiliki areal pemanfaatan tradisional dengan tanaman buah-buahan. Pada areal
dengan kondisi tegakan yang baik seperti pada blok perlindungan kita dapat
jumpai pemandangan khas hutan hujan tropis seperti pohon-pohon besar dengan
beranekaragam jenis yang yang akan memberikan pengalaman menarik bagi yang
melintasinya dan jika dilihat dari kejauhan akan menghasilkan hamparan
pepehonan yang hijau dan indah.
Dari hasil identifikasi dan wawancara dengan masyarakat sekitar, diperoleh
beberapa jenis tanaman dan beberapa jenis diantaranya berpotensi sebagai
tanaman obat. Jenis tanaman tersebut didominasi oleh: Mahoni (Swietenia
mahagoni), Kesambi (Seleichera oleosa), Klokos (Syzygium javanica), Sono
Keling (Dalbergia sp.), Beringin (Ficus sp.), Rajumas (Duabanga moluccana),
Buak Oda (Palaquium poetida), Gaharu (Disoxylum sp.), Sengon (Paraserianthes
falcataria), Jenitri (Elaeocarpus ganitrus), Nangka (Arthocarpus integra), dan
Kemiri (Aleurites moluccana), Leda (Eucalyptus deglupta). Sedangkan untuk
49
vegetasi tingkat bawah di dominasi oleh: Anggrek (Cymbidium simulans rople),
Paku Gunung (Pteris sp.), Pakis Hutan (Angiopteris evecta).
Potensi fauna yang berhasil diidentifikasi baik perjumpaan langsung maupun
berdasarkan informasi masyarakat pada wilayah tahura terdapat 38 jenis antara
lain: Biawak (Varanus salvator), Kera (Macaca sp.), Babi Hutan (Sus vittatus),
Lutung (Presbitis cristata), Rusa (Rusa timorensis), Ular Piton (Phyton
timorensis), dan Kuskus beruang (Ailurops ursinus). Untuk satwa jenis Aves
didominasi oleh Ayam Hutan (Gallus specdiv), Burung Kecial (Zosterops
palpebrosus), Burung Tekukur Hutan, Burung Ganggang, Burung Salessere, dan
Cikong-cikong.
Tabel 4. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi di Lokasi Pengamatan Air Terjun
Wae Lulu’e Kawasan Tahura Abdul Latief No Jenis satwa Nama satwa
1 Aves Burung Salessere
2 Aves Burung ganggang
3 Aves Burung cikong-cikong
4 Aves Burung Tekukur Hutan
5 Aves Burung kecial
6 Aves Burung raja udang
7 Mamalia Kera
8 Mamalia Monyet
9 Insecta Kupu-kupu
10 Reptil Biawak
11 Reptil Kadal
12 Reptil Ular piton
Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief
50
Hasil pengamatan pada lokasi Air Terjun Wae Lulu’e dan sekitarnya
dijumpai 12 jenis satwa terdiri dari 6 jenis burung, 2 jenis mamalia, 1 jenis
serangga, dan 3 jenis reptil sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi Di Lokasi Pengamatan Air
Panas Belerang Kawasan Tahura Abdul Latief Kabupaten Sinjai
No Jenis satwa Nama satwa
1 Aves Burung kluing
2 Aves Burung tegunggung
3 Aves Burung punglor hitam
4 Aves Burung kloncer
5 Aves Burung tong-tong suit
6 Aves ayam hutan
7 Mamalia Babi hutan
8 Mamalia Rusa
9 Insecta Kupu-kupu
10 Reptil Biawak
Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief
Pengamatan di lokasi Air Panas Belerang dijumpai 10 jenis satwa ,terdiri dari
6 jenis burung, 2 jenis mamalia, 1 jenis insecta dan 1 jenis Reptil, sebagaimana
pada Tabel 3.
51
9. Potensi Pegunungan
Tahura Abdul Latief berada pada ketinggian 1.200 - 2.000 mdpl dengan
kondisi kelerengan lahannya bervariasi dari datar, landai, agak curam
sampaisangat curam dengan kelerengan 15 – 40 % dan 5 – 15 %. Dengan
ketinggian yang lebih tinggi dari kawasan sekitarnya, pada titik-titik tertentu
kawasan Tahura Abdul Latief kita bisa menyaksikan pemandangan alam yang
indah dari daerah yang berada di bawahnya.
Kondisi kelerengan yang bervariasi juga berpotensi menjadi daya tarik
wisata. Dipadukan dengan jalan setapak yang dinaungi oleh vegetasi yang masih
rapat pada beberapa lokasi bisa menjadi daya tarik bagi yang ingin menikmati
kegiatan lintas alam atau kegiatan pengamatan satwa. Kondisi kelerengan yang
beragam juga cocok untuk kegiatan olah raga minat khusus lainnya seperti sepeda
gunung.
10. Potensi Air
Ciri khas dari kawasan pegunungan dengan kondisi tegakan yang masih baik
adalah melimpahnya potensi air. Bisa berupa mata air, sungai dan air terjun.
Begitupula di kawasan Tahura Abdul latief. Sungai utama di kawasan Tahura
abdul Latif adalah sungai Wae Lulu’e dan Wae buru’e yang mengalir sepanjang
Tahura. Pertemuan kedua sungai ini telah dibendung dan dijadikan sumber baku
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten Sinjai. Keberadaan sungai
Wae Lulu’e menjadi daya tarik tersendri karena dibeberapa titik memiliki
pemandangan yang indah yang bisa dimanfaatkan oleh para pengunjung sebagai
tempat istirahat setelah menelusuri jalan setapak di Tahura. Potensi perairan
52
lainnya yaitu Wae Buru’e. Wae Buru’e ini mengeluarkan bau belerang yang biasa
dijadikan obat gatal-gatal oleh masyarakat setempat.
Daya tarik utama dari potensi perairan di kawasan Tahura Abdul Latief adalah
air terjun Wae Lulu’e dan Air Terjun Wae Buru’e berjarak sekitar 4 Km dan 6
KM dari pintu gerbang Tahura Abdul latief. Air terjun ini bisa dicapai dengan
kendaraan roda dua lalu berjalan kaki. Keberadaan obyek wisata ini sudah dikenal
luas oleh masyarakat, sehingga warga yang datang berkunjung kebanyakan
berasal dari luar desa Batu Belerang. Debit air yang konstan menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat untuk menikmati kesejukan air terjun terutama saat
musim kemarau.
11. Potensi Air panas Belerang
Kawasan Tahura Abdul Latief terdapat sumber mata air panas yang sering
dikunjungi oleh masyarakat yaitu Air Panas Belerang. Air Panas Belerang
merupakan wisata alam berupa sumber air panas belerang dimana masyarakat
yang berkunjung ke Air Panas Belerang untuk melakukan kegiatan ritual budaya/
keagamaan sehingga keberadaan Air Panas Belerang ini oleh masyarakat sekitar
masih dianggap memiliki nilai religius.
Sementara itu direncanakan pembebasan lahan untuk bumi perkemahan,
lahan untuk taman bunga, pembuatan lokasi pengembangan lebah madu, ulat
sutra, serta lokasi outbond. Di sekitaran kawasan wisata terdapat beberapa tempat
penginapan, Kantin, serta warung kopi.
53
12. Kontribusi Objek Wisata Kabupaten Sinjai Tahun 2017-2019
Salah satu sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan atau dapat
dijadikan andalan bagi pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) yaitu dari sektor
pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam
pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan
berbagai upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata, karena sektor
pariwisata memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan
tenaga kerja.
Pesatnya perkembangan industri pariwisata akan berimbas pada penerimaan
yang diterima oleh daerah di sektor pariwisata. Penerimaan sektor pariwisata
bersumber dari pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan retribusi objek wisata
berupa karcis masuk ke obyek wisata. Penerimaan sektor pariwisata inilah yang
nantinya menjadi salah satu penambah pendapatan asli daerah (PAD). objek
wisata berupa karcis masuk ke obyek wisata. Penerimaan sektor pariwisata inilah
yang menjadi salah satu penambah pendapatan asli daerah (PAD). besarnya
kontribusi tersebut ditentukan oleh besarnya jumlah wisaatawan yang berkunjung
ke kabupaten sinjai yang kemudian dapat dilihat melalui tabel 6 dibawah ini:
54
Tabel 6 : Jumlah penerimaan Retribusi Obyek wisata Kabupaten Sinjai tahun
2017 - 2019
No.
Objek Wisata
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2017 2018 2019
1. Taman Purbakala Batu Pake
Gojeng 48.345.500 74.359.000 60.355.000
2. Air Terjun Lembang Saukang 3.612.500 6.135.000 7.500.000
3. Air Terjun Kembar 1.567.500 1.570.000 1.650.000
4. Taman Hutan Raya Abdul
Latief 1.000.000 40.600.000 62.400.000
5. Hutan Mangrove Tongke-
tongke 18.900.000 279.400.000 276.095.000
Jumlah 73.425.500 402.064.000 408.000.000
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Tahun 2020.
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat di lihat bahwa Kontribusi retribusi Objek
Wisata Kabupaten Sinjai mengalami peningkatan selama dari tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019. Khususnya di Taman Hutan Raya Abdul Latief, Peningkatan
Jumlah penerimaan retribusi dari tahun 2017 yaitu Sebesar Rp.1.000.000
mengalami peningkatan pada tahun 2018 Sebesar Rp. 40.600.000 kemudian
mengalami peningkatan yang sangat pesat pada tahun 2019 yaitu sebesar
Rp.62.400.000.
55
Adapun Jumlah Pengunjung Objek wisata Kabupaten Sinjai Tahun 2017-
2018 dapat di lihat pada tabel 7 Berikut :
Tabel 7 : Jumlah Pengunjung Obyek wisata Kabupaten Sinjai tahun 2017 –
2019
No.
Objek Wisata
Jumlah Pengunjung
2017 2018 2019
1. Taman Purbakala Batu Pake
Gojeng
19.724 16.000 13.345
2. Air Terjun Lembang Saukang 1.445 227 1.500
3. Air Terjun Kembar 627 379 330
4. Taman Hutan Raya Abdul
Latief
200 7.600 12.600
5. Hutan Mangrove Tongke-
tongke
4.100 58.400 59.425
Jumlah 26.096 82.606 87.200
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Tahun 2020.
Tabel 7, Menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2017-
2019, meningkat setiap tahunnya, jumlah kunjungan khususnya pada objek Wisata
Taman Hutan Raya Abdul Latief terbesar terjadi pada tahun 2019 yaitu 12.600
sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu di tahun 2017 hanya sebesar 200.
Peningkatan jumlah wisatawan tentu berpengaruh terhadap besarnya kontribusi
sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sinjai.
Salah satu alasan terjadinya Peningkatan jumlah penerimaan Retribusi serta
peningkatan Jumlah pengunjung dari tahun ke tahun pada Objek Wisata Taman
Hutan Raya Abdul Latief karena di dalam kawasan Objek wisata Tahura ini
terdapat beberapa daya tarik wisata seperti Potensi Flora dan Fauna, Air Terjun
Serta Air panas Belerang sehingga menambah minat pengunjung untuk datang
dan melakukan aktifitas Wisata di tempat tersebut.
56
C. Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Hutan
Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai
Partisipasi masyarakat dalam Pembangunan dan pengembangan merupakan hal
yang penting ketika diletakkan atas dasar keyakinan bahwa masyarakatlah yang
paling tahu apa yang dibutuhkan. Partisipasi yang hakiki akan melibatkan
masyarakat dalam keseluruhan tahapan pengembangan, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi
dalam program pengembangan suatu objek wisata. Keikutsertaan masyarakat
dalam Pengembangan objek wisata dapat mendorong mereka berpartisipasi aktif
dalam pelaksanaan dan pengawasan. masyarakat berperan penting dalam
menunjang pembangunan pariwisata terutama dalam mengendalikan arah
pengembangan pariwisata sehingga dapat meminimalisir dampak negatif dari
aktivitas wisata. Raharjana (2012).
Berikut ini akan dijelaskan partisipasi masyarakat dalam keseluruhan tahap
pengembangan sebagai berikut.
1. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan
Perencanaan merupakan proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan
untuk melakukan tindakan dimasa depan. Bentuk partisipasi di dalam tahap
perencanaan (idea planning stage) adalah pelibatan seseorang atau sekelompok
orang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitiaan
dan anggaran pada suatu kegiatan. (Ericson, dalam Slamet 1994).
57
Tahap pengambilan keputusan yaitu keikutsertaan masyarakat dalam rapat
pengambilan keputusan yang dilaksanakan baik oleh pihak Dinas Terkait, oleh
pengurus dan Pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief, maupun oleh
Masyarakat serta pihak perangkat desa. Parameter yang digunakan untuk
menentukan derajat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan adalah
keterlibatan dalam identifkasi masalah, perumusan tujuan, dan pengambilan
keputusan terkait pengembangan wisata. Untuk mengetahui sejauh mana
Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, Maka dilakukan
wawancara dengan informan Berinisial SL, selaku Sekertaris Desa Batu Belerang
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai mengemukakan bahwa :
“Kalau saya melihat partisipasi masyarakat Desa Batu Belerang dalam
Upaya meningkatkan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
tergolong kurang, karna kurang keterbukaan pihak-pihak pengelola untuk
melibatkan masyarakat dalam hal partisipasi seperti rapat-rapat
perencanaan sebuah program, hanya masyarakat tertentu saja yang sering
ikut berpartisipasi, adapun partisipasi masyarakat biasanya hanya dalam
bentuk kerja bakti, itupun sangat jarang di lakukan di sekitaran objek
wisata..” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan SL, tanggal 29
September 2019).
Selain daripada penjelasan dari Sekertaris Desa Batu Belerang, peneliti juga
mewawancarai masyarakat yang terkait dengan indikator yang ingin di ketahui
dan salah satunya adalah informan yang berinisial RD selaku masyarakat yang
bertempat tinggal di sekitar objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief,
mengemukakan bahwa :
“Mengenai hal Partisipasi dek, sebagian besar masyarakat disini itu
kurang dilibatkan baik dalam bentuk rapat-rapat atau perencanaan
58
program program lainnya karena petugas serta pengelolanya kurang
terbuka dan kurang akrab dengan masyarakat sekitar karna jarang
melakukan sosialisasi-sosialisasi ataupun kegiatan lainnya yang
melbatkan masyarakat. Disamping itu saya liat kebanyakan petugasnya
dari daerah lain yang bekerja disitu”. (Hasil Wawancara bersama
dengan Informan RD, tanggal 2 Oktober 2019).
Adapun hasil wawancara bersama dengan pihak pengelola terkait kebijakan
apa saja yang akan di ambil untuk lebih memberdayakan masyarakat. Hasil
wawancaranya adalah sebagai berikut :
“Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan secara bertahap melalui
Prakondisi Pemberdayaan Masyarakat, Pembentukan dan Pembinaan
Kelembagaan, Pendampingan Pemberdayan Masyarakat, Pembinaan
dan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif, Peningkatan Kapasitas
Masyarakat, Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan
Kemitraan/Kolaborasi, Penetapan Daerah Penyangga, Monitoring dan
Evaluasi. Itu semua akan di lakukan secara bertahap dengan melihat
kondisi serta faktor-faktor pendukung lainnya.” (Hasil Wawancara
bersama dengan Informan AR, tanggal 25 September 2019).
Selain dari penjelasan pihak pengelola di atas, peneliti juga mewawancarai
masyarakat yang terkait dengan indikator yang ingin di ketahui dan salah satunya
adalah informan yang berinisial HS selaku masyarakat yang bertempat tinggal di
sekitar objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, mengemukakan bahwa :
“kalau undangan-undangan misalnya rapat atau pertemuan-pertemuan
khususnya di tahura menurut saya sangat minim, kami pun sebagai
masyarakat kurang mengetahui rencana atau program apa saja yang akan
di lakukan kedepannya”. (Hasil Wawancara bersama dengan Informan HS,
tanggal 5 Oktober 2019).
Senada dengan apa yang di kemukakan oleh informan yang berinisial HS di
atas, adapun pendapat informan berinisial SD adalah sebagai berikut :
“ya pernah di undang rapat, pada waktu itu kalau tidak salah rapat waktu
mau di bangun ini tahura sama rapat penataan Blok, itupun Cuma sekali di
59
undang dan selanjutnya tidak ada lagi rapat-rapat susulan”. (Hasil
Wawancara bersama dengan Informan SD, tanggal 25 September 2019).
Berdasarkan Hasil wawancara di atas, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat dalam identifkasi masalah, perumusan tujuan, dan pengambilan
keputusan terkait ini tergolong kurang di karenakan tidak adanya kegiatan rapat
ataupun wadah diskusi yang di sediakan pengelola atau pihak terkait untuk
masyarakat mengeluarkan ide-ide atau pemikirannya.
Di kesempatan yang sama peneliti melakukan wawancara Dengan informan
WH untuk mengetahui apa-apa saja bentuk partisipasi masyarakat dalam hal
perencanaan. Adapun Hasil wawancaranya adalah sebagai berikut :
“Pernah di undang rapat pada waktu itu baru mau di bangun tahura.
Banyak warga hadir pada waktu itu untuk mengetahui apa-apa saja hasil
rapatnya, dan semenjank tahura itu sudah terbentuk sudah jarang sekali
ada undangan untuk rapat dan biasanya adapi tamu-tamu penting yang
datang di tahura baruki di kabari lagi sama pemerintah.” (Hasil
Wawancara bersama dengan Informan WH, tanggal 27 September 2019).
Hal senada juga disampaikan oleh informan MR selaku masyarakat
setempat, yang mengemukakan bahwa :
“Iye kalau masalah keterlibatan masyarakat sini ke tahura itu dek sangat
kurang, bahkan sebagian besar warga disini itu tidak kenal sama petugas
petugasnya karna jarang keliatan tidak pernah juga melakukan sosialisasi
ke warga sekitar.” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan WH,
tanggal 2 Oktober 2019).
Berdasarkan hasil dari wawancara bersama dengan informan di atas maka
dapat di ketahui bahwa peran dari pihak pengelola ataupun pihak-pihak terkait
untuk melibatkan masyarakat dalam hal pengambilan keputasan itu sangatlah
minim Sehingga masyarakat kurang mengetahui apa apa saja program yang
60
direncanakan dan dilakukan pihak terkait di objek wisata pengembangan objek
wisata Taman Hutan Raya Abdul latief.
2. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan
Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Pelaksanaan adalah keterlibatan
Masyarakat dalam beberapa hal, di antaranya penyediaan fasilitas untuk
pengunjung, Pemandu wisata (petugas/tenaga) dari masayarakat, pengelolaan
usaha-usaha penjualan makanan dan minuman, penjual cindera mata, Masyarakat
turut serta dalam menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban dan kebersihan
lokasi wisata, serta turut serta dalam mempromosikan objek wisata.
Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang di lakukan oleh pihak
pengelola objek wisata dalam hal pelaksanaan maka peneliti melakukan
wawancara bersama informan berinisial AR sebagai berikut :
“Pengembangan ekowisata yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi
pengelolaan adalah dengan mengembangkan wisata alam yang berdaya
saing melalui atraksi dan aktivitas wisata minat khusus berbasis kegiatan
wisata petualangan seperti caving, pendakian, pengamatan satwa, camping.
dalam pengembangannya selain di site prioritas tersebut juga akan
dikembangkan di site lainnya dan dilakukan secara terbatas. Wisata minat
khusus ini merupakan wisata yang umumnya dalam kelompok kecil dengan
tujuan perjalanan untuk suatu pengalaman tertentu. Wisata minat khusus
dikembangkan untuk meminimalkan dampak negatif dari kegiatan
pariwisata. Pengembangan dan diversifikasi produk layanan wisata
diarahkan pada peningkatan kualitas layanan dan pengembangan paket-
paket wisata yang harus diiringi oleh keahlian dan keterampilan interpretasi
dan pendampingan pengunjung. Jadi pada tahap ini tidak boleh sembarang
tenaga pendamping tapi harus benar-benar memiliki keahlian dibidangnya
masing-masing.” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan AR, tanggal
25 September 2019).
Setelah melakukan wawancara dengan pihak pengelola selanjutnya
peneliti melakukan wawancara bersama masyarakat Untuk mengetahui sejauh
61
mana Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata Taman Hutan Raya pada tahap
pelaksanaan, wawancara dengan informan Berinisial MR, selaku Masyarakat
Sekitar objek wisata mengemukakan bahwa :
“kalau usaha-usaha seperti warung kopi atau penjual-penjual makanan
ringan di objek wisata tahura ini hanya beberapa saja di karenakan masalah
lahan dan tempat yang terbatas di tambah lagi karena lokasi objek wisata ini
dan lokasi kebun masyarakat saling berdempetan dan sempat beberapa
tahun yang lalu terjadi perebutan tanah antara warga sekitar dan dari pihak
objek wisata yang saling mengklaim hak kepemiikan lahan jadi akhirnya
sampai saat ini kurang antusias masyarakat ke objek wisata ini di latar
belakangi oleh hal tersebut”.(Hasil wawancara bersama dengan informan
berinisial MR, tanggal 2 Oktober 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas di ketahui bahwa pada tahun 2006, saat
itu Bagian selatan kawasan taman hutan raya Abdul latief yang berbatasan
dengan lahan milik penduduk dan pemukiman serta sebagian hutan lindung yang
berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba tepatnya diblok pemanfaatan dengan
luas lahan ± 100 Ha telah terjadi pendudukan lahan oleh penduduk Desa yang
mengklaim bahwa sebagian dari kawasan blok pemanfaatan tersebut adalah lokasi
mereka, dan melarang adanya aktifitas pengelolaan di lahan tersebut karna
menurut mereka aktifitas tersebut dapat merusak atau mengganggu tanaman
perkebunan seperti Kopi, Coklat dan Tembakau yang mereka tanam di lahan
tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh informan WH selaku masyarakat
setempat, yang mengemukakan bahwa :
“Kalau Pemilik penginapan di dekat objek wisata itu orangnya dari daerah
tanete (Kab.Bulukumba), dia itu membeli tanah warga yang dekat dari objek
wisata untuk di kemudian di buat tempat penginapan buat pengunjung. Jadi
pemilik penginapan itu orang dari luar dan masyarakat merasa terbatasi
62
melakukan usaha-usaha karna terkendala lahan sebab adanya kemarin itu
sengketa antara masyarakat dan pemerintah tentang lahan yang sekarang
dijadikan kawasan observasi oleh pihak tahura dek”.(Hasil wawancara
bersama dengan informan berinisial WH, tanggal 27 September 2019).
Di kesempatan yang lain peneliti juga mewawancarai masyarakat lainnya
mengenai peningkatan ekonomi masyarakat sekitar objek Wisata melalui
penumbuhan minat dan bakat masyarakat akan hal pembuatan oleh-oleh serta
pernak pernik atau cindera mata khas. Maka dari itu peneliti melakukan
wawancara bersama informan HN selaku masyarakat yang bertempat tinggal di
sekitar objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief :
“Kalau mengenai hal pelatihan pembuatan oleh-oleh dan pernak pernik khas
pernah saya dengar akan di lakukan, tapi info jelasnya mengenai kapan akan
di lakukan saya kurang tau karna saya dapat info ini hanya dari warga
sekitar saja jadi info pastinya saya tidak tau”. (Hasil wawancara bersama
dengan informan berinisial HN, tanggal 5 Oktober 2019).
Adapun hasil wawancara peneliti bersama dengan Masyarakat serta
pemerintah setempat dalam hal ini bersama dengan sekertaris Desa Batu Belerang
mengenai tahap pelaksanaan yakni dari segi Masyarakat turut serta dalam
menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban dan kebersihan lokasi wisata, adanya
pemandu wisata yang melibatkan masyarakat, serta keturutsertaan masyarakat
dalam mempromosikan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief. Berikut
hasil wawancara peneliti bersama dengan beberapa Informan :
“Kalau segi menjaga keamanan partisipasinya ya ada seperti Pengawasan
pengunjung yang menginap camping di sekitar tahura ini untuk tidak
melakukan sesuatu yang bersifat terlarang dan tidak membuang sampah
sembarangan.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SD,
tanggal 25 September 2019).
63
Senada dengan informasi yang diberikan, hal yang sama dituturkan oleh
informan RD selaku Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata.
Berikut adalah wawancara bersama informan RD :
“untuk menjaga keamanan dan ketertiban pengunjung yang datang,
biasanya kami disini melakukan pengawasan baik dari segi keamanan dan
ketertiban khususnya pada hari libur kan banyak pengunjung yang
menginap di sekitaran objek wisata dengan mendirikan tenda-tenda
camping dan kebanyakan anak muda jadi kami biasanya memberikan
himbauan himbauan atau peringatan kepada mereka supaya tidak
melakukan sesuatu yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban
seperti meminum minuman keras dan sebagainya”. (Hasil wawancara
bersama dengan informan berinisial RD, tanggal 2 Oktober 2019).
Untuk mengetahui antusias masyarakat sekitar objek wisata dalam hal
memberikan kenyamanan dan daya tarik wisata maka peneliti melakukan
wawancara bersama dengan Sekertaris Desa Batu Belerang :
“Untuk memberikan daya tarik kepada pengunjung kami dari pihak
pemerintah desa turut serta berpartisipasi dalam hal pembuatan spot-spot
fhoto serta membangun beberapa Gazebo itu di harapkan untuk
memberikan kenyamanan kepada para pengujung, pembuatan fasilitas
tersebut melibatkan partisipasi dari beberapa masyarakat baik dari segi
pembuatannya hingga tahap pembangunannya itu berkat kerjasama dan
bantuan dari masyarakat. Kalau dalam hal keturutsertaan masyarakat
dalam hal mempromosikan objek wisata ini cukup besar. saya liat dari
beberapa postingan postingan di media sosial yang berisi ajakan untuk
berkunjung ke objek wisata ini.” (Hasil wawancara bersama dengan
informan berinisial SL, tanggal 29 September 2019).
Berdasarakan hasil dari beberapa wawancara diatas bersama masyarakat
dan pemerintahan yang terkait, bahwa Pertisipasi Masyarakat dalam tahap
pelaksanaan itu sangat minim. masyarakat memilih berpartisipasi pada
pengawasan yang bersifat preventif. sebagian besar warga bersikap tidak peduli,
padahal secara substansi seharusnya masyarakat lokal harus dan wajib ikut serta
dalam meciptakan keamanan dan ketentraman akan tetapi kurangnya
64
pemberdayaan Masyarakat secara terstruktur mengakibatkan partisipasi
masyarakat di lapangan sangat minim padahal seharusnya Masyarakatlah yang
harus menjadi sentral dan menjadikan subjek dari semua proses pengembangan
objek wisata. Adapun pengawasan yang bersifat kompleks hanya dilakukan oleh
segelintir masyarakat yang kritis termasuk elite masyarakat lokal.
3. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Pemanfaatan Hasil yaitu
Menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak, Penghasilan masayarakat
meningkat, Tingkat kesenjangan sosial menurun.
Untuk mengetahui sejauh mana Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata
Taman Hutan Raya Abdul Latief pada tahap pemanfaatan hasil, seperti manfaat,
dampak serta hasil yang di peroleh masyarakat dengan adanya objek wisata,
Maka dilakukan wawancara dengan informan Berinisial SL, selaku Sekertaris
Desa Batubelerang mengemukakan bahwa :
“Ya di harapkan berdampak baik bagi masyarakat dengan adanya objek
wisata ini khususnya untuk segi ekonomi dan di harapkan masyarakat dapat
membantu dan turut serta menjaga dan memanfaatkan potensi-potensi yang
ada.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SL, tanggal 29
September 2019).
Hal serupa juga di kemukakan oleh informan yang berinisial AR, Selaku
Pengelola di objek wisata taman Hutan Raya Abdul Latief yang mengemukakan
bahwa :
“Dengan adanya objek Wisata ini di harapkan mampu memberikan
dampak positif bagi masyarakat khususnya dalam segi sosial ekonomi.
Masyarakat di harapkan dapat memanfaatkan apa-apa yang telah ada di
objek wisata ini seperti menyiapkan fasilitas penginapan bagi pengunjung,
65
berjualan di sekitaran objek wisata, dan utamanya dapat lebih
mengembangkan lagi objek wisata ini kedepannya.” (Hasil wawancara
bersama dengan informan berinisial AR, tanggal 25 September 2019).
Di Kesempatan yang sama peneliti melakukan wawancara bersama
masyarakat mengenai dampak yang di rasakan setelah adanya objek wisata ini :
“Dampak yang kami rasakan setelah adanya objek wisata ini yaitu jalanan
menuju desa kami semakin bagus. Akses jalan masuk ke desa pun semakin
lancar tapi di sisi lain kami harapkan kepada pihak pengelola memberikan
ruang kepada warga untuk menggunakan lokasi yang sebelum adanya
objek wisata ini secara turun temurun kami gunakan untuk bertani akan
tetapi setelah adanya objek wisata ini dan pihak pengelola mengklaim
tanah yang kami gunakan tersebut adalah termasuk kawasan hutan lindung
jadi lama kelamaan lokasi pertanian semakin berkurang.” (Hasil
wawancara bersama dengan informan berinisial WH, tanggal 27
September 2019).
Hal senada juga di sampaikan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani
yang bertempat tinggal di sekitaran kawasan hutan lindung dan blok pemanfaatan
Taman Hutan Raya Abdul Latief :
“Semenjak adanya objek wisata ini sebagian masyarakat yang tidak terlalu
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian merasa ya untung untung
saja akan tetapi sebagian masyarakat yang mata pencahariannya sebagai
petani merasa bahwa setelah adanya blok pemanfaatan yang mengambil
dan mengklaim sebagian lokasi perkebunan masyarakat dan tidak di
perbolehkan lagi untuk beraktifitas di kawasan tersebut sangat berdampak
untuk penghasilan kami karna tempat kami menggantungkan hidup kami
waktu ke waktu semakin di kuasai oleh pengelola padahal tanah tersebut
secara turun temurun dari nenek moyang kami itu memang adalah lahan
produktif pertanian warga disini dek”. (Hasil wawancara bersama dengan
informan berinisial HN, tanggal 5 Oktober 2019).
Untuk terus mengetahui informasi mengenai apa saja dampak serta manfaat
yang di rasakan masyarakat dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya
Abdul Latief, penulis melakukan wawancara bersama dengan informan MR,
66
selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata mengemukakan
bahwa :
“iye salah satu manfaat yang kami rasakan itu jalanan sudah bagus jadi
transportasi juga sudah lancarmi ke sini ka sebelumn-sebelumnya jarang
sekali ada mobil sampai disini di karenakan jalanan yang menanjak dan
rusak.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial MR, tanggal
2 Oktober 2019).
Hal senada juga di sampaikan oleh informan SD selaku petani yang
bertempat tinggal di sekitar objek wisata terkait dampak yang di timbulkan
dengan adanya objek wisata taman hutan raya abdul latief ini ;
“saya rasa dengan adanya tahura ini bukan menguntungkan masyarakat
sekitar akan tetapi menurut saya malah merugikan karena lahan yang
dulunya kami garap untuk di tanami tembakau itu malah di klaim oleh
pemerintah masuk sebagai kawasan hutan lindung dan tidak
memperbolehkan warga disini itu untuk bercocok tanam lagi karna
alasannya akan merusak dan mengganggu hewan yang di lindungi.” (Hasil
wawancara bersama dengan informan berinisial SD, tanggal 25 September
2019).
Dari beberapa hasil wawancara di atas bersama narasumber dapat di ketahui
bahwa dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, sebagian
masyarakat merasa di untungkan dan sebagiannya lagi merasa sangat di rugikan
terutama para petani yang menggantungkan hidupnya di alam karna mereka
megatakan lahan yang dulunya adalah lahan pertanian tempat mereka bercocok
tanam, kini semakin di ambil alih oleh pemerintah dan pihak pengelola jadi secara
otomatis pendapatan warga pun menurun karna bekurangnya lahan pertanian.
67
4. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi
Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Evaluasi yaitu Masyarakat
memberikan penilaian kebijakan pembangunan pariwisata, Masyarakat menilai,
mengkritik, dan memberikan saran terhadap pengelolaan pariwisata.
Untuk mengetahui Sejauh mana Partisipasi Masyarakat pada tahap Evaluasi,
maka peneliti melakukan wawancara bersama informan sebagai berikut :
“Menurut saya seharusnya pihak pengelola lebih memberdayakan masyarakat
yang bertempat tinggal di sekitaran objek wisata baik untuk bekerja di dalam
objek wisata maupun hal-hal lain yang bersifat meberdayakan karna saya liat
kebanyakan orang yang bekerja di dalam objek wisata itu orang dari luar,
sangat kurang masyarakat asli disini yang dipekerjakan tapi mungkin karna
warga disini kurang menanggapi adanya objek wisata ini ataupun hal lain”.
(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial MR, tanggal 2
Oktober 2019).
Pada kesempatan yang sama Peneliti juga melakukan wawancara bersama
informan yang berinisial SD mengenai harapan ataupun kritik serta saran dengan
adanya Objek wisata Taman hutan Raya Abdul Latief ini :
“Harapan kami disini tidak banyakji dek kami hanya minta kepada pihak
pengelola untuk memberikan kepada warga lokasi untuk bertani yang
sebelumnya memang kami gunakan, karna pendapataan warga pun
berkurang dan bahkan kami merasa semenjak adanya objek wisata ini
perekonomian semakin menurun dan hanya menguntungkan pihak pihak
tertentu saja.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SD,
tanggal 25 September 2019).
Berdasarkan hasil dari wawancara bersama informan di atas menunjukkan
bahwa dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul latief di harapkan
berdampak baik bagi masyarakat sekitar, namun hal tersebut berbanding terbalik
mulai dari pemberdayaan masyarakat sekitar untuk bekerja pada objek wisata
hingga kasus antara masyarakat sekitar dan pihak pengelola mengenai penguasaan
68
lahan yang hingga saat ini belum ada titik terang untuk menyelesaikan kasus
tersebut.
Di kesempatan yang sama peneliti juga melakukan wawancara bersama
dengan informan RD selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar
kawasan objek wisata :
“Harusnya ada kerja sama antara pemerintah dengan instansi atau organisasi
terkait mengenai pengembangan dan pemberdayaan masyarakat agar supaya
masyarakat memiliki pengetahuan misalnya apa itu ekonomi kreatif atau
hewan-hewan jenis apa saja yang di lindungi di tahura sehingga timbul kerja
sama antara masyarakat dengan pihak pengelola agar saling menguntungkan.”
(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial RD, tanggal 2 Oktober
2019).
Adapun hasil wawancara peneliti bersama dengan pihak pemerintah Desa
membahas mengenai pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul
Latief :
“Pengembangan wisata tahura harus menerapkan prinsip-prinsip pelestarian
dalam hal pemanfaatannya agar tidak melampaui daya dukung lingkungan.
Hal ini penting agar dengan berjalannya pembangunan pariwisata , daya
dukungnya ya itu menyokong kebutuhan berbagai pemanfaatan dan tidak
merusak alam, budaya, maupun lingkungan.” (Hasil wawancara bersama
dengan informan berinisial SL, tanggal 29 September 2019).
Membahas Mengenai dampak serta manfaat yang di timbulkan dengan adanya
objek wisata ini maka peneliti melakukan wawancara bersama dengan pihak
pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief :
“Kontribusi terhadap pemerintah setempat yaitu di harapkan terjalin
kerjasama antara pemerintah Desa, Kecamatan serta pihak pengelola
terutama pembinaan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar Tahura
agar senantiasa terjaga ketertiban, kebersihan serta keamanan. Adapun
dampak kepada masyarakat yang di timbulkan dengan selesainya penataan
Blok Tahura yaitu penglibatan masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan
ekonomi seperti budidaya lebah madu, industri kerajinan, penanaman
69
sayuran serta tanaman –tanaman perkebunan lainnya agar dapat membantu
perekonomian masyarakat sekitar.” (Hasil wawancara bersama dengan
informan berinisial AR, tanggal 25 September 2019).
Pada kesempatan yang sama peneliti melakukan wawancara bersama dengan
informan HS untuk mengetahui apa saja harapan serta manfaat yang di rasakan
dengan adanya objek wisata. Adapun hasil wawancaranya yaitu sebagai berikut :
“Semoga kedepannya kami harapkan pemerintah untuk lebih memajukan lagi
tahura ini supaya masyarakat disini juga bisa merasakan manfaatnya. Bukan
hanya jalan saja di perbaiki tapi bisa memberikan bantuan-bantuan kepada
petani seperti bibit.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial
HS, tanggal 5 Oktober 2019).
Senada dengan apa yang di sampaikan informan HS. Peneliti juga melakukan
wawancara bersama dengan informan WH mengenai apa saja harapan warga
sekitar dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief ini :
“harapannya itu iye supaya lebih sering itu petugas datang ke rumah-rumah
warga untuk memberi pelatihan -pelatihan seperti pembuatan oleh-oleh atau
makanan-makanan khas agar daerah disini itu bisa lebih di kenal lagi .”
(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial WH, tanggal 27
September 2019).
Berdasarkan Hasil Wawancara Bersama dengan informan, maka adapun
kesimpulan yang di peroleh pada tahap Evaluasi yaitu pihak pengelola berencana
akan lebih memberdayakan warga sekitar objek wisata namun waktu demi waktu
manfaat yang di rasakan masyarakat belum sesuai dengan apa yang di rencanakan.
Artinya bahwa keinginan masyarakat untuk turut serta berpatisipasi itu ada
namun kurang di fasilitasi oleh pihak pengelola.
70
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pada tahap Perencanaan, Partisipasi masyarakat yang nyata yaitu turut serta
dalam Konsultasi publik yaitu Rapat Rencana pengelolaan Taman Hutan
Raya Abdul Latief serta Rapat Rencana Penataan Blok. Tanggal 11 desember
2015.
2. Pada tahap Pelaksanaan, Partisipasi masyarakat yang nyata yaitu dalam bentuk
tenaga seperti ikut berpartisipasi dalam pembuatan Spot-spot fhoto, Gazebo,
Kerja Bakti dan turut serta dalam menjaga keamanan dan ketentraman di
sekitaran objek wisata.
3. Pada tahap Pemanfaatan Hasil, Partisipasi masyarakat yang nyata yaitu turut
serta dalam pengelolaan usaha berskala kecil seperti penjual makanan ringan
dan warung kopi di sekitaran objek wisata
4. Pada tahap Evaluasi, Partisipasi masyarakat yang tidak nyata berupa
sumbangan ide berupa keinginan masyarakat untuk di adakan pelatihan, serta
sosialisasi tentang pembuatan pernak pernik khas, makanan khas, dan
pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi kreatif. Kritik Masyarakat yaitu
agar di beri ruang yang cukup untuk memanfaatkan lahan untuk bertani dan
tidak merasa terbebani dengan adanya objek wisata. serta saran masyarakat
yaitu agar pemerintah serta pengelola lebih menjalin kerjasama dengan
organisasi atau kelompok seperti di bidang kesenian dan kebudayaan
sehingga menjadi daya tarik tersendiri pada objek wisata.
71
B. Saran
1. Bagi Pembaca diharapkan menambah hasanah keilmuan sosial khususnya
dalam bidang Sosiologi lingkungan dan Sosiologi Pariwisata dengan berbagai
partisipasi masyarakat terhadap pengembangan objek wisata khusunya objek
wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya di harapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber
maupun referensi terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, Desa Batubelerang Kecamatan
Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, agar hasil penelitiannyadapat lebih baik dan
lebih lengkap lagi. Serta di harapkan lebih mempersipkan diri dalam proses
pengambilan dan pengumpulan data agar di harapkan hasil penelitian dapat
lebih baik.
3. Bagi Pemerintah :
a. Perlu adanya advokasi terhadap pemerintahan serta pihak pengelola untuk
bekerja sama dan mendukung masyarakat untuk berpartisipasi.
b. Perlu adanya Pendampingan dari Dinas Terkait terhadap seluruh anggota
dengan metode praktek langsung untuk meningkatkan kapasitas semua
anggota, terutama dalam manajemen organisasi, penanganan wisatawan,
dan usaha kreatif, agar dampaknya sampai kepada masyarakat
72
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoso, W. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta : ITS Press
Alfitri. (2011). Community Development : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Deviyanti, Dea. 2013. Studi Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Dikelurahan Karangjati Kecamatan Balikpapan Tengah. Jurnal Administrasi
Negara, 1 (2):380-394.Universitas Mulawarman.
Dinas perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. 2015. Identifikasi dan
pemetaan sebaran ODTWA Taman Hutan Raya Abdul Latief. Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Sinjai. Sinjai.
Dinas perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. 2015. Buku Informasi Taman
Hutan Raya Abdul Latief. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Sinjai. Sinjai.
Handayani, Suci. 2006. Perlibatan Masyarakat Marginal Dalam Perencanaan
dan Penganggaran Partisipasi (Cetakan Pertama). Surakarta: Kompip Solo.
Hetifah, Sumarto, Sj. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Jakarta:
Penerbit Yayasan Obor Indonesia
Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya Di Indonesia.
Jakarta: PT Grasindo.
Maharani, Dedy Prasetya, 2014. Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten
Sumenep, Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lombang). Jurnal Politik
Muda, Vol. 3 No. 3, Agustus-Desember 2014, 412-421.
Meyers, Koen. 2009. Pengertian Pariwisata, Jakarta: Unesco Office.
Moleong, Lexi J, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Nurdiyanto, Sigit. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa
Wisata. skripsi fakultas dakwah dan komunikasi, univeristas islam negeri
sunankalijaga.YogyakartaJurnal%20skripsi/BAB%20I%252C%20IV%252%
20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf diakses pada 12 Desember 2017 (20.00
WIB).
Nuring, S. 2013. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program
Desa Siaga di Desa Badung Kecamatan Playen Kabuapaten Gunung Kidul
73
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik, Vol 1(1): 56-66.
Pitana, I Gde, 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta. C.V Andi Offset.
Raharjana, D. 2012. Membangun Pariwisata Bersama Rakyat : Kajian Partisipasi
Lokal dalam Membangun Desa Wisata di Dieng Plateau. Jurnal
KAWISTARA, Vol 2(3): 225-328.
Rukminto Adi, Isbandi, 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset
Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok.FISIP IU Press.
Rukminto Adi, Isbandi. 2008. Intervensi Komunitas : Pengembangan Masyarakat
sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Slamet. 2003. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Spillance, JJ. (1993). Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.
Diterjemahkan oleh Andiyanto.Yogyakarta: Kanisius.
Robbins, Stephen.P. 2001. Perilaku Organisasi. Prenhallindo, Jakarta.
Sony, A. Keraf. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta. PT Kompas Media
Nusantara.
Suriana. 2009. Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Sumber Daya Laut Gugus
Pulau Kaledupa Berbasis Partisipasi Masyarakat. Thesis. Program Magister
Ekonomi dan Manajemen. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata
Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Wahab, Salah. 1975. Tourism Management. London: Tourism International Press
74
LAMPIRAN
Wawancara Bersama anggota Seksi Pengembangan Destinasi Pariwisata Taman Hutan
Raya Abdul Latief
Wawancara Bersama Sekertaris Desa Batu Belerang
76
Fhoto Peta Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai
Wawancara Bersama Masyarakat Desa Batu Belerang
77
Wawancara Bersama Masyarakat Desa Batu Belerang
Wawancara Bersama Masyarakat Desa Batu Belerang
78
Wawancara Bersama Masyarakat Desa Batu Belerang
Fhoto Petugas dan Pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief
79
Fhoto Petugas dan Pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief
Wawancara bersama masyarakat Desa Batu Belerang
80
Kantor Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
Aula Pertemuan Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
81
Kandang Penangkaran Satwa khas Taman Hutan Raya Abdul Latief
Kandang Penangkaran Satwa khas Taman Hutan Raya Abdul Latief
82
Peta Letak Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
Peta Penataan Blok Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
83
Kantin milik Masyarakat sekitar Kawasan wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
Penginapan di sekitar Kawasan wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief
84
Dokumen Penyetujuan rencana Pengelolaan jangka panjang Taman Hutan Raya
Abdul Latief Sinjai tahun 2016-2025
85
Surat Izin Penelitian
86
Surat Izin Penelitian
87
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan Sinjai Pada tanggal 23
September 1996 dari Ayah Bernama Hamka dan Ibu
Hudayah. Penulis merupakan anak kedua dari Tujuh
bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah
SD Negeri 186 Mannyaha pada tahun 2003 dan tamat pada
tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Sinjai Borong pada tahun 2009 dan tamat pada tahun 2011. Lalu
melanjutkan pendidikan di SMA N. 1 Sinjai Borong pada tahun 2012 dan tamat
pada tahun 2014. Ditahun 2015, penulis lulus seleksi masuk di Program Studi
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar dan Alhamdulillah Selesai Pada tahun 2020.
Berkat Petunjuk dan pertolongan Allah SWT, Usaha dan di Sertai do’a
dari kedua Orang tua dalam menjalani Aktifitas Akademik di perguruan tinggi
Universitas Muhammadiyah Makassar. Alhamdulillah Penulis dapat
Menyelesaikan tugas akhir dengan Skripsi yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat
Dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu
Belerang, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai”.