PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

98
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA TAMAN HUTAN RAYA ABDUL LATIEF DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG KABUPATEN SINJAI FATMAWATI 105640231615 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN

OBJEK WISATA TAMAN HUTAN RAYA ABDUL LATIEF

DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG

KABUPATEN SINJAI

FATMAWATI

105640231615

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

i

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN

OBJEK WISATA TAMAN HUTAN RAYA ABDUL LATIEF

DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG

KABUPATEN SINJAI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

FATMAWATI

Nomor Induk Mahasisiwa : 105640231615

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul :

Nama : Fatmawati

Stambuk : 105640231615

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Budi Setiawati, M.Si Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si

Mengetahui :

Dekan Fisipol Unismuh Makassar Ketua Program Studi

Ilmu Pemerintahan

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si

Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek

wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu

Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai”

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

PENERIMAAN TIM

Telah di terima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, Berdasarkan Surat Keputusan/

Undangan Menguji Ujian Skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah

Makassar Nomor Surat 104/FSP/A 4-II/VII/41/2020, Sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Sarjana (S.1) dengan program Studi Ilmu Pemerintahan

Universitas Muhammadiyah Makassar Pada hari Kamis tanggal 23 Juli 2020.

TIM PENILAI

Ketua, Sekertaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si

Penguji :

1. Dr. Hj. Budi Setiawati, M.Si (…………………………)

2. Dr. H. Anwar Parawangi, M.Si (…………………………)

3. Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd (…………………………)

Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasisiwa : Fatmawati

Nomor Stambuk : 105640231615

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan Bahwa Proposal ini dengan judul :” Partsisipasi Masyarakat

dalam pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu

Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai” adalah sepenuhnya

merupakan karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat

dari karya orang lain, tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-

cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang di jatuhkan

kepada saya apabila kemudian di temukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

ini.

Makassar, 11 Juni, 2019

Yang menyatakan

Fatmawati

Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

ABSTRAK

FATMAWATI. 2020. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan

Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang

Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. (di bimbing oleh Budi Setiawati,

Rudi Hardi).

Dalam proses pengembangan objek wisata tentu tak lepas dari partisipasi

masyarakat sekitar, baik dalam bentuk pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan

dan partisipasi sosial. Mengingat partisipasi tersebut sangat memengaruhi

keberhasilan dari pembangunan pariwisata yang berbasis masyarakat, untuk itu

pentingnya penelitian ini guna mengetahui bagaimana Partisipasi Masyarakat di

Desa Batubelerang dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya

Abdul Latief. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk partisipasi masyarakat dalam

pengembangan Objek Wisata Hutan Raya Abdul Latief adalah (1) sumbangan

ide/gagasan, (2) sumbangan tenaga, serta (3) sumbangan dana dan harta benda.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan Rendah, dalam pelaksanaan

sedang, dalam pemanfaatan hasil rendah dan dalam evaluasi pada tingkatan yang

tinggi. Dengan demikian diperlukan kerja sama serta kemauan politik pemerintah

untuk menjadi fasilitator guna untuk menunjang perannya dalam pengembangan

desa wisata dengan membuka ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi.

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Pengembangan, Masyarakat lokal.

Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah

dilimpahkan kepada penulis dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran

untuk dapat menyelesaikan proposal ini.

Dalam penyusunan proposal penyusun menghadapi banyak kendala, akan

tetapi kendala itu mampu diselesaikan dengan baik berkat arahan da bimbingan

yang senantiasa membimbing kami dan motivasinya selama penyusunan proposal

ini.

Semoga bantuan dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis

mendapat imbalan amal saleh yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan sehingga kritikan yang

konstruktif penulis sangat harapkan demi penyempurnaan proposal ini.

Makassar, Agustus ,2019

Fatmawati

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM .................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian................................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7

A. Konsep Partisipasi Masyarakat .............................................................. 7

B. Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ................................ 12

C. Tinjauan tentang Pengembangan Pariwisata ........................................ 13

D. Teori Antroposentrisme........................................................................ 18

E. Kerangka Pikir ..................................................................................... 21

F. Fokus Penelitian ................................................................................... 22

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

G. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 22

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 24

B. Teknik Penentuan Sampel .................................................................... 24

C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 26

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 27

F. Pengujian Keabsahan Data ................................................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 32

A. Gambaran Umum Desa Batu Belerang.................................................. 32

B. Gambaran Umum objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief ........ 36

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan objek wisata Taman

Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang, Kecamatan Sinjai

Borong, Kabupaten Sinjai ...................................................................... 56

V. PENUTUP ................................................................................................... 70

A. Kesimpulan............................................................................................. 70

B. Saran ....................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72

LAMPIRAN ......................................................................................................... 74

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Informan Penelitian ............................................................................... 25

2. Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Batu Belerang .............................. 33

3. Jenis, Luas dan Kondisi Sarana dan Prasarana Tahura Abdul Latief..... 47

4. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi di Lokasi Pengamatan Air

Terjun Wae Lulu’e Kawasan Tahura Abdul Latief............................. 49

5. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi Di Lokasi Pengamatan Air

Panas Belerang Kawasan Tahura Abdul Latief Kabupaten Sinjai............. 50

6. Jumlah penerimaan Retribusi Obyek wisata Kabupaten Sinjai

tahun 2017 – 2019................................................................................54

7. Jumlah Pengunjung Obyek wisata Kabupaten Sinjai tahun 2017 – 2019.....55

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Skema Kerangka Pikir Partisipasi Masyarakat Desa Batubelerang

dalam proses Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya

Abdul latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai. ................................................................... .... 21

2. Struktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Taman Hutan

Raya Abdul Latief Kabupaten Sinjai........................................... 46

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 74

2. Dokumen Penyetujuan rencana Pengelolaan jangka panjang Taman

Hutan Raya Abdul Latief Sinjai tahun 2016-2025...................... 84

3. Surat Izin Penelitian............................................................................. .. 85

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini

memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Tujuan pariwisata

adalah untuk mendatangkan dan meningkatkan devisa negara. Di Indonesia

sendiri, pariwisata merupakan kontributor terbesar ketiga untuk devisa Negara,

setelah minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. (Pitana, 2005).

Pariwisata bagi kebanyakan orang sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus

terpenuhi dengan tujuan sebagai hiburan untuk menghilangkan kejenuhan akibat

sibuknya kegiatan mereka sehari-hari. Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu

tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok,

sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasiaan dan kebahagiaan dengan

lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. (Kodhyat, 1996).

Dari waktu ke waktu manusia akan menuntut sesuatu yang lebih dari apa yang

pernah mereka dapatkan, tidak terkecuali, masalah wisata. Manusia akan merasa

bosan bila terus menerus berwisata ditempat yang sama tanpa ada perubahan

ataupun sesuatu yang berbeda dari tempat wisata tersebut. Untuk itu perlu adanya

perubahan dalam 2 pembentukan tempat wisata seperti penambahan sarana

prasarana ataupun hanya sekedar membenahi sarana yang sudah ada supaya

menjadi lebih baik. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menarik wisatawan, dan

agar para wisatawan yang datang tidak merasa bosan bila berwisata ditempat

wisata tersebut. Wisatawan mengadakan perjalanan untuk memuaskan hasrat

Page 14: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

2

ingin tahu, untuk mengurangi ketegangan pikiran, beristirahat dan mengembalikan

kesegaran pikiran dan jasmaninya pada alam lingkungan yang berbeda. (James

Spillance, 1993:21).

kegiatan perjalanan dan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan

secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik

wisata. Dalam hal ini objek dan daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang

menjadi sasaran perjalanan wisata, meliputi daya tarik yang berasal dari ciptaan

Tuhan Yang Maha Esa, daya tarik dari karya manusia, dan juga daya tarik wisata

dengan sasaran minat khusus. Fungsi dari Pariwisata di antaranya mampu

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.

Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-

industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan

transportasi. (Salah Wahab, 1975).

Perkembangan industri pariwisata di Indonesia memberi dampak pada banyak

tenaga kerja yang berkerja pada sektor tersebut. Seperti yang diketahui bahwa

sektor pariwisata menyerap 15 % dari seluruh tenaga kerja di Indonesia, Namun

perkembangan tersebut belum secara signifikan memberikan kontribusi terhadap

peningkatan kesejahteraan dan pendapatan pada yang berkerja pada sektor

pariwisata.

Pembangunan pariwisata yang berhasil adalah pembangunan yang dilakukan

secara bersama, termasuk membangun daerah wisata bersama masyarakat

disekitar lokasi sehingga pembangunan pariwisata dapat memberikan keuntungan

Page 15: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

3

baik secara ekonomi, sosial, dan budaya bagi masyarakat setempat. masyarakat

berperan penting dalam menunjang pembangunan pariwisata terutama dalam

mengendalikan arah pengembangan pariwisata sehingga dapat meminimalisir

dampak negatif dari atkvitas wisata. (Raharjana, 2012).

Tujuan dari pembangunan pariwisata yang melibatkan masyarakat

diantaranya yaitu; 1) memberdayakan masyarakat melalui pembangunan dan

pengembangan pariwisata; 2) meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat agar

dapat memperoleh keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya dari pembangunan

dan pengembangan pariwisata; 3) memberikan kesempatan yang seimbang bagi

masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, salah satu

pendekatan yang dapat digunakan untuk pengembangan pariwisata berbasis

masyarakat adalah pendekatan partisipatif. (Nurdiyanto, 2015)

Taman Hutan Raya (Tahura) Abdul Latief, yang sebelumnya masih berstatus

hutan Borong akhirnya resmi dinyatakan sebagai taman hutan raya (tahura)

defenitif sekaligus kawasan konservasi melalui SK Menteri Kehutanan tentang

perubahan status menjadi hutan raya No. 267/Menhut-II/2008. Dengan statusnya

itu, pada tahun 2008 hutan seluas 720 hektare itu resmi menjadi pusat penelitian

dan pengembangan aneka ragam hayati di Sulawesi selatan. Taman Hutan Raya

(Tahura) Abdul Latief adalah kawasan hutan yang dilimpahkan kepada

pemerintah daerah kabupaten sinjai Sebagai bentuk penghargaan terhadap Bupati

pertama kabupaten Sinjai. Taman hutan raya ini diberi nama sesuai dengan nama

bupati pertama kabupaten Sinjai yaitu, Andi Abdul Latief.

Page 16: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

4

Taman Hutan Raya (Tahura) Abdul Latief merupakan salah satu objek wisata

alam yang terletak di Desa Batu belerang Kecamatan Sinjai Borong dengan

ketinggian 900-1200 mdpl yang lokasinya berada di antara dua lereng gunung,

yaitu Lompobottang dan Bawakaraeng. Adapun Destinasi wistanya berupa air

terjun Wae Lulue, air terjun bertingkat empat, sumber air belerang yang muncul

pada beberapa tempat di aliran Wae Buru’E, kolam pemancingan ikan, agro

wisata (kebun sayur dataran tinggi dan buah-buahan), dan panorama alam hutan

pegunungan yang sangat indah.

Manfaat dari adanya tempat wisata Taman Hutan Raya abdul latief ini

awalnya hanya dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan saja, namun

selanjutnya banyak orang yang tertarik untuk mengunjungi lokasi tersebut.

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung, masyarakat

sekitarpun memanfaatkannya dengan membuka usaha seperti penginapan, kantin,

Warung Kopi (warkop) selain itu juga terdapat penambahan fasilitas seperti

pembangunan jalan aspal menuju objek wisata sementara dalam proses

pengerjaan.

Namun saat ini, Taman Hutan Raya Abdul Latief mulai jarang dikunjungi

oleh wisatawan, masyarakat sekitar pun jarang beroperasi untuk menyewakan

penginapannya, Serta jumlah kantin dari hari ke hari berkurang. Taman Hutan

Raya Abdul Latief yang sebelumnya setiap hari ramai pengunjung saat ini hanya

ramai ditemui pada akhir pekan dan pada hari libur.

Dalam proses pembangunan dan pengembangannya tentu tak lepas dari

partisipasi masyarakat sekitar, baik dalam bentuk pikiran, tenaga, harta benda,

Page 17: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

5

keterampilan dan partisipasi sosial. Mengingat partisipasi tersebut sangat

memengaruhi keberhasilan dari pembangunan dan pengembangan pariwisata yang

berbasis masyarakat, untuk itu pentingnya penelitian ini guna mengetahui

bagaimana Partisipasi Masyarakat di Desa Batubelerang dalam Pengembangan

Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah

pada penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan objek wisata Taman

Hutan Raya Abdul Latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai”?.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk Partisipasi

masyarakat dalam pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada pembaca Mengenai Partisipasi

Masyarakat dalam Pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul

Latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

2. Menjadi bahan informasi atau referensi bagi peneliti selanjutnya yang

berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan objek

wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai.

Page 18: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

6

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi

pemerintah dan masyarakat agar Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul

Latief dapat dikembangkan dengan baik.

Page 19: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Partisipasi Masyarakat

1. Pengertian Partisipasi masyarakat

Kata Partisipasi merupakan pinjaman dari Bahasa Belanda “Participatie”

atau dari Bahasa Inggris “Participation” yang sebenarnya berasal dari bahasa latin

“Participatio” yang terdiri dari dua suku kata yakni “pars” yang berarti bagian,

dan “capere” yang berarti mengambil. Dari arti dua suku kata tersebut,

mempunyai arti mengambil bagian. Dengan demikian partisipasi Masyarakat

mengandung pengertian yaitu keikutsertaan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,

pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses

mengevaluasi perubahan yang terjadi. (Rukminto Adi, 2008).

Istilah Partisipasi pada masa sekarang ini sudah menjadi kata kunci dalam

setiap program pengembangan masyarakat, seolah-olah sudah menjadi istilah

yang sangat penting yang menjadi model baru dalam setiap perumusan kebijakan

dan proposal proyek. Partisipasi lebih pada alat sehingga dimaknai partisipasi

sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan,

sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat dengan

pemerintah juga menggalang tumbuhnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada

program yang dilakukan. Histiraludin,(dalam Handayani 2006:39-40).

Page 20: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

8

Konsep partisipasi masyarakat merupakan salah satu konsep yang penting

karena berkaitan dengan sistem pemerintahan demokrasi, karena manfaat dari

partisipasi masyarakat dapat memperluas basis pengetahuan dan representasi,

membantu terbangunnya transprantasi komunikasi dan hubungan-hubungan

kekuasaan di antara para pemangku kepentingan, meningkatkan pendekatan

iteratif dan siklikal dan menjamin bahwa solusi didasarkan pada pemahaman dan

pengetahuan lokal, mendorong kepemilikian lokal, komitmen dan akuntabilitas,

membangun kapasitas masyarakat dan modal sosial. (Suriana,2009).

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta pengembangan dapat

mengatasi permasalahan ketimpangan karena kesenjangan antara masyarakat lokal

dengan pemangku kepentingan. partisipasi masyarakat dapat mendorong

tercapainya tujuan pembangunan nasional maupun daerah. (Nuring, 2013).

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam

suatu program pembangunan, dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk

partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk

partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi

yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga sedangkan bentuk partisipasi yang

tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, pengambilan keputusan dan partisipasi

representatif.

Page 21: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

9

Menurut Holil (dalam Deviyanti, 2013) mengemukakan adanya beberapa

bentuk partisipasi, antara lain :

a) Partisipasi dalam bentuk tenaga

Adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk

pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

b) Partisipasi dalam bentuk uang

adalah bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan untuk memperlancar

usaha-usaha bagi pencapaian suatu program pembangunan. Partisipasi ini dapat

berupa sumbangan berupa uang tetapi tidak dipaksakan yang diberikan oleh

sebagian atau seluruh masyarakat untuk suatu kegiatan atau program

pembangunan.

c) Partisipasi dalam bentuk harta benda

adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk menyumbang

harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

Adapun menurut Chapin (dalam Deviyanti, 2013) mengemukakan adanya

bentuk partisipasi masyarakat, antara lain :

a) Partisipasi uang

adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian

kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

b) Partisipasi buah pikiran

adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran

konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar

Page 22: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

10

pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan

pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

c) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan

Yaitu Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk

mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

d) Partisipasi representatif

yaitu Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat

kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

3. Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Untuk pengembangan partisipasi masyarakat, perlu pemahaman dasar

mengenai tingkatan partisipasi. Menurut Cohen dan Uphoff dikutip oleh Soetomo

(dalam Deviyanti, 2013) membagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan ke

dalam 4 tingkatan, yaitu:

(a) Partisipasi dalam perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan

masyarakat dalam rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam proses

penyusunan dan penetapan program pembangunan dan sejauh mana

masyarakat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk saran untuk

pembangunan.

(b) Partisipasi dalam pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa:

partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi

dalam bentuk harta benda.

(c) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang diwujudkan keterlibatan seseorang

pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut selesai

Page 23: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

11

dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tingkatan ini berupa tenaga dan uang

untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun.

(d) Partisipasi dalam evaluasi, yang diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan

masyarakat dalam menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta

hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan ikut

serta dalam mengawasi dan menilai atau secara tidak langsung, misalnya

memberikan saran-saran, kritikan atau protes.

4. Tujuan Partisipasi Masyarakat

Menurut Schiller dan Antlov yang dikutip oleh Hetifah (dalam Andrean, 2014)

Tujuan Partisipasi adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan visi bersama

Merumuskan visi dan mandate serta nilai-nilai yang dianut atau menjadi dasar

suatu organisasi serta visi itu ke depan. Tujuannya adalah menyajikan kebenaran

yang definit, tapi lebih untuk menstimulasikan debat dan bagaimana

mempengaruhi ke masa depan.

2. Membangun rencana

Setelah melakukan perumusan visi bersama dalam rangka menentukan tujuan

spesifik yang ingin dicapai. Maka dengan bekal itu dapat segera dibuat suatu

proses lanjutan untuk membangun rencana

3. Mengumpulkan gagasan

Dilakukan dengan cara lisan maupun tertulis, dengan maksud mengumpulkan

sebanyak mungkin gagasan dari semua orang yang menjadi peserta proses

partisipasi.

Page 24: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

12

4. Menentukan Prioritas / membuat pilihan

Bertujuan untuk mengorganisir berbagai ide yang muncul dalam proses

partisipasi dengan memanfaatkan kualitatif.

5. Menjaring aspirasi / masukan

Bertujuan untuk pertukaran informasi, gagasan dan kepedulian tentang suatu

isu atau rencana antara pemerintah, perencana dengan masyarakat. Melalui proses

ini masyarakat memperoleh kesempatan untuk mempengaruhi perumusan

kebijakan, memberikan alternatif desain, pilihan investasi beserta

pengelolaannya.

6. Mengumpulkan Informasi / Analisis Situasi

Bertujuan untuk mengindentifikasi kekuatan dan peluang serta bagaimana

mengoptimalkannya, selain mengindentifikasi kelemahan dan ancaman untuk

mempermudah merumuskan langkah-langkah untuk mengatasinya.

Pada hakekatnya tujuan partisipasi sesungguhnya adalah untuk

memberdayakan masyarakat daerah setempat untuk dapat ikut serta dalam proses

pembangunan, baik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

pengevaluasian serta turut serta menikmati hasil dari pembangunan tersebut.

B. Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

UU RI No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, menyatakan bahwa obyek

dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik itu

pembangunan obyek dan daya tarik wisata, yang dilakukan dengan cara

mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan

Page 25: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

13

daya tarik wisata. Dalam undangundang di atas, yang termasuk obyek dan daya

tarik wisata terdiri dari :

a) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud

keadaan alam serta flora dan fauna, seperti pemandangan alam, panorama

indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang-binatang

langka.

b) Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata

agro), wisata air, wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

c) Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri

dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,

serta tempat- tempat ziarah.

d) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di

bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi Semua kegiatan yang

berhubungan dengan perjalanan wisata.

C. Tinjauan tentang Pengembangan Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dalam

jangka waktu tertentu dari sebuah tempat ke tempat lain dengan melakukan

perencanaan sebelumnya, tujuannya untuk rekreasi atau untuk sebuah kepentingan

agar keinginannya bisa terpenuhi. Kegiatan pariwisata di samping membuang ra

jenuh juga berguna untuk mengisi hari luang dalam kesibukan sehari-hari dengan

Page 26: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

14

berkunjung ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari

nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu

senggang maupun libur dan dan bisa saja menghabiskan uang yang terlalu banyak.

(Koen Meyers, 2009).

2. Jenis-jenis Pariwisata

Jenis dan Macam Pariwisata terdiri dari 2 macam yaitu Berdasarkan Letak

Geografis dan Menurut Alasan/Tujuan Pariwisata. Klarifikasi jenis-jenis

Pariwisata tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pariwisata Berdasarkan Letak Geografis :

a. Pariwisata Lokal (Local Tourism)

Pariwisata setempat yang memiliki ruang lingkup relatif sempit serta terbatas

dalam tempat-tempat tertentu saja.

b. Pariwisata Regional (Regional Tourism)

Pariwisata yang berkembang di sebuah tempat atau daerah yang ruang

lingkupnya lebih luas jika dibandingkan dengan local tourism, namun lebih sempit

jika dibandingkan dengan national tourism.

c. Pariwisata Regional dan Internasional (Regional-International Tourism)

Aktivitas Pariwisata yang berkembang di sebuah wilayah international yang

terbatas, namun melalui batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah

tersebut.

d. Pariwisata Internasional (International Tourism)

Aktivitas pariwisata yang berkembang di seluruh negara di dunia khususnya

regional-international tourism serta national tourism.

Page 27: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

15

2. Jenis dan Macam Pariwisata Menurut Alasan/Tujuan Pariwisata

a. Pariwisata Bisnis (Business Tourism)

Jenis Pariwisata yang di mana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas,

usaha dagang maupun yang berhubungan dengan pekerjaan, meeting, insentif dan

convention serta zexhabition (MICE).

b. Pariwisata kejuruan (Vocational Tourism)

Jenis Pariwisata yang dimana kebanyakan orang-orang yang melakukan

perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur maupun

memanfaatkan waktu luang dalam rangka study banding ke tempat tempat

bersejarah atau museum yang berkaitan dengan suatu bidnag ilmu pengetahuan.

c. Pariwisata Pendidikan (Educational Tourism)

Jenis Pariwisata yang dimana pengunjung melakukan perjalanannya untuk

tujuan mempelajari sesuatu di bidang ilmu pengetahuan. Educational Tourism

meliputi study tour atau dharmawisata. Dalam bidang bahasa dikenal kata polly

glotisch, yakni orang-orang yang tinggal sementara waktu di sebuah negara untuk

mempelajari bahasa negara tersebut.

3. Pengertian Pembangunan Pariwisata

Di Indonesia pembangunan hampir menjadi kata kunci dalam banyak hal,

salah satunya yaitu pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata pada

intinya merupakan suatu aktivitas yang menggali segala potensi pariwisata baik

yang berasal dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumber daya

buatan manusia yang semuanya memerlukan penanganan secara menyeluruh.

Dalam melakukan pembangunan pariwisata tentunya tak terlepas dari aspek

Page 28: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

16

masyarakat atau sosial, jadi pembangunan pariwisata itu sendiri menggunakan

pendekatan pembangunan sosial. Partisipasi masyarakat dibutuhkan untuk

revitalisasi konsep pembangunan, untuk menghasilkan sebuah perubahan positif

bagi kehidupan. (Alfitri, 2011:39).

Menurut Migley (Rukminto Adi, 2008) bahwa pembangunan sosial pada awal

perkembangannya seringkali dipertentangkan dengan pembangunan ekonomi. Hal

ini terkait degan pemahaman banyak orang yang menggunakan istilah

pembangunan yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan

oleh adanya industrialisasi. Akan tetapi, sejak kurang lebih satu-dua dasawarsa

terakhir keberadaan pembangunan sosial sebagai pendekatan pembangunan yang

dapat saling bekerja sama dengan pembangunan fisik dan pembangunan ekonomi

sudah lebih dapat diterima.

Pembangunan sosial menurut Migley (dalam Rukminto, 2008) adalah

pendekatan pembangunan yang secara eksplisit berusaha mengintegrasikan proses

pembangunan ekonomi dan sosial, seperti dua sisi koin yang saling melengkapi

satu sama lain. Pembangunan sosial tidak dapat berjalan dengan baik tanpa

adanya pembangunan ekonomi, sedangkan pembangunan ekonomi tidaklah

bermakna (meaningless) kecuali diikuti dengan peningkatan kesejahteraan sosial

dari populasi sebagai suatu kesatuan.

4. Pengertian Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk

mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumberdaya pariwisata

Page 29: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

17

mengintegrasikan segala bentuk aspek luar pariwisata yang berkaitan secara

langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.

Pengembangan pariwisata juga merupakan penggerak utama sektor

kepariwisataan, pengembangan pariwisata tentunya membutuhkan kerjasama dari

seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah,

kerjasama langsung dari kalangan usaha maupun dari pihak swasta. Sesuai dengan

tugas dan kewenangannya, pemerintah merupakan pihak fasilitator yang memiliki

peran dan fungsi nya dalam pembuatan dan penentu seluruh kebijakan terkait

pengembangan pariwisata.

Daya tarik dalam obyek wisata merupakan salah satu modal utama yang harus

dimiliki dalam upaya peningkatan dan pengembangan obyek dan daya tarik

wisata. Keberadaan obyek dan daya tarik wisata merupakan mata rantai terpenting

dalam suatu kegiatan wisata, hal ini disebabkan karena faktor utama yang

membuat pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata

adalah potensi dan daya tarik yang dimiliki obyek wisata tersebut.

Dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata tidak hanya pemerintah

yang melakukan sendiri tetapi pihak-pihak lain juga ikut andil dalam

pembangunan infrastruktur pendamping, ini guna meningkatkan pendapatan dari

sektor ekonominya. Menurut Charles Kaiser Jr. Dan larry E. Helber (dalam Dedy

Prasetya, 2014), tingkat-tingkat perencanaan pariwisata itu dimulai dari

pengembangan pariwisata daerah yang mencakup pembangunan fisik objek dan

atraksi wisata. Setelah itulah dilakukan, kita akan dapat melihat bagaimana

perkembangan dari jumlah berkunjung wisatawan apabila ternyata mencapai

Page 30: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

18

target yang telah ditetapkan selanjutnya akan memikirkan sistem prioritas. Untuk

pengembangan ini perlu dilakukan pendekatan-pendekatan dengan organisasi

pariwisata yang ada (pemerintah dan swasta) dan pihak-pihak terkait yang

diharapkan dapat mendukung kelanjutan pembangunan pariwisata daerah tersebut.

Pembangunan dan pengembangan pariwisata suatu daerah dapat disesuaikan

oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.

Partisipasi masyarakat pada setiap tahapan pengembangan merupakan komponen

terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian dan proses pemberdayaan.

(Adiyoso, 2009).

Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali berbagai

potensi kekayaan alam dan hayati secara terpadu. Pengembangan kawasan wisata

merupakan alternatif yang di harapkan mampu baik potensi ekonomi maupun

upaya pelestarian.pengembangan pariwisata memberikan manfaat pada aspek

utama dalam bidang ekonomi, yakni mampu menciptakan lapangan pekerjaan di

sektor pariwisata sehingga pendapatan masyarakat dapat berkembang. (Sunaryo

,2013 : 142).

D. Teori Antroposentrisme

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang memandang

manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya

dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan

yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung.

Selain bersifat antroposentris, etika ini sangat instrumentalistik, dalam pengertian

pola hubungan manusia dan alam dilihat hanya dalam relasi instrumental.

Page 31: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

19

Alam dinilai sebagai alat bagi kepentingan manusia. Kalaupun manusia

mempunyai sikap peduli terhadap alam, itu semata-mata dilakukan demi

menjamin kebutuhan hidup manusia, bukan karena pertimbangan bahwa alam

mempunyai nilai pada diri sendiri sehingga pantas untuk dilindungi. Sebaliknya,

kalau alam itu sendiri tidak berguna bagi kepentingan manusia, alam akan

diabaikan begitu saja. Dalam arti itu, antroposentrisme juga disebut sebagai etika

teleologis karena mendasarkan pertimbangan moral pada akibat dari tindakan

tersebut bagi kepentingan manusia.

Suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam kaitan dengan lingkungan

hidup akan dinilai baik kalau mempunyai dampak yang menguntungkan bagi

kepentingan manusia. Konservasi, misalnya, hanya dianggap serius sejauh itu bisa

dibuktikan mempunyai dampak menguntungkan bagi kepentingan manusia,

khususnya kepentingan ekonomis. (Sony, 2010)

Terlepas dari berbagai kritik terhadap teori antroposentrisme, yang

dituding sebagai sumber krisis ekologi, teori ini dibela dan dipahami secara lebih

kritis dari perspektif yang berbeda oleh W.H. Murdy, seorang ahli botani,

mengajukan sebuah argumen antroposentris yang agak lunak. Menurut Murdy

(Dalam Sony, 2010) mengatakan bahwa sesungguhnya setiap spesies ada dan

hidup sebagai tujuan pada dirinya sendiri. Atas dasar itu, adalah hal yang alamiah

dan wajar kalau manusia menilai dirinya lebih tinggi dari spesies atau makhluk

lainnya. Begitu pula dengan makhluk lain, akan menilai dirinya dan spesiesnya

lebih tinggi dan lebih berharga daripada manusia.

Page 32: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

20

Dengan argumen ini, Murdy mengatakan bahwa yang menjadi masalah

bukanlah kecenderungan antroposentris pada diri manusia yang memperalat alam

semesta untuk kepentingannya. Yang menjadi masalah dan sumber malapetaka

krisis lingkungan hidup adalah tujuan-tujuan tidak pantas dan berlebihan yang

dikejar oleh manusia, di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri.

Sejauh manusia menggunakan alam semesta dan seluruh isinya demi

memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang berguna dan tepat (proper ends),

ini dibenarkan secara moral. Kehidupan dan kesejahteraan manusia bergantung

pada alam semesta, sebagaimana halnya spesies lain di alam semesta juga

tergantung dari keberadaan spesies lainnya.

E. Kerangka Pikir

Penelitian ini akan melihat bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa

Batubelerang dalam proses Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya

Abdul latief. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang

tinggal disekitar lokasi Objek Wisata.

Partisipasi yang dijabarkan meliputi bentuk partisipasi masyarakat baik secara

nyata berupa partisipasi tenaga, partisipasi uang, dan partisipasi harta benda dan

bentuk partisipasi abstrak (tidak nyata) berupa ide atau gagasan, kritik dan saran

dalam proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),

pelaksanaan (Actuating) dan pengawasan (Controlling). Kemudian melihat

bagaimana tingkat partisipasi dari masyarakat Desa Batubelerang dalam 4

Tahapan Partisipasi yaitu tahap Perencanaan, tahap Pelaksanaan, tahap

Pemanfaaatan Hasil dan tahap Evaluasi.

Page 33: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

21

Secara sistematis kerangka pemikiran dalam kegiatan ini dapat dilihat pada

Gambar 1 :

Partisipasi Masyarakat

1. Nyata (Tenaga, Uang, Harta Benda)

2. Tidak Nyata (Ide/ gagasan, Kritik dan

saran)

Pengembangan Objek

Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa

Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan Objek

Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa

Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten

Page 34: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

22

F. Fokus Penelitian

Penelitian ini akan melihat bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa

Batubelerang dalam proses Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan raya

Abdul Latief.

Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang tinggal

disekitar lokasi Objek Wisata Taman Hutan raya Abdul Latief. Partisipasi yang

dijabarkan meliputi bentuk partisipasi masyarakat baik secara nyata berupa

partisipasi tenaga, partisipasi uang, dan partisipasi harta benda dan bentuk

partisipasi abstrak (tidak nyata) berupa ide atau gagasan, kritik dan saran dalam

proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan

(Actuating) dan pengawasan (Controlling).

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan fokus penelitian di atas, maka Penelitian ini berfokus

pada beberapa masalah, antara lain sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan

objek wisata Taman Hutan Raya Abdul latief, dalam hal ini meliputi bentuk

partisipasi nyata dan partisipasi tidak nyata (abstrak) dari masyarakat.

2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan objek

wisata Taman Hutan Raya Abdul latief yang diukur berdasarkan beberapa

indikator, yaitu :

a) Partisipasi dalam perencanaan dengan indikator sebagai berikut:

1) Masyarakat diikut sertakan dalam musyawarah;

Page 35: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

23

2) Masyarakat berinisiatif dalam mengajukan pendapat mengenai kebijakan

pariwisata.

b) Partisipasi dalam pelaksanaan dengan indikator sebagai berikut;

1) Adanya pertunjukan/atraksi yang disajikan oleh masyarakat lokal;

2) Masyarakat menyediakan fasilitas kenyamanan pariwisata;

3) Terdapat pemandu wisata/guide dari masayarakat;

4) Pelaku wisata (petugas/tenaga) dari masayarakat;

5) Terdapat penjual cendera mata atau oleh-oleh khas wisata setempat yang

dibuat oleh masyarakat;

6) Banyaknya masyarakat yang menjual makanan dan minuman dengan harga

yang wajar disekitar lingkungan wisata;

7) Masyarakat turut serta dalam menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban dan

kebersihan lokasi wisata;

9) Masyarakat turut serta dalam mempromosikan objek wisata Taman Hutan Raya

Abdul latief.

c) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil dengan indikator sebagai berikut;

1) Menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak;

2) Penghasilan masayarakat meningkat;

3) Tingkat kesenjangan sosial menurun.

d) Partisipasi dalam evaluasi dengan indikator sebagai berikut;

1) Masyarakat memberikan penilaian kebijakan pembangunan pariwisata;

2) Masyarakat menilai, mengkritik, dan memberikan saran terhadap pengelolaan

pariwisata.

Page 36: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai. dimulai pada bulan Agustus sampai bulan September 2019.

B. Teknik Penentuan Sampel

Adapun informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat

tinggal di sekitar kawasan objek wisata Taman hutan Raya Abdul latief. Informan

dalam penelitian yang diperoleh dari kunjungan lapangan lokasi penelitian di

Desa Batubelerang dan dipilih secara purposive sampling. Metode purposive

Sampling yaitu merupakan metode penetapan informan yang dibutuhkan atau

memilih narasumber yang benar-benar mengetahui tentang pembangunan dan

pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul latief sehingga

mememberikan informasi secara tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

peneliti.

Dengan penjelasan tersebut, maka pihak-pihak yang dijadikan informan

peneliti diantaranya yaitu dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Page 37: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

25

Tabel 1. Informan Penelitian

No Nama Jabatan Inisial Jumlah

1 Ashar Seksi Pengembangan

Destinasi Pariwisata

Taman Hutan Raya

Abdul Latief

AR 1

2 Sulaiman Sekertaris Desa Batu

Belerang

SL 1

3 Rudana Masyarakat RD 1

4 Mariani Masyarakat MR 1

5 Hasan Masyarakat HN 1

6 Wahida Masyarakat WH 1

7 Suardi Masyarakat SD 1

Total Informan 7

Sumber : Diolah oleh peneliti Tahun 2019.

Page 38: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

26

C. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) sumber data, yaitu :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung

seperti data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan narasumber

menggunakan panduan wawancara yang disusun oleh peneliti guna mendapatkan

data terhadap informan di Desa Batu Belerang.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada seperti catatan atau dokumentasi instansi dan data yang diperoleh

dengan mendatangi kantor dinas Pariwisata untuk memperoleh informasi yang

mendukung penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang harus digunakan

dalam mengadakan suatu penelitian, agar mendapat data sesuai dengan apa yang

diinginkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan secara

langsung untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya dari obyek

penulisan serta pengumpulan data sebanyak-banyaknya. Penulis hanya mengamati

kegiatan yang sedang berlangsung dari obyek penulisan.

Page 39: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

27

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada informan-informan yang berasal dari

Kelompok Tani Desa Batubelerang, Ketua BUMDes, Kordinator Kebersihan,

Kordinator Parkir, Masyarakat pedagang di sekitar lokasi wisata dan pemilik

penginapan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan pencarian data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, notulen rapat, agenda, dan

sebagainya. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data mengenai hal-hal

yang diperlukan dalam penelitian ini.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini yaitu bagaimana

Partisipasi Masyarakat dalam Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief,

Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Maka di lakukan

4 (empat) Teknik pengolahan dan analisis data yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data yaitu bagian integral dalam analisis data. Pada penelitian

ini peneliti melakukan dengan menggunakan observasi, dokumentasi, dan

wawancara.

2. Reduksi Data (Data Of Reduction)

Reduksi data merupakan pemilihan hal-hal pokok, pemutusan perhatian,

mencari tema, menggolongkan serta membuang yang tidak perlu, dengan data

yang direduksdi dapat memberikan suatu gambaran yang jelas serta

Page 40: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

28

mempermudah mengambil kesimpulan akhir. Data yang dikumpulkan harus

disesuaikan dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh peneliti gara

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

3. Penyajian Data ( Display Data)

Data yang diperoleh peneliti terkait dengan seluruh permasalahan penelitian

lalu dipilih sesuai dengan yang dibutuhkan, kemudian data yang sudah direduksi

dan disajikan secara sistematis akan diberikan kesimpulan sementara. Karena data

yang didapat dilapangan oleh peneliti tidak mungkin dipaparkan secara

keseluruhan, tetapi hanya memaprkan secara umum kemudian menjelaskan secara

spesifik. Oleh karena itu diharapkan dapat memberikan kejelasan data yang benar

dengan data pendukung.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verivecation)

Langkah selanjutnya atau langkah terakhir dari reduksi data dan penyajian

data dalam penelitian kualitatif merupakan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan data

baru pada penelitian berikutny. Langkah ini dilakukan untuk menempuh

kesimpulan yang telah diperoleh dilapangan lalu kemudian diverifikasi kembali

dengan cara meninjau kembali di lapangan sehingga calon peneliti akan lebih

mudah menjawab fokus penelitian skripsi. Penarikan kesimpulan merupakan hasil

dari proses penelitian yang telah dilakukan, namun kesimpulan tersebut bersifat

sementara, dan akan berubah jika ditemukan data baru dikemudian hari.

Page 41: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

29

F. Pengujian Keabsahan Data

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Sehingga, data yang

valid merupakan data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti

dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatif meliputi :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Derajat kepercayaan menunjukkan bahwa hasil-hasil penemuan dapat

dibuktikan dengan cara peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai sumber

yaitu dengan mewawancarai lebih dari satu informan yang berasal dari elemen

yang berbeda. Untuk menguji credibility untuk hasil penelitian peneliti

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Kriteria derajat

kepercayaan diperiksa dengan beberapa teknik permeriksaan, yaitu:

a) Triangulasi

Menurut Moleong (2011) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berupaya untuk mengecek

kebenaran data dan membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber

lainnya. Menurut Denzin (dalam Moleong, 2011) ada empat macam triangulasi,

yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Page 42: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

30

b) Kecukupan Referensial

Kecukupan referensial yaitu, dengan memanfaatkan bahan-bahan tercatat atau

terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran

data. Kecukupan referensial ini peneliti lakukan dengan mengumpulkan informasi

yang berkaitan dengan penelitian, baik melalui literatur buku, arsip, catatan

lapangan, foto dan rekaman yang digunakan untuk mendukung analisis dan

penafsiran data.

c) Kebergantungan atau reliabilitas (Dependability)

Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian yang

non-kualitatif. Uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan

proses penelitian ke lapangan, tetapi dapat memberikan data.

d) Kepastian (Confirmability)

Pengujian kepastian dalam penelitian kualitatif hampir sama dengan uji

kebergantungan, sehingga pengujiannya dilakukan peneliti dengan

mendiskusikannya kepada dosen pembimbing dan dosen pembahas. Menguji

kepastian berarti menguji hasil penelitian yang sudah dilakukan. Apabila hasil

penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka

penelitian tersebut telah memenuhi standar kepastian.

e) Pengujian keteralihan (Transferability)

Peneliti ini mendeskripsikan atau memaparkan data yang telah diperoleh, baik

berupa hasil wawancara, hasil dokumentasi maupun observasi secara transparan

dan mengguraikan secara rinci. Pemaparan ini dirincikan pada bab hasil dan

Page 43: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

31

pembahasan. Pemaparan secara keseluruhan data dilakukan agar pembaca dapat

benar-benar mengetahui permasalahan yang terjadi terkait dengan penelitian.

Page 44: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Batu Belerang

1. Letak Geografis

Desa Batu Belerang terletak di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai,

Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan luas sekitar 2.371 ha, Desa Batu Belerang

terdiri dari empat dusun yakni Dusun Jeppara, Dusun Bontoe, Dusun Kalimbu dan

Dusun Mattirotasi. Desa Batu Belerang Memiliki Batas-batas Desa sebagai

berikut (Data Desa Batu Belereang 2016-2020) :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Barambang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bonto Tengnga

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten gowa

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Biji nangka

2. Kondisi Iklim

Sama halnya dengan daerah lain di Sulawesi Selatan, Desa Batu Belerang

dikenal ada dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Hal ini karena

Desa Batu Belerang merupakan daerah yang beriklim sub tropis. Biasanya musim

kemarau mulai pada bulan juni sampai September sedangkan musim hujan mulai

bulan Desember hingga bulan Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah

tahun setelah melewati masa peralihan yaitu pada bulan April sampai Mei dan

Oktober sampai November.

Curah hujan di berbagai tempat di Kabupaten Sinjai umumnya tidak merata

karena pengaruh oleh keadaan iklim, keadaan geografis, dan perputaran dan

Page 45: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

33

pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan merata menurut bulan

dan letak suatu wilayah. Curah hujan yang terjadi pada bulan Desember yang

mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli

sampai September yang biasa dikatakan hampir tidak ada hujan.

3. Kondisi Demografi

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data statistik tahun 2019 jumlah penduduk Desa Batu Belerang

Kecamatan Sinjai Borong dapat di lihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Batu Belerang

No

Dusun

Jumlah

KK

Laki-

Laki

Perempuan

Jumlah Anggota Keluarga

1 Jeppara 212 354 317 459

2 Bontoe 211 346 338 473

3 Kalimbu 112 211 183 282

4 Mattirotasi 84 153 139 208

Jumlah 619 1.064 977 1.422

Sumber: Monografi Desa Batu Belerang, 2019

Berdasarkan Tabel 2 di atas yang didapatkan dari data sekunder, dapat dilihat

luas wilayah Desa Batu Belerang yang terdiri dari jumlah total Kepala Keluarga

(KK) 619, jumlah penduduk laki laki Sebanyak 1.064 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 977 jiwa dengan total keseluruhan 1.422 jiwa penduduk

untuk tahun 2019.

Page 46: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

34

b. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Desa BatuBelerang yang utama adalah bertani,

baik bertani pada lahan milik maupun di dalam kawasan hutan lindung, Selain

bertani sebagai pekerjaan utama, ada pula beberapa orang yang memiliki

pekerjaan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), dan Karyawan Swasta. Adapun

pekerjaan sampingan dari bertani yaitu buruh bangunan, tukang ojek dan

pedagang. Namun jika dilihat dari segi pendapatan, hasil yang diperoleh dari

pekerjaan sampingan tersebut sifatnya temporary (tidak tetap), pendapatan dari

bertani menjadi sumber penghasilan utama dan terbesar jika dibandingkan dengan

hasil pendapatan sampingan. Jenis komoditi yang dibudidayakan oleh masyarakat

adalah jenis tembakau, kopi, markisa, manggis, talas, sayur - mayur dan kacang-

kacangan.

c. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya masyarakat terdapat jenis kesenian berupa

Kacapi/Sinrili serta Kasidahan. Ini merupakan bentuk kesenian masyarakat yang

ada dan berkembang di masyarakat. Selain itu dapat dilihat pula bentuk

keikutsertaan masyarakat dalam hal berorganisasi atau bergabung dalam

perkumpulan kelembagaan desa baik dalam bentuk koperasi, kelompok tani,

kelompok remaja (karang taruna) serta lembaga sejenisnya. Melalui wadah

kelembagaan yang ada telah mampu mendorong masyarakat untuk semakin

peduli, sadar berpikir lebih matang serta dengan seringnya mereka bertukar

pikiran dan berdiskusi dapat menambah wawasan kearah yang lebih baik, maju

dan mampu menghadapi sejumlah tantangan, perkembangan dan kemajuan

Page 47: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

35

zaman.

Selain itu dapat dilihat masyarakat telah lama aktif menghidupkan lembaga-

lembaga adat dan pertemuan/sangkep adat. Melalui sangkep adat masyarakat

besarta pemerintah daerah menghasilkan kesepakatan atau aturan- aturan (ade’)

yang mengatur kehidupan keseharian baik yang erat kaitannya dengan norma adat,

norma susila, juga norma-norma lain yang berhubungan dengan interaksi sosial

masyarakat, interaksi dengan lingkungan dan interaksi dengan sang pencipta.

Khusus untuk interaksi masyarakat dengan lingkungan hidup dalam hal ini

interaksi masyarakat dengan kawasan hutan menjadi topik utama penggalian

informasi karena terkait dengan tujuan kegiatan identifikasi yang dilakukan. Ade’

yang lahir melalui inisiasi masyarakat setempat dibuat untuk disepakati serta

dijalankan oleh masyarakat dengan pengawasan dari kepala adat/kepala

kampung/ketua kelompok tani serta pranata sosial lainnya. Setiap persoalan yang

melibatkan masyarakat dirembukkan dan dimusyawarahkan lewat sangkep adat

sehingga titik temu setiap persoalan dapat dicarikan jalan keluarnya.

Peran tokoh masyarakat, alim ulama turut mewarnai keberadaan ade’ dan

kelangsungan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Gambaran ini

menunjukkan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat harus terus

dilestarikan guna mendukung produk-produk hukum yang dihasilkan oleh

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Seperti halnya peraturan/kebijakan

mengenai penetapan kawasan/penunjukkan kawasan serta larangan-larangan yang

diberlakukan berikut sanksi-sanksi yang diterapkan.

Page 48: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

36

B. Gambaran Umum Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

1. Letak Geografis

Taman Hutan Raya (Tahura) Abdul Latief sebelumnya merupakan bagian dari

kawasan hutan lindung Bulu Pattiroang Kelompok Hutan Lompobattang yang

terletak di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Aparang yang membentang mulai

dari Hulu Jeppara sampai Dusun Kalimbu. Tahura Abdul Latief terletak di sebelah

Barat Daya Kabupaten Sinjai dan berjarak dari ibukota Kecamatan Sinjai Borong

12 km dan 60 km dari pusat ibukota kabupaten sinjai, secara geografis berada

05018’41,3” Lintang Selatan dan antara 120000’32,5” Bujur Timur dengan luas

±720 Ha, sehingga diharapkan dapat mendukung perlindungan tata air, sehingga

upaya pelestariannya ditingkatkan mengingat fungsinya sebagai “Hutan

Konservasi”. Tahura Abdul Latief terletak pada ketinggian 1.200 – 2.000 m dpl,

sehingga hawanya sejuk sepanjang hari.

Secara administratif, sebagian besar kawasan Tahura Abdul Latief masuk

dalam wilayah kecamatan Sinjai Borong yaitu Desa Batu Belerang Kecamatan

Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan hutan lindung Pattiroang

kelompok hutan Lompobattang-Aparang Gunung Bawakaraeng,

sebelah Timur berbatasan dengan lahan masyarakat berupa lahan

pertanian Dusun Kalimbu Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai

Borong,

sebelah Utara berbatasan dengan kawasan hutan lindung di Dusun

Jeppara Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong,

Page 49: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

37

sebelah Selatan berbatasan dengan lahan milik penduduk dan

pemukiman dan sebagian hutan lindung yang berbatasan

Kabupaten Bulukumba.

Peta Situasi Taman Hutan Raya Abdul Latief dapat di lihat pada

peta berikut :

Gambar 2. Peta Situasi Taman Hutan Raya Abdul Latief Kabupaten Sinjai

Provinsi Sulawesi Selatan

Page 50: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

38

2. Kondisi Fisik

Berikut ini adalah kondisi fisik dari kawasanTahura Abdul Latief :

a) Topografi

Kawasan Tahura Abdul Latief Sinjai dengan topografi landai, berbukit dan

bergunung yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan pegunungan/dataran tinggi

dan merupakan habitat anoa dan rusa. Kawasan Tahura Abdul Latif Sinjai

memiliki beberapa jenis batuan, yaitu batuan kapur bergerigi, singkapan batuan

beku pada dindingdinding pegunungan yang berkembang dari jaman kwarter tua.

Salah satu yang paling fenomena khas dari kawasan ini adalah sungai di atas

gunung serta pemukiman gempa bumi runtuhan.

b) Tanah

Tanah pada wilayah Tahura Abdul Latief Sinjai merupakan tanah Latosol dan

Andosol terbentuk dari bahan volkanik bersifat in ermedier. Andosol biasa

dijumpai didaerah volkanik dengan ketinggian tempat antar 1.200-2.000 m dpl.

c) Iklim

Secara klimatoligis, Kecamatan Sinjai Borong yang terletak pada posisi iklim

Musim Timur mempunyai curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2.148 mm

sampai dengan 3.392 mm/tahun, dengan jumlah curah hujan berkisar 147 - 188

hari hujan/tahun. Curah hujan per tahun di Stasiun Pengamat Manipi Kecamatan

Sinjai Barat yaitu 2.148 mm. Rata-rata Bulan Basah (BB = curah hujan lebih dari

200 mm/bulan) yaitu 3 bulan, Bulan Lembab (BL = curah hujan 100 - 200 mm/

bulan) yaitu 6 bulan dan Bulan Kering (BK = curah hujan kurang dari 100

Page 51: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

39

mm/bulan) yaitu 3 bulan. Tipe iklim di lokasi Pengelolaan Taman Hutan Raya di

Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong menurut Oldeman termasuk Iklim

Tipe D. Biasanya hujan terjadi pada bulan Nopember dan berakhir pada bulan Mei

- Juli. Kelembaban udara di dalam kawasan Tahura Abd. Latief dan sekitarnya

cukup tinggi, kelembaban mutlak memperlihatkan kisaran yang cukup rendah

yaitu berkisar antara 80 % (siang hari) dan 97% (malam dan pagi hari). Suhu

dibagian lembah berkisar antara 18 – 22 C dan dibagian puncak antara 10 – 18 C.

3. Sejarah Kawasan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor

890/Menhut-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999 telah ditunjuk areal di Propinsi

Sulawesi Selatan seluas ± 3.299.005,2 hektar sebagai kawasan hutan diantaranya

Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada Kelompok Hutan Lompobattang-

Aparang, Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan. Dimana sebagian Kawasan

Hutan Lindung Bulu Pattiroang seluas ± 720 Ha tersebut diusulkan oleh Bupati

Sinjai untuk diubah fungsi menjadi Taman Hutan Raya dengan tujuan konservasi

kawasan, pelestarian potensi sumberdaya alam, penangkaran satwa, koleksi

berbagai jenis tumbuhan dan pengembangan ekowisata dengan tetap

mempertahankan bahkan meningkatkan fungsi perlindungan tata air di wilayah

tersebut dan sekitarnya.

Sesuai amanat pasal 19 Undang-undang nomor 41 Tahun 1999, Tim Terpadu

telah melaksanakan pengkajian di lapangan secara menyeluruh dan obyektif,

sebagaimana Berita Acara Hasil Kajian tanggal 4 Nopember 2006 bahwa Tim

Terpadu merekomendasikan Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada

Page 52: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

40

Kelompok Hutan Lompobattang-Aparang, Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi

Selatan memenuhi syarat untuk diubah fungsi menjadi Kawasan Pelestarian Alam

dengan fungsi Taman Hutan Raya, karena memiliki potensi keindahan dan

fenomena alam yang indah, yakni air terjun, Sumber air panas, padang savana,

sungai diatas gunung, batuan kapur bergerigi, panorama alam dengan hawa yang

sejuk dan jembatan alam tanah. Merupakan ekosistem asli hutan pegunungan

primer dan sekunder dengan kenaekaragaman flora dan fauna yang khas dan

tergolong endemik Sulawesi diantaranya jamur mahkota, anoa gunung (Bubalus

quarlesi), Babi rusa (Babyrousa babyrussa), ayam hutan (Gallus gallus), pelatuk

Sulawesi (Dendrocopos temminckii), rusa dan enggang. Memiliki potensi areal

yang dapat dikembangkan untuk penangkaran satwa dan koleksi berbagai jenis

tumbuhan.

Masyarakat di sekitar kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada

prinsipnya mendukung terbentuknya Taman Hutan Raya (Tahura) Sinjai supaya

nantinya dapat meningkatkan nilai manfaat hutan lindung bagi masyarakat untuk

dikembangkan pola-pola pembangunan kehutanan yang memberikan akses

kepada masyarakat untuk mengelola dan menerima manfaat ekonomi langsung

dari kawasan hutan melalui berbagai program seperti Pembangunan Hutan

Penyangga Kopi, Hutan Serbaguna (dengan mengembangkan jenis buah-buahan),

dan beberapa model agroforestry lainnya.

Pada tahun 1990-an, Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan bahwa setiap

Provinsi diharapkan dapat mengembangkan minimal satu Taman Hutan Raya

pada setiap provinsi. Kawasan Hutan Pattiroang dipilih karena memenuhi

Page 53: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

41

berbagai kriteria sebagai Tahura antara lain :

1). Memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam seperti air terjun, pemandian,

camping ground, jalur Forest Tracking dan berbagai potensi ekowisata

lainnya serta untuk kegiatan lainnya;

2). Kawasan Pattiroang memiliki luas wilayah yang cukup untuk pengembangan

koleksi tumbuhan dan/atau satwa;

3). Merupakan wilayah yang memiliki ciri khas ekosistem, karena menjadi bagian

dari ekosistem Kelompok Hutan Lompobattang yang memiliki

keanekaragaman hayati yang tinggi dan khas. Selain itu, kawasan Pattiroang

merupakan hulu dari Sub DAS Aparang yang menjadi penyangga kehidupan

bagi masyarakat hulu dan bahkan Kota Sinjai dan sekitarnya.

Tahura Abdul Latief Sinjai awalnya berstatus sebagai kawasan Hutan

Lindung Bulu Pattiroang yang batas-batasnya ditetapkan pada tahun 1982

berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 Oktober 1982 No.

760/Kpts/Um/10/82, selanjutnya Pengesahan Menteri Kehutanan tanggal 30 April

1997 ditetapkan sebagai Hutan Lindung dan termasuk Kelompok Hutan

Lompobattang Aparang dengan luas seluruhnya 6.965 Ha. Tahapan ditunjuknya

Kawasan Taman Hutan Raya yang sebelumnya merupakan Kawasan Hutan

Lindung Bulu Pattiroang sebagai berikut :

1. Surat Bupati Sinjai No. 522.51/777/Set tanggal 12 Juli 2004, Nomor:

522/236/SET tanggal 28 Pebruari 2005 dan Nomor 522/1357/Set tanggal 3

Desember 2007.

Page 54: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

42

2. Rekomendasi Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 522/3007/SET tanggal 8

Juli 2005.

3. Dirjen PHKA (vide surat Nomor S.618/IV-KK/2004 tanggal 14 September

2004 dan Nomor S.271/IV-KK/2005 tanggal 6 Mei 2005).

4. Pertimbangan Teknis Dirjen PHKA Nomor s.27/IV-KK/2005 tanggal 16 Mei

2006

5. Menteri Kehutanan (vide surat Nomor S.529/Menhut-VII/2005 tanggal 14

September 2005).

6. Berita Acara Hasil Kajian Tim Terpadu tanggal 4 November 2006.

7. Surat persetujuan Prinsip Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dari Menteri

Kehutanan No. S.290/Menhut-VII/2008 tanggal 19 Mei 2008.

8. Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.267/Menhut-II/2008 Tanggal 1

Agustus 2008 Tentang Perubahan Fungsi sebagian Kawasan Hutan Lindung

Bulu Pattiroang Pada Kelompok Hutan Lompobattang- Apareng ± 720

(Tujuh Ratus Dua Puluh) Hektar terletak di Kabupaten Sinjai, Propinsi

Sulawesi Selatan menjadi Kawasan Pelestarian Alam dengan Fungsi Taman

Hutan Raya.

9. Peraturan Bupati Sinjai Nomor 26 Tahun 2014 tanggal 30 Juni 2014 tentang

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Taman Hutan Raya Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai.

Page 55: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

43

4. Visi, Misi dan tujuan Pengelolaan

a). Visi

Visi merupakan pernyataan sikap mengenai kondisi ideal kawasan yang

akan diwujudkan dalam jangka waktu tertentu di masa depan, dalam hal ini

untuk jangka waktu 10 tahun (2016-2025). Penentuan visi pengelolaan Tahura

Abdul Latief tidak lepas dari nilai penting kawasan berdasarkan mandat

penunjukannya sebagai kawasan konservasi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka visi pengelolaan Taman Hutan Raya

Abdul Latief adalah “Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai Sebagai Pusat

Konservasi Anoa, Media Edukasi dan Ekowisata Bersama Masyarakat”,

dengan visi tersebut Taman Hutan Raya Abdul Latief bercita – cita menjadi salah

satu daerah tujuan pengamatan anoa di Indonesia yang berkonstribusi positif bagi

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memegang

prinsip-prinsip kelestarian ekosistemnya.

b). Misi

Berdasarkan visi tersebut, ditetapkan misi pengelolaan Taman Hutan Raya

Abdul Latief Sinjai, yaitu :

a. Mempertahankan keutuhan kawasan dan keanekaragaman hayati bernilai

penting bagi ekosistem TAHURA Abdul Latief.

b. Mengoptimalkan jasa lingkungan kawasan melalui pengembangan ekowisata

dan menciptakan kawasan tahura yang ramah terhadap anoa.

c. Menciptakan kebun koleksi tanaman dataran tinggi

d. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.

Page 56: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

44

e. Menciptakan wisata alam yang berdaya saing.

f. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c). Tujuan Pengelolaan

Pengelolaan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai bertujuan untuk :

a. Perlindungan ekosistem dan keanekaragaman hayati bernilai penting bagi

Taman Hutan Raya Abdul Latief ditujukan untuk mencegah dan membatasi

kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, kebakaran hutan, serta

mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, investasi serta perangkat yang

berhubungan dengan pengelolaannya.

b. Memepertahankan, menjaga dan melindungi habitat anoa dan rusa

denganmenciptakan kawasan konservasi yang ramah untuk berkembang biak

serta meningkatkan populasi spesies bernilai penting bagi ekosistem seperti

jenis-jenis yang merupakan spesies kunci (key spesies), spesies endemik,

spesies terancam punah serta spesies lainnya yang bernilai ekonomi bagi

masyarakat.

c. Menciptakan kebun koleksi berbagai jenis tanaman dataran tinggi .

d. Sebagai wadah kebersamaan dalam membangun Kabupaten Sinjai, dengan

memberikan ruang kepada semua pihak/ stakeholder yanga ada untuk berperan

serta dalam pengembangan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai.

e. Sebagai Tempat Ekowisata yang unggul karena nyaman, mendidik dan

membumi bersama masyarakat sekitar.

f. Menjadi sumber kehidupan masyarakat, khususnya yang bermukim disekitar

Page 57: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

45

kawasan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai, dengan ilmu pengetahuan

dan keterampilan, disamping itu dengan adanya Blok Tradisional untuk

pengembangan Kopi Organik yang dikelola dan hasilnya akan dinikmati oleh

masyarakat setempat.

5. Struktur organisasi

Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi,

dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi

menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara

fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan tugas,

wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dari setiap jabatan yang ada.

Kerangka organisasi tersebut disebut sebagai desain organisasi dan bentu spesifik

dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi (Stephen P.

Robbins, 2007).

Untuk memenuhi volume dan beban kerja di tingkat pemangkuan serta

karena tuntutan kebutuhan dan efektifitas dalam pencapaian visi dan misi

pengelolaan, maka stuktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Tahura

Abdul Latief tersebut sebagaimana Gambar 2 sebagai berikut :

Page 58: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

46

Gambar 2. Struktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Taman Hutan Raya

Abdul Latief Kabupaten Sinjai.

6. Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju kawasan Tahura Abdul Latief berjarak antara ± 60 km

dari Kota Sinjai dan dapat ditempuh dalam waktu ± 60 menit dan terdiri atas jalan

beraspal sepanjang ± 53,5 km dan jalan hosmix dan rabat beton ± 6,5 km kondisi

jalan aspal yang cukup baik. Untuk menuju lokasi Tahura Abdul Latief dari

Makassar dapat ditempuh dengan beberapa rute sebagai berikut:

Makassar – Gowa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng- Bulukumba- Sinjai 222

Km (5jam);

Makassar – Maros – Bone – Sinjai – sepanjang 183 Km (4 jam);

Makassar – Gowa (Malino) – Manipi – Sinjai Borong – sepanjang 153 Km

(3,5 jam);

7. Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam

pengembangan suatu obyek wisata. Sarana dan prasarana yang telah tersedia

diantaranya dapat dilihat dari Tabel 3.

Page 59: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

47

Tabel 3. Jenis, Luas dan Kondisi Sarana dan Prasarana Tahura Abdul Latief

No.

Jenis barang

Jumlah

(Unit,Buah)/

Panjang (m)

Kondisi

Keterangan

1 2 4 5 6

1. Kantor UPTD Pengelolaan Tahura

1 Baik dan berfungsi

-

2. Pos Jaga 1 Rusak ringan Perlu Rehab

3. Pintu Gerbang 2 Rusak ringan Perlu perhatian dan

pemeliharaan

4. Villa/Balai Pertemuan 2 1 rusak berat 1 baik

Perlu perhatian dan Pemeliharaan

5.

Jalan Tracking rabat beton

±780 Baik Perlu pembenahan

6. Jalan Tracking Wisata

(alam)

1.000 Rusak Perlu pemeliharaan dan penataan

7. Jalan Tracking Wisata (dekat Villa lama)

±500 Rusak Perlu perbaikan atau pemeliharaan

8. Embung 3 1 baik 1 rusak ringan 1 rusak berat

Perlu perbaikan atau pemeliharaan

9. Menara pemantau 1 Baik Perlu pembenahan

10. Papan Nama TAHURA (Beton)

1 Baik Sudah dilakukan pengecatan ulang

11. MCK 2 Baik -

12. Gasebo 2 Baik -

13. Kursi Busa/Besi 6 Baik dan berfungsi

-

14. Meja Biro 5 Baik dan berfungsi

-

15.

16. Lemari Arsip 2 Baik dan berfungsi

-

17. Tiang bendera (bambu) 1 Rusak ringan Perlu perhatian /penggantian

18. Ginset/Penerangan 2 1 Rusak 1 baik dan berfungsi

Perlu ada jaringan listrik

18. Tempat Ginset/Gudang

1 Rusak ringan Perlu perbaikan atau pemeliharaan

19. Bak Penampungan Air 1 Rusak berat/tidak berfungsi

Perlu perbaikan dan kelengkapan perpipaan

20. Kandang Satwa 5 1 rusak ringan 4 baik

Perlu pemeliharaan dan perbaikan

Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief

Page 60: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

48

8. Potensi Wisata Alam

Tahura Abdul Latief memiliki berbagai macam potensi alam didalamnya,

berikut ini adalah potensi wisata alam yang ada dalam kawasan Tahura :

a. Potensi Flora dan Fauna

Potensi flora di kawasan Tahura Abdul Latief memiliki kekhasan tersendiri.

Disamping memiliki keanekaragaman hayati karena merupakan satu kesatuan

dengan kawasan Gunung Lompobattang, kawasan Tahura Abdul Latief juga

memiliki areal pemanfaatan tradisional dengan tanaman buah-buahan. Pada areal

dengan kondisi tegakan yang baik seperti pada blok perlindungan kita dapat

jumpai pemandangan khas hutan hujan tropis seperti pohon-pohon besar dengan

beranekaragam jenis yang yang akan memberikan pengalaman menarik bagi yang

melintasinya dan jika dilihat dari kejauhan akan menghasilkan hamparan

pepehonan yang hijau dan indah.

Dari hasil identifikasi dan wawancara dengan masyarakat sekitar, diperoleh

beberapa jenis tanaman dan beberapa jenis diantaranya berpotensi sebagai

tanaman obat. Jenis tanaman tersebut didominasi oleh: Mahoni (Swietenia

mahagoni), Kesambi (Seleichera oleosa), Klokos (Syzygium javanica), Sono

Keling (Dalbergia sp.), Beringin (Ficus sp.), Rajumas (Duabanga moluccana),

Buak Oda (Palaquium poetida), Gaharu (Disoxylum sp.), Sengon (Paraserianthes

falcataria), Jenitri (Elaeocarpus ganitrus), Nangka (Arthocarpus integra), dan

Kemiri (Aleurites moluccana), Leda (Eucalyptus deglupta). Sedangkan untuk

Page 61: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

49

vegetasi tingkat bawah di dominasi oleh: Anggrek (Cymbidium simulans rople),

Paku Gunung (Pteris sp.), Pakis Hutan (Angiopteris evecta).

Potensi fauna yang berhasil diidentifikasi baik perjumpaan langsung maupun

berdasarkan informasi masyarakat pada wilayah tahura terdapat 38 jenis antara

lain: Biawak (Varanus salvator), Kera (Macaca sp.), Babi Hutan (Sus vittatus),

Lutung (Presbitis cristata), Rusa (Rusa timorensis), Ular Piton (Phyton

timorensis), dan Kuskus beruang (Ailurops ursinus). Untuk satwa jenis Aves

didominasi oleh Ayam Hutan (Gallus specdiv), Burung Kecial (Zosterops

palpebrosus), Burung Tekukur Hutan, Burung Ganggang, Burung Salessere, dan

Cikong-cikong.

Tabel 4. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi di Lokasi Pengamatan Air Terjun

Wae Lulu’e Kawasan Tahura Abdul Latief No Jenis satwa Nama satwa

1 Aves Burung Salessere

2 Aves Burung ganggang

3 Aves Burung cikong-cikong

4 Aves Burung Tekukur Hutan

5 Aves Burung kecial

6 Aves Burung raja udang

7 Mamalia Kera

8 Mamalia Monyet

9 Insecta Kupu-kupu

10 Reptil Biawak

11 Reptil Kadal

12 Reptil Ular piton

Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief

Page 62: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

50

Hasil pengamatan pada lokasi Air Terjun Wae Lulu’e dan sekitarnya

dijumpai 12 jenis satwa terdiri dari 6 jenis burung, 2 jenis mamalia, 1 jenis

serangga, dan 3 jenis reptil sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi Di Lokasi Pengamatan Air

Panas Belerang Kawasan Tahura Abdul Latief Kabupaten Sinjai

No Jenis satwa Nama satwa

1 Aves Burung kluing

2 Aves Burung tegunggung

3 Aves Burung punglor hitam

4 Aves Burung kloncer

5 Aves Burung tong-tong suit

6 Aves ayam hutan

7 Mamalia Babi hutan

8 Mamalia Rusa

9 Insecta Kupu-kupu

10 Reptil Biawak

Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief

Pengamatan di lokasi Air Panas Belerang dijumpai 10 jenis satwa ,terdiri dari

6 jenis burung, 2 jenis mamalia, 1 jenis insecta dan 1 jenis Reptil, sebagaimana

pada Tabel 3.

Page 63: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

51

9. Potensi Pegunungan

Tahura Abdul Latief berada pada ketinggian 1.200 - 2.000 mdpl dengan

kondisi kelerengan lahannya bervariasi dari datar, landai, agak curam

sampaisangat curam dengan kelerengan 15 – 40 % dan 5 – 15 %. Dengan

ketinggian yang lebih tinggi dari kawasan sekitarnya, pada titik-titik tertentu

kawasan Tahura Abdul Latief kita bisa menyaksikan pemandangan alam yang

indah dari daerah yang berada di bawahnya.

Kondisi kelerengan yang bervariasi juga berpotensi menjadi daya tarik

wisata. Dipadukan dengan jalan setapak yang dinaungi oleh vegetasi yang masih

rapat pada beberapa lokasi bisa menjadi daya tarik bagi yang ingin menikmati

kegiatan lintas alam atau kegiatan pengamatan satwa. Kondisi kelerengan yang

beragam juga cocok untuk kegiatan olah raga minat khusus lainnya seperti sepeda

gunung.

10. Potensi Air

Ciri khas dari kawasan pegunungan dengan kondisi tegakan yang masih baik

adalah melimpahnya potensi air. Bisa berupa mata air, sungai dan air terjun.

Begitupula di kawasan Tahura Abdul latief. Sungai utama di kawasan Tahura

abdul Latif adalah sungai Wae Lulu’e dan Wae buru’e yang mengalir sepanjang

Tahura. Pertemuan kedua sungai ini telah dibendung dan dijadikan sumber baku

PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten Sinjai. Keberadaan sungai

Wae Lulu’e menjadi daya tarik tersendri karena dibeberapa titik memiliki

pemandangan yang indah yang bisa dimanfaatkan oleh para pengunjung sebagai

tempat istirahat setelah menelusuri jalan setapak di Tahura. Potensi perairan

Page 64: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

52

lainnya yaitu Wae Buru’e. Wae Buru’e ini mengeluarkan bau belerang yang biasa

dijadikan obat gatal-gatal oleh masyarakat setempat.

Daya tarik utama dari potensi perairan di kawasan Tahura Abdul Latief adalah

air terjun Wae Lulu’e dan Air Terjun Wae Buru’e berjarak sekitar 4 Km dan 6

KM dari pintu gerbang Tahura Abdul latief. Air terjun ini bisa dicapai dengan

kendaraan roda dua lalu berjalan kaki. Keberadaan obyek wisata ini sudah dikenal

luas oleh masyarakat, sehingga warga yang datang berkunjung kebanyakan

berasal dari luar desa Batu Belerang. Debit air yang konstan menjadi daya tarik

tersendiri bagi masyarakat untuk menikmati kesejukan air terjun terutama saat

musim kemarau.

11. Potensi Air panas Belerang

Kawasan Tahura Abdul Latief terdapat sumber mata air panas yang sering

dikunjungi oleh masyarakat yaitu Air Panas Belerang. Air Panas Belerang

merupakan wisata alam berupa sumber air panas belerang dimana masyarakat

yang berkunjung ke Air Panas Belerang untuk melakukan kegiatan ritual budaya/

keagamaan sehingga keberadaan Air Panas Belerang ini oleh masyarakat sekitar

masih dianggap memiliki nilai religius.

Sementara itu direncanakan pembebasan lahan untuk bumi perkemahan,

lahan untuk taman bunga, pembuatan lokasi pengembangan lebah madu, ulat

sutra, serta lokasi outbond. Di sekitaran kawasan wisata terdapat beberapa tempat

penginapan, Kantin, serta warung kopi.

Page 65: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

53

12. Kontribusi Objek Wisata Kabupaten Sinjai Tahun 2017-2019

Salah satu sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan atau dapat

dijadikan andalan bagi pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) yaitu dari sektor

pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam

pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan

berbagai upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata, karena sektor

pariwisata memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan

tenaga kerja.

Pesatnya perkembangan industri pariwisata akan berimbas pada penerimaan

yang diterima oleh daerah di sektor pariwisata. Penerimaan sektor pariwisata

bersumber dari pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan retribusi objek wisata

berupa karcis masuk ke obyek wisata. Penerimaan sektor pariwisata inilah yang

nantinya menjadi salah satu penambah pendapatan asli daerah (PAD). objek

wisata berupa karcis masuk ke obyek wisata. Penerimaan sektor pariwisata inilah

yang menjadi salah satu penambah pendapatan asli daerah (PAD). besarnya

kontribusi tersebut ditentukan oleh besarnya jumlah wisaatawan yang berkunjung

ke kabupaten sinjai yang kemudian dapat dilihat melalui tabel 6 dibawah ini:

Page 66: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

54

Tabel 6 : Jumlah penerimaan Retribusi Obyek wisata Kabupaten Sinjai tahun

2017 - 2019

No.

Objek Wisata

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2017 2018 2019

1. Taman Purbakala Batu Pake

Gojeng 48.345.500 74.359.000 60.355.000

2. Air Terjun Lembang Saukang 3.612.500 6.135.000 7.500.000

3. Air Terjun Kembar 1.567.500 1.570.000 1.650.000

4. Taman Hutan Raya Abdul

Latief 1.000.000 40.600.000 62.400.000

5. Hutan Mangrove Tongke-

tongke 18.900.000 279.400.000 276.095.000

Jumlah 73.425.500 402.064.000 408.000.000

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Tahun 2020.

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat di lihat bahwa Kontribusi retribusi Objek

Wisata Kabupaten Sinjai mengalami peningkatan selama dari tahun 2017 sampai

dengan tahun 2019. Khususnya di Taman Hutan Raya Abdul Latief, Peningkatan

Jumlah penerimaan retribusi dari tahun 2017 yaitu Sebesar Rp.1.000.000

mengalami peningkatan pada tahun 2018 Sebesar Rp. 40.600.000 kemudian

mengalami peningkatan yang sangat pesat pada tahun 2019 yaitu sebesar

Rp.62.400.000.

Page 67: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

55

Adapun Jumlah Pengunjung Objek wisata Kabupaten Sinjai Tahun 2017-

2018 dapat di lihat pada tabel 7 Berikut :

Tabel 7 : Jumlah Pengunjung Obyek wisata Kabupaten Sinjai tahun 2017 –

2019

No.

Objek Wisata

Jumlah Pengunjung

2017 2018 2019

1. Taman Purbakala Batu Pake

Gojeng

19.724 16.000 13.345

2. Air Terjun Lembang Saukang 1.445 227 1.500

3. Air Terjun Kembar 627 379 330

4. Taman Hutan Raya Abdul

Latief

200 7.600 12.600

5. Hutan Mangrove Tongke-

tongke

4.100 58.400 59.425

Jumlah 26.096 82.606 87.200

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Tahun 2020.

Tabel 7, Menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2017-

2019, meningkat setiap tahunnya, jumlah kunjungan khususnya pada objek Wisata

Taman Hutan Raya Abdul Latief terbesar terjadi pada tahun 2019 yaitu 12.600

sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu di tahun 2017 hanya sebesar 200.

Peningkatan jumlah wisatawan tentu berpengaruh terhadap besarnya kontribusi

sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sinjai.

Salah satu alasan terjadinya Peningkatan jumlah penerimaan Retribusi serta

peningkatan Jumlah pengunjung dari tahun ke tahun pada Objek Wisata Taman

Hutan Raya Abdul Latief karena di dalam kawasan Objek wisata Tahura ini

terdapat beberapa daya tarik wisata seperti Potensi Flora dan Fauna, Air Terjun

Serta Air panas Belerang sehingga menambah minat pengunjung untuk datang

dan melakukan aktifitas Wisata di tempat tersebut.

Page 68: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

56

C. Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Hutan

Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai

Partisipasi masyarakat dalam Pembangunan dan pengembangan merupakan hal

yang penting ketika diletakkan atas dasar keyakinan bahwa masyarakatlah yang

paling tahu apa yang dibutuhkan. Partisipasi yang hakiki akan melibatkan

masyarakat dalam keseluruhan tahapan pengembangan, mulai dari proses

perencanaan, pengambilan keputusan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi

dalam program pengembangan suatu objek wisata. Keikutsertaan masyarakat

dalam Pengembangan objek wisata dapat mendorong mereka berpartisipasi aktif

dalam pelaksanaan dan pengawasan. masyarakat berperan penting dalam

menunjang pembangunan pariwisata terutama dalam mengendalikan arah

pengembangan pariwisata sehingga dapat meminimalisir dampak negatif dari

aktivitas wisata. Raharjana (2012).

Berikut ini akan dijelaskan partisipasi masyarakat dalam keseluruhan tahap

pengembangan sebagai berikut.

1. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan

Perencanaan merupakan proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan

untuk melakukan tindakan dimasa depan. Bentuk partisipasi di dalam tahap

perencanaan (idea planning stage) adalah pelibatan seseorang atau sekelompok

orang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitiaan

dan anggaran pada suatu kegiatan. (Ericson, dalam Slamet 1994).

Page 69: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

57

Tahap pengambilan keputusan yaitu keikutsertaan masyarakat dalam rapat

pengambilan keputusan yang dilaksanakan baik oleh pihak Dinas Terkait, oleh

pengurus dan Pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief, maupun oleh

Masyarakat serta pihak perangkat desa. Parameter yang digunakan untuk

menentukan derajat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan adalah

keterlibatan dalam identifkasi masalah, perumusan tujuan, dan pengambilan

keputusan terkait pengembangan wisata. Untuk mengetahui sejauh mana

Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, Maka dilakukan

wawancara dengan informan Berinisial SL, selaku Sekertaris Desa Batu Belerang

Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai mengemukakan bahwa :

“Kalau saya melihat partisipasi masyarakat Desa Batu Belerang dalam

Upaya meningkatkan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

tergolong kurang, karna kurang keterbukaan pihak-pihak pengelola untuk

melibatkan masyarakat dalam hal partisipasi seperti rapat-rapat

perencanaan sebuah program, hanya masyarakat tertentu saja yang sering

ikut berpartisipasi, adapun partisipasi masyarakat biasanya hanya dalam

bentuk kerja bakti, itupun sangat jarang di lakukan di sekitaran objek

wisata..” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan SL, tanggal 29

September 2019).

Selain daripada penjelasan dari Sekertaris Desa Batu Belerang, peneliti juga

mewawancarai masyarakat yang terkait dengan indikator yang ingin di ketahui

dan salah satunya adalah informan yang berinisial RD selaku masyarakat yang

bertempat tinggal di sekitar objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief,

mengemukakan bahwa :

“Mengenai hal Partisipasi dek, sebagian besar masyarakat disini itu

kurang dilibatkan baik dalam bentuk rapat-rapat atau perencanaan

Page 70: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

58

program program lainnya karena petugas serta pengelolanya kurang

terbuka dan kurang akrab dengan masyarakat sekitar karna jarang

melakukan sosialisasi-sosialisasi ataupun kegiatan lainnya yang

melbatkan masyarakat. Disamping itu saya liat kebanyakan petugasnya

dari daerah lain yang bekerja disitu”. (Hasil Wawancara bersama

dengan Informan RD, tanggal 2 Oktober 2019).

Adapun hasil wawancara bersama dengan pihak pengelola terkait kebijakan

apa saja yang akan di ambil untuk lebih memberdayakan masyarakat. Hasil

wawancaranya adalah sebagai berikut :

“Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan secara bertahap melalui

Prakondisi Pemberdayaan Masyarakat, Pembentukan dan Pembinaan

Kelembagaan, Pendampingan Pemberdayan Masyarakat, Pembinaan

dan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif, Peningkatan Kapasitas

Masyarakat, Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan

Kemitraan/Kolaborasi, Penetapan Daerah Penyangga, Monitoring dan

Evaluasi. Itu semua akan di lakukan secara bertahap dengan melihat

kondisi serta faktor-faktor pendukung lainnya.” (Hasil Wawancara

bersama dengan Informan AR, tanggal 25 September 2019).

Selain dari penjelasan pihak pengelola di atas, peneliti juga mewawancarai

masyarakat yang terkait dengan indikator yang ingin di ketahui dan salah satunya

adalah informan yang berinisial HS selaku masyarakat yang bertempat tinggal di

sekitar objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, mengemukakan bahwa :

“kalau undangan-undangan misalnya rapat atau pertemuan-pertemuan

khususnya di tahura menurut saya sangat minim, kami pun sebagai

masyarakat kurang mengetahui rencana atau program apa saja yang akan

di lakukan kedepannya”. (Hasil Wawancara bersama dengan Informan HS,

tanggal 5 Oktober 2019).

Senada dengan apa yang di kemukakan oleh informan yang berinisial HS di

atas, adapun pendapat informan berinisial SD adalah sebagai berikut :

“ya pernah di undang rapat, pada waktu itu kalau tidak salah rapat waktu

mau di bangun ini tahura sama rapat penataan Blok, itupun Cuma sekali di

Page 71: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

59

undang dan selanjutnya tidak ada lagi rapat-rapat susulan”. (Hasil

Wawancara bersama dengan Informan SD, tanggal 25 September 2019).

Berdasarkan Hasil wawancara di atas, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

masyarakat dalam identifkasi masalah, perumusan tujuan, dan pengambilan

keputusan terkait ini tergolong kurang di karenakan tidak adanya kegiatan rapat

ataupun wadah diskusi yang di sediakan pengelola atau pihak terkait untuk

masyarakat mengeluarkan ide-ide atau pemikirannya.

Di kesempatan yang sama peneliti melakukan wawancara Dengan informan

WH untuk mengetahui apa-apa saja bentuk partisipasi masyarakat dalam hal

perencanaan. Adapun Hasil wawancaranya adalah sebagai berikut :

“Pernah di undang rapat pada waktu itu baru mau di bangun tahura.

Banyak warga hadir pada waktu itu untuk mengetahui apa-apa saja hasil

rapatnya, dan semenjank tahura itu sudah terbentuk sudah jarang sekali

ada undangan untuk rapat dan biasanya adapi tamu-tamu penting yang

datang di tahura baruki di kabari lagi sama pemerintah.” (Hasil

Wawancara bersama dengan Informan WH, tanggal 27 September 2019).

Hal senada juga disampaikan oleh informan MR selaku masyarakat

setempat, yang mengemukakan bahwa :

“Iye kalau masalah keterlibatan masyarakat sini ke tahura itu dek sangat

kurang, bahkan sebagian besar warga disini itu tidak kenal sama petugas

petugasnya karna jarang keliatan tidak pernah juga melakukan sosialisasi

ke warga sekitar.” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan WH,

tanggal 2 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil dari wawancara bersama dengan informan di atas maka

dapat di ketahui bahwa peran dari pihak pengelola ataupun pihak-pihak terkait

untuk melibatkan masyarakat dalam hal pengambilan keputasan itu sangatlah

minim Sehingga masyarakat kurang mengetahui apa apa saja program yang

Page 72: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

60

direncanakan dan dilakukan pihak terkait di objek wisata pengembangan objek

wisata Taman Hutan Raya Abdul latief.

2. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan

Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Pelaksanaan adalah keterlibatan

Masyarakat dalam beberapa hal, di antaranya penyediaan fasilitas untuk

pengunjung, Pemandu wisata (petugas/tenaga) dari masayarakat, pengelolaan

usaha-usaha penjualan makanan dan minuman, penjual cindera mata, Masyarakat

turut serta dalam menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban dan kebersihan

lokasi wisata, serta turut serta dalam mempromosikan objek wisata.

Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang di lakukan oleh pihak

pengelola objek wisata dalam hal pelaksanaan maka peneliti melakukan

wawancara bersama informan berinisial AR sebagai berikut :

“Pengembangan ekowisata yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi

pengelolaan adalah dengan mengembangkan wisata alam yang berdaya

saing melalui atraksi dan aktivitas wisata minat khusus berbasis kegiatan

wisata petualangan seperti caving, pendakian, pengamatan satwa, camping.

dalam pengembangannya selain di site prioritas tersebut juga akan

dikembangkan di site lainnya dan dilakukan secara terbatas. Wisata minat

khusus ini merupakan wisata yang umumnya dalam kelompok kecil dengan

tujuan perjalanan untuk suatu pengalaman tertentu. Wisata minat khusus

dikembangkan untuk meminimalkan dampak negatif dari kegiatan

pariwisata. Pengembangan dan diversifikasi produk layanan wisata

diarahkan pada peningkatan kualitas layanan dan pengembangan paket-

paket wisata yang harus diiringi oleh keahlian dan keterampilan interpretasi

dan pendampingan pengunjung. Jadi pada tahap ini tidak boleh sembarang

tenaga pendamping tapi harus benar-benar memiliki keahlian dibidangnya

masing-masing.” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan AR, tanggal

25 September 2019).

Setelah melakukan wawancara dengan pihak pengelola selanjutnya

peneliti melakukan wawancara bersama masyarakat Untuk mengetahui sejauh

Page 73: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

61

mana Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata Taman Hutan Raya pada tahap

pelaksanaan, wawancara dengan informan Berinisial MR, selaku Masyarakat

Sekitar objek wisata mengemukakan bahwa :

“kalau usaha-usaha seperti warung kopi atau penjual-penjual makanan

ringan di objek wisata tahura ini hanya beberapa saja di karenakan masalah

lahan dan tempat yang terbatas di tambah lagi karena lokasi objek wisata ini

dan lokasi kebun masyarakat saling berdempetan dan sempat beberapa

tahun yang lalu terjadi perebutan tanah antara warga sekitar dan dari pihak

objek wisata yang saling mengklaim hak kepemiikan lahan jadi akhirnya

sampai saat ini kurang antusias masyarakat ke objek wisata ini di latar

belakangi oleh hal tersebut”.(Hasil wawancara bersama dengan informan

berinisial MR, tanggal 2 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas di ketahui bahwa pada tahun 2006, saat

itu Bagian selatan kawasan taman hutan raya Abdul latief yang berbatasan

dengan lahan milik penduduk dan pemukiman serta sebagian hutan lindung yang

berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba tepatnya diblok pemanfaatan dengan

luas lahan ± 100 Ha telah terjadi pendudukan lahan oleh penduduk Desa yang

mengklaim bahwa sebagian dari kawasan blok pemanfaatan tersebut adalah lokasi

mereka, dan melarang adanya aktifitas pengelolaan di lahan tersebut karna

menurut mereka aktifitas tersebut dapat merusak atau mengganggu tanaman

perkebunan seperti Kopi, Coklat dan Tembakau yang mereka tanam di lahan

tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh informan WH selaku masyarakat

setempat, yang mengemukakan bahwa :

“Kalau Pemilik penginapan di dekat objek wisata itu orangnya dari daerah

tanete (Kab.Bulukumba), dia itu membeli tanah warga yang dekat dari objek

wisata untuk di kemudian di buat tempat penginapan buat pengunjung. Jadi

pemilik penginapan itu orang dari luar dan masyarakat merasa terbatasi

Page 74: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

62

melakukan usaha-usaha karna terkendala lahan sebab adanya kemarin itu

sengketa antara masyarakat dan pemerintah tentang lahan yang sekarang

dijadikan kawasan observasi oleh pihak tahura dek”.(Hasil wawancara

bersama dengan informan berinisial WH, tanggal 27 September 2019).

Di kesempatan yang lain peneliti juga mewawancarai masyarakat lainnya

mengenai peningkatan ekonomi masyarakat sekitar objek Wisata melalui

penumbuhan minat dan bakat masyarakat akan hal pembuatan oleh-oleh serta

pernak pernik atau cindera mata khas. Maka dari itu peneliti melakukan

wawancara bersama informan HN selaku masyarakat yang bertempat tinggal di

sekitar objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief :

“Kalau mengenai hal pelatihan pembuatan oleh-oleh dan pernak pernik khas

pernah saya dengar akan di lakukan, tapi info jelasnya mengenai kapan akan

di lakukan saya kurang tau karna saya dapat info ini hanya dari warga

sekitar saja jadi info pastinya saya tidak tau”. (Hasil wawancara bersama

dengan informan berinisial HN, tanggal 5 Oktober 2019).

Adapun hasil wawancara peneliti bersama dengan Masyarakat serta

pemerintah setempat dalam hal ini bersama dengan sekertaris Desa Batu Belerang

mengenai tahap pelaksanaan yakni dari segi Masyarakat turut serta dalam

menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban dan kebersihan lokasi wisata, adanya

pemandu wisata yang melibatkan masyarakat, serta keturutsertaan masyarakat

dalam mempromosikan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief. Berikut

hasil wawancara peneliti bersama dengan beberapa Informan :

“Kalau segi menjaga keamanan partisipasinya ya ada seperti Pengawasan

pengunjung yang menginap camping di sekitar tahura ini untuk tidak

melakukan sesuatu yang bersifat terlarang dan tidak membuang sampah

sembarangan.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SD,

tanggal 25 September 2019).

Page 75: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

63

Senada dengan informasi yang diberikan, hal yang sama dituturkan oleh

informan RD selaku Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata.

Berikut adalah wawancara bersama informan RD :

“untuk menjaga keamanan dan ketertiban pengunjung yang datang,

biasanya kami disini melakukan pengawasan baik dari segi keamanan dan

ketertiban khususnya pada hari libur kan banyak pengunjung yang

menginap di sekitaran objek wisata dengan mendirikan tenda-tenda

camping dan kebanyakan anak muda jadi kami biasanya memberikan

himbauan himbauan atau peringatan kepada mereka supaya tidak

melakukan sesuatu yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban

seperti meminum minuman keras dan sebagainya”. (Hasil wawancara

bersama dengan informan berinisial RD, tanggal 2 Oktober 2019).

Untuk mengetahui antusias masyarakat sekitar objek wisata dalam hal

memberikan kenyamanan dan daya tarik wisata maka peneliti melakukan

wawancara bersama dengan Sekertaris Desa Batu Belerang :

“Untuk memberikan daya tarik kepada pengunjung kami dari pihak

pemerintah desa turut serta berpartisipasi dalam hal pembuatan spot-spot

fhoto serta membangun beberapa Gazebo itu di harapkan untuk

memberikan kenyamanan kepada para pengujung, pembuatan fasilitas

tersebut melibatkan partisipasi dari beberapa masyarakat baik dari segi

pembuatannya hingga tahap pembangunannya itu berkat kerjasama dan

bantuan dari masyarakat. Kalau dalam hal keturutsertaan masyarakat

dalam hal mempromosikan objek wisata ini cukup besar. saya liat dari

beberapa postingan postingan di media sosial yang berisi ajakan untuk

berkunjung ke objek wisata ini.” (Hasil wawancara bersama dengan

informan berinisial SL, tanggal 29 September 2019).

Berdasarakan hasil dari beberapa wawancara diatas bersama masyarakat

dan pemerintahan yang terkait, bahwa Pertisipasi Masyarakat dalam tahap

pelaksanaan itu sangat minim. masyarakat memilih berpartisipasi pada

pengawasan yang bersifat preventif. sebagian besar warga bersikap tidak peduli,

padahal secara substansi seharusnya masyarakat lokal harus dan wajib ikut serta

dalam meciptakan keamanan dan ketentraman akan tetapi kurangnya

Page 76: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

64

pemberdayaan Masyarakat secara terstruktur mengakibatkan partisipasi

masyarakat di lapangan sangat minim padahal seharusnya Masyarakatlah yang

harus menjadi sentral dan menjadikan subjek dari semua proses pengembangan

objek wisata. Adapun pengawasan yang bersifat kompleks hanya dilakukan oleh

segelintir masyarakat yang kritis termasuk elite masyarakat lokal.

3. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pemanfaatan Hasil

Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Pemanfaatan Hasil yaitu

Menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak, Penghasilan masayarakat

meningkat, Tingkat kesenjangan sosial menurun.

Untuk mengetahui sejauh mana Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata

Taman Hutan Raya Abdul Latief pada tahap pemanfaatan hasil, seperti manfaat,

dampak serta hasil yang di peroleh masyarakat dengan adanya objek wisata,

Maka dilakukan wawancara dengan informan Berinisial SL, selaku Sekertaris

Desa Batubelerang mengemukakan bahwa :

“Ya di harapkan berdampak baik bagi masyarakat dengan adanya objek

wisata ini khususnya untuk segi ekonomi dan di harapkan masyarakat dapat

membantu dan turut serta menjaga dan memanfaatkan potensi-potensi yang

ada.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SL, tanggal 29

September 2019).

Hal serupa juga di kemukakan oleh informan yang berinisial AR, Selaku

Pengelola di objek wisata taman Hutan Raya Abdul Latief yang mengemukakan

bahwa :

“Dengan adanya objek Wisata ini di harapkan mampu memberikan

dampak positif bagi masyarakat khususnya dalam segi sosial ekonomi.

Masyarakat di harapkan dapat memanfaatkan apa-apa yang telah ada di

objek wisata ini seperti menyiapkan fasilitas penginapan bagi pengunjung,

Page 77: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

65

berjualan di sekitaran objek wisata, dan utamanya dapat lebih

mengembangkan lagi objek wisata ini kedepannya.” (Hasil wawancara

bersama dengan informan berinisial AR, tanggal 25 September 2019).

Di Kesempatan yang sama peneliti melakukan wawancara bersama

masyarakat mengenai dampak yang di rasakan setelah adanya objek wisata ini :

“Dampak yang kami rasakan setelah adanya objek wisata ini yaitu jalanan

menuju desa kami semakin bagus. Akses jalan masuk ke desa pun semakin

lancar tapi di sisi lain kami harapkan kepada pihak pengelola memberikan

ruang kepada warga untuk menggunakan lokasi yang sebelum adanya

objek wisata ini secara turun temurun kami gunakan untuk bertani akan

tetapi setelah adanya objek wisata ini dan pihak pengelola mengklaim

tanah yang kami gunakan tersebut adalah termasuk kawasan hutan lindung

jadi lama kelamaan lokasi pertanian semakin berkurang.” (Hasil

wawancara bersama dengan informan berinisial WH, tanggal 27

September 2019).

Hal senada juga di sampaikan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani

yang bertempat tinggal di sekitaran kawasan hutan lindung dan blok pemanfaatan

Taman Hutan Raya Abdul Latief :

“Semenjak adanya objek wisata ini sebagian masyarakat yang tidak terlalu

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian merasa ya untung untung

saja akan tetapi sebagian masyarakat yang mata pencahariannya sebagai

petani merasa bahwa setelah adanya blok pemanfaatan yang mengambil

dan mengklaim sebagian lokasi perkebunan masyarakat dan tidak di

perbolehkan lagi untuk beraktifitas di kawasan tersebut sangat berdampak

untuk penghasilan kami karna tempat kami menggantungkan hidup kami

waktu ke waktu semakin di kuasai oleh pengelola padahal tanah tersebut

secara turun temurun dari nenek moyang kami itu memang adalah lahan

produktif pertanian warga disini dek”. (Hasil wawancara bersama dengan

informan berinisial HN, tanggal 5 Oktober 2019).

Untuk terus mengetahui informasi mengenai apa saja dampak serta manfaat

yang di rasakan masyarakat dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya

Abdul Latief, penulis melakukan wawancara bersama dengan informan MR,

Page 78: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

66

selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata mengemukakan

bahwa :

“iye salah satu manfaat yang kami rasakan itu jalanan sudah bagus jadi

transportasi juga sudah lancarmi ke sini ka sebelumn-sebelumnya jarang

sekali ada mobil sampai disini di karenakan jalanan yang menanjak dan

rusak.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial MR, tanggal

2 Oktober 2019).

Hal senada juga di sampaikan oleh informan SD selaku petani yang

bertempat tinggal di sekitar objek wisata terkait dampak yang di timbulkan

dengan adanya objek wisata taman hutan raya abdul latief ini ;

“saya rasa dengan adanya tahura ini bukan menguntungkan masyarakat

sekitar akan tetapi menurut saya malah merugikan karena lahan yang

dulunya kami garap untuk di tanami tembakau itu malah di klaim oleh

pemerintah masuk sebagai kawasan hutan lindung dan tidak

memperbolehkan warga disini itu untuk bercocok tanam lagi karna

alasannya akan merusak dan mengganggu hewan yang di lindungi.” (Hasil

wawancara bersama dengan informan berinisial SD, tanggal 25 September

2019).

Dari beberapa hasil wawancara di atas bersama narasumber dapat di ketahui

bahwa dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, sebagian

masyarakat merasa di untungkan dan sebagiannya lagi merasa sangat di rugikan

terutama para petani yang menggantungkan hidupnya di alam karna mereka

megatakan lahan yang dulunya adalah lahan pertanian tempat mereka bercocok

tanam, kini semakin di ambil alih oleh pemerintah dan pihak pengelola jadi secara

otomatis pendapatan warga pun menurun karna bekurangnya lahan pertanian.

Page 79: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

67

4. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi

Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Evaluasi yaitu Masyarakat

memberikan penilaian kebijakan pembangunan pariwisata, Masyarakat menilai,

mengkritik, dan memberikan saran terhadap pengelolaan pariwisata.

Untuk mengetahui Sejauh mana Partisipasi Masyarakat pada tahap Evaluasi,

maka peneliti melakukan wawancara bersama informan sebagai berikut :

“Menurut saya seharusnya pihak pengelola lebih memberdayakan masyarakat

yang bertempat tinggal di sekitaran objek wisata baik untuk bekerja di dalam

objek wisata maupun hal-hal lain yang bersifat meberdayakan karna saya liat

kebanyakan orang yang bekerja di dalam objek wisata itu orang dari luar,

sangat kurang masyarakat asli disini yang dipekerjakan tapi mungkin karna

warga disini kurang menanggapi adanya objek wisata ini ataupun hal lain”.

(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial MR, tanggal 2

Oktober 2019).

Pada kesempatan yang sama Peneliti juga melakukan wawancara bersama

informan yang berinisial SD mengenai harapan ataupun kritik serta saran dengan

adanya Objek wisata Taman hutan Raya Abdul Latief ini :

“Harapan kami disini tidak banyakji dek kami hanya minta kepada pihak

pengelola untuk memberikan kepada warga lokasi untuk bertani yang

sebelumnya memang kami gunakan, karna pendapataan warga pun

berkurang dan bahkan kami merasa semenjak adanya objek wisata ini

perekonomian semakin menurun dan hanya menguntungkan pihak pihak

tertentu saja.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SD,

tanggal 25 September 2019).

Berdasarkan hasil dari wawancara bersama informan di atas menunjukkan

bahwa dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul latief di harapkan

berdampak baik bagi masyarakat sekitar, namun hal tersebut berbanding terbalik

mulai dari pemberdayaan masyarakat sekitar untuk bekerja pada objek wisata

hingga kasus antara masyarakat sekitar dan pihak pengelola mengenai penguasaan

Page 80: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

68

lahan yang hingga saat ini belum ada titik terang untuk menyelesaikan kasus

tersebut.

Di kesempatan yang sama peneliti juga melakukan wawancara bersama

dengan informan RD selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar

kawasan objek wisata :

“Harusnya ada kerja sama antara pemerintah dengan instansi atau organisasi

terkait mengenai pengembangan dan pemberdayaan masyarakat agar supaya

masyarakat memiliki pengetahuan misalnya apa itu ekonomi kreatif atau

hewan-hewan jenis apa saja yang di lindungi di tahura sehingga timbul kerja

sama antara masyarakat dengan pihak pengelola agar saling menguntungkan.”

(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial RD, tanggal 2 Oktober

2019).

Adapun hasil wawancara peneliti bersama dengan pihak pemerintah Desa

membahas mengenai pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul

Latief :

“Pengembangan wisata tahura harus menerapkan prinsip-prinsip pelestarian

dalam hal pemanfaatannya agar tidak melampaui daya dukung lingkungan.

Hal ini penting agar dengan berjalannya pembangunan pariwisata , daya

dukungnya ya itu menyokong kebutuhan berbagai pemanfaatan dan tidak

merusak alam, budaya, maupun lingkungan.” (Hasil wawancara bersama

dengan informan berinisial SL, tanggal 29 September 2019).

Membahas Mengenai dampak serta manfaat yang di timbulkan dengan adanya

objek wisata ini maka peneliti melakukan wawancara bersama dengan pihak

pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief :

“Kontribusi terhadap pemerintah setempat yaitu di harapkan terjalin

kerjasama antara pemerintah Desa, Kecamatan serta pihak pengelola

terutama pembinaan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar Tahura

agar senantiasa terjaga ketertiban, kebersihan serta keamanan. Adapun

dampak kepada masyarakat yang di timbulkan dengan selesainya penataan

Blok Tahura yaitu penglibatan masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan

ekonomi seperti budidaya lebah madu, industri kerajinan, penanaman

Page 81: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

69

sayuran serta tanaman –tanaman perkebunan lainnya agar dapat membantu

perekonomian masyarakat sekitar.” (Hasil wawancara bersama dengan

informan berinisial AR, tanggal 25 September 2019).

Pada kesempatan yang sama peneliti melakukan wawancara bersama dengan

informan HS untuk mengetahui apa saja harapan serta manfaat yang di rasakan

dengan adanya objek wisata. Adapun hasil wawancaranya yaitu sebagai berikut :

“Semoga kedepannya kami harapkan pemerintah untuk lebih memajukan lagi

tahura ini supaya masyarakat disini juga bisa merasakan manfaatnya. Bukan

hanya jalan saja di perbaiki tapi bisa memberikan bantuan-bantuan kepada

petani seperti bibit.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial

HS, tanggal 5 Oktober 2019).

Senada dengan apa yang di sampaikan informan HS. Peneliti juga melakukan

wawancara bersama dengan informan WH mengenai apa saja harapan warga

sekitar dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief ini :

“harapannya itu iye supaya lebih sering itu petugas datang ke rumah-rumah

warga untuk memberi pelatihan -pelatihan seperti pembuatan oleh-oleh atau

makanan-makanan khas agar daerah disini itu bisa lebih di kenal lagi .”

(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial WH, tanggal 27

September 2019).

Berdasarkan Hasil Wawancara Bersama dengan informan, maka adapun

kesimpulan yang di peroleh pada tahap Evaluasi yaitu pihak pengelola berencana

akan lebih memberdayakan warga sekitar objek wisata namun waktu demi waktu

manfaat yang di rasakan masyarakat belum sesuai dengan apa yang di rencanakan.

Artinya bahwa keinginan masyarakat untuk turut serta berpatisipasi itu ada

namun kurang di fasilitasi oleh pihak pengelola.

Page 82: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

70

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1. Pada tahap Perencanaan, Partisipasi masyarakat yang nyata yaitu turut serta

dalam Konsultasi publik yaitu Rapat Rencana pengelolaan Taman Hutan

Raya Abdul Latief serta Rapat Rencana Penataan Blok. Tanggal 11 desember

2015.

2. Pada tahap Pelaksanaan, Partisipasi masyarakat yang nyata yaitu dalam bentuk

tenaga seperti ikut berpartisipasi dalam pembuatan Spot-spot fhoto, Gazebo,

Kerja Bakti dan turut serta dalam menjaga keamanan dan ketentraman di

sekitaran objek wisata.

3. Pada tahap Pemanfaatan Hasil, Partisipasi masyarakat yang nyata yaitu turut

serta dalam pengelolaan usaha berskala kecil seperti penjual makanan ringan

dan warung kopi di sekitaran objek wisata

4. Pada tahap Evaluasi, Partisipasi masyarakat yang tidak nyata berupa

sumbangan ide berupa keinginan masyarakat untuk di adakan pelatihan, serta

sosialisasi tentang pembuatan pernak pernik khas, makanan khas, dan

pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi kreatif. Kritik Masyarakat yaitu

agar di beri ruang yang cukup untuk memanfaatkan lahan untuk bertani dan

tidak merasa terbebani dengan adanya objek wisata. serta saran masyarakat

yaitu agar pemerintah serta pengelola lebih menjalin kerjasama dengan

organisasi atau kelompok seperti di bidang kesenian dan kebudayaan

sehingga menjadi daya tarik tersendiri pada objek wisata.

Page 83: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

71

B. Saran

1. Bagi Pembaca diharapkan menambah hasanah keilmuan sosial khususnya

dalam bidang Sosiologi lingkungan dan Sosiologi Pariwisata dengan berbagai

partisipasi masyarakat terhadap pengembangan objek wisata khusunya objek

wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya di harapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber

maupun referensi terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan

objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, Desa Batubelerang Kecamatan

Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, agar hasil penelitiannyadapat lebih baik dan

lebih lengkap lagi. Serta di harapkan lebih mempersipkan diri dalam proses

pengambilan dan pengumpulan data agar di harapkan hasil penelitian dapat

lebih baik.

3. Bagi Pemerintah :

a. Perlu adanya advokasi terhadap pemerintahan serta pihak pengelola untuk

bekerja sama dan mendukung masyarakat untuk berpartisipasi.

b. Perlu adanya Pendampingan dari Dinas Terkait terhadap seluruh anggota

dengan metode praktek langsung untuk meningkatkan kapasitas semua

anggota, terutama dalam manajemen organisasi, penanganan wisatawan,

dan usaha kreatif, agar dampaknya sampai kepada masyarakat

Page 84: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

72

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso, W. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan

Masyarakat. Jakarta : ITS Press

Alfitri. (2011). Community Development : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Deviyanti, Dea. 2013. Studi Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Dikelurahan Karangjati Kecamatan Balikpapan Tengah. Jurnal Administrasi

Negara, 1 (2):380-394.Universitas Mulawarman.

Dinas perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. 2015. Identifikasi dan

pemetaan sebaran ODTWA Taman Hutan Raya Abdul Latief. Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Sinjai. Sinjai.

Dinas perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. 2015. Buku Informasi Taman

Hutan Raya Abdul Latief. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Sinjai. Sinjai.

Handayani, Suci. 2006. Perlibatan Masyarakat Marginal Dalam Perencanaan

dan Penganggaran Partisipasi (Cetakan Pertama). Surakarta: Kompip Solo.

Hetifah, Sumarto, Sj. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Jakarta:

Penerbit Yayasan Obor Indonesia

Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya Di Indonesia.

Jakarta: PT Grasindo.

Maharani, Dedy Prasetya, 2014. Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten

Sumenep, Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lombang). Jurnal Politik

Muda, Vol. 3 No. 3, Agustus-Desember 2014, 412-421.

Meyers, Koen. 2009. Pengertian Pariwisata, Jakarta: Unesco Office.

Moleong, Lexi J, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Nurdiyanto, Sigit. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa

Wisata. skripsi fakultas dakwah dan komunikasi, univeristas islam negeri

sunankalijaga.YogyakartaJurnal%20skripsi/BAB%20I%252C%20IV%252%

20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf diakses pada 12 Desember 2017 (20.00

WIB).

Nuring, S. 2013. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program

Desa Siaga di Desa Badung Kecamatan Playen Kabuapaten Gunung Kidul

Page 85: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

73

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kebijakan dan Manajemen

Publik, Vol 1(1): 56-66.

Pitana, I Gde, 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta. C.V Andi Offset.

Raharjana, D. 2012. Membangun Pariwisata Bersama Rakyat : Kajian Partisipasi

Lokal dalam Membangun Desa Wisata di Dieng Plateau. Jurnal

KAWISTARA, Vol 2(3): 225-328.

Rukminto Adi, Isbandi, 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset

Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok.FISIP IU Press.

Rukminto Adi, Isbandi. 2008. Intervensi Komunitas : Pengembangan Masyarakat

sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada.

Slamet. 2003. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:

Sebelas Maret University Press.

Spillance, JJ. (1993). Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.

Diterjemahkan oleh Andiyanto.Yogyakarta: Kanisius.

Robbins, Stephen.P. 2001. Perilaku Organisasi. Prenhallindo, Jakarta.

Sony, A. Keraf. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta. PT Kompas Media

Nusantara.

Suriana. 2009. Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Sumber Daya Laut Gugus

Pulau Kaledupa Berbasis Partisipasi Masyarakat. Thesis. Program Magister

Ekonomi dan Manajemen. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata

Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Wahab, Salah. 1975. Tourism Management. London: Tourism International Press

Page 86: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

74

LAMPIRAN

Wawancara Bersama anggota Seksi Pengembangan Destinasi Pariwisata Taman Hutan

Raya Abdul Latief

Wawancara Bersama Sekertaris Desa Batu Belerang

Page 87: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

76

Fhoto Peta Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

Wawancara Bersama Masyarakat Desa Batu Belerang

Page 88: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

77

Wawancara Bersama Masyarakat Desa Batu Belerang

Wawancara Bersama Masyarakat Desa Batu Belerang

Page 89: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

78

Wawancara Bersama Masyarakat Desa Batu Belerang

Fhoto Petugas dan Pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief

Page 90: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

79

Fhoto Petugas dan Pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief

Wawancara bersama masyarakat Desa Batu Belerang

Page 91: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

80

Kantor Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

Aula Pertemuan Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

Page 92: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

81

Kandang Penangkaran Satwa khas Taman Hutan Raya Abdul Latief

Kandang Penangkaran Satwa khas Taman Hutan Raya Abdul Latief

Page 93: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

82

Peta Letak Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

Peta Penataan Blok Objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

Page 94: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

83

Kantin milik Masyarakat sekitar Kawasan wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

Penginapan di sekitar Kawasan wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

Page 95: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

84

Dokumen Penyetujuan rencana Pengelolaan jangka panjang Taman Hutan Raya

Abdul Latief Sinjai tahun 2016-2025

Page 96: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

85

Surat Izin Penelitian

Page 97: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

86

Surat Izin Penelitian

Page 98: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK …

87

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan Sinjai Pada tanggal 23

September 1996 dari Ayah Bernama Hamka dan Ibu

Hudayah. Penulis merupakan anak kedua dari Tujuh

bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah

SD Negeri 186 Mannyaha pada tahun 2003 dan tamat pada

tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 1 Sinjai Borong pada tahun 2009 dan tamat pada tahun 2011. Lalu

melanjutkan pendidikan di SMA N. 1 Sinjai Borong pada tahun 2012 dan tamat

pada tahun 2014. Ditahun 2015, penulis lulus seleksi masuk di Program Studi

Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar dan Alhamdulillah Selesai Pada tahun 2020.

Berkat Petunjuk dan pertolongan Allah SWT, Usaha dan di Sertai do’a

dari kedua Orang tua dalam menjalani Aktifitas Akademik di perguruan tinggi

Universitas Muhammadiyah Makassar. Alhamdulillah Penulis dapat

Menyelesaikan tugas akhir dengan Skripsi yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat

Dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu

Belerang, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai”.