Parade Penelitian Urogin

70
Gelar Penelitian

description

Usulan penelitian singkat

Transcript of Parade Penelitian Urogin

Gelar Penelitian

Pohon Penelitian Uroginekologi

Prolaps Organ Panggul

Inkontinensia Urin

Disfungsi seksual

Inkontinensia Fekal

Prolaps Organ Panggul

TOPIK SUB TOPIK PIC

Epidemiologi PrevalensiEtiologi dan Faktor risikoBiomarker kerusakan levator ani

Dr. Budi IS .

Pencitraan Ultrasonografi dan MRI dalam menilai defek spesifik disfungsi dasar panggul

Dr. Fernandi M

Terapi Terapi konservatif: latihan otot dasar panggul, biofeedback, pesarium

Terapi operatif : preservasi uterus, histerektomi, penggunaan mesh,

Dr. Surahman H.

Kualitas hidup Penilaian kualitas hidup dan fungsi seksual sebelum dan setelah terapi

Dr. Tyas P

Inkontinensia Urin

TOPIK SUB TOPIK PIC

Epidemiologi Prevalensi Stress inkontinensia, OAB, kontinu inkontinensiaEtiologi dan Faktor risiko

Dr. Suskhan D

Pencitraan dan pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi, urodinamik, sistoskopi Dr. Fernandi M

Terapi Terapi konservatif: latihan otot dasar panggul, biofeedback, pesariumTerapi medikamentosaTerapi operatif

Dr. Surahman H.

Kualitas hidup Penilaian kualitas hidup dan fungsi seksual sebelum dan setelah terapi

Dr. Tyas P

Inkontinensia Fekal

TOPIK SUB TOPIK PIC

Epidemiologi PrevalensiEtiologi dan Faktor risiko

Dr. Suskhan D

Pencitraan Ultrasonografi, anuskopi, MRI Dr. Fernandi M

Terapi Terapi konservatif: latihan otot dasar panggul, biofeedbackTerapi operatif

Dr. Surahman H.

Kualitas hidup Penilaian kualitas hidup dan fungsi seksual sebelum dan setelah terapi

Dr. Tyas P

Disfungsi Seksual

TOPIK SUB TOPIK PIC

Epidemiologi PrevalensiEtiologi dan Faktor risiko

Dr. Suskhan D

Pencitraan/pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi, laboratorium Dr. Fernandi M

Terapi Terapi konservatif: latihan otot dasar panggul, vaginal dilatasi Terapi operatif

Dr. Surahman H.

Kualitas hidup Penilaian kualitas hidup dan fungsi seksual Dr. Tyas P

Penelitian yang sedang berjalanJudul Peneliti Sumber

Dana

Hubungan metode persalinan dengan inkontinensia urin postpartum

Dr. Budi IS, SpOG-K/dr. Satrio wishnu pratomo

Pribadi

Insidensi dan faktor-faktor resiko kerusakan otot levator ani pada primipara yang melahirkan melalui vagina

dr. Budi IS, SPOG-K/Dr.Satriyo Pamungkas

Pribadi

Penentuan Sistem Skoring Faktor Resiko Untuk Memprediksi Terjadinya Inkontinensia Urin Tiga Bulan Pasca Persalianan

Dr.dr. Budi IS, SpOG(K)/dr.Agrifa Hasiholan

Pribadi

Hubungan Panjang Perineal Body Dengan Ruptur Perineum Pada Saat Persalinan

Dr.Suskhan, SpOG(K)/dr.Fadil Hidayat

Pribadi

Hubungan antara derajat prolaps organ panggul dengan kekuatan dan integritas otot levator ani

Dr. Surahman H, SpOG-K/Dr. Mohammad haekal

Pribadi

Kejadian retensi urin pascamelahirkan pervaginam di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Dr. Surahman Hakim, SpOG-K/ dr. Diana El Shinta

Pribadi

Judul Peneliti Sumber Dana

Perbandingan Angka Komplikasi Pessarium dan Kualitas Hidup Subyek Yang Mendapatkan Terapi Adjuvan Estrogen Topikal danTanpa Estrogen Tropikal

Dr.Surahman Hakim, SpOG(K)/ dr. Olivia Widyanti

Pribadi

Dr.Surahman Hakim,SpOG(K)/dr.Djoni Nurung, SpOG

Pribadi

Evaluasi prospektif penggunaan pesarium pada penderita prolaps organ panggul selama 1 tahun

dr. Tyas Priyatini, SpOG(K)/dr. Ario legiantuko

Pribadi

Insidens retensio urin pasca rekonstruksi prolaps organ panggul dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

dr. Tyas Priyatini, SpOG-K/ dr.Elisia Pribadi

Efek Latihan Otot Dasar Panggul Pada Masa Kehamilan dan Pasca Persalinan Terhadap Kejadian Inkontinensia Urin Desakan Yang Menetap Pasca Persalianan Uji Klinis Acak Terkontrol

Dr.Tyas Priyatini,SpOG(K)/ dr. Siti Rafika

Pribadi

Penelitian yang sedang berjalan

Judul Peneliti Sumber Dana

Mobilitas leher kandung kemih pada inkontinensia urin tipe stress dan kontinensia

dr. Fernandi, SpOG-K/Dr. Riry Meria

Pribadi

Perbandingan pencitraan USG otot levator ani perempuan multipara dengan nulipara

Dr. Fernandi Moegni, SpOG(K)/Dr. Mohammad Eric Juniarto

Pribadi

Perbandingan Rerata Lama Pemulihan Pasien Retensio Urin Post Partum Per Vaginam dengan Perbedaan Waktu Pengukuran Residu

Dr.Fernandi Moegni, SpOG(K)/dr. Ummu hani

Pribadi

Penelitian yang sedang berjalan

Ide PenelitianNo Judul Peneliti

1 Perbandingan pemakaian kateter urin menetap 24 jam,12 jam dan 6 jam pasca operasi ginekologi

Dr.dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

2 Hubungan faktor risiko partus pervaginam dengan OASIS Dr. Suskhan Djusad, SpOG(K)

3 Hubungan cara persalinan dengan kejadian inkontinensia alvi

Dr. Surahman Hakim, SpOG(K)

4 Insidens dan rekurensi prolaps organ panggul pasca terapi operatif

Dr. Tyas Priyatini, SpOG(K)

Penelitian 1

Peneliti utama : dr. Budi IS, SpOG(K)

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI- RSCM

Multisenter : ya tidak

Judul penelitian : Perbandingan pemakaian kateter urin menetap 24 jam, 12 jam, dan 6 jam pasca operasi ginekologi

Subyek : Penderita Non-Penderita* Hewan

Jumlah subyek orang orang untuk masing-masing kelompok

Perkiraan waktu penelitian 3 tahun

24 hour catheterization policy in hysterectomy and vaginal prolapse surgery remains most appropriate although associated with an increased risk of re-catheterization.

The removal of catheter before 24 hour (6 or 12 hour) could be considered to be used as one of interventions in further RCT(s) to find out the best duration which would result in lowest incidence in both of UTI and POUR.

Ringkasan Usulan Penelitian 1

Introduction: Post-operative Urinary Retention (POUR)

Incidence

• 2,1% -70% • Multifactorial etiology

Early detection is important

• To prevent irreversible detrusor injury

UTI incidence• In women with POUR :

9,7%,• Women without POUR :

4,1%

Terry Feliciano BSN, R., Jo Montero BSN, R., Mary McCarthy RN, P. C., & BSN, M. P. (2008). Journal of PeriAnesthesia Nursing, 23(6), 394–400.Rizvi, R. M., & Rizvi, J. (2006). Reviews in Gynaecological and Perinatal Practice, 6(3-4), 140–144.

Abdominal hysterectomy:4% -13.7%

Vaginal hysterectomy:2-15% Laparoscopy : 4%

Robotic : 10,3% Radical : 30% -85% .

Smorgick, N., et al.,. Obstetrics & Gynecology, 2012. 120(3): p. 581-586.Turnbull, H., et al.,. Archives of Gynecology and Obstetrics, 2012. 286(4): p. 1007-1010.

Metaanalisa Oberwalden dkk : occult obstetric anal sphincter injury terjadi pada 27% primigravida dan di 8.5% multipara. 70% pasien tersebut asimptomatik.

• Prevalensi inkontinensia fekal dari berbagai penelitian bervariasi 17 and 62% [Crawford et al., 1993; Sultan et al., 1993; Eason et al., 2002]

Meta-analisis (cocchrane) tidak didapat perbedaan bermakna kejadian nyeri perineal (relative risk (RR) 0.08, 95% confidence interval (CI) 0.00 -1.45), dyspareunia (RR 0.62, 95% CI 0.11 to 3.39), flatus incontinence (RR 0.93, 95% CI 0.26 - 3.31) and incontinensia fekal (RR 0.07, 95% CI 0.00 - 1.21) pasca repair SAE dengan berbagai teknik.

Terdapat perbedaan bermakna kejadian urgensi fekal (RR 0.12, 95% CI 0.02 - 0.86) di kelompok overlap. Teknik Overlap secara bermakna menurunkan kemungkinan terjadinya perburukan inkontinensia fekal setelah 12 (RR 0.26, 95% CI 0.09 - 0.79).

Besar sampel

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

• Kesalahan tipe I = 10%, Zα = 1.64• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 = 0.62, Q2 = 0.38• P1-P2= 0.2, P1=0.82 Q1= 0.18

• Maka N1=N2= 61 subyek

Tujuan

Membandingkan kejadian inkontinensia fekal, urgensi fekal dan occult damage pasca perbaikan primer robekan perineum derajat 3c dan 4 dengan teknik end to end dan teknik overlapping

Metodologi

Rancangan: Cohort

Randomized controlled trial.

Semua pasien yang mengalami robekan perineum derajat 3c dan 4 pasca persalinan pervaginam akan dirandomisasi berdasarkan teknik repair end to end atau overlapping. Evaluasi gejala incontinensia fekal, urgensi fekal, dan adanya occult damage pada masing-masing kelompok akan dilakukan pada 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan dan 1 tahun post partum

Masalah Etik : tidak ada

Bahaya potensial yang langsung atau tidak, segera atau kemudian : tidak ada.

Jika ditemukan gangguan inkontinensia fekal dan urgensi fekal dari anamnesis kedua metode, maka akan dilakukan penatalaksanaan yang sesuai

Penelitian 2

Peneliti utama : dr. Suskhan, SpOG(K)

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI- RSCM

Multisenter : ya tidak

Judul penelitian : hubungan faktor risiko persalinan dengan OASIS

Subyek : Penderita Non-Penderita* Hewan

Jumlah subyek : orang orang untuk masing-masing kelompok

Perkiraan waktu penelitian 3 tahun

Ringkasan Usulan Penelitian 2

Pendahuluan:Incidens robekan perineum derajat 3 dan 4 pada persalinan pervaginam sangat bervariasi antara 0.5% and 3.0% di Eropa dan antara 5.85% and 8.9% di US. Sultan mendapatkan 35% primipara dengan robekan perineum derajat 3 dan 4 pasca repair primer pada pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya defek sfingter ani eksterna dalam berbagai derajat pada 6 minggu postpartum yang menetap sampai 6 bulan, namum hanya 1/3 nya simptomatik

Metaanalisa Oberwalden dkk : occult obstetric anal sphincter injury terjadi pada 27% primigravida dan di 8.5% multipara. 70% pasien tersebut asimptomatik.

• Prevalensi inkontinensia fekal dari berbagai penelitian bervariasi 17 and 62% [Crawford et al., 1993; Sultan et al., 1993; Eason et al., 2002]

Meta-analisis (cocchrane) tidak didapat perbedaan bermakna kejadian nyeri perineal (relative risk (RR) 0.08, 95% confidence interval (CI) 0.00 -1.45), dyspareunia (RR 0.62, 95% CI 0.11 to 3.39), flatus incontinence (RR 0.93, 95% CI 0.26 - 3.31) and incontinensia fekal (RR 0.07, 95% CI 0.00 - 1.21) pasca repair SAE dengan berbagai teknik.

Terdapat perbedaan bermakna kejadian urgensi fekal (RR 0.12, 95% CI 0.02 - 0.86) di kelompok overlap. Teknik Overlap secara bermakna menurunkan kemungkinan terjadinya perburukan inkontinensia fekal setelah 12 (RR 0.26, 95% CI 0.09 - 0.79).

Besar sampel

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

• Kesalahan tipe I = 10%, Zα = 1.64• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 = 0.62, Q2 = 0.38• P1-P2= 0.2, P1=0.82 Q1= 0.18

• Maka N1=N2= 61 subyek

Tujuan

Membandingkan kejadian inkontinensia fekal, urgensi fekal dan occult damage pasca perbaikan primer robekan perineum derajat 3c dan 4 dengan teknik end to end dan teknik overlapping

Metodologi

Rancangan: Cohort

Randomized controlled trial.

Semua pasien yang mengalami robekan perineum derajat 3c dan 4 pasca persalinan pervaginam akan dirandomisasi berdasarkan teknik repair end to end atau overlapping. Evaluasi gejala incontinensia fekal, urgensi fekal, dan adanya occult damage pada masing-masing kelompok akan dilakukan pada 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan dan 1 tahun post partum

Masalah Etik : tidak ada

Bahaya potensial yang langsung atau tidak, segera atau kemudian : tidak ada.

Jika ditemukan gangguan inkontinensia fekal dan urgensi fekal dari anamnesis kedua metode, maka akan dilakukan penatalaksanaan yang sesuai

Penelitian 3

Peneliti utama : dr. Surahman Hakim, SpOG(K)

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI- RSCM

Multisenter : ya tidak

Judul penelitian : Hubungan cara persalinan dan kejadian inkontinensia alvi

Subyek : Penderita Non-Penderita* Hewan

Jumlah subyek : orang orang untuk masing-masing kelompok

Perkiraan waktu penelitian 3 tahun

Ringkasan Usulan Penelitian 3

Pendahuluan:Incidens robekan perineum derajat 3 dan 4 pada persalinan pervaginam sangat bervariasi antara 0.5% and 3.0% di Eropa dan antara 5.85% and 8.9% di US. Sultan mendapatkan 35% primipara dengan robekan perineum derajat 3 dan 4 pasca repair primer pada pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya defek sfingter ani eksterna dalam berbagai derajat pada 6 minggu postpartum yang menetap sampai 6 bulan, namum hanya 1/3 nya simptomatik

Metaanalisa Oberwalden dkk : occult obstetric anal sphincter injury terjadi pada 27% primigravida dan di 8.5% multipara. 70% pasien tersebut asimptomatik.

• Prevalensi inkontinensia fekal dari berbagai penelitian bervariasi 17 and 62% [Crawford et al., 1993; Sultan et al., 1993; Eason et al., 2002]

Meta-analisis (cocchrane) tidak didapat perbedaan bermakna kejadian nyeri perineal (relative risk (RR) 0.08, 95% confidence interval (CI) 0.00 -1.45), dyspareunia (RR 0.62, 95% CI 0.11 to 3.39), flatus incontinence (RR 0.93, 95% CI 0.26 - 3.31) and incontinensia fekal (RR 0.07, 95% CI 0.00 - 1.21) pasca repair SAE dengan berbagai teknik.

Terdapat perbedaan bermakna kejadian urgensi fekal (RR 0.12, 95% CI 0.02 - 0.86) di kelompok overlap. Teknik Overlap secara bermakna menurunkan kemungkinan terjadinya perburukan inkontinensia fekal setelah 12 (RR 0.26, 95% CI 0.09 - 0.79).

Besar sampel

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

• Kesalahan tipe I = 10%, Zα = 1.64• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 = 0.62, Q2 = 0.38• P1-P2= 0.2, P1=0.82 Q1= 0.18

• Maka N1=N2= 61 subyek

Tujuan

Membandingkan kejadian inkontinensia alvi pada perempuan yang melahirkan pervaginam (spontan, induksi, forseps, vakum) maupun perabdominam

Metodologi

Rancangan: kohort prospektif

Semua pasien yang melahirkan pervaginam maupun perabdominam di RSCM akan dimasukkan dalam penelitian dengan teknik consecutive sampling. Kemudian dilakukan evaluasi gejala inkontinensia alvi pada masing-masing kelompok dengan menggunakan kuesioner yang tervalidasi pada sesaat setelah persalinan, 1 minggu dan 3 bulan pasca persalinan.

Masalah Etik : tidak ada

Bahaya potensial yang langsung atau tidak, segera atau kemudian : tidak ada.

Jika ditemukan gejala inkontinensia alvi maka akan dilakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan yang sesuai

1. Peneliti utama : dr. Tyas Priyatini SpOG,

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI- RSCM

Multisenter : ya tidak

Judul penelitian : Insidens dan rekurensi prolaps organ panggul pasca terapi operatif

Subyek : Penderita Non-Penderita* Hewan

Jumlah subyek : 150 orang untuk masing-masing kelompok

Perkiraan waktu penelitian yang dapat diselesaikan : 3 tahun

Penelitian 4

Ringkasan usulan penelitian 4

• Judul: Insidens dan faktor risiko rekurensi prolaps organ panggul pasca terapi operatif

• Pendahuluan:Hasil penelitian mengenai rekurensi prolaps organ panggul pasca terapi operatif sangat bervariasi. Dikatakan rekurensi terutama untuk kompartemen anterior dapat mencapai 30%, dan reoperasi dilakukan pada sekitar 11% kasus.

Namun penelitian yang membahas mengenai faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian rekurensi ini belum banyak dilakukan, terutama di Indonesia data mengenai hal ini belum ada.

Tujuan/Obyektif

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian rekurensi prolaps organ panggul pasca terapi operatif khususnya di RSCM dan berbagai faktor risiko yang mempengaruhinya

Metodologi

Rancangan: kohort

Semua pasien yang telah menjalani operasi koreksi prolaps organ panggul termasuk histerektomi vaginal, kolporafi anterior dan kolporafi posterior di RSCM masuk sebagai subyek penelitian. Akan dilihat kejadian rekurensi baik kompartemen anterior, apikal maupun posterior serta waktu kejadiannya dan faktor-faktor risiko yang berpengaruh.

• Kesalahan tipe I = 5%, Zα = 1,98• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 = 0.23, Q2 = 0.77• P1-P2= 0.1, P1=0.33 Q1= 0.67

• Maka N1=N2= 150 subyek

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

Masalah Etik : tidak ada

Bahaya potensial yang langsung atau tidak, segera atau kemudian : Jika ditemukan adanya gejala rekurensi prolaps organ panggul pasca terapi operatif maka akan dilakukan penatalaksanaan yang sesuai

Ringkasan usulan penelitian 3

Pendahuluan:Gejala gangguan saluran bagian bawah merupakan komplikasi yang cukup sering ditemui pasca histerektomi total, baik segera maupun jangka panjang. Bodker dkk mendapatkan prevalensi retensio urin 13,7 % pada pasien pasca histerktomi abdominal, dan 8,3% pasca LAVH. Gimbel dkk, mendapatkan prevalensi inkontinensia urin pasca TAH 23%Dengan semakin berkembangnya teknik operasi vaginal, maka TVH merupakan alternatif teknik histerektomi yang disarankan pada kasus-kasus kelainan jinak ginekologi

Telah banyak penelitian yang membandingkan kejadian gejala gangguan saluran kemih bagian bawah antara histerektomi total dan subtotal serta membandingkan morbiditas, lama operasi, lama rawat, biaya yang dikeluarkan antara TAH dan TVH namun khususnya untuk gejala gangguan saluran kemih bagian bawah yang merupakan salah satu komplikasi operasi histerektomi belum banyak diperbandingkan.

Tujuan/Obyektif

Membandingkan kejadian gejala gangguan saluran kemih bagian bawah pasca histerektomi total perabdominam dan pervaginam pada kasus-kasus jinak ginekologi.

Metodologi

Rancangan: Cohort

Randomized controlled trial.

Semua pasien yang didiagnosis menderita kelainan jinak ginekologi yang memiliki indikasi untuk dilakukan histerektomi total di poliklinik ginekologi RSCM akan dilakukan randomisasi untuk menentukan apakah akan dilakukan TAH atau TVH. Pasca histerektomi akan diobservasi adanya gejala gangguan saluran kemih bagian bawah segera setelah operasi sampai 3 bulan setelahnya.

• Kesalahan tipe I = 10%, Zα = 1.64• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 (TAH)= 0.23, Q2 = 0.77• P1-P2= 0.1, P1=0.33 Q1= 0.67

• Maka N1=N2= 150 subyek

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

Masalah Etik : tidak ada

Bahaya potensial yang langsung atau tidak, segera atau kemudian : Jika ditemukan adanya gejala gangguan saluran kemih bagian bawah pasca histerektomi maka akan dilakukan penatalaksanaan yang sesuai

Penelitian 4

Peneliti utama : dr. Suskhan, SpOG(K)

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI- RSCM

Multisenter : ya tidak

Judul penelitian : hubungan cara persalinan dengan OASIS

Subyek : Penderita Non-Penderita* Hewan

Jumlah subyek : orang orang untuk masing-masing kelompok

Perkiraan waktu penelitian 3 tahun

Ringkasan Usulan Penelitian 2

Pendahuluan:Incidens robekan perineum derajat 3 dan 4 pada persalinan pervaginam sangat bervariasi antara 0.5% and 3.0% di Eropa dan antara 5.85% and 8.9% di US. Sultan mendapatkan 35% primipara dengan robekan perineum derajat 3 dan 4 pasca repair primer pada pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya defek sfingter ani eksterna dalam berbagai derajat pada 6 minggu postpartum yang menetap sampai 6 bulan, namum hanya 1/3 nya simptomatik

Metaanalisa Oberwalden dkk : occult obstetric anal sphincter injury terjadi pada 27% primigravida dan di 8.5% multipara. 70% pasien tersebut asimptomatik.

• Prevalensi inkontinensia fekal dari berbagai penelitian bervariasi 17 and 62% [Crawford et al., 1993; Sultan et al., 1993; Eason et al., 2002]

Meta-analisis (cocchrane) tidak didapat perbedaan bermakna kejadian nyeri perineal (relative risk (RR) 0.08, 95% confidence interval (CI) 0.00 -1.45), dyspareunia (RR 0.62, 95% CI 0.11 to 3.39), flatus incontinence (RR 0.93, 95% CI 0.26 - 3.31) and incontinensia fekal (RR 0.07, 95% CI 0.00 - 1.21) pasca repair SAE dengan berbagai teknik.

Terdapat perbedaan bermakna kejadian urgensi fekal (RR 0.12, 95% CI 0.02 - 0.86) di kelompok overlap. Teknik Overlap secara bermakna menurunkan kemungkinan terjadinya perburukan inkontinensia fekal setelah 12 (RR 0.26, 95% CI 0.09 - 0.79).

Besar sampel

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

• Kesalahan tipe I = 10%, Zα = 1.64• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 = 0.62, Q2 = 0.38• P1-P2= 0.2, P1=0.82 Q1= 0.18

• Maka N1=N2= 61 subyek

Tujuan

Membandingkan kejadian inkontinensia fekal, urgensi fekal dan occult damage pasca perbaikan primer robekan perineum derajat 3c dan 4 dengan teknik end to end dan teknik overlapping

Metodologi

Rancangan: Cohort

Randomized controlled trial.

Semua pasien yang mengalami robekan perineum derajat 3c dan 4 pasca persalinan pervaginam akan dirandomisasi berdasarkan teknik repair end to end atau overlapping. Evaluasi gejala incontinensia fekal, urgensi fekal, dan adanya occult damage pada masing-masing kelompok akan dilakukan pada 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan dan 1 tahun post partum

Masalah Etik : tidak ada

Bahaya potensial yang langsung atau tidak, segera atau kemudian : tidak ada.

Jika ditemukan gangguan inkontinensia fekal dan urgensi fekal dari anamnesis kedua metode, maka akan dilakukan penatalaksanaan yang sesuai

Peneliti utama : dr. Suskhan, SpOG(K)

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI- RSCM

Multisenter : ya tidak

Judul penelitian : hubungan faktor risiko partus pervaginam

dengan OASIS

Subyek : Penderita Non-Penderita* Hewan

Jumlah subyek : orang orang untuk masing-masing kelompok

Perkiraan waktu penelitian 2 tahun

• Beberapa studi prospektif menemukan sejumlah kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya robekan derajat 3 dan 4 (RCOG 2001)

• Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor resiko persalinan (table diatas) dengan OASIS

No Variable alfa beta P0 P1 N1 N21 Berat bayi baru lahir

lebih dari 4 kg 10 % 20 % 0.01 0.06 166 166

2 Posisi oksipito-posterior persisten

10 % 20 % 0.01 0.11 69 69

3 primiparitas 10 % 20 % 0.01 0.11 69 69

4 Induksi persalinan 10 % 20 % 0.01 0.06 166 69

6 Lama kala II > 1 jam 10 % 20 % 0.01 0.11 69 69

7 Distorsia bahu 10 % 20 % 0.01 0.11 69 69

9 Persalinan dengan menggunakan forsep

10 % 20 % 0.01 0.21 29 29

RCOG. Green-top. The management of third- and- fourth-Degree Perineal Tears.

METODOLOGI

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

Keterangan :• Kesalahan tipe I = 10%, Zα = 1.64• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 = 0.01, Q2 = 0.99

– P2 adalah proporsi robekan perineum derajat III-IV pada kelompok persalinan tanpa forsep• P1-P2= 0.2, P1=0.21 Q1= 0.79

– Perbedaan proporsi robekan perineum derajat III-IV antara kelompok persalinan dengan forsep dan tanpa forsep (judgement peneliti)

• Maka N1=N2= 29 subyek– N1 adalah kelompok partus tanpa forsep– N2 adalah kelompok partus menggunakan forsep

• Rancangan : Kohort-retrospktif• Rumus sample komparatif kategorik tidak berpasangan

Peneliti utama : dr. Surahman Hakim, SpOG(K)

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI- RSCM

Multisenter : ya tidak

Judul penelitian : Hubungan cara persalinan dan kejadian inkontinensia alvi

Subyek : Penderita Non-Penderita* Hewan

Jumlah subyek : orang orang untuk masing-masing kelompok

Perkiraan waktu penelitian 3 tahun

Pendahuluan• Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa

kelahiran pervaginam merupakan faktor resiko tinggi terjadinya trauma perineal dan dapat mengakibatkan inkontinential alvi.

• Dilaporkan 85 % wanita yang melahirkan per vaginam akan mengalami trauma perineal (unite kingdom). (The impact of delivery on anorectal function in women with and women without anal incontinence – a prospective study, Springer-Verlag London )

• Trauma perineum merupakan penyebab tersering dari kerusakan sphincter anal dan dilaporkan 0.6-36% disebabkan oleh kelahiran pervaginam. (Outcomes and follow-up after obstetric anal sphincter injuries. K. Ramalingam & A. K. Monga)

• Prevalensi inkontinensia fekal dari berbagai penelitian lain bervariasi 17 and 62% [Crawford et al., 1993; Sultan et al., 1993; Eason et al., 2002]

• Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan jumlah persalinan pervaginam yang mengakibatkan inkontinensia alvi.

METODOLOGI

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

Keterangan :• Kesalahan tipe I = 10%, Zα = 1.64• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 = 0.01, Q2 = 0.99

– P2 adalah proporsi pada kelompok persalinan pervaginam dengan tanpa inkontinensia alvi• P1-P2= 0.09, P1=0.1 Q1= 0.9

– Perbedaan proporsi persalinan antara kelompok persalinan pervaginam yang mengkibatkan inkontinensia alvi dan tanpa inkontinensia alvi (judgement peneliti)

• Maka N1=N2= 78 subyek– N1 adalah kelompok persalinan pervaginam yang mengakibatkan inkontinensial alvi– N2 adalah kelompok persalinan pervaginam tanpa mengakibatkan inkontinensial alvi

• Rancangan : Kohort-prospektif• Rumus sample komparatif kategorik tidak berpasangan

Peneliti utama : dr. Budi IS, SpOG(K)

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI- RSCM

Multisenter : ya tidak

Judul penelitian : Perbandingan pemakaian kateter urin menetap 24 jam, 12 jam, dan 6 jam pasca operasi ginekologi

Subyek : Penderita Non-Penderita* Hewan

Jumlah subyek orang orang untuk masing-masing kelompok

Perkiraan waktu penelitian 3 tahun

• (Schiotz et al). Menyatakan penggunaan pelepasan kateter dalam 24 jam setelah dilakukan prosedur operasi ginekologi, memiliki resiko rendah mengalami gangguan dalam berkemih.

• Menurut penelitian lain yang telah diterbitkan sebelumnya, resiko terjadinya infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunakan kateter urine dalam 24 jam bervariasi, sekitar 5-43 %

(A prospective randomized trial to compare immediate and 24-hour delayed catheter removal following total abdominal hysterectomy JOYCE CHAI & TING-CHUNG PUN)

• Angka kejadian retensi urine dikatakan lebih tinggi terjadi pada pasien POUR dengan rekateterisasi dibawah 24 jam dibandingkan dengan diatas 24 jam (20 VS 0%). A prospective randomized trial to compare immediate and 24-hour delayed catheter removal following total abdominal hysterectomy. JOYCE CHAI & TING-CHUNG PUN

• (Dunn et al.’s) menyatakan, pelepasan ceteter menetap (< 6 jam) memiliki kemungkinan ebih tinggi terjadinya retensi urine pada pasien POUR

METODOLOGI

221

2

2211

PP

QPQPZβ2PQZαN

Keterangan :• Kesalahan tipe I = 10%, Zα = 1.64• Kesalahan tipe II = 20%, Zβ = 0.84• Jika P2 = 0.02, Q2 = 0.98

– P2 adalah proporsi pada kelompok dengan retensi urine setelah post-operatif • P1-P2= 0.1, P1=0.12. Q1= 0.88

– P2 adalah proporsi pada kelompok tanpa retensi urine setelah post-operatif (judgement peneliti)

• Maka N1=N2=N3 = 89 subyek– N1 adalah kelompok dengan retensi urine dengan pemasangan kateter menetap selama 24 jam setelah operasi ginekologi– N2 adalah kelompok dengan retensi urine dengan pemasangan kateter menetap selama 12 jam setelah operasi ginekologi– N3 adalah kelompok dengan retensi urine dengan pemasangan kateter menetap selama 6 jam setelah operasi ginekologi.

• Rancangan : Kohort-prospektif• Rumus sample komparatif kategorik tidak berpasangan