PANEL SISTEM PENGISIAN ﴾CHARGING SYSTEM﴿
-
Upload
moonchild-hana -
Category
Documents
-
view
216 -
download
3
description
Transcript of PANEL SISTEM PENGISIAN ﴾CHARGING SYSTEM﴿
PANEL SISTEM PENGISIAN ﴾CHARGING SYSTEM﴿
TYPE KONVENSIONAL DAN IC REGULATOR
PROYEK AKHIR
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Diploma III
guna meraih gelar Ahli Madya
Disusun Oleh:
Nama : Agung Slamet Waluyo
Nim : 5250303518
Program Studi : Teknik Mesin D3
Jurusan : Teknik Mesin
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Proyek Akhir ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian
Proyek Akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Tanggal :
Pembimbing,
Dwi Widjanarko, S.Pd, ST, MT NIP. 132093247
Penguji II Penguji I,
Drs. Abdurrahman, M.Pd Dwi Widjanarko, S.Pd, ST, MT NIP. 131476651 NIP. 132093247
Ketua Jurusan Ketua Program Studi,
Teknik Mesin,
Drs. Pramono Drs. Wirawan Sumbodo, MT NIP. 131474226 NIP. 131876223
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik
Prof. Dr. Soesanto NIP. 130875753
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Awal mula dari kesuksesan adalah semangat yang tinggi.
2. Kepandaian bukan segalanya dibanding kreatifitas.
3. Orang yang ragu – ragu dalam mengerjakan sesuatu yang telah direncanakan
maka dia akan menuai kekecewaan.
PERSEMBAHAN :
1. Ayah dan ibu tercinta
2. Adikku yang manis
3.Orang yang kukasihi
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan proyek
akhir dengan judul “Panel Sistem Pengisian (Charging System) Type
Konvensional dan IC Regulator”.
Terselesaikannya laporan proyek akhir ini tidak terlepas dari bantuan,
saran dan sumbangan moril dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Soesanto, Dekan Fakultas Teknik yang telah memberikan ijin
dalam pelaksanaan proyek akhir ini.
2. Bapak Drs. Pramono, ketua jurusan Teknik Mesin.
3. Bapak Drs. Wirawan Sumbodo, MT, Kaprodi Teknik Mesin DIII
4. Bapak Dwi Widjanarko, S.Pd, ST, MT, Dosen pembimbing laporan proyek
akhir.
5. Bapak Widi Widayat, S.Pd, Dosen pembimbing lapangan.
6. Serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan proyek akhir ini hingga
terselesaikannya laporan ini.
Penulis telah berusaha sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dalam
menyusun laporan ini. Namun penulis mengharap adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
v
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
laporan ini memberi manfaat kepada penulis khususnya maupun pembaca pada
umumnya.
Semarang, Juli 2006
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………..…………………………………...........i
HALAMAN PENGESAHAN………..……………………………………….......ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………..iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………...……vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………..………………………………......x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …….………………………………………………1
B. Tujuan dan Manfaat……..………………………………....……….2
BAB II. PANEL SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM) TYPE
KONVENSIONAL DAN IC REGULATOR
A. Prinsip Pembangkitan Tenaga Listrik……………………...………4
1. Induksi Elektromagnetik……………………………………..……4
2. Prinsip Generator Arus Bolak – Balik (AC)………………………5
3. Arah Gaya Gerak Listrik…………………………………………12
4. Prinsip Generator………………………………………………...13
5. Generator Arus Bolak – Balik..…………………….……….……14
B. Sistem Pengisian………………………………………………..…15
1. Sistem Pengisian Dengan Type Konvensional………………..…15
2. Sistem Pengisian Dengan Type IC Regulator……………………17
vii
C. Konstruksi Dan Cara Kerja Sistem Pengisian………………….…18
1. Type Konvensional………………………………………………18
2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional…………………...…25
3. Type IC Regulator………………………………………………..31
4. Cara Kerja Sistem Pengisian IC Regulator………………..……..34
5. Keuntungan Dan Kerugian Dari Masing – Masing Type
Altenator………………………………………………………….40
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………….…………………………….42
B. Saran………………………….………………………………..….42
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………43
LAMPIRAN…………………………………………………………………..….44
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Induksi Elektromagnet……………………….………………......…………....4
2. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak – Balik……………….…………………6
3. Kumparan Penghasil Elektromagnet…………………………….………...….7
4. Pembangkit Dan Grafik Arus Satu Phase……………………….….…………8
5. Pembangkit Dan Grafik Arus Bolak – Balik Tiga Phase……….………...…..9
6. Penyambungan Type Delta……………………………………..………...….10
7. Penyambungan Type Bintang (Y)……………………….…….…………….11
8. Sirkuit Penyearah……………………………………………………...……..12
9. Hukum Tangan Kanan……………………………………………….....……12
10. Prinsip Generator………………………………………………...…………..14
11. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak – balik………………………..………..15
12. Konstruksi Sistem Pengisian…………………………………….……….….16
13. Konstruksi Altenator Dan Bagiannya……………………………..…………19
14. Konstruksi Puli…………………………………………………….………...19
15. Konstruksi Rotor Coil………………………………………….........……….20
16. Konstruksi Stator Coil………………………………………………....…….21
17. Konstruksi Silikon Diode……………………………..…………….….……22
18. Konstruksi Frame……………………………………...……………….……23
19. Konstruksi Regulator…………………………………………………...……24
20. Rangkaian Sistem Pengisian…………………………………………..……..25
ix
21. Cara Kerja Intern Pengisian Pada Posisi Mesin Mati………….…..……...…26
22. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Rendah………...…28
23. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Tinggi………....…30
24. Gambar Altenator Type IC Regulator……………………….………………32
25. Terminal IC regulator……………………………………….…………...…..33
26. Skema Dasar IC Regulator…………………………….…………………….33
27. Cara Kerja IC Regulator………………………………………….………….34
28. Skema Arus Pada Posisi Kunci Kontak ON Mesin Mati……..…….……….35
29. Skema Pembangkit Arus Oleh Altenator………………………...……..……36
30. Skema Pembangkitan Arus Oleh Altenator…………………...…......………37
31. Terbukanya Sirkuit Regulator Sensor…………………...…………...………38
32. Terbukanya Pada Sirkuit B Altenator……………...…………….…………..39
33. Terbukanya Pada Sirkuit Rotor Coil………...……………….………………40
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Proyek Akhir
Lampiran 2. Surat keterangan selesai Tugas Akhir
Lampiran 3. Surat pernyataan selesai bimbingan
Lampiran 4. Surat keterangan penetapan dosen pembimbing
Lampiran 5. Surat tugas penguji Tugas Akhir
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada suatu kendaraan (mobil) sumber tenaga yang berupa arus listrik
diperoleh dari baterai dimana kapasitas baterai sangatlah terbatas, bila pada mobil
hanya mengandalkan baterai saja sebagai sumber listrik, akibatnya hanya dalam
beberapa jam saja arus baterai akan habis. Untuk itu pada mobil dilengkapi
dengan pembangkit tenaga listrik AC yang biasa disebut Altenator.
Penggunaan Alternator dapat menghasilkan arus listrik yang lebih besar
dari pada dinamo karena Altenator adalah generator listrik 3 phase yang
dilengkapi dengan rectifier untuk mensuplai tenaga listrik DC dan biasanya terdiri
dari generator 3 phase dan rectifier. Alternator mempunyai beberapa keunggulan
diantaranya, arus yang dibangkitkan oleh Alternator lebih mampu mencukupi
kebutuhan listrik untuk menggerakkan peralatan tambahan yang sekarang ini
banyak digunakan pada mobil, umur penggunaan sikat lebih panjang, dan pada
saat putaran tanpa beban Alternator akan tetap mengisi baterai. Walaupun mobil
yang digunakan tidak berjalan tetapi mesin dalam keadaan hidup, sistem pengisian
akan tetap bekerja dengan baik.
Sistem kelistrikan pada mobil diantaranya sistem stater untuk
menghidupkan mesin, sistem pengapian, sistem pengisian, dan perlengkapan
listrik lainnya. Menurut Daryanto (1999 : 334) sistem pegisian akan mengisi
baterai selama kendaraan berjalan atau mesin berputar supaya baterai terisi penuh
2
untuk memberikan arus yang cukup pada bagian-bagian kelistrikan selama mesin
bekerja.
Baterai hanya dapat diisi oleh arus DC, untuk merubah arus AC menjadi
DC digunakan retifier atau dioda yang biasanya di pasang pada bagian dalam
Alternator. Mengingat kegunaan dari baterai yang mempunyai fungsi yaitu
menyuplai arus listrik pada kendaraan tersebut tentu akan menyebabkan turunnya
kemampuan atau tegangan baterai. Hal ini akan mempengaruhi kinerja sistem
kelistrikan yang ada pada kendaraan. Oleh karena itu sistem kendaraan harus
mempunyai sistem pengisian yang baik agar baterai selalu dalam kondisi terisi
penuh.
Sistem pengisian pada mobil mempunyai peranan yang sangat penting,
untuk itu kondisinya harus diperhatikan. Kondisi sistemnya harus dalam keadaan
baik guna mendukung kelangsungan hidup suatu mesin. Hal-hal yang mendasari
penulis memilih judul Panel Sistem Pengisian (Charging System) type
konvensional dan IC Regulator adalah sebagai berikut:
Untuk mengkaji lebih dalam tentang Sistem Pengisian Konvensional dan IC
Regulator.
Sistem pengisian merupakan salah satu dari sistem kelistrikan vital pada
mobil perlu dipahami cara kerja dan aliran arus listrik.
Untuk memudahkan penganalisaan dan memperbaiki kerusakan pada sistem
pengisian pada type Konvensional dan IC Regulator.
B. Tujuan Dan Manfaat Proyek Akhir
Tujuan yang diperoleh antara lain:
3
a. Untuk mengkaji lebih mendalam sistem pengisian dengan altenator type
konvensional dan yang dilengkapi IC Regulator.
b. Mengetahui indikasi-indikasi terjadinya kerusakan pada sistem pengisian.
Adapun manfaat yang diperoleh dari pembahasan sistem pengisian
dengan type Konvensional dan IC Regulator adalah sebagai berikut :
a. Dapat mengerti dan memahami tentang sistem pengisian dengan type
Konvensional dan IC Regulator.
b. Dapat membantu meningkatkan pemahaman dalam hal indikasi terjadinya
kerusakan sistem pengisian.
c. Dapat memperbaiki jika terjadi kerusakan pada sistem pengisian type
Konvensional dan IC Regulator.
4
BAB II
PANEL SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM)
TYPE KONVENSIONAL DAN IC REGULATOR
A. PRINSIP PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK
1. Induksi elektromagnetik
Bila garis gaya magnet dipotong atau dilewati arus listrik yang bergerak
di antara medan magnet, akan timbul gaya gerak listrik pada penghantar dan arus
akan mengalir apabila penghantar tersebut bagian dari sirkuit lengkap. (PT.
Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)
Gambar 1. Induksi Elektromagnet
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)
Seperti ditunjukan pada gambar 1, jarum Galvanometer (Ammeter yang
dapat mengukur arus yang sangat kecil) akan bergerak karena gaya gerak listrik
yang dihasilkan pada saat penghantar digerakkan maju mundur di antara kutub
5
utara dan kutub selatan magnet, maka gaya gerak listrik mengalir dari kanan ke
kiri.
2. Prinsip Generator Arus Bolak–balik (AC)
Untuk menghasilkan arus searah, arus bolak–balik juga bisa diubah
menjadi arus searah dengan rectifier (dioda). Altenator mobil menggunakan
kumparan pembalut (stator coil), bertujuan untuk mendinginkan altenator yang
panas karena aliran arus dalam kumparan yang dibangkitkan dengan volume
tinggi secara terus menerus.
Prinsip kerja pembangkit arus bolak-balik (AC) dapat dilihat pada
gambar 2 yaitu gambar point (1) rotor mulai berputar dari 0º sampai 180º pada
porosnya dan menghasilkan tegangan yang positif (+). Gambar point (2)
menunjukkan saat stator tidak menghasilkan arus dan tegangan listrik (lampu
padam) dan gambar point (3) rotor bergerak terus pada putaran 180º sampai 360º
pada saat tegangan yang dihasilkan adalah negatif (-), kemudian seterusnya
terjadi proses seperti yang pertama.
6
Gambar 2. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak balik
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Komponen kelistrikan pada mobil menggunakan tegangan 12 – 24 volt,
listrik yang dibangkitkan pada saat magnet berputar besarnya tergantung pada
kecepatan magnet, melalui proses elektromagnet semakin cepat kumparan
membangkitkan GGL dan tegangannya berubah – ubah, maka untuk menghindari
tegangan yang berubah – ubah dan diharapkan tegangan tetap di dalam kumparan,
dilakukan dengan cara mengganti magnet permanen dengan elektromagnet, yang
garis gaya magnetnya berubah – ubah sesuai dengan putaran altenator.
Elektromagnet mempunyai inti besi dengan kumparan yang dililitkan di
sekelilingnya, saat arus mengalir melalui kumparan, inti besi tersebut menjadi
magnet. Jadi pada saat altenator berputar pada kecepatan rendah, maka arus naik.
Sebaliknya jika altenator berputar pada kecepatan tinggi arus menurun.
7
Gambar 3. Kumparan Penghasil Elektromagnet
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Pada mobil sekarang ini umumnya menggunakan altenator dengan arus
bolak-balik tiga phase, pada saat magnet berputar didalam kumparan,
elektromagnet akan dibangkitkan pada ujung kumparan, dan listrik yang terjadi
adalah arus bolak-balik dan jumlah serta arahnya berubah secara periodik,
hubungan antara pembangkit arus dalam kumparan dan posisi dari magnet dapat
dilihat pada gambar. Jumlah terbesar dari arus yang dibangkitkan ketika magnet N
dan S sedang menutupi kumparan tetapi arus mengalir dalam arah berlawanan
setiap setengah dari putaran magnet.
Listrik yang dibentuk dalam sebuah gelombang dalam cara ini disebut
arus bolak-balik satu phase. Perubahan dari 360º dalam grafik menunjukkan satu
siklus dan banyaknya perubahan yang terjadi dalam satu detik disebut frequency.
8
Gambar 4. Pembangkit dan Grafik Arus AC Satu Phase
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Pada kedudukan nomor 1, rotor berada pada posisi tegak lurus terhadap
penghantar sehingga tidak ada perpotongan antara garis gaya magnet dengan
penghantar dan tidak terbangkit tegangan listrik. Rotor terus berputar, garis-garis
gaya magnet sudah berpotongan dengan penghantar, sehingga pada posisi pada
nomor 2 kedudukan rotar sudah bergerak 90º dan garis gaya magnet yang paling
kuat memotong penghantar, hasilnya tegangan maksimum akan terbangkit.
Perpindahan dari posisi nomor 2 ke nomor 3, memperkecil garis gaya
magnet yang terpotong sehingga arus induksi melemah dan akhirnya sama sekali
tidak ada. Perpindahan posisi nomor 3 pada posisi nomor 4 sama dengan posisi
nomor 1 dan nomor 2, tetapi kutub magnet sudah berubah posisi sehingga arus
induksi yang dihasilkan arahnya terbalik.
9
Gambar 5. Pembangkit dan Grafik Arus Bolak Balik Tiga Phase
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Perpindahan dari posisi nomor 4 ke posisi nomor 5, sama dengan posisi
nomor 2 pada posisi nomor 3, yaitu pembangkit lemah. Dengan berputarnya rotor
360º, maka dihasilkan arus bolak-balik. Kurva tegangan seperti tegangan yang
terdapat pada gambar biasanya disebut gelombang sinus. Untuk membangkitkan
arus listrik dengan lebih efisien, altenator mobil menggunakan tiga kumparan
yang dirangkai seperti pada gambar diatas. Masing – masing kumparan A, B, C
berjarak 120, pada saat magnet berputar diantara kumparan, maka arus listrik
bolak-balik akan dibangkitkan pada masing-masing kumparan.
Penyambungan kumparan tiga phase ada dua cara yaitu :
10
a. Penyambungan Delta ( delta connection)
Gambar 6. Penyambungan Type Delta
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Dengan penyambungan delta, ketiga kumparan tersebut dihubungkan
(disambungkan) antara ujung dengan ujungnya seperti gambar. Jika terjadi hal
semacam ini jumlah listrik yang dihasilkan lebih besar pada kecepatan tinggi,
tetapi akan berkurang agak besar pada putaran rendah. Oleh karena ini, tipe ini
jarang dipakai karena pada putaran rendah arus yang dihasilkan kurang rata.
b. Penyambungan Model Bintang (Y)
Dengan menggunakan model bintang atau Y, kumparan dihubungkan
bersama hanya satu kumparan-kumparan itu disambungkan disebut terminal netral
(N) dan tegangan pada tempat ini adalah tegangan netral, tegangan netral ini
dipakai untuk mengontrol regulator. Oleh karena itu, tipe bintang menghasilkan
arus listrik yang cukup sama pada putaran rendah maka kumparan tipe ini sering
dipakai pada altenator.
11
Gambar 7. Penyambungan Type Bintang (Y)
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Arus dari stator adalah arus bolak balik tiga fase seperti terlihat seperti
pada gambar, sebelum arus ke baterai arus akan melewati dioda selain ke baterai
arus juga akan mengalir ke massa namun arus tidak dapat mengalir lagi stator
karena dicegah oleh dioda.
12
Gambar 8. Sirkuit Penyearah
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
3. Arah gaya gerak listrik
Gambar 9. Hukum tangan kanan
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)
13
Arah gaya gerak listrik yang ditimbulkan di dalam penghantar di antara
magnet bermacam-macam, mengikuti arah gaya medan magnet dan gerakan
penghantar. Arah garis gaya magnet dapat dimengerti dengan menggunakan
hukum tangan kanan fleming (fleming right hand rule) seperti terlihat pada
gambar 9, dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah kanan dibuka dengan sudut
yang tepat satu sama lain, telunjuk akan menunjukkan garis gaya magnet, ibu jari
akan menunjukkan arah gerakan penghantar dan jari tengah menunjukkan arah
gaya gerak listrik.
4. Prinsip Generator
Bila satu buah penghantar disambung dari ujung ke ujung, maka akan
timbul gaya gerak listrik yang dihasilkan bila sebuah penghantar diputar dalam
medan magnet, sebenarnya gaya yang dihasilkan sangat kecil. (PT. Toyota Astra
Motor Fundamentals Of Electricity Step 2, 1994 :5). Bila penghantar terbentuk
dalam dua kumparan, jumlah total gaya gerak listrik yang dibangkitkan menjadi
lebih besar. Demikian juga tenaga listrik yang dihasilkan, generator
membangkitkan tenaga listrik dengan jalan memutar sebuah kumparan di dalam
medan magnet. Ada dua macam arus listrik, arus searah dan arus bolak-balik dan
tergantung cara menghasilkan listrik generator.
14
Gambar 10. Prinsip Generator
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)
Bila penghantar terbentuk dalam dua kumparan, jumlah total gaya gerak
listrik yang dibangkitkan menjadi lebih besar. Demikian juga besarnya tenaga
listrik yang dihasilkan. Generator membangkitkan tenaga listrik dengan jalan
memutar sebuah kumparan di dalam medan magnet. Ada dua macam arus listrik,
arus searah dan arus bolak – balik dan tergantung pada cara menghasilkan listrik
generator.
5. Generator arus bolak-balik
Bila arus listrik yang dibangkitkan oleh kumparan diberikan melalui slip
ring dan brush sehingga kumparan dapat berputar, besarnya arus yang mengalir ke
lampu akan berubah pada saat yang sama, demikian arah alirannya. (PT. Toyota
Astra, 1994 : 4). Pada saat kumparan berputar, arus yang dihasilkan pada setengah
putaran pertama akan dikeluarkan dari brush pada sisi A, mengalir melalui lampu
15
dan kembali ke brush pada sisi B. Pada setengah putarannya selanjutnya, arus
akan diberikan dari B dan kembali ke A. Lihat gambar 11.
Gambar 11. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak balik
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Generator arus bolak-balik memberikan arus yang dihasilkan oleh
kumparan dalam medan magnet. Altenator yang digunakan pada sistem pengisian
mobil menggunakan dioda untuk menyearahkan arus (menyearahkan menjadi arus
searah) sebelum dialirkan ke sistem pengisian.
B. SISTEM PENGISIAN
1. Sistem Pengisian dengan Type Konvensional
Baterai (accu) pada mobil berfungsi untuk memberikan tenaga listrik
dalam jumlah yang sesuai kebutuhan listrik pada komponen-komponen listrik
pada mobil seperti motor starter, air conditioner, tape, lampu-lampu besar, power
window, serta berbagai accecories mobil lainya, tetapi kapasitas baterai sangat
terbatas sehingga tidak dapat mensuplai kebutuhan listrik secara terus menerus.
16
Gambar 12. Konstruksi Sistem Pengisian
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Oleh karena itu baterai harus terisi penuh agar dapat mensuplai
kebutuhan listrik setiap saat, sehingga komponen-komponen listrik pada mobil
dapat digunakan sewaktu-waktu, untuk itu pada mobil diperlukan suatu sistem
pengisian (charging system) yang mampu memproduksi listrik secara kontinu
agar baterai selalu terisi penuh.
Sistem pengisian diperlukan untuk mencukupi kebutuhan listrik setiap
waktu pada mobil dengan cara memproduksi arus listrik dan memberikannya ke
baterai agar baterai selalu terisi penuh. Alat yang digunakan untuk menghasilkan
arus listrik bolak balik adalah alternator, padahal baterai membutuhkan arus listrik
searah, maka sebelum dimasukan ke baterai perlu disearahkan dahulu oleh dioda,
sedangkan untuk mengatur tegangan digunakan regulator.
17
Pada awalnya, sistem pengisian (charging system) pada kendaraan
menggunakan generator DC (direct current) atau arus searah sebagai pembangkit
listriknya, pada masa itu penggunaan generator DC dianggap memadai karena
kebutuhan listrik pada kendaraan relatif sedikit.
Dewasa ini banyak kendaraan dipasang perlengkapan yang
membutuhkan tenaga listrik yang cukup banyak. Dengan kondisi yang seperti itu
ternyata generator DC tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik secara maksimal.
Untuk mengatasi kekurangan ini maka produsen kendaraan tidak menggunakan
generator DC lagi, sebagai penggantinya dipasang generator AC (alternating
current) atau arus bolak-balik yang lazimnya disebut alternator.
Kebanyakan mobil dilengkapi dengan alternator arus bolak-balik, karena
arus AC lebih baik dibandingkan dinamo yang menghasilkan arus DC, baik dari
segi konstruksinya maupun dari segi kemampuan memproduksi ataupun
mensuplai tenaga listrik dan ketahanannya. Pada mobil yang dibutuhkan adalah
arus searah, maka arus bolak-balik harus disearahkan.
2. Sistem Pengisian dengan type IC Regulator
Alternator dengan IC Regulator dibuat dengan ukuran yang lebih kecil
dan ringan menggunakan IC Regulator yang kecil sebagai hasil teknologi
semikonduktor. Alternator IC Regulator mempunyai perbedaan sebagai berikut:
(Nippon Denso, Altenator dan Sistem Pengisian : Buku Pedoman Siswa)
a. Dengan memakai IC Regulator arus Rotor bertambah besar (tahanan kumparan
rotor lebih kecil), sehingga tersedia daya keluaran yang lebih besar.
18
b. Tidak ada perubahan tegangan (lebih stabil) sehingga tidak dibutuhkan
pengkalibrasian. Tanpa ada komponen yang bergerak sehingga tahan getaran dan
lebih tahan lama.
c. Memakai rangkaian kompensasi suhu sehingga tegangan pengaturan lebih
stabil.
IC Regulator merupakan suatu sistem yang akan memutus arus rotor
dengan menggunakan transistor dan dioda zener untuk menggantikan kerja relay
pada regulator type kontak poin.
C. KONSTRUKSI DAN CARA KERJA SISTEM PENGISIAN
1. Type konvensional
A. Konstruksi Sistem Pengisian Tipe Konvensional
Alternator berfungsi untuk merubah energi mekanik yang didapatkan
dari mesin menjadi tenaga listrik. Energi mekanik mesin dihubungkan oleh pully
yang memutarkan rotor sehingga membangkitkan arus bolak-balik pada stator
yang diubah menjadi arus searah oleh dioda sebelum digunakan oleh komponen-
komponen kendaraan yang membutuhkan ataupun untuk mengisi baterai
kendaraan.
Bagian utama dari sebuah Alternator terdiri dari sebuah rotor yang
membangkitkan elektromagnetik, stator yang membangkitkan arus listrik dan
dioda yang menyearahkan arus listrik. Sebagai tambahan terdapat pula brush yang
mengalirkan arus ke rotor coil untuk membentuk garis gaya magnet, bearing
19
untuk memperhalus putaran motor dan fan untuk mendinginkan rotor, stator, dan
dioda. Semua bagian tersebut dipegang oleh front dan rear frame.
Gambar 13. Konstruksi Alternator dan Bagiannya
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Konstruksi Alternator terdiri dari:
a. Puli (Pully)
Puli berfungsi untuk tali kipas.
Gambar 14. Konstruksi Puli
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
20
b. Kipas (Fan)
Fungsi kipas untuk mendinginkan diode dan kumparan-kumparan pada
Alternator.
c. Rotor coil
Rotor tersusun dari inti kutub magnet (pole core), Field coil (rotor koil),
slip ring dan rotor shaft. Field coil tersebut digulung dengan cara penggulungan
yang arahnya sama dengan putarannya, dan masing-masing ujungnya
dihubungkan pada slip ring, kedua inti kutub dipasang pada kutub ujung
kumparan sebagai penutup field coil. Garis gaya magnet akan timbul pada saat
arus mengalir, salah satu kutub menjadi kutub N dan yang lain menjadi kutub S.
Slip ring tersebut dibuat dari logam baja putih (stainless stell) dengan permukaan
yang berhubungan dengan brush dan dikerjakan sangat halus. Slip ring dipisahkan
dari poros rotor (rotor shaft).
Gambar 15. Konstruksi Rotor Coil
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
21
d. Stator coil
Stator terdiri dari inti magnet dan kumparan, bagian depan dan belakang
dipasang frame sebagai pelindung. Gulungan terdiri dari kawat tembaga yang
dilapisi dengan lapisan tipis yang bersifat isolator. Di bagian dalam terdapat slot-
slot yang terdiri dari tiga kumparan yang terdiri dari tiga kumparan yang bebas.
Inti magnet bertugas sebagai saluran garis-garis gaya magnet. Gulungan kawat
pada stator berjumlah tiga pasang yang dipasangkan secara segi tiga atau bintang,
namun yang paling banyak dipakai adalah hubungan bintang, arus listrik yang
dihasilkan adalah arus bolak balik tiga phase.
Gambar 16. Konstruksi Stator Coil
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
e. Rectifier (silicon diode)
Pada diode holder terdapat tiga buah diode positif dan tiga buah diode
negative. Arus yang dibangkitkan oleh alternator dialirkan dari diode holder pada
posisi positif sehingga terisolasi dari end frame. Selama proses penyearah, diode
menjadi panas sehingga diode holder bekerja meradiasikan panas ini dan
22
mencegah diode menjadi terlalu panas. Pada model yang lama bagian diode
positif (+) mempunyai rumah yang lebih besar dari bagian negative (-). Selain
perbedaan tersebut ada lagi perbedaannya yaitu strip merah pada diode positif dan
strip hitam pada diode negatif.
Gambar 17. Konstruksi Silicon Diode
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
f. Frame
Mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pendukung rotor dan sebagai
pemegang dengan mesin, kedua frame mempunyai beberapa saluran udara untuk
meningkatkan kemampuan pendinginan.
23
Gambar 18. Konstruksi Frame
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
g. Konstruksi Regulator
Tegangan listrik yang dihasilkan dari alternator tidak selalu konstan atau
sama hasilnya. Karena hasil listrik dari alternator tergantung dari kecepatan
putaran motor, makin cepat putaran motornya, makin besar pula listrik yang
dihasilkan demikian pula sebaliknya makin rendah putaran motor, maka makin
rendah pula listrik yang dihasilkan.
Rotor berfungsi sebagai magnet. Adapun magnet yang dihasilkan adalah
magnet listrik, maka dengan menambah atau mengurangi arus listrik yang masuk
ke rotor coil akan mempengaruhi daya magnet tersebut sehingga hasil pada stator
coil pun akan terpengaruh. Jadi hasil alternator salah satunya sangat dipengaruhi
oleh adanya arus listrik yang masuk ke rotor coil.
24
Gambar 19. Konstruksi Regulator
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)
Fungsi regulator adalah mengatur besar kecilnya arus yang masuk ke
dalam rotor, sehingga arus yang dihasilkan dari stator coil akan tetap konstan atau
sama menurut harga yang telah ditentukan walaupun putaran mesin berubah -
ubah. Selain daripada itu regulator juga berfungsi untuk mematikan lampu tanda
pengisian, lampu tanda pengisian akan secara otomatis mati apabila alternator
sudah menghasilkan arus listrik. Regulator terdiri dari titik-titik kontak, kumparan
magnet (coil magnet) dan tahanan (resistor).
h. Aplikasi dalam Sistem Pengisian (charging system)
Sirkuit atau rangkaian dari system pengisian yang menggunakan
regulator dua titik kontak seperti yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
Kebutuhan tenaga yang menghasilkan medan magnet (magnetic flux) pada rotor
Altenator disuplai dari terminal F, arus ini diatur dalam arti ditambah atau
dikurangi oleh regulator sesuai dengan tegangan terminal B dan dipakai untuk
25
mensuplai kembali beban-beban yang terjadi pada lampu besar (head light),
wiper, radio dan lain-lain dalam penambahan untuk kembali mengisi baterai.
Lampu pengisian akan menyala bila alternator tidak mengirimkan jumlah arus
listrik yang normal. Hal tersebut terjadi bila tegangan dari terminal N alternator
kurang dari jumlah yang ditentukan.
Seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini, apabila sekering terminal
IG putus, arus listrik tidak akan mengalir ke rotor dan akibatnya alternator tidak
dapat membangkitkan arus listrik. Walaupun sekering charge (CHG) putus
alternator akan tetap berfungsi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan bantuan
sirkuit pengisian.
Gambar 20. Rangkaian Sistem Pengisian
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional
a. Kunci Kontak ON, Mesin Mati.
Bila kunci kontak dihidupkan (ON), maka arus field dari baterai akan
mengalir ke rotor dan membangkitkan rotor coil. Pada saat itu juga arus dari
26
baterai akan mengalir ke lampu indikator dan lampu menyala. Secara keseluruhan
mengalirnya arus listrik sebagai berikut:
Gambar 21. Cara Kerja Intern Pengisian Pada Posisi Mesin Mati
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
1). Arus yang ke field coil.
Terminal (+) baterai → fusible link → kunci kontak → (IG switch) →
fuse terminal IG regulator → point PL 1 → point PL o → terminal F regulator →
terminal F alternator → brush → slip ring → rotor coil → slip ring → brush →
terminal E alternator → massa body.
Akibatnya rotor terbangkitkan dan timbul kemagnetan yang selanjutnya
arus tersebut disebut arus medan (field current).
2). Arus ke lampu indicator
27
Terminal (+) baterai → fusible link → kunci kontak IG (IG switch) →
fuse → lampu CHG → terminal L regulator → titik kontak Po→ titik kontak P1 →
terminal E regulator → massa body.
Akibatnya lampu indicator (lampu CHG) menyala.
b. Mesin Dari Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang.
Sesudah mesin hidup dan rotor pada alternator berputar, tegangan /
voltage dibangkitkan dalam stator coil, dan tegangan netral dipergunakan untuk
voltage relay, karena itu lampu charge jadi mati. Pada waktu yang sama tegangan
yang di keluarkan beraksi pada voltage regulator. Arus medan (field current)
yang ke rotor dikontrol dan disesuaikan dengan tegangan yang dikeluarkan
terminal B yang beraksi pada Voltage regulator. Demikianlah salah satu arus
medan akan lewat menembus atau tidak menembus resistor R, tergantung pada
keadaan titik kontak PO.
Bila gerakan PO dari voltage relay, membuat hubungan dengan titik
kontak P2, maka pada sirkuit sesudah dan sebelum lampu pengisian (charge)
tegangannya sama sehingga arus tidak akan mengalir ke lampu dan akhirnya
lampu mati. Untuk jelasnya aliran arus pada masing-masing peristiwa sebagai
berikut:
a. Tegangan netral
Terminal N alternator → terminal N regulator → magnet coil dari
voltage relay → terminal E regulator → massa body.
28
Akibatnya pada magnet coil dari voltage relay akan terjadi kemagnetan
dan dapat menarik titik kontak Po dan P1 dan selanjutnya Po akan bersatu dengan
P2 dengan demikian lampu pengisian (charge) jadi mati.
Gambar 22. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Rendah
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
b. Tegangan yang keluar (output voltage)
Terminal B alternator → terminal B regulator → titik kontak P2 → titik
kontak Po → magnet coil dari voltage regulator → terminal E regulator → massa
body.
Akibatnya pada coil voltage regulator timbul kemagnetan yang dapat
mempengaruhi posisi dari titik kontak (point) PLo akan tertarik pada PL1 sehingga
pada kecepatan sedang PLo akan mengambang (seperti pada gambar rangkaian).
c. Arus yang ke field (field current)
29
Terminal B alternator → IG switch → fuse → terminal IG regulator →
point PL1 → point PL2 → resistor R → terminal F regulator → terminal F
alternator → rotor coil → terminal E alternator → massa body.
Dalam hal ini jumlah arus / tegangan yang masuk ke rotor coil biasanya
melalui dua saluran.
1. Bila kemagnetan di voltage regulator besar dan mampu menarik PLo dari PL1
maka arus yang mengalir ke rotor coil akan melalui resistor R. Akibatnya arus
akan kecil dan kemagnetan yang ditimbulkan rotor coil pun kecil (berkurang).
2. Sedangkan jika pada saat voltage regulator lemah dan PLo tidak tertarik pada
PL1 maka arus yang ke rotor coil akan tetap melalui poin PL1 ke PLo.
Akibatnya arus tidak melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil akan
normal kembali.
d. Output current
Terminal B alternator → baterai dan beban → massa body
c. Mesin dari Kecepatan Sedang ke Kecepatan Tinggi
Bila putaran mesin bertambah, voltage yang dihasilkan oleh kumparan
stator menjadi naik, dan gaya tarik dari kemagnetan kumparan voltage regulator
menjadi lebih kuat.
Dengan gaya tarik yang lebih kuat, field current yang ke rotor akan
mengalir terputus-putus (intermittently), akan tetapi selama mesin berputar tinggi
arus dapat mengalir ke rotor coil. Dengan kata lain, gerakan titik kontak PLo dari
voltage regulator kadang-kadang membuat hubungan dengan titik kontak PL2.
30
Bila gerakan titik kontak PLo pada regulator berhubungan dengan titik
kontak PL2, field coil akan dibatasi. Bagaimana pun juga, point Po dari voltage
relay tidak akan terpisah dari point P2, sebab tegangan neutral terpelihara dalam
sisa flux dari rotor. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
a. Voltage Neutral (tegangan netral)
Terminal N alternator → terminal N regulator → magnet coil dari
voltage relay → terminal E regulator → massa body.
Arus ini sering disebut juga neutral voltage
b. Output voltage
Terminal B alternator → terminal B regulator → point P2 → point Po →
magnet coil dari N regulator → terminal E regulator.
Ini yang disebut dengan output voltage.
Gambar 23. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Tinggi
(PT. Toyota Astra Motor Fundamental of Electricity Step 2)
31
c. Tidak ada arus ke Field Current
Terminal B alternator → IG (switch) → fuse → terminal IG regulator →
resistor R → terminal F regulator → terminal F alternator → rotor coil → point
PLo → ground (no. F.C) → terminal E alternator → massa (F current).
Bila arus resistor R → mengalir terminal F regulator → rotor coil →
massa, akibatnya arus yang ke rotor ada, tetapi jika PLo menempel PL 2 → maka
arus mengalir ke massa sehingga yang ke rotor coil tidak ada.
d. Output Current
Terminal B alternator baterai / load masa.
3. Type IC Regulator
a. Konstruksi
Konstruksi pada alternator type IC Regulator hampir sama dengan yang
ada pada type konvensional, yang membedakan keduanya adalah hanya pada
penggunaan IC Regulatornya saja dimana dengan penggunaan IC Regulator maka
konstruksi alternator menjadi lebih praktis dan lebih baik dibanding dengan type
konvensional.
32
Gambar 24. Gambar Alternator Type IC Regulator
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Disini akan ditambahkan beberapa komponen yang ada pada Alternator
dengan type IC Regulator dimana di dalam type konvensional tidak ada.
Komponen tersebut adalah:
3. IC Regulator
IC Regulator mempunyai fungsi membatasi tegangan yang dikeluarkan
alternator dengan mengatur arus field yang mengalir pada rotor coil. Perbedaan
antara keduanya adalah pemutusan arus, sedangkan pada regulator type poin
pemutusan arus oleh relay. IC (Integrited Circuit) adalah sirkuit yang dikecilkan
yang terdiri dari bagian-bagian listrik dan elektronik kecil (transistor, dioda,
resistor, kapasitor, dan lain-lain).
33
Gambar 25. Terminal IC Regulator
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Gambar 26. Skema Dasar IC Regulator
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Lihat gambar 26 di atas, dalam sirkuit diagram IC regulator pada saat
tegangan output terminal B rendah tegangan baterai mengalir ke Tr1 melalui
resistor R1 dan Tr1 ON pada saat itu arus field ke rotor coil mengalir dari B →
rotor coil → F → Tr1 → E.
R2 R1
34
Putaran rendah : B → R1 → B Tr1 → E Tr1 → massa. Mengakibatkan
Tr1 ON. Stator → Rotor Coil → F → C Tr1 → Massa.
Putaran tinggi : B→ R1 → DZ → B Tr2 → E Tr2 → Massa.
Mengakibatkan Tr2 ON. Stator Coil → B → R1 → C Tr2 → E Tr2 → Massa.
Mengakibatkan Tr1 OFF.
Pada saat tegangan output pada terminal B tinggi, tegangan yang lebih
tinggi itu dialirkan ke dioda zener (ZD) dan bila tegangan (ZD) menjadi
penghantar akibatnya Tr2 ON dan Tr1 OFF.
Alternator pada gambar tersebut adalah compact alternator dengan netral
point dioda. Pada alternator, IC regulator yang mengatur arus perangsang
(exceting current). IC berfungsi sebagai detektor rotor coil open circuit dan untuk
lampu peringatan pengisian.
Gambar 27. Cara Kerja IC Regulator
(PT. Toyota Astra Fundamentals of Electricity Step 2)
4. Cara Kerja Sistem Pengisian IC Regulator
1. Kunci kontak ON, mesin mati
35
Bila kunci kontak ON, maka tegangan baterai mengalir ke terminal IC
Regulator. Tegangan akan dideteksi oleh MIC dan Tr1 ON, arus perangsang
mengalir ke rotor coil melalui baterai dan terminal B. Lihat gambar dibawah ini:
Gambar 28. Skema Arus Pada Posisi Kunci Kontak ON Mesin Mati
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Untuk mengurangi pengeluaran arus baterai pada saat kunci kontak ON
seperti ini, MIC mempertahankan arus perangsang pada harga yang kecil (0,2 A)
dengan ON – OFF pada Tr1 dengan cara terputus-putus. Tegangan terminal P
adalah 0 dan ini dideteksi oleh MIC dan mengakibatkan Tr2 OFF, Tr3 ON
sehingga lampu peringatan pengisian menyala.
2. Pembangkitan arus oleh alternator (tegangan dibawah standar)
36
Gambar 29. Skema Pembangkit Arus Oleh Altenator
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
Bila alternator mulai membangkitkan arus, maka tegangan terminal P
naik MIC merubah Tr1 dan ON – OFF putus-putus menjadi terus ON ini
menyebabkan baterai mengalirkan arus perangsang yang cukup ke rotor coil.
Pada saat tegangan terminal P naik, MIC membuat Tr3 OFF dan Tr2 ON
dan lampu peringatan pengisian mati. Jalannya rotor coil berputar → stator coil
menghasilkan arus → B alternator mengisi baterai. Arus N alternator → N relay
→ kumparan positif, maka lampu mati karena tidak dapat massa. Kontak poin
semula F → IG berpindah F → B. Dioda zener tidak menjadi penghantar bila
output alternator dibawah tegangan regulator. Demikian arus yang mengalir ke Tr1
terputus oleh zener dioda.
3. Pembangkitan arus oleh alternator (mencapai tegangan standar)
37
Pengisian tetap tidak menyala bila Tr1 ON dan tegangan terminal S
mencapai harga standar, kondisi seperti ini dideteksi oleh MIC dan Tr1 OFF.
Apabila tegangan terminal S turun di bawah standar maka MIC mendeteksi
penurunan ini dan Tr1 ON lagi.
Pengulangan proses ini terminal S akan terus pada harga standar
tegangan terminal P tinggi MIC mempetahankan Tr3.
Gambar 30. Skema Pembangkit Arus Oleh Altenator
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
4. Terbuka pada sirkuit regulator sensor (Terminal S)
Bila sirkuit regulator sensor terbuka pada saat alternator berputar (tidak ada input
dari terminal S) yang dideteksi oleh MIC Tr1 ON dan OFF untuk
mempertahankan tegangan terminal B antara 13,3 V dan 16,3 V. Bila MIC
38
mendeteksi (tidak ada input dari terminal S) Tr2 OFF dan Tr3 ON menyebabkan
lampu peringatan menyala.
Gambar 31. Terbukanya Sirkuit Regulator Sensor
(PT.Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
5. Terbuka pada terminal B alternator
Pengisian baterai yang tidak dapat berlangsung sehingga MIC
mempertahankan tegangan terminal B 20 V dengan basis tegangan terminal P
membuat Tr1 ON dan Tr2 OFF. Bila pengisian baterai tidak terus berlangsung
maka tegangan baterai tentu akan menurun, Tegangan baterai turun dibawah 13V,
ini dideteksi oleh MIC selanjutnya Tr2 OFF dan Tr3 ON dan menyebabkan lampu
peringatan menyala.
39
Gambar 32. Terbuka Pada Sirkuit B Altenator
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
6. Terbukanya sirkuit rotor coil
Bila rotor coil terbuka pengisian baterai berhenti dikarenakan
pembangkitan listrik berhenti dan tegangan output terminal P menjadi nol. Bila
kondisi ini tidak ada pembangkitan listrik tegangan terminal P nol, kondisi ini
dideteksi oleh MIC dan Tr2 OFF sedangkan Tr3 ON lampu peringatan menyala.
40
Gambar 33. Terbukanya Pada Sirkuit Rotor Coil
(PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)
5. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing type altenator
Keuntungan yang dimiliki alternator dengan type IC Regulator :
a. Tidak memerlukan penyetelan karena sudah secara otomatis sistem
pengaturan tegangan dilakukan oleh komponen IC Regulator.
b. Dapat mengalirkan arus medan yang lebih besar dibandingkan altenator
dengan regulator type kontak poin.
c. Pemakaian IC Regulator dalam sistem pengaturan tegangan akan membuat
tegangan lebih stabil, daripada menggunakan regulator type kontak poin.
d. Konstruksinya lebih ringkas karena IC Regulator tidak memerlukan
banyak tempat dan cukup hanya dengan diletakkan pada ruang Altenator.
41
Kerugian yang dimiliki alternator dengan type IC Regulator :
a. Mudah terpengaruh oleh tegangan dan suhu yang tidak wajar karena
komponen IC Regulator terdiri dari komponen elektronik yang
kebanyakan rentan terhadap pengaruh suhu dan tegangan yang tidak wajar.
Keuntungan yang dimiliki alternator dengan type konvensional :
a. Harganya lebih murah dibandingkan dengan type IC Regulator karena
bahan dan komponen yang dipakai dalam pembuatannya tidak sebanyak
dan sebaik type IC Regulator.
b. Perawatannya lebih mudah karena komponen yang dipakai masih dapat
dibongkar dan diperbaiki sendiri.
c. Konstuksinya tidak terlalu rumit pada regulatornya sehingga dalam
perawatan, perbaikan dan penyetelannya lebih mudah.
Kerugian yang dimiliki altenator type konvensional :
a. Memerlukan penyetelan dalam pengaturan tegangan karena dalam
Altenator type konvesional masih memakai Regulator type kontak point.
b. Dari segi konstruksi kurang praktis karena memerlukan banyak tempat
untuk meletakkan regulatornya.
42
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil bahasan yang telah diuraikan dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
1. Sistem pengisian berfungsi mengembalikan tegangan baterai agar selalu terisi
penuh setelah digunakan pada sistem – sistem kelistrikan pada mobil.
2. Dalam Altenator type konvensional dan IC Regulator perbedaannya adalah
bentuk pengatur tegangannya yaitu regulatornya.
3. Altenator berfungsi untuk merubah energi mekanik yang didapatkan dari
mesin menjadi tenaga listrik.
4. Bagian utama dari sebuah altenator adalah sebuah rotor yang membangkitkan
elektromagnetik, stator yang membangkitkan arus listrik dan dioda yang
menyearahkan arus listrik.
B. Saran
Dengan memahami fungsi dan prinsip kerja sistem pengisian maka
untuk dapat memperpanjang umur sistem pengisian pada kendaraan disarankan :
1. Lakukanlah pemeriksaan pada sistem pengisian secara berkala untuk jangka
waktu 3 bulan atau setelah kendaraan menempuh jarak tertentu.
2. Analisis dahulu pada sistem pengisian sebelum melakukan perbaikan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Toyota Astra Motor, 1996, New Step 1 Training Manual. Jakarta : PT Toyota
Astra Motor
Toyota Training Manual Step 2, 1994, Fundamentals Of Electricity, Jakarta : PT.
Toyota Astra Motor
Toyota Astra Motor, 1995, Step 2 Engine Group. Jakarta : PT. Toyota Astra
Motor
Nippon Denso. Altenator dan Sistem Pengisian : Buku Pedoman Siswa
Daryanto 1999, Reparasi Sistem Kelistrikan Mobil : PT. Bumi Aksara.