OPTIMALISASI FORMULASI PAKAN TERNAK TERHADAP...

15
1 OPTIMALISASI FORMULASI PAKAN TERNAK TERHADAP AYAM PEDAGING DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING Romada Andi Nugraha, 30407758 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Indusri, Universitas Gunadarma, Jakarta Pembimbing I: Ir. Farry Firman Hidayat, MSIE. Pembimbing II: Ina Siti Hasanah, ST., MT. Abstract Breeding of broiler chicken and determination of feed (ransum) is required based on amount of chicken prepared for seeding to harvest the chicken. The limitations of resources in meeting the needs of ransum to be very important to be optimized to increase revenue. By using linear programming methods in the utilization of livestock ransum. Breeders tried to minimize the cost incurred for the purchase of ration CP 510 with ransum own making without reduce the nutrients needed for growth of boiler chickens. The study was conducted on raw material requirement starter ransum in the stable phase of boiler chickens Komar. Based on the data processing performed by software WinQSB for the calculation of linear programming with variable raw material in the form of yellow maize, rice bran, soybean meal, coconut cake, meat and bone meal, wheat bran, peanut meal, and flour katuk leaves. Based on proximate analysis as a reference preparation of ransum (dry matter, crude protein, ash, crude fiber, fat, BETN, calcium, phosphorus, and energy metabolism) obtained a minimum fee of Rp. 2.763.000,- by not including soybean meal, coconut cake, wheat bran, and wheat leaf katuk. While the composition of the feed ransum CP 510, feed ingredient costs incurred amounting to Rp. 4.290.000, -. Thus occurred the feed material cost savings of Rp. 1,527,000, - Keywords: Chicken Broiler, Linear programming, cost minimization, Nutrition, Ransum Abstrtaksi Pemeliharaan ayam broiler dan penentuan pakan (ransum) yang dibutuhkan berdasarkan jumlah ayam yang dipersiapkan untuk pembibitan hingga panen ayam. Keterbatasan sumber daya dalam memenuhi kebutuhan ransum menjadi sangat penting untuk dioptimalkan untuk meningkatkan pendapatan. Dengan menggunakan metode pemrograman linier dalam pemanfaatan ransum ternak. Peternak berusaha untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ransum CP 510 dengan membuat ransum sendiri tanpa mengurangi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam boiler. Penelitian ini dilakukan pada kebutuhan bahan baku ransum ayam boiler fase starter kandang Komar. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software WinQSB untuk perhitungan linear programming dengan variabel bahan baku berupa jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, dedak gandum, bungkil kacang tanah, dan tepung daun katuk. Berdasarkan analisis proksimat sebagai acuan penyusunan ransum (bahan kering, protein kasar, abu, serat kasar, lemak, BETN, kalsium, fosfor, dan metabolisme energi) diperoleh biaya minimum sebesar Rp. 2.763.000, - dengan tidak menyertakan bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak gandum, dan gandum daun katuk. . Sedangkan dari komposisi ransum pakan CP 510, biaya bahan pakan yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.290.000, -. Dengan demikian terjadi penghematan biaya bahan pakan sebesar Rp. 1.527.000, - Kata Kunci: Ayam Ayam Boiler, Linear programming, Minimasi biaya, Nutrisi, Ransum PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan ternak (ransum) menempati posisi penting pada usaha peternakan. Dalam sudut pandang ekonomi, biaya untuk pembelian ransum ternak merupakan biaya tertinggi dalam usaha peternakan, sehingga biaya tersebut harus ditekan serendah mungkin untuk memaksimalkan pendapatan. Tingginya pertumbuhan industri ternak juga akan meningkatkan kebutuhan ransum ternak di Indonesia. Para pelaku usaha peternakan membutuhkan teknik pemberian bahan ransum yang efesien untuk menyiasati tingginya biaya dalam membeli bahan ransum. Ternak memerlukan nutrisi (karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain) untuk menunjang

Transcript of OPTIMALISASI FORMULASI PAKAN TERNAK TERHADAP...

1

OPTIMALISASI FORMULASI PAKAN TERNAK TERHADAP AYAM

PEDAGING DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING

Romada Andi Nugraha, 30407758

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Indusri, Universitas Gunadarma, Jakarta

Pembimbing I: Ir. Farry Firman Hidayat, MSIE.

Pembimbing II: Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Abstract

Breeding of broiler chicken and determination of feed (ransum) is required based on amount of

chicken prepared for seeding to harvest the chicken. The limitations of resources in meeting the needs of

ransum to be very important to be optimized to increase revenue. By using linear programming methods in

the utilization of livestock ransum. Breeders tried to minimize the cost incurred for the purchase of ration CP

510 with ransum own making without reduce the nutrients needed for growth of boiler chickens.

The study was conducted on raw material requirement starter ransum in the stable phase of boiler

chickens Komar. Based on the data processing performed by software WinQSB for the calculation of linear

programming with variable raw material in the form of yellow maize, rice bran, soybean meal, coconut cake,

meat and bone meal, wheat bran, peanut meal, and flour katuk leaves. Based on proximate analysis as a

reference preparation of ransum (dry matter, crude protein, ash, crude fiber, fat, BETN, calcium,

phosphorus, and energy metabolism) obtained a minimum fee of Rp. 2.763.000,- by not including soybean

meal, coconut cake, wheat bran, and wheat leaf katuk. While the composition of the feed ransum CP 510,

feed ingredient costs incurred amounting to Rp. 4.290.000, -. Thus occurred the feed material cost savings of

Rp. 1,527,000, -

Keywords: Chicken Broiler, Linear programming, cost minimization, Nutrition, Ransum

Abstrtaksi

Pemeliharaan ayam broiler dan penentuan pakan (ransum) yang dibutuhkan berdasarkan jumlah

ayam yang dipersiapkan untuk pembibitan hingga panen ayam. Keterbatasan sumber daya dalam memenuhi

kebutuhan ransum menjadi sangat penting untuk dioptimalkan untuk meningkatkan pendapatan. Dengan

menggunakan metode pemrograman linier dalam pemanfaatan ransum ternak. Peternak berusaha untuk

meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ransum CP 510 dengan membuat ransum sendiri

tanpa mengurangi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam boiler.

Penelitian ini dilakukan pada kebutuhan bahan baku ransum ayam boiler fase starter kandang

Komar. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software WinQSB untuk

perhitungan linear programming dengan variabel bahan baku berupa jagung kuning, dedak padi, bungkil

kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, dedak gandum, bungkil kacang tanah, dan tepung daun

katuk. Berdasarkan analisis proksimat sebagai acuan penyusunan ransum (bahan kering, protein kasar, abu,

serat kasar, lemak, BETN, kalsium, fosfor, dan metabolisme energi) diperoleh biaya minimum sebesar Rp.

2.763.000, - dengan tidak menyertakan bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak gandum, dan gandum daun

katuk. . Sedangkan dari komposisi ransum pakan CP 510, biaya bahan pakan yang dikeluarkan sebesar Rp.

4.290.000, -. Dengan demikian terjadi penghematan biaya bahan pakan sebesar Rp. 1.527.000, -

Kata Kunci: Ayam Ayam Boiler, Linear programming, Minimasi biaya, Nutrisi, Ransum

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan ternak (ransum) menempati

posisi penting pada usaha peternakan.

Dalam sudut pandang ekonomi, biaya

untuk pembelian ransum ternak

merupakan biaya tertinggi dalam usaha

peternakan, sehingga biaya tersebut harus

ditekan serendah mungkin untuk

memaksimalkan pendapatan. Tingginya

pertumbuhan industri ternak juga akan

meningkatkan kebutuhan ransum ternak

di Indonesia. Para pelaku usaha

peternakan membutuhkan teknik

pemberian bahan ransum yang efesien

untuk menyiasati tingginya biaya dalam

membeli bahan ransum. Ternak

memerlukan nutrisi (karbohidrat, lemak,

protein, dan lain-lain) untuk menunjang

2

hidupnya dan meningkatkan produk yang

dihasilkan, seperti daging, susu, maupun

telur. Kebutuhan nutrisi itu dipenuhi dari

berbagai jenis bahan ransum (jagung,

dedak padi, bungkil kedelai, dan lain-

lain) yang dicampurkan menjadi satu

dalam komposisi yang tepat.

CV. Cibinong Unggas Farm

merupakan pelaku usaha peternakan

ayam potong (broiler). Usaha peternakan

ayam broiler dilakukan sejak tahun 2008.

Dalam pemeliharaan ayam broiler,

penentuan ransum ternak yang

dibutuhkan berdasarkan jumlah ayam

yang disiapkan untuk pembibitan hingga

panen ayam tersebut. Perencanaan

kebutuhan ransum ternak yang digunakan

oleh pelaku usaha saat ini yaitu dengan

analisis perkiraan kebutuhan ransum

ternak. Cara ini membuat peternak tidak

dapat mengoptimalkan pendapatannya.

Pemberian ransum ternak yang

efisien dan efektif mampu meningkatkan

pendapatan pelaku usaha peternakan

dengan menggunakan metode linear

programming untuk pemberian ransum

ternak. Metode Linear programming

merupakan suatu model umum yang

dapat digunakan dalam pemecahan

masalah pengalokasian sumber-sumber

terbatas secara optimal. Dalam

memecahkan masalah linear

programming menggunakan model

matematis untuk menjelaskan persoalan

yang dihadapi. Dengan menggunakan

metode linear programming diharapkan

memperoleh hasil yang optimum dari

perencanaan aktivitas, yaitu suatu hasil

yang terbaik diantara seluruh alternatif

yang terwujud.

Permasalahan

Ransum merupakan campuran

dari beberapa bahan ransum yang

mengandung beberapa nutrient dengan

cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan

zat gizi unggas yang mengkomsumsinya.

Kualitas bahan ransum yang baik harus

ada keseimbangan antara protein, energi,

vitamin, mineral, dan air. Keterbatasan

yang dimiliki pelaku usaha peternakan

terhadap sumber daya yang dimiliki

dalam memenuhi kebutuhan ransum

menjadi sangat penting untuk

dioptimalkan dengan menggunakan

metode linear programming dalam

pemanfaatan ransum ternak. Metode ini

berguna untuk menentukan pemberian

ransum ternak kepada ayam broiler

secara optimal.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu

mengidentifikasi kebutuhan ransum

ternak ayam broiler pada CV. Cibinong

Unggas Farm. Kemudian dengan

mengggunakan metode linear

programming untuk memformulasikan

kebutuhan ransum yang optimal

diperoleh biaya yang paling ekonomis

dalam pemberian ransum untuk ayam

boiler sehingga dapat menyiasati

tingginya biaya dalam membeli bahan

ransum ternak untuk ayam boiler.

Pembatasan Masalah

Penelitian dilakukan di kandang

KOMAR milik CV. Cibinong Unggas

Farm yang menjadi pelaku usaha

peternakan ayam boiler di wilayah

kabupaten Bogor yang terletak di Rawa

Bago RT 03/09 No.9 Desa Pasir Mukti

Kecamatan Citereup. Agar permasalahan

sesuai tujuan dilakukan pembatasan

masalah yang meliputi:

1. Analisis terhadap pemberian ransum

ternak dilakukan dengan

menggunakan metode linear

programming untuk pengambilan

keputusan yang tepat dalam

mengoptimalkan (minimasi biaya)

pemberian ransum ternak dengan

menyesuaikan kapasitas yang telah

ditentukan.

2. Penelitian dilakukan terhadap ransum

ayam boiler fase starter (usia 0 - 7

hari) menggunakan ransum CP 510

untuk ayam boiler buatan pabrik

pakan ternak.

3

3. Data yang digunakan dalam

penyusunan ransum berupa

kandungan nutrisi bahan pakan

(proksimat) mencangkup kadar air,

kadar abu, protein kasar, serat kasar,

lemak total, bahan ekstrak tanpa

nitrogen (BETN), dan metabolisme

energi (ME).

4. Data yang digunakan dalam

penelitian merupakan data

pengamatan secara langsung yang

dilakukan pada bulan juli 2011 pada

lokasi kandang di desa pasir mukti

dengan populasi ayam ± 4500 ekor.

5. Pengolahan data untuk formulasikan

permasalahan linear programming

dilakukan dengan menggunakan

software WinQSB.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Ayam Boiler

Istilah “ayam broiler” merupakan

sebutan pada ayam potong yang

menghasilkan daging dalam jumlah

banyak. Ayam boiler sepanjang hidupnya

memiliki masa hidup cukup singkat,

pertumbuhannnya tergantung pada

makanan. Bila makanan yang diberikan

baik (kualitas maupun kuantitas) maka

akan menghasilkan hasil yang baik.

Perlakuan peternak dalam cara

memelihara ayam dan pemberian pakan

(ransum) akan mencerminkan hasil akhir

pada ayam boiler. (Amrullah, 2004).

Pertumbuhan ayam boiler hingga

ukuran tertentu sejalan dengan jumlah

ransum yang dikomsumsinya. Ayam

broiler merupakan ayam pedaging yang

mengalami pertumbuhan pesat pada umur

1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan

bahwa ayam broiler yang berumur 6

minggu sudah sama besarnya dengan

ayam kampung dewasa yang dipelihara

selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler

tersebut didukung oleh sifat genetik dan

keadaan lingkungan yang meliputi

makanan, temperatur lingkungan, dan

pemeliharaan. Pada umumnya di

Indonasia ayam broiler sudah dipasarkan

pada umur 5- 6 minggu dengan berat 1,3

– 1,6 kg walaupun laju pertumbuhannya

belum maksimum, karena ayam broiler

yang sudah berat sulit dijual.

Ayam boiler menghasilkan daging

dengan jumlah banyak. Bagian-bagian

tubuh ayam boiler tidak sama rasanya

satu dengan lain. Bagian punggung

memiliki lebih banyak tulang. Bagian

betis lebih keras karena lebih berotot.

Sebaliknya, bagian dada lebih lunak dan

sedikit mengandung lemak. Daging ayam

boiler yang dihasilkan ukurannya

tergantung pada umur ayam saat

dipasarkan dan jumlah makanan yang

diberikan kepada ayam boiler. Karkas

yang dipasarkan sekarang dijual dalam

bentuk utuh maupun dalam bentuk

potongan-potongan komersial. Karkas

yang berukuran 0,8 – 1,0 kg umumnya

dipasarkan utuh, sedangkan karkas

berukuran lebih dari 1 kg lebih suka

didapat dalam bentuk irisan komersial.

Pengelolaan dalam memelihara

ayam pedaging (boiler) memerlukan cara

yang baik dan benar. Kesalahan dalam

merawat ternak berakibat pada

pertumbuhan. Fase pertumbuhan ayam

pedaging (boiler) dibagi kedalam tiga

tahap (fase) yaitu (Jahja, 2000):

1. Fase Starter

Merupakan fase awal mulai dari DOC

(day old chick). Pada fase ini ayam

masih peka sekali dan pemeliharaan

dilakukan secara khusus dan intensif.

2. Fase Grower

Tahapan pertumbuhan pada fase

grower pada prinsipnya sama dengan

masa starter. Perbedaannya adalah

tidak diperlukannya pemanas dan

penerangan seperti masa starter, serta

kadar protein dalam ransum dibatasi.

3. Fase Finisher

Pertumbuhan pada masa finisher

merupakan tahapan dimana ayam siap

dipotong. Makanan yang diberikan pada

masa ini berbentuk butiran pecahan

berukuran besar dibandingkan fase

starter.

4

Ransum Ayam

Ransum merupakan pakan jadi

yang siap diberikan pada ternak yang

disusun dari berbagai jenis bahan pakan

yang sudah dihitung (dikalkulasi)

sebelumnya berdasarkan kebutuhan

nutrisi dan energi yang diperlukan.

Berdasarkan bentuknya, ransum dibagi

menjadi tiga jenis yaitu mash, pelet, dan

crumble (Alamsyah, 2005).

1. Ransum bentuk mash, adalah bentuk

ransum paling sederhana yang

merupakan campuran serbuk (tepung)

dan granula berbagai jenis bahan

baku pakan.

2. Ransum bentuk pelet, adalah bentuk

ransum yang berasal dari berbagai

bahan pakan dengan perbandingan

komposisi yang diolah dengan

menggunakan mesin pelet (pelletizer)

dengan tujuan mengurangi loss nutrisi

dan dalam bentuk utuh.

3. Ransum bentuk crumble, adalah

ransum bentuk pelet yang pecah

menjadi 2 atau 3 bagian dengan

tujuan agar bisa dimakan oleh ternak.

Kebutuhan nutrisi ayam pedaging

membutuhkan unsur-unsur protein,

energi, vitamin, mineral, air, dan unsur

lainnya. Semua unsur gizi itu saling

terkait satu sama lain dan saling

mempengaruhi. Kebutuhan unsur gizi ada

batasnya. Batas ini berkisar pada nilai

minimum dan maksimum, bila

melampaui batas akan terjadi kelainan

pada anak ayam.

Bahan baku pakan merupakan

unsur penting (esensial) untuk

diperhatikan dalam penyusunan formulasi

ransum karena hasilnya akan sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan.

Ransum yang dibuat harus terkomposisi

atau terbuat dari bahan yang mempunyai

kandungan nutrisi yang lengkap.

Kandungan nutrisi itu meliputi protein,

lemak, serat kasar, mineral, energi yang

diperlukan dan lainnya. Penggunaan

bahan pakan atau komposisinya

dilakukan sedemikian rupa guna

memperoleh hasil yang maksimal seperti:

1. Laju pertumbuhan karkas.

2. Laju produksi telur.

3. Ketahanan terhadap penyakit.

4. Ketahanan terhadap kondisi

lingkungan.

5. Palatabilitas, dan

6. Tingkat kecernaan yang baik.

Pengolahan bahan pakan dalam

jumlah cukup besar, perlu diperhatikan

informasi tentang keberadaan bahan baku

yang digunakan. Bahan baku pakan yang

digunakan hendaknya memenuhi

beberapa persyaratan berupa:

1. Mengandung nilai nutrisi tinggi.

2. Mudah diperoleh.

3. Mudah diolah.

4. Tidak mengandung racun (anti

nutrisi).

5. Harga murah dan terjangkau.

6. Diusahakan bukan bahan makanan

pokok manusia, dan

7. Butirannya halus atau bisa

dihaluskan.

Linear Programming Linear programming merupakan

teknik riset operasi yang digunakan

dalam berbagai jenis masalah manajemen

diantaranya keputusan manajemen dalam

penggunaan sumber daya yang dimiliki

menjadi lebih efektif. Penggunaan linear

programming bertujuan untuk membantu

manajemen dalam merencanakan dan

pengambilan keputusan tentang

pengalokasian yang optimal. Masalah

linear programming memiliki

karakteristik diantaranya (Taha, 1997):

1. Certainty (kepastian).

2. Proportionality (proporsionalitas).

3. Additivity (penambahan).

4. Divisibility (bisa dibagi-bagi).

5. Non-negative variable (variabel tidak

negatif).

Menurut Siswanto (2007), model

merupakan tiruan terhadap realitas.

Langkah untuk membuat peralihan dari

realita ke model kuantitatif. Pemahaman

terhadap unsur-unsur model akan sangat

membantu untuk mengatasi kesulitan

5

perumusan model matematis. Unsur

utama linear programming diantaranya:

1. Variabel Keputusan

Variabel keputusan adalah persoalan

yang akan mempengaruhi nilai tujuan

yang hendak dicapai. Dalam proses

pemodelan, penemuan variabel

keputusan tersebut harus dilakukan

terlebih dahulu sebelum merumuskan

fungsi tujuan dan kendala-

kendalanya.

2. Fungsi Tujuan

Dalam linear programming tujuan

yang hendak dicapai harus

diwujudkan kedalam sebuah fungsi

matematika linear. Selanjutnya,

fungsi itu dimaksimumkan atau

diminimumkan terhadap kendala-

kendala yang ada.

3. Fungsi Kendala

Kendala diumpamakan suatu

pembatas terhadap kumpulan

keputusan yang mungkin dibuat dan

harus dituangkan kedalam fungsi

matematika linear. Ada tiga macam

kendala yaitu:

a. Kendala berupa pembatas.

b. Kendala berupa syarat.

c. Kendala berupa keharusan.

Agar memudahkan model linear

programming digunakan simbol-simbol

sebagai berikut (Subagyo, 2000):

m = macam batasan-batasan sumber

atau fasilitas yang tersedia.

n = macam kegiatan yang

menggunakan sumber atas fasilitas

tesebut.

i = nomor setiap macam sumber atau

fasilitas yang tersedia (i = 1, 2, …, m).

j = nomor setiap macam kegiatan yang

menggunakan sumber atau fasilitas

yang tersedia (j = 1, 2, …, n).

xj = tingkat kegiatan ke, j. (j = 1, 2, …,

n).

aij = banyaknya sumber i yang

diperlukan untuk menghasilkan

setiap unit keluaran (output)

kegiatan j (i = 1, 2, …, m dan j = 1,

2, …, n).

bi = banyaknya sumber (fasilitas) i yang

tersedia untuk dialokasikan kesetiap

unit kegiatan (i = 1, 2, …, n).

Z = nilai yang dioptimalkan (maksimum

atau minimum).

Cj = kenaikan nilai Z apabila ada

pertambahan tingkat kegiatan (xj)

dengan satuan (unit); atau merupakan

sumbangan setiap satuan keluaran

kegiatan j terhadap nilai Z.

Tabel Data untuk Model Linear Programming Kegiatan

Sumber

Pemakaian Sumber Per unit kegiatan (keluaran) Kapasitas

sumber 1 2 3 …….. n

1

2

3

m

a11

a21

a31

am1

a12

a22

a32

am2

a13

a23

a33

am3

……..

……..

……..

……..

……..

……..

a1n

a2n

a3n

anm

b1

b2

b3

c

bm ∆Z pertambahan

tiap unit C1 C2 C3 …….. Cn

Tingkat

Kegiatan X1 X2 X3 …….. Xn

(Sumber: Subagyo, 2000) Suatu model matematis yang digunakan

untuk mengemukakan suatu permasalahan

linear programming, yaitu:

Fungsi tujuan:

Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2 +C3X3 +

... + CnXn

Batasan-Batasan:

1). a11X1 + a12X2 + a13X3 + ... + a1nXn ≤ b1

2). a21X1 + a22X2 + a23X3 + ... + a2nXn ≤ b2

m). am1X1 + am2X2 + am3X3 + ... + amnXn ≤

bm

dan X1 ≥ 0, X2 ≥ 0, . . . . . . . Xn ≥ 0

Menurut Soekartawi (1992),

linear programming dipergunakan untuk

memecahkan masalah minimasi biaya

dan maksimasi keuntungan dalam situasi

produksi tertentu. Permasalahan linear

6

programming adalah memperhatikan

penggunaan atau alokasi yang efisien dari

sumber daya yang terbatas untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Permasalahan ini dicirikan oleh sejumlah

solusi untuk memenuhi kondisi-kondisi

dasar dalam setiap permasalahan.

Pemilihan suatu solusi yang

diutamakan meliputi pemecahan terbaik

untuk suatu permasalahan yang terikat

pada beberapa tujuan atau untuk semua

tujuan. Suatu solusi yang memuaskan

semua kondisi permasalahan dari tujuan

yang telah ditetapkan dinamakan solusi

optimum. Tercapainya pemecahan

optimum, maka keutungan maksimum

atau biaya minimum dapat diketahui

besarnya. termasuk penggunaan sumber

daya yang tersedia dapat ditentukan.

Meminimisasi biaya dalam rangka

tetap mendapatkan total penerimaan atau

total keuntungan sebesar mungkin

merupakan fungsi dari penggunaan

model minimisasi linear programming.

Dalam model linear programming yang

dimaksud dengan minimisasi adalah

meminimumkan total biaya. Artinya,

bagaimana biaya yang dipergunakan

dalam proses produksi dapat ditekan

seminimum mungkin untuk mendapatkan

produksi yang optimum. Pengolahan data

dengan model linear programming dapat

menentukan pengaruh perubahan

koefisien harga, koefisien input-output

dan faktor-faktor pembatas yang dapat

disediakan untuk bermacam-macam

tingkat pengorganisasian. Tipe usaha

peternakan memiliki rencana seperti

minimisasi biaya produksi makanan atau

meminimisasi biaya produksi ternak

sampai tingkat tertentu. Dalam kasus

seperti ini mungkin terdapat kendala yang

menggambarkan tingkat minimum dari

biaya yang dikeluarkan untuk pemberian

makanan dari ransum yang tersedia.

Permasalahan linear programming

dapat diselesaikan dengan menggunakan

software untuk persiapan yang terperinci.

Bila jumlah variabel yang dipakai

banyak, maka cara atau metode simpleks

sulit di praktekkan. Penggunaan software

memudahkan dalam menyelesaikan

metode simpleks dengan jumlah variabel

banyak secara cepat dan akurat. Linear

programming dalam formulasi ransum

atau pakan jadi merupakan cara yang

paling modern dalam pengolahan pakan.

Keuntungan yang diperoleh dengan

menggunakan software untuk

penyusunan ransum diantaranya

memberikan kesempatan untuk memilih

bahan yang tersedia. Selain itu, dengan

sistem ini akan dihasilkan suatu formulasi

pakan yang akan berpatokan pada standar

nutrisi yang diberikan (misal SNI)

dengan harga bahan baku terendah.

Keuntungan menggunakan software

linear programming, yaitu:

1. Formulasi lebih cepat dihasilkan.

2. Harga yang muncul (diprogram)

adalah harga pakan terendah.

3. Formulasi yang digunakan telah

terbukti memberikan hasil yang

memuaskan.

4. Dapat meramu berbagai macam

bahan baku.

5. Mengatur jumlah bahan baku secara

proposional dan seimbang.

6. Formulasi yang dihasilkan dapat

memberikan informasi analisis

komponen pakan lain berdasarkan

perhitungan komputer.

Analisis Sensitivitas

Menurut Siswanto (2007), analisis

sensitivitas menjelaskan sampai sejauh

mana parameter-parameter model linear

programming, yaitu koefisien fungsi

tujuan dan nilai ruas kanan kendala boleh

berubah tanpa harus mempengaruhi

jawaban optimal atau penyelesaian

optimal. Analisis sensitivitas juga sering

disebut sebagai analisis pasca optimal

karena analisis ini dikembangkan dari

penyelesaian optimal. Secara matematis

perubahan Ci mungkin berakibat pada

perubahan nilai optimal Xi. selagi nilai Ci

memiliki satuan (biaya, waktu, laba, dll)

yang mungkin dikendalikan maka

informasi mengenai sangat diperlukan.

7

Pengendalian terhadap parameter Ci akan

menurunkan alternatif penyelesaian

optimal.

Penyelesaian nilai ekstrem untuk

fungsi tujuan ditentukan oleh titik sudut

ekstrem, yaitu titik sudut DMK (daerah

yang memenuhi kendala) dimana nilai

fungsi tujaun menjadi ekstrem. Selagi

titik sudut-titik sudut DMK memenuhi

kendala, maka perubahan nilai ruas kanan

kendala adalah konstan dari sebuah

fungsi kendala, maka perubahan nilai

ruas kanan kendala jelas akan

mempengaruhi ekstremitas nilai fungsi

tujuan

METODOLOGI PENELITIAN

Diagram Alir Penelitian

penelitian yang dilakukan bersifat ilmiah, dan disusun secara sistematis, obyektif,

dan terfokus. Tahapan dalam penelitian dilakukan dimulai dari adanya masalah yang dapat

digali dari sumber empiris dan teoritis hingga tahapan terakhir berupa pembuatan

kesimpulan dari data yang telah dianalisis.

Mulai

Studi Pendahuluan

Merupakan pengeksplorasian, perumusan dan penentuan masalah yang diteliti

Identifikasi dan perumusan masalah

Terbatasnya sumber daya yang ada, pemanfaatan bahan baku yang belum optimal, dan tingginya

biaya dalam membeli ransum

Studi Lapangan

Melakukan pengamatan, peninjauan dan mempelajari langsung kegiatan yang diteliti

Tujuan Penelitian

Memperoleh biaya yang paling ekonomis dalam pemberian ransum

Pengumpulan Data:

Data umum obyek penelitian, kebutuhan ransum ternak ayam boiler,

kapasitas ransum ayam boiler

Data Lengkap?

Pengolahan Data:

Formulasi permasalahan,fungsi tujuan optimalisasi, kendala dalam

penentuan keputusan.

Analisis dan Usulan Perbaikan

Ya

Tidak

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Studi Pustaka

Materi maupun teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

Gambar Diagram Alir Metodologi Penelitian

8

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Hasil Pengamatan

Teknik pemeliharaan ayam boiler

pada kandang KOMAR milik CV.

Cibinong Unggas Farm merupakan

teknik yang digunakan pada peternakan

modern. Dalam peternakan ayam modern

yang harus diperhatikan dalam

meningkatkan usaha ialah mengenai

pemilihan bibit, perkandangan,

pemberantasan penyakit, dan makanan.

Bibit harus dipilih dari jenis unggul, yaitu

yang produksinya tinggi, dapat

menyesuaikan dengan iklim setempat,

dan tahan terhadap penyakit. Ayam yang

dimiliki pelaku usaha merupakan ayam

boiler yang mampu menghasilkan karkas

dalam jumlah banyak. Perkandangan

dalam peternakan modern segalanya

harus diatur. Pembuatan kandang itu

dapat ditinjau dari berbagai segi, baik

segi ekonomis, teknis, estetis

(keindahan), bentuk, kesehatan, dan lain-

lain. Kandang yang dimiliki pelaku usaha

merupakan kandang yang layak bagi

peternakan ayam boiler karena telah

memiliki fungsi kandang yang baik bagi

pemeliharaan ayam boiler. Penyakit yang

ditimbulkan oleh ayam dapat disebabkan

oleh beberapa sebab, pencegahan

penyakit merupakan langkah yang harus

dilakukan untuk menghentikan

penyebaran. Langkah yang dilakukan

untuk mencegah penyebaran penyakit

adalah dengan cara vaksinasi atau

pemberian suplemen kepada ayam untuk

meningkatkan daya tahan terhadap

penyakit yang menyebar.

Masalah makanan (ransum)

memiliki perhatian khusus dalam usaha

peternakan. Fungsi makanan bagi ternak

adalah untuk kebutuhan hidup,

membentuk sel-sel dan menggantikan

bagian tubuh yang rusak serta untuk

berproduksi. Penyajian makanan yang

bermutu untuk ayam boiler bagi peternak

merupakan suatu keharusan dengan

jumlah atau perbandingan yang tepat.

Ransum ayam boiler yang digunakan

oleh CV. Cibinong Unggas Farm

merupakan pakan jadi buatan pabrik

Charoen Phokphan dengan tiga jenis

ransum yang berbeda sesuai dengan fase

pertumbuhan ayam boiler yang dimiliki.

Pelaku usaha peternakan ayam boiler

membagi fase pertumbuhan ternak

menjadi 3 fase (starter, grower, dan

finisher).

Pemeliharaan ayam boiler yang

dilakukan pada kandang KOMAR milik

CV. Unggas Farm sebelum mulai

memasuki fase starter hal yang perlu

diperhatikan adalah masalah sanitasi.

Berbagai faktor penyebab kematian anak

ayam adalah kandang yang kurang bersih

dan banyak kuman penyakit. Sebelum

anak ayam yang dipesan tiba, kandang

dibersihkan dengan melakukan disinfeksi

pada beberapa hari sebelumnya. Setelah

membersihkan, kandang perlu

diistirahatkan selama ± 14 hari tujuannya

adalah untuk memutus siklus hidup bibit

penyakit. Ayam yang dibeli oleh

peternakan adalah anak ayam umur sehari

(Day Old Chick = DOC).

Fase starter (umur ayam 1 – 7

hari) dimulai saat DOC sudah berada di

kandang. Ayam yang berada dikandang

pada masa ini membutuhkan pemanas.

Sumber pemanas yang digunakan pada

peternakan menggunakan batubara. Anak

ayam memerlukan kehangatan yang

cukup. Pemanasan yang tidak sempurna

mengakibatkan pertumbuhan yang tidak

baik dan ayam mudah sakit. Pemanas

digunakan siang-malam hingga umur 7

hari, lewat 3 minggu ayam sudah tidak

membutuhkan pemanas lagi. Pemberian

ransum pada fase ini menggunakan

ransum dengan butiran halus agar ayam

mudah mencerna makanan. Anak ayam

umumnya senang makan dan minum.

Namun, jika berlebihan dalam pemberian

minuman sebaiknya dikurangi untuk

mencegah kembung pada ayam

sebaliknya pemberian ransum jangan

sampai terlambat karena akan

mengganggu pertumbuhan ayam.

9

Tempat ransum dan minuman

untuk ayam yang telah mencapai umur 7

hari (grower) perlu ditambah karena

ayam akan saling berebutan dan

menimbulkan pertumbuhan yang tidak

merata karena sebagian kenyang dan

sebagian kelaparan. Selain itu akan

menimbulkan kanibalisme. Ransum yang

diberikan berupa butiran ukuran sedang.

Suhu yang digunakan dalam fase grower

dapat dikurangi dibandingkan saat fase

sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan

adalah ukuran kandang pada fase ini

ayam memerlukan ukuran kandang yang

lebih luas untuk mengurangi jumlah

ayam yang terlalu padat dengan cara

membuka sekat pembatas pada fase

sebelumnya. Tahapan selanjutnya pada

ayam yaitu memasuki fase finisher (umur

ayam mencapai 21 hari hingga panen)

pada tahapan ini ayam siap dipotong.

Ransum yang diberikan pada fase ini

berbentuk butiran pecahan berukuran

besar dibandingkan fase starter.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

umur ayam yang dijual pada kandang

KOMAR dilakukan bertahap yaitu pada

saat umur 23 hari hingga 28 hari.

Tabel Penjualan Ayam Boiler Kandang Komar Periode April-Mei 2011 Tanggal Jual Jumlah (Ekor) Berat Total (Kg) Rata-rata (Kg) Umur Jual (Hari ke-)

12 Mei 2011 770 809.80 1.051688 23

16 Mei 2011 1,920 2,879.60 1.499792 27

17 Mei 2011 1,715 2,482.80 1.447697 28

(Sumber: Cibinong Unggas Farm, 2011)

Ransum Ayam Boiler

Ransum merupakan campuran

dari beberapa bahan pakan. Ransum

disusun secara khusus dan mengandung

zat gizi yang mencukupi kebutuhan

ternak untuk dapat dipergunakan sebagai

bahan pakan. Bahan-bahan yang

digunakan dalam penyusunan ransum

merupakan hasil pertanian, perikanan,

peternakan, dan hasil industri yang

mengandung zat gizi dan layak

dipergunakan sebagai bahan pakan.

Penyusunan ransum untuk ternak disusun

berdasarkan standar yang ditetapkan,

termasuk dalam persyaratan mutu

meliputi analisis kimiawi (proksimat).

Tabel Analisis Kimiawi (Proksimat)

Komponen ket Fase Ayam Boiler (min)

Starter Grower Finisher

Berat kering % 86.00 86.00 86.00

Protein kasar % 19.00 18.50 18.00

Abu % 6.00 6.00 6.00

Serat kasar % 3.00 3.00 3.00

Lemak % 3.40 3.50 4.00

BETN % 50.00 50.00 50.00

Kalsium % 0.90 0.90 0.90

Fosfor % 0.40 0.40 0.40

ME KKal/g 2900 3000 3000

(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2011)

Berdasarkan nutrisi yang

dibutuhkan untuk ayam boiler dengan

melakukan analisis proksimat

penyusunan ransum harus dapat

memenuhi standar yang ditetapkan untuk

mencukupi kebutuhan gizi yang

dibutuhkan oleh ternak. Berdasarkan data

yang diperlukan untuk menyusun ransum

maka diperoleh informasi kebutuhan gizi

yang berbeda-beda sesuai dengan fase

pertumbuhan ternak.

Pengumpulan Data

Ransum boiler fase starter yang

digunakan pada CV. Cibinong Unggas

Farm merupakan ransum buatan pabrik.

Pada peternakan ransum tersebut

digunakan untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi ayam boiler fase starter. Ransum

tersebut digunakan untuk ayam umur 1

hari hingga 7 hari. Ransum CP 510

digunakan untuk komsumsi ayam ± 4500

ekor dengan kebutuhan total 750 kg.

Adapun data yang diperoleh dalam

ransum tersebut berdasarkan analisis

proksimat yang dilakukan meliputi. Tabel Komposisi Kimia CP 510*

No Komponen Komposisi

1 Berat kering 88.58 %

2 Protein kasar 22.57 %

3 Abu 6.52 %

4 Serat kasar 4.55 %

5 Lemak 4.48 %

6 BETN 50.46 %

7 Kalsium 1.37 %

8 Fosfor 0.56 %

9 ME** 3125 Kkal/kg

Sumber: *) Lab. Ilmu dan Teknologi Pakan,( 2011)

**) Charoen Phokphand, (2011)

10

Biaya yang harus dikeluarkan bila

ingin membeli bahan pakan tersebut

seharga Rp 286.000,-/50 kg (kelompok

peternak ayam, 2011). Pelaku usaha

peternakan ingin menyiasati tingginya

bahan baku dengan cara membuat ransum

sendiri. Dalam membuat ransum pelaku

usaha menggunakan standar analisis

proksimat ransum sesuai dengan CP 510.

Penggunaan standar CP 510 sebagai

kendala dalam formulasi ransum fase

starter karena berdasarkan analisis

proksimat diketahui bahwa pemakaian

produk tersebut sesuai standar yang

ditetapkan.

Bahan yang digunakan dalam

penyusunan ransum merupakan bahan

baku yang sering digunakan yaitu berasal

dari bahan baku yang umum ada dipasar.

Bahan baku tersebut diantaranya jagung

kuning, dedak padi, bungkil kedelai,

bungkil kelapa, tepung tulang dan daging,

dedak gandum, bungkil kacang tanah,

dan tepung daun katuk. Adapun bahan

baku yang digunakan untuk menyusun

ransum seperti jagung kuning, dedak

padi, bungkil kedelai, dan dedak gandum

memiliki syarat yang diperbolehkan

dalam penyusunan ransum. Adapun

syarat pengolahan ransum ayam secara

modern (laboratorium kimia makanan

ternak, fakultas peternakan IPB, 2005).

Jagung kuning sebaiknya digunakan pada

kisaran 20% hingga 50% untuk

pembuatan ransum. Dedak padi

pemakaian dalam ransum tidak lebih dari

20%. Bungkil kedelai tidak boleh

melebihi 20% penggunaannya.

Sedangkan dedak gandum yang

diperbolehkan dalam ransum tidak lebih

dari 20%. (Alamsyah, 2005)

Kandungan nutrisi dalam bahan

pakan berbeda baik jenis maupun

kadarnya, untuk itu perlu diketahui jenis

dan kadar nutrisi yang akan digunakan

oleh peternak ayam boiler. Kandungan

bahan pakan yang digunakan CV.

Cibinong Unggas Farm dalam menyusun

ransum yaitu:

Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Pakan dan Harga

Sumber: 1)CV. Cibinong Unggas Farm, (2011) 2)Alamsyah, (2005) 3) Rasyaf, (2003) 4) Agromaret, (2011) 5) CV. Mutiara Argo, (2011)

Kandungan nutrisi tersebut saling

berkaitan dan menyangkut aspek

pemilihan, konsumsi bahan pakan,

pencernaan dan penyerapan nutrisi dalam

saluran pencernaan, serta metabolisme

nutrisi dalam sel tubuh untuk berbagai

tujuan. Istilah dari kandungan nutrisi

tersebut diantaranya:

Bahan Kering (BK), merupakan berat

konstan bahan makanan setelah

dihilangkan kandungan airnya dengan

pemanasan 1050C.

Protein Kasar, adalah semua zat yang

mengandung nitrogen.

Abu, merupakan zat-zat mineral yang

ditentukan dengan membakar makanan

(zat organik).

Kandungan Gizi

(%)

Bahan Pakan1)

Jagung Dedak Bungkil Bungkil Tepung Dedak Bungkil Tepung

Kuning2) Padi2) Kedelai2) Kelapa2) Daging & Tulang4)

Gandum2) Kacang Tanah2)

Daun Katuk3)

Berat kering 86.46 87.82 88.1 88.6 95.5 87.32 90.2 82.41

Protein kasar 10.56 11.4 46.9 21.3 56.8 11.4 45.1 33.11

Abu 2.09 10.52 3.65 0.17 28.4 3.51 6.3 7.76

Serat kasar 2.84 11.81 7.68 14.2 8.4 6.22 8.95 15.52

Lemak 4.93 12.27 3.65 10.9 10 4.01 10.7 3.51

BETN 66.99 42.01 29.66 45.5 89.9 59.85 33.29 22.51

Kalsium 0.06 0.11 0.32 0.16 9.5 0.08 0.2 1.38

Fosfor 0.36 1.4 0.64 0.62 4.4 0.63 0.6 0.44

ME (Kkal/kg) 3370 1630 4326.6 1540 1760 1300 2260 1610

Harga/Kg (Rp)5) 2200 1500 5000 2200 100004) 2550 2500 8000

11

Serat Kasar, merupakan dari bahan

makanan yang sulit dicerna.

Lemak, yaitu zat makanan yang

berfungsi sebagai cadangan energi.

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

(BETN), yaitu bagian dari bahan

makanan yang mengandung

karbohidrat, gula dan pati.

Kalsium dan Fosfor, merupakan

mineral yang dibutuhkan oleh ayam

untuk menyusun tulang, sistem

kerangka, dan pertumbuhan.

Metabolisme Energi (ME), adalah nilai

energi yang terhimpun pada zat-zat

yang dapat dicerna dikurangi nilai

energi yang keluar sebagai air kencing

(urine) dan gas-gas usus.

Pengolahan data

Berdasarkan data penunjang yang

diperoleh dari komposisi kimia dan

kandungan nutrisi bahan pakan dalam

penelitian. Pengolahan data dapat

dilakukan untuk memperoleh keputusan

sesuai tujuan penelitian dengan tahapan.

Langkah awal dalam memformulasikan

ke model matematis, terlebih dahulu

menganalisa masalah tersebut. Adapun

tahapan dalam permasalahan penelitian

dengan metode linear programming

adalah:

1. Menentukan variabel keputusan

Permasalahan yang dihadapi CV.

Cibinong Unggas Farm adalah

bagaimana menentukan komposisi

yang tepat untuk membuat ransum

dengan bahan pakan ternak yang telah

ditentukan. Variabel keputusan dalam

penelitian ini adalah komposisi bahan

baku yang digunakan untuk membuat

ransum yang terdiri dari:

X1 = jagung kuning

X2 = dedak padi

X3 = bungkil kedelai

X4 = bungkil kelapa

X5 = tepung daging dan tulang

X6 = dedak gandum

X7 = bungkil kacang tanah

X8 = tepung daun katuk

2. Membuat Fungsi Tujuan

Tujuan CV. Cibinong Unggas Farm

adalah mengoptimalkan penggunaan

bahan pembuatan ransum dengan

biaya seminimal mungkin. Adapun

harga jual dari bahan baku ransum

dijadikan fungsi obyektif atau fungsi

tujuan.

Minimumkan Z

= 2200X1 + 1500X2 + 5000X3 +

2200X4 + 10000X5 + 2550X6 +

2500X7 + 8000X8

3. Menentukan kendala

Penyusunan ransum ayam boiler

yang akan dibuat berdasarkan analisis

proksimat yaitu dengan mengetahui

komposisi susunan kimia dan

kegunaannya suatu bahan pakan. Kendala

yang diketahui untuk menyusun ransum

ayam boiler fase starter disusun dalam

model matematis metode simpleks

a. Bahan kering 86.46X1 + 87.82X2 + 88.1X3 + 88.6X4 +

95.5X5 + 87.32X6 + 90.2X7 + 82.41X8 ≥

88.58

b. Protein Kasar 10.56X1 + 11.4X2 + 46.9X3 + 21.3X4 +

56.8X5 + 11.4X6 + 45.1X7 + 33.11X8 ≥ 22.57

c. Abu 2.09X1 + 10.52X2 + 3.65X3 + 0.17X4 +

28.4X5 + 3.51X6 + 6.3X7 + 7.76X8 ≥ 6.52

d. Serat kasar 2.84X1 + 11.81X2 + 7.68X3 + 14.2X4 + 8.4X5

+ 6.22X6 + 8.95X7 + 15.52X8 ≥ 4.55

e. Lemak 4.93X1 + 12.27X2 + 3.65X3 + 10.9X4 + 10X5

+ 4.01X6 + 10.7X7 + 3.51X8 ≥ 4.48

f. BETN 66.99X1 + 42.01X2 + 29.66X3 + 45.5X4 +

89.9X5 + 59.85X6 + 33.29X7 + 22.51X8 ≥

50.46

g. Kalsium 0.06X1 + 0.11X2 + 0.32X3 + 0.16X4 + 9.5X5

+ 0.08X6 + 0.2X7 + 1.38X8 ≥ 1.37

h. Fosfor 0.36X1 + 1.4X2 + 0.64X3 + 0.62X4 + 4.4X5 +

0.63X6 + 0.6X7 + 0.44X8 ≥ 0.56

i. Metabolisme energi 3370X1 + 1630X2 + 4326.6X3 + 1540X4 +

1760X5 + 1300X6 + 2260X7 + 1610X8 ≥ 3125

Pembuatan ransum untuk ayam

boiler memiliki batasan penggunaan

bahan pakan yang ditetapkan untuk dapat

diolah menjadi ransum. Syarat

12

penggunaan bahan pakan yang ditetapkan

berdasarkan standar penyusunan ransum

adalah:

Jagung kuning X1 ≥ 20, atau X1 ≤ 50

dedak padi X2 ≤ 20

bungkil kedelai X3 ≤ 20

dedak gandum X6 ≤ 20

Dimana nilai X1, X, X3, X4, X5, X6,

X7,X8 ≥ 0

Perhitungan Linear Programming

dengan Software

Model yang telah disusun kemudian

diolah dengan alat bantu komputer

menggunakan software WinQSB

(Quantitative System for Bussiness versi

1.0). output program komputer adalah

formula ransum dengan minimasi biaya

pembuatan ransum dengan bahan baku

yang ditetapkan dan analisis sensitivitas.

Formulasi ransum berguna untuk

mengetahui biaya yang harus dikeluarkan

untuk membuat ransum dengan

kandungan gizi dan harga yang berlaku.

Tabel Perhitungan dengan Software WinQSB

No Decision Solution Unit Cost or Total

Variable Value Profit c(j) Contribution

1 X1 0.5000 2,000.0000 1,100.0000

2 X2 0.2000 1,500.0000 300.0000

3 X3 0.0000 5,000.0000 0.0000

4 X4 0.0000 2,200.0000 0.0000

5 X5 0.1305 10,000.0000 1,304.9910

6 X6 0.0000 2,550.0000 0.0000

7 X7 0.3913 2,500.0000 978.2318

8 X8 0.0000 8,000.0000 0.0000

Objective Function (Min) = 3,683.2230

Berdasarkan tabel diketahui

bahwa untuk memperoleh hasil yang

optimal dalam pembuatan ransum untuk

ayam boiler fase starter diperlukan biaya

minimum Rp 3.683,2230/kg. biaya

tersebut didapat berdasarkan perhitungan

dengan menggunakan software WinQSB

pada iterasi ke 26. Total biaya yang

dibutuhkan untuk membuat ransum boiler

fase starter untuk CV. Cibinong Unggas

Farm sebesar. Biaya ransum fase starter

= Rp. 3.683,2230 x 750 kg

= Rp. 2.762.417,25 ≈ Rp. 2.763.000,-

Pembuatan ransum sesuai dengan

variabel keputusan, fungsi tujuan dan

kendala dalam pembuatan ransum ayam

boiler tersebut. Bahan pakan yang

mempengaruhi keputusan dalam

pembuatan ransum diantaranya X1

(jagung kuning), X2 (dedak padi), X5

(tepung daging dan ulang), dan X7

(bungkil kacang tanah). Dengan demikian

berarti gizi yang dipasok dari bahan

pakan untuk membuat ransum tersebut

sesuai dengan tujuan pelaku usaha dalam

menyusun ransum ayam tersebut.

hasil perhitungan digunakan

untuk menggantikan ransum CP 510 yang

dibutuhkan untuk ayam ± 4500 ekor

dengan kebutuhan total 750 kg. Bahan

makanan berupa jagung kuning (X1 ≤ 0.5)

membutuhkan kapasitas maksimum 750

kg x (X1) ≈ 750 kg x 0.5 = 375 kg, dedak

padi (X2 ≤ 0.2) membutuhkan kapasitas

maksimum 750 kg x (X2) ≈ 750 kg x 0.2

= 150 kg, tepung tulang dan daging (X5 =

0.1305) yang diperlukan 750 kg x (X5) ≈

750 kg x 0.1305 = 97,875 kg, dan

bungkil kacang tanah (X7 = 0.3913) yang

diperlukan 750 kg x (X7) ≈ 750 kg x

0.3913 = 293,475 kg.

Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas (analisa

kepekaan) dilakukan untuk mengetahui

sampai sejauh mana perubahan dapat

dilakukan terhadap parameter-parameter

linier programming sehingga solusi

optimum dapat dirubah. Analisis

sensitivitas dilakukan terhadap:

Tabel Analisis Sensitivitas Berdasarkan Fungsi

Tujuan dengan Software WinQSB

No Decision Solution Unit Cost or Allowable c(j)

Variable Value Profit c(j) Min. c(j) Max. c(j)

1 X1 0.5000 2,000.00 -∞ 3,522.564

2 X2 0.2000 1,500.00 -∞ 1,773.582

3 X3 0.0000 5,000.00 4,731.866 ∞

4 X4 0.0000 2,200.00 1,723.980 ∞

5 X5 0.1305 10,000.00 1,946.903 48,905.360

6 X6 0.0000 2,550.00 1,407.851 ∞

7 X7 0.3913 2,500.00 2,122.173 2,639.677

8 X8 0.0000 8,000.00 2,847.500 ∞

a. Analisa Sentisivitas Terhadap

Koefisien Fungsi Tujuan

Hasil perhitungan analisa terhadap

koefisien fungsi tujuan dengan

menggunakan software WinQSB tidak

13

akan mengubah solusi optimum jika

dan hanya jika:

-∞ ≤ C1 ≤ 3522.564

Artinya bahwa nilai optimal X1 =

0.5000 tidak akan berubah jika

koefisien fungsi tujuan C1 = 2200

dinaikkan pada kisaran 3522.5640.

-∞ ≤ C2 ≤ 1773.5820

Artinya bahwa nilai optimal X2 =

0.2000 tidak akan berubah jika

koefisien fungsi tujuan C2 = 1500

dinaikkan pada kisaran 1773.5820.

4731.8660 ≤ C3 ≤ ∞

Artinya bahwa nilai optimal X3 = 0

tidak akan berubah jika dan hanya

jika koefisien fungsi tujuan C3 = 5000

diturunkan pada kisaran 4731.8660.

1723.9800 ≤ C4 ≤ ∞

Artinya bahwa nilai optimal X4 = 0

tidak akan berubah jika dan hanya

jika koefisien fungsi tujuan C4 = 2200

diturunkan pada kisaran 1723.9800.

1946.9030 ≤ C5 ≤ 48905.3600

Artinya bahwa nilai optimal X5 =

0.1305 tidak akan berubah jika dan

hanya jika koefisien fungsi tujuan C5

= 10000 dirubah (dinaikkan

/diturunkan) pada kisaran 1946.9030

sampai dengan 48905.3600.

1407.8510 ≤ C6 ≤ ∞

Artinya bahwa nilai optimal X6 = 0

tidak akan berubah jika dan hanya

jika koefisien fungsi tujuan C6 = 2550

diturunkan pada kisaran 1407.8510.

2122.1730 ≤ C7 ≤ 2639.6770

Artinya bahwa nilai optimal X7 =

0.3913 tidak akan berubah jika dan

hanya jika koefisien fungsi tujuan C7

= 2500 dirubah (dinaikkan/

diturunkan) pada kisaran 2122.1730

sampai dengan 2639.6770.

2847.5000 ≤ C8 ≤ ∞

Artinya bahwa nilai optimal X8 = 0

tidak akan berubah jika dan hanya

jika koefisien fungsi tujuan C8 = 8000

diturunkan pada kisaran 2847.5000.

b.Analisa Sensitivitas Terhadap Nilai

Ruas Kanan (RHS).

Terdapat hubungan antara perhitungan

analisa sensitivitas terhadap nilai ruas

kanan opprtunity cost, yaitu:

Tabel Analisis Sensitivitas Berdasarkan Nilai Ruas Kanan (RHS) dengan Software WinQSB

No Constraint Left Hand

Direction Right Hand Slack Allowable RHS

Side Side or Surplus Min. RHS Max. RHS

1 C1 108.5513 ≥ 88.5800 19.9713 -∞ 108.5513

2 C2 32.6197 ≥ 22.5700 10.0497 -∞ 32.6197

3 C3 9.3203 ≥ 6.5200 2.8003 -∞ 9.3203

4 C4 8.3803 ≥ 4.5500 3.8303 -∞ 8.3803

5 C5 10.4108 ≥ 4.4800 5.9308 -∞ 10.4108

6 C6 66.6550 ≥ 50.4600 16.1950 -∞ 66.6550

7 C7 1.3700 ≥ 1.3700 0.0000 0.2562 6.0651

8 C8 1.2690 ≥ 0.5600 0.7090 -∞ 1.2690

9 C9 3,125.0000 ≥ 3,125.0000 0.0000 2,621.5950 16,904.4000

-∞ ≤ b1 ≤ 108.5513

Bila nilai ruas kanan (RHS) b1 =

88.58, dirubah (dinaikkan/diturunkan)

pada kisaran -infinity sampai dengan

108.5513 akan mempengaruhi

variabel keputusan analisis proksimat

untuk berat kering dalam menentukan

batasan kandungan gizi (%) untuk

penyusunan ransum.

-∞ ≤ b2 ≤ 32.6197

Bila nilai ruas kanan (RHS) b2 =

22.57, dirubah (dinaikkan/diturunkan)

pada kisaran -infinity sampai dengan

32.6197 akan mempengaruhi variabel

keputusan analisis proksimat untuk

protein kasar dalam menentukan

batasan kandungan gizi (%) untuk

penyusunan ransum.

-∞ ≤ b3 ≤ 9.3203

Bila nilai ruas kanan (RHS) b3 = 6.52,

dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada

kisaran -infinity sampai dengan

9.3203 akan mempengaruhi variabel

keputusan analisis proksimat untuk

abu dalam menentukan batasan

kandungan gizi (%) untuk

penyusunan ransum.

-∞ ≤ b4 ≤ 8.3803

14

Bila nilai ruas kanan (RHS) b4 = 4.55,

dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada

kisaran -infinity sampai dengan

8.3803 akan mempengaruhi variabel

keputusan analisis proksimat untuk

serat kasar dalam menentukan

batasan kandungan gizi (%) untuk

penyusunan ransum.

-∞ ≤ b5 ≤ 10.4108

Bila nilai ruas kanan (RHS) b5 = 4.48,

dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada

kisaran -infinity sampai dengan

10.4108 akan mempengaruhi variabel

keputusan analisis proksimat untuk

lemak dalam menentukan batasan

kandungan gizi (%) untuk

penyusunan ransum.

-∞ ≤ b6 ≤ 66.6550

Bila nilai ruas kanan (RHS) b6 =

50.46, dirubah (dinaikkan/diturunkan)

pada kisaran -infinity sampai dengan

66.6550 akan mempengaruhi variabel

keputusan analisis proksimat untuk

BETN dalam menentukan batasan

kandungan gizi (%) untuk

penyusunan ransum.

0.2562 ≤ b7 ≤ 6.0651

Bila nilai ruas kanan (RHS) b7 = 1.37,

dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada

kisaran 0.2562 sampai dengan 6.0651

akan mempengaruhi variabel

keputusan analisis proksimat untuk

kalsium dalam menentukan batasan

kandungan gizi (%) untuk

penyusunan ransum.

-∞ ≤ b8 ≤ 1.2690

Bila nilai ruas kanan (RHS) b8 = 0.56,

dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada

kisaran -infinity sampai dengan

1.2690 akan mempengaruhi variabel

keputusan analisis proksimat untuk

fosfor dalam menentukan batasan

kandungan gizi (%) untuk

penyusunan ransum.

2621.5950 ≤ b9 ≤ 16904.4

Bila nilai ruas kanan (RHS) b9 =

3125, dirubah (dinaikkan/diturunkan)

pada kisaran 2621.5950 sampai

dengan 16904.4 2690 akan

mempengaruhi variabel keputusan

analisis proksimat untuk metabolisme

energi dalam menentukan besarnya

kandungan kalori (kkal/kg) untuk

penyusunan ransum.

Perbandingan antara Biaya Komposisi

Pakan Perusahaan dengan Biaya

Komposisi Pakan Buatan

Berdasarkan pengolahan data

yang dilakukan diperoleh perbandingan

biaya dan bahan pakan yang digunakan

dalam menyusun ransum sebanyak 750

kg. Solusi optimal dalam penyusunan

ransum berdasarkan mutu yang baik

sesuai dengan standarisasi nasional yaitu:

Tabel Perbandingan Ransum Ayam Broiler

Fase Starter Faktor Ransum

CP 510

Ransum

Usulan

Biaya Rp. 4.290.000,- Rp. 2.763.000,-

Komposisi Jagung kuning, dedak padi,

bungkil kedelai,

bungkil kelapa, tepung daging &

tulang, dedak

gandum, bungkil

kacang tanah,

tepung daun katuk

Jagung kuning, dedak padi,

tepung daging

& tulang, bungkil kacang

tanah.

Kandungan Gizi

SNI SNI

Kesimpulan

hasil perhitungan metode linear

programming menggunakan software

WinQSB diperoleh komposisi bahan

makanan berupa jagung kuning (X1 ≤

0.5) membutuhkan kapasitas maksimum

375 kg, dedak padi (X2 ≤ 0.2)

membutuhkan kapasitas maksimum 150

kg, tepung tulang dan daging (X5 =

0.1305) yang diperlukan 97,875 kg, dan

bungkil kacang tanah (X7 = 0.3913) yang

diperlukan 293,475 kg. Bahan baku

tersebut digunakan untuk menggantikan

ransum ayam boiler fase starter CP 510

buatan pabrik untuk komsumsi ayam ±

4500 ekor dengan kebutuhan 750 kg.

Adapun total penghematan biaya

yang diperoleh antara biaya komposisi

ransum usulan dengan biaya komposisi

ransum perusahaan adalah sebesar Rp.

1.527.000,- untuk membuat ransum.

Bahan baku pakan berupa bungkil

kedelai, bungkil kelapa, dedak gandum,

15

dan tepung daun katuk tidak

diikutsertakan dalam proses pembuatan

ransum. Karena berdasarkan kandungan

nutrisi bahan pakan (proksimat) sesuai

dengan standar CP 510 dalam

penyusunan ransum diketahui bahwa

kebutuhan nutrisi untuk ayam boiler fase

starter telah terpenuhi oleh bahan pakan

terpilih dalam metode linear

programming. Jadi, dengan metode linear

programming perusahaan bisa melakukan

penghematan terhadap biaya ransum

ayam boiler fase starter.

Daftar Pustaka

Alamsyah, Rizal, Msc, Ir. Pengolahan

Ayam dan Ikan Secara Modern.

Penebar Swadaya. Jakarta. 2005.

Amrullah, Ibnu Katsir, DR. Ir. Seri

Berternak Mandiri: Nutrisi Ayam

Boiler. Lembaga satu Gunung Budi.

Bogor. 2004.

Anonim, Badan Standarisasi Nasional:

Pakan Ras Ayam Pedaging ( Broiler).

From

http://websisni.bsn.go.id/index.php?/s

ni_main/sni/detail_sni/3279. 12

Agustus 2011.

Ayu, Media Anugrah. Seri diktat kuliah:

Pengantar Riset Operasional.

Universitas Gunadarma. Jakarta.

1996.

Darsanto. Bahan Pakan untuk Ternak

Ayam Agribiz. 2011. From

http://agromaret.com/12943/agribiz.

12 Agustus 2011.

Jahja, J, Drs. Ayam Sehat Ayam Produktif

1 (Petunjuk-petunjuk Praktis

Berternak Ayam. IPB Press. Bogor.

2000.

Rasyaf, Muhammad, DR, Ir. Beternak

Ayam Daging. Penebar Swadaya.

Jakarta. 2003.

Samiaji. Katalog Produk Bahan Baku

Ternak CV Mutiara Argo. 2011.

Form

http://agrolimasehati.indonetwork.co.i

d/2213889/bahan-baku-makanan-

ternak.htm. 12 Agustus 2011.

Soekartawi, DR. Linear Programming

Teori dan Aplikasinya Khususnya

dalam Bidang Pertanian. Rajawali

Press. Jakarta. 1992.

Subagyo, Pangestu, MBA, Drs. Dasar-

dasar Operation Reseach edisi 2.

BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. 2000.

Siswanto, Operation Research Jilid 1.

Erlangga. Jakarta. 2007..

Taha, Hamdy A. Operations Research,

an Introduction, sixth edition, Upper

Saddle River, New Jersey, Prentice

Hall, Inc. 1997.