Opportunities and Challenges Asean Economic Integration Of...
Transcript of Opportunities and Challenges Asean Economic Integration Of...
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC...( Nurul Istifadah) 427
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC
INTEGRATION OF INDONESIAN’S ECONOMY
Nurul Istifadah
Economics And Business Airlangga University Surabaya
Abstract
The development of the world economy led to the process of globalization and the increasing
openness of economic relations between nations. This global conditions improve competition
in both domestic and world markets. Some trade agreements between countries and between
the region over the years, in an effort to create a more free trade and open. An example is
AFTA, which is a free trade agreement between ASEAN countries in which the date of
January 1, 1993 it was agreed that tariff / customs trade among ASEAN countries was
reduced to 0-5 percent over a period of 15 years.
AFTA agreement led to the agreement and the ASEAN economic integration leads to the
formation of the ASEAN single market. The goal is to create an integrated market (single
market) among ASEAN member countries. And, the goal is to increase the economic
competitiveness of ASEAN as a production base in the face of competition in the world
market. Thus, the production is directed by leveraging the advantages of each ASEAN
member country.
Establishment of the ASEAN economic integration will certainly have an impact on the
creation of a number of opportunities and challenges. The purpose of this analysis is to
identify and analyze the opportunities and challenges of ASEAN economic integration and
national economic development strategy in the face of the global phenomenon.
The analysis showed that ASEAN economic integration opportunities for Indonesia's
economy is expanding market potential for the opening of Indonesia's export commodities
and increased competition among businesses, increasing the quality of the goods, economies
of scale, and increased GDP of Indonesia. While the challenge is the loss of employment
opportunities due to a market for products other ASEAN member countries are unable to
compete due. Another challenge is the limited authority of the state in setting fiscal policy,
financial, and monetary policy in an effort to influence the performance of the domestic
economy.
Key words: globalization, ASEAN economic integration, opportunities and challenges
428 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
PELUANG DAN TANTANGAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN
BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA
Nurul Istifadah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
Abstrak
Perkembangan ekonomi dunia saat ini semakin mengarah pada proses globalisasi dan
meningkatnya keterbukaan hubungan ekonomi antar-bangsa. Kondisi global ini semakin
meningkatkan persaingan, baik di pasar domestik maupun dunia. Berbagai kesepakatan
perdagangan antar-negara maupun antar kawasan regional selama ini, dalam usaha untuk
menciptakan perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Salah satu kesepakatan tersebut
adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area), yaitu kesepakatan perdagangan bebas antar negara
ASEAN dimana sejak tanggal 1 Januari 1993 disepakati bahwa tarif/bea masuk perdagangan
antar negara ASEAN diturunkan menjadi 0-5 persen selama kurun waktu 15 tahun.
Pembentukan AFTA mengarah pada kesepakatan integrasi ekonomi ASEAN dan
mengukuhkan terbentuknya pasar tunggal ASEAN. Tujuannya adalah untuk menciptakan
pasar yang terintegrasi (pasar tunggal) antar negara anggota ASEAN. Dan, sasarannya
adalah meningkatkan daya saing ekonomi ASEAN sebagai production base dalam
menghadapi persaingan di pasar dunia, sehingga kegiatan produksi diarahkan dengan
memanfaatkan keunggulan masing-masing negara anggota ASEAN.
Terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN tersebut tentu saja akan berdampak pada
terciptanya sejumlah peluang dan tantangan. Tujuan makalah ini adalah mengidentifikasi
dan menganalisis peluang dan tantangan integrasi ekonomi ASEAN serta menyusun strategi
pengembangan ekonomi nasional dalam menghadapi fenomena global tersebut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa peluang integrasi ekonomi ASEAN bagi perekonomian
Indonesia adalah potensi pasar yang semakin luas bagi terbukanya komoditas ekspor
Indonesia serta meningkatnya kompetisi di antara pelaku usaha, kualitas barang, skala
ekonomi, dan GDP Indonesia. Sedangkan tantangannya adalah hilangnya kesempatan kerja
akibat menjadi pasar bagi produk negara anggota ASEAN lainnya akibat tidak mampu
bersaing, serta terbatasnya wewenang negara dalam menetapkan kebijakan fiskal, keuangan,
dan moneter dalam upaya mempengaruhi kinerja ekonomi dalam negeri.
Kata kunci: globalisasi, integrasi ekonomi ASEAN, peluang dan tantangan.
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC...( Nurul Istifadah) 429
Pendahuluan
Perkembangan ekonomi dunia saat ini semakin mengarah pada proses globalisasi dan
meningkatnya keterbukaan hubungan ekonomi antar-bangsa. Berbagai kesepakatan
perdagangan antar-negara maupun antar kawasan regional selama ini, dalam usaha untuk
menciptakan perdagangan internasional dan regional yang lebih bebas dan terbuka. Kondisi
global ini semakin meningkatkan persaingan, baik di pasar domestik maupun pasar dunia.
Fenomena globalisasi ini juga semakin mendorong bangkitnya kesadaran regionalisasi dan
integrasi ekonomi.
Salah satu contoh regionalisasi dan integrasi ekonomi adalah terbentuknya AFTA (ASEAN
Free Trade Area), yaitu kesepakatan perdagangan bebas antar negara ASEAN. Kesepakatan
AFTA merupakan hasil dari pertemuan Menteri Perdagangan ASEAN-6 di Singapura pada
tanggal 28 Januari 1992 dimana sejak tanggal 1 Januari 1993 disepakati bahwa tarif/bea
masuk perdagangan antar negara ASEAN diturunkan menjadi 0-5 persen selama kurun waktu
15 tahun dan tahun 2018 untuk empat negara ASEAN lainnya (Prabowo, 2004:21). Negara
ASEAN-6 meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Brunei
Darussalam, sedangkan empat negara ASEAN lainnya adalah Vietnam, Laos, Myanmar, dan
Kamboja.
Pembentukan AFTA mengukuhkan terbentuknya pasar tunggal ASEAN. Tujuannya adalah
untuk menciptakan pasar yang terintegrasi (pasar tunggal) antar negara anggota ASEAN.
Dan, sasarannya adalah meningkatkan daya saing ekonomi ASEAN sebagai production base
dalam menghadapi persaingan di pasar dunia, sehingga kegiatan produksi dilakukan dengan
memanfaatkan keunggulan masing-masing negara anggota. Dengan menghilangkan
hambatan tarif dan nontarif inter-regional di kawasan ASEAN, daya saing negara-negara
ASEAN diharapkan lebih kompetitif sehingga rasio volume perdagangan ASEAN maupun
volume perdagangan masing-masing negara anggota ASEAN terhadap volume ekspor dunia
semakin meningkat.
Proses kesepakatan integrasi ekonomi ASEAN didasarkan pada lima pilar, yaitu liberalisasi
aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, serta modal. Konsekuensi integrasi
ekonomi atau pembentukan pasar tunggal ASEAN tersebut bagi Indonesia adalah memberi
peluang pasar yang semakin luas bagi terbukanya komoditas ekspor Indonesia, namun juga
memberi tantangan bagi Indonesia yang akan menjadi pasar bagi produk dan jasa dari negara-
negara ASEAN lainnya. Oleh karena itu, perekonomian Indonesia harus mampu menangkap
peluang dan meminimalkan tantangan integrasi ekonomi ASEAN tersebut dengan
memaksimalkan seluruh potensi ekonominya.
Manfaat dari peluang dan tantangan integrasi ekonomi ASEAN sejatinya akan dapat
diperoleh secara optimal apabila syarat dasar proses integrasi ekonomi dapat tercapai, yaitu
kemampuan negara dan kesiapan infrastruktur dalam mempersiapkan diri menuju proses
integrasi ekonomi ASEAN tersebut. Dengan demikian, kemampuan negara dalam
memaksimalkan peluang dan kesiapan dalam menghadapi tantangan merupakan prasyarat
mutlak bagi perekonomian nasional untuk memenangkan persaingan dalam pasar tunggal
ASEAN yang akan diberlakukan pada tahun 2015 lebih cepat dari rencana semula pada tahun
2020.
430 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Konsep Integrasi Ekonomi
Istilah integrasi pada awalnya digunakan untuk menggambarkan kombinasi atau penyatuan
beberapa perusahaan dalam suatu industri baik secara vertikal maupun horizontal.
Sedangkan istilah integrasi dalam konteks negara menggambarkan penyatuan beberapa
negara dalam satu kesatuan, diawali dengan kemunculan teori Custom Union oleh Viner.
Berbagai definisi integrasi berkembang hingga saat ini. Salah satunya dikemukakan oleh
Holzman yang menyatakan bahwa integrasi ekonomi sebagai situasi dimana dua kawasan
menjadi satu atau mempunyai satu pasar yang ditandai harga barang dan faktor produksi yang
sama di antara dua kawasan tersebut. Definisi tersebut mengasumsikan tidak ada hambatan
dalam pergerakan barang, jasa dan faktor produksi di antara dua kawasan dan adanya
lembaga-lembaga yang memfasilitasi pergerakan tersebut.
Proses integrasi ekonomi selalu ditandai oleh proses integrasi pasar di antara negara yang
berpartisipasi dalam integrasi. Integrasi pasar merupakan suatu konsep dimana pelaku pasar
dalam kawasan yang berbeda atau negara-negara anggota dalam union digerakkan oleh
kondisi supply dan demand. Kondisi ini ditunjukkan dengan pergerakan lintas barang, jasa,
dan faktor produksi yang meningkat pesat dalam satu union.
Proses integrasi ekonomi dilandasi oleh konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang akan
diperoleh dari proses tersebut lebih besar dibandingkan dengan biaya atau resiko yang
mungkin dihadapi. Kebijakan liberalisasi maupun kesepakatan integrasi digunakan sebagai
alat untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan dalam
rangka meningkatkan kemakmuran. Namun demikian, isu kedaulatan negara juga menjadi
salah satu kritik yang sering dilontarkan terhadap kesepakatan integrasi ekonomi tersebut.
Hal ini karena adanya pandangan bahwa integrasi ekonomi akan mengurangi kedaulatan
nasional suatu negara karena adanya kesepakatan kebijakan bersama.
Metode Analisis
Identifikasi dan analisis peluang dan tantangan perekonomian Indonesia dalam menghadapi
integrasi ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan efektif pada tahun 2015 dilakukan
dengan menggunakan analisis SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats).
Analisis SWOT digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari kesepakatan integrasi
ekonomi ASEAN. Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan peluang
dan ancaman merupakan faktor eksternal. Identifikasi kekuatan dan kelemahan digunakan
sebagai dasar untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan/ancaman dari dampak
integrasi ekonomi ASEAN. Kemudian, disusun strategi peningkatan ekonomi dan daya saing
nasional berdasarkan hasil identifikasi SWOT, yang meliputi:
1. Strategi SO disusun berdasarkan kekuatan perekonomian nasional (strengths) dalam
meraih keuntungan (advantage) dari peluang integrasi ekonomi ASEAN (opportunities)
2. Strategi WO disusun untuk mengatasi kelemahan perekonomian nasional (weaknesses)
yang dapat menghambat keuntungan (advantage) dari peluang integrasi ekonomi ASEAN
(opportunities)
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC...( Nurul Istifadah) 431
3. Strategi ST disusun berdasarkan kekuatan perekonomian nasional (strengths) dalam
menghadapi ancaman sebagai dampak dari terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN
(threats)
4. Strategi WT disusun untuk mengatasi kelemahan perekonomian nasional (weaknesses)
dalam menghadapi ancaman integrasi ekonomi ASEAN (threats)
Pembahasan dan Hasil Analisis
Gambaran Perekonomian ASEAN
Pertumbuhan ekonomi ASEAN selama tujuh tahun terakhir menunjukkan perkembangan
yang meningkat pesat, yaitu meningkat dua kali lipat. Pada tahun 2010, Gross Domestic
Product (GDP) nominal ASEAN telah tumbuh hingga mencapai USD 1.8 Triliun. Jika
ASEAN adalah sebuah entitas tunggal, maka posisi ekonomi ASEAN tersebut berada di
urutan kesembilan dunia setelah Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman, Perancis, Brazil,
Inggris, dan Italia.
Tabel 1.1
Distribusi Perdagangan ASEAN dengan Mitra Dagang Utama
Tahun 2008-2010 (%)
Pangsa (%)
Negara Mitra Ekspor Impor Total
2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010
ASEAN 24.52 24.60 25.02 29.18 23.81 25.83 26.78 24.23 25.41
Jepang 12.18 10.14 9.61 12.62 13.26 10.64 12.39 11.61 10.10
European Union (EU)-251/ 10.18 11.06 10.74 13.58 11.29 9.60 11.83 11.17 10.20
China 12.18 9.69 10.55 10.29 11.45 12.21 11.26 10.52 11.34
Amerika 9.09 10.00 9.38 12.17 9.22 8.84 10.58 9.63 9.13
Republik Korea 4.61 4.27 4.20 4.20 5.58 5.50 4.41 4.89 4.82
Australia 2.04 3.87 3.29 4.05 2.20 2.07 3.02 3.08 2.71
India 1.98 3.35 3.36 3.62 1.97 1.99 2.78 2.70 2.71
Negara lainnya 23.23 23.02 23.84 10.29 21.23 23.31 16.94 22.17 23.59
Total ASEAN 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: www.aseansec.org
Catatan: */ Austria, Belgia, Syprus, Republik Czech, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis,
Jerman, Greece, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxemburg, Malta, Belanda,
Polandia, Portugal, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Inggris.
Negara mitra dagang terbesar ASEAN adalah Jepang, European Union, Amerika Serikat, dan
China. Bahkan, dengan China telah ditandatangani kesepakatan CAFTA (China-ASEAN
Free Trade Areas) pada tanggal 1 Januari 2010. Namun, pangsa perdagangan ASEAN
sebenarnya berasal dari antar negara anggota ASEAN sendiri (intra ASEAN). Tabel 1.1 di
atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010 pangsa perdagangan intra ASEAN mencapai 25,41
persen dari total perdagangan ASEAN. Oleh karena itu, potensi perdagangan internasional
ASEAN sebenarnya justru berasal dari negara-negara anggota ASEAN sendiri.
432 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Volume perdagangan intra ASEAN terus mengalami peningkatan. Pangsa perdagangan intra
ASEAN didominasi oleh tiga negara, yaitu Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Singapura
mendominasi share perdagangan intra ASEAN dengan kecenderungan yang semakin
meningkat. Namun demikian, tidak demikian halnya dengan kontribusi perdagangan
Indonesia. Kontribusi Indonesia dalam perdagangan intra ASEAN menunjukkan
kecenderungan yang semakin menurun dan perannya digantikan oleh Thailand. Lihat Tabel
1.2 berikut ini.
Tabel 1.2
Kontribusi Enam Negara Anggota ASEAN Terhadap Ekspor Intra ASEAN
Tahun 2002 - 2009 (%)
Negara 2002 2003 2004 2005 2009 Pertumbuhan
Singapura 37.60 38.60 43.90 45.20 41.25 1.16
Indonesia 16.10 21.70 19.80 12.10 12.47 -3.14
Filipina 1.20 2.30 2.70 3.00 2.96 11.93
Malaysia 29.80 24.10 23.40 27.80 20.42 -4.62
Thailand 11.00 10.80 6.90 9.70 16.32 5.05
Brunei Darussalam 4.30 2.50 3.30 2.40 0.62 -21.46
Sumber: www.aseansec.org
Kecenderungan turunnya peran ekonomi Indonesia dalam perdagangan intra ASEAN
merupakan indikasi turunnya daya saing perekonomian Indonesia dibandingkan negara-
negara ASEAN lainnya. Perkembangan peran ekonomi Thailand dalam perdagangan intra
ASEAN merupakan bentuk warning terhadap daya saing ekonomi nasional. Menurut
penelitian Global Competitiveness Report (GCR) tentang daya saing global, peringkat daya
saing Indonesia terus menerus turun. Turunnya peringkat daya saing ini menurut GCR
disebabkan karena kondisi infrastruktur, institusi dan pendidikan dasar di Indonesia yang
masih buruk. Peran infrastruktur, institusi (birokrasi), dan pendidikan yang berkualitas
(human capital) dalam proses produksi sangatlah penting. Sehingga, inefisiensi ketiga faktor
tersebut dapat menyebabkan tingginya cost of production dan berakibat pada rendahnya daya
saing komoditas nasional. Di Asia, negara dengan tingkat daya saing global yang tinggi
adalah Singapura dan Taiwan. Lihat Tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3
Peringkat Daya Saing Indonesia
Tahun 2006-2012
Tahun Peringkat Keterangan
2006-2007 50 dari 125 Negara -
2007-2008 54 dari 134 Negara Turun
2008-2009 55 dari 134 Negara Turun
2009-2010 43 dari 133 Negara Naik
2010-2011 44 dari 139 Negara Turun
2011-2012 46 dari 139 Negara Turun
Sumber: World Economic Forum, Global Competitiveness Report.
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC...( Nurul Istifadah) 433
Gambaran Perekonomian Indonesia
Seperti terlihat dalam Gambar 1 dan 2 di bawah ini disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan
ekonomi nasional semakin meningkat. Tingkat pertumbuhan ekonomi diukur dari kenaikan
PDB (Produk Domestik Bruto) atas dasar harga konstan atau kenaikan PDB per kapita.
Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga konstan tahun 2000 dalam periode tahun
2006-2011 terus meningkat secara konsisten walaupun tidak sebesar PDB harga berlaku. Hal
ini menunjukkan bahwa beban inflasi nasional masih sangat besar. Demikian juga untuk nilai
PDB per kapita, yang menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat pula. Kedua
indikator tersebut menggambarkan capaian hasil pembangunan nasional di bidang ekonomi.
Sumber : BPS, diolah.
Perekonomian Indonesia selama ini didominasi oleh output tiga sektor ekonomi, yaitu
industri manufaktur; perdagangan, hotel & restoran; serta sektor pertanian. Dalam Tabel 1.4
di bawah ini terlihat bahwa selama periode tahun 2006-2011, kontribusi industri manufaktur
terhadap PDB nasional adalah yang tertinggi, yaitu antara 25,81-27.83 persen, namun dengan
kecenderungan yang semakin menurun. Sebaliknya, sektor perdagangan, hotel & restoran
memiliki kecenderungan kontribusi yang semakin meningkat terhadap PDB nasional.
Tabel 1.4
Distribusi PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2006-2011 (%) No Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbuhan
1 Pertanian, Peternk, Kehutn & Perikn 14.21 13.82 13.67 13.58 13.17 13.17 -1.26
2 Pertambangan & Galian 9.10 8.72 8.28 8.27 8.06 8.06 -1.99
3 Industri Manufaktur 27.83 27.39 26.79 26.16 25.81 25.81 -1.25
4 Listrik & Gas & Air Bersih 0.66 0.69 0.72 0.78 0.78 0.78 2.79
5 Bangunan 6.08 6.20 6.29 6.44 6.48 6.48 1.09
6 Perdagangan, Restoran & Hotel 16.92 17.33 17.47 16.91 17.31 17.31 0.38
7 Pengangkutan & Komunikasi 6.76 7.25 7.97 8.82 9.42 9.42 5.70
8 Keuangn, Real Estate & Jasa Persh 9.21 9.35 9.55 9.60 9.55 9.55 0.61
9 Jasa-Jasa 9.24 9.25 9.27 9.43 9.41 9.41 0.31
Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
PDB tanpa migas 92.22 92.74 93.14 93.47 93.83 93.83 0.29
-
1.000.000,0
2.000.000,0
3.000.000,0
4.000.000,0
5.000.000,0
6.000.000,0
7.000.000,0
Gambar 1 PDB Indonesia (Milyar Rp)
Harga Berlaku Harga Konstan
-
2.000,0
4.000,0
6.000,0
8.000,0
10.000,0
12.000,0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 2 PDB per Kapita (Ribu Rp)
434 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
Sumber: BPS, diolah.
Meskipun kontribusi industri manufaktur terhadap PDB cenderung turun, namun apabila
dikelola secara efisien diharapkan dapat meningkatkan daya saing perekonomian nasional
karena kontribusinya paling besar dibanding sektor lain dalam perekonomian nasional.
Efisiensi proses produksi industri manufaktur dapat dilakukan dengan mengalokasikan
sumber daya secara efisien, efektif dan lebih inovatif (Ramelan, 1998; Landiyanto, 2005).
Oleh karena itu, prioritas utama perekonomian nasional adalah dengan mengembangkan
industri manufaktur unggulan di setiap daerah yang berbasis potensi sumber daya lokal
dengan menggunakan tehnologi yang lebih inovatif.
Ditinjau dari aspek spasial, lokasi industri manufaktur nasional menyebar tidak merata ke
seluruh provinsi. Penyebaran yang tidak merata ini disebabkan karena potensi dan
sumberdaya masing-masing provinsi tidak sama. Perbedaan potensi ini dipengaruhi oleh
proses pemberdayaan sumber daya di masing-masing provinsi sebagai satu kesatuan ekonomi
nasional yang berbeda-beda.
Pada kenyataannya, lokasi industri manufaktur nasional terkonsentrasi hanya di beberapa
wilayah strategis di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Output industri manufaktur di pulau
Jawa menyumbang lebih dari 70 persen total output industri manufaktur nasional. Provinsi
Jawa Timur dan Jawa Barat, merupakan pusat konsentrasi industri manufaktur di pulau Jawa
dan bahkan Indonesia. Sebagian besar kawasan industri berada di provinsi Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat menyumbang lebih dari 25 persen total output industri manufaktur
nasional dengan trend yang meningkat, sedangkan Jawa Timur menyumbang lebih dari 16
persen total output industri manufaktur nasional, namun dengan trend yang semakin
menurun. Lihat Tabel 1.5 berikut ini.
Tabel 1.5
Distribusi Industri Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Berdasar Kontribusi Masing-Masing Pulau di Indonesia
Tahun 2003-2008 (%)
No Pulau/Provinsi 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Sumatera 17.08 16.95 16.60 16.52 16.54 16.31
2 Jawa 69.22 69.71 70.59 71.24 71.81 72.22
2.1. DKI Jakarta 11.62 11.82 11.86 11.88 11.87 11.72
2.2. Jawa Barat 23.70 23.53 24.40 25.29 25.92 26.87
2.3. Jawa Tengah 10.43 10.67 10.68 10.66 10.74 10.68
2.4. DI Yogyakarta 0.59 0.58 0.57 0.55 0.53 0.52
2.5. Jawa Timur 16.18 16.38 16.37 16.10 16.09 15.97
2.6. Banten 6.71 6.73 6.71 6.76 6.65 6.47
3 Bali dan Nusa
Tenggara
0.65 0.66 0.66 0.66 0.68 0.70
4 Kalimantan 10.87 10.44 9.93 9.30 8.67 8.43
5 Sulawesi 1.80 1.86 1.83 1.90 1.92 1.97
6 Maluku dan Papua 0.37 0.39 0.39 0.39 0.39 0.38
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS, diolah.
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC...( Nurul Istifadah) 435
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa industri manufaktur merupakan salah satu
sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan dan merupakan penggerak
perekonomian nasional. Industri manufaktur memiliki linkage yang besar terhadap sektor
ekonomi lainnya. Apabila industri manufaktur meningkat, maka akan mendorong
peningkatan di sektor ekonomi lainnya. Namun demikian, selain potensi di atas, industri
manufaktur juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: fenomena sunset industry, trend
pertumbuhan yang semakin turun, serta daya saing yang masih rendah di pasar global.
Integrasi Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community)
ASEAN dibentuk pada tahun 1967 oleh lima negara pendiri, yaitu Filipina, Indonesia,
Malaysia, Singapura, dan Thailand. Kini ASEAN terdiri dari sepuluh negara anggota, yaitu
Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja
(1999).
Kerjasama ASEAN pada awalnya ditujukan untuk kerjasama yang berorientasi politik, yaitu
untuk mencapai perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Namun, dalam
perkembangannya, seiring dengan tantangan perkembangan global, kerjasama ASEAN
semakin diperkuat oleh semangat stabilitas ekonomi dan sosial di kawasan Asia Tenggara,
antara lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya dengan tetap
memperhatikan kesetaraan dan kemitraan sebagai landasan untuk tercapainya masyarakat
ASEAN yang sejahtera dan damai. Oleh karena itu, kerjasama ASEAN didasarkan pada tiga
pilar utama, yaitu ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN
Socio-Cultural Community dimana ketiganya membentuk ASEAN Community.
ASEAN Economic Community terbentuk karena adanya kesepakatan atau integrasi ekonomi
yang telah menjadi elemen penting dalam proses globalisasi. Integrasi ekonomi dilandasi
oleh konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang akan diperoleh lebih besar dibanding
biaya/resiko yang mungkin dihadapi. Kebijakan integrasi ekonomi ASEAN dimaksudkan
untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan ekonomi
ASEAN dalam rangka meningkatkan kemakmuran seluruh masyarakat ASEAN serta
memperkuat daya saing kawasan ekonomi ASEAN dalam rangka menghadapi persaingan
global.
ASEAN Economic Community (AEC) merupakan proses integrasi ekonomi akibat dari proses
liberalisasi perdagangan barang dan jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja di kawasan
negara-negara ASEAN yang membentuk pasar tunggal ASEAN. Integrasi ekonomi ASEAN
ditindaklanjuti dengan beberapa kesepakatan perdagangan dan investasi (PTA, 1977; AFTA,
1992; AFAS, 1995; serta AIA, 1998) yang kemudian diikuti dengan perumusan sektor
prioritas integrasi dan kerja sama di bidang moneter. Bahkan, untuk menghadapi tantangan
global telah diputuskan mempercepat pembentukan AEC dari tahun 2020 menjadi tahun
2015. Percepatan integrasi ekonomi ASEAN ini diharapkan dapat memanfaatkan semua
potensi yang ada.
Pembentukan AEC dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu pasar tunggal dan
kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang
merata, serta perekonomian ASEAN yang terintegrasi dengan perekonomian global (Djaafara
dan Budiman, 2009). Pembentukan AEC diharapkan dapat meningkatkan skala ekonomi
ASEAN sehingga daya saing ASEAN dapat meningkat dan berdampak positif pada
kesejahteraan masyarakat ASEAN sehingga pertumbuhan ekonomi merata dan kesenjangan
436 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
ekonomi antar negara ASEAN dapat diperkecil. Melalui integrasi ekonomi ASEAN secara
bertahap negara-negara anggota ASEAN membebaskan aliran perdagangan barang, jasa, dan
faktor produksinya, serta melakukan harmonisasi peraturan-peraturan terkait lainnya secara
bertahap dan terjadwal.
Berbagai langkah implementatif kemudian ditindaklanjuti sebagai keberlanjutan dari proses
integrasi ekonomi ASEAN, seperti: peningkatan kerjasama perdagangan dan investasi,
pengembangan sumber daya manusia, kerjasama kebijakan makroekonomi dan moneter,
peningkatan infrastruktur, pengembangan transaksi on-line (e-ASEAN), peningkatan
keterlibatan sektor swasta dan lain-lain. Integrasi ekonomi ASEAN diharapkan juga memberi
manfaat bagi sektor swasta yang terlibat dalam proses integrasi.
Target waktu pencapaian AEC terbagi dalam empat fase, yaitu 2008-2009, 2010- 2011, 2012-
2013, dan 2014-2015. Grand design AEC menjadi arah bagi negara-negara anggota ASEAN
untuk mencapai AEC 2015. Mengingat pentingnya perdagangan eksternal bagi ASEAN
(outward looking) dan strategi pembangunan ekonomi di negara-negara ASEAN (inward
looking), maka grand designnya adalah:
1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran
bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih
bebas.
2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi dengan elemen
peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,
pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce.
3. ASEAN sebagai kawasan dengan perkembangan ekonomi yang merata dengan
elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN
untuk negara-negara CLMV ( (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) yang termuat
dalam Initiative for ASEAN Integration.
4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global
dengan elemen pendekatan koheren dengan ekonomi di luar kawasan, dan
meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.
Peluang dan Tantangan Integrasi Ekonomi ASEAN bagi Perekonomian
Nasional
Terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN tidak disangkal akan menciptakan sejumlah
peluang dan tantangan. Peluangnya adalah terciptanya pasar yang semakin luas bagi
komoditas ekspor Indonesia. Disamping itu, juga meningkat nya kompetisi di antara pelaku
usaha, kualitas barang, skala ekonomi, serta meningkatnya PDB nasional, dll. Sedangkan
tantangannya adalah hilangnya kesempatan kerja akibat menjadi pasar bagi produk negara
anggota ASEAN lainnya akibat tidak mampu bersaing serta terbatasnya wewenang negara
dalam menetapkan kebijakan fiskal, keuangan, dan moneter dalam upaya mempengaruhi
kinerja ekonomi dalam negeri.
ASEAN sebagai suatu kawasan merupakan pasar yang sangat potensial untuk dimanfaatkan.
Pada tahun 2006 penduduk ASEAN mencapai sekitar 567,6 juta orang. Pertumbuhan
ekonomi ASEAN sebesar 5,7%. Nilai PDB ASEAN pada tahun 2006 mencapai USD 1,1
trilliun, sehingga PDB per kapita mencapai USD 1.890. Jumlah populasi, luas geografi dan
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC...( Nurul Istifadah) 437
nilai PDB terbesar di ASEAN harus dapat menjadi kekuatan agar Indonesia dapat menjadi
pemain besar dalam pasar tunggal ASEAN.
Kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara eksportir, tidak hanya produk berbasis sumber
daya alam, tetapi juga komoditas manufaktur lainnya. Prospek perekonomian ASEAN juga
menjadi salah satu tujuan penanaman modal yang menarik bagi investor dunia. Hal ini
menjadikan ASEAN sebagai peluang pasar maupun basis produksi yang menjanjikan bagi
komoditas ekspor Indonesia. Indonesia sebagai salah satu kontributor besar dalam
perdagangan ASEAN harus dapat memanfaatkan potensi daya tarik tersebut melalui
perluasan pasarnya, dan bukan sebaliknya sebagai tempat pemasaran produk ekspor negara-
negara ASEAN lainnya.
Di samping peluang-peluang yang sudah dideskripsikan di atas, terdapat pula tantangan
terkait akan terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Yaitu, adanya
kesamaan keunggulan kompetitif dengan negara anggota ASEAN lainnya, baik daya saing
komoditas maupun sumber daya manusianya. Selain itu, tantangan lainnnya adalah
membanjirnya produk asing terutama yang berasal dari negara anggota ASEAN sendiri
Untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan yang akan dihadapi sebagai dampak
dari integrasi ekonomi ASEAN tersebut, maka strategi perekonomian nasional harus bersifat
multi sektoral dan regional. Dengan keterbatasan sumber daya, strategi pengembangan
ekonomi nasional diarahkan pada komoditas unggulan nasional yang berasal dari komoditas-
komoditas andalan masing-masing daerah (local economy) melalui pendekatan prioritas
(priority approach). Hal ini diharapkan dapat menciptakan keunggulan kompetitif untuk
memenangkan persaingan global.
Salah satu sektor prioritas dalam perekonomian nasional adalah industri manufaktur.
Pengembangan industri manufaktur harus berorientasi spasial dan regional. Kebijakan
pengembangan industri manufaktur diarahkan untuk mendorong spesialisasi komoditas yang
memiliki keunggulan kompetitif di masing-masing daerah sehingga mampu menciptakan
nilai tambah, perluasan kesempatan kerja, serta perolehan devisa yang optimal.
Sebagai salah satu negara yang memberi kontribusi besar dalam perekonomian ASEAN dan
besarnya potensi ekonomi yang dimiliki, Indonesia harus mampu memanfaatkan kekuatan
internal tersebut dengan memberdayakan sektor-sektor potensial serta mengefisiensikan
proses produksi melalui peningkatan kualitas human capital, restrukturisasi birokrasi, serta
pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Simpulan dan Implikasi Kebijakan
Pelaksanaan integrasi ekonomi ASEAN rencananya akan dipercepat pelaksanaannya pada
tahun 2015. Bentuk integrasi ekonomi ASEAN tersebut adalah terbentuknya pasar tunggal
ASEAN. Bagi perekonomian Indonesia, peluang kesepakatan integrasi ekonomi ASEAN
tersebut harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan meminimalkan tantangan yang
mungkin akan dihadapi sebagai konsekuensi diberlakukannya kesepakatan integrasi ekonomi
ASEAN. Untuk menghadapi peluang dan tantangan tersebut, maka strategi perekonomian
nasional harus bersifat multi sektoral dan regional. Dengan keterbatasan sumber daya, maka
strategi pengembangan ekonomi nasional diarahkan pada komoditas unggulan nasional yang
438 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012
berasal dari komoditas-komoditas andalan masing-masing daerah (local economy) melalui
pendekatan prioritas (priority approach). Hal ini diharapkan dapat menciptakan keunggulan
kompetitf untuk memenangkan persaingan global.
Sebagai salah satu negara yang memberi kontribusi besar dalam perekonomian ASEAN dan
besarnya potensi ekonomi yang dimiliki, Indonesia harus mampu memanfaatkan kekuatan
internal tersebut dengan memberdayakan sektor-sektor potensial serta mengefisienkan proses
produksinya melalui peningkatan kualitas human capital, restrukturisasi birokrasi, serta
pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan.
Implikasi dari strategi tersebut, antara lain:
1. Perlunya kerjasama yang serasi antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Hal ini
diharapkan akan mewujudkan kekuatan bersama yang saling mendukung. Pembangunan
ekonomi nasional seharusnya menempatkan dunia usaha dan masyarakat sebagai pelaku
utamanya, sedangkan pemerintah berperan sebagai fasilitator dan penentu kebijakan yang
membawa perekonomian nasional ke arah dan tujuan peningkatan pertumbuhan ekonomi
serta kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif dengan
menyediakan fasilitas/infrastruktur yang memadai sebagai dukungan terhadap terciptanya
iklim usaha yang lebih kompetitif.
2. Mengembangkan sektor-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif melalui
peningkatan efisiensi produksi sehingga cost of productionnya renda, serta
3. Meningkatkan peran industri kecil dan menengah bersama dengan industri besar sebagai
dasar kekuatan struktur industri nasional karena sebagian besar penduduk Indonesia
berada di sektor usaha kecil dan menengah. Penataaan struktur industri diarahkan pada
upaya-upaya yang mendorong tumbuhnya industri kecil, menengah, dan industri besar
secara bersama-sama dan proporsional.
Daftar Pustaka
1. Antara News, Daya Saing Indonesia, 2007. Terperosok, http://www.antara.co.id, akses tgl
3 Juni 2010.
2. Astuti, Dewi, 2010. Peringkat Daya Saing RI Naik dari 42 jadi 35, http://web.bisnis.com,
akses tgl 2 Juni 2010
3. Badan Pusat Statik Indonesia
4. Capello, Roberta, (2007), Regional Economics, Routledge, New York.
5. Djingan, 1996, Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
6. Khor, Martin, 2002a. Globalisasi Perangkap Negara-Negara Selatan, Globalization and
the South: Some Critical Issues Third World Network (TWN), terjemahan, Cindelaras
Pustaka Rakyat Cerdas (CPRC), Yogyakarta.
7. Khor, Martin, 2002b. Globalisasi Dan Krisis Pembangunan Berkelanjutan, Cindelaras
Pustaka Rakyat Cerdas (CPRC), Yogyakarta.
8. Landiyanto, E Agustinus, 2005, Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial pada Sektor Industri
Manufaktur di Jawa Timur, paper, dipresentasikan di Jakarta dalam Seminar Industry and
Trade pada tanggal 17 November 2005.
9. Markusen, James R and Ethier, Wilfred, 1996. Multinationals Technical Difussion, and
Trade, Journal of International economics 41, 1-28.
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC...( Nurul Istifadah) 439
10. Morgan, Theodore, 1975. Economic Development : Concept and Strategy, Harper & Ror
Publishers, New York.
11. Prabowo, Dibyo dan Sonia Wardoyo, 2004. AFTA Suatu Pengantar, BPFE, Yogyakarta.
12. Tjokroamidjojo, Bintoro, 1986. Perencanaan Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta.
13. Wifipedia, 2010. Laporan Daya Saing Global, http://id.wikipedia.org, akses tgl 9 Juni
2010
14. Winantyo, et al, 2009, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)2015, PT Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta.
440 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012