Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

11
Gunung Gangsir dan Wilayah Di Sekitarnya Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian Peninggilan Purbakala Samarinda Abstract: Gunmig Gangsir Ten/pie, one of theglorious ten^ple in EastJava that/?iade of bricks. There's t)vo opinion about the period. One said that it is from Sindok's period, and the others said it is from Majapahitperiod. A.S we know, the architectur and decoration of the temple looks similarly with Prambanan Temple. The difference only on its material; Pra??ibanan temple is made of stone, and GunungGangsir made of b?7cks with its unique si^e like plaque and big block. Gunung Gangsir Temple is around with amount of wells. Formerly, in 1993 there are 7 wells that function till that time. In 2007, that wells only 4 with 1 dty-well include. It is caused by the increasing people houses around Gunung Gangsir Temple. Temple and its environmental can be research by matching the data in the Inscription. In this case, the writer will match the connection between Cunggrang Inscription with localistation of three ^nilding that mentioned in that Ascription. ^^ndahuluan Candi Gunung Gangsir "^^rletak di Dusun Kebon Candi, Ciesa Gunung Gangsir, Kecamatan Kabupaten Pasuruan, pada Posisi 7035'12.6" LS dan 112043'59,9" BT Secara geografis, *^^ndi Gunung Gangsir terletak di •^^taran rendah, sekitar 13 km di ^^belah timur Gunung ^nanggungan. Candi berdiri di atas P^rrnukan tanah seluas 1500 m2 -^^g dibatasi kawat berduri yang ^^kaligus merupakan batas tanah ■^^lik purbakala, yang dikelilingi oleh jalan desa pada keempat sisinya. Lingkungan di sekitarnya merupakan rumah yang padat berjarak 10-20 m dari bangunan candi. Secara umum, di wilayah Kabupaten Pasuruan banyak sekali terdapat benda cagar budaya tidak bergerak dari berbagai masa, sejak masa Sindok hingga Majapahit seperti misalnya Candi Gunung Gangsir, Petirtaan Belahan (dari masa Sindok), situs Pancasara/Raos Pacinan, Candi Pari, Candi Kebo Ireng (dari masa Majapahit), lereng Gunung Penanggungan dari masa Airlangga hingga Majapahit dan masih banyak lagi yang lainnya. Nama Gunung Gangsir berasal dari cerita rakyat yang masih berkembang di masyarakat, yang berarti menggangsir untuk mendapatkan sesuatu. Pada dinding sisi utara terdapat bekas lubang (bhs Jawa: digangsir) sehingga kemudian disehut Candi Gunung Gangsir. Mengenai masalah penjamanan Candi Gunung Gangsir, ada beberapa pendapat. Yang pertama adalah bahwa Gunung Gangsir berasal dari masa Sindok. Pendapat yang lain mengatakan berasal dari masa Majapahit. Pendapat pertama ini didasarkan pada bentuk arsitektur yang mirip arsitektur Candi Prambanan di jawa Tengah. Menurut NJ Krom, Candi Gunung Gangsir dihubungkan dengan masa peralihan perkembangan kesenian dari gaya Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kesenian Jawa Timur berkembang secara berevolusi di antara kesenian Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga sulit untuk menentukan kapan terjadi perubahan dengan gaya seni tersebut, karena ti dak ada dukungan gaya arkeologis yang kuat. Krom menyebutkan ada tiga monumen yang menunjukkan bahwa keterkaitan antara kesenian Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ketiga monument tersebut adalah Candi Loro Jonggrang (terletak di Prambanan Jawa Tengah), Candi Gunung Gangsir dan Gapura Belahan (Keduanya di Pasuruan, Jawa Timur). Sedangkan pendapat kedua mendasarkan pada lokasi candi yang terletak di Pasuruan. Pada umumnya candi-candi di sekitar Candi Gunung Gangsir tersebut berasal dari masa Majapahit, seperti misalnva Candi Pari yang terletak sekitar 6 km di sebelah barat Candi Gunung Gangsir. Di dekat Candi Gunung Gangsir terdapat sebuah kolam, sekitar 1 km di sebelah barat dava. Pada saat ini ini dinding-dinding A

Transcript of Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

Page 1: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

Gunung Gangsir dan Wilayah Di Sekitarnya

Oleh:

Dra. Ririet Surjgndari, M.HumBalai Pelestarian Peninggilan Purbakala Samarinda

Abstract:

Gunmig Gangsir Ten/pie, one oftheglorious ten^ple in EastJava that/?iadeof bricks. There's t)vo opinion about theperiod. One said that it is from Sindok'speriod, and the others said it is fromMajapahitperiod.A.S we know, the architectur anddecoration of the temple looks similarlywith Prambanan Temple. The differenceonly on its material; Pra??ibanan temple ismade of stone, and GunungGangsir madeof b?7cks with its unique si^e like plaqueand big block.

Gunung Gangsir Temple isaround with amount of wells. Formerly, in1993 there are 7 wells thatfunction tillthat time. In 2007, that wells only 4 with1 dty-well include. It is caused by theincreasing people houses around GunungGangsir Temple.

Temple and its environmental can beresearch by matching the data in theInscription. In this case, the writer willmatch the connection between CunggrangInscription with localistation of three^nilding that mentioned in thatAscription.

^^ndahuluan

Candi Gunung Gangsir"^^rletak di Dusun Kebon Candi,Ciesa Gunung Gangsir, Kecamatan

Kabupaten Pasuruan, padaPosisi 7035'12.6" LS dan

112043'59,9" BT Secara geografis,*^^ndi Gunung Gangsir terletak di•^^taran rendah, sekitar 13 km di^^belah timur Gunung^nanggungan. Candi berdiri di atas

P^rrnukan tanah seluas 1500 m2-^^g dibatasi kawat berduri yang^^kaligus merupakan batas tanah■^^lik purbakala, yang dikelilingi

oleh jalan desa pada keempat sisinya.Lingkungan di sekitarnyamerupakan rumah yang padatberjarak 10-20 m dari bangunan

candi.

Secara umum, di wilayahKabupaten Pasuruan banyak sekaliterdapat benda cagar budaya tidakbergerak dari berbagai masa, sejakmasa Sindok hingga Majapahitseperti misalnya Candi GunungGangsir, Petirtaan Belahan (darimasa Sindok), situs Pancasara/RaosPacinan, Candi Pari, Candi KeboIreng (dari masa Majapahit), lerengGunung Penanggungan dari masaAirlangga hingga Majapahit danmasih banyak lagi yang lainnya.Nama Gunung Gangsir berasal daricerita rakyat yang masihberkembang di masyarakat, yangberarti menggangsir untukmendapatkan sesuatu. Pada dindingsisi utara terdapat bekas lubang (bhsJawa: digangsir) sehingga kemudiandisehut Candi Gunung Gangsir.

Mengenai masalah

penjamanan Candi GunungGangsir, ada beberapa pendapat.Yang pertama adalah bahwaGunung Gangsir berasal dari masaSindok. Pendapat yang lainmengatakan berasal dari masaMajapahit. Pendapat pertama inididasarkan pada bentuk arsitekturyang mirip arsitektur CandiPrambanan di jawa Tengah.Menurut NJ Krom, Candi GunungGangsir dihubungkan dengan masaperalihan perkembangan keseniandari gaya Jawa Tengah ke JawaTimur. Kesenian Jawa Timurberkembang secara berevolusi diantara kesenian Jawa Tengah danJawa Timur, sehingga sulit untukmenentukan kapan terjadiperubahan dengan gaya senitersebut, karena tidak ada dukungangaya arkeologis yang kuat. Krommenyebutkan ada tiga monumenyang menunjukkan bahwaketerkaitan antara kesenian JawaTengah dan Jawa Timur. Ketigamonument tersebut adalah CandiLoro Jonggrang (terletak diPrambanan Jawa Tengah), CandiGunung Gangsir dan GapuraBelahan (Keduanya di Pasuruan,Jawa Timur). Sedangkan pendapatkedua mendasarkan pada lokasicandi yang terletak di Pasuruan.Pada umumnya candi-candi disekitar Candi Gunung Gangsirtersebut berasal dari masaMajapahit, seperti misalnva CandiPari yang terletak sekitar 6 km disebelah barat Candi GunungGangsir.

Di dekat Candi GunungGangsir terdapat sebuah kolam,sekitar 1 km di sebelah barat dava.Pada saat ini ini dinding-dinding

A

Page 2: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

kolam tersebut telah diberi pagarbaru. Data arkeologis yangtertinggal berupa sisa-sisa batubesar yang digunakan sebagai lantaidasar kolam. Batu-batu besar

tersebut tampaknya kuna . (Ririet,2003). Sangat disayangkan tidak adasatupun prasasti panjang maupunpendek untuk melacak

penanggalannya. Satu-satunyasumber tertulis yang cukupmembantu adalah Nagarakrtagama.Di dalam pupuh 17:11a dan pupuh18:6a diceritakan bahwa HayamWuruk dalam perjalanannya dariKapulungan menuju ke timursinggah beberapa saat di kolam yangterletak di sebelah timurKapulungan kuna: "praptengdharma ring prapancasara tumuluydhateng i kapulungan siramgil(sampai di Dharma Pancasarakemudian memasuki Kapulungan,di situ bermalam), Ndah praptengpancuran mungkur atiki lariningsyandanenjing marayyan (sampai diPancuran Mungkur, iringanberhenti pada pagi hari) (Sidomulyo,2007:34,36).

Berdasarkan pada toponimdan temuan arkeologis, Kapulunganoleh Hadi Sidomulyodiidentifikasikan dengan Kejapanansekarang (Sidomulyo, 2007; 36-7).Diperkirakan bahwa kolam tersebutadalah Pancuran Mungkur yangsekarang telah berubah namamenjadi Sumbersono di DusunSumberkepuh Desa GunungGangsir. Kondisi terakhir, dalamrencana pembuatan jalan tol untukmengalihkan jalan tol Porong yangterkena dampak lapindo, maka disekitar kolam tersebut direncanakanakan dibuat jalan tol.

Secara arsitektural, hipotesabahwa Candi Gunung Gangsirberasal dari masa Sindok didukungoleh ukuran bata. Telah diketahui

bersama, bahwa ukuran bata juga

dapat menunjukkanpenanggalan secara nisbi.Ada satu hipotesa bahwaukuran bata yang semakinbesar, menandakansemakin tua usia

bangunan. Sebaliknyasemakin kecil ukuran bata

maka semakin muda usia

bangunan. Ukuran bata diCandi Gunung Gangsiradalah 9 X 26 X 39 cm,dan 9 X 26 X 47 cm. Sedangkan bataberelief berbentuk plaqueberukuran lebih besar lagi.Sementara itu ukuran bata dari masa

Majapahit pada umumnya adalah 6X18 X 32 cm dan 10 X 23 X 39 cm.

Kajian intern

Kajian intern dilakukanterhadap aspek-aspek pada CandiGunung Gangsir, yaitu pembacaandan interpretasi prasasti pendek,interpretasi peripih, interpretasimotif-motif hias/relief dan carabuatnya pada Candi GunungGangsir.

Temuan prasasti pendekpada bata lapis 2 sisi kiri/selatanbidang tegak tangga. Setelahdilakukan pengamatan secaraseksama pada masing-masing bata,pada bidang tegak sisi kiri tanggapada bata lapis 2 terdapat prasastipendek yang ditulis dalam hurufJawa Kuna. Tulisan tersebutdiguratkan pada'dua sisi bata bagianstrek yang tersusun berdampingan.Berdasarkan bentuknya, huruf-huruf tersebut berbentuk

cenderung bulat seperti tipe huruftersebut merupakan gaya khashuruf tipe Sindok, dan terdapatkuncir/serif, Kuncir Jawa Tengahantermasuk Sindok. Huruf yangmasihdapat terbaca terdapat pada bata sisitimur sebanyak 2 buah, berbunyipara dan dari jejak-jejaknya tampaksamar-samar satu buah huruf yang

berbunyi ma setelah kata panSehingga dengan demikian kaotersebut dapat dibaca paramaSangat disayangkan bahwasanppada bata sisi barat yang jumlathuruf-hurufnya Icbih banyak.memenuhi seluruh posisi strek bata.ada bekas-bekas penghalusaflsehingga huruf-huruf tersebut ddaidapat terbaca lagi. Namun dari jejak-jejaknya tampak adanya goresaiilayar, dan suku.

Parama berasal dari kata

Sanskerta berard yang paling utamaatau yang tertinggi (Zoetmulder,1995: 764). Di dalam konsep agamaHindu, parama merupakan isdlahuntuk menyebut Tuhan sebagaiDzat yang tertinggi. Dengandemikian ada kemungkinan prasastipendek tersebut seperti halnyaprasasd-prasasd pendek dari daerahlainnya, berfungsi sebagai petunjuk.Prasasd pendek penunjuk tersebutantara lain terdapat di CandiBorobudur (Kab. Magelang), CandiPenataran (Kab. Blitar), CandiPlaosan Lor (Kab. KJaten), danCandi Pari (Kab. Sidoarjo). Denganadanya tulisan paramamenunjukkan bahwa tempat disekitar tulisan tersebut merupakantempat paling suci atau paling utama)ang berfungsi sebagaibrahmasthana candi, yaitu tidkperpotongan dua garis diagonaldenah candi. Hal ini seperti halnynyang terjadi di Candi Prambanan,

Page 3: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

kedudukan brahmasthana juga disudut tenggara di dekat penampilanak tangga.

Secara lokasional, tempatpenulisan kata parama denganpenempatan dua peripih yang telahditemukan pada tahun 2006(laporan bulanan kegiatanpemugaran

Candi GunungGangsir bulanAgustus 2006),s a n g a t 1 a hbefdekatan,

yaitu sekitar 50cm padakedalaman 40cm d a r imaeveldt.Dengan demikian dapat diajukansatu asumsi bahwa ada hubungankontekstual antara prasasti pendektersebut dengan penempatanperipih.

Pertimbangan lokasi ini

sangat berarti. Mengacu pada candi-candi yang sejaman dengan CandiGunung Gangsir, yaitu Candiprambanan yang terletak diPrambanan DIY, sangat mungkinbahwa brahmasthana CandiGunung Gangsir tidak berada tepatdi tengah candi, melainkan padasudut tenggara di dekat tangga naik.Hal ini telah dibuktikan denganadanya temuan dua buah peripihbata yang berisi lembaran emasberbentuk sri vastu, bentuk-bentukbinatang yang belum selesaipengerjaannya, padma (isi peripihI), kura-kura /kurma dan kambing(isi peripih II).

Bentuk padma dan kura-kura ini apabila dikaji secaramitologis, maka kedua bendatersebut adalah sebagai salah satumanifestasi Wisnu. Kura-kura

adalah salah satu awatara NX'isnu

yang pertama. Sedangkan Padma

adalah bunga suci yang biasa dibawaoleh Laksmi sebagai istri Wisnu,sehingga dia disebut pula denganpadmestitha. Dengan demikiantampak bahwa aliran keagamaanyang mendasari bangunan ini adalahWaisnawa. Binatang kambing seringdigambarkan dalam mangkukzodiak. Di dalam penanggalan Jawa

K u n a ,

kambing/wrsabha melambangkanbintang Aries yangberlaku padabulan Maret-

April.

Di dalam

konsep agamaHindu, isi peripih

dianggap sebagai kesatuan 5 elemensebagai perwujudan dewa-dewadalam agama Hindu, yang berfungsiuntuk "menghidupkan" candi.Candi itu sendiri merupakan tempatibadah bagi umatnya untukmelakukan pemujaan. Di dalamformasi penempatan dewa-dewa,hal tersebut sesuai dengan arah mataangin (dikpalaka), dengan pusatnyaberada di tengah. Masing-masingadalah sebelah utara untuk Wisnu,sebelah selatan untuk Brahma,sebelah timur untuk Iswara, sebelahbarat untuk Mahadewata dan tengahuntuk Siwa. Secara ringkasnya,unsur-unsur dewa inidimanifestasikan dalam bentuk

logam yang mewakili warna masing-masing dewa, yaitu: besi untukWisnu, tembaga untuk Brahma,perak untuk Iswara, emas untukMahadewata (Donder, 2001; 78-79).

Di dalam kepercayaanHindu, candi merupakan replikaGunung Mahameru atau replikakosmos (alam scmesta). Dengandemikian candi harus didirikan dilingkungan yang suci. Gleh karenaitu suatu tempat yang akan dipakaiuntuk mcndirikan candi harusdisucikan terlebih dahulu. Tempat

itu kemudian diberi tanda dengansembilan patok, satu di pusat,delapan masing-masing di keempatsudumya dan pada tengah sisi-sisinya (Soekmono, 1977:232-235).Isi peripih tersebut dimasukkan ke

dalam wadah/peripih. Adapunbahan peripih bermacam-macam,yaitu logam, batu atau tanah liatbakar. Pada Candi Gunung Gangsir,kedua peripih yang ada terbuat daribata yang diberi cekunganberbentuk segi empat di tengahsebagai tempat isi peripih.

Keberadaan peripih disebelah tenggara menurutpembagian ruang dalam skala mikrokosmos (triangga) dalam agamaHindu merupakan tempat yangnisthaning uttama (Munandar,2007:4-5). Sementara itu dalamsusunan Astadikpalaka, arahtenggara merupakan tempatkedudukan dewa Agni (Munandar,2007). Seperti halnya dewa-dewalainnya yang mempunyai wahana,maka wahana Agni adalah domba.Dengan demikian, ada korelasi yangsaling menunjang antara konsepdengan kenyataan yang diterapkandalam penempatan peripih di CandiGunung Gangsir. Sementara itu didalam Rg Weda, kambingmerupakan hewan persembahande^xa kesuburan dan kemakmurandengan pemujaan kepada sakti{W7ryosaputro, 1957:21).

Hal ini sesuai dengan isiperipih kedua, yaitu di antaranyaterdapat kambing sebanyak 2lembar. Adapun bentuk yang lainadalah kura-kura sebagai simbolawatara V(7snu, yaitu kurma awatara.Sedangkan padma merupakansimbol Siwa. Sementara itu isiperipih pertama menunjukkanadanva pengaruh VCalsnawa yangkuat. Hal ini ditunjukkan olehdominannva bentuk-bentuk isi

peripih vang mengacu pada awatara

A

Page 4: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

Wisnu, yaitu 3 lembar bentuk segiempat (sri vastu), 2 lembar bentukyang belum selesai dapatdiidentifikasi sebagai ikan, 1 lembarbentuk yang belum selesai dapatdiidentifikasi sebagai babi, dan 1lembar bentuk yang belum selesaidapat diidentifikasi sebagai binatangbertaring, serta 1 buah bentukpadma sebagai perlambang Siwa(LaporanK e g i a t a nPemugaranCandi GunungGangsir bulanJ u 1 i t a h u n2006). Bentuksri vastu ini

merupakan1 a m b a n gWisnu. Sri

vastu selain

berbentuk segi empat biasanyaberbentuk jajaran genjang ataubelah ketupat. Bentuk ikan dapatdiidentifikasikan sebagai matsyadalam awatara Wisnu dan bentuk

babi dapat diidendfikasikan sebagaibabi hutan atau waraha di dalam

awatara Wisnu.

Adapun alasan adanya 2peripih dalam satu tempat,menunjukkan adanya dua kaliproses "menghidupkan" candi.Secara arsitektural ada data yangmendukung hipotesa ini. Ketikadilakukan pembongkaran penampil

pada tahun 2006 (laporanbulanan pemugaran Candi GunungGangsir bulan Juli-Agustus 2006),ada petunjuk adanya pentahapanpembangunan pada anak-anaktangga tersebut. Apabila dilihat darisamping pada struktur anak tanggaada 4 cara pemasangan strukturpenampil tangga 3'ang bareh/tidakada ikatan, yang ditandai oleh natbara membentuk garis lurusverdkal. Sementara itu pada bidang-bidang vang lain susunan antar batasclalu saling bcrkait demi alasan

perkuatan.

Sehingga dengan demikiandapat diduga bahwa ada pentahapandalam pembangunan anak tanggatersebut, yang dilakukan sebanyakempat kali (4 tahap). Perdmbanganpentahapan pembangunan iniadalah alasan sudut elevasi tanggayang terlalu terjal sehingga

k e m u d i a n

dilakukan

penambahanu n t u k

mengurangiketerjalannya.Hal dilakukan

sampai empatkali. Dengandemikian dirasa

perlu untuk

"menghidupkan" kembali candi sehingga dilakukanupacara untuk kedua kalinya denganmenanam lagi peripih kedua.

Selama ini apabilamemperbincangkan masalahperipih, yang ditekankan padaumumnya hanya pada isi peripihyang berupa emas. Sedangkan isiperipih lainnya yang berfungsisebagai pelengkap berupa biji-bijian,beras, dsb, biasanya terabaikan.Pelengkap ini bermacam-macam,yaitu kayu cendana, biji-bijian, beras,uang kepeng, permata, minyak danbenang (Donder, 2001:81-92).Fungsi dan ard simbolis masing-masing adalah;

kayu cendana berfungsi sebagaipenggand logam/dmah untukditulisi;

rempah-rempah berfungsiuntuk penghangat yangmemberi daya hidup, karenahidup memerlukanenergi/panas. Secara sakalaniskala rempah-rempahberfungsi sebagai pemanasdalam menjaga kehidupan yangsuci pada bangunan suci;

biji-bijian/kacang-kacanga£berupa biji-bijian hasil bumyang dapat dikonsumsi manususebagai makanan untuldipersembahkan kepada TuharYIVIE sebagai wujud dari rasibhakd manusia sebagai ciptaaaTuhan. Biji-bijian juga wakil darisegala buah-buahan; sementaraitu buah adalah simbol

ketulusan dan kebulatan hatl

Biji-bijian tersebut antara lainkacang merah, hijau, jagung,kacang hi tarn;Beras, filosofinya adalah bahwaoleh Tuhan persembahandisampaikan kepada Tuhankarena-Tuhan itu sendiri adalah

persembahan (Bhagavad GitaIV: 24; XV: 14), yang ardnyabahwa semuanj'a adalah Tuhan(sarva kala idam brahman).Adapun syarat-syaratnya bijiberas harus utuh, berkualitas,dan merupakan perlambangwarna dari para dewa; putihuntuk Siwa, kuning untukMahadewa, merah untukBrahma, hitam untuk Wisnu;uang kepeng berfungsi sebagaipersembahan sekaliguslambang/simbol manifestasiTuhan. Penggunaannya adalahberdasarkan angka-angka yangmelambangkan sifat dan jumlahpara dewa. Uang kepengmerupakan campuran 4 warna(emas, perak, tembaga, dH) yangmerupakan lambang pancadewata;permata: pada umumnya yangdigunakan adalah jenis mirah;min^'ak biasa dan minyak wangi:ibarat sebagai zat lemak dalamtubuh; minyak untuk mencucilogam keramat; minj^ak caturatau 4 jenis minyak yaitu kelapabe julit, sangket, giri dansudamala;

benang: sarana pengikatpembungkus dan pengikatperipih (terdiri dari 3

Page 5: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

warna/tridhatu, catur warna);wadah: berfiangsi unruk tempatbenda-benda tersebut, terbuat

dari logam, batu, atau tanah Uatbakar.

Selain peripih yangditemukan pada tahun 2006tersebut, pada sekitar awal tahun1990-an, di dalam kompleks situsCandi Gunung Gangsir, di sebelahbarat candi, pernah ditemukan isiperipih satu lembar emas berbentukUiah yang sekarang disimpan diBP3 Jawa Timur. Di dalam mitologiama Hindu dan Budha, gajah

^erupakan simbol kekuatan atauJ^tuburan. Selain itu gajah jugadianggap sebagai dewa yang dapatmemberikan curah hujan, sebagai

■ hoi kekuatan, keseimbanganTn perUndungan ayer, 1970: 87;Kadarsan, 1977: 310). Di dalamfilosofi India, gajah merupakanunsur alam yang tidak mudah rapuhdan sebagai makhluk surga. Dalamkaitannya dengan kedewataan,gajah sebagai wahana dari Laksmi^urrati, 1990: 72). Sementara ituLaksmi merupakan salah satu saktiWisnu.

Gajah dalam agama Budhamerupakan simbol mrunnya SangBudha Gautama dari sorga ke bumi,ketika dewi Maya ibu Sang Budhayang sedang mengandungbermimpi seekor gajah putihterbang mengelilingi perutnya danmasuk ke rahimnya dari arah kiri(Liebert, 1976: 210). Dalammitologi Budha disebutkan bahwaAksobhya duduk pada dua ekorgajah biru. Dalam cerita Jataka,Sang Bodhisatwa dilahirkan dalambentuk gajah (candhaka-jataka) danSilavanaNagaJataka (Piyasilo, 1989:47).

Hiasan yang ada pada CandiGunung Gangsir berdasarkanfungsinya dapat dibedakan mcnjadidua, yaitu dekoratif dan religius.

Fungsi dekoratif antara lain adalahhiasan sulur-suluran yangmenghiasibangunan candi. Sulur-suluranberfungsi dekoratif menjadikanbangunan suci agama Hindu Budhapenuh ragam hias sulur-suluran,dibuat dengan bentuk indah, ukiranyang halus, dan terkesan naturalis,sehingga membuat bangunan candimenjadi megah dan indah(Soekmono, 1992: 100). Sulur-suluran tersebut dibuat dengankesan subur dan rimbun, dianggapsebagai simbol gambaran alamkedewataan dan berkaitan denganfilsafat kehidupan manusia dansiklus kosmis, serta pandanganterhadap alamlain yangmenguasaidunia dengank e r a j a a nkedewataan

(Nurhakim,1990: 82).

Fungsi religiusadalah motif

hias keagamaan. Motif hiaskeagamaan ini merupakan bagiandari prinsip bhakti, yaitu rasa kasihdan menyerah pada dewa-dewa(Santiko, 1987:71). Menurut Bosch,sulur-sulur tersebut bukan

merupakan tangkai melainkan akar-akar tinggal bunga teratai yangmelilit di dalam lumpur dan didalam air. Pada akar tinggal tersebuttumbuh buku-buku atau ruas-ruas,

di tempat itu tumbuh tangkai-tangkai, daun dan bunga. Ruasinilah vang utama sebagai lambang

dalam bentuk send area maupun senihias, bentuk lingkaran dapatdisejajarkan dengan prabhamandalayang di dalam mitologi Indiasebagai lambang kendaraan dewa(Liebert, 1976:271).

Motif hias yang lain adalahbenmk-bentuk bunga teratai yangberagam pada Candi GunungGangsir. Teratai tersebut antara lainterdapat pada dinding selatan,berupa relief teratai dengan daunlancip. Teratai yang digambarkandemikian adalah termasuk dalam

kategori kumuda. Kumuda adalahsebutan unmk teratai biru (Nj^/!p/je£7

Stella'). Ciriteratai biru

adalah daun

tidak lebar,bunga tidakpernah terbuka,d a u n n y amembengkokk e b a w a h ,

bunga hampirtidak muncul di

air (Pivasilo,1989:40-1).

dindingSedangkan padautara terdapat relief tinggi (hauterelief) menggambarkan seorangperempuan yang sedang hamilmuda, tangan kirinya memegangteratai putih i^yniphea lotus). Ciriteratai putih adalah bunga lebar danruncing, daun tidak bergelombang,daun bunga mengapung. Ada satupertanyaan yang kemudian muncul,apakah relief ini merupakan tandabahwa candi ini bersifat Waisnawa.

kesuburan (Bosch, 1948: 9). Bentuk Asumsi yang dapat diajukan adalahsulur-suluran yang melingkar-lingkar tiada awal dan akhirnyamelambangkan kebahagiaan,kemujuran, dan kesuburan yangbersifat abadi tanpa awal dan akhir.Selain itu lingkaran jugamelambangkan kedewataan dankcsucian vang bersifat agung. Di

bahwa relief pada sisi utara tersebutmenggambarkan rel iefpadmesthita, yaitu Sri sebagai saktiVClsnu vang digambarkan sedangmembawa teratai. Di dalam

ikonografi Hindu, Sri adalah istriNX'isnu vang lain disamping Laksmi.Secara ikonografis kadang Sri dan

A

Page 6: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

Laksmi diarcakan bersama-sama,

kadang salah satu. Di dalamperkembangannya, Sri diyakinisebagai dewl kesuburan dalamkaitannya dengan pertanian.

Motif bias teratai sangatpopuler penggunaannya pada masaHindu Budha. Di dalam

kebudayaan Hindu Budha motifbias teratai selalu dibubungkandengan filsafat ketubanan dansering digunakan simbol yangmempunyai arti kesucian, lambangkelabiran, maupun kebidupan(Zimmer, 1962: 22). Bunga terataimerupakan lambang kebidupansemua dewa atau juga merupakanlambang dari alam semesta sebagaitanda keagungan alam ciptaanBrabma. Brabma sering disebutjuga Kamalasana, sejak ia duduk diatas bunga teratai yang tumbub daripusar Wisnu. Di dalam Rg Wedadisebut Prajapati. Selain itu jugadisebut Svayambhu danHiranyagarbba, yaitu benihkebidupan, penciptaan dankemakmuran (Gupte, 1972:26).

Kajian intern yang lainadalah relief motif kalpataru yangterdapat pada tubuh candi. Bentukkalpataru pada Clandi GunungGansir mirip dengan kalpataru pada

Candi Prambanan. Kalpataru padaumumnya digambarkan berupapobon yang keluar dari vas yangdibiasi dengan untaian manik-manik dan permata. Tepat di ataspobon terdapat sebuabpajoing/ cbattra lebar dan datarberbias sulur. Di antara pobon dancbattra, di kiri kanan terdapatsepasang burung yang digambarkansedang terbang. Cbattra merupakanlambang regalia/kekuasaan danbanya digunakan secara tertentupula. Dengan adanya cbattra di ataskalpataru, maka dapat diasumsikanbabwa kalpataru dianggap sebagaipobon yang mempunyai artikbusus. Kalpataru memangdianggap sebagai pobon kebidupan.Kalpataru untuk pertama kalinyadalam sejarab kuna Indonesiadijumpai dalam prasasti Yupapeninggalan Raja Mulawarman darikerajaan Kutai pada abad IV M.Kalpataru kemudian dimani-festasikan melalui sifat-sifat rajaseperti sifat-sifat kebaikannya,senantiasa memberi perlindungan,pengayoman dan memberi sedekahkepada rakyat (Abdulrazak, 1991;39). Di Jawa Tengab pada abadVIII-X M pengaruh India ini masibsangat kuat, sehingga menjadikankalpataru sebagai salab satu motifbias yang cukup penting padabangunan candi pada saat itu,seperti Candi Borobudur, Mendut,Pawon, Sojiwan, dan Prambanan.Penggambaran kalpatarubermacam-macam, dari segipenempatan maupun unsur

penyertanya yang berbeda-beda.Unsur penyerta pobon kalpataru ituantara lain: cbattra (payung),binatang pengapit, burung-burungdi atas pobon, kantung barta, hiasanmanik-manik dan mutiara(Ratnawati, 1989, Ichwan, 1999-95).

Demikian pula reliefkalpataru pada Candi Gunung

Gangsir digambarkan dengan unsmpenyerta yang berbeda-beda pulxSatu baJ yang menonjol padjkalpataru dari Candi GunungGangsir adalab penggambaranpobon kalpataru vang penuhdengan teratai merab \-ang sedangmekar. Adapun penempatan reliefkalpataru ini di kiri dan kanantangga masuk.

Penempatan relief padatubub candi selain mempunyaifungsi tertentu, juga agarpenampilan bangunan kelibatanrapi dan enak dipandang. Disamping itu juga barus terlihatindab dan dapat tampil Icbihmenonjol dalam arti menjadi pusatperbatian. Penempatan relief dalamrangka tujuan tersebut barusditempatkan pada tempat yangstrategis atau pada ketinggian )'angmendaki, seperti pada kaki, pipitangga atau tubub candi.Penempatan yang demikian akantampil jaub mengesankan jikadibandingkan pada atap candi atautempat yang kurang strategis yangmembuat relief akan kelibatan

tenggelam dan kurangmengesankan (Kusen, 1991-2: 80).Kajian intern yang lain adalah reliefbinatang. Pada dasarnya reliefbinatang pada candi merupakanrelief cerita yang mengandungungkapan-ungkapan dari paraseniman kepada para penikmatmelalui basil karya tersebut. Ceritabiasanya diambil dari karyakesusasteraan dari India yang sudahdigubah kembali oleb para pujanggaJawa Kuna yang disesuaikan dengansosiokultural masyarakat pada saatitu. Cerita-cerita tersebut

memberikan pcndidikan ajaran-ajaran agama, moral dan ctika(Pigeaud, 1967: 45). Karya sastratersebut banyak dipahatkan padabangunan suci kuna seperti padacandi (Kempers, 1976: 221).

Ketika pada tahun 2006

I

Page 7: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

dilakukan pembongkaran penampiltangga, pada lapis Oil di bawahpermukaan tanah ditemukan batayang bagian dalam/bawahnyadigores relief semacam burungGaruda (laporan bulananpemugaran Candi Gunung Gangsirbulan Juli 2006). Burung garudasering disebut pula dengan Supana(suvana). Di Siam (Thailand) garudadisamakan dengan angsa (hamsa),sedangkan garuda dalam mitologiMelayu Kuno disebut denganrajawaU. Di Tibet garuda dipandangsebagai manusia burung, dimanaberbadan manusia dan berkepalaburung dengan paruh besar,niempunyai tiga mata. Dalammandala, garuda merupakanlambang kebenaran individu atauVairocana (Tiyasilo, 1989: 136).Yang menjadi pertanyaan adalah,mengapa relief dengan teknik gorestersebut diletakkan dalam posisiterbalik, sehingga justru reliefmenghadap ke bawah. Adakemungkinan bahwa relief tersebutada yang salah/tidak sesuaisehingga digunakan sebagai bataisian pada lapis Oil di bawahpemukaan penampil tangga.

Motif hias yang lain yangcukup menarik adalah adanya salah

satu bata yang berhias relief motifbatik. Motif tersebut berupa jajarangenjang dengan lingkaran ditengahnya. Apabila dibandingkandengan relief batik di CandiPrambanan, maka juga terdapatbeberapa motif batik, antara lainkawung dan jajaran genjang. Relief-relief tersebut pada CandiPrambanan ditempatkan di sekitartangga naik, dengan posisi vertikal.Apabila mengacu pada CandiPrambanan, maka motif batik padaCandi Gunung Gangsir tersebutjuga dapat berada di sekitar tangga.Namun demikian, hal ini masih

perlu penelitian dan anastilosis lebihlanjut.

diperhatikan benar, karena calonbata itu akan menjaisut apabilamengering. Di dalam pengeringan,calon bata sebaikn}'a tddak terkenapanas matahari langsung, karenaproses penguapan yang terlalu cepatakan membuat bata retak-retak.

Terakhir, di dalam pembakaranharus diperhatikan tungkupembuatan dengan cermat agarpembakaran terjadi dengansempurna dalam arti api dapatmenyebar secara merata. Apabilaperoses pembakaran tidaksempurna maka akan terjadi reduksiC02 yang mengakibatkan terjadivitrifikasi terhadap bata yangberakibat pada terbentuknva warna-warna hitam akibat keluarnya gas

Kajian intern lainnya yang C02 secara tidak bagus, sehinggadilakukan adalah mengamati teknik secara tampilan bata tersebutbuat relief-relief yang terdapat pada kurangbagus (IVIiksic, 1990).bagian tubuh candi. Daripengamatan secara kasat mata, Ada satu asumsi yang dapatbahan pen}aisun candi ini terbuat diajukan dalam hal ukuran bata yangdari bata dengan ukuran yang sangat demikian besar. Secara kronologis,besar. Demikian pula untuk bata- Candi Gunung Gangsir merupakanbata berelief dibuat dengan satu candi dari masa Sindok, yangukuran besar seperti plaque (Hasan masanya berdekatan denganDjafar, 2007; Srivastava, 1993). pembangunan Candi Prambanan.Bentuk-bentuk panil relief yang Hal ini didukung oleh bentukdipahatkan pada bata besar ini maupun motif hiasnya (Marijkememang lazim digunakan pada Klokke, 2002). Dengan demikian,candi-candi di India awal, seperti ada kemungkinan bahwa pembuatmisalnya di Orissa dan candi ini masih terbawa padaNandangarh. Bentuk panil tersebut pembuatan candi berbahan batu,biasa disebut dengan plaque. Cara sehingga plaque-plaque yangbuat plaque dengan ukuran yang berhiaspun dibuat dalam ukurandemikian besar, tentunya

diperlukan suatu keahlian khususuntuk membuatnya, mulai dari caramembuat adonan, mencetak,mengeringkan hinggamembakarnya. Apabila adonankurang kompak unsur-unsurtanahnya, maka akan terbentukpori-pori karena masing-masingagregat bahan penyusun batakurang mcnyatu, sehingga kctikadikeringkan akan menjadi pecah-pecah. Demikian pula, dalammembuat ukuran cctakan harus

besar, seperti halnya hiasan panil-panil di Candi Prambanan.Walaupun telah disadari pula olehpara pembuatnva bahwa carapembuatan plaque maupun batapenyusun candi apabila dibuatdalam ukuran besar memerlukan

cara vang cukup jeli dan hati-hati.

Kajian ekstern

Kajian ekstern yangdilakukan dapat dipilah menjadidua. Yang pertama adalah

Page 8: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

hubungan candi dengan lingkungandi sekitarnya, yang masih termasukdalam satu desa. Sedangkan yangkedua adalah hubungan candidengan wilayah yang lebih luas lagi,yaitu dikaitkan dengan candi-candidi sekitarnya dan lingkunganalamnya. Kajian ekstern yangdimaksudkan adalah bahwa CandiGunung Gangsir ditempatkansebagai satu sistem yang berada satukompleks (compound) dalam areayang lebih luas. Secara kontekstual,Candi Gunung Gangsir beradadalam wilayah di bawah deretanpegunungan Arjuna, Anjasmorodan Penanggungan.

Kondisi eksisting di sekitarCandi Gunung Gangsir pada saat iniadalah di sebelah utara berupa tanahrawa. Demikian pula di sebelahtimur. Sementara itu ketinggian airtanah adalah sekitar 1,20 m daripermukaan tanah, sehingga ketikatanah digali sedalam kurang lebih 1meter maka air sudah keluar denganderasnya.Kondi s i

lingkungan disekitar Candi

GunungGangsir padasaat ini terletak

di tanah datar.

Pada bentanganyang luas, disebelah selatan

candi terdapat bukit-bukit, yangkemudian mengarah pada lerenggunung Penanggungan. Sedangkandi sebelah utara terdapat sungaiWrati yang menuju ke laut, dansekarang dijadikan batas antaraKabupaten Pasuruan dankabupaten Sidoarjo. Padabentangan kecil, di sebelah baratterdapat saluran Nyangkring, disebelah timur terdapat saluranPanggang Lele dan di sebelahselatan terdapat saluran Ngurawan.

Hubungan kontekstualdengan lingkungan terdekatnyaadalah dikaitkan dengan sumur-sumur kuna yang banyak ditemukandi sekitarnya hingga radius 150meter. Sumur-sumur tersebut sudah

pernah diobservasi oleh BP3 JawaTimur pada tahun 1993. Hasilpendataan pada tahun tersebutadalah ditemukan sumur sebanyak 7buah. Dari sumur sejumlah itu, 6buah berbentuk sihndrik dan 1 buah

berbentuk bujur sangkar. Sumur-sumur tersebut berada di

lingkungan rumah penduduk dan ditengah tegalan atau sawah. Adapunsumur yang masih dipergunakanpenduduk tinggal 6 buah. Padatahun 2002 ketika diadakan kegiatanstudi teknis arkeologi sebagailangkah awal sebelum dilakukanpemugaran, dilakukan lagipendataan sumur-sumur tersebutuntuk mengecek keberadaannya,apabila ada perubahan. Ternyatadari jumlah tersebut tinggal 5 buah,dan yang masih digunakanpenduduk 4 buah. Saat ini, pada

tahun 2007,ketika sedan?berjalan kegiatanpemugaran tahapIV, ketika

di adakanpengecekankembali sumur-

sumur tersebut,

maka sudah

menyusut lagitinggal 4 buah. Untuk itu perludilakukan tindakan pengamanan,untuk mencegah berkurangnyasumur-sumur tersebut.

Melihat banyaknya sumuryang ada beserta distribusinya,dapat diperldrakan bahwa mungkindahulu di wilayah sekitar CandiGunung Gangsir sudah merupakanpemukiman yang relatif cukuppadat. Hanya saja perlu diteliti lebihmendalam lagi, siapa sajakah yang

bertcmpat tinggal di sekitar candi?Adakah klasifikasi sosial di siti^

Karena di samping penduduk biasiyang bertugas mengelola candi,tentu saja harus ada tempat tinggaluntuk para pendeta yang mengurusdan memimpin upacara keagamaaaUntuk melengkapi pertanyaan-pertanvaan tersebut dapatdilakukan pencocokan dengan datadari sumber tertulis. Prasasti sebagaisumber tertulis tidak hanj'amemberi data historis, akan tetapijuga dapat mengungkap datakemas\'arakatan, ekonomi,

keagamaan dan bahkan lingkungansecara luas (Boechari, 1977: 319-331).

Hubungan kontekstualyang lebih luas lagi adalahbahwasanya Candi GunungGangsir dikaitkan denganpewilayahan yang terjadi pada masaJawa Kuno, khususnya pada sekitarabad XL Apabila berbicara masalahcandi, maka hal ini tidak dapat lepasdari lingkungan tempat berdirinyasuatu candi (Boechari, 1977).Karena candi sebagai sebuahtempat kegiatan agama, makatentunya di sekitar candi jugaterdapat pemukiman besertadengan penduduknya sebagaipelaku kegiatan keagamaantersebut. Dengan demikian, dapatdikatakan bahwa candi beserta

lingkungannya dapat dianggapsebagai satu sistem )'ang salingberkai t dalam satu

compound/convinience. Dengandemikian maka haruslah ada titik

pusatnya. Secara geologis dank o s m i s , maka GunungPenanggungan dapat dianggapsebagai pusatnya. Di dalam PrasastiCunggrang, GunungPenanggungan disebut sebagaiGunung Pawitra yang dianggap sucidan berfungsi sebagai Mahameru.

Sekitar 7 km di sebelah

A\I

Page 9: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

selatan Candi Gunung Gangsir, diDusun Sukci Desa BulusariKecamatan Gempol terdapatprasasti Cunggrang yang dituliskanpada kedua sisi batu. Pada saat ini,prasasti ini berdiri sendiri, terdapatsatu temuan penyerta yang lainberupa Ungga semu. Lingga semutersebut pada awalnya berasal daridaerah sekitar prasasti itu berada,vaitu sekitar 500 meter di sebelahbarat laut. Berdasarkan centanenduduk dan juru peUhara, dulu diLkitar prasasti terdapat batu yartgyreka sebut batu patok, yang

diasumsikan sebagai Unggaiuga. Lingga semu ini

herfungsi sebagai batas desa. KetikarP3 lawa Timur mengadakanUeaiatanregistrastd.Kab.Pasutuan,a^dekat pasar Kapulungan (sektar" di sebelah tenggara DesaBulusari) terdapat Ungga semu^

Prasasti Cunggrang ada dua buah.Ltu buah dituUskan pada batu yangLkarang masih insitu di DttsunSukci sedangkan yang lamdituliskan pada lempenganperunggu yang sekarang dtsimpandi Gereja Kaj-utangan Malang.

Prasasti Cunggrang secara

ringkas berisi tentang penetapansima atas desa Cunggrang yangtermasuk wilayah Bawang di bawahkekuasaan Wahuta Wungkal,dipersembahkan sebagai punpunankepada Sang Hyang Dharmasramadi Pawitra, nama kuno untukGunung Penanggungan, dan SangHyang Prasada Silunglung dan SangSidha Dewatra Rakryan Bawang,ayah dan nenek raja, atas perintahSri Maharaja Rake Hino Pu Sindok,untuk permaisuri Sindok yangbernama Sri Parameswari DyahKbi. Prasasti ini berangka tahun 851Saka pada bulan Asuji. Adapunsebab diturunkannya prasasti inikarena adan>'a pengalihan pajakuntuk membiayai pcmeliharaanpertapaan, prasadha dan petirtaan.

Kewajiban Wahuta Wungkal adalahmengurusi pertapaan dan prasadadan memperbaiki pemandian suci diPawitra.

181

Apabila lebih dicermati lagiprasasti Cunggrang, tampak

bahwa ada dua hal penetapan sima,yaitu desa Cunggrang dan sawahpakarungan. Desa Cunggrangdisebutkan dalam kaitannya dengankeberadaan

bangunan suciyang harusdipelihara.Dengandemikian tentu

s a j a DesaCunggrangb e r

ini

u

pemukiman,d i m a n a

penduduk yang berada di dalamnyamempunyai kewajiban menjaga,merawat, membersihkan dan

memperbaiki apabila ada yang rusakbangunan suci tersebut. Adalahlogis, bahwa pengelola bangunansuci tersebut tinggal berdekatandengan bangunan suci. Hal inididukung oleh temuan arkeologisberupa sumur-sumur yang berada disekitar candi. Selain itu juga adasawah pakarungan vang ditetapkansebagai sima untuk menghasilkanbiaya bagi pemujaan bhatara diprasada di pertapaan di Tirtha padatanggal 3 tiap bulan dan biayapersembahan caru setiap hari(Boechari, 1977; 323-324).

Untuk mendukungkelangsungan hidup para pengelolacandi, maka juga diperhatikan pulapemenuhan kebutuhan pokok,antara lain makan. Pada prasastiCunggrang selain penetapan simadesa (Ainggrang juga disebut sawahpakarungan. Sawah pakarungandapat ditafsirkan sebagai sawah danpakarungan, yaitu t e m p a tpetctnakan babi.

Hasil dari kedua kegiatantersebut digunakan untukmenunjang kegiatan keagamaan dankehidupan masyarakat di sekitarcandi, dimana penghidupanmasyarakat pada waktu itu padaumumnya bertumpu pada sektorpertanian dan peternakan.Kehidupan bertani ini masihnampak berlangsung sampaisekarang. Penduduk sekitar candi

sampai saat inimasih menanam

padi di sekitarcandi dan

bahkan beberapasumur tersebut

berada di areal

sawah. Sekitar

200 m di sebelah

utara candi

terdapat arealsawah yang selalu mengandung air.Ada kemungkinan daerah inisemula berupa rawa-rawa,sebagaimana kadang daerahrawapun dapat ditetapkan menjadisima demi kelangsungan bangunansuci (Boechari, 1977: 328-329).Apalagi melihat intensitas upacara

yang dilakukan cukup padat, vaitusetiap tanggal 3 tiap bulannva dancaru setiap hari. Ini menunjukkanbahwa pendeta tidak boleh tinggalterlalu jauh dari bangunan suci.Demikian pula tempat tinggal parabudak vang berkewajiban merawatbangunan suci. Bahkan tempat-tempat melakukan upacarakeagamaan dengan segenappersiapannva. Dengan penelitianarkeologi melalui ekskavasidiharapkan dapat dikaji secara lebihdalam tentang pemukiman ini,misalnva kemungkinan adanvapola-pola pemukiman. Secara lebihluas lagi akan dapat dikaji polakeletakan candi dalam lingkungankesatuan teritorialnva, schinggaakan diketahui pewilavahan padaabad \l di sekitar Candi CiunungGangsir.

A

Page 10: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

Dari telaah isi Prasasti

Cunggrang tersebut di atas, tampakbahwa penetapan sebuah desamenjadi sima tidak berarti bahwadesa tersebut bebas pajak danpungutan sama sekali. Bedanyaadalah bahwa hasil pungutan pajakdan denda dari tanah

sima digunakanuntuk berbagaimacam keperluanbagi bangunan suci,antara lain biayapelaksanaanbermacam saji-sajian, upacarapemujaan terhadapbhatara di dalamnyadan untuk

pemeliharaanbangunan.

Status sima

tersebut adalah

swatantra, dalam arti tidak boleh

dimasuki oleh patih, wahuta, nayaka,pratyaya, pangkur, tawan, tirip, ramadan semua yang termasuk dalammangilala drwya haji. Adapun semuadenda-denda yang termasuk dalamsukha duhkha dikuasai oleh bhatara

pada bangunan suci tersebut.Sementara itu bagi pajakperdagangan ada aturan sejumlahtertentu yang digunakan untukkeperluan bangunan suci,sedangkan yang lainnya masukdalam kas kerajaan. Sedangkanpajak usaha ada 2 ketentuan.Kadang pajak tersebut dikuasaibhatara atau harus dibagi tigadengan ketentuan sepertiga masuksima/bangunan suci, sepertigauntuk perbendaharaan kerajaan, dansepertiga dikuasai bhatara dibangunan suci yang bersangkutan(Boechari, 1977: 325). Dengandemikian nampak bahwa ada suatuorganisasi yang mengatur semuamekanisme tersebut sehingga dapatbcrjalan lancar.

Prasasti Cunggrang jugamenyebutkan adanya tiga buahbangunan suci, yaitu pertapaan(dharma rama), candi (prasadasilunglung) dan petirtaan (sanghyang tirtha). Oleh para ahli,petirtaan itu diidentikkan dengan

Belahan. Sedangkancandi yangdimaksud,mungkinkah CandiGunung Gangsir?Penulis mencoba

menelusuri

hubungan CandiGunung Gangsirdengan Belahan dan

Gu n u ngPenanggungan. Diatas kertas, antaraketiga lokasitersebut dapatditarik satu garislurus dengan

orientasi kemiringan sekitar 66-670dari arah barat dengan jarak sekitar8,9 km.

Menurut Th. A ResinkPetirtaan Belahan telah ada sejakRaja Sindok pada abad X Masehidan bukanlah merupakanpendharmaan Raja Airlanggaseperti yang diasumsikan oleh ahli-ahli lain. Adapun dasarpenelitiannya adalah dari segiarsitektural, ornamentasi danprasasti. Prasasti Cunggrangditemukan tidak jauh dari GapuraBelahan. Prasasti Cunggrangsebagaimana disebutkan di atas,menyebutkan adanya tiga buahbangunan, yaitu dharma rama(pertapaan), prasada silunglungsebagai tempat pendharmaanrakryan Bawang, dan Sang HyangTirtha Pancuran, terletak padalokasi yang sama, yaitu di Pawitra(Gunung Penanggungan). LokasiPrasada Silunglung tidakdisebutkan, tetapi ada kemungkinanCandi Gunung Gangsir. Mengingat

lokasi temuan prasasti Cunggraatidak jauh dari gapura Belaharkemungkinan yang dimaksud SaikHyang Tirtha Pancuran adalalPetirtaan Belahan itu sendiri, dafmerupakan salah satu bangunaryang terdapat di dalam dharrmrama, hal ini sesuai dengan adanpair yang dipancurkan (tirtspancuran) dari area, yang ada dpetirtaan Belahan. Mengenai fungskolam suci di dalam karya sastndisebutkan sebagai tempat untukmenyucikan diri dan memperolehkebahagiaan bagi mereka yangdilanda kesedihan dan penalpikirannya" dengan cara melakukanyoga, Jika memang benar areaWisnu naik garuda itu berasal daiiBelahan, keberadaannya justru akanmemperkuat fungsi PetirtaanBelahan itu sendiri. Area Wisnu naik

garuda tersebut digambarkan dalamsikap yogasanamurti, yaitumerupakan area yang dipuja olehpara yogin atau oleh para calonyogin (Winston, 1987; Rao, 1914).Sedangkan dharma rama sampaisaat ini belum diketahui. Mengingatnamanya, dharma rama ini bisa jadimerupakan tempat pertapaan.Apabila benar demikian, makadharma rama haruslah berada di

tempat yang sunyi dan pada daerahyang relatif tinggi, sehingga dengandemikian orang yang berada didharma rama dapat mendapatkanketenangan dalam melakukansemedi.

Dengan demikian dapatdiajukan satu asumsi, bahwa dharmarama tersebut telah runtuh, pintugerbangnya di Belahan. Sedangkanprasada silunglung untuk tempatpendharmaan rakryan Bawangadalah Candi gunung Gangsir, danyang dimaksud dengan Sang HyangTirtha Pancuran sudah jelas adalahpetirtaan Belahan. Dengandemikian secara kronologis, ketigabangunan tersebut berasal dari masa

(m

Page 11: Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian ...

Sindok, seperti yangdisampaikan oleh Resink.

Penutup

telah kecil di dekat petirtaan Belahan.

Candi

m a s i hKajian terhadap

Gunung Gangsir inimerupakan kajian awal yang penulislakukan ketika menjadi ketua unitdalam kegiatan pemugaran CaniOunung Gangsir pada tahun 2003-7005 dan 2007-2008. Banyak halIng menarik tentang candi im yangr„us diungkapkan, karena belumb^gitu banyak sumberpustaka yangfmbahas secara mendalam, baik.,lah teknis maupun dan segi

'"tcologisnya- Untuk itu tidakSnutup kemungkinan adanya^elgembangan penelman yangdapat dilakukan oleh siapapun dimasamendatang.

Berdasarkan hiasan, segiarsitektural dan tekrhs pembuatan

1 dapat diaiukan satubahwa Candi Gunung

bahannya

asumsi

satu

Gosta

candiGangsir b.sa jadi merupal^n1 dan masa Smdok sebagaiCandi Prambanan yang

merupakan candi kerajaan dan raja-raja pen

kera)aan

ganti

dahulunya. Halinididukung

Daftar Pustaka

A.M. Chowdhury, 1996, 'Bengal andSouth East yisla: Trade and

Cultural Contact in the Ancient

Period' dalam Ancient Trade

and Cultural Contact in

South East Asia. Bangkok:the office of the National

Culture Commission.

Boechari, 1977, Candi dan

Ungkungannya' ASSaim. PIA I,Cibulan.

Liebert, 1975. IconographicDictionary of The IndiaKeligion, Study in SouthAsian Culture,, Leiden; EJbrill.

RS, 1972. Iconography ofHindus, Budhist, and Jains, ,India: DB TaraporevalaSons and Co.

Djafar, 2007 'KompleksPercandian di Kamsan Situs

Batujaya, Karawang-JaivaBaratKajian Sejarah Budaya',Disertasi, Depok:Universitas Indonesia.

Gupte,

Hasan

I Dondet, 200\. Pancadbatu 2003. EaporanAt

oleh banyaknya persamaan secaragans besar antara Candi Prambanandan Candi Gunung Gangsir.

Dalam kaitannya denganwilayah di sekitar candi, penuUsmencoba menghubungkan datasumber tertulis dengan dataarkeologis. Adanya banyak BCBtidak bergerak di sekitar CandiGunung Gangsir seperti gapura danpetirtaan Belahan besarkemungkinan merupakan tempat-tempat yang disebut di dalamPrasasti Cunggrang, yaitu prasadhasilunglung untuk Candi GunungGangsir, sang hyang tirtha adalahpetirtaan Belahan dan sang hyangdharma kemungkinan sudah hancurtinggal sisa-sisanya berupa gapura

om, Atma, dan Animisme

(Sebuah Evolusi KonsepTerrtang Sesuatu yang AmatKecil Sebagai Asas hidup Dankebidupan), Surabaya;Penerbit Paramita.

J.E. van Lohuizen de Leeuw, 1957'The Ancient Buddhist

Monastery at Pabarpur'dalam Antiquity andSurvival Vol. 11 No. 1, The

Hague-Netherlands.

K. M. Srivastava, 1993. 'The Sitesand Stucco Yigitrines ofNalanda' dalam Arts of

Asia,23 (4) July-August,:hal. 90-99.

Marijke J. Islokke, 2002. 'CandiCiunung Gangsir Gangsir a1 'nique Temple in lias! Jara'

dalam Friuts of InspirationStudies in Honour of Prof.

J. G. De Casparis,Groningen, EgbertForsten.

Muhammad Ichwan, 1999. BeliefBinatang pada Candi mendut,Skripsi, ,Denpasar:Universitas Udayana,belum diterbitkan.

Soekmono, 1977. Candi Fungsi danpengertiannya, Jakarta:Disertasi FS UI.

T A Gopinatha Rao, Elements ofHindu Jconogrcphy vol I Part I,Madras: The law PrintingHouse Mount Round.

Veronica Ion, 1967. Indian

Mythology. NY: Paul HamlynLtd.

Ven Piyasilo, Mandala of FiveBuddhas, A Study of BuddhistIconography and Symbolism,Malaysia: TheDharmafarers.

'South east Asian

Architecture and the Stupa ofNandangarh' dalam AtribusAsiae vol XIX, ¥4MCMLVI, Publishers-

Ascona-Switszerland.

Studi

Candi

Ririet

Tek n is A rkeologisGunung Gangsir,

Sumber t'oto Candi Gunung GangstrwvAv,navigasi.net/goart.php?a=bucaggsr

A