Nyeri Dada

63

description

Makalah Nyeri Dada

Transcript of Nyeri Dada

Page 1: Nyeri Dada
Page 2: Nyeri Dada

MAPPING

A. Anatomi

B. Histologi

C. Fisiologi

D. Patofisiologi

1. Pneumothorax Tension Pneumothorax

2. Hemothorax/ Hematothorax

3. Epistasis

4. Nyeri dada

5. Faraktur Costae Flail Chest

6. Corpus Alleinum Obstruksi Benda Asing di Saluran Nafas

7. Emboli Paru

8. Aspirasi Pneumoni

9. Contusio Paru

10. Tamponade Jantung

11. Fraktur Sternum

12. Devormitas Nasal

13. Kelainan Septum Nasi Defiasi Septum Nasi

14. Syok Hipovolemik

15. Hematoma Septum

16. Abses Septum

E. Pemeriksaan Diagnose

F. Pemeriksaan Penunjang

A. ANATOMI

HIDUNG

Hidung merupakan suatu bentukan pyramid berongga yang mempunyai rangka tulang dan

tulang rawan.

Page 3: Nyeri Dada

Fungsi hidung:

1. sebagai saluran pernafasan.

2. menyaring udara pernafasan oleh bulu-bulu hidung(vibrissae).

3. menghangatkan dan melembabkan udara pernafasan melalui evaporasi sekresi serus dan

mucus.

4. ebagai resepsi odor → epithelium olfaktori pada hidung mengandung sel-sel olfaktori yang

mengalami spesialisasi untuk indera penciuman.

Nasal terdiri dari nasus eksternus, nasus internus, dan sinus paranasalis.

Nasus Eksternus

tersusun atas kerangka kerja tulang, katilago hialin, dan jaringan fibroareolar.

terdiri dari:

1. Apek nasi

2. Dorsum nasi

3. Radix nasi

4. Kolumela

5. Basis nasi

6. Nares

7. Ala nasi

kartilago pada nasus eksternus:

1. kartilago lateral

2. kartilago alaris mayor

3. kartilago alaris minor

N asus Internus

-terdiri dari cavum nasi (rongga hidung) dan septum nasi.

-cavum nasi terbentuk dari:

Atap: lamina cribosa os ethmoidalis

Anterior: os frontal dan os nasal

Posterior: os sfenoid

di dalam cavum nasi terdapat concha, yaitu concha superior yang ditutupi oleh epitel

olfaktorius, concha medial dan concha inferior yang ditutupi oleh epitel respirasi.

Hidung eksternal berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari

kerangka kerja tulang, kartilago hialin dan jaringan fibroaerolar.

Page 4: Nyeri Dada

a. Septum nasi membagi hidung menjadi rongga nasal dextra dan sinistra Bagian anterior

septum adalah kartilago.

b. Naris eksternal dibatasi oleh kartilago nasal

1) Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung

2) Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi nostril

c. Tulang hidung

1) Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung

2) Vomer dan pars prependikular os etmoidalis membentuk bagian posterior septum nasi

3) Lantai rongga nasal adalah palatum durum yang terbentuk dari os maxilaris dan os

palatinum

4) Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari pars cribiformis os etmoidalis,

pada sisi anterior dari os frontal dan os nasal, dan pada sisi posterior dari os sfenoid

5) Concha nasalis superior, medial dan inferior menonjol pada sisi medial dinding lateral

rongga nasal

6) Meatus superior, medial dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang terletak di

bawah konka

d. Empat pasang sinus paranasal )frontal, etmoid, maxilar, dan sfenoid) adalah kantong

tertutup pada bagian frontal, etmoid, maxilar dan sfenoid.

1) Sinus berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada

saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, memproduksi

mukus dan memberi efek resonansi dalam memproduksi wicara.

2) Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui duktus kecilyang

terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada posisi tegak, aliran mukus

ke dalam ronga nasal mungkin terhambat, terutama pada kasus infeksi sinus.

3) Duktus nasolakrimalis dari kelenjar air mata membuka ke arah meatus inferior

Membran mukosa nasal

a. Strukur

Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung merentang sampai ke vestibula yang terletak

di dalam nostril. Kulit di bagian dalam mengandung vibrissae yang berfungsi untuk menyaring

partikel dari udara yang terhisap

b. Fungsi

1) Penyaringan partikel kecil

2) Penghangatan dan pelembaban udara yang masuk. Udara yang kering akan dilembabkan

melaui evaporasi sekresi serosa dan mukus serta dihangatkan oleh radiasi panas dri

pembuluh darah yang terletak di bawahya

3) Resepsi odor.

Septum nasi terdiri atas pars perpendicularis os ethmoidalis, kartilago septi nasi, vomer, dan

krista maxilla dan palatina.

Page 5: Nyeri Dada

Nasal terletak di dalam cavum nasi. Cavum nasi dibagi menjadi dua oleh septum nasi, yaitu

cavum nasi dextra dan cavum nasi sinistra. Pintu masuk dari saluran pernafasan adalah nares

(lubang hidung). Kemudian terdapat vestibulum nasi. Pada vestibulum nasi terdapat rambut-

rambut tebal yang menjulur keluar (vibrissae) untuk menyaring partikel kasar (>5

mikrometer).

- Bagian – bagian dari hidung terdiri atas:

1. Atap

- Septal cartilage, os. Nasalis,spina frontal, lamina cribosa ossis ethmoideal, corpus os.

Ethmoidea.

- Bulbus olfaktorius untuk tempat keluarnya saraf olfaktorius.

2. Dasar

- Palatine durum

- Palatine molle

3. Medial

Septum nasi yang membagi cavum nasi menjadi 2 bagian yaitu dextra dan sinistra. Septum

nasi terdiri dari:

- Superior : os ethmoidale

- Inferior : os. Vomer

4. Lateral

- Concha nasalis (superior, medial, dan inferior) dilapisi oleh epitel respirasi.

Di dalam lamina propria konka terdapat vena besar yang disebut juga badan pengembang

(swell bodies). Setiap 20 menit badan pengembang pada satu sisi fosa nasalis akan

penuh terisi darah sehingga mukosa konka membengkak dan mengurangi aliran udara.

Sementara sebagian besar udara diarahkan lewat fosa nasalis lain. Interval penutupan

periodik ini mrngurangi aliran udara sehingga epitel respirasi dapat pulih dari kekeringan

- Meatus Nasi

Page 6: Nyeri Dada

Bagian meatus superior (muara dari sinus ethmoidea posterior), medial (muara dari sinus

frontalis, sinus ethmoide anterior dan medial serta sinus maksila), dan inferior (muara dari

ductus nasolacrimalis). Pada daerah apex terdapat recessus sphenoethmoidea (muara dari

sinus sphenoidalis). Tempat muara dari meatus adalah sinus. Sinus adalah rongga yang

berisi udara. Sinus dilapisi oleh lapisan mukosa, ada 4 sinus:

a. Sinus frontalis paling beda karena mengalami involusi.

b. Sinus ethmoidalis

c. Sinus sphenoidalis

d. Sinus maxillaries.

Sinus frontal terbentuk dalam intrauterus dan sinus yang lain terbentuk saat kanak-kanak.

a. Septum nasal

Membagi hidung menjadi dextra dan sinistra

Bagian anteriornya adalah kartilago

b. Nares (nostril) eksternal

Dibatasi oleh kartilago nasal

Sinus frontalis

Sinus ethmoidalisSinus maksilaris

Sinus sfenoid

Page 7: Nyeri Dada

Dikelilingi oleh kartilago nasal ala mayor et minor

c. Os nasal

Membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung

Bagian posterior septum nasal dibentuk oleh vomer dan lempeng perpendikular os

ethmoidal

Bagian inferior (lantai) rongga nasal adalah pallatum durum yang terbentuk dari os

maxilla dan pallatinum

Bagian superior (langit-langit) rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari

lempeng cribiform os ethmoidal, pada sisi anteriornya dari os frontal dan nasal, dan pada

sisi posteriornya dari os sphenoidal

Konka (turbinatum) nasalis:

- Terdiri atas 3 bagian superior, medial, dan inferior yang menonjol pada sisi medial

dinding lateral rongga nasal

- Setiap konka dilapisi membran mukosa yang berisi kelenjar penghasil mukus dan

banyak mengandung pembuluh darah

Meatus superior, medial, dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang terletak di

bawah konka

PULMO

Pulmo adalah organ respirasi yang berbentuk seperti kerucut, melekat pada trachea dan cor

melalui radix pulmonis dan ligamentum pulmonale. Pulmo pada fetus dan anak yang baru

lahir berwarna putih kemerahan, dengan bertambahnya usia warnanya lambat laun akan

berubah menjadi abu-abu gelap atau kebiruan.

Bagian-bagian pada permukaan pulmo::

a. Apex pulmonis

Terletak di dalam cupula pleurae dan menjulang ke atas sampai setinggi collum costa ke 1

ke basis leher.

b. Basis pulmonis

Disebut juga facies diaphragmatica pulmonis. Bentuknya cekung. Karena ada hepar di

sebelah kanannya, maka diaphragm di bagian kanan lebih menonjol ke dalam cavitas

thoracis dibandingkan yang kiri. Akibatnya maka basis pulmonis dextra lebih cekung dari

sinistra, juga pulmo dextra lebih pendek dari pulmo sinistra.

c. Facies costalis

Sedikit menonjol ke ruang anatar costa.

d. Facies medialis

Dibedakan menjadi facies vertebralis (bulat dan di dalam cekungan di kanan kiri columna

vertebralis) dan facies mediastinalis (terdapat cetakan-cetakan).

e. Radix pulmonis

Terletak pada facies mediastinalis pulmonis dan merupakan kumpulan struktur yang

keluar/masuk melalui hilum pulmonis.

f. Ligamentum pulmonale

Dibentuk lai lungs bud ke dalam cavitas thoracis.

Page 8: Nyeri Dada

Paru terbagi mejadi beberapa lobi oleh celah yang disebut fissurae, yaitu fissurae oblique

(terdapat pada kedua pulmo) dan fissurae horizontalis (hanya terdapat pulmo dextra). Pulmo

juga dapat dibagi menjadi unit yang lebih kecil yang disebut segmen-segmen. Sehingga

terbagi menjadi:

a. Pulmo dextra

Lobus superior (segmentum apicale, posterius, dan anterius)

Lobus medius (segmentum laterale dan mediale)

Lobus inferior (segmentum apicale, basale mediale, basale anterius, basale laterale,

dan basale posterius)

b. Pulmo sinister

Lobus superior (segmentum apicoposterius, anterius, lingulare superius, lingulare

inferius)

Lobus inferior (segmentum apicale, basale mediale, basale anterius, basale laterale,

dan basale posterius)

PLEURA

Ada 2:

a. Pleura parietalis

Peka nyeri, suhu, raba, tekanan. Pleura ini membatasi dinding thorax.

b. Pleura visceralis

Peka tarikan. Pleura ini melapisi seluruh permukaan luar paru

Terdapat rongga yang disebut cairan pleura, yang mempunyai sifat:

Licin, mengurangi gesekan antar pleura

Mempertahankan paru tetap rapat pada dinding thorax.

VASKULARISASI

Pleura

Pleura parietalis mendapat darah dari cabang-cabang Aa. Intercostales posterior, Aa.

Thoracica interna dan Aa. Phrenica superior.

Pleura visceralis mendapat darah dari cabang-cabang Aa. Bronchiales, tetapi darah akan

kembali melalui Vv. Pulmonalis.

Pulmo

Peredaran darahnya ada 2:

a. Sirkulasi fungsional

Pembuluh darah yang mengatur ini disebut vasa publica.

b. Sirkulasi nutritive

Pembuluh darah yang mengatur ini disebut vasa bronchialis.

INERVASI

Pleura

Page 9: Nyeri Dada

Pleura costalis mendapat serabut-serabut sensorik dari Nn. Intercostales ke 1-11 dan N.

subcostalis. Bagian perifer pleura diaphragmatica mendapat serabut-serabut sensorik dari

Nn. Intercostalis bagian bawah.

Pleura diaphragmatica bagian central dan pleura mediastinalis diinervasi oleh Nn. Phrenici.

Pleura visceralis tidak sensitive, diinervasi oleh serabut-serabut vasomotorik.

Pulmo

Dilayani oleh cabang-cabang N. vagus dan serabut simpathis dari ganglia thoracalis.

B. HISTOLOGI

HIDUNG

Cavum Nasi

Cavum nasi dibagi menjadi :

Vestibulum nasi (region vestibularis) merupakan rongga terlebar dengan epitel

berlapis pipih bertanduk terdapat vibrissae untuk menyaring udara yang masuk,

terdapat kelenjar keringat dan lemak namun semakin ke dalam kelenjar keringat

dan lemak tidak ada begitu juga dengan epitelnya menjadi tak bertanduk dan tipis.

Bagian respiratorik, dibagi menjadi:

Mukosa respiratoria, merupakan epitel berderet silindris dengan kinosilia

dan sel goblet yang menghasilkan lender untuk membasahi mukosa rongga

hidung. Kinosilia selalu bergerak ke arah nasopharing untuk menghalau

kotoran yang akan masuk. Pada lamina propia terdapat jaringan ikat kendor

yang berisi sinus venosus, sabut elastis, makrofag, limfosit, sel plasma,

tissue eosinophyl dan PMN.

Mukosa Olfaktoria, terdapat pada seluruh atap rongga hidung, concha

nasalis superior bagian atas, dan septum bagian atas dengan Epitel

Berderet Silindris tebal yang terdiri dari sel pembau, sel penyangga, dan sel

basal. Tidak ada sel goblet, lamina basalis tidak jelas, terdapat Fila

olfaktoria.

Konka Nasalis

Konka Nasalis, merupakan 3 penonjolan tulang yang melengkung pada dinding lateral

cavum nasi dan dilapisi oleh mukosa. Kerangka terdiri dari tulang turbinate bone,

permukaannya dilapisi mukosa respiratoria atau olfactoria, mempunyai sinus venosus banyak

dan lebar yang disebut plexus venosus. Ada 3 buah concha berdasarkan letaknya yaitu

superior, medius, dan inferior.

Septum Nasi

Septum Nasi, kerangka jaringan tulang rawan hialin dan jaringan tulang dengan kedua

sisinya yang dilapisi oleh mukosa olfactoria atau respiratoria.

Sinus Paranasalis

Page 10: Nyeri Dada

Dilapisi epitel berderet silindris tipis dengan kinosilia dan sedikit sel goblet dan lamina

basalis kurang berkembang. Lamina propria menyatu dengan periost, tidak terdapat jaringan

erektil. Terdiri dari :

Sinus ethmoidalis

Sinus maksilaris

Sinus frontalis

Sinus sphenoidalis

PULMO

Bronkus

Bronkus yang belum memasuki paru disebut brokus ekstra pulmonalis yang struktur

histologinya sama dengan trakea. Sedang kan bronkus yang telah memasuki paru disebut

bronkus intra pulmonalis. Berikut histologi dari bronkus intra pulmonalis tersebut:

Dilapisi epitel berderet silindris, berkinosilia, ada sel goblet dan lamina basalis yang

jelas.

Bronchi bercabang-cabang (bronchial tree) dimana semakin lama semakin kecil

dan bronkus terkecil dilapisi oleh epitel selapis silindris, bersilia dan ada sel goblet.

Tulang rawan hialin berbentuk seperti pulau-pulau.

Tunika mukosa:

o Dilapisi oleh epitel berderet silindris dengan kinosilia dan sel goblet dan

mempunyai lamina basalis yang jelas

o Lamina propria tipis, kaya akan sabut elastis dan retikuler yang berjalan

longitudinal

o Bronchus bercabang yang lam-kelamaan ukurannya semakin kecil, yang dilapisi

oleh epitel selapis silindris bersilia dan sel goblet

o Pada perbatasan dengan submukosa terdapat otot polos yang tersusun spiral

mengelilingi bronchus sehingga otot polos ini tampak terputus-putus

Tunika submukosa:

o Terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar mukosa atau

seromukous dan juga terdapat nodulus limfatikus

o Jaringan tulang rawan hyalin berupa lempengan-lempengan atau pulau-pulau

tulang rawan yang irreguler yang mengelilingi lumen sehingga pada potongan

melintang tampak seperti kepingan atau pulau

Tunika adventia : terdapat cabang-cabang dari arteri dan vena bronchialis

Bronkiolus

Dilapisi epitel selapis silindris, berkinosilia dan ada sel goblet.

Pada bronchiolus kecil, sel goblet diganti dengan sel clara/bronchiolar sel. Dimana

sifat dari sel clara ini adalah bentuknya seperti kubah, bersifat sekretoris

Lamina propria mengandung sabut elastis dan otot polos.

Tidak ada tulang rawan, kelenjar dan lymfonoduli.

Page 11: Nyeri Dada

Bronchiolus ini akan bercabang lagi menjadi bronchiolus terminalis (dilapisi epitel

selapis kubis dan bersilia, muara alveoli belum ada) kemudian akan berlanjut lagi

menjadi bronchiolus respiratorius (dilapisi sel epitel selapis kubis bersilia sampai

selapis pipih, muara alveoli sudah ada dan ada pertukaran gas).

Tunika mukosa:

o Dilapisi oleh sel epitel selapis silindris rendah atau selapis kubis

mempunyai kinosilia dan sel goblet

o Pada bronchiolus kecil tidak terdapat sel goblet yang kemudian

digantikan oleh sel clara atau bronchial sel

o Sifat sel clara:

Berbentuk seperti kubah dengan apex menonjol ke arah

lumen

Bersifat sekretoris membentuk cairan bronchial dan

surfactant

o Lamina propria mengandung sabut-sabut elastis dan otot polos

yang lebih tebal dibandingkan dengan otot polos pada bronchus

intra pulmonalis

o Otot polos pada bronchus dan bronchiolus dinervasi oleh nervus

vagus dan sistem saraf simpatis

Tidak terdapat tulang rawan hyalin, kelenjar dan nodus limfatik

Tunika adventitia tipis

Bronchiolus terminalis :

o Dilapisi oleh sel epitel selpis kubis bersilia (penting untuk

drainage yang fungsinya akan diambil alih oleh makrofag) yang

terletak antara epitel selapis kubis tak bersilia

o Belum ada muara alveoli

Bronchiolus respiratorius:

o Dilapisi oleh epitel selapis kubis bersilia tetapi pada pinggir

lubang-lubang alveolaris, epitel bronchiolus dilanjutkan dengan

epitel yang melapisi alveolus yaitu selapis pipih

o Muara alveoli sudah mulai ada, sehingga pertukaran gas bisa

mulai terjadi

o Mempunyai sabut otot polos tapi tidak melingkari lumen, hanya

tampak sebagai benjolan-benjolan atau garis tebal yang terputus-

putus karena disela oleh muara-muara alveoli

Terdapat sabut elastis dan sabut retikuler.

Alveolus

Ruang bentuk hexagonal dengan lubang besar untuk keluar masuk udara

Terdapat sabut elastis, retikuler dan septum interalveolare

Blood air barrier: struktur yang dilalui gas pada proses pertukaran gas antara ruang alveolus

dan darah dalam kapiler yang terdiri dari:

1. Epitel selapis pipih dari alveoli

Page 12: Nyeri Dada

2. Interstitial space

3. Endotel kapiler

4. Surfactant : bahan detergent (phosphatidyl choline) yang dapat menurunkan tegangan

permukaan dan berfungsi anti-kollaps serta memudahkan penggembungan alveoli

dihasilkan pd minggu ke 24 kehamilan.

Epitel selapis pipih

Terdapat fibroblast, jaringan ikat, serat elastin, dsn retikulin, serta

kapiler.

Terdapat septum interalveolare (dilapisi sel epitel selapis pipih)

Ada 4 tipe sel:

a. Sel Tipe 1 (90%) epitel selapis pipih, pada sitoplasmanya ada vesikel

pinositik yang berisi cairan pengganti surfactant.

b. Sel Tipe II epitel selapis kuboid, berisi surfactan untuk mengurangi

tegangan permukaan.

c. Sel endotel melapisi dinding kapiler

d. Makrofag alveolar memfagositir debu (dust cell) dan eritrosit.

Alveolus merupakan sebuah ruang heksagonal yang merupakan penonjolan

mirip kantung di bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan saccus

alveolaris.

Secara structural, alveolus tersusun atas empat tipe sel yaitu :

1. Sel tipe I

Sel yang sangat tipis (kadang –kadang diameternya hanya mencapai 25

nm)

Melapisi permukaan alveolus ( mencapai 97% dari keseluruhan sel

penyusunnya)

Sebagian besar organel – organelnya berkumpul di sekitar inti sehingga

mengurangi tebal sawar udara-darah

Fungsi utama : tempat pertukaran gas O2 dan CO2

2. Sel tipe II

Sel yang berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan jumlah

2-3 di sepanjang permukaan alveolus

Letaknya berada diatas membrane basal

Dalam sel ini terdapat organel yang disebut badan lamela yang

menghasilkan surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan

permukaan alveolus

3. Sel endotel kapiler

Bentuk sel sangat tipis sehingga mudah terjadi pertukaran gas

Banyak terdapat vesilkel pinositik

Ditemukan pada septum interalveolaris

4. Sel makrofag

Ditemukan pada septum interalveolar

Page 13: Nyeri Dada

Fungsi utama : pertahanan terhadap mikroorganisme dengan men-

fagositosis

Umumnya pada alveolus ini, setiap dinding terletak diantara 2 alveolus yang

bersebelahan yang disebut septum atau dinding aiteralveolar. Diantara septum

ini terdapat dua lapis epitel selapis pipih, fibrolas, serat elastin, dan retikulin. Di

lapisan ini juga terdapat interstisium yang di dalamnya terdapat jalinan kapiler

yang terluas di dalam tubuh. Udara dalam alveolus dipisahkan dari darah

kapiler oleh tiga unsur yang secara khusus disebut sawar darah-udara, yaitu

Lapisan permukaan dan sitoplasma alveolus

Lamina basal yang menyatu dari sel alveolus dan sel endotel

Sitoplasma sel endotel

C. FISIOLOGI RESUME PPT KELP.D

D. PATOFISIOLOGI

1. PNEUMOTHORAX TENSION PNEUMOTHORAX

Jenis

Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan maupun traumatik, dan klasifikasi pneumotoraks

berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut :

1. PNEUMOTORAKS SPONTAN (terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab)

a. PNEUMOTORAKS SPONTAN PRIMER

Pneumotoraks yang terjadi tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari

sebelumnya

b. PNEUMOTORAKS SPONTAN SEKUNDER

Pneumotoraks yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tuberculosis,

PPOK, asma bronkial, pneumonia, tumor paru, dsb)

2. PNEUMOTORAKS TRAUMATIK (akibat suatu trauma)

a. PNEUMOTORAKS TRAUMATIK BUKAN IATROGENIK

Pneumotoraks yang terjadi akibat jejas kecelakaan baik terbuka ataupun tertutup

b. PNEUMOTORAKS IATROGENIK

i. AKSIDENTAL

Pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi

tindakan tersebut

ii. ARTIFISIAL

Pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara ke dalam

rongga pleura melalui jarum dengan alat yang disebut Maxwell Box

Berdasarkan fistulanya pneumotoraks diklasifikasikan sebagai berikut :

1. PNEUMOTORAKS TERTUTUP (SIMPLE PNEUMOTORAKS)

Pneumotoraks udara di rongga pleura yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura

pada sisi hemitoraks kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah daripada tekanan

atmosfer.

Page 14: Nyeri Dada

2. PNEUMOTORAKS TERBUKA (OPEN PNEUMOTORAKS)

Pneumotoraks yang terjadi karena luka terbuka pada dinding dada sehingga pada saat

inspirasi udara dapat keluar melalui luka tersebut.

1. Pneumotoraks karena tekanan

Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps.

Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif

sehingga terjadi syok.

Gejala

Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga

pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis). Gejalanya bisa berupa:

- Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas

dalam atau terbatuk

- Sesak nafas

- Dada terasa sempit

- Mudah lelah

- Denyut jantung yang cepat

- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

- Hidung tampak kemerahan

- Cemas, stres, tegang

- Tekanan darah rendah (hipotensi).

Patofisiologi

Adanya benturan atau trauma menyebabkan robeknya alveolus dan dinding pleura visceral

sehingga udara dari paru masuk ke cavum pleura. Akibatnya, tekanan negative intrapleura hilang

dan respirasi terganggu. Bila dibiarkan, paru akan kolaps. Hiperekspansi cavum pleura dapat

menekan mediastinum ke sisi yang sehat, dan bila hal ini terus terjadi tanpa adanya penanganan,

akan terjadi penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas.

Penekanan vena cava dapat menyebabkan shock pada penderita.

Pemeriksaan fisik

1. Pada inspeksi, thoraks mungkin lebih besar dari biasanya, mungkin pula normal. Terdapat

bagian dada yang tertinggal dalam gerakan pernapasan. Pada palpasi didapatkan fremitus

yang berkurang di sisi trauma, mungkin teraba krepitasi karena emfisema subkutan. Juga

ditemukan adanya pergeseran dari trakea, posisi jantung, dan mediastinum. Pada perkusi

ditemukan adanya hipersonor atau timpani. Juga bising napas yang berkurang pada

auskultasi.

2. Pemeriksaan coin test. Sebuah logam ditekankan pada dinding thoraks anterior dan diketuk

dengan uang logam lainnya. Sementara itu, dilakukan auskultasi pada dinding thoraks

posterior. Jika ada udara dalam rongga pleura, akan terdengar suara metalik yang khas. Jika

terdapat akumulasi cairan dan udara dalam rongga pleura dan pasien merubah posisinya

secara tiba-tiba, akan terdengar suara gerakan air yang disebut sebagai succession splash.

Pemeriksaan penunjang

1. Analisa gas darah arteri

Page 15: Nyeri Dada

hipoksemia

2. Pemeriksaan endoskopi

Terbagi menjadi derajat:

a. Dearajat 1 gambaran paru mendekati normal

b. Derajat 2 pneumothorax dengan perlengketan dan hamethorax

c. Derajat 3 diameter blebh atau bulla < 2 cm

d. Derajat 4 diameterblebh atau bulla > 2 cm

3. Radiologi- foto thorax

Terdapat pneumothorax dan contusio pada sinistra thorax

4. Pemeriksaan faal paru

5. CT-Scan

Penatalaksanaan

1. Pada pneumothoraks, penyalir sekat air dipasang dekat dengan puncak rongga dada,

tepatnya di ruang antar iga II (ICS II).

2. Pada hematothoraks, penyalir sekat air dipasang serendah mungkin pada dasar rongga dada

untuk mengosongkan rongga pleura dan memantau perdarahan.

Prognosis

Hasil dari pneumothorax tergantung pada luasnya dan tipe dari pneumothorax. Spontaneous

pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan. Secondary

pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya, bahkan ketika kecil,

adalah jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%. Secondary pneumothorax

memerlukan perawatan darurat dan segera. Mempunyai satu pneumothorax meningkatkan risiko

mengembangkan kondisi ini kembali. Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary

pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1.5 sampai

dua tahun.

TENSION PNEUMOTORAKS

Pneumotoraks yang terjadi akibat mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke

dalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara tidak dapat keluar. Hal ini mengakibatkan

tekanan intra pleura menjadi tinggi, paru-paru akan kolaps, mediastinum terdorong kesisi

Page 16: Nyeri Dada

berlawanan dan menghambat pengembalian darah vena ke jantung (venous return) serta menekan

paru-paru yang kontra lateral.

- Etiologi

Komplikasi penggunaan ventilator mekanik dengan tekanan positif tapi ada

kerusakan pleura visceralis.

Komplikasi dari pneumotoraks sederhana yang dipasang kateter subklavia atau

vena jugularis yang salah arah.

Pada open pneumotoraks yang salah menutup defeknya ( tutup defek dinding dada

pada satu sisinya tidak boleh rapat ).

Fraktur V.Torakal displace

- Gejala

Nyeri dada, sesak, distres nafas, takikardi, hipotensi, deviasi trakhea, distensi vena

leher, suara nafas hilang, sianosis. Gejala yang mirip adalah tamponade jantung, tapi

bisa dibedakan dengan perkusi paru-paru yang hipersonor.

- Terapi

Segera dilakukan dekompresi dengan pemasangan jarum di sela iga II mid clavicula,

yang disusul dengan WSD. Penanganan ini tidak boleh terhambat oleh karena

menunggu foto toraks. Setelah WSD terpasang, cabut jarumnya dari ICS II.

Gejala + Diagnosis fisik

Penderita mengeluh sesak nafas, nyeri, dan batuk-batuk

Pada inspeksi, toraks mungkin lebih besar dari buiasanya dan dapt pula terlihat normal, pada

bagian dada terlihat adanya ketertinggalan dalam gerakan pernafasan.

Pada palpasi, didapatkan fremitus yang berkurang pada sisi yang trauma dan mungkin teraba

krepitasi karena emfisema subkutan, ditemukan adanya pergeseran dari posisi trakea, jantung

dan mediastinum.

Pada perkusi, ditemukan adanya suara hipersonor atau timpani.

Pada auskultasi, ditemukan bising nafas yang berkurang.

Pada pemeriksaan coin test, sebuah logam akan ditekankan pada dinding toraks anterior dan

diketuk dengan uang logam lain. Sementara itu dilakukan auskultasi pada dinding toraks

posterior. Jika ada udara di rongga pleura, akan terdengar suara metalik yang khas. Jika terdapat

akumulasi cairan dan udara dalam rongga pleura dan pasien merubah posisi tiba-tiba, akan

terdengar suara gerakan air yang disebut sebagai succession splash.

Diagnosis penunjang

Dengan melakukan foto x ray thorax

- Pada foto thorax tampak garis kolaps paru. Pada pneumotoraks parsial dengan lokasi di

anterior atau posterior, batas garis kolaps mungkin tidak terlihat. Bila diperlukan dapat

dilakukan foto toraks lateral.

Mediastinal shift dapat terlihat pada foto toraks atau fluoroskopi pada saat inspirasi atau ekspirasi,

terutama dapat terjadi pada pneumotoraks ventil.

Diagnosis banding

Page 17: Nyeri Dada

Tamponade jantung, hematothorax, emfisema

1. Pleurisi dan perikarditis

2. Infark miokard dan emboli paru

3. Bronkitis kronis dan emfisema

4. Hernia diafragmatika

5. Dissecting aneurysma aorta

Tata laksana

Pneumothoraks sederhana

Jika pneumothoraksnya kurang dri 1/3 hemothoraks maka hanya dilakukan fisioterapi tiup balon

(ekspirasi dan inspirasi dalam), pukul punggung pasien, dan tunggu sampai pasien batuk.

Dapat juga dipasang WSD apabila memenuhi syarat

- Ada fraktur dislokasi vertebre cervical

- Pneumothoraknya lbh dri 1/3 hemothorak

- Ada cedera berat lainnya

Tension pneumothoraks

Dekompresi dengan jarum pada ICS 2 (bisa menggunakann trokar), setelah itu lepaskan trokar dan

pasang WSD, dditunggu sampai udara keluar dan paru mengembang.

Pneumothorak terbuka

Apabila ada dinding thoraks yang lubang, segera ditutp dengan kain kasa diplester di 3sisi, 1sisi

dibiarkan terbuka. Kemudian dilakukan dekompresi pada ICS lain disisi thoraks yang berlawanan,

kemudian pasang WSD dan tutup dekompresidengan plester.

Pada tauma toraks WSD dapat berarti:

1. Diagnostik, untuk menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat

ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak sebelum penderita jatuh dalam renjatan

2. Terapi, untuk mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul dalam rongga pleura

3. Preventif, untuk mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga

mekanisme pernafasan tetap baik.

Prinsip-prinsip penanganan pneumothorax adalah:

Observasi dan pemberian tambahan oksigen

Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumothorax kurang dari 15% dari hemithorax.

Apabila fistula dari alveoli ke rongga pleura telah menutup, udara dalam rongga pleura

perlahan-lahan akan diresorbsi. Laju resepsinya diperkirakan 1.25% dari sisi pneumothorax

per hari. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dgn foto dad sereal tiap 12-24 jam selama

2 haribisa dilakukan dengan atau tanpa dirawat di rumah sakit pasien dengan luas

pneumothorax kecil unilateral dan stail, tapa gejala diperboehkan beobat jalan dan 2-3 hari

pasien harus control.

Aspirasi sederhana dengan jarum

Page 18: Nyeri Dada

Segera dilakukan dekompresi dengan pemasangan jarum di sela iga II mid clavicula,

yang disusul dengan WSD.Penanganan ini tidak boleh terhambat oleh karena menunggu foto

toraks.Setelah WSD terpasang, cabut jarumnya dari ICS II.

Torakoskopi

Adalah suatu tindakan untuk melihat langsung kedalam rongga dada dengan alat bantu

torakoskope.tindakan ini dilakukn apabila:

a. Tindakan aspirasi maupun WSD gagal.

b. Paru tidak mngembang setelah 3 hari pemasangan tube torakostomi.

c. Terjadinya fistula bronkopleura.

d. Timbulnya kembali pneumothorax stelah tindakan pleuradesis.

e. Pada pasien yg berkaitan dengan pekerjaannya agar tidak mudah kambuh lagi seperti pada

pilot dan penyelam.

British thoracic society dan American college of chest physicians telah memberikan

rekomendasi untuk penanganan pneumothoraks. :

Observasi dan pemberian tambahan oksigen

Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumothoraks < 15% dari hemithoraks.

Apabila fistula dari alveoli ke rongga pleura teah menutup, udara dalam rongga pleura

perlahan – lahan di resorbsi, laju resorbsi kira-kira 1,25% dari sisi pneumothoraks

perhari, laju resorbsi akan meningkat jika diberi tambahan oksigen.

Pemberian oksigen 100% pada kelinci percobaan yang mengalami pneumothoraks

ternyata meningkatkankan laju resorbsi 6x lipat.

Aspirasi dengan jarum dan tube thoracostomi

Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumothoraks > 15%. Tindakan

ini dilakukan untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura (dekompresi).

Tindakan ini dilakukan dengan cara:

Menusukan jarum melalui dinding dada ICS II pada linea mid clavicula sampai

masuk ke rongga pleura, sehingga tekanan udara positif akan keluar melalui

jarum tersebut.

Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran konta ventil, yaitu dengan

:

Jarum infuse set ditusukan ke dinding dada sampai masuk ke rongga peura,

kemudian ujung pipa plastic di pangkal saringan tetesan dipotong dan

dimasukan ke dalam botol berisi air, kemudian klem dibuka, maka akan

timbul gelembung-gelembung udara di dalam botol.

Water sealed drainage (WSD), cara:

o Daerah ICS VI atau II diberi cairan disinfektan dan dilakukan injeksi

anestesi lokal dengan xilokain atau prokain 2% dan kemudian ditutup

dengan kain steril.

o Insisi kulit pada ICS VI pada linea aksilaris media atai ICS II pada linea mid

clavicula.

Page 19: Nyeri Dada

o Tube thoracostomy steril dimasukan ke rongga pleura dengan perantara

klem penjepit. Setelah tube masuk maka klem dicabut. Pemasukan tube

diarahkan ke atas bila pada ICS VI dan diarahkan kebawah bila pada ICS II.

o Tube toracostomy dihubungkan dengan botol, dimana di dalam botol

tersebut terdapat air.

o Pipa tube yang tercelup kira-kira 2 cm dai permukaan air, agar gelembung

udara mudah keluar.

o Apabila tekanan rongga pleura masih tetap positif, perlu dilakukan

penghisapan udara secara aktif (continuous suction), dengan memberikan

10 – 20 cm air agar paru cepat mengembang.

o Bila paru sudah mengembang penuh dan tekanan rongga pleura sudah

negative, maka sebelum tube dicabut dilakukan uji coba dengan menjepit

tube tersebut selama 24 jam.

o Tindakan selanjutnya adalah melakukan evaluasi dengan foto dada,

apakah paru mengembang dan tidak mengempis lagi ? atau tekanan

dalam rongga pleura tetap negative dan tidak kembali positif? Bila

menjadi positif lagi maka tube belum bisa dicabut. Jika paru tetap

mengembang dan tekanannya tetap negative maka tube tersebut sudah

bisa dicabut. Pencabutan dilakukan ketika pasien dalam keadaan ekspirasi

maksimal.

o Pemasangan WSD ini bisa dilakukan dengan two bottle system or three

bottle system.

Thoracoscopy

Adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga thoraks dengan alat bantu

thoracoscop.Thoracoscopy yang dipandu dengan video assisted thoracoscopy surgery

(VATS) memberikan kenyamanan dan keamanan bagi operator maupun pasien karena

memperoleh lapangan pandang yang lebih luas dan gambar yang lebih bagus. Tindakan ini

sangat efektif dalam penanganan PSP dan mencegah berulangnya kembali. Dengan

prosedur ini dapat dilakukan reeksi bulla atau bleb dan juga bisa dilakuakn untuk

pleurodosis, juga mengurangi lama rawat inap rumah sakit.

Thoracoscopy dilakukan apabila :

Tindakan aspirasi maupun WSD gagal

Paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube thoracostomy

Terjadi fistula bronchopleura

Timbulnya kembali pneumothoraks setelah tindakan pleurodosis.

Lama operasi sekitar 45 menit, rasa tidak enak setelah operasi rata – rata 4-6 hari. Pasien

dengan luas permukaan pneumothoraks >20% biasanya membutuhkan waktu lebih dari 10

hari untuk berkembangnya paru kembali. Operasi dilakukan dengan anesthesia, sehingga

selama operasi pasien terbebas dari nyeri.

Toracotomy

Tindakan ini dilakukan apaila thoracoscopy gagal atau jika bleb atau bulla terdapat di apeks

paru, maka tindakan thoracotomy ini efektif untuk reseksi bleb atau bulla tersebut.

Page 20: Nyeri Dada

Komplikasi

Pneumothoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumothoraks), dapat mengakibatkan

kehgagalan respirasi akut. Pio-pneumothoraks, hidro-pneumothoraks/hemo-pneumothoraks, henti

jantung paru dan kematian (sangat jarang terjadi). Pneumomediastinum dan emfisema subkutan

sebagai akibat komplikasi pneumothoraks spontan, biasanya karena pecahnya esophagus atau

bronkus, sehingga kelainan tersebut harus ditegakkan(insidensinya sekitar 1%), pneumothoraks

simultan bilateral (insidensinya sekitar 2%), pneumothoraks kronik, bila tetap ada selama waktu lebih

dari 3 bulan (insidensinya sekitar 5%).

PENYULIT

- Pneumotoraks ventil dapat berakhir fatal bila terjadi kolaps sirkulasi

- Gagal napas

- Hemopneumotoraks

- Empiema

- Atelektasis

- Pneumotoraks berulang/rekuren

- Emfisema subkutis atau mediastinum

- Edema paru reekspansi

PROGNOSIS

- Baik, apabila segera dilakukan pertolongan dan pengobatan intensif, terutama yang mengenai

penderita muda yang sehat.

- Tergantung penyakit dasar

2. HEMOTHORAX/ HEMATOTHORAX

Definisi

Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura (antara pleura viseralis

dan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada

dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian dalam atau

selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengaikibatkan darah mengalir ke dalam rongga

pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.

Etiologi

Hematotoraks disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan.

Gejala

Tergantung dari berat ringannya trauma tapi biasanya pasien mengeluhkan sesak nafas, nyeri

dada, syok, sampai anemi. Bila darah di pleura mencapai 1500 ml atau lebih maka otomatis

rongga pleura akan menekan ke dua arah seta menekan paru yang menyebabkan ruang

kembang paru menyempit dan akan terjadi hipoventilasi yang akhirnya membuat penderita

hipoksia sampai meninggal.

Manifestasi

Page 21: Nyeri Dada

Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada. Luka

di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok

hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.

Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea

berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai

dengan penurunan curah jantung.

Pemeriksaan penunjang

1. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat menunjukan

penyimpangan struktur mediastinal (jantung).Hanya boleh dilakukan jika keadaan pasien

stabil.

2. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan mekanik

pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2

mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.

3. Torakosentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).

4. Hb  : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

Penatalaksanaan

a. Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan  tidak memerlukan

tindakan khusus.

b. Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Difungsi sedapat mungkin

dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air.

c. Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi.

d. Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi cito (eksplorasi) untuk

menghentikan perdarahan

Hematothoraks massif

Hemotoraks masif yaitu terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1.500 cc di dalam rongga

pleura. Hal ini sering disebabkan oleh luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau

pembuluh darah pada hilus paru. Hal ini juga dapat disebabkan trauma tumpul. Kehilangan darah

menyebabkan hipoksia. Vena leher dapat kolaps (flat) akibat adanya hipovolemia berat, tetapi

kadang dapat ditemukan distensi vena leher, jika disertai tension pneumothorax. Jarang terjadi efek

mekanik dari darah yang terkumpul di intratoraks lalu mendorong mesdiastinum sehingga

menyebabkan distensi dari pembuluh vena leher. Diagnosis hemotoraks ditegakkan dengan adanya

syok yang disertai suara nafas menghilang dan perkusi pekak pada sisi dada yang mengalami

trauma. Terapi awal hemotoraks masif adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan

bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat

dengan jarum besar dan kemudian pmeberian darah dengan golongan spesifik secepatnya

Pemeriksaan

Pada inspeksi biasanya tidak tampak kelainan, mungkin gerakan napas tertinggal atau pusat

karena perdarahan. Fremitus sisi yang terkena lebih keras daripada sisi yang lain. Pada

Page 22: Nyeri Dada

perkusi didapatkan pekak dengan batas seperti garis miring atau mungkin tidak jelas,

tergantung pada jumlah darah yang ada di rongga thoraks. Bunyi napas.

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara

pernafasan mungkin tidak terdengar atau menghilang.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi

pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya

pneumonia, abses paru atau tumor

USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,

sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah

jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan

lokal).

Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana

contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.

Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari

efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

Analisa cairan pleura

BDA

Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan mekanik pernapasan

dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau

menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.

Hb

mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

Ukura

n

Bayangan foto

rontgen

Pemeriksaan fisik Penanganan

Kecil 0-15% Perkusi pekak

sampai iga IX

Gerakan aktif

(fisioterapi)

Sedan

g

15-35% Perkusi pekak

sampai iga VI

Aspirasi dan

transfuse

Besar >35% Perkusi pekak

sampai cranial, iga

IV

Penyalir sekat air

di ruang antar iga,

transfuse

Page 23: Nyeri Dada

Keterangan table :

- 0-15% merupakan hemotoraks kecil, yaitu tampak sebagai bayangan kurang dari 15% pada

foto rontgen. Penanganannya cukup diobservasi dan tidak memerlukan tindakan khusus

- 15-35% merupakan hemotoraks sedang artinya tampak bayangan yang menutup 15-35%

pada foto rontgen. Penanganannya dipungsi dan penderita diberi tranfusi. Pada pungsi

sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan

- >35% merupakan hemotoraks besar yaitu jika ternyata terjadi kambuhan, dipasang penyalir

sekat air dan diberikan tranfusi

Indikasi Operasi

- Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD)

- Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan WSD < 4 jam setelah

kejadian trauma.

- Perdarahan 3-5 cc/kgBB/jam dalam 3 jam berturut-turut

- Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam dalam 2 jam berturut-turut

- Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1 jam

Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi, bila produksi WSD:

= 200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut

= 300 cc/jam dalam 2 jam berturut-turut

= 500 cc dalam = 1 jam

Penatalaksanaan

Tindakan bedah dilakukan dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) untuk evakuasi

darah, hematoma dari dalam rongga pleura.

Torakotomi bila:

1. Perdarahan masif ( jumlah produksi darah > 750 cc )

WSD

3 CC/KG BB/JAM5 CC/KG BB/JAM 3-5 CC/KG BB/JAM

TORAKOTOMI OBSERVASI

PARU MENGEMBANG

PARU TIDAK MENGEMBANG

Page 24: Nyeri Dada

2. Pada Observasi bila produksi darah setelah pemasangan WSD lebih besar sama

dengan 3-5 cc/kg/BB/jam atau 3-5 cc/kg/BB selama 3 jam berturut-turut.

Tujuan:

- Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya.

- Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan sirkulasi.

Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi cito (eksplorasi) untuk

menghentikan perdarahan.

3. EPISTASIS

DEFINISI

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang penyebabnya bisa lokal atau

sistemik.Perdarahan bisa ringan sampai serius dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat

fatal. Sumber perdarahan biasanya berasal dari bagian depan atau bagian belakang hidung.

Berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi

A. Epistaksis Anterior, banyak berasal dari Pleksus Kiesselbach (anastomosis dari

cabang-cabang a.etmoidalis anterior, a.sfenopalatina, a.labialis superior, a.palatina

mayor) di septum anterior.

B. Epistaksis Posterior, berasal dari nasofaring posterior, a.etmoidalis posterior,

a.sfenopalatina, atau dari pleksus Wooddruff

ETIOLOGI

Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung.

Delapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach (area Little).

Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang persambungan

mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan sistemik

1) Lokal

a) Trauma

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya mengeluarkan sekret dengan kuat,

bersin, mengorek hidung, trauma seperti terpukul, jatuh dan sebagainya.Selain itu iritasi oleh gas

yang merangsang dan trauma pada pembedahan dapat juga menyebabkan epistaksis.

b) Infeksi

Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik, seperti lupus,

sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.

c) Neoplasma

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten, kadang-

kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah, Hemongioma, karsinoma, serta angio-fibroma

dapat menyebabkan epistaksis berat.

d) Kelainan kongenital

Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan telangiektasis

heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease).Pasien ini juga menderita

telangiektasis di wajah, tangan atau bahkan di traktus gastrointestinal dan/atau pembuluh darah

paru.

Page 25: Nyeri Dada

e) Sebab-sebab lain termasuk benda asing dan perforasi septum. Perforasi septum nasi atau

abnormalitas septum dapat menjadi predisposisi perdarahan hidung. Bagian anterior septum

nasi, bila mengalami deviasi atau perforasi, akan terpapar aliran udara pernafasan yang

cenderung mengeringkan sekresi hidung. Pembentukan krusta yang keras dan usaha

melepaskan dengan jari menimbulkan trauma digital. Pengeluaran krusta berulang

menyebabkan erosi membrana mukosa septum dan kemudian perdarahan.

f) Pengaruh lingkungan

Misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan

udaranya sangat kering.

2)Sistemik

a) Kelainan darah misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukemia.

b) Penyakit kardiovaskuler.

Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada aterosklerosis, nefritis kronik, sirosis

hepatis, sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis.Epistaksis akibat hipertensi biasanya

hebat, sering kambuh dan prognosisnya tidak baik.

c) Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili, demam tifoid.

d) Gangguan endokrin

Pada wanita hamil, menarche dan menopause sering terjadi epistaksis, kadang-kadang

beberapa wanita mengalami perdarahan persisten dari hidung menyertai fase menstruasi

Lokasi perdarahan : sulit untuk menentukan lokasi perdarahan

Anterior kav. Nasi sering pada anak dan dewasa muda

Berasal dari plx Kiessel bach / a. etmoidalis ant

Posterior kav. Nasi sering pada hipertensi

Asal :

a. Sfenopalatina

a. Etmoidalis post

GAMBARAN KLINIS DAN PEMERIKSAAN

Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari bagian depan dan belakang hidung.

Perhatian ditujukan pada bagian hidung tempat awal terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung

yang terbanyak mengeluarkan darah.Untuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus ditempatkan

dalam posisi dan ketinggian yang memudahkan pemeriksa bekerja.Harus cukup sesuai untuk

mengobservasi atau mengeksplorasi sisi dalam hidung.Dengan spekulum hidung dibuka dan dengan

alat pengisap dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret maupun darah yang

sudah membeku; sesudah dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari

tempat dan faktor-faktor penyebab perdarahan. Setelah hidung dibersihkan, dimasukkan kapas yang

dibasahi dengan larutan anestesi lokal yaitu larutan pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yang

ditetesi larutan adrenalin 1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat

vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti untuk sementara. Sesudah 10

sampai 15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.Pasien yang mengalami

perdarahan berulang atau sekret berdarah dari hidung yang bersifat kronik memerlukan fokus

diagnostik yang berbeda dengan pasien dengan perdarahan hidung aktif yang prioritas utamanya

adalah menghentikan perdarahan.

Page 26: Nyeri Dada

Pemeriksaan yang diperlukan berupa:

a) Rinoskopi anterior

Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior ke posterior.

Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkhainferior harus

diperiksa dengan cermat.

b) Rinoskopi posterior

Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan

epistaksis berulang dan sekret hidung kronik untuk menyingkirkan neoplasma.

c) Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena hipertensi

dapat menyebabkan epistaksis yang hebat dan sering berulang.

d) Rontgen sinus

Rontgen sinus penting mengenali neoplasma atau infeksi.

e) Skrining terhadap koagulopati

Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu tromboplastin parsial, jumlah

platelet dan waktu perdarahan.

g) Riwayat penyakit

Riwayat penyakit yang teliti dapat mengungkapkan setiap masalah kesehatan yang

mendasari epistaksis.

PATOFISIOLOGI

Hidung kaya akan vaskularisasi yang berasal dari arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna.

Arteri karotis eksterna menyuplai darah ke hidung melalui percabangannya arteri fasialis dan arteri

maksilaris. Arteri labialis superior merupakan salah satu cabang terminal dari arteri fasialis. Arteri ini

memberikan vaskularisasi ke nasal arterior dan septum anterior sampai ke percabangan septum.

Arteri maksilaris interna masuk ke dalam fossa pterigomaksilaris dan memberikan enam

percabangan : a.alveolaris posterior superior, a.palatina desenden , a.infraorbitalis, a.sfenopalatina,

pterygoid canal dan a. pharyngeal. Arteri palatina desenden turun melalui kanalis palatinus mayor

dan menyuplai dinding nasal lateral, kemudian kembali ke dalam hidung melalui percabangan di

foramen incisivus untuk menyuplai darah ke septum anterior.1

Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi ke hidung. Arteri ini masuk ke dalam tulang orbita

melalui fisura orbitalis superior dan memberikan beberapa percabangan. Arteri etmoidalis anterior

meninggalkan orbita melalui foramen etmoidalis anterior. Arteri etmoidalis posterior keluar dari

rongga orbita, masuk ke foramen etmoidalis posterior, pada lokasi 2-9 mm anterior dari kanalis

optikus. Kedua arteri ini menyilang os ethmoid dan memasuki fossa kranial anterior, lalu turun ke

cavum nasi melalui lamina cribriformis, masuk ke percabangan lateral dan untuk menyuplai darah ke

dinding nasal lateral dan septum.1-8 Pleksus kiesselbach yang dikenal dengan “little area” berada

diseptum kartilagenous anterior dan merupakan lokasi yang paling sering terjadi epistaksis anterior.

Sebagian besar arteri yang memperdarahi septum beranastomosis di area ini.8,9 Sebagian besar

epistaksis (95%) terjadi di “little area”. Bagian septum nasi anterior inferior merupakan area yang

berhubungan langsung dengan udara, hal ini menyebabkan mudah terbentuknya krusta, fisura dan

retak karena trauma pada pembuluh darah tersebut. Walaupun hanya sebuah aktifitas normal

Page 27: Nyeri Dada

dilakukan seperti menggosok-gosok hidung dengan keras, tetapi hal ini dapat menyebabkan

terjadinya trauma ringan pada pembuluh darah sehingga terjadi ruptur dan perdarahan. Hal ini

terutama terjadi pada membran mukosa yang sudah terlebih dahulu mengalami inflamasi akibat dari

infeksi saluran pernafasan atas, alergi atau sinusitis

DIAGNOSIS BANDING

Termasuk perdarahan yang bukan berasal dari hidung tetapi darah mengalir keluar dari hidung

seperti hemoptisis (batuk darah), varises oesofagus (penyakit yang ditandai dengan pembesaran

abnormal pembuluh darah vena di oesofagus bagian bawah) yang berdarah.

PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan epistaksis adalah untuk menghentikan perdarahan.

Hal-hal yang penting adalah

1. Riwayat perdarahan sebelumnya.

2. Lokasi perdarahan.

3. Apakah darah terutama mengalir ke tenggorokan (ke posterior) atau keluar dari hidung depan

(anterior) bila pasien duduk tegak.

4. Lamanya perdarahan dan frekuensinya

5. Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga

6. Hipertensi

7. Diabetes melitus

8. Penyakit hati

9. Gangguan koagulasi

10. Trauma hidung yang belum lama

11. Obat-obatan, misalnya aspirin, fenil butazon Pengobatan disesuaikan dengan keadaan

penderita, apakah dalam keadaan akut atau tidak

TERAPI

a) Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali bila

penderita sangat lemah atau keadaaan syok.

b) Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan

cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke arah

septumselama beberapa menit.

c) Tentukan sumber perdarahan dengan memasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan

adrenalin dan pantokain/ lidokain, serta bantuan alat penghisap untuk membersihkanbekuan

darah.

d) Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan kaustik

dengan larutan nitras argenti 20%-30%, asam trikloroasetat 10% atau dengan elek-trokauter.

Sebelum kaustik diberikan analgesia topikal terlebih dahulu.

e) Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung, diperlukan pemasangan

tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi vaselin yang dicampur betadin atau

Page 28: Nyeri Dada

zat antibiotika. Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita

dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke puncak

rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal perdarahan dan dapat

dipertahankan selama 1-2 hari.

f) Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon posterior atau tampon Bellocq,

dibuat dari kasa dengan ukuran lebih kurang 3x2x2 cm dan mempunyai 3 buah benang, 2

buah pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi yang lainnya. Tampon harus menutup koana

(nares posterior)

Teknik Pemasangan

Untuk memasang tampon Bellocq, dimasukkan kateter karet melalui nares anterior sampai

tampak di orofaring dan kemudian ditarik ke luar melalui mulut. Ujung kateter kemudian diikat

pada dua buah benang yang terdapat pada satu sisi tampon Bellocq dan kemudian kateter ditarik

keluar hidung. Benang yang telah keluar melalui hidung kemudian ditarik, sedang jari telunjuk

tangan yang lain membantu mendorong tampon ini ke arah nasofaring. Jika masih terjadi

perdarahan dapat dibantu dengan pemasangan tampon anterior, kemudiandiikat pada sebuah

kain kasa yang diletakkan di tempat lubang hidung sehingga tampon posterior terfiksasi. Sehelai

benang lagi pada sisi lain tampon Bellocq dikeluarkan melalui mulut (tidak boleh terlalu kencang

ditarik) dan diletakkan pada pipi. Benang ini berguna untuk menarik tampon keluar melalui mulut

setelah 2-3 hari. Setiap pasien dengan tampon Bellocq harus dirawat

Pemasangan tampon posterior (tampon Belloq) dapat menyebabkan laserasi palatum mole

atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat dilekatkan pada pipi. Kateter

balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras karena dapat menyebabkan nekrosis

mukosa hidung atau septum.

Epistaksis berat (posterior)

Tampon belloq

Kateter foley dapat digunakan untuk menekan dinding posterior, penggunaan foley

kateter sangat mudah, cepat dan gampang. Pilih kateter foley pompa balon dengan

udara, pastikan keutuhan balon. Pompa balon dengan 7 sampai 10 ml udara.

Jangan pergunakan saline atau cairan lain sebagai pengganti udara sebab dapat

terjadi aspirasi jika balon tersebut rupture.

Page 29: Nyeri Dada

Kateter Balon Nasal, “plastic inflatable ballon catheters” mempunyai

penanganan yang sederhana terhadap epistaksis. Ballon nasal mudah digunakan

dan cepat ditempatkan. Cocok dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Dapat

berupa ballon anterior, ballon posterior atau balon rangkap.

kateter rangkap dapat digunakan dimana pack posterior tidak cocok. Kateter ini

mempunyai berbagai tipe dan ukuran. Harganya cukup mahal tetapi mudah dan

cepat digunakan. Balon distal yang kecil tersangkut pada lengkung choana dan

sama pada pack posterior balon proximal yang lebih besar menutupi seluruh

rongga hidung dan sama dengan pack anterior. Balon distal dengan ukuran

tekanan 10 ml dan balon anterior sebesar 30 ml . ini adalah volume maksimum

yang direkomendasikan oleh pabrik yang tertera pada pembungkus dan tempat

masuk udara pada balon.

Page 30: Nyeri Dada

KOMPLIKASI EPISTAKSIS

Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat dari epistaksisnya sendiri atau sebagai akibat dari

upaya penanggulangan epistaksis.

Akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi aspirasi darah ke dalam saluran pernafasan

bawah. Juga dapat menyebabkan syok, anemia, dan gagal ginjal. Turunnya tekanan darah secara

mendadak mengakibatkan hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner sampai infark

miokard yang dapat menyebabkan kematian. Untuk itu pemberian infus dan tranfusi darah harus

segera dilaksanakan.

Pemasangan tampon dapat menyebabkan rino-sinusitis, otitis media, septikemia atau toxic

shock syndrome. Oleh karena itu, harus selalu diberikan antibiotik pada setiap pemasangan

tampon hidung, dan setelah 2-3 hari tampon harus dicabut. Bila perdarahan masih berlanjut

dipasang tampon baru.

Dapat juga terjadi hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah melalui tuba eustachius dan air

mata berdarah (bloody tears), akibat mengalirnya darah secara retrograd melalui duktus

nasolakrimalis

4. NYERI DADA

Etiologi

1.Trauma, misalnya: pneumothorax, hemothorax, flail chest, tamponade jantung, dll.

2.Non trauma, misalny:

A. Penyakit jantung --> angina pectoris

B. Penyakit non jantung --> edema paru

Nyeri Dada akibat Frakture Costae

Macam

Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan

Fraktur simple

Fraktur multiple

Page 31: Nyeri Dada

Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat

Fraktur segmental

Fraktur simple

Fraktur comminutif

Menurut letak fraktur dibedakan :

Superior (costa 1-3 )

Median (costa 4-9)

Inferior (costa 10-12 ).

Menurut posisi :

Anterior,

Lateral

Posterior.

Ada beberapa kasus timbul fraktur campuran, seperti pada kasus Flail chest, dimana pada keadaan

ini terdapat fraktur segmental, 2 costa atau lebih yang letaknya berurutan

Gejala + diagnosis fisik

Inspeksi: adanya keidak simetrisan dada kanan kiri, pada fleil chest ada gerakan paradoxal.

Palpasi: ditemukan nyeri tekan, adanya krepitasi

Sebanyak 25% dari kasus fraktur costa tidak terdiagnosis, dan baru terdiagnosis setelah timbul

komplikasi, seperti hematotoraks dan pneumotoraks

Diagnosis penunjang

Dengan melakukan foto x ray thorax

Diagnosis banding

Contusio dinding dada, fraktur sternum, flail chest

Tata laksana

- Immobilisasi pada fraktur costae dengan plester lebar melewati ½ lingkaran dada, tapi tidak

boleh memperberat ventilasinya

- Pemasangan plester lebar pada saat penderita inspirasi maksimal

- Plester dipasang pada region costae yang fraktur, dan pemakaian plester ini berlangsung

selama 1-2 minggu

Monitoring + indikator keberhasilan

Dilakukan dengan memeriksa bagian costae yang fraktur, terlihat adanya perbaikan jaringan yang

rusak (luka, memar). Dapat juga dengan pemeriksaan penunjang (x ray thorax) untuk melihat

perkembangan perbaikan fraktur costae. Selain itu, lihat keadaan pasien apakah ada kesulitan

bernafas.

Komplikasi

Page 32: Nyeri Dada

Kompikasi Umum : Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik

(karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini

dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma.

Komplikasi Lokal : Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut

komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi

lanjut.

Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :

1. Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka.

2. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang.

3. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama.

4. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur.

5. Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi. Terganggunya gerakan aktif otot

karena terputusnya serabut otot.

5. FARAKTUR COSTAE FLAIL CHEST

Definisi

Costa merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki fungsi untuk

memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih penting adalah

mempertahankan fungsi ventilasi paru. Fraktur Costa adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang / tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa.

Fraktur costa akan menimbulkan rasa nyeri, yang mengganggu proses respirasi, disamping itu

adanya komplikasi dan gangguan lain yang menyertai memerlukan perhatian khusus dalam

penanganan terhadap fraktur ini. Pada anak fraktur costa sangat jarang dijumpai oleh karena costa

pada anak masih sangat lentur.

Costae merupakan komponen dinding thorax yang sering mengalami trauma. Costae 1-3

terbendung struktur yang kuat sehingga apabila terjadi fraktur, harus dicurigai terjadi fraktur

vertebra cervikalis. Sedangkan apabila terjadi fraktur pada costae 10-12, maka harus dicurigai

terkena hepar atau lien.

Fraktur costae juga dapat menyebabkan kematian apabila terjadi tension pneumothorax,

biasanya terjadi pada costae 3, 4 dan 5. Hal ini akan menyebabkan terjadinya hipoksia pada jantung

dan otak.

Klasifikasi

Jenis facture costae menurut garis fracture

Page 33: Nyeri Dada

Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur, dibagi jadi :

1) Fraktur simple/ singular : fraktur yang terjadi pada 1 costae

2) Fraktur multiple : terjadi pada 1 costae atau lebih

Menurut jumlah fraktur pada setiap costa, dibagi jadi :

1) Fraktur segmental : terjadi di 2 tempat pada 1 costae

2) Fraktur simple : terjadi pada 1 tempat di 1 costae

3) Fraktur comminutif : terjadi pada beberapa tempat di satu costae

Menurut letak fraktur dibedakan :

1) Superior (costa 1-3 )

2) Median (costa 4-9)

3) Inferior (costa 10-12 ).

Menurut posisi :

1) Anterior,

2) Lateral

3) Posterior.

Ada beberapa kasus timbul fraktur campuran, seperti pada kasus Flail chest, dimana pada

keadaan ini terdapat fraktur segmental ,2 costa atau lebih yang letaknya berurutan.

Etiologi

Costa merupakan tulang pipih dan memiliki sifat yang lentur. Oleh karena tulang ini sangat

dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki pelindung, maka setiap ada trauma dada akan

memberikan trauma juga kepada costa. Fraktur costa dapat terjadi dimana saja disepanjang costa

tersebut.. Dari keduabelas pasang costa yang ada, tiga costa pertama paling jarang mengalami

Page 34: Nyeri Dada

fraktur hal ini disebabkan karena costa tersebut sangat terlindung. Costa ke 4-9 paling banyak

mengalami fraktur, karena posisinya sangat terbuka dan memiliki pelindung yang sangat sedikit,

sedangkan tiga costa terbawah yakni costa ke 10-12 juga jarang mengalami fraktur oleh karena

sangat mobil .Pada olahragawan biasanya lebih banyak dijumpai fraktur costa yang “undisplaced” ,

oleh karena pada olahragawan otot intercostalnya sangat kuat sehingga dapat mempertahankan

fragmen costa yang ada pada tempatnya.

Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :

1. Disebabkan trauma

a. Trauma tumpul

Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain :

Kecelakaan lalulintas,kecelakaan pada pejalan kaki ,jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar

yang keras atau akibat perkelahian.

b. Trauma Tembus

Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa :Luka tusuk dan luka

tembak

2. Disebabkan bukan trauma

Yang dapat mengakibatkan fraktur costa ,terutama akibat gerakan yang menimbulkan putaran

rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress

fraktur,seperti pada gerakan olahraga : Lempar martil, soft ball, tennis, golf.

Gejala

1. Nyeri

2. Deformitas

3. Krepitasi

4. Bengkak

5. Peningkatan temperatur lokal

6. Pergerakan abnormal

7. Ecchymosis

8. Kehilangan fungsi

Gejala bila dilihat dari tipe fraktur

a. Pada fraktur tunggal/majemuk, penderita masih dapat bernapas dengan baik karena gerak

dada masih terlihat memadai dan teratur.

b. Pada fraktur costae multiple namun tidak di satu segmen/tempat, dinding thorax masih stabil

meski penderita terlihat kesulitan bernapas dan kesakitan.

c. Pada fraktur costae multiple segmental terjadi flail chest/segmen dinding dada lepas sehingga

menghambat pergerakan dada dan menyebabkan kesulitan bernapas.

Pafisiologi

Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping ataupun

dari arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma costa,tetapi

Page 35: Nyeri Dada

dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada,maka tidak semua trauma dada akan

terjadi fraktur costa.

Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada tempat

traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila energi yang diterimanya

melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa tersebut.Seperti pada kasus kecelakaan dimana dada

terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada sebelah depan dari angulus

costa,dimana pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling lemah.

Fraktur costa yang “displace” akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan organ

dibawahnya.Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai a.intercostalis ,pleura visceralis,paru

maupun jantung ,sehingga dapat mengakibatkan timbulnya hematotoraks,pneumotoraks ataupun

laserasi jantung.

Diagnosis

Diagnosis Fisik

Inspeksi: adanya keidak simetrisan dada kanan kiri, pada fleil chest ada

gerakan paradoxal.

Palpasi: ditemukan nyeri tekan, adanya krepitasi akibat adanya udara dalam

jaringan subkutan pada daerah dada yang sakit, kemudian tiap costae

ditekan secara lembut. Pada kasus yang meragukan, dada ditekan secara

lembut dengan kedua tangan pemeriksa yang masing-masing diletakkan di

bagian anterior-posterior bagian yang sakit.

Pada perkusi dan auskultasi, tentukan posisi trakhea dan jantung untuk

melihat adanya pergeseran mediastinum

Sebanyak 25% dari kasus fraktur costa tidak terdiagnosis, dan baru

terdiagnosis setelah timbul komplikasi, seperti hematotoraks dan

pneumotoraks.

Diagnosis Penunjang

Dengan melakukan foto x-ray thorax.

Diagnosis Banding

1) Fraktur Sternum

2) Fraktur Vertebrae

3) Stress Fraktur

4) Osteoarthritis

5) Pneumotoraks

6) Cedera trakea dan bronkus.

Komplikasi

Komplikasi Umum

Page 36: Nyeri Dada

Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri

yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat

terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma.

Komplikasi Lokal

Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi

dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi

lanjut. Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :

Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka

Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang

Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama

Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur

Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi

Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot.

FLEIL CHEST

Fraktur costa multiple segmental sehingga ada segmen dinding dada yang

mengambang (fleil) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada secara

paradoksal.

Jika dibawah dinding dada yang fraktur terjadi kerusakan paru-paru, maka akan

menyebabkan hipoxia yang serius. Gerakan paradoksal yaitu segmen fraktur

bergerak berlawanan arah dengan gerak pernafasan. Gerakan itu sendiri tidak

menyebabkan hipoxia selain karena kontusio paru dan rasa nyeri sehingga

penderita takut bernafas.

Manifestasi klinik : mulanya penderita mampu mengadakan kompresi terhadap

pengurangan cadangan respirasi. Namun, jika terdapat penimbunan sekret dan

penurunan daya pengembangan paru akan terjadi anoksia berat, hiperkapnea, dan

kolaps.

Penanganan pada fleil chest terutama mencegah hipoksianya dengan pemberian

O2 10 – 12 L/m dan fiksasi dengan plester pada segmen fraktur dengan ½ lingkaran

dinding dada. Pemakaian WSD dan respirator bisa dilakukan bila ada indikasi jelas.

Tata Laksana

Immobilisasi pada fraktur costae dengan plester lebar melewati ½ lingkaran dada,

tapi tidak boleh memperberat ventilasinya

Pemasangan plester lebar pada saat penderita inspirasi maksimal. Plester dipasang

pada region costae yang fraktur, dan pemakaian plester ini berlangsung selama 1-2

minggu.

Pre Hospital : Pada tahap ini tindakan terhadap pasien terutama ditujukan untuk

memperbaiki suplai oksigenasi (Resusitasi Jantung Paru).

Penanganan pada saat di ruang UGD:Tindakan darurat terutama ditujukan untuk

memperbaiki jalan nafas,pernafasan dan sirkulasinya (Airway, Breath dan

circulation). Fraktur costa simple 1-2 buah terapi terutama ditujukan untuk

menghilangkan nyeri dan memberikan kemudahan untuk pembuangan

lendir/dahak, namun sebaiknya jangan diberikan obat mucolitik, yang dapat

Page 37: Nyeri Dada

merangsang terbentuknya dahak dan malah menambah kesulitan dalam bernafas.

Fraktur 3 buah costa atau lebih dapat dilakukan tindakan blok saraf, namun pada

tindakan ini dapat menimbulkan komplikasi berupa pneumotoraks dan

hematotoraks, sedangkan fraktur costa lebih dari empat buah sebaiknya diberikan

terapi dengan anastesi epidural dengan menggunakan morphin atau bupivacain

0,5%.

Pada saat dijumpai flail chest atau gerakan paradoksal, segera dilakukan tindakan

padding untuk menstabilkan dinding dada, bahkan kadang diperlukan ventilator

untuk beberapa hari sampai didapatkan dinding dada yang stabil

Penanganan di ruang rawat inap : Pada fraktur costa yang simple tanpa komplikasi

dapat dirawat jalan, sedangkan pada pasien dengan fraktur multiple dan kominutif

serta dicurigai adanya komplikasi perlu perawatan di RS. Pasien yang dirawat di RS

perlu mendapatkan analgetik yang adekuat, bahkan kadang diperlukan narkotik

dan yang juga penting untuk ini adalah pemberian latihan nafas (fisioterapi nafas).

Fraktur costa dengan komplikasi kadang memerlukan terapi bedah, dapat

dilakukan drainaseatau torakotomi, untuk itu evaluasi terhadap kemungkinan

adanya komplikasi harus selaludilakukan secara berkala dengan melakukan foto

kontrol pada 6 jam,12 jam dan 24 jam pertama.4.Penanganan di rawat

jalan.Penderita rawat jalan juga tetap memprioritaskan pemberian analgetik yang

adekuat untuk memudahkan gerakan pernafasan. Latihan nafas harus selalu

dilakukan untuk memungkinkan pembuangan dahak.

Tanda utama adalah gerakan nafas asimetri, nyeri waktu nafas dan sesak nafas.

Tindakan :

1.Pemasangan Plester Harus melewati garis tengah atau ¾ lingkaran dada (1-2

minggu). Kerugiannya dapatmenimbulkan pneumonitis dan kolaps paru

2.Blok anestesi interkostal

3.Anestesi lokal pada hematom sekitar patah tulang

4.Blok paravertebral

6. CORPUS ALLEINUM OBSTRUKSI BENDA ASING DI SALURAN NAFAS

DEFINISI

Benda asing yang kebanyakan berupa benda-benda kecil misalnya biji buah, benik dan

sebagainya. Kebanyakan ditemukan pada anak-anak dan biasanya unilateral.

ETIOLOGI

Factor Prediposisi

1. Usia yaitu pada anak-anak, dimana mereka sering memasukkan segala sesuatu ke

dalam mulut, gigi geligi yang belum lengkap dan refleks menelan yang belum

sempurna.

2. Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki.

3. Lingkungan dan kondisi sosial.

4. Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penurunan kesadaran, keadaan umum

buruk, penyakit serebrovaskuler, dan kelainan neurologik.

Page 38: Nyeri Dada

5. Faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan dan minum

tergesa-gesa.

Faktor fisiologik dan sosiologik

1. Pertumbuhan gigi belum lengkap, belum terbentuk gigi molar, belum dapat menelan

makanan padat secara baik, kemampuan anak membedakan makanan yang dapat

dimakan dan tidak dapat dimakan belum sempurna. Benda tersangkut pada saat

makan sambil tertawa, bicara menangis, dan berlari.

2. Pada orang tua, terutama yang mempunyai gangguan neurologis dan berkurangnya

refleks menelan dapat disebabkan oleh pengaruh alkohol, stroke, parkinson, trauma,

dementia juga mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya aspirasi.

PATOGENESIS

Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan dengan

auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher (palpatory thud). Jika benda asing

menyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang memerlukan tindakan

segera untuk membebaskan jalan napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan gejala

pada anak tetapi gejala paru termasuk edema paru banyak ditemukan.

Kecurigaan adanya aspirasi benda asing muncul bila terdapat gejala batuk yang paroksisimal

(paroxysmal coughing) yang timbul tiba-tiba, rasa tercekik (choking) pada waktu makan atau

choking/coughing yang timbul bila diketahui adanya objek yang kecil atau partikel makanan

terutama kacang di dalam jangkauan si anak

MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinik yang timbul tergantung pada jenis benda asing, ukuran, sifat iritasinya terhadap

mukosa, lokasi, lama benda asing di saluran napas, dan ada atau tidaknya komplikasi..

DIAGNOSA

Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga

medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui

dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan

dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke

dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda

asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.

PENATALAKSANAAN

Pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing saluran napas tanpa

diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing secara endoskopi

untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda asing

akan menambah tingkat kesulitan

7. EMBOLI PARU PPT KELP. D

8. ASPIRASI PNEUMONI PPT KELP. D

9. CONTUSIO PARU

Page 39: Nyeri Dada

Pengertian

Kontusio paru adalah Memar jaringan paru akibat trauma tumpul (luka lambat) sehingga

menyebabkan ventilasi tidak berfungsi baik yang berpotensi lethal chest injury.Jika terjadi

hipoksia (Pa O₂) <65 mmHg, Sa O₂<90%) harus segera diberi bantuan ventilasi.

Hal kritis yang mungkin terjadi : adanya darah dan buih dijalan napas dan mulut

Sering menyebabkan gagal napas

Pada pasien flail chest, luka yang berasosiasi dengan pulmonary contusion, sering dan jadi

penyebab utama gagal napas. (current diagnosis & treatment 12th edition)

Kontusi paru karena gegar parenkim mendadak terjadi setelah trauma tumpul/ luka dengan

peluru kecepatan tinggi.

Insidensi : terjadi di 75% pasien dengan flail chest namun dapat juga terjadi akibat trauma

tumpul tanpa fraktur costae

Tahap awal : alveolar ruptur dengan transudasi cairan dan ekstravasasi darah. Cairan dan

alveolar yang ruptur masuk ke ruang alveolar dan bronkhi yang menjadikan obstruksi jalan napas

terlokalisasi serta adanya atelektasis.

Memar paru akibat gegar otak tiba-tiba terjadi parenkim setelah trauma tumpul atau melukai

dengan peluru kecepatan tinggi. Memar paru terjadi pada 75% pasien dengan flail chest tetapi

juga dapat terjadi setelah trauma tumpul tanpa patah tulang rusuk. Pecah alveolar dengan

transudasi cairan dan ekstravasasi darah ditemukan awal. Cairan dan darah dari alveoli pecah

masuk ruang alveolar dan bronki dan menghasilkan obstruksi jalan napas dan atelektasis

lokal.Sekresi lendir meningkat dan terapi cairan intravena mungkin bergabung untuk

menghasilkan sekresi berlebihan dan atelektasis lebih lanjut. Kemampuan pasien untuk batuk dan

sekresi jernih efektif melemah karena nyeri dada dinding atau inefisiensi mekanik dari patah

tulang. Elastisitas paru-paru menurun, meningkatkan resistensi terhadap aliran udara, dan,

sebagai akibat meningkat pernapasan, oksigenasi darah dan penurunan pH dan pCO2

naik. Respon kompensasi jantung mungkin dikompromikan, karena sebanyak 35% dari pasien ini

memiliki memar miokard terkait.

Pengobatan seringkali ditunda karena klinis dan x-ray temuan mungkin tidak muncul sampai

12-48 jam setelah cedera. Temuan klinis berlebihan tipis, darah-biruan sekret, nyeri dada, gelisah,

apprehensiveness, dan respirasi bekerja. Akhirnya, dispnea, sianosis, takipnea, dan takikardia

berkembang. X-ray perubahan terdiri dari kekeruhan parenkim merata atau menyebar kepadatan

peribronchial linear yang dapat berlanjut untuk menyebar kekeruhan. Karakteristik untuk sindrom

gangguan pernapasan akut.

Bantuan ventilasi mekanik memungkinkan ventilasi alveolar yang memadai dan penggunaan

campuran oksigen diperkaya dan dengan demikian mengurangi kerja pernapasan. Gas darah

harus sering dipantau dan saturasi arteri memadai dipertahankan. Ada beberapa kontroversi atas

rejimen terbaik untuk manajemen cairan, tetapi hidrasi yang berlebihan atau transfusi darah harus

dihindari. Pengelolaan yang optimal mungkin memerlukan penempatan kateter arteri paru-paru,

sebaiknya dengan ujung termistor untuk pengukuran output jantung terus menerus oleh

thermodilution. Pengukuran Serial tekanan vena sentral, tekanan arteri paru, tekanan baji,

saturasi oksigen vena campuran, dan output jantung membantu untuk menghindari baik di bawah

maupun tranfusi berlebihan. Meskipun terapi yang optimal, sekitar 15% dari pasien dengan luka

memar paru mati. Penggunaan pelindung strategi ventilator mekanik sangat penting pada pasien

Page 40: Nyeri Dada

ini untuk menghindari ventilator disebabkan cedera paru-paru progresif. Laserasi paru kebanyakan

disebabkan oleh luka tembus, dan hemopneumothorax. 

Thoracostomy tabung diindikasikan untuk mengevakuasi udara pleura atau darah dan

untuk memantau kebocoran terus. Sejak perluasan paru-paru mentamponade laserasi,

banyak luka paru-paru tidak menghasilkan perdarahan masif atau kebocoran udara

persisten. Haruskah laserasi paru memerlukan intervensi operasi, teknik lung-sparing

harus digunakan jika memungkinkan, daripada reseksi paru resmi anatomi untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas. Hematoma paru-paru adalah hasil dari kerusakan

parenkim lokal dan perdarahan. Penampilan sinar-x pada awalnya kepadatan buruk

didefinisikan yang menjadi lebih terbatas beberapa hari sampai 2 minggu setelah

cedera.Rongga kistik kadang-kadang berkembang jika kerusakan yang luas.Kebanyakan

hematoma cukup diselesaikan dengan terpai yang mengandung harapan.

Etiologi

Trauma toraks

Kecelakaan lalu lintas

Terjadi terutama setelah trauma tumpul toraks

Dapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme perdarahan dan edema

parenkim

Gejala

Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan perikardium. Bila terjadi

secara lambat dapat memberi kesempatan mekanisme kompensasi seperti takikardi,

peningkatan resistensi vascular perifer dan peningkatan volume intravaskular. Bila cepat,

maka dalam beberapa menit bisa fatal. 

Tamponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan tekanan vena jugularis,

pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik <100mmHg, dan

bunyi jantung yang melemah. Sedangkan pada yang kronis ditemukan peningkatan

tekanan vena jugularis, takikardi, dan pulsus paradoksus. 

Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma tajam dan tumpul di

daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung, gelisah, pucat, keringat dingin,

peninggian vena jugularis, pekak jantung melebar, suara jantung redup dan pulsus

paradoksus. Trias classic beck berupa distensis vena leher, bunyi jantung melemah dan

hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan tamponade.

Manifestasi Klinis

Dapat timbul / memburuk dalam 24-72 jam setelah trauma

Dispnea

Penurunan PO₂   arteri

Ronki

Infiltrat pada foto thoraks

Pada kondisi berat dapat disertai : sekret trakeobronkial yang banyak, hemoptisis,

dan edema paru

10.TAMPONADE JANTUNG

Pengertian

Page 41: Nyeri Dada

Tamponade jantung merupakan kompresi akut pada jantung yang disebabkan oleh

peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam

pericardium dari rupture jantung, trauma tembus atau efusi yang progresif.

Etiologi

Neoplasma

Perikarditis

perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau infeksi

Infraksi miokardial akut

Efusi (akibat kanker, infeksi bakteri tuberkolosis, bisa juga demam reumatik namun ini

jarang ditemukan)

Hemoragi akibat nontraumatik (rupture jantung/ pembuluh darah besar, terapinanti

koagulan pada pasien perikarditis), akibat traumatik (luka tembak, luka tusuk dada,

preforasi pada saat keterisasi kardiak/ vena pusat, trauma tumpul, trauma tembus

miokard)

Idiopatik

Uremia

Akibat trauma biasanya sering terjadi pada dewasa muda, sedangkan akibat

keganasan/ gagal ginjal sering terjadi pada lansia.

Gejala

- Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan pericardium.

- Apabila akumulasi cairan lambat masih member kesempatan mekanisme

kompensasi seperti takikardi, peningkatan resistensi vaskuler perifer, dan peningkatan

volume intravaskuler.

- Apabila akumulasi cairan cepat dalam beberapa menit bisa fatal

Patofisiologi

Bila seandainya terjadi ruptur pada ventrikel, maka darah akan merembes ke cavum

pericardium. Semakin lama, darah yang tertampung pada cavum pericard akan semakin

banyak. Secara anatomis, atrium memiliki struktur otot yang lebih tipis daripada bilik

sehingga darah yang tertampung tadi akan dengan mudah mendesak atrium. Atrium

terdesak, vena cava superior maupun inferior mengalami penghambatan atau obstruksi.

Akhirnya timbullah Trias Beck, yaitu distensi vena, bunyi jantung melemah, dan

hipotensi/tekanan arteri menurun.

Diagnosa

Diagnosa tamponade jantung tidak mudah karena dibaurkan dengan tension

pneumothorax,namun dapat didiagnosa dengan “Trias Beck”:

- Meningkatnya tekanan vena jugularis

- Penurunan tekanan arteri (tensi 80/70 mmHg beda systole dan diastole hanya 10)

- Nadi melemah

Penatalaksanaan

- Perikardiosntris atau pembedahan untuk membuat lubang

Page 42: Nyeri Dada

- Pembuatan jendela perikardial, dilakukan jikan pasien mengalami temponade, efusi atau

adesi akibat perikarditis kronis

- Pengambilan perikardium pelindung yang menguat (untuk kasus yang lebih parah)

- Pemuatan volume percobaan dengan larutan garam normal I.V temporer dengan albumin

(pasien yang mengalami hipotensi)

- Dapat diberikan obat inotropik misalnya : Dopamin untuk menjaga output kardiak

- Transfusi darah atau torakotomi untuk mengalirkan cairan yang terakumulasi kembali atau

memperbaiki tempat pendarahan (untuk cedera traumatik)

- Diberi obat antagonis heparin protamin sulfat (pasien yang mengalami temponadee

terpicu-heparin)

- Pemberian vitamin K (pasien yang mengalami terpicu-warfarin)

Terapi

Pada tamponade jantung dengan evakuasi darah baik secara tertutup atau terbuka

dengan torakotomi resusitasi.

Pada torakotomi bisa dikerjakan :

Evakuasi darah pericard.

Kontrol langsung sumber perdarahan.

Pijat jantung terbuka.

Klem silang aorta descenden untuk mengurangi kehilangan darah dibawah

diafragma dan meningkatkan perfusi otak.

11.FRAKTUR STERNUM PPT KELP. D

12.DEVORMITAS NASAL

Gejala

Keluhan yang paling sering pada deviasi septum ialah sumbatan hidung. Sumbatan bias

unilateral maupun bilateral, sebab pada sisi deviasi terdapat hipotrofi concha, sedangkan pada

sisi sebelahnya terjadi hipertrofi concha, sebagai akibat dari mekanisme kompensasi. Keluhan

laninnya adalah rasa nyeri di kepala dan sekitar mata. Selainitu terdapayt deviasi pada bagian

atas septum. Deviasi septum dapat menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor

predisposisi terjadinya sinusitis.

Etiologi

a. Trauma, merupakan penyebab paling sering. Trauma dapat terjadi setelah lahir, waktu

partus (persalinan) atau bahkan pada masa janin intra uterin

b. Ketidak-seimbangan Pertumbuhan. Terjadi ketika tulang rawan septum nasi terus tumbuh

sementara batas superior dan batas inferiornya telah menetap sehingga mengakibatkan

deviasi septum nasi

Bentuk Deformitas:

a. Deviasi, biasanya berbentuk huruf C atau S.

b. Dislokasi, yaitu bagian bawah cartilage septum keluar dari crista maxilla dan masuk ke

dalam rongga hidung.

Page 43: Nyeri Dada

c. Penonjolan tulang rawan septum, bila memanjang dari depan ke belakang disebut Krista dan

bila penonjolan tersebut runcing dan pipih disebut spina.

d. Sinekia, bila deviasi atau krista septum bertemu dan melekat dengan konka yang ada di

hadapannya.

Terapi

Bila gejala tidak ada atau keluhan sangat ringan, tidak perlu dilakukan tindakan koreksi

septum.Ada 2 jenis tindakan operatif yang dapat dilukan pada pasien dengan keluhan yang

nyata yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.

Reseksi submukosa (submucous septum resection SMR)

Pada operasi ini mukoperikondrium pada mukoperiosteum kedua sisi dilepaskan dari tulang

rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang atau tulang rawan dari septum

kemudian diangkat, sehingga muko-perikondrium dan mukoperosteum sisi kiri dan kanan

akan langsung bertemu di garis tengah.

Septoplasti atau reposisi septum

Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja

yang dikeluarkan. Dengan cara ini dapat dicegah komplikasi yang mungkin timbul pada

operasi reseksi submukosa, seperti terjadinya perforasi septum dan hidung pelana.

13.KELAINAN SEPTUM NASI DEFIASI SEPTUM NASI

Definisi

Deviasi septum nasi adalah kelainan bentuk septum nasi akibat trauma dan pertumbuhan

tulang rawan yang tidak seimbang. Bentuk septum nasi yang normal adalah lurus dan berada di

tengah rongga hidung kecuali septum nasi orang dewasa yang tidak lurus sempurna.

Etiologi

Trauma merupakan penyebab terbanyak deviasi septum nasi. Trauma bisa saja kita alami

sesudah lahir, selama partus dan masa janin intrauterin. Ketidakseimbangan pertumbuhan tulang

rawan septum nasi yang terus tumbuh dapat pula menyebabkan deviasi septum nasi dimana pada

saat bersamaan batas atas dan batas bawah septum nasi telah menetap. Deviasi septum nasi yang

ringan tidak menimbulkan gangguan. Gangguan dapat terjadi pada deviasi septum nasi yang cukup

berat. Fungsi hidung akan terganggu dan lama-kelamaan bisa menyebabkan komplikasi.

Manifestasi

Gejala yang paling sering timbul dari deviasi septum ialah kesulitan bernapas melalui

hidung. Kesulitan bernapas biasanya pada satu hidung, kadang juga pada hidung yang berlawanan.

Pada beberapa kasus, deviasi septum juga dapat mengakibatkan drainase sekret sinus terhambat

sehingga dapat menyebabkan sinusitis. 

Sumbatan hidung yang unilateral atau juga bilateral. Keluhan lain ialah rasa nyeri di kepala

dan di sekitar mata. Selain itu, penciuman juga bisa terganggu apabila terdapat deviasi pada bagian

atas septum.

Diagnosis

Deviasi septum biasanya sudah dapat dilihat melalui inspeksi langsung pada batang

hidungnya. Namun, diperlukan juga pemeriksaan radiologi untuk memastikan diagnosisnya. Dari

pemeriksaan rinoskopi anterior, dapat dilihat penonjolan septum ke arah deviasi jika terdapat deviasi

berat, tapi pada deviasi ringan, hasil pemeriksaan bisa normal.

Page 44: Nyeri Dada

Penatalaksanaan

Analgesik : digunakan untuk mengurangi rasa sakit

Dekongestan: digunakan untuk mengurangi sekresi cairan hidung

Pembedahan

Septoplasti

SMR (Sub-Mucous Resection)

14.SYOK HIPOVOLEMIK BAHAN GAA ADA

15.HEMATOMA SEPTUM

ETIOLOGI

Sebagai akibat trauma, pembuluh darah submukosa akan pecah dan darah akan berkumpul

diantara perikondrium dan tulang rawan septum, dan membentuk hematoma pada septum.

Bila terjadi fraktur tulang rawan, maka darah akan masuk kesisi lain, sehingga terbentuk

hematoma septum bilateral. adanya kumpulan darah di subperikondrial akan mengancam

vitalitas tulang rawan yang hidupnya tergantung dari nutrisi perikondrium.

GEJALA

Gejala yang menonjol pada hematoma septum nasi adalah sumbatan hidung dan rasa nyeri.

Pada pemerikaaan ditemukan pembengkakan unilateral atau bilateral pada septum bagian

depan, berbentuk bulat, licin, dan berwarna merah. Pembengkakan dapat meluas sampai ke

dinding lateral hidung sehingga menyebabkan obstruksi oral.

PENATALAKSANAAN

Drainase yang segera dilakukan dapat mecegah terjadinya nekrosis tulang rawan. Dilakukan

pungsi, dan kemudian dilanjutkan dengan insisi pada bagian hematoma yang paling menonjol.

Bila tulang rawan masih utuh dilakukan insisi bilateral. Setelah insisi, dipasang tampon untuk

menekan perikondrium kea rah tulang rawan di bawahnya. Antibiotika hharus diberikan untuk

mencegah terjadinya infeksi sekunder.

KOMPLIKASI

Komplikasi hematoma septum yang mungkin terjadi ialah abses septum dan deformitas

hidung bagian luar seperti saddle nose atau bentuk hidung pelana.

16.ABSES SEPTUM GAA ADA BAHAN

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSE

Foto X-ray Thorax

Page 45: Nyeri Dada

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax

untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di

dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang

digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax,

tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan

saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto

thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit  paru yang terkait dengan pekerjaan di

industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.

Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :

-       untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)

-       untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)

-       untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)

-       untuk memeriksa keadaan jantung

-       untuk memeriksa keadaan paru-paru

Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis. Pada saat

adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging thorax tambahan dapat

dilakukan untuk  mendiagnosis kondisi secara pasti atau mendapatkan bukti-bukti yang mengarah

pada diagnosis yang diperoleh dari CXR.

Page 46: Nyeri Dada

Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif  tubuh

dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior (PA),

anteroposterior (AP) dan lateral.

1. Posteroanterior (PA)

Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (back) dari

thorax dan keluar dari anterior (front) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan

gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan detektor X-ray.

Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standard, dan pancaran X-ray

ditransmisikan ke pasien.

2. Anteroposterior (AP)Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray

lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada situasi

dimana sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak

bisa bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray digunakan untuk

mendapatkan CXR berbaring (“supine film”). Sebagai hasilnya kebanyakan supine film adalah

juga AP.

3. Lateral

Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA namun pada lateral

pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar

(flat).

Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :

1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)

Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis), infeksi

(pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s granulomatosis, rheumatoid arthritis. 

Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam

diagnosis. Nodul juga dapat multiple.

2. Kavitas

Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker, emboli

paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri

anaerob dan jamur, dan wegener’s granulomatosis.

3. Abnormalitas pleura.

Page 47: Nyeri Dada

Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat

terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan lymphangioleiomyomatosis.

Walaupun CXR ini merupakan metode yang murah dan relatif aman namun  ada beberapa

kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan hasil CXR normal misalnya pada

pasien infark miokard akut yang dapat memberikan gambaran CXR yang normal.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK WATER’S

Proyeksi water's

Ukuran Kaset :18 x 24 cm memanjang

FFD : 90 cm

CR : Horizontal tegak lurus pada bidang film ( Untuk pasien errect )

        Vertikal tegak lurus pada bidang film ( Untuk pasien supine )

CP : Tepat pada parieto occipital menembus acanthion

Posisi Pasien :

- Pasien diminta untuk berdiri menghadap bucky stand atau posisi kepala nya PA dengan

MSP tubuh tepat pada mid line kaset

- Kedua telapak tengan menempel pada dinding

- Posisikan kepala dan dagu sehingga MSP tegak lurus pada bidang film

- Ekstensikan kepala pada posisi yang benar

- Atur kepala sehingga Orbito meatal line (OML) membentuk sudut 37 derajat dari bidang

film

- Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai objek yang akan di foto, tidak

terlalu luas dan tidak terlalu kecil

- Jangan lupa gunakan marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan 

- Jangan lupa gunakan grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran yang

dihasilkan baik

- Lindungi gonad pasien dengan menggunakan apron atau karet timbal

- Jika posisi pasien sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang

sudah ditentukan untuk pemotretan sinus paranasal proyeksi waters

Kriteria Gambar :

- Tampak sinus frontalis dan sinus ethmoidalis (distorsi)

- Jarak batas lateral orbita dengan batas lateral kepala kiri dan kanan sama atau simetris

- Petrus ridge terproyeksi dibawa maxilaris

- Kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan objek yang diperiksa

- Tampak sinus maxillaris dan fossa nasalis

- Tergambar marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan

Page 48: Nyeri Dada

PEMERIKSAAN CT SCAN

Page 49: Nyeri Dada

CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari

berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :

a. Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.

b. Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.

c. Brain contusion.

d. Brain atrofi.

e. Hydrocephalus.

f. Inflamasi.

Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien

yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg.

Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT

scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa

mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya

pemeriksaan yang dibutuhkan. Dokter harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum

dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada

klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT

Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml.

Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian

zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi

dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.

CT scan digunakan untuk :

Page 50: Nyeri Dada

Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru,

aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah

lainnya.

Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis

kanker.

Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya

pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah,

pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.

Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.

Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk

di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat

untuk melakukan tindakan.

Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang

memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain

CT scan.

Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa

radioisotope

Prinsip Kerja

Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua

sinar secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat

detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu

berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah

menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga tititk, menurut posisi

jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.

Persiapan Pasien

Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.

Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan

kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien

dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan.

Test awal yang dilakukan meliputi :

Kekuatan untuk diam ditempat (dimeja scanner) selama 45 menit. Melakukan pernapasan

dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan

pemeriksaan. Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.

Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan

nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang

normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi

terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien

merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-

obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.

Prosedur

a. Posisi terlentang dengan tangan terkendali.

b. Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.

Page 51: Nyeri Dada

c. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut

yang dicurigai adanya kelainan.

d. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.

e. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.

f. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai

protektif lead approan.

g. Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.

Kelebihan CT scan

Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat.

Tidak invasive (tindakan non-bedah).

Waktu perekaman cepat.

Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer sehingga dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang.

Kekurangan CT scan

Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat

melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya sebelum

pemeriksaan dilakukan.

Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya

timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien menggunakan tambalan gigi

amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.

Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan gambar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat

diberikan deladryl 50 mg.

Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.

Ukur Intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang

eliminasinya selama 24 jam. Oligouri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan

koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.

Aplikasi pada Klinis

Pada cranial

Diagnosa dari cerebrovascular accidents dan intracranial hemorrhage

Mendeteksi tumor

Mendeteksi peningkatan intracranial pressure sebelum dilakukan lumbar puncture atau

evaluas fungs ventriculoperitoneal shunt.

Evaluasi fraktur wajah atau kranial

Pada kepala/leher/wajah/mulut CT scanning digunakan pada rencana operasi bagi

deformitas kraniofasial dan dentofasial serta evaluasi tumor sinus, nasal, orbital, dan

rencana rekonstruksi implant dental.

Page 52: Nyeri Dada

Pada dada

Mendeteksi perubahan akut ataupun kronik parenklim paru

Evaluasi proses intrestitial kronik (emfisema,fibrosis)

Evaluasi mediatinum dan limfadenopat menggunakan kontrast per IV

Metode pemeriksaan utama pada embol paru,dan disecsi aorta menggunakan kontras IV

Pada abdomen dan pelvik

Diagnosa pada batu ginjal,apendisitis, pankreatitis, diverkulitis,anerisma aorta

abdomen,obstruksi usus

Pilihan pertama mendeteksi trauma menelan benda solid

CT scan bukan pilhan utama pada pelvik, pilhan pertama adalah ultrasonografi

Pada Ekstremitas

Digunakan pada fraktur kompleks

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG GAA ADA BAHAN