Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata...

26
5/11/2012 1 Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Gambar Situasi Skala 1:1000 Penentuan Trace Jalan Penentuan Koordinat PI & PV Perencanaan Alinyemen Horisontal Coba Tikungan Full Circle R > Rmin Coba Tikungan Spiral Circle - Spiral Lc > 20 Pilih Tikungan Spiral - Spiral Pakai Tikungan Full Circle Pakai Tikungan Spiral Circle - Spiral Perencanaan Alinyemen Vertikal Perencanaan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan Perencanaan Super Elevasi Perencanaan Kebebasan Samping Gambar Penampang Melintang No No Yes Yes Yes No Gambar Perencanaan: · Plan · Profil Memanjang · Penampang Melintang Source: ……….

Transcript of Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata...

Page 1: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

1

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Civil Engineering Diploma Program

Vocational School Gadjah Mada University

Gambar Situasi

Skala 1:1000

Penentuan Trace Jalan

Penentuan Koordinat PI & PV

Perencanaan Alinyemen

Horisontal

Coba Tikungan Full Circle

R > Rmin

Coba Tikungan

Spiral – Circle - Spiral

Lc > 20

Pilih Tikungan

Spiral - Spiral

Pakai Tikungan

Full Circle

Pakai Tikungan

Spiral – Circle - Spiral

Perencanaan Alinyemen

Vertikal

Perencanaan Pelebaran

Perkerasan Pada Tikungan

Perencanaan Super

Elevasi

Perencanaan Kebebasan

Samping

Gambar Penampang

Melintang

No

No

Yes

Yes

Yes

No

Gambar Perencanaan:

· Plan

· Profil Memanjang

· Penampang Melintang

Source: ……….

Page 2: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

2

Adalah aspek-aspek perencanaan bagian-bagian jalan (trase, lebar, tikungan, landai, & jarak pandangan) dan juga kombinasi dari bagian-bagian tersebut sesuai dengan tuntutan dan sifat-sifat lalu lintas dengan tujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara waktu dan ruang dengan kendaraan agar dicapai efisiensi, keamanan dan kenyamanan secara optimal dalam batas-batas kelayakan ekonomi.

Perencanaan geometrik terkait dengan arus lalu lintas, perencanaan konstruksi jalan berkaitan dengan beban lalu lintas.

Perencanaan geometrik merupakan tahap lanjutan setelah proses perancangan (planning). Proses planning berkaitan dengan analisis pengaruh jalan terhadap perkembangan wilayah, sifat lalu lintas yang harus dilayani, & kualitas pelayanan.

Source: ……….

Sangat mempengaruhi perencanaan bagian-bagian jalan Keadaan tanah dasar mempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik

jalan Tanah dasar jelek atau air tanah yang tinggi maka mungkin trase

harus pindah atau perlu timbunan tinggi Di daerah dengan curah hujan tinggi perlu lereng melintang lebih

besar atau alinyemen jauh lebih tinggi dari tanah asli. Untuk daerah datar perlu perencanaan drainase yang baik Daerah pegunungan mempengaruhi pemilihan lokasi dan bagian-

bagian jalan lainnya, bahkan type jalan. Daerah pertanian dan industri banyak kendaraan truk yang

berbeda dengan daerah pemukiman atau wisata dimana banyak mobil penumpang

Jalan di rural area banyak kendaraan kecepatan tinggi yang perlu syarat perencanaan lebih berat dibanding jalan untuk urban area yang didominasi kendaraan kecepatan rendah

Pemilihan trase di rural lebih bebas dari pada di perkotaan.

Source: ……….

Page 3: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

3

Standar perencanaan adalah ketentuan yang memberikan batasan-batasan dan metode perhitungan agar dihasilkan produk yang memenuhi persyaratan.

Standar perencanaan geometrik untuk ruas jalan di Indonesia biasanya menggunakan peraturan resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga tentang perencanaan geometrik jalan raya.

“Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota” dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dengan terbitan resmi No. 038 T/BM/1997

American Association of State Highway and Transportation Officials. 2001 (AASHTO 2001).

5

Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik.

Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori:

(1) Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;

(2) Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;

(3) Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.

6

Page 4: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

4

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Dimensi Kendaraan Rencana

7

Kategori kend. Rencana

Dimensi Kend. (cm) Tonjolan (cm) Radius putar R tonjolan

(cm) t L P depan blkg min maks

Kend Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780

Kend Sedang 410 260 1210 210 240 740 1280 1410

Kend Besar 410 260 2100 120 90 290 1400 1370

Radius Putar Kendaraan Kecil

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 8

Page 5: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

5

SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana mobil penumpang ditetapkan memiliki satu SMP.

No Jenis Kendaraan Datar/ Perbukitan

Pegunungan

1 Sedan, jeep, station wagon 1.0 1.0

2 Pick-Up, bus kecil, truck kecil

1.2 – 2.4 1.9 – 3.5

3 Bus dan truck besar 1.2 – 5.0 2.2 – 6.0

9

Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit).

Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan lebih besar sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan dalam berlalu lintas.

Sebaliknya jalan yang terlalu lebar untuk volume lalu lintas rendah cenderung membahayakan karena pengemudi cenderung mengemudikan kendaraannya pada kecepatan yang lebih tinggi sedangkan kondisi jalan belum tentu memungkinkan. Disamping itu juga mengakibatkan peningkatan biaya pembangunan jalan yang tidak pada tempatnya/ tidak ekonomis (Sukirman, 1994).

10

Page 6: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

6

Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar jalur adalah:

1. Lalu lintas harian rata-rata

2. Volume jam perencanaan

11

Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari (Sukirman,1994). Cara memperoleh data tersebut dikenal dua jenis lalu lintas harian rata-rata, yaitu lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas harian rata-rata.

12

Page 7: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

7

LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahunan penuh.

LHRT = jumlah Lalulintas dalam 1 tahun/365

13

Sedangkan LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan lamanya pengamatan

LHR = Jumlah Lalulintas selama pengamatan/lamanya pengamatan Pengamatan dilakukan pada interval-interval waktu yang

cukup menggambarkan fluktuasi arus lalu lintas selama satu tahun.

Hasil LHR yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari perhitungan LHR beberapa kali

14

Page 8: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

8

Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR)

adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari.

Volume Jam Rencana (VJR)

adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam

VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang diperlukan.

15

VJR = VLHR * (K/F) K (Faktor K) : faktor volume lalulintas jam sibuk F (Faktor F) : faktor variasi tingkat lalulintas

perseperempat jam dalam satu jam

16

Page 9: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

9

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

17

VLHR FAKTOR - K

(%)

FAKTOR – F

(%)

> 50,000 4 – 6 0.9 - 1

30,000 – 50,000 6 – 8 0.8 – 1

10,000 – 30,000 6 – 8 0.8 – 1

5,000 – 10,000 8 – 10 0.6 - 0.8

1,000 – 5,000 10 – 12 0.6 – 0.8

< 1,000 12 – 16 < 0.6

1) Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.

2) Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.

18

Page 10: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

10

Tabel VR sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan

Fungsi Kecepatan Rencana (VR) (km/jam)

Datar Bukit Pegunungan

Arteri 70 -120 60 -80 40 – 70

Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50

Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 19

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 20

Page 11: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

11

Daerah manfaat jalan (DAMAJA)

1. lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan,

2. tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan

3. kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.

21

Daerah milik jalan (DAMIJA) Damija dibatasi oleh lebar yang sama dengan Damaja

ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter

Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) Ruang Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah ruang

sepanjang jalan di luar Damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan 1. jalan Arteri minimum 20 meter,

2. jalan Kolektor minimum 15 meter,

3. alan Lokal minimum 10 meter.

Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan ditentukan oleh jarak pandang bebas.

22

Page 12: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

12

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 23

Jalur lalin dapat terdiri dari beberapa lajur Tipe-tipe jalur lalin:

1. 1 jalur-2 lajur-2 arah (2/2 TB)

2. 1 jalur-2 lajur-1 arah (2/1 TB)

3. 2 jalur-4 lajur-2 arah (4/2 B)

4. 2 jalur-n lajur-2 arah (n/2 B), n = jumlah lajur. Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan

lebar lajur peruntukannya.. Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter,

memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan.

24

Page 13: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

13

2 Jalur 4 lajur 2 arah (4/2 B)

25

1 Jalur 2 lajur 1 arah (2/1 TB) 1 Jalur 2 lajur 2 arah (2/2 TB)

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

26

Page 14: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

14

27

Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.

Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan

28

Fungsi Kelas Lebar Lajur Ideal (m)

Arteri I II, III A

3.75 3.50

Kolektor III A, III B 3.00

Lokal III C 3.00 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Page 15: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

15

Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80

Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada alinemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut : 2 - 3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton; 4 - 5% untuk perkerasan kerikil

29 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalin dan harus diperkeras

Fungsi bahu jalan:

Lajur lalin darurat, tempat berhenti sementara/parkir darurat

Ruang bebas samping bagi lalulintas

Penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan

Kemiringan bahu jalan normal 3 – 5 %

30

Page 16: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

16

31 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah.

Fungsi median : memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah; ruang lapak tunggu penyeberang jalan; penempatan fasilitas jalan; tempat prasarana kerja sementara; penghijauan; tempat berhenti darurat (jika cukup luas); cadangan lajur (jika cukup luas); dan mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang

berlawanan. Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi

median.

32

Page 17: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

17

Median dapat dibedakan atas: (1) Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan

bangunan pemisah jalur yang direndahkan. (2) Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan

bangunan pemisah jalur yang ditinggikan. Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian

selebar 0,25-0,50 meter dan bangunan pemisah jalur

Perencanaan median yang lebih rinci mengacu pada Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga,Maret 1992.

33

Bentuk Median Lebar min (m)

Median ditinggikan 2.0

Median direndahkan 7.0

34 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Page 18: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

18

Fasilitas pejalan kaki berfungsi memisahkan pejalan kaki dari jalur lalu lintas kendaraan guna menjamin keselamatan pejalan kaki dan kelancaran lalu lintas.

Jika fasilitas pejalan kaki diperlukan maka perencanaannya mengacu kepada Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992

35

36

Page 19: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

19

Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebut dengan aman.

Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd).

37

Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi Jh.

Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan.

Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu: jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh

kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem; dan

jarak pengereman (Jhp) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.

38

Page 20: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

20

Jh, dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus:

39

VR = kecepatan rencana (km/jam) T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2 f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55.

Jarak pandang henti minimum

40

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota , 1997

VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16

Page 21: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

21

Jd adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula

Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm.

41

42 Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Page 22: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

22

Jd, dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut: Jd = d1 + d2 + d3 + d4

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m), d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai

dengan kembali ke lajur semula (m), d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan

kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),

d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 2/3 d2 (m).

43

Jd yang sesuai dengan VR dapat ditetapkan sbb:

44

Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum 30% dari panjang total ruas jalan tersebut.

VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Page 23: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

23

Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang di tikungan sehingga Jh dipenuhi.

Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di tikungan dengan membebaskan obyek-obyek penghalang sejauh E (m), diukur dari garis tengah lajur dalam sampai obyek penghalang pandangan sehingga persyaratan Jh dipenuhi

45

Daerah bebas samping di tikungan dihitung berdasarkan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Jarak Pandang< Panjang Tikungan ( Jh<Lt) :

46

R = Jari jari tikungan (m) Jh = Jarak pandang henti (m) Lt = Panjang tikungan (m)

Page 24: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

24

47

Jh<Lt

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

48

2. Jarak Pandang > Panjang Tikungan (Jh>Lt) :

R = Jari jari tikungan (m) Jh = Jarak pandang henti (m) Lt = Panjang tikungan (m)

Page 25: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

25

49

2. Jarak Pandang > Panjang Tikungan (Jh>Lt) :

Source: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

50

• Nilai E, dalam satuan meter, telah ditetapkan dan ditabelkan dengan pembulatan-pembulatan untuk Jh<Lt dan Jh>Lt.

• Tabel tersebut dapat dipakai untuk menetapkan E.

Page 26: Nursyamsu Hidayat, Ph.D. · PDF filetentang perencanaan geometrik jalan raya. òTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ó dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

5/11/2012

26

Dept. PU., 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga

Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004. Tentang Jalan

51