Napkin Eczema Fix

16
1. Definisi Dermatitis popok merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan yang ditandai dengan suatu peradangan kulit dengan lesi eritematous yang terbatas pada permukaan kulit yang terkena popok. 1 2. Epidemiologi Angka kejadian dermatitis popok pada tahun 1970an di Ingris didapatkan sebanyak 20% pada anak dengan usia 0-5 tahun dan di Jepang, prevalensinya bervariasi sekitar 6 tahun. Dermatitis popok juga merupakan salah satu ganguan kulit yang sering ditemukan pada bayi di Amerika yang terhitung sebanyak lebih dari 1 juta kasus. 2 Dengan menggunakan popok terbaru yang telah dikembangkan yang memiliki daya serap tinggi, telah mengurangi secara signifikan angka kejadian penyakit ini. 1,2 Prevalensi tertinggi kejadian dermatitis popok didapatkan pada usia 6-12 bulan. Akan tetapi dermatitis popok juga bisa dijumpai pada orang dewasa yang memakai popok dengan keluhan inkontinensia urin maupun tinja. 1 Angka kejadian ini tidak berbeda pada grup etnik tertentu maupun status gender. 2 3. Etiopatogenesis 1

Transcript of Napkin Eczema Fix

1.Definisi

Dermatitis popok merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan yang ditandai dengan suatu peradangan kulit dengan lesi eritematous yang terbatas pada permukaan kulit yang terkena popok.1

2. Epidemiologi

Angka kejadian dermatitis popok pada tahun 1970an di Ingris didapatkan sebanyak 20% pada anak dengan usia 0-5 tahun dan di Jepang, prevalensinya bervariasi sekitar 6 tahun. Dermatitis popok juga merupakan salah satu ganguan kulit yang sering ditemukan pada bayi di Amerika yang terhitung sebanyak lebih dari 1 juta kasus.2 Dengan menggunakan popok terbaru yang telah dikembangkan yang memiliki daya serap tinggi, telah mengurangi secara signifikan angka kejadian penyakit ini.1,2

Prevalensi tertinggi kejadian dermatitis popok didapatkan pada usia 6-12 bulan. Akan tetapi dermatitis popok juga bisa dijumpai pada orang dewasa yang memakai popok dengan keluhan inkontinensia urin maupun tinja.1 Angka kejadian ini tidak berbeda pada grup etnik tertentu maupun status gender.2

3. Etiopatogenesis

Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab daripada dermatitis popok. Faktor yang paling utama adalah kelembaban di area popok dan gesekan. Akibat dari kelembaban ini, fungsi kulit sebagai pelindung dapat mengalami kerusakan dan penetrasi daripada bahan iritan menjadi lebih mudah. Kulit yang terlalu lama kontak dengan urin atau feses juga membuat lapisan kulit menjadi rusak, karena urea dari urin akan dipecah menjadi amonia sehingga terjadi perubahan pH sehingga akan timbul iritasi kulit.2

Mikroorganisme juga memiliki peranan dalam menyebabkan iritasi pada kulit terutama dalam kasus dermatitis popok. Dimana menurut hasil penelitian, 80% pada bayi dengan iritasi kulit pada area perineal ditemukan Candida albicans. Infeksi ini timbul biasanya 48-72 jam setelah iritasi. Mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan dermatitis popok adalah bakteri, seperti Staphilococcus aureus atau Streptococcus grup a yang dapat menyebabkan erupsi pada area popok. Kolonisasi Staphilococcus aureus sering kali ditemukan pada anak dengan dermatitis atopi. Infeksi bakteri lain yang dapat menyebabkan inflamasi pada vagina dan jaringan di sekitarnya meliputi, Shigella, Eschericia colli dan Yersinia enterocolitika. Agen infeksius lainnya yang dapat menyebabkan iritasi, inflamasi, ataupun erupsi pada area popok meliputi virus (coxsackie, herpes simplex, HIV), parasit (pinworms, scabies) dan jamur lainnya (tinea).2

Bahan kimiawi seperti sabun, deterjen dan bahan antiseptik, juga dapat memicu terjadinya dermatitis kontak iritan. Dengan menggunakan popok yang sekali pakai, kejadian penyakit ini dapat dicegah. Penggunaan antibiotik spektrum luas pada bayi dengan kondisi seperti otitis media dan infeksi traktus respiratori, telah menunjukkan adanya peningkatan kasus dermatitis popok. Hal ini terjadi akibat penggunaan antibiotik jangka panjang, dapat menekan sistem imun sehingga beberapa mikroorganisme dapat tumbuh dan menyebabkan iritasi pada daerah popok.2

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel akibat bahan iritan. Bahan iritan merusak lapisan tanduk. Selain itu bahan iritan juga banyak merusak lemak keratinosit tetapi sebagian besar dapat menembus membransel dan merusak lisosom, mitokondria. Kerusakan membran tersebut mengaktifkan fosfolipase dan melepas asam arakidonat, diasilgliserida, platelet activating dan insotida. Asam arakidonat diubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah tranduksi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoaktrankuat untuk limfosit dan neutrofil serta mengaktivasi sel mas melepaskan histamin, sehingga memperkuat perubahan vaskular.3

Rentatan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik ditempat terjadinya kontak dikulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi senyawa.3

5. Gambaran Klinis

Gambaran klinis pada dermatitis popok berupa makula eritematous, batas agak tegas dengan bentuk mengikuti bentuk popok yang kontak dengan kulit. 1 Dermatitis kontak iritan berawal sebagai akut eritema pada permukaan kulit cembung di sekitar daerah kemaluan atau bokong dan pada lipatan kulit, lesi ini mencerminkan area tubuh di paling sering kontak dengan popok. Gejala ini seringkali terlihat antara 3-12 minggu. Mungkin sulit untuk membedakan secara klinis apakah ini dermatitis kontak alergi dari dermatitis kontak iritan.4

Gambar 1. Dermatitis popok

6. Diagnosis Banding

a. Napkin psoriasis

Psoriasis adalah peradangan kronis yang terjadi pada kulit.5 Napkin psoriasis adalah psoriasis yang terjadi pada area popok yang biasanya terdapat pada bayi yang berusia 2-8 bulan. Lesi timbul menyerupai eritema yang terang, patch berbatas tegas pada area popok. Lesi biasanya hilang dengan terapi topikal, akan tetapi bisa muncul kembali pada usia dewasa.1

Gambar 2. Napkin psoriasis1

b. Kandidiasis intertriginosa

Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder yang disebabkan oleh bakteri candida albicans.3 Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut, dan kronis ke episodik. Tempat predileksi yang terkena dapat di lokal mulut, tenggorokan, kulit, kepala, vagina, jari-jari, tangan, kuku, bronki, paru-paru atau saluran pencernaan makanan atau menjadi sistemik seperti septisemia, endokarditis, dan meningitis.1 Sedangkan kandidiasis intertriginosa adalah kandidiasis yang mengenai daerah lipatan badan, umbilikus, pannikulus (lipatan lemak badan) dan dapat meluas ke kulit badan (generalisata) juga dapat mengenai skrotum dan penis. Gambaran klinis pada kandidiasis berupa kulit terasa nyeri, inflamasi, eritematus, dan ada satelit vesikel/pustul, bula atau papulopustular yang pecah meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi.4

Gambar 5. Kandidiasis intertriginosa6

c. Dermatitis seboroik pada bayi

Dermatitis seboroik pada bayi biasanya dimulai dari usia 1 minggu pertama kehidupan dan biasanya terkena pada bagian tubuh yang memiliki lipatan seperti bagian axila dan leher. Akan tetapi bisa juga terkena di daerah wajah dan kulit kepala. Lesinya tampak lembab, mengkilap dengan eritem yang disertai skuama.5

Gambar 6. Dermatitis seboroik pada bayi5

d. Dermatitis kontak alergika

Dermatitis yang disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan dan luar yang bersifat iritan atau alergen. Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergika adalah mengikuti respon imun yang diperantarai oleh sel atau reaksi imunologik tipe IV (hipersensitivitas tipe lambat).1 Pada umumnya pasien mengeluhkan gatal. Pada fase akut ditandai dengan gejala pruritus, edema, makula eritematous batas tegas dan vesikel hanya pada area terpapar (lokalisata). Lesi subakut dapat berupa : eritema, papula, dan skuama. Bila kontak dengan alergen berulang, maka dapat ditemukan gejala dan tanda dermatitis kontak alergika kronik, berupa plak eritematosa batas tidak tegas, pada permukaan lesi bisa didapatkan skuama, fissura, likenifikasi; dan lesi dapat meluas melewati area yang terpapar. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan uji tempel (patch test).5

Gambar 2. Dermatitis kontak alergi yang dise.

e. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik merupakan suatu penyakit yang bersifat genetik yang berkembang menjadi eczema dan terkait kelainan seperti asma, rinitis dan alergi serbuk bunga. Kecendrungan atopik bisa meningkatkan kerentanan dalam perubahan hidrasi kulit dan yang paling utama adalah merusak pelindung kulit. Dermatitis atopik atau bisa juga disebut atopik eczema biasanya mengenai wajah, tungkai,daerah lipatan dan terkadang mengenai punggung. 7

1

6

3

5

Gambar 3.zAtopic eczema di wajah dan daerah lipatan7

7. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan khusus untuk dermatitis popok karena diagnosa bisa ditegakkan dari anamnesa dan dari gambaran klinis. Pemeriksaan penunjang laboratorium hanya dilakukan jika terdapat indikasi, seprti adanya keluhan demam pada pasien yang dicurigai adanya infeksi sekunder baik oleh karena bakteri maupun jamur. Jika dicurigai penyebabnya adalah bakteri atau jamur candida, seperti adanya lesi satelit, maka dilakukan pemeriksaan Gram atau KOH dari kerokan kulit. Pemeriksaan KOH dilakukan dengan mengambil kerokan kulit yang terdapat lesi dan dari pemeriksaan secara mikroskopis akan ditemukan adanya pseudohifa jika dicurigai penyebabnya adalah Candida albicans.3 Sedangkan pada pemeriksaan gram, dapat ditemukan bakteri seperti staphilococcus aureus atau Streptococcus grup a.2

8. Tatalaksana

Pencegahan adalah penanganan yang paling baik. Penggunaan popok yang mengandung gel penyerap telah terbukti efektif dalam mencegah dermatitis popok baik pada nenonatus maupun pada bayi. Popok ini memiliki daya serap yang tinggi, membuat kulit menjadi tidak lembab sehingga Ph kulit tetap normal. Popok kain dan popok biasa lainnya. Melindungi kulit dari daerah popok sangat bermanfaat dalam segala bentuk dermatitis popok.3

Pasta zinc oksida sangat baik. Pasta zinc oksida dengan 0,25% miconazole dapat dipertimbangkan jika ditemukan adanya Candida. Jika peningkatan kebersihan dan Terapi sederhana penghalang tidak efektif, penerapan campuran dari bagian yang sama salep nistatin dan 1% hidrokortison salep pada setiap pergantian popok, menunjukkan kegiatan anticandidal dan pelindung oklusif dari urine dan tinja, dapat menjadi sangat efektif.3

9. Komplikasi

a. Jacquet erosive diaper dermatitis

Jacquet erosive diaper dermatitis merupakan bentuk dari komplikasi dermatitis popok yang dapat terjadi pada semua usia. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diare pada pasien tersebut. Lesi yang ditemukan dapat berupa nodul eritematus berbatas tegas dengan erosi dan tepi yang meninggi.4

Gambar 7. Jacquet erosive diaper dermatitis8

b. Papulae pseudoverrucous

Papulae pseudoverrucous adalah bentuk dari iritasi kronik akibat adanya suatu infeksi berat seperti diare berat. Papulae pseudoverrucous sering didapatkan pada bayi. Lesi yang tampak dari komplikasi ini adalah papul berkubah, berjumlah multiple berbatas tegas dengan permukaan mengkilap, lesi dijumpai pada daerah perianal, bokong, vulva dan skrotum. Lesi dapat menjadi lesi ulkus dan dapat menjadi infeksi sekunder. Secara histopatologi, didapatkan adanya hiperplasia epidermal dan hiperkeratosis dengan infiltrasi pada lapisan dermal.9

Gambar 8. Papulae pseudoverrucous9

10. Ringkasan

Dermatitis popok merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan yang ditandai dengan suatu peradangan kulit dengan lesi eritematous yang terbatas pada permukaan kulit yang terkena popok.1

Prevalensi tertinggi kejadian dermatitis popok didapatkan pada usia 6-12 bulan. Akan tetapi dermatitis popok juga bisa dijumpai pada orang dewasa yang memakai popok dengan keluhan inkontinensia urin maupun tinja.1 Angka kejadian ini tidak berbeda pada grup etnik tertentu maupun status gender.2

Gambaran klinis pada dermatitis popok berupa makula eritematous, batas agak tegas dengan bentuk mengikuti bentuk popok yang kontak dengan kulit. 1 Dermatitis kontak iritan berawal sebagai akut eritema pada permukaan kulit cembung di sekitar daerah kemaluan atau bokong dan pada lipatan kulit, lesi ini mencerminkan area tubuh di paling sering kontak dengan popok. Gejala ini seringkali terlihat antara 3-12 minggu.

Tidak ada pemeriksaan khusus untuk dermatitis popok karena diagnosa bisa ditegakkan dari anamnesa dan dari gambaran klinis. Pemeriksaan penunjang laboratorium hanya dilakukan jika terdapat indikasi, seprti adanya keluhan demam pada pasien yang dicurigai adanya infeksi sekunder baik oleh karena bakteri maupun jamur.3

Pencegahan adalah penanganan yang paling baik. Penggunaan popok yang mengandung gel penyerap telah terbukti efektif dalam mencegah dermatitis popok baik pada nenonatus maupun pada bayi. Popok ini memiliki daya serap yang tinggi, membuat kulit menjadi tidak lembab sehingga Ph kulit tetap normal. Popok kain dan popok biasa lainnya. Melindungi kulit dari daerah popok sangat bermanfaat dalam segala bentuk dermatitis popok.3

DAFTAR PUSTAKA

1. James WD, Berger TG, Elston DM. Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious immunodeficiency disorders. In : James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Andrews Disease of the skin : clinical dermatology. 11th ed. Philadelphia:WB Saunder Co;2011.p.62-87, 297

2. Serdarolu,S., stnba, TK., Diaper Dermatitis (Napkin Dermatitis, Nappy

Rash) J Turk Acad Dermatol 2010; 4 (4): 04401r.

3. Price S.A.,Wilson L.M., 2006, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1, EGC, Jakarta.

4. Buxton P.K. Eczema and Dermatitis. In: ABC of Dermatology 4th ed. London : BMJ Publishing Group, 2003: 17-24

5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 7th ed. New York : Mc Graw Hill Book Co, 2008.p139.

6. Wolff K., Johnson RA., Suurmond D., Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical dermatology 5th ed. New york : Mc Graw Hill Book Co, 2007. Chapter 23.

7. Ayliffe V, 2009, Clinical features and management of atopic eczema in children, Pediatric nursing. 21,9,35-43.

8. Khachemoune A, Grekin DA., Diaper area iritation, The dermatology practical and clinical insights into todays dermatology issues. 2002;10.

9. Dandale A., et al, Perianal pseudoverrucous papules and nodules, Indian J Sex Transm Dis. 2013 Jan-Jun; 34(1): 44-46.

10

11