MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM PEMBELAJARAN PAI (AL-QUR`AN …

23
p-ISSN : 2657-1269 e-ISSN : 2656-9523 Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran.... 44 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019 MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM PEMBELAJARAN PAI (AL-QUR`AN HADITS SD/MI) Oleh : Ahmad Sahnan 1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto [email protected] ABSTRACT This paper discusses Multiple Intelligences in Islamic Learning Education/PAI (subject of al- Qur'an Hadith in Primary School SD/MI). Intelligence is a person's ability to solve problems independently, creative products that benefit the culture, environment and society that have creative values. Through multiple intelligences it is recognized that every child possesses intelligence in different ways. Intelligence is dynamic. There are nine intelligences formulated by Howard Gardner in Multiple Intelligences, including linguistic intelligence, logic- mathematical intelligence, body movement intelligence, visual space intelligence, interpersonal intelligence, intrapersonal intelligence, naturalist intelligence, and existential intelligence. From those nine theories can be developed and applied to nine meetings in Islamic Learning Education program (subject of al-Qur`an Hadits) that student-oriented not on material. Keywords: Intelligences, Multiple Intelligences, Learning of Islamic Education. ABSTRAK Tulisan ini membahas tentang Multiple Intelligences dalam pembelajaran PAI (al-Qur`an Hadits SD/MI). Inteligensi ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara mandiri, Produk kreatif yang bernmanfaat bagi budaya, lingkungan dan masyarakat yang mempunyai nilai kreatifitas. Melalui Multiple intelligences diakui bahwa setiap anak memliki kecerdasan dengan cara yang berbeda-beda. Kecerdasan itu sifatnya dinamis. Ada Sembilan kecerdasan yang di rumuskan oleh Howard Gardner dalam Multiple Intelligences, diantaranya adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan gerakan badan, kecerdasan ruang visual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Dari kesembilan teori ini dapat dikembangkan dan diterapkan pada sembilan pertemuan dalam program pembelajaran PAI (al-Qur`an Hadits) yang berorientasi pada siswa bukan pada materi. Kata Kunci: Inteligensi, Multiple Intelligence, Pembelajaran PAI. A. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan berbagai keunikan dan kelebihannya dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual adalah tiga anugerah luar biasa yang dimiliki manusia. 1 Dosen prodi PGMI (pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) IAIN Purwokerto.

Transcript of MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM PEMBELAJARAN PAI (AL-QUR`AN …

p-ISSN : 2657-1269 e-ISSN : 2656-9523

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

44 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

MULTIPLE INTELLIGENCE

DALAM PEMBELAJARAN PAI (AL-QUR`AN HADITS SD/MI)

Oleh :

Ahmad Sahnan1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto

[email protected]

ABSTRACT

This paper discusses Multiple Intelligences in Islamic Learning Education/PAI (subject of al-Qur'an Hadith in Primary School SD/MI). Intelligence is a person's ability to solve problems independently, creative products that benefit the culture, environment and society that have creative values. Through multiple intelligences it is recognized that every child possesses intelligence in different ways. Intelligence is dynamic. There are nine intelligences formulated by Howard Gardner in Multiple Intelligences, including linguistic intelligence, logic-mathematical intelligence, body movement intelligence, visual space intelligence, interpersonal intelligence, intrapersonal intelligence, naturalist intelligence, and existential intelligence. From those nine theories can be developed and applied to nine meetings in Islamic Learning Education program (subject of al-Qur`an Hadits) that student-oriented not on material. Keywords: Intelligences, Multiple Intelligences, Learning of Islamic Education.

ABSTRAK

Tulisan ini membahas tentang Multiple Intelligences dalam pembelajaran PAI (al-Qur`an Hadits SD/MI). Inteligensi ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara mandiri, Produk kreatif yang bernmanfaat bagi budaya, lingkungan dan masyarakat yang mempunyai nilai kreatifitas. Melalui Multiple intelligences diakui bahwa setiap anak memliki kecerdasan dengan cara yang berbeda-beda. Kecerdasan itu sifatnya dinamis. Ada Sembilan kecerdasan yang di rumuskan oleh Howard Gardner dalam Multiple Intelligences, diantaranya adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan gerakan badan, kecerdasan ruang visual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Dari kesembilan teori ini dapat dikembangkan dan diterapkan pada sembilan pertemuan dalam program pembelajaran PAI (al-Qur`an Hadits) yang berorientasi pada siswa bukan pada materi. Kata Kunci: Inteligensi, Multiple Intelligence, Pembelajaran PAI. A. PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan berbagai keunikan dan

kelebihannya dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosional, dan kecerdasan spiritual adalah tiga anugerah luar biasa yang dimiliki manusia.

1 Dosen prodi PGMI (pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) IAIN Purwokerto.

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 45 | Jurnal Auladuna

Jika ketiga aspek ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, maka apa saja

yang direncanakan manusia dalam menjalankan aktivitasnya akan berjalan dengan baik.

Demikian halnya sekolah bertujuan mengembangkan kecerdasan dan membantu orang

mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spectrum kecerdasan mereka

masing-masing. Orang yang membantu mewujudkan hal itu memiliki keyakinan, merasa

lebih terlibat dan kompeten. Oleh karena itu, lebih cenderung untuk melayani masyarakat

dengan cara konstruktif.

Parameter kecerdasan tidak hanya yang disebutkan di atas tetapi dapat ditinjau dari

aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis

kecerdasan tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences).

Maka dari itu tulisan ini akan membahas mengenai Multiple Intelligences dalam pembelajaran

PAI (al-Qur`an Hadits SD/MI). Dengan pemahaman yang lebih lanjut tentang

penggunaan Multiple Intelligences dalam pembelajaran al-Qur`an Hadits MI.

B. Definisi Multiple Intelligences

Teori Inteligensi awalnya digunakan untuk psikolog. Kini telah berkembang dan

dipakai oleh para pendidik diseluruh dunia. Kata inteligensi sering dimaknai dengan

kecerdasan, kemampuan, atau bahkan keahlian. Ketika ada pernyataan yang menyatakan

inteligensi seseorang maka yang dimaksud adalah suatu kecerdasan, kemampuan, atau

keahlian yang dimiliki seseorang. Inteligensi sering dimaknai sebagai kemampuan

memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat.2 Artinya inteligens dapat dipahami

sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara mandiri, Produk kreatif

yang bermanfaat bagi budaya, lingkungan dan masyarakat.

Kecerdasan Majemuk memberikan pengajaran kepada kita agar siswa dapat belajar

dan menemukan kelebihan yang mereka miliki. Seringnya kita mengatakan murid yang

cerdas ialah yang dapat membaca dan menulis dengan baik. Padahal selain kedua ini

murid-murid lain yang memiliki bakat berbeda. Melalui Kecerdasan Majemuk sekolah dan

ruang kelas menjadi tempat yang didalamnya berbagai kecakapan dan kemampuan dapat

digunakan untuk belajar dan memecahkan masalah. Menjadi cerdas tidak lagi ditentukan

oleh nilai ulangan, tetapi menjadi cerdas ditentukan oleh seberapa baik murid belajar

2 Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar : Optimalisasi Kecerdasan Melalui Pembelajaran Berbasis

Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm 81.

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

46 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

dengan cara yang beragam.3 Kecerdasan majemuk adalah teori yang dicetuskan Howard

Gardner4 untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki banyak

kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan dan

menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi

dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu.5

Sasaran dari Howard Gardner adalah menghasilkan pandangan mengenai

pemikiran manusia yang lebih luas dan lebih lengkap ketimbang yang telah diterima dalam

penelitian belajar. Target yang diincar adalah teori pengaruh dari Jean Piaget yang

memandang semua pemikiran manusia sebagai usaha keras kearah pemikiran ilmiah ideal

dan pencetusan buah pemikiran lazim mengenai kecerdasan yang mengaitkannya dengan

kemampuan menyediakan jawaban singkat secara cepat pada masalah yang menyangkut

keterampilan linguistic dan logik. Seandainya Howard Gardner mampu mengatakan bahwa

umat manusia mempunyai bakat berbeda, pernyataan ini akan menjadi tidak kontroversial

dan bukunya tidak akan mendapat perhatian. Tetapi beliau dengan sengaja membuat

keputusan untuk menulis mengenai “Kecerdasan Majemuk”. Majemuk menekankan

jumlah kemampuan manusia terpisah yang tidak diketahui, berkisar dari kecerdasan musik

sampai kecerdasan yang terlibat dalam memahami diri sendiri : “ kecerdasan” untuk

menggaris bawahi bahwa kemampuan ini bersifat mendasar seperti yang secara historis

ditangkap dalam tes IQ.6

Tes tersebut, menurut Thomas R. Hoerr, sebenarnya hanya mengukur kecerdasan

secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan Linguistik dan matematis-logis.

walaupun dapat mengukur keberhasilan anak di sekolah, namun tidak bisa memprediksi

keberhasilan seseorang di dunia nyata, karena keberhasilan di dunia nyata saat ini

3Hoerr, Thomas, Buku Kerja Multiple Intelligences : Pengalaman New City School di St. Louis,

Missouri, AS dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak. Bandung : Kaifa, 2007, hlm 7. 4Howard Gardner adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan. Dia lahir pada tanggal 11 juli 1943 di

Scranton, Pennsylvania. Dalam perjalanan karirnya, pada tahun 1995-sekarang dia menjabat sebagai ketua tim

Proyek Zero di Harvard Graduate School of Education, yaitu kelompok penelitian yang bertujuan untuk

memperkuat pendidikan seni. Melalui penelitian diproyek itulah dia menemukan teori kecerdasan majemuk

yang kemudian dipublikasikan pertama kali dengan terbitnya buku Frames of Mind pada tahun 1983. Lihat

Ladislaus Naisaban, para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta :

Grasindo, 2004, hlm 158-162. 5Gardner, Howard, Multiple Intelligences : Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik. Tangerang :

Interaksara, 2013. Hlm 7. 6 Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 8.

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 47 | Jurnal Auladuna

mencakup lebih dari sekedar kecakapan Linguistik dan matematis-logis.7 Penanggungan

terhadap IQ dalam menentukan kesuksesan masih mendominasi pembelajaran di sekolah

dan salah satunya tampak pada penggunaan metode-metode pembelajaran tradisional,

seperti ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik, dan penggunaan

pendekatan rasional dengan logika-matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan

matematis-logis.8

Teori kecerdasan majemuk mengajari kita bahwa semua anak cerdas dalam cara

yang berbeda-beda dan semua anak memiliki potensi. Kecerdasan majemuk adalah sebuah

model yang mengutamakan siswa dan kurikulum sering dimodifikasi agar sesuai dengan

siswa. Mengapa Howard Gardner dengan Multiple Intelligence-nya menyita perhatian

masyarakat ? setidaknya ada tiga paradigma mendasar yang dirubah oleh Howard Gardner.

1. Kecerdasan tidak dibatasi Tes Formal

Kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh indikator-indikator yang ada

dalam achievement test (tes formal). Sebab setelah diteliti, ternyata kecerdasan seseorang

itu selalu berkembang. Tes yang dilakukan untuk menilai kecerdasan seseorang, praktis

hanya menilai kecerdasan pada saat itu, tidak untuk satu bulan lagi, apalagi sepuluh tahun

lagi. Menurut Gardner kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Padahal,

kebiasaan adalah prilaku yang dilakukan berulang-ulang. Dalam bukunya yang terkenal,

Smart Baby, Clever Child, Valentine Dmitriev mengatakan bahwa ada dua faktor dalam

perkembangan otak manusia yang menjadikan beberapa orang lebih pandai daripada orang

lain. Faktor itu adalah keturunan dan lingkungan.9

2. Kecerdasan itu Multidimensi

Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya kecerdasan

verbal (berbahasa) atau kecerdasan logika. Kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak

seseorang sampai orang itu menemukan kondisi akhir terbaiknya. Terkadang, kondisi akhir

terbaik seseorang ini tidak terbatas pada satu kondisi saja.10

3. Kecerdasan, Proses Discovering Ability

7 Thomas, R. Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligence, terjemahan Ary Nilandari. Bandung : Mizan

Pustakaa, 2007, hlm 9-10. 8 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan aplikasinya disekolah : Cara Menerapkan Teori Multiple

Intelligence Howard Gardner, Yogyakarta : Kanisius, 2008, hlm 6. 9Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung :

Kaifa, 2009. Hlm 70-71. 10

Ibid,hlm 75-76.

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

48 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

Multiple Intelligences punya metode discovery ability yang artinya proses

menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti

memiliki kecendrungan jenis kecerdassan tertentu. Multiple Intellligence menyarankan

kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan seorang anak dan

mengubur ketidakmampuan atau kelemahan anak. Proses menemukan inilah yang

menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Tentu dalam menemukan kecerdasannya

seorang anak harus dibantu oleh lingkungannya baik itu guru, sekolah, maupun sistem

pendidikan yang diimplementasikan disuatu Negara.11

C. Sembilan Kecerdasan dalam Pandangan Howard Gardner

Berikut ini adalah bentuk-bentuk kecerdasan yang dicetuskan oleh Howard

Gardner:

1. Kecerdasan Musik

Kecerdasan musik merupakan kemampuan untuk mengembangkan,

mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Selain itu kecerdasan

musikal juga bisa dikatakan kemampuan berpikir dengan nada, ritme, irama, dan melodi

juga pada suara alam.12 Inteligensi jenis ini banyak dimiliki oleh pencipta lagu, pesinetron,

orang-orang yang peka dengan nada, yang dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat

mengikuti irama musik, dan orang yang mendengarkan berbagai karya musik dengan

tingkat ketajaman tertentu. Orang-orang dengan inteligensi musikal yang menonjol akan

sangat peka terhadap suara dan musik. Mereka akan dengan mudah belajar dan bermain

musik dengan baik.13 Karakterisitik individu yang menunjukkan kemampuan inteligensi

musikal yakni :

a. pandai mengubah dan menciptakan musik, senang bernyanyi, bersenandung,

dan pandai memainkan alat musik,

b. mudah menangkap musik dan peka terhadap suara dan musik,

c. serta dapat membedakan bunyi berbagai alat musik dan gerak sesuai irama.

Secara singkat, bukti mendukung interpretasi kemampuan musik sebagai

kecerdasan berasal dari sumber yang berbeda. Walaupun keterampilan musik pada

11

Ibid..,hlm 77-78. 12

Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 39. 13

Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 95.

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 49 | Jurnal Auladuna

umumnya tidak dianggap keterampilan intelektual seperti matematika, keterampilan ini

memenuhi kriteria kami.14

2. Kecerdasan Gerakan Badan

Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk

gerakan motorik otak yang mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan

cekatan atau bisa juga disebut dengan kemampuan mengekspresikan gagasan atau

perasaan.15 Inteligensi gerakan badan ini banyak dimiliki oleh atlet, penari, pemahat, actor,

ahli bedah, dan penerjemah bahasa gerak tubuh. Orang-orang dengan inteligensi gerakan

badan yang menonjol akan sangat mudah mengungkapkan diri dengan gerakan tubuh

mereka. Orang-orang dengan inteligensi gerkan badan akan sangat menikmati kegiatan

fisik seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, ataupun berenang.16 Karakteristik

individu yang menunjukkan kemampuan dalam kecerdasan gerakan-badan yakni.

a. Senang menari dan akting, pandai dan aktif dalam olahraga tertentu, dan mudah

berekspresi dengan tubuh

b. Mampu memainkan mimik dan cenderung menggunakan bahasa tubuh

c. Senang dan efektif berpikir dan sambil berjalan, berlari dan olahraga

Kemampuan menggunakan badan seseorang untuk menyatakan emosi (seperti

dalam dansa), dan melakukan permainan (seperti dalam olahraga) atau untuk menciptakan

produk baru (seperti dalam mewujudkan penemuan) merupakan bukti dari sifat kognitif

dari penggunaan badan.

3. Kecerdasan Logika Matematika

Kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan untuk menangani bilangan

perhitungan, pola serta pemikiran logis dan ilmiah. Selain itu kecerdasan logika matematika

merupakan kemampuan berfikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan

menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis.17 Inteligensi jenis ini banyak

menonjol pada seorang matematikawan, logikus, saintis, akuntan, programmer, teknisi,

analisis budget, ahli sipil, dan ilmuwan. Pada dasarnya, matematikawan bukanlah satu-

satunya ciri orang yang menonjol dalam inteligensi logika-matematika. Siapapun yang

dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapai

14

Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., hlm 40-42. 15

Ibid.,hlm 41. 16

Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 93-94. 17

Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 43.

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

50 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

permasalahan aritmatika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan

antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan dan membaca

penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan

logika-matematika.18 Karakteristik individu yang memiliki kemampuan ini adalah :

a. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki

b. Senang dan pandai berhitung dan bermain angka

c. Senang mengorganisasikan sesuatu dan menyusun scenario

d. Mampu berpikir logis, baik induktif maupun deduktif

e. Senang berpikir abstraksi dan simbolis serta mengoleksi benda-benda.

4. Kecerdasan Linguistik

Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik

secara oral maupun tertulis. Kecerdasan linguistik bisa juga disebut dengan kecerdasan

berbahasa yang mencakup kemampuan berpikir dengan kata-kata seperti kemampuan

untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tulisan.19 Orang-

orang yang memiliki kecerdasan linguistik dalam mengungkapkan suatu fakta, orang-orang

berinteligensi linguistik tinggi ini akan menceritakan dengan perbendaharaan kata yang

variatif sehingga tidak menjemukan untuk didengar.20 Karakteristik individu yang

menunjukkan kecerdasan linguistik atau bahasa adalah :

a. Senang membaca buku atau apa saja, mendongeng atau bercerita

b. Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi dan berbahasa asing

c. Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata dan kalimat baik lisan

maupun tulisan

5. Kecerdasan Ruang-visual

Kecerdasan ruang merupakan kemampuan untuk menangkap dunia ruang-spasial

dengan tepat, dalam artian bahwa kemampuan untuk membayangkan suatu obyek.

Kecerdasan jenis ini banyak dimiliki oleh arsitek, fotografer, mekanik, navigator,

decorator, pilot, atau pemburu. Gardner mengakui bahwa pusat bagi kecerdasan ruang

adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat untuk melakukan

18

Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 90. 19

Julia, Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung : Nuansa Cendikia, 2012, hlm 17 20

Ibid.., hlm 88-89.

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 51 | Jurnal Auladuna

transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas penglihatan dan mampu

menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual bahkan sampai pada ketidakhadiran

dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya.21 Karakteristik

individu yangmenunjukkan kecerdasan ruang adalah :

a. Senang merancang gambar, desain, dan peka terhadap citra serta warna

b. Pandai memvisualisasikan ide dan imajinasinya secara aktif

c. Mudah menemukan jalan dalam ruang, mempunyai perpsepsi yang tepat dari

berbagai sudut dan senang mebuat ruumah-rumah dari balok.

6. Kecerdasan inter-personal

Kecerdasan inter-personal merupakan kemampuan untuk mengerti dan peka

terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain atau kemampuan

berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain secara baik.22 Anak yang mudah

memahami orang lain dan mementingkan relasi merupakan anak yang memiliki kecerdasan

inter-personal yang baik. Kecerdasan interpersonal ini banyak dimiliki oleh para

komunikator, fasilitator, penggerak massa, politikus, terapis, trainer, konselor, diplomat,

konsultan manajemen, dan negosiator. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal

biasa mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab social yang besar.23 Karakteristik

individu yang menunjukkan kecerdasan inter-personal adalah :

a. Mampu berorganisasi dan mampu menjadi pemimpin dalam suatu organisasi

b. Mampu bersosialisasi dan menjadi moderator

c. Senang permainan berkelompok daripada individu

d. Mampu bekerja sama dengan teman

e. Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain dan mudah mengenal

f. Senang berkomunikasi verbal dan non-verbal

g. Peka terhadap teman dan suka member feedback

7. Kecerdasan Intra-personal

Kecerdasan intra personal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan

batin. Kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan

21

Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 92. 22

Julia, Jasmine, Metode Mengajar..,hlm 26. 23

Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 96.

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

52 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri itu.24 Orang dengan kecerdasan

intrapersonal tinggi bukan berarti memiliki kecendrungann untuk bekerja sendiri atau

mengurung diri. Akan tetapi, mampu mengenali dirinya dengan baik dan memiliki

manajemen diri yang baik sehingga mampu mengendalikan berbagai kegiatan dan

pekerjaan sendiri tanpa menunggu instruksi orang lain.25 Karakteristik individu yang

menunjukkan kecerdasan intra-personal adalah :

a. Mampu menilai diri sendiri atau introspeksi diri

b. Berkonsentrasi

c. Keseimbangan diri

d. Reflektif dan bekerja mandiri

e. Mudah mengelola dan menguasai perasaannya dan sering mengamati serta

mendengarkan

f. Mampu merancang dan menyusun tujuan serta cita-cita dan planning hidup

8. Kecerdasan Naturalistik26

Kecerdasan naturalistik oleh Howard Gardner diartikan sebagai kemampuan

seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi

konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati

alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani serta

mengembangkan pengetahuan akan alam. Para pecinta alam adalah contoh orang yang

tergolong sebagai orang-orang yang memiliki kecerdassan ini. Ada banyak bidang

pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis seperti petani, ilmuwan, ahli tanah dan orang

yang berciri khas mengamati prilaku alam. Orang-orang yang memiliki kecerdasan

naturalis biasanya mampu hidup diluar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik

dengan alam.

Secara umum, orang dengan kecerdasan naturalistic yang menonjol memiliki

kemampuan untuk :

a. Mengenal flora dan fauna

b. Mengklasifikasi dan identifikasi tumbuh-tumbuhan dan binatang

c. Menyukai alam dan hidup diluar rumah

24

Julia, Jasmine, Metode Mengajar..,hlm 26. 25

Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 98. 26

Ibid..,hlm 98-99.

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 53 | Jurnal Auladuna

9. Kecerdasan Eksistensial27

Kecerdasan eksistensial berhubungan dengan kepekaan dan kemampuan seseorang

untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam terkait eksistensi manusia. Kecerdasan jenis

ini tampak pada filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab

persoalan eksistensi hidup manusia. Orang-orang yang memiliki kecerdasan eksistensial

sering melontarkan pertanyaan yang jarang dipikirkan oleh orang lain bahkan pendidiknya

sendiri. Misalnya “apa semua manusia akan mati”? kalau semua akan mati, kenapa aku

hidup? pada umumnya orang yang menonjol kecerdasan eksistensialnya juga

berkemampuan untuk :

a. Peka dalam menjawab persoalan eksistensi diri/manusia

b. Melakukan refleksi diri

c. Kontemplasi diri

Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita Tarik sebuah pemahaman bahwa

Multiple Intelligences menyarankan kapada kita semua untuk mempromosikan

kemampuan atau kelebihan seorang anak dan mengubur ketidakmampuan atau kelemahan

anak. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Tentu,

dalam menemukan kecerdasannya, seorang anak harus dibantu oleh lingkungannya baik

itu orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan disuatu

Negara. Betapa banyak contoh tokoh-tokoh yang cerdas, terkenal, dan bermanfaat bagi

masyarakat yang ada didunia.28 Berikut ada beberapa contoh tokoh-tokoh yang terkenal

dan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki.

Tokoh dan kecerdasan yang dimiliki

Tokoh Kecerdasan Yang Diasah Kondisi Akhir Terbaik

Billl Gates Logis matematis Pendiri perusahaan

Microsoft, salah satu orang

terkaya diplanet bumi

27

Ibid., hlm 100 28

Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia..,hlm 75-76

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

54 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

Ghefira Nurfatimah Linguistik Pemegang rekor MURI

untuk penulis temuda di

Indonesia

Jeane Phialsa (Alsa) Musikal Drummer professional

termuda di Indonesia

Sayyid Muhammad Husein

Thabathaba’I

Spasial visual Hafal Alqur’an beserta

maknanya dengan metode

photocopy memory

Franklin D. Roosevelt Inter-personal Menjadi presiden Amerika

serikat pada perang dunia

II masa tersulit dalam

sejarah Amerika

Ronaldo Kinestetis Pemain bola yang sudah

berapa kali menjadi pemain

terbaik dan berpredikat

kelas dunia

Mario Teguh Intra-personal Motivator success di

Indonesia dengan berbagai

penghargaan

D. Urgensi Kecerdasan Majemuk Dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan sejatinya usaha sadar dan terencana dalam mendewasakan ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang. Ketiga aspek tersebut harus benar-benar

dirangkul dalam pendidikan yang merupakan upaya mendewasakan sesorang. Melalui

pendidikan, manusia dapat dikatakan sekaligus juga berproses menuju dewasa, baik secara

kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Karena sejatinya orang yang dewasa adalah

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 55 | Jurnal Auladuna

orang yang matang secara fisik, mental, emosional, dan spiritual. Tercapainya aspek-aspek

kedewasaan ini akan terwujud melalui pendidikan.29

Dalam proses pendidikan, kognitif digugah dan dikembangkan dengan berbagai

kegiatan rangsangan yang menyenangkan agar segala sisi otak dapat bekerja secara

maksimal. Daya nalar, memori, dan pemikiran menjadi proyek garapan pendidikan

sehingga kemudian dapat tercipta aspek kognitif yang terasah dan senantiasa berkembang.

Tidak hanya itu, pendidikan pun sejatinya tidak meninggalkan aspek afektif. Hal ini

dimaksudkan bahwa sejatinya pendidikan tidak hanya mencetak pribadi yang tinggi dan

berkualitas dalam kognoitifnya saja, tetapi juga dalam bersikap.30

Pendidikan juga memikul tanggung jawab dalam segi psikomotorik. Pendidikan

mencoba menggugahnya dengan membiasakan peserta didik untuk mengimplementasikan

segala yang telah didapatkan melalui proses pendidikan. Melalui pendidikan, peserta didik

akan ditumbuhkembangkan pemikiran dan sikap sekaligus yang kemudian akan

diimplementasikan dari materi yang ia peroleh. Pendidikan dengan segala usahanya

memiliki tanggung jawab dan tujuan untuk mendewasakan pribadi peserta didik secara

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendewasaan yang dimaksud meliputi fisik, mental,

emosional, dan spiritual.

Seiring dengan teori multiple-intelegences bahwa kecerdasan itu sangat beragam tidak

hanya tertumpu dengan satu kecerdasan saja. Maka dari itu bahwa nilai multiple-intelegences

dalam dunia pendidikan sangat penting. Teori ini akan dapat meningkatkan kualitas

pendidikan jika memang benar-benar diterapkan. Melalui teori dari Howard Gardner ini

akan membuat pendidik, pengelola lembaga pendidikan, dan semua stakeholder yang

terlibat didalamnya dapat mengembangkan dan melaksanakan pendidikan lebih baik lagi

dari sebelumnya.31

Melalui teori multiple-intelegences, pendidikan dan segala aspek di dalamnya akan

mengurai kembali, bagaimana jalan dan implementasinya, bagaimana kemudian teori

multiple-intelegences ini berpengaruh dan memberikan feel yang cukup terasa dalam tubuh

pendidikan, teori multiple-intelegences akan mengajak pendidikan melakukan evaluasi.

Setidaknya meningkatkan dan mengembangkan kualitas diri. Pengaruh tersebut dapat

29

Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 123. 30

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,

2007, hlm 152. 31

Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 98.

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

56 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

tercermin dalam pola pikir pelaksanaan dan pegiat pendidikan, misalnya; pada kurikulum,

pada pola pembelajaran, pengelolaan kelas, bahkan dalam evaluasi pendidikann nantinya.

Dengan demikian, kehadiran teori multiple-intelegences dirasa cukup penting bagi dunia

penidikan.32

Howard Gardner telah mencetuskan sembilan kecerdasan dalam diri manusia, akan

tetapi bagi orang-orang tertentu bisa saja suatu kecerdasan lebih menonjol dari kecerdasan

yang lain. Sembilan kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik dapat dikembangkan dan

ditingkatkan secara maksimal sehingga dapat berfungsi bagi peserta didik. Berdasarkan

hasil penelitian Howard Gardner dalam pembelajaran, peserta didik akan mudah

menangkap materi yang disampaikan pendidik apabila materi yang disampaikan dengan

menggunakan inteligensi yang menonjol pada peserta didik tersebut. Namun, yang

menjadi permasalahan kemudian adalah pendidik biasanya cenderung menggunakan gaya

dan model pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang menonjol dalam dirinya dan

kurang memahami kecerdasan yang ada dalam diri peserta didik.33

E. Tantangan Penerapan Multiple Intelligences dalam Pendidikan di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa tantangan multiple intelligences jika diterapkan dalam

pendidikan di Indonesia yaitu :

1. Beberapa element sistem pendidikan kita masih kurang sejalan dengan sistem

pendidikan yang proporsional

Proporsional bukan hanya sebatas keseimbangan tetapi juga manusiawi. Secara

teoritis, sistem pendidikan yang tidak proporsional tersebut terdapat pada alaur

pendidikan, mulai dari input, output, proses, dan juga output.

2. Pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia

Benarkah indikator sekolah unggul itu harus dititik beratkan pada the best input?

artinya, sekolah unggul adalah sekolah yang memilih dan menyeleksi siswa-siswa yang

akan masuk kedalam sekolah itu secara ketat? jika sekolah tersebut hanya menerima

siswa-siswa yang pandai, lalu bagaimana dengan siswa-siswa yang tidak pandai?

3. Implementasi kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi akhir pendidikan

32

Ibid..,hlm 124. 33

Ibid.., hlm 127.

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 57 | Jurnal Auladuna

Isu Ujian Nasional masih menjadi dilema pada sistem pendidikan kita. Bagaiman

sebenarnya fungsi dan esensi UN tersebut? banyak ahli pendidikan yang berpendapat

bahwa UN justru bertentangan dengan kurikulum pendidikan yang berbasis

kompetensi. Namun, tidak sedikit juga ahli pendidikan yang menginginkan UN tetap

diberlakukan.

4. Proses belajar yang masih menggunakan kreativitas tingkat tinggi

Dalam hal ini, permasalahan terletak pada rendahnya kemampuan guru mengajar

dengan kreativitas yang baru dan menarik. Kurangnya kualitas guru mengindikasikan

bahwa kualitas guru di Indonesia masih rendah. Hal ini terkait dengan banyak hal yang

lebih mendasar, seperti bagaimana kualitas dan rutinitas program pelatihan dan

pengembangan guru yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan setempat maupun oleh

sekolah masing-masing?

5. Proses penilaian hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang

terbesar, masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif.

F. Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam)

Adapun pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan

lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu

berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk

menyampaikan informasi. Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan

dalam kehidupan di sekolah sehingga antara guru yang mengajar dan anak didik yang

belajar dituntut profit tertentu.34

Pendidikan agama Islam sebagaimana yang tertuang dalam GBPP PAI di sekolah

umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani

ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan

dan persatuan bangsa.35

34

Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 75 35

Muhaimain, Wacana pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.

76.

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

58 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhannya dalam lingkup Al-

Qur’an dan Al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus

menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri

sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun

minannas).36

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam

rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan

ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

G. Penerapan Multiple Intelligensi dalam Pembelajaran al-Qur`an Hadits SD/MI

Sebagaimana sudah dipaparkan di atas bahwa kecerdasan majemuk harus

dikembangkan sejak dini, minimal sejak usia sekolah dasar. Dalam hal ini pengembangan

kecerdasan majemuk anak dapat dilakukan melalui metode pembelajaran PAI, shingga

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan humanis. Oleh karena itu, metode-metode

yang diterapkan dalam proses pembelajaran PAI harus variatif, sesuai dengan karakteristik

PAI dan siswa. Adapun pengembangan kecerdasan majemuk pada metode pembelajaran

PAI al-Qur`an Hadits untuk anak usia sekolah dasar dapat dilakukan melalui kegiatan

sembilan pertemuan.

a. Sembilan pertemuan digunakan untuk mencapai satu indikator, contoh dapat dilihat

pada format pembelajaran al-Qur`an-Hadis berikut.

Unit sekolah : Madrasah Ibtidaiyah

Kelas/Smt : III/I

Materi : Surat al-Fatihah

Indikator : Siswa dapat melafalkan surat al-Fatihah

Pertemuan I (kecerdasan linguistik)

Metode : Membaca dan menghafal

Alat : kertas plano yang bertulis surat al-Fatihah dan alat penunjuk

36

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung Rosda, 2012),

hlm. 130.

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 59 | Jurnal Auladuna

Kegiatan pembelajaran :

1) Tempelkan kertas plano bertulis surat al-fatihah di depan kelas

2) Guru membacakan surat al-fatihah satu persatu sambil menunjuk ayat yang sedang

dibaca, kemudian siswa mengikutinya

3) Siswa diminta membacakan surat al-fatihah ke depan dan menunjukkan ayat yang

sedang dibaca

4) Mintalah siswa untuk menghafal surat al-fatihah

5) Siswa diminta menguji hafalan mereka di depan kelas

Pertemuan II ( kecerdasan matematis-logis)

Metode : uji urutan ayat

Alat : potongan kertas yang ditempeli double tip dan bertulis ayat-ayat surat

al-fatihah (satu potongan satu ayat), kertas plano kosong dan kertas plano yang bertulis

surat al-fatihah.

Kegiatan pembelajaran :

1) Tempelkan kertas plano bertulis surat al-fatihah di depan kelas

2) Tanyakan pada siswa secara klasikal, berapa jumlah ayat surat al-fatihah dan bagaimana

hafal masing-masing ayat tersebut.

3) Siswa dibagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan

potongan-potongan kertas bertulis ayat-ayat surat al-fatihah, serta kertas yang telah

ditempel double tip.

4) Setiap kelompok diminta menyusun potongan-potongan ayat tersebut secara berurutan

di kertas plano

5) Kelompok pertama diminta memperlihatkan urutan ayat-ayat surat al-fatihah yang telah

disusun dan melafalkannya bersama-sama

6) Guru menguji kemampuan kelompok pertama tentang ayat-ayat surat al-fatihah secara

acak, semnua anggota kelompok harus menjawab dan menghafalkan ayat yang ditanya.

Contoh guru bertanya, “ bagaimana lafal surat al-fatihah ayat IV?” siswa menjawab

surat alfatihah surat ke IV ......... dan seterusnya.

7) Lanjutkan kegiatan yang sama pada kelompok yang lain

8) Setelah semua kelompok selesai, guru melakukan kegiatan no.6 kepada siswa secara

klasikal

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

60 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

Pertemuan III ( kecerdasan ruang spasial)

Metode : tebak kartu dan lafalkan

Alat : kartu dari kertas plano denga berbagai bentuk dan warna dan

dibelakangnya tertulis ayat-ayat surat al-fatihah, seperti warna dan model bintang,

segitiga, bulat, bundar, dll.

Kegitan pembelajaran

1) Perlihatkan kartu bertulis ayat-ayat surat al-fatihah kepada siswa dan bacakan ayat-ayat

tersebut satu persatu secara bersama-sama.

2) Berikan kesmpatan kepada siswa untuk mengingat letak ayat-ayat di kartu tersebut

3) Acak kartu dan balikkan, sehingga yang tampak adalah bagian depan kartu yang

berwarna

4) Tanyakan pada siswa secara klasikal letak salah satu ayat surat al-fatihah di kartu

tersebut. Contoh : “guru bertanya, “ di mana letak surat al-fatihah keempat, sebutkan

warna dan bentuk kartu, kemudian lafalkan ayat tersebut” siswa akan menjawab ..........

5) Lakukan secara berulang-ulang hingga seluruh ayat bisa dan dilafalkan dengan tepat

6) Seluruh siswa diminta mengulangi ayat surat al-fatihah. Contoh ayat I buat warna

kuning dan bentuk lingkaran, ayat II buat warna meran dengan bentuk bintang dan

sterusnya.

Pertemuan ke IV (Kecerdasan Kinestetik-Badani)

Metode : keseimbangan pada garis

Alat dan Bahan: peluit dan tujuh macam garis yang digambarkan di lantai, yaitu garis

lurus, lengkung kanan, lengkung kiri, zigzag, garis ular, spiral, dan lurus kotak.

Kegitan pembelajaran :

1) Siswa diajak ke lapangan yang telah diberi gambar tujuh garis secara berurutan dengan

jarak setengah meter

2) Tiup peluit panjang satu kali, siswa segera berbaris lurus dari depan ke belakang dan

menghadap garis-garis tersebut

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 61 | Jurnal Auladuna

3) Berikan ilustrasi kepada siswa agar melewati setiap garis sambil melafalkan surat al-

fatihah secara berurutan, setiap satu garis melafalkan satu ayat surat al-fatihah

4) Satu per satu siswa diminta melewati diminta melewati garis dengan seimbang sambil

melafalkan surat al-fatihah secara beurutan, setiap satu garis melafalkan satu ayat surat

al-fatihah

5) Setelah semua siswa selesai, tiup peluit panjang. Seluruh siswa kembali berbaris

memanjang ke belakang seperti semula

6) Lakukan kegiatan no.4 secara berbarengan. Satu siswa memimpin di depan, sementara

siswa yang lain mengikuti di belakang sambil memegang pundak siswa yang ada di

depannya.

Pertemuan V ( kecerdasan Musikal)

Metode : meniru lagu islami dari tape recorder

Alat dan Bahan: tape recorder, kaset lagu islami nyanyian surat al-fatihah

Kegiatan Pembelajaran :

1) Putarkan kaset lagu islami yang berisi nyanyian surat al-Fatihah

2) Biarkan siswa mendengarkan lagu tersebut dengan seksama

3) Putarkan tape recorder berulang-ulang dan berikan ilustrasi agar siswa mengikuti lagu

tersebut

4) Siswa diminta berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat orang, biarkan

siswa memilih sendiri teman kelompoknya

5) Setiap kelompok maju ke depan menampilakan lagu surat al-fatihah dengan iringan

musik later

6) Terakhir, seluruh siswa bersama-sama menyanyikan lagu surat al-fatihah sambil

bertepuk tangan seirama musik

Pertemuan VI ( Kecerdasan Interpersonal)

Metode : melafal sambung-menyambung

Alat dan bahan: peluit

Kegiatan pembelajaran :

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

62 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

1) Kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari

delapan orang dengan satu pemimpin

2) Berikan ilustrasi agar setiap kelompok membuat variasi gerakan mengiringi pelafalan

surat al-fatihah

3) Tiup pluit panjang, setiap kelompok berbaris memanjang ke belakang dengan pimpinan

di depan anggota kelompok

4) Tiap peluit panjang satu kali, maka pemimpin kelompok pertama berteriak, “ surat al-

fatihah.” Kemudian anggota kelompoknya melafalkan surat al-fatihah secara berurutan

satu persatu. Setelah selesai, seluruh anggota kelompok harus melafalkan surat al-

fatihah secara bersam-sama dengan berbagai variasi gerakan, seseuai dengan

kesepakatan kelompok. Setelah selesai, pimpinan kelompok segera berteriak, “ surat al-

Fatihah”

5) Guru segera meniup peluit panjang dua kali, maka kelompok dua melakukan kegiatan

no.4 begitu seterusnya, sampai semua kelompok mendapat giliran

6) Kelompok yang paling kompak, terbaik pelafalan surat al-fatihanya, seta paling menarik

variasi kelompoknya menjadi juara pertama dan berhak mendapatkan hadiah.

Sedangkan kelompok-kelompok lain juga semdapatkan hadiah, namun berbeda dengan

hadiah para juara sebagai penghargaan atas kerja keras mereka.

Pertemuan VII ( Kcerdasan Intrapersonal)

Metode : mengetahui diri sendiri melalui orang lain

Alat dan Bahan: peluit, pensil, dan buku tulis

Kegiatan pembelajaran :

1) Siswa diminta berkelompok di mana setiap kelompok terdiri dari tiga orang yaitu A, B,

C

2) Beri ilustrasi agar pada tiupan peluit pertama, siswa-siswa A harus melafalkan surat al-

Fatihah, sementara B dan C mendengarkannya secara secara seksama. Setelah A selesai

melafalkan al-fatihah, maka B dan C memberikan komentar tentang pelafalan surat al-

fatihah menurut pandangan teman-temannya. Sementara guru berkeliling, mengawasi

kegiatan siswa dan membantu apabila siswa mengalami kesulitan.

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 63 | Jurnal Auladuna

3) Setelah A selesai, guru meniupkan peluit panjang dan B melafalkan surat al-fatihah

seperti dilakukan A, sementara C dan A memberi komentar

4) Setelah B selesai, guru meniupkan peluit panjang dan C mendapat giliran melafalkan

surat al-fatihah seperti yang dilakukan A dan B, sementara A dan B memberi komentar

5) Setelah C selesai, guru meniupkan peluit panjang 2 kali dan seluruh siswa kembali ke

tempat duduk masing-masing

6) Siswa diminta menuliskan tanggapan teman-teman kelompoknya terhadap lafalan surat

al-fatihahnya masing-masing

Pertemuan VIII ( Kecerdasan Naturalis)

Metode : sayur apa aku

Alat dan bahan: tujuh macam kartu yang bergambar sayur-sayuran dan kertas plano

yang bertuliskan keterangan dari setiap kartu. Contohnya:

Nama gambar ayat surat al fatihah

1. Bengkoang 1. Ayat pertama

2. Lobak 2. Ayat kedua

3. Bayam 3. Ayat ketiga

4. Sawi 4. Ayat keempat

5. Kubis 5. Ayat kelima

6. Wortel 6. Ayat keenam

7. Kentang 7. Ayat ketujuh

Kegiatan pembelajaran

1) Tempelkan kertas plano bertulis keterangan gambar pada kartu

2) Mintalah 2 orang siswa secara suka rela maju ke depan untuk menjadi pemandu

permainan tersebut. Satu orang sebagi pembaca kartu dan satu siswa sebagai pembaca

keterangan kartu yang telah ditulis di kertas plano. Sedangkan guru sebagai pengacak

kartu

3) Mintalah tujuh orang siswa untuk maju ke depan dan masing-masing mengambil satu

kartu yang sudah diacak dan dibalik

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

64 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

4) Beri ilustrasi agar kartu yang sudah dipegang tidak dilihat atau diperlihatkan kepada

siswa lain dan beri ilustrasi tentang cara permainan-Nya

5) Siswa pertama menyerahkan kartu yang dimiliknya kepada pembaca kartu dan berkata,

“ sayur apakah aku dan apa tugasku?” pembaca kartu menjawab, “ kamu adalah sayur

bayam, dan tugasmu adalah.....” pembaca keterangan melanjutkan, “ melafalkan surat

al-fatihah ayat ketiga”. Maka siswa pertama harus segara berkata, “aku adalah sayur

bayam, aku akan melafakan surat al-fatihah ayat ketiga, yaitu ......... begitu seterusnya

sampai ketujuh

6) Setelah semua selesai maka siswa diminta untuk berbaris secara berurutan sesuai

dengan urutan ayat surat al-fatihah yang dilafalkannya, kemudian satu per satu secara

berkesinambungan memperkenalkan diri seperti permainan pertama. Contoh: aku sayur

bengkuang, aku akan melafalkan surat al-fatihah ayat pertama, yaitu ........ kemuidian

langsung dilanjutkan oleh siswa yang kedua dan seteerusnya sampai selesai.

7) Setelah selesai, berikan kesempatan kepada siswa lain untuk melakukan permainan

tersebut sampai seluruh siswa memperoleh kesempatan untuk ikut bermain.

Pertemuan IX ( Kecerdasan Eksistensial)

Metode : perenungan

Alat dan bahan: pensil dan buku tulis

Kegiatan Pembelajaran :

1) Siswa diminta melafalkan surat al-Fatihah satu persatu di depan kelas, sehingga yang

bacaannya salah bisa diperbaiki

2) Setelah semua siswa mendapat giliran, tanyakan kepada siswa apakah mereka sudah

bisa melafalkan surat al-fatihah dengan benar

3) Jika siswa menjawab “belum”, maka mintalah siswa untuk menuliskan akibat yang

dirsaknnnya karena belum bisa melafalkan surat al-fatihah dengan benar dan mengapa

mereka belum bisa melakukannya

H. KESIMPULAN

Kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara

mandiri, Produk kreatif yang bernmanfaat bagi budaya, lingkungan dan masyarakat yang

mempunyai nilai kreativitas. Multiple intelligences adalah sebuah teori yang menekankan

Ahmad Sahnan

Vol.01. No.02. April 2019 65 | Jurnal Auladuna

bahwa setiap anak memliki kecerdasan, tetapi mereka cerdas dengan cara yang berbeda-

beda. Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda yang akan berkembang terus

menerus. Untuk mengetahui kecerdasan seseorang yang menonjol perlu dilihat bagaimana

orang itu menyelesaikan persoalan nyata dalam hidupnya, bukan hanya sekedar menilai

kemampuannya dalam menyelesaikan tes dan soal-soal tertulis diatas meja. Penerapan teori

multiple intelegensi dalam program pembelajaran dapat dikembangkan dengan

menggunakan program pembelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi. Ada

Sembilan kecerdasan yang di rumuskan oleh Howard Gardner dalam Multiple

Intelligences, diantaranya adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis,

kecerdasan gerakan badan, kecerdasan ruang visual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan

intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Dari sembilan kecerdasan

ini dapat dikembangkan dalam pembelajaran PAI (al-Qur`an Hadits SD/MI).

Daftar Pustaka

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,

2007.

Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung :

Kaifa, 2009.

Gardner, Howard, Multiple Intelligences : Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik, Tangerang :

Interaksara, 2013.

Hoerr, Thomas, Buku Kerja Multiple Intelligences : Pengalaman New City School di St. Louis, Missouri,

AS dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak. Bandung : Kaifa, 2007.

Julia, Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences : Membangkitkan Potensi Kecerdasan Siswa dalam

Praktik Pembelejaran, Bandung : Nuansa Cendikia, 2012.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, Bandung Rosda, 2012.

Muhaimain, Wacana pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Ladislaus Naisaban, para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta :

Grasindo, 2004.

Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan aplikasinya disekolah : Cara Menerapkan Teori Multiple

Intelligence Howard Gardner, Yogyakarta : Kanisius, 2008.

Suprihatiningrum, Jamil, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....

66 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019

Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar : Optimalisasi Kecerdasan Melalui Pembelajaran Berbasis Kecerdasan

Majemuk, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013.