MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM PEMBELAJARAN PAI (AL-QUR`AN …
Transcript of MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM PEMBELAJARAN PAI (AL-QUR`AN …
p-ISSN : 2657-1269 e-ISSN : 2656-9523
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
44 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
MULTIPLE INTELLIGENCE
DALAM PEMBELAJARAN PAI (AL-QUR`AN HADITS SD/MI)
Oleh :
Ahmad Sahnan1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
ABSTRACT
This paper discusses Multiple Intelligences in Islamic Learning Education/PAI (subject of al-Qur'an Hadith in Primary School SD/MI). Intelligence is a person's ability to solve problems independently, creative products that benefit the culture, environment and society that have creative values. Through multiple intelligences it is recognized that every child possesses intelligence in different ways. Intelligence is dynamic. There are nine intelligences formulated by Howard Gardner in Multiple Intelligences, including linguistic intelligence, logic-mathematical intelligence, body movement intelligence, visual space intelligence, interpersonal intelligence, intrapersonal intelligence, naturalist intelligence, and existential intelligence. From those nine theories can be developed and applied to nine meetings in Islamic Learning Education program (subject of al-Qur`an Hadits) that student-oriented not on material. Keywords: Intelligences, Multiple Intelligences, Learning of Islamic Education.
ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang Multiple Intelligences dalam pembelajaran PAI (al-Qur`an Hadits SD/MI). Inteligensi ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara mandiri, Produk kreatif yang bernmanfaat bagi budaya, lingkungan dan masyarakat yang mempunyai nilai kreatifitas. Melalui Multiple intelligences diakui bahwa setiap anak memliki kecerdasan dengan cara yang berbeda-beda. Kecerdasan itu sifatnya dinamis. Ada Sembilan kecerdasan yang di rumuskan oleh Howard Gardner dalam Multiple Intelligences, diantaranya adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan gerakan badan, kecerdasan ruang visual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Dari kesembilan teori ini dapat dikembangkan dan diterapkan pada sembilan pertemuan dalam program pembelajaran PAI (al-Qur`an Hadits) yang berorientasi pada siswa bukan pada materi. Kata Kunci: Inteligensi, Multiple Intelligence, Pembelajaran PAI. A. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan berbagai keunikan dan
kelebihannya dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual adalah tiga anugerah luar biasa yang dimiliki manusia.
1 Dosen prodi PGMI (pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) IAIN Purwokerto.
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 45 | Jurnal Auladuna
Jika ketiga aspek ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, maka apa saja
yang direncanakan manusia dalam menjalankan aktivitasnya akan berjalan dengan baik.
Demikian halnya sekolah bertujuan mengembangkan kecerdasan dan membantu orang
mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spectrum kecerdasan mereka
masing-masing. Orang yang membantu mewujudkan hal itu memiliki keyakinan, merasa
lebih terlibat dan kompeten. Oleh karena itu, lebih cenderung untuk melayani masyarakat
dengan cara konstruktif.
Parameter kecerdasan tidak hanya yang disebutkan di atas tetapi dapat ditinjau dari
aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis
kecerdasan tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences).
Maka dari itu tulisan ini akan membahas mengenai Multiple Intelligences dalam pembelajaran
PAI (al-Qur`an Hadits SD/MI). Dengan pemahaman yang lebih lanjut tentang
penggunaan Multiple Intelligences dalam pembelajaran al-Qur`an Hadits MI.
B. Definisi Multiple Intelligences
Teori Inteligensi awalnya digunakan untuk psikolog. Kini telah berkembang dan
dipakai oleh para pendidik diseluruh dunia. Kata inteligensi sering dimaknai dengan
kecerdasan, kemampuan, atau bahkan keahlian. Ketika ada pernyataan yang menyatakan
inteligensi seseorang maka yang dimaksud adalah suatu kecerdasan, kemampuan, atau
keahlian yang dimiliki seseorang. Inteligensi sering dimaknai sebagai kemampuan
memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat.2 Artinya inteligens dapat dipahami
sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara mandiri, Produk kreatif
yang bermanfaat bagi budaya, lingkungan dan masyarakat.
Kecerdasan Majemuk memberikan pengajaran kepada kita agar siswa dapat belajar
dan menemukan kelebihan yang mereka miliki. Seringnya kita mengatakan murid yang
cerdas ialah yang dapat membaca dan menulis dengan baik. Padahal selain kedua ini
murid-murid lain yang memiliki bakat berbeda. Melalui Kecerdasan Majemuk sekolah dan
ruang kelas menjadi tempat yang didalamnya berbagai kecakapan dan kemampuan dapat
digunakan untuk belajar dan memecahkan masalah. Menjadi cerdas tidak lagi ditentukan
oleh nilai ulangan, tetapi menjadi cerdas ditentukan oleh seberapa baik murid belajar
2 Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar : Optimalisasi Kecerdasan Melalui Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm 81.
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
46 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
dengan cara yang beragam.3 Kecerdasan majemuk adalah teori yang dicetuskan Howard
Gardner4 untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki banyak
kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan dan
menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi
dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu.5
Sasaran dari Howard Gardner adalah menghasilkan pandangan mengenai
pemikiran manusia yang lebih luas dan lebih lengkap ketimbang yang telah diterima dalam
penelitian belajar. Target yang diincar adalah teori pengaruh dari Jean Piaget yang
memandang semua pemikiran manusia sebagai usaha keras kearah pemikiran ilmiah ideal
dan pencetusan buah pemikiran lazim mengenai kecerdasan yang mengaitkannya dengan
kemampuan menyediakan jawaban singkat secara cepat pada masalah yang menyangkut
keterampilan linguistic dan logik. Seandainya Howard Gardner mampu mengatakan bahwa
umat manusia mempunyai bakat berbeda, pernyataan ini akan menjadi tidak kontroversial
dan bukunya tidak akan mendapat perhatian. Tetapi beliau dengan sengaja membuat
keputusan untuk menulis mengenai “Kecerdasan Majemuk”. Majemuk menekankan
jumlah kemampuan manusia terpisah yang tidak diketahui, berkisar dari kecerdasan musik
sampai kecerdasan yang terlibat dalam memahami diri sendiri : “ kecerdasan” untuk
menggaris bawahi bahwa kemampuan ini bersifat mendasar seperti yang secara historis
ditangkap dalam tes IQ.6
Tes tersebut, menurut Thomas R. Hoerr, sebenarnya hanya mengukur kecerdasan
secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan Linguistik dan matematis-logis.
walaupun dapat mengukur keberhasilan anak di sekolah, namun tidak bisa memprediksi
keberhasilan seseorang di dunia nyata, karena keberhasilan di dunia nyata saat ini
3Hoerr, Thomas, Buku Kerja Multiple Intelligences : Pengalaman New City School di St. Louis,
Missouri, AS dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak. Bandung : Kaifa, 2007, hlm 7. 4Howard Gardner adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan. Dia lahir pada tanggal 11 juli 1943 di
Scranton, Pennsylvania. Dalam perjalanan karirnya, pada tahun 1995-sekarang dia menjabat sebagai ketua tim
Proyek Zero di Harvard Graduate School of Education, yaitu kelompok penelitian yang bertujuan untuk
memperkuat pendidikan seni. Melalui penelitian diproyek itulah dia menemukan teori kecerdasan majemuk
yang kemudian dipublikasikan pertama kali dengan terbitnya buku Frames of Mind pada tahun 1983. Lihat
Ladislaus Naisaban, para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta :
Grasindo, 2004, hlm 158-162. 5Gardner, Howard, Multiple Intelligences : Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik. Tangerang :
Interaksara, 2013. Hlm 7. 6 Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 8.
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 47 | Jurnal Auladuna
mencakup lebih dari sekedar kecakapan Linguistik dan matematis-logis.7 Penanggungan
terhadap IQ dalam menentukan kesuksesan masih mendominasi pembelajaran di sekolah
dan salah satunya tampak pada penggunaan metode-metode pembelajaran tradisional,
seperti ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik, dan penggunaan
pendekatan rasional dengan logika-matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan
matematis-logis.8
Teori kecerdasan majemuk mengajari kita bahwa semua anak cerdas dalam cara
yang berbeda-beda dan semua anak memiliki potensi. Kecerdasan majemuk adalah sebuah
model yang mengutamakan siswa dan kurikulum sering dimodifikasi agar sesuai dengan
siswa. Mengapa Howard Gardner dengan Multiple Intelligence-nya menyita perhatian
masyarakat ? setidaknya ada tiga paradigma mendasar yang dirubah oleh Howard Gardner.
1. Kecerdasan tidak dibatasi Tes Formal
Kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh indikator-indikator yang ada
dalam achievement test (tes formal). Sebab setelah diteliti, ternyata kecerdasan seseorang
itu selalu berkembang. Tes yang dilakukan untuk menilai kecerdasan seseorang, praktis
hanya menilai kecerdasan pada saat itu, tidak untuk satu bulan lagi, apalagi sepuluh tahun
lagi. Menurut Gardner kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Padahal,
kebiasaan adalah prilaku yang dilakukan berulang-ulang. Dalam bukunya yang terkenal,
Smart Baby, Clever Child, Valentine Dmitriev mengatakan bahwa ada dua faktor dalam
perkembangan otak manusia yang menjadikan beberapa orang lebih pandai daripada orang
lain. Faktor itu adalah keturunan dan lingkungan.9
2. Kecerdasan itu Multidimensi
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya kecerdasan
verbal (berbahasa) atau kecerdasan logika. Kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak
seseorang sampai orang itu menemukan kondisi akhir terbaiknya. Terkadang, kondisi akhir
terbaik seseorang ini tidak terbatas pada satu kondisi saja.10
3. Kecerdasan, Proses Discovering Ability
7 Thomas, R. Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligence, terjemahan Ary Nilandari. Bandung : Mizan
Pustakaa, 2007, hlm 9-10. 8 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan aplikasinya disekolah : Cara Menerapkan Teori Multiple
Intelligence Howard Gardner, Yogyakarta : Kanisius, 2008, hlm 6. 9Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung :
Kaifa, 2009. Hlm 70-71. 10
Ibid,hlm 75-76.
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
48 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
Multiple Intelligences punya metode discovery ability yang artinya proses
menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti
memiliki kecendrungan jenis kecerdassan tertentu. Multiple Intellligence menyarankan
kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan seorang anak dan
mengubur ketidakmampuan atau kelemahan anak. Proses menemukan inilah yang
menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Tentu dalam menemukan kecerdasannya
seorang anak harus dibantu oleh lingkungannya baik itu guru, sekolah, maupun sistem
pendidikan yang diimplementasikan disuatu Negara.11
C. Sembilan Kecerdasan dalam Pandangan Howard Gardner
Berikut ini adalah bentuk-bentuk kecerdasan yang dicetuskan oleh Howard
Gardner:
1. Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik merupakan kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Selain itu kecerdasan
musikal juga bisa dikatakan kemampuan berpikir dengan nada, ritme, irama, dan melodi
juga pada suara alam.12 Inteligensi jenis ini banyak dimiliki oleh pencipta lagu, pesinetron,
orang-orang yang peka dengan nada, yang dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat
mengikuti irama musik, dan orang yang mendengarkan berbagai karya musik dengan
tingkat ketajaman tertentu. Orang-orang dengan inteligensi musikal yang menonjol akan
sangat peka terhadap suara dan musik. Mereka akan dengan mudah belajar dan bermain
musik dengan baik.13 Karakterisitik individu yang menunjukkan kemampuan inteligensi
musikal yakni :
a. pandai mengubah dan menciptakan musik, senang bernyanyi, bersenandung,
dan pandai memainkan alat musik,
b. mudah menangkap musik dan peka terhadap suara dan musik,
c. serta dapat membedakan bunyi berbagai alat musik dan gerak sesuai irama.
Secara singkat, bukti mendukung interpretasi kemampuan musik sebagai
kecerdasan berasal dari sumber yang berbeda. Walaupun keterampilan musik pada
11
Ibid..,hlm 77-78. 12
Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 39. 13
Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 95.
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 49 | Jurnal Auladuna
umumnya tidak dianggap keterampilan intelektual seperti matematika, keterampilan ini
memenuhi kriteria kami.14
2. Kecerdasan Gerakan Badan
Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk
gerakan motorik otak yang mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan
cekatan atau bisa juga disebut dengan kemampuan mengekspresikan gagasan atau
perasaan.15 Inteligensi gerakan badan ini banyak dimiliki oleh atlet, penari, pemahat, actor,
ahli bedah, dan penerjemah bahasa gerak tubuh. Orang-orang dengan inteligensi gerakan
badan yang menonjol akan sangat mudah mengungkapkan diri dengan gerakan tubuh
mereka. Orang-orang dengan inteligensi gerkan badan akan sangat menikmati kegiatan
fisik seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, ataupun berenang.16 Karakteristik
individu yang menunjukkan kemampuan dalam kecerdasan gerakan-badan yakni.
a. Senang menari dan akting, pandai dan aktif dalam olahraga tertentu, dan mudah
berekspresi dengan tubuh
b. Mampu memainkan mimik dan cenderung menggunakan bahasa tubuh
c. Senang dan efektif berpikir dan sambil berjalan, berlari dan olahraga
Kemampuan menggunakan badan seseorang untuk menyatakan emosi (seperti
dalam dansa), dan melakukan permainan (seperti dalam olahraga) atau untuk menciptakan
produk baru (seperti dalam mewujudkan penemuan) merupakan bukti dari sifat kognitif
dari penggunaan badan.
3. Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan untuk menangani bilangan
perhitungan, pola serta pemikiran logis dan ilmiah. Selain itu kecerdasan logika matematika
merupakan kemampuan berfikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan
menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis.17 Inteligensi jenis ini banyak
menonjol pada seorang matematikawan, logikus, saintis, akuntan, programmer, teknisi,
analisis budget, ahli sipil, dan ilmuwan. Pada dasarnya, matematikawan bukanlah satu-
satunya ciri orang yang menonjol dalam inteligensi logika-matematika. Siapapun yang
dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapai
14
Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., hlm 40-42. 15
Ibid.,hlm 41. 16
Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 93-94. 17
Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 43.
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
50 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
permasalahan aritmatika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan
antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan dan membaca
penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan
logika-matematika.18 Karakteristik individu yang memiliki kemampuan ini adalah :
a. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki
b. Senang dan pandai berhitung dan bermain angka
c. Senang mengorganisasikan sesuatu dan menyusun scenario
d. Mampu berpikir logis, baik induktif maupun deduktif
e. Senang berpikir abstraksi dan simbolis serta mengoleksi benda-benda.
4. Kecerdasan Linguistik
Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik
secara oral maupun tertulis. Kecerdasan linguistik bisa juga disebut dengan kecerdasan
berbahasa yang mencakup kemampuan berpikir dengan kata-kata seperti kemampuan
untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tulisan.19 Orang-
orang yang memiliki kecerdasan linguistik dalam mengungkapkan suatu fakta, orang-orang
berinteligensi linguistik tinggi ini akan menceritakan dengan perbendaharaan kata yang
variatif sehingga tidak menjemukan untuk didengar.20 Karakteristik individu yang
menunjukkan kecerdasan linguistik atau bahasa adalah :
a. Senang membaca buku atau apa saja, mendongeng atau bercerita
b. Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi dan berbahasa asing
c. Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata dan kalimat baik lisan
maupun tulisan
5. Kecerdasan Ruang-visual
Kecerdasan ruang merupakan kemampuan untuk menangkap dunia ruang-spasial
dengan tepat, dalam artian bahwa kemampuan untuk membayangkan suatu obyek.
Kecerdasan jenis ini banyak dimiliki oleh arsitek, fotografer, mekanik, navigator,
decorator, pilot, atau pemburu. Gardner mengakui bahwa pusat bagi kecerdasan ruang
adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat untuk melakukan
18
Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 90. 19
Julia, Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung : Nuansa Cendikia, 2012, hlm 17 20
Ibid.., hlm 88-89.
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 51 | Jurnal Auladuna
transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas penglihatan dan mampu
menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual bahkan sampai pada ketidakhadiran
dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya.21 Karakteristik
individu yangmenunjukkan kecerdasan ruang adalah :
a. Senang merancang gambar, desain, dan peka terhadap citra serta warna
b. Pandai memvisualisasikan ide dan imajinasinya secara aktif
c. Mudah menemukan jalan dalam ruang, mempunyai perpsepsi yang tepat dari
berbagai sudut dan senang mebuat ruumah-rumah dari balok.
6. Kecerdasan inter-personal
Kecerdasan inter-personal merupakan kemampuan untuk mengerti dan peka
terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain atau kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain secara baik.22 Anak yang mudah
memahami orang lain dan mementingkan relasi merupakan anak yang memiliki kecerdasan
inter-personal yang baik. Kecerdasan interpersonal ini banyak dimiliki oleh para
komunikator, fasilitator, penggerak massa, politikus, terapis, trainer, konselor, diplomat,
konsultan manajemen, dan negosiator. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal
biasa mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab social yang besar.23 Karakteristik
individu yang menunjukkan kecerdasan inter-personal adalah :
a. Mampu berorganisasi dan mampu menjadi pemimpin dalam suatu organisasi
b. Mampu bersosialisasi dan menjadi moderator
c. Senang permainan berkelompok daripada individu
d. Mampu bekerja sama dengan teman
e. Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain dan mudah mengenal
f. Senang berkomunikasi verbal dan non-verbal
g. Peka terhadap teman dan suka member feedback
7. Kecerdasan Intra-personal
Kecerdasan intra personal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan
batin. Kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan
21
Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 92. 22
Julia, Jasmine, Metode Mengajar..,hlm 26. 23
Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 96.
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
52 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri itu.24 Orang dengan kecerdasan
intrapersonal tinggi bukan berarti memiliki kecendrungann untuk bekerja sendiri atau
mengurung diri. Akan tetapi, mampu mengenali dirinya dengan baik dan memiliki
manajemen diri yang baik sehingga mampu mengendalikan berbagai kegiatan dan
pekerjaan sendiri tanpa menunggu instruksi orang lain.25 Karakteristik individu yang
menunjukkan kecerdasan intra-personal adalah :
a. Mampu menilai diri sendiri atau introspeksi diri
b. Berkonsentrasi
c. Keseimbangan diri
d. Reflektif dan bekerja mandiri
e. Mudah mengelola dan menguasai perasaannya dan sering mengamati serta
mendengarkan
f. Mampu merancang dan menyusun tujuan serta cita-cita dan planning hidup
8. Kecerdasan Naturalistik26
Kecerdasan naturalistik oleh Howard Gardner diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi
konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati
alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani serta
mengembangkan pengetahuan akan alam. Para pecinta alam adalah contoh orang yang
tergolong sebagai orang-orang yang memiliki kecerdassan ini. Ada banyak bidang
pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis seperti petani, ilmuwan, ahli tanah dan orang
yang berciri khas mengamati prilaku alam. Orang-orang yang memiliki kecerdasan
naturalis biasanya mampu hidup diluar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik
dengan alam.
Secara umum, orang dengan kecerdasan naturalistic yang menonjol memiliki
kemampuan untuk :
a. Mengenal flora dan fauna
b. Mengklasifikasi dan identifikasi tumbuh-tumbuhan dan binatang
c. Menyukai alam dan hidup diluar rumah
24
Julia, Jasmine, Metode Mengajar..,hlm 26. 25
Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 98. 26
Ibid..,hlm 98-99.
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 53 | Jurnal Auladuna
9. Kecerdasan Eksistensial27
Kecerdasan eksistensial berhubungan dengan kepekaan dan kemampuan seseorang
untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam terkait eksistensi manusia. Kecerdasan jenis
ini tampak pada filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab
persoalan eksistensi hidup manusia. Orang-orang yang memiliki kecerdasan eksistensial
sering melontarkan pertanyaan yang jarang dipikirkan oleh orang lain bahkan pendidiknya
sendiri. Misalnya “apa semua manusia akan mati”? kalau semua akan mati, kenapa aku
hidup? pada umumnya orang yang menonjol kecerdasan eksistensialnya juga
berkemampuan untuk :
a. Peka dalam menjawab persoalan eksistensi diri/manusia
b. Melakukan refleksi diri
c. Kontemplasi diri
Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita Tarik sebuah pemahaman bahwa
Multiple Intelligences menyarankan kapada kita semua untuk mempromosikan
kemampuan atau kelebihan seorang anak dan mengubur ketidakmampuan atau kelemahan
anak. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Tentu,
dalam menemukan kecerdasannya, seorang anak harus dibantu oleh lingkungannya baik
itu orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan disuatu
Negara. Betapa banyak contoh tokoh-tokoh yang cerdas, terkenal, dan bermanfaat bagi
masyarakat yang ada didunia.28 Berikut ada beberapa contoh tokoh-tokoh yang terkenal
dan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki.
Tokoh dan kecerdasan yang dimiliki
Tokoh Kecerdasan Yang Diasah Kondisi Akhir Terbaik
Billl Gates Logis matematis Pendiri perusahaan
Microsoft, salah satu orang
terkaya diplanet bumi
27
Ibid., hlm 100 28
Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia..,hlm 75-76
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
54 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
Ghefira Nurfatimah Linguistik Pemegang rekor MURI
untuk penulis temuda di
Indonesia
Jeane Phialsa (Alsa) Musikal Drummer professional
termuda di Indonesia
Sayyid Muhammad Husein
Thabathaba’I
Spasial visual Hafal Alqur’an beserta
maknanya dengan metode
photocopy memory
Franklin D. Roosevelt Inter-personal Menjadi presiden Amerika
serikat pada perang dunia
II masa tersulit dalam
sejarah Amerika
Ronaldo Kinestetis Pemain bola yang sudah
berapa kali menjadi pemain
terbaik dan berpredikat
kelas dunia
Mario Teguh Intra-personal Motivator success di
Indonesia dengan berbagai
penghargaan
D. Urgensi Kecerdasan Majemuk Dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan sejatinya usaha sadar dan terencana dalam mendewasakan ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang. Ketiga aspek tersebut harus benar-benar
dirangkul dalam pendidikan yang merupakan upaya mendewasakan sesorang. Melalui
pendidikan, manusia dapat dikatakan sekaligus juga berproses menuju dewasa, baik secara
kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Karena sejatinya orang yang dewasa adalah
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 55 | Jurnal Auladuna
orang yang matang secara fisik, mental, emosional, dan spiritual. Tercapainya aspek-aspek
kedewasaan ini akan terwujud melalui pendidikan.29
Dalam proses pendidikan, kognitif digugah dan dikembangkan dengan berbagai
kegiatan rangsangan yang menyenangkan agar segala sisi otak dapat bekerja secara
maksimal. Daya nalar, memori, dan pemikiran menjadi proyek garapan pendidikan
sehingga kemudian dapat tercipta aspek kognitif yang terasah dan senantiasa berkembang.
Tidak hanya itu, pendidikan pun sejatinya tidak meninggalkan aspek afektif. Hal ini
dimaksudkan bahwa sejatinya pendidikan tidak hanya mencetak pribadi yang tinggi dan
berkualitas dalam kognoitifnya saja, tetapi juga dalam bersikap.30
Pendidikan juga memikul tanggung jawab dalam segi psikomotorik. Pendidikan
mencoba menggugahnya dengan membiasakan peserta didik untuk mengimplementasikan
segala yang telah didapatkan melalui proses pendidikan. Melalui pendidikan, peserta didik
akan ditumbuhkembangkan pemikiran dan sikap sekaligus yang kemudian akan
diimplementasikan dari materi yang ia peroleh. Pendidikan dengan segala usahanya
memiliki tanggung jawab dan tujuan untuk mendewasakan pribadi peserta didik secara
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendewasaan yang dimaksud meliputi fisik, mental,
emosional, dan spiritual.
Seiring dengan teori multiple-intelegences bahwa kecerdasan itu sangat beragam tidak
hanya tertumpu dengan satu kecerdasan saja. Maka dari itu bahwa nilai multiple-intelegences
dalam dunia pendidikan sangat penting. Teori ini akan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan jika memang benar-benar diterapkan. Melalui teori dari Howard Gardner ini
akan membuat pendidik, pengelola lembaga pendidikan, dan semua stakeholder yang
terlibat didalamnya dapat mengembangkan dan melaksanakan pendidikan lebih baik lagi
dari sebelumnya.31
Melalui teori multiple-intelegences, pendidikan dan segala aspek di dalamnya akan
mengurai kembali, bagaimana jalan dan implementasinya, bagaimana kemudian teori
multiple-intelegences ini berpengaruh dan memberikan feel yang cukup terasa dalam tubuh
pendidikan, teori multiple-intelegences akan mengajak pendidikan melakukan evaluasi.
Setidaknya meningkatkan dan mengembangkan kualitas diri. Pengaruh tersebut dapat
29
Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 123. 30
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2007, hlm 152. 31
Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 98.
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
56 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
tercermin dalam pola pikir pelaksanaan dan pegiat pendidikan, misalnya; pada kurikulum,
pada pola pembelajaran, pengelolaan kelas, bahkan dalam evaluasi pendidikann nantinya.
Dengan demikian, kehadiran teori multiple-intelegences dirasa cukup penting bagi dunia
penidikan.32
Howard Gardner telah mencetuskan sembilan kecerdasan dalam diri manusia, akan
tetapi bagi orang-orang tertentu bisa saja suatu kecerdasan lebih menonjol dari kecerdasan
yang lain. Sembilan kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik dapat dikembangkan dan
ditingkatkan secara maksimal sehingga dapat berfungsi bagi peserta didik. Berdasarkan
hasil penelitian Howard Gardner dalam pembelajaran, peserta didik akan mudah
menangkap materi yang disampaikan pendidik apabila materi yang disampaikan dengan
menggunakan inteligensi yang menonjol pada peserta didik tersebut. Namun, yang
menjadi permasalahan kemudian adalah pendidik biasanya cenderung menggunakan gaya
dan model pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang menonjol dalam dirinya dan
kurang memahami kecerdasan yang ada dalam diri peserta didik.33
E. Tantangan Penerapan Multiple Intelligences dalam Pendidikan di Indonesia
Berikut ini adalah beberapa tantangan multiple intelligences jika diterapkan dalam
pendidikan di Indonesia yaitu :
1. Beberapa element sistem pendidikan kita masih kurang sejalan dengan sistem
pendidikan yang proporsional
Proporsional bukan hanya sebatas keseimbangan tetapi juga manusiawi. Secara
teoritis, sistem pendidikan yang tidak proporsional tersebut terdapat pada alaur
pendidikan, mulai dari input, output, proses, dan juga output.
2. Pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia
Benarkah indikator sekolah unggul itu harus dititik beratkan pada the best input?
artinya, sekolah unggul adalah sekolah yang memilih dan menyeleksi siswa-siswa yang
akan masuk kedalam sekolah itu secara ketat? jika sekolah tersebut hanya menerima
siswa-siswa yang pandai, lalu bagaimana dengan siswa-siswa yang tidak pandai?
3. Implementasi kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi akhir pendidikan
32
Ibid..,hlm 124. 33
Ibid.., hlm 127.
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 57 | Jurnal Auladuna
Isu Ujian Nasional masih menjadi dilema pada sistem pendidikan kita. Bagaiman
sebenarnya fungsi dan esensi UN tersebut? banyak ahli pendidikan yang berpendapat
bahwa UN justru bertentangan dengan kurikulum pendidikan yang berbasis
kompetensi. Namun, tidak sedikit juga ahli pendidikan yang menginginkan UN tetap
diberlakukan.
4. Proses belajar yang masih menggunakan kreativitas tingkat tinggi
Dalam hal ini, permasalahan terletak pada rendahnya kemampuan guru mengajar
dengan kreativitas yang baru dan menarik. Kurangnya kualitas guru mengindikasikan
bahwa kualitas guru di Indonesia masih rendah. Hal ini terkait dengan banyak hal yang
lebih mendasar, seperti bagaimana kualitas dan rutinitas program pelatihan dan
pengembangan guru yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan setempat maupun oleh
sekolah masing-masing?
5. Proses penilaian hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang
terbesar, masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif.
F. Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam)
Adapun pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan
lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar.
Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu
berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk
menyampaikan informasi. Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan
dalam kehidupan di sekolah sehingga antara guru yang mengajar dan anak didik yang
belajar dituntut profit tertentu.34
Pendidikan agama Islam sebagaimana yang tertuang dalam GBPP PAI di sekolah
umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani
ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan
dan persatuan bangsa.35
34
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 75 35
Muhaimain, Wacana pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.
76.
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
58 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhannya dalam lingkup Al-
Qur’an dan Al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus
menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri
sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun
minannas).36
Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
G. Penerapan Multiple Intelligensi dalam Pembelajaran al-Qur`an Hadits SD/MI
Sebagaimana sudah dipaparkan di atas bahwa kecerdasan majemuk harus
dikembangkan sejak dini, minimal sejak usia sekolah dasar. Dalam hal ini pengembangan
kecerdasan majemuk anak dapat dilakukan melalui metode pembelajaran PAI, shingga
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan humanis. Oleh karena itu, metode-metode
yang diterapkan dalam proses pembelajaran PAI harus variatif, sesuai dengan karakteristik
PAI dan siswa. Adapun pengembangan kecerdasan majemuk pada metode pembelajaran
PAI al-Qur`an Hadits untuk anak usia sekolah dasar dapat dilakukan melalui kegiatan
sembilan pertemuan.
a. Sembilan pertemuan digunakan untuk mencapai satu indikator, contoh dapat dilihat
pada format pembelajaran al-Qur`an-Hadis berikut.
Unit sekolah : Madrasah Ibtidaiyah
Kelas/Smt : III/I
Materi : Surat al-Fatihah
Indikator : Siswa dapat melafalkan surat al-Fatihah
Pertemuan I (kecerdasan linguistik)
Metode : Membaca dan menghafal
Alat : kertas plano yang bertulis surat al-Fatihah dan alat penunjuk
36
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung Rosda, 2012),
hlm. 130.
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 59 | Jurnal Auladuna
Kegiatan pembelajaran :
1) Tempelkan kertas plano bertulis surat al-fatihah di depan kelas
2) Guru membacakan surat al-fatihah satu persatu sambil menunjuk ayat yang sedang
dibaca, kemudian siswa mengikutinya
3) Siswa diminta membacakan surat al-fatihah ke depan dan menunjukkan ayat yang
sedang dibaca
4) Mintalah siswa untuk menghafal surat al-fatihah
5) Siswa diminta menguji hafalan mereka di depan kelas
Pertemuan II ( kecerdasan matematis-logis)
Metode : uji urutan ayat
Alat : potongan kertas yang ditempeli double tip dan bertulis ayat-ayat surat
al-fatihah (satu potongan satu ayat), kertas plano kosong dan kertas plano yang bertulis
surat al-fatihah.
Kegiatan pembelajaran :
1) Tempelkan kertas plano bertulis surat al-fatihah di depan kelas
2) Tanyakan pada siswa secara klasikal, berapa jumlah ayat surat al-fatihah dan bagaimana
hafal masing-masing ayat tersebut.
3) Siswa dibagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan
potongan-potongan kertas bertulis ayat-ayat surat al-fatihah, serta kertas yang telah
ditempel double tip.
4) Setiap kelompok diminta menyusun potongan-potongan ayat tersebut secara berurutan
di kertas plano
5) Kelompok pertama diminta memperlihatkan urutan ayat-ayat surat al-fatihah yang telah
disusun dan melafalkannya bersama-sama
6) Guru menguji kemampuan kelompok pertama tentang ayat-ayat surat al-fatihah secara
acak, semnua anggota kelompok harus menjawab dan menghafalkan ayat yang ditanya.
Contoh guru bertanya, “ bagaimana lafal surat al-fatihah ayat IV?” siswa menjawab
surat alfatihah surat ke IV ......... dan seterusnya.
7) Lanjutkan kegiatan yang sama pada kelompok yang lain
8) Setelah semua kelompok selesai, guru melakukan kegiatan no.6 kepada siswa secara
klasikal
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
60 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
Pertemuan III ( kecerdasan ruang spasial)
Metode : tebak kartu dan lafalkan
Alat : kartu dari kertas plano denga berbagai bentuk dan warna dan
dibelakangnya tertulis ayat-ayat surat al-fatihah, seperti warna dan model bintang,
segitiga, bulat, bundar, dll.
Kegitan pembelajaran
1) Perlihatkan kartu bertulis ayat-ayat surat al-fatihah kepada siswa dan bacakan ayat-ayat
tersebut satu persatu secara bersama-sama.
2) Berikan kesmpatan kepada siswa untuk mengingat letak ayat-ayat di kartu tersebut
3) Acak kartu dan balikkan, sehingga yang tampak adalah bagian depan kartu yang
berwarna
4) Tanyakan pada siswa secara klasikal letak salah satu ayat surat al-fatihah di kartu
tersebut. Contoh : “guru bertanya, “ di mana letak surat al-fatihah keempat, sebutkan
warna dan bentuk kartu, kemudian lafalkan ayat tersebut” siswa akan menjawab ..........
5) Lakukan secara berulang-ulang hingga seluruh ayat bisa dan dilafalkan dengan tepat
6) Seluruh siswa diminta mengulangi ayat surat al-fatihah. Contoh ayat I buat warna
kuning dan bentuk lingkaran, ayat II buat warna meran dengan bentuk bintang dan
sterusnya.
Pertemuan ke IV (Kecerdasan Kinestetik-Badani)
Metode : keseimbangan pada garis
Alat dan Bahan: peluit dan tujuh macam garis yang digambarkan di lantai, yaitu garis
lurus, lengkung kanan, lengkung kiri, zigzag, garis ular, spiral, dan lurus kotak.
Kegitan pembelajaran :
1) Siswa diajak ke lapangan yang telah diberi gambar tujuh garis secara berurutan dengan
jarak setengah meter
2) Tiup peluit panjang satu kali, siswa segera berbaris lurus dari depan ke belakang dan
menghadap garis-garis tersebut
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 61 | Jurnal Auladuna
3) Berikan ilustrasi kepada siswa agar melewati setiap garis sambil melafalkan surat al-
fatihah secara berurutan, setiap satu garis melafalkan satu ayat surat al-fatihah
4) Satu per satu siswa diminta melewati diminta melewati garis dengan seimbang sambil
melafalkan surat al-fatihah secara beurutan, setiap satu garis melafalkan satu ayat surat
al-fatihah
5) Setelah semua siswa selesai, tiup peluit panjang. Seluruh siswa kembali berbaris
memanjang ke belakang seperti semula
6) Lakukan kegiatan no.4 secara berbarengan. Satu siswa memimpin di depan, sementara
siswa yang lain mengikuti di belakang sambil memegang pundak siswa yang ada di
depannya.
Pertemuan V ( kecerdasan Musikal)
Metode : meniru lagu islami dari tape recorder
Alat dan Bahan: tape recorder, kaset lagu islami nyanyian surat al-fatihah
Kegiatan Pembelajaran :
1) Putarkan kaset lagu islami yang berisi nyanyian surat al-Fatihah
2) Biarkan siswa mendengarkan lagu tersebut dengan seksama
3) Putarkan tape recorder berulang-ulang dan berikan ilustrasi agar siswa mengikuti lagu
tersebut
4) Siswa diminta berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat orang, biarkan
siswa memilih sendiri teman kelompoknya
5) Setiap kelompok maju ke depan menampilakan lagu surat al-fatihah dengan iringan
musik later
6) Terakhir, seluruh siswa bersama-sama menyanyikan lagu surat al-fatihah sambil
bertepuk tangan seirama musik
Pertemuan VI ( Kecerdasan Interpersonal)
Metode : melafal sambung-menyambung
Alat dan bahan: peluit
Kegiatan pembelajaran :
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
62 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
1) Kelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
delapan orang dengan satu pemimpin
2) Berikan ilustrasi agar setiap kelompok membuat variasi gerakan mengiringi pelafalan
surat al-fatihah
3) Tiup pluit panjang, setiap kelompok berbaris memanjang ke belakang dengan pimpinan
di depan anggota kelompok
4) Tiap peluit panjang satu kali, maka pemimpin kelompok pertama berteriak, “ surat al-
fatihah.” Kemudian anggota kelompoknya melafalkan surat al-fatihah secara berurutan
satu persatu. Setelah selesai, seluruh anggota kelompok harus melafalkan surat al-
fatihah secara bersam-sama dengan berbagai variasi gerakan, seseuai dengan
kesepakatan kelompok. Setelah selesai, pimpinan kelompok segera berteriak, “ surat al-
Fatihah”
5) Guru segera meniup peluit panjang dua kali, maka kelompok dua melakukan kegiatan
no.4 begitu seterusnya, sampai semua kelompok mendapat giliran
6) Kelompok yang paling kompak, terbaik pelafalan surat al-fatihanya, seta paling menarik
variasi kelompoknya menjadi juara pertama dan berhak mendapatkan hadiah.
Sedangkan kelompok-kelompok lain juga semdapatkan hadiah, namun berbeda dengan
hadiah para juara sebagai penghargaan atas kerja keras mereka.
Pertemuan VII ( Kcerdasan Intrapersonal)
Metode : mengetahui diri sendiri melalui orang lain
Alat dan Bahan: peluit, pensil, dan buku tulis
Kegiatan pembelajaran :
1) Siswa diminta berkelompok di mana setiap kelompok terdiri dari tiga orang yaitu A, B,
C
2) Beri ilustrasi agar pada tiupan peluit pertama, siswa-siswa A harus melafalkan surat al-
Fatihah, sementara B dan C mendengarkannya secara secara seksama. Setelah A selesai
melafalkan al-fatihah, maka B dan C memberikan komentar tentang pelafalan surat al-
fatihah menurut pandangan teman-temannya. Sementara guru berkeliling, mengawasi
kegiatan siswa dan membantu apabila siswa mengalami kesulitan.
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 63 | Jurnal Auladuna
3) Setelah A selesai, guru meniupkan peluit panjang dan B melafalkan surat al-fatihah
seperti dilakukan A, sementara C dan A memberi komentar
4) Setelah B selesai, guru meniupkan peluit panjang dan C mendapat giliran melafalkan
surat al-fatihah seperti yang dilakukan A dan B, sementara A dan B memberi komentar
5) Setelah C selesai, guru meniupkan peluit panjang 2 kali dan seluruh siswa kembali ke
tempat duduk masing-masing
6) Siswa diminta menuliskan tanggapan teman-teman kelompoknya terhadap lafalan surat
al-fatihahnya masing-masing
Pertemuan VIII ( Kecerdasan Naturalis)
Metode : sayur apa aku
Alat dan bahan: tujuh macam kartu yang bergambar sayur-sayuran dan kertas plano
yang bertuliskan keterangan dari setiap kartu. Contohnya:
Nama gambar ayat surat al fatihah
1. Bengkoang 1. Ayat pertama
2. Lobak 2. Ayat kedua
3. Bayam 3. Ayat ketiga
4. Sawi 4. Ayat keempat
5. Kubis 5. Ayat kelima
6. Wortel 6. Ayat keenam
7. Kentang 7. Ayat ketujuh
Kegiatan pembelajaran
1) Tempelkan kertas plano bertulis keterangan gambar pada kartu
2) Mintalah 2 orang siswa secara suka rela maju ke depan untuk menjadi pemandu
permainan tersebut. Satu orang sebagi pembaca kartu dan satu siswa sebagai pembaca
keterangan kartu yang telah ditulis di kertas plano. Sedangkan guru sebagai pengacak
kartu
3) Mintalah tujuh orang siswa untuk maju ke depan dan masing-masing mengambil satu
kartu yang sudah diacak dan dibalik
Multiple Intelegence Dalam Pembelajaran....
64 | Jurnal Auladuna Vol.01. No.02. April 2019
4) Beri ilustrasi agar kartu yang sudah dipegang tidak dilihat atau diperlihatkan kepada
siswa lain dan beri ilustrasi tentang cara permainan-Nya
5) Siswa pertama menyerahkan kartu yang dimiliknya kepada pembaca kartu dan berkata,
“ sayur apakah aku dan apa tugasku?” pembaca kartu menjawab, “ kamu adalah sayur
bayam, dan tugasmu adalah.....” pembaca keterangan melanjutkan, “ melafalkan surat
al-fatihah ayat ketiga”. Maka siswa pertama harus segara berkata, “aku adalah sayur
bayam, aku akan melafakan surat al-fatihah ayat ketiga, yaitu ......... begitu seterusnya
sampai ketujuh
6) Setelah semua selesai maka siswa diminta untuk berbaris secara berurutan sesuai
dengan urutan ayat surat al-fatihah yang dilafalkannya, kemudian satu per satu secara
berkesinambungan memperkenalkan diri seperti permainan pertama. Contoh: aku sayur
bengkuang, aku akan melafalkan surat al-fatihah ayat pertama, yaitu ........ kemuidian
langsung dilanjutkan oleh siswa yang kedua dan seteerusnya sampai selesai.
7) Setelah selesai, berikan kesempatan kepada siswa lain untuk melakukan permainan
tersebut sampai seluruh siswa memperoleh kesempatan untuk ikut bermain.
Pertemuan IX ( Kecerdasan Eksistensial)
Metode : perenungan
Alat dan bahan: pensil dan buku tulis
Kegiatan Pembelajaran :
1) Siswa diminta melafalkan surat al-Fatihah satu persatu di depan kelas, sehingga yang
bacaannya salah bisa diperbaiki
2) Setelah semua siswa mendapat giliran, tanyakan kepada siswa apakah mereka sudah
bisa melafalkan surat al-fatihah dengan benar
3) Jika siswa menjawab “belum”, maka mintalah siswa untuk menuliskan akibat yang
dirsaknnnya karena belum bisa melafalkan surat al-fatihah dengan benar dan mengapa
mereka belum bisa melakukannya
H. KESIMPULAN
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara
mandiri, Produk kreatif yang bernmanfaat bagi budaya, lingkungan dan masyarakat yang
mempunyai nilai kreativitas. Multiple intelligences adalah sebuah teori yang menekankan
Ahmad Sahnan
Vol.01. No.02. April 2019 65 | Jurnal Auladuna
bahwa setiap anak memliki kecerdasan, tetapi mereka cerdas dengan cara yang berbeda-
beda. Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda yang akan berkembang terus
menerus. Untuk mengetahui kecerdasan seseorang yang menonjol perlu dilihat bagaimana
orang itu menyelesaikan persoalan nyata dalam hidupnya, bukan hanya sekedar menilai
kemampuannya dalam menyelesaikan tes dan soal-soal tertulis diatas meja. Penerapan teori
multiple intelegensi dalam program pembelajaran dapat dikembangkan dengan
menggunakan program pembelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi. Ada
Sembilan kecerdasan yang di rumuskan oleh Howard Gardner dalam Multiple
Intelligences, diantaranya adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis,
kecerdasan gerakan badan, kecerdasan ruang visual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Dari sembilan kecerdasan
ini dapat dikembangkan dalam pembelajaran PAI (al-Qur`an Hadits SD/MI).
Daftar Pustaka
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2007.
Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung :
Kaifa, 2009.
Gardner, Howard, Multiple Intelligences : Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik, Tangerang :
Interaksara, 2013.
Hoerr, Thomas, Buku Kerja Multiple Intelligences : Pengalaman New City School di St. Louis, Missouri,
AS dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak. Bandung : Kaifa, 2007.
Julia, Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences : Membangkitkan Potensi Kecerdasan Siswa dalam
Praktik Pembelejaran, Bandung : Nuansa Cendikia, 2012.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, Bandung Rosda, 2012.
Muhaimain, Wacana pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Ladislaus Naisaban, para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta :
Grasindo, 2004.
Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan aplikasinya disekolah : Cara Menerapkan Teori Multiple
Intelligence Howard Gardner, Yogyakarta : Kanisius, 2008.
Suprihatiningrum, Jamil, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.