Money & I Vol. 31

76
1 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012 ISSN: 2087-5975 www.money-and-i.com Vol. 31 Jul -Aug 2012 Bobby “SID” Kool Springboard To The World “Pantang menyerah apalagi mati” Ernita Kurniawati Creating Students of The Future

description

Money & I Vol. 31

Transcript of Money & I Vol. 31

Page 1: Money & I Vol. 31

1Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Vol. 31 Jul -Aug 2012

Bobby “SID” Kool

Springboard To The World“Pantang menyerah apalagi mati”

Ernita KurniawatiCreating Students of The Future

Page 2: Money & I Vol. 31

2 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 3: Money & I Vol. 31

3Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 4: Money & I Vol. 31

4 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 5: Money & I Vol. 31

5Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 6: Money & I Vol. 31

6 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

36

8 EDITOR’ S NOTE

12 QUOTES OF THE MONTH

13 PIN UP

14 Event Financial revolution

16 Market ResearchPola konsumsi di bulan puasa

18 Road To Wealth

20 OutlookSubak, World Herritage

22 Info PropertyCommercial Properties

24 Note From the GuruHijrah Manusia

42 CommunityOne Dollar for Music

44 Profile OfficeBPR Lestari WR Supratman

46 Lestari FirstMy Spa

50 Smart FamilyRubah & Sempurnakan

52 LiteratureChairul Tanjung Si Anak Singkong

54 Book Review

56 InsightHuman Brand

58 Lestari InstituteMembuka Kelas Property

60 SocialitaErnita Kurniati

66 Front of MindRupert Murdoch

70 Growth StrategiesPasti Ngelah Blerong

72 Notes From A FriendsSharing is Having More

74 InspirationYacht island

Industri yang tak Lekang oleh JamanMuda, kaya dan terkenal, siapa yang nggak mau? Dari

sekian banyak profesi di dunia, mungkin hanya musisi atau pekerja publik figur saja yang bisa menawarkan ketiga hal tersebut. Itu pula yang menjadikan demam menjadi musisi saat ini tengah memuncak, semua beramai-ramai menjadi musisi, meski terkadang tidak ditunjang dengan kemampuan musikalitas yang baik. Namun demikian, industri ini tetap saja menunjukkan trend yang semakin meningkat.

SPECIAL FEATURE

contentsJuli - Agustus 2012 | Volume 31

26

Interview with Bobby CoolThe Next Big Thing!

Page 7: Money & I Vol. 31

7Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 8: Money & I Vol. 31

8 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

PUBLISHERAlex P. Chandra

MARKETING COMMUNICATION

I Putu Agus Ariawan

PUBLIC RELATIONWahyu Sari Pande

MANAGING EDITORArif Rahman

CONTRIBUTORSAlex P. Chandra Hermawan Kartajaya Pribadi BudionoSuzanna Chandra YuswohadyI Made Wenten B.

MANAGING SUPPORTAnton HPT

CONTENT EDITORKinan Setya

DESIGNHendrik

MARKETING & CIRCULATIONAan Evarudin

PHOTOGRAPHYGus Baruna

Alamat Redaksi:PT. BPR SRI ARTHA LESTARIJl. Teuku Umar 110 DenpasarT. (0361) 246706 F. (0361) 246705

E. [email protected] [email protected] Sales & Marketing for AdvertisementT. 0361 7843244www.money-and-i.com

MANAGEMENT

EDITORIAL

SUPPORTED BY

Editor’s Note

Sepuluh tahun lalu, blantika musik tanah air dikejutkan oleh kehadiran 3 anak muda

yang mengenalkan genre punk rock dengan lagu hits nya Kuta Rock City. Lagu yang kemudian menempati tangga lagu teratas di radio-radio, bahkan belakangan menjadi pioner dari band dengan aliran musik sejenis. Para trigger itu adalah seniman Bali, dengan nama band Superman Is Dead, yang saat ini sudah malang melintang hingga ke mancanegara. Sejak itu, industri musik Bali yang tadinya “mati segan hidup tak mau” seolah mendapat

Arif RahmanManaging Editor, Money & I

Trigger itu bernama “Kuta Rock City”angin segar, perlahan bangkit hingga melahirkan banyak musisi baru yang turut sukses.

Fenomena industri musik baik di Bali maupun tanah air, sejak satu dekade terakhir mendapat penerimaan pasar yang sangat baik, bahkan dengan kemajuan teknologi digital saat ini, telah merubah peta bisnis di industri ini. Mulai dari ringbacktones yang laris manis, musisi yang menjajaki seni peran di sinetron sampai dengan soundtrack film. Inilah lahan baru bagi para musisi untuk berkreasi sekaligus menjadikan musik sebagai profesi.

Pada edisi kali ini kami mengupas lebih detil bagaimana industri ini mengalami reformasi masif tak terkecuali di Bali. Kami juga menghadirkan 2 sosok wanita entrepreneur yang berhasil di rubrik socialita dan lestari first. Ernita Kurniawati yang menggawangi usaha sekolah dengan jurusan yang tidak biasa dan Sri Sindrayani yang mendirikan My Spa. Kiprah keduanya juga diharapkan bisa menjadi inspirasi, semoga bermanfaat.

Jabat Erat,Arif Rahman

Send your letter to PT BPR Sri Artha Lestari, Jl. Teuku Umar 110 Denpasar or mail to M&I Magazine: [email protected]

Page 9: Money & I Vol. 31

9Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 10: Money & I Vol. 31

10 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Advetorial

Page 11: Money & I Vol. 31

11Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 12: Money & I Vol. 31

12 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

“Saat suatu daerah

ekonominya tumbuh

melebihi pertumbuhan

penduduk, seperti ekonomi

Bali yang tumbuhnya 7 %

sedangkan penduduknya

hanya 1%, berarti daerah ini

memiliki potensi yang sangat

luar biasa. Itu yang coba saya

gambarkan, Bali merupakan

kawasan properti yang sangat

menguntungkan, karena

semua orang ingin memiliki

properti di Bali”

“Ketidakpuasan dari kalangan

kelas menengah lebih

banyak berupa letupan

pendapat yang disuarakan

lewat jejaring sosial seperti

Facebook, Twitter, Blackberry

Messenger, tetapi tidak

menjadi tindakan riil yang

mampu mengubah keadaan”

Panangian Simanungkalit - Owner Panangian School of Property saat seminar di BPR Lestari WR Supratman

Harianto Santoso - General Manager Litbang Kompas

“I spent three days

a week for 10 years

educating myself

in the public library,

and it’s better than

college. People

should educate

themselves - you

can get a complete

education for no

money. At the end

of 10 years, I had

read every book in

the library and I’d

written a thousand

stories.”

Ray Bradbury

Page 13: Money & I Vol. 31

13Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

“If you would be wealthy,

Think of savingas well as getting.”

13Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Pin Up

Benjamin Franklin

Page 14: Money & I Vol. 31

14 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Event

Lalu bagaimana cara melakukan perubahan terhadap keuangan anda, haruskah kita mengambil banyak pekerjaan yang sama untuk

meningkatkan pemasukan atau apakah kita harus mencari pekerjaan baru dengan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup kita? Itulah salah satu dari esensi seminar Financial Revolution yang dihadirkan oleh motivator keuangan Tung Desem Waringin.

Bertempat di ballroom Bhumiku, yang berada di kawasan Gunung Soputan Denpasar, Tung membagikan kiat-kiatnya agar setiap orang dapat dengan lebih cepat dalam peningkatan kemampuan keuangan. Acara yang berpartnership dengan Lestari Institut ini dipadati hampir 300 orang yang turut datang ke acara yang berlangsung selama 2 hari pada 14 hingga 15 Juli 2012.

Dalam sesinya, Tung memaparkan bahwa sesungguhnya orang kaya di Indonesia saat ini 80 persen merupakan orang kaya baru, dan sisanya 20 persen merupakan mereka yang kaya dari warisan, “sesungguhnya banyak orang-orang yang kaya karena usahanya saat ini, seperti Chairul Tanjung misalkan,” terangnya. Tung juga mengajak semua orang agar mau menjadi kaya dan juga mengajak orang lain kaya, seperti halnya saat kita berada dilingkungan orang kaya, maka kita akan mudah menjadi kaya.” Mana lebih mudah menjual mobil di Uni Emirat Arab yang kaya minyak, atau di Ethiopia, ya di Uni Emirat Arab, kenapa? karena orang-orangnya mampu untuk membeli mobil,” paparnya kemudian.Banyak ilmu yang Tung bagikan kepada setiap peserta

Tung Desem Waringin

SeminarFinancial Revolution

Sebagian dari Anda pasti melihat keuangan kita berjalan dengan alur yang sangat landai, bahkan kadang terasa pemasukan dan pengeluaran terasa sangat pas dikantong, tidak tersisa.

Page 15: Money & I Vol. 31

15Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

yang hadir, bahkan Tung juga membagi ilmu bagaimana memulai usaha tanpa modal, atau dengan modal yang sangat kecil. Tung menyatakan untuk usaha seperti ini yang penting kita lakukan adalah bagaimana kita mampu melakukan sebuah prinsip, “Naikkan harga, turunkan syarat” untuk memberikan win-win solution, kepada kita dan partner kita.

Walau acara ini berlangsung cukup panjang dari pagi hingga malam hari selama 2 hari berturut-turut, namun rasa lelah peserta hilang oleh minat dan antusias mereka yang mendapatkan banyak inspirasi. Terbukti saat Tung menjual buku Financial Revolution in Action, yakni sebuah buku yang akan memacu Anda berbuat sesuatu untuk perubahan keuangan secara langsung, buku yang berjumlah 50 eksemplar ini, semuanya langsung ludes terjual hanya dalam hitungan 5 menit.

Wahyu Pande dari BPR Lestari mengutarakan, selama ini Lestari Institute memang sering mengadakan kerja sama dengan Tung Desem Waringin dan tim, dalam menyelenggarakan beberapa even pelatihan maupun seminar di Bali. Dan saat Tung mengadakan seminar kembali di Bali, Lestari Institute kembali bekerja sama untuk menyelenggarakan seminar dimana BPR Lestari turut menjadi sponsor dalam acara tersebut.

Event

Page 16: Money & I Vol. 31

16 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Bulan puasa adalah fase menahan nafsu, tidak makan dan tidak minum. Namun bukan berarti tidak belanja. Itulah setidaknya gambaran

perilaku belanja konsumen di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. Data Nielsen Homepanel menunjukkan bahwa selama bulan puasa pada tahun 2010 lalu, justru belanja yang dilakukan oleh konsumen kelas bawah meningkat 30% pada setiap kunjungan mereka selama bulan puasa dibandingkan pada bulan-bulan biasa. Kenaikan juga terjadi pada konsumen kelas menengah (16%) dan kelas atas (13%).

Untuk konsumen Indonesia, bulan Ramadhan merupakan momen silaturrahmi sehingga beberapa kategori seperti biskuit, soft drink, margarin dan sirup mengalami pertumbuhan yang kuat selama periode ini. Jenis produk makanan FMCG (fast moving consumer goods) dari berbagai kategori utama di bulan puasa

seperti biskuit assorted digunakan sebagai hadiah atau parcel untuk orang lain, juga sebagai kudapan untuk menyambut tamu selama waktu berbuka puasa dan acara silaturrahmi. Untuk kategori biskuit, kenaikan nilai penjualannya sebesar 11 kali lebih banyak selama bulan Ramadhan pada tahun 2010 dibanding dengan bulan-bulan biasa. Nielsen juga menunjukkan bahwa lebih banyak konsumen membeli produk ini dengan penetrasi mencapai 11% selama bulan Ramadan, dibandingkan 0,7% penetrasi di bulan biasa. Kenaikan juga terjadi di kategori wafer, yakni mengalami pertumbuhan sebesar 25% yang didorong oleh peningkatan volume pembeli.

Demikian pula soft drink yang juga mengalami pertumbuhan pesat, terlihat dengan adanya kenaikan penjualan pada minuman kemasan botol plastik besar sejumlah tiga kali lipat selama bulan puasa.

Perilaku Belanja Di Bulan Ramadhan

Page 17: Money & I Vol. 31

17Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Market Research

Untuk kategori non-FMCG yang mengalami pertumbuhan selama bulan puasa adalah pakaian dan peralatan elektronik. Analisis Nielsen menunjukkan bahwa kedua kategori mengalami pertumbuhan dua digit, masing-masing mencapai angka 15.9% dan 17.11% pada bulan puasa tahun 2010. Hal ini juga dilihat dari peningkatan penjualan makanan beku selama bulan puasa. Kategori seperti sosis dan bakso (+34%), ikan kalengan dan daging (119%), dan nugget (+49%) juga mengalami pertumbuhan selama bulan Ramadhan.

Selain perilaku berbelanja, konsumen juga mengubah cara mereka mengonsumsi media terutama televisi. Lebih banyak konsumen menonton televisi di bulan puasa dengan meningkatnya kepemirsaan televisi sebesar 14% dibandingkan pada bulan biasa di tahun 2010. Konsumen juga menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton televisi selama bulan puasa, yakni sekitar 4 jam 40 menit, dibanding pada bulan biasa yang hanya menghabiskan waktu selama 4 jam 16 menit.

Hal ini terjadi karena konsumen lebih memilih tinggal di rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan menjamu tamu, dan juga mereka menonton televisi karena didukung banyak program religius selama bulan Ramadhan. Termasuk faktor lainnya adalah liburan sekolah yang mendorong kenaikan 27% pada jumlah penonton anak-anak usia 5–14 tahun.

Berbagai pertumbuhan ini juga terjadi karena perbaikan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat kita, dengan bertambahnya kelompok kelas menengah, maka tahun 2012 ini diperkirakan konsumsi di bulan Ramadhan mengalami peningkatan yang lebih pesat lagi.

Selain perilaku berbelanja, konsumen juga mengubah cara mereka

mengonsumsi media terutama televisi.

Page 18: Money & I Vol. 31

18 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Road to Wealth

Alex P. ChandraChairman BPR Lestari

Baru-baru ini, Lestari Institute menyelenggarakan seminar kecil mengenai properti. Saya mengajak Pak Panangian untuk bersama-sama

menyelenggarakan ‘sekolah properti’ di Denpasar.

Seminar kecil ini ditujukan untuk memberikan informasi kepada audience tentang program-program “Panangian School of Property”.

Karena namanya iklan, maka headline-nya dibuat menarik, “Menjadi Kaya Raya Melalui Properti”, dan “Bagaimana caranya dengan uang 120 juta menjadi 18 Milyar, saya tunjukkan caranya”. Demikian kata pak Panangian.

Seorang kawan yang membaca ads-nya bersaran agar jangan menggunakan kata “Kaya Raya”.

Judul tersebut menurutnya ‘kampungan’ dan tidak high

end, dan low. Headline tersebut tidak akan menarik bagi sebagian kalangan yang sudah mapan. Hanya akan menarik orang-orang yang belum kaya dan kepingin kaya.

Saya pribadi, tidak begitu senang menggunakan kata kaya raya tadi. Namun ads tersebut adalah kreasi tim marketing Panangian School of Property, saya tidak bisa mengubahnya.

Mengapa kawan saya ‘risih’ menggunakan kata kaya raya. Dan bahkan saya akui, saya sendiri masih ‘risih’ mendengarnya. Walaupun kawan saya Tung Desem Waringin selalu menggunakannya setiap saat.

Menurut saya perasaan ini bisa kita tarik ke belakang, ke masa-masa pendidikan awal kita. Ke masa kecil kita. Pengaruh lingkungan kita. Pengajaran awal yang membentuk diri kita sekarang.

Page 19: Money & I Vol. 31

19Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Road to Wealth

Somehow, kata kaya mempunyai konotasi negatif. Isu kekayaan, baru-baru saja ramai dibicarakan, diperbincangkan. Dulu, kayaknya tabu buat kita berbicara mengenai kekayaan. Yang belum kaya menganggap kekayaan bukanlah sesuatu yang perlu dikejar-kejar. Yang sudah kaya, risih mengakui dirinya kaya, dan berusaha menyembunyikan kekayaannya.

Orang kaya, bahkan sering digambarkan sebagai orang yang kikir. Gober bebek adalah tokoh kartun yang kaya raya sehingga sering mandi di gudang uangnya, namun kikir, pelit melilit.

Waktu saya kecil, Gober Bebek adalah salah satu tokoh kartun yang sangat populer.

Orang kaya, yang sering kita lihat adalah orang yang serakah. Hidupnya ditujukan mencari uang melulu tanpa memikirkan orang lain. Karyawannya dibayar dengan gaji yang rendah, serendah-rendahnya, sementara dirinya menjadi kaya sekaya-kayanya.

Orang kaya juga sering kali korup. Menyalahgunakan kewenangannya buat kepentingan pribadinya.

Orang kaya atau menjadi kaya, somehow associated dengan sesuatu yang negatif. Kikir, tamak dan korup. Dan semua orang tidak ingin menjadi kikir, tamak dan korup.

Jadilah kondisi yang seperti sekarang ini, kita ingin menjadi kaya, namun dibawah sadar meng-asosiasikan kekayaan dengan sesuatu yang negatif. Bahkan menggunakan kata kaya saja risih.

Efek mengasosiasikan kata kaya dengan sesuatu yang negatif ini sangatlah dahsyat.

Otak kita menjadi bingung. Kita ingin mencapai cita-cita. Ingin menjadi sukses. Namun kalau kita sukses, kita akan menjadi kaya. Dan menjadi kaya artinya

menjadi orang yang tidak kita inginkan. Karena kaya identik dengan kikir, identik dengan serakah, identik dengan korup.

Akibatnya kita ‘mensabotase’ sukses kita sendiri.Tony Robbins mengatakan, if you find yourself two step forward and one step back, it is because your mind is not congruent.

Dan harus diakui, I’m one of them.

Saya lebih sering menggunakan kata wealth dibandingkan kaya. Kata kaya itu tidak mengenakkan buat saya.

Ketika saya menulis artikel ini, saya harus memerangi natural insting saya. Saya berusaha menetralkan kata kaya di alam bawah sadar saya. Bahwa menjadi kaya bukan berarti menjadi kikir seperti Gober bebek. Bahwa menjadi kaya bukan berarti kita sewenang-wenang menginjak-injak orang lain. Bahwa menjadi kaya bukan berarti kita korup.

Menjadi kaya berarti kita bisa menyumbang keluarga yang kurang beruntung. Menjadi kaya berarti kita bisa menolong sesama. Kita menjadi kaya dengan menciptakan nilai tambah yang kita bagi-bagi sehinga tidak perlu serakah. Banyak cara menjadi kaya tanpa harus korup.

“Menjadi kaya itu Mulia,” demikian kata Deng Xioping.

Menjadi kaya itu bukannya serakah, melainkan pemurah. Dan ketika saya menjadi kaya, saya akan menjadi orang kaya yang pemurah. Jangan jadi orang yang kikir, pelit melilit. Jangan jadi orang miskin yang duitnya banyak. Menjadi kaya yang pemurah, yang memberi manfaat adalah ‘the new associaton’ yang harus saya install di pemikiran bawah sadar saya.

“Jangan jadi orang miskin yang duitnya banyak”

Page 20: Money & I Vol. 31

20 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Subak, World Herritage Oustanding Universal Values

Page 21: Money & I Vol. 31

21Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Outlook

Setelah diperjuangkan selama 12

tahun, akhirnya badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan dan Budaya (UNESCO) mengesahkan Subak Bali sebagai bagian dari warisan dunia pada sidang ke-36 di St.Petersburg, Rusia pada bulan Juni lalu.

Sebuah pengakuan akan warisan teknologi tradisional yang tidak disangka-sangka. UNESCO menilai subak sebagai sistem irigasi yang dapat mempertahankan budaya asli masyarakat Bali.

Pada sidang tersebut tidak tampak adanya pertentangan dari keputusan tersebut, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Windu Nuryanti, mengaku senang sistem pengairan Subak dari masyarakat Bali telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia (World Heritage). Bahkan bupati Badung dan Gianyar yang hadir dalam perhelatan itu bertepuk tangan bersama ribuan peserta sidang termasuk Dubes RI untuk Rusia Djauhari Oratmangun.

Budaya Subak dianggap memiliki Outstanding Universal Values, sebuah warisan yang memiliki nilai budaya dan menunjukkan bukti-bukti sebagai kultur hidup yang diikuti oleh masyarakat adat di Bali.

Subak masuk dalam kategori warisan budaya dunia dengan dua kategori, yaitu kategori pertama sebagai warisan budaya benda dengan Pura Subak, sawah dan sistem irigasinya dan kategori

kedua sebagai warisan budaya tak benda dengan nilai-nilai sosial dan semangat gotong royong yang terdapat dalam subak. Sebagai perekat sosial pada masyarakat Bali, subak menjadi pelengkap warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebelumnya seperti batik, keris, Candi Prambanan, juga alat musik Angklung serta Karinding.

Kepala Dinas Kebudayaan Bali, Ketut Suastika mengatakan, pemerintah Daerah Bali saat ini sedang mempersiapkan peraturan daerah (perda) terkait perlindungan lahan untuk memproteksi kawasan pertanian atau perda tentang sawah-sawah abadi. Dengan dijadikannya Subak sebagai warisan dunia, maka diharapkan Subak bisa menjadi destinasi yang berbeda untuk kawasan wisata di Bali.

Penetapan Subak ini bertepatan dengan 40 tahun Konvensi Warisan Budaya Dunia. Konvensi yang dimulai pada tahun 1972 ini merupakan pakta internasional untuk melestarikan budaya dan warisan alami yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Page 22: Money & I Vol. 31

22 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Info Property

Income Generating Asset adalah suatu asset (harta) yang memberikan kita cash flow

(pendapatan) secara regular.

Commercial Properties dapat berupa ruko (rumah toko), rukan (rumah kantor), office space, shops, warehouses/gudang, gedung pertemuan, meeting room, hotel room, villa yang di kelola seperti hotel dan bangunan sejenisnya.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam berinvestasi Commercial Properties adalah :

Siapa developernya Sangat “crucial” dalam membeli commercial properties. Apalagi kalau membeli property dari

“rencana/gambar” atau masih dalam konstruksi. karena yang dibeli lebih merupakan “janji seorang developer” untuk melaksanakan “konsep” proyeknya.

Cari tahu siapa orang-orang dibelakang proyek ini, bagaimana track recordnya, proyek apa saja yang sudah dibangun, bagaimana ‘success rate’ dari proyek-proyek yang sebelumnya, bagaimana karakter developer ini.

Dimana lokasinya Ini sangat penting pada saat kita mau merealisasikan “profit” (menjual investasi) dari investasi. Apakah lokasinya bagus untuk proyek tersebut. Bagaimana potensi kenaikan harga tanah/property di

daerah tersebut? Untuk Commercial properties, lokasi juga menjadi sangat crucial.

Lokasi premium akan selalu memiliki kenaikan harga/equity yang lebih besar daripada daerah yang kurang premium.

Apa Konsepnya Apakah commercial property, residential, condotel, time share investment, free standing villa atau dalam kompleks. Bagaimana after salesnya, apakah akan dikelola atau jual putus, siapa yang akan mengelola, adakah return garansi dan bagaimana meng-exercise return garansinya dan lain sebagainya.

Sebagai Income Generating AssetCommercial Properties

Page 23: Money & I Vol. 31

23Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Info Property

Renon Square - Kombinasi Income & Prestige

Renon Square adalah sebuah kluster 6 ruko (Commercial Properties) yang terletak di jantung daerah Renon dengan lokasi yang sangat premium.

Renon Square memiliki design “modern classic” dengan “balinese touch”. Ruko ini dibangun sebagai gedung 3 lantai dengan parkir yang luas. Sejumlah 6 ruko / rukan, ini akan memiliki space parking (designated parking) masing-masing, akan tetapi untuk estetika dan kenyamanan bersama, lapangan parkir “tidak boleh” dipagar ataupun disewakan kepada “wisata kuliner”.

Renon Square merupakan lokasi yang sangat strategis untuk bisnis

seperti bank, insurance office, up market beauty /hair salon, showroom, prestige office.Sebagai investasi, Renon Square memang ditujukan untuk medium size investor, yang mau berinvestasi atau berbisnis dan menikmati ‘booming’ property market di daerah tersebut.

Di Renon Square ada 2 kombinasi potensi yang ditujukan untuk mendapatkan return , yang pertama dari Cash Flow (yang berasal dari bisnis penyewaan ruko atau income dari bisnis yang akan berlokasi disitu) dan Capital Gain (yang berasal dari nilai Ruko-Rukan tersebut yang meningkat karena adanya kenaikan harga tanah/properties didaerah tersebut). Jadi ada cash flow dari bisnis dan ada capital gain dari apresiasi nilai ruko.

Mengenai Capital Gain dari apresiasi harga atau nilai property, sebagai background saja, tanah sekitar area Renon dan sekitarnya naik 300% dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Sebidang tanah dilokasi sekitar, nilainya 13 kali lipat dibandingkan 10 tahun yang lalu (ini pengalaman pribadi yaaa).

Limited Unit AvailablePada saat ini hanya 2 (dua) unit Ruko yang masih tersedia. Harga akan terus disesuaikan dengan progress yang terjadi di lapangan.

Hubungi sekarang juga,

081916 268 868 untuk informasi lebih lanjut.

Note: Pada saat ini hanya 2 unit Ruko available for sale. Free Hold Ruko.

Page 24: Money & I Vol. 31

24 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Note from The Guru

Hermawan KartajayaAsia’s Leading Marketing Strategiest & CEO of Markplus Inc

Masa Ramadhan adalah masa yang pas untuk mawas diri. Tidak hanya bagi mereka yang beragama Islam. Tapi juga semua manusia,

khususnya di sini para pemasar. Krisis yang sedang menimpa sebagian warga bumi saat ini - entah krisis alam, keuangan, maupun sosial- menjadi bahan refleksi bersama bagi para pemasar untuk kembali lagi pada nilai-nilai manusia dan alam. Intinya, kerakusan bukanlah jalan agar bisnis bisa berkelanjutan. Greed is Not Good!

Masa Ramadhan ini menjadi masa yang tepat untuk kembali melihat proses bisnis. Apakah bisnis yang dijalankan tidak menyimpang dari nilai-nilai dan etika atau tidak. Apakah persaingan dengan merek lain dijalankan secara fair atau tidak. Tak jarang, nafsu untuk menguasai pasar, membuat pebisnis buta dengan cara menjelek-jelekkan pesaing. Termasuk juga menutup akses konsumen pada produk-produk pesaing. Praktik konkretnya bisa ditemukan dalam keseharian.

Sejauh manakah kita benar-benar mencintai pelanggan kita, lingkungan dan bahkan kompetitor kita?

Dalam kredo I Marketing 3.0, mencintai pelanggan dan menghormati kompetitor menjadi kunci sebuah bisnis bakal berkelanjutan di era sekarang. Konsumen yang makin cerdas dan berdaya menuntut bisnis bisa dijalankan penuh karakter dan kredibel.

Lalu, mengapa pesaing layak dihormati? Hadirnya pesaing membuat bisnis makin dikenal di masyarakat. Persaingan memudahkan edukasi pelanggan. Selain itu, pesaing juga akan membantu bisnis dalam memperbesar pasar. Seorang tukang bakso hanya memiliki pasar sempit ketika berjualan sendiri. Tapi, dengan adanya tukang-tukang bakso lain, pasarnya justru melebar. Lalu, persaingan membuat pebisnis selalu berpikir untuk maju dan inovatif agar tidak ketinggalan sama pesaingnya—sebuah kompetisi yang sehat. Dengan kompetisi pula, pebisnis bisa melakukan proses pemasaran yang lebih baik, khususnya dalam menonjolkan diferensiasi dari bisnisnya tersebut.

Alasan lain yang tidak kalah fundamental mengapa pebisnis wajib menghormati pesaing adalah hormat pada pesaing menjadi bukti komitmen merek mencintai

Hijrah keManusia dan Bumi

Page 25: Money & I Vol. 31

25Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Note from The Guru

pelanggannya. Merek yang tak bisa bermain fair pada pesaingnya adalah merek yang tidak bisa dipercaya. Jargon mencintai pelanggan akan jatuh pada jargon manipulatif semata. Sikap tak hormat pada pesaing suatu saat bisa juga diterapkan untuk pelanggannya -ketika pelanggan itu sudah tak berpotensi mendatangkan profit lagi.

Lalu, bagaimana dengan cinta pada lingkungan? Saat ini, sudah banyak perusahaan mulai memasukkan agenda pelestarian lingkungan dalam bisnisnya. Tapi, menurut saya, upaya pelestarian lingkungan tidak hanya sekadar upaya mendongkrak citra perusahaan di tengah tren - untuk tidak mengatakan latah- gembar-gembor kampanye pelestarian lingkungan ini. Dalam konsep Marketing 3.0, kepedulian pada planet menjadi langkah wajib -bukan sekadar sunnah - kalau perusahaan menginginkan bisnis yang berkelanjutan.

Banyak perusahaan yang emoh maupun ragu-ragu berinvestasi pada lingkungan karena menganggapnya sebagai berbiaya besar, buang-buang duit, bahkan ada yang takut bisnis akan merugi. Namun, dalam buku yang saya tulis bersama Philip Kotler Marketing 3.0, From Product to Customer to The Human Spirit (2010), disebutkan ada tiga peranan yang bisa diambil oleh perusahaan untuk ambil bagian dari misi pelestarian lingkungan, yakni sebagai inovator, investor dan propagator. Ada tiga contoh perusahaan yang mengambil ketiga peran itu. DuPont sebagai inovator. Wal-Mart sebagai investor. Timberland sebagai propagator.

DuPont merupakan perusahaan sains yang sudah beroperasi dua abad. Dulu, ia dikenal sebagai perusahaan pencemar lingkungan dan turut andil pada bocornya lapizan ozon Antartika. Tapi, berhasil mengubah diri menjadi perusahaan ramah lingkungan. DuPont sukses mengurangi emisi gas secara signifikan. DuPont juga berhasil mengintegrasikan pelestarian lingkungan ke dalam inti model bisnis dan operasionalnya. DuPont tak hanya mengurangi operasional yang membahayakan lingkungan, tapi juga menciptakan produk-produk yang mencegah kerusakan bumi. DuPont adalah satu contoh inovator lingkungan. DuPont tidak hanya membuat produk ramah lingkungan tapi menciptakan produk yang berpotensi menyelamatkan lingkungan dari kerusakan.

Wal-Mart lain lagi ceritanya. Dulu, ia juga dikenal sebagai ritel yang selalu bermasalah dengan orang dan lingkungan. Sampai delapan persen konsumennya berhenti berbelanja di ritel raksasa itu. Tapi, Wal-Mart mentransformasi diri sebagai perusahaan yang ramah orang dan lingkungan. Wal-Mart menggelontorkan ratusan juta dolar untuk mendesain ulang model bisnisnya. Ia menginvestasikan USD 500 juta pada tahun 2005 agar toko-tokonya mampu menghemat energi, truk-truknya mengurangi emisi gas beracun, dan sebagainya, Wal-Mart, dalam hal ini, contoh perusahaan yang mengambil peran inovator.

Ada lagi Timberland. Timberland merupakan perusahaan global dalam desain, teknologi dan pemasaran produk sepatu, pakaian dan aksesori berkualitas premium. Timberland menghidupi prinsip doing well by doing good. Tidak berhenti di sini. Timberland selain dikenal sebagai perusahaan ramah lingkungan, tapi juga perusahaan yang aktif berkampanye soal kesadaran lingkungan pada pelanggan dan masyarakat. Menurut saya, setali tiga uang dengan The Body Shop. Timberland dan The Body Shop menjadi contoh perusahaan yang mengambil peran propagator.

Ingin bisnis berkelanjutan? Mari sama-sama hijrah kembali kepada manusia dan lingkungan!

Banyak perusahaan yang emoh maupun ragu-ragu berinvestasi pada lingkungan karena menganggapnya sebagai berbiaya besar, buang-buang duit, bahkan ada yang takut bisnis akan merugi.

Page 26: Money & I Vol. 31

26 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 27: Money & I Vol. 31

27Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Muda, kaya dan terkenal, siapa yang nggak mau? Dari sekian banyak profesi di dunia, mungkin hanya musisi atau pekerja publik

figur saja yang bisa menawarkan ketiga hal tersebut. Itu pula yang menjadikan demam menjadi musisi saat ini tengah memuncak, semua beramai-ramai menjadi musisi, meski terkadang tidak ditunjang dengan kemampuan musikalitas yang baik. Namun demikian, industri ini tetap saja menunjukkan trend yang semakin meningkat. Bahkan penjualan album musisi lokal saat ini bisa mengalahkan penjualan album Lady Gaga atau artis mancanegara. Musik sudah menjadi tuan dirumah sendiri.Interested to dance into this business?

INDUSTRIYang Tak Lekang

Oleh Jaman

Page 28: Money & I Vol. 31

28 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Special Feature

Kemajuan teknologi yang revolusif ternyata memberikan dampak besar pada banyak industri, termasuk musik. Proses digitalisasi di

segala bidang berhasil membawa pita kaset dan tape player ke museum lebih cepat, saat ini hampir tidak ada lagi yang menggunakan teknologi tersebut, sama seperti ketika piringan hitam digeser oleh teknologi pita kaset. Padahal, musisi sangat menggantungkan hidupnya dari dua sumber utama, pertama penjualan kaset tape nya, kedua ketika perform di panggung.

Namun saat ini, ketika teknologi mengalami kemajuan, peluang lain dalam industri musik justru muncul dari sisi yang berbeda, bahkan lebih variatif. Penjualan album bukan lagi target utama, bahkan hanya dengan merilis satu single lagu saja, seorang musisi bisa mencapai tingkat popularitas yang tinggi. Saat ini, band seperti D’ Massive, The Rock dan Samson, mampu mengantongi milyaran rupiah hanya lewat aktivasi ring backtone lagu-lagu mereka, belum lagi dari tarif per sekali manggung. Sementara disatu sisi dunia televisi berlomba-lomba menayangkan hiburan live musik, dari yang pagi hari sampai di jam prime time. Berdasarkan survey, rating televisi mengalami kenaikan signifikan dengan menampilkan para artis atau musisi tersebut.

Proses digitalisasi disegala bidangberhasil membawa pita kaset dan tape playerke museum lebih cepat.

Page 29: Money & I Vol. 31

29Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Demikian pula dengan penjualannya dalam format MP3 atau digital, menjadi bintang iklan, soundtrack film atau sinetron dan banyak lagi. Inilah era baru industri musik tanah air, menggeliat dan menjadi tuan dirumah sendiri.

Fenomena ini ternyata tidak hanya ada di ibu kota, di daerah hal serupa terjadi. Di Bali, industri musik mengalami pertumbuhan yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir, khususnya lagu bergenre pop Bali yang sangat diminati. Lebih dari dua puluh tahun lalu tepatnya 1989, Ayu Laksmi, wanita dari Singaraja ini memulainya dan menjadi artis pertama yang sanggup go nasional, dijuluki Lady Rocker bersama Nicky Astria. Pasca Ayu Laksmi, industri musik di Bali seolah hilang dari peredaran, baru dua belas tahun kemudian tepatnya 2003, tiga pemuda dari gang Poppies Kuta mencuri perhatian dengan single hits nya Kuta Rock City. Band dengan nama Superman Is Dead ini menjadi trending topic, konsernya ditunggu dan tampil diacara-acara TV nasional, bahkan sampai jadi bintang tamu di acara Empat Mata. Lagunya berada di top hits radio-radio. Keberhasilan SID melakukan penetrasi pasar berhasil membawa mereka hingga tampil di mancanegara. Inilah trigger bangkitnya industri musik di Bali. Sejak itu berbagai band dan musisi timbul dan tenggelam di industri ini.

Hampir setiap waktu, ada artis-artis baru yang bermunculan menggeser yang lama, sementara yang baru pun tengah diantri oleh banyak musisi lain yang menunggu peluang dan saat yang tepat bisa naik panggung menggeser yang tengah ada. Kemajuan teknologi digital menjadikan industri di bisnis ini

demikian sederhana, terasa mudah namun tetap menggiurkan.

Bayangkan, jika musisi dulu membutuhkan setidaknya 10 lagu untuk direkam dalam satu album yang nantinya berupa kaset, proses rekaman dan mixing yang lama dan membutuhkan biaya besar, karena perlengkapannya memang tidak murah, kemudian promosi keliling daerah yang biaya transportasinya mahal dan pembuatan video klip yang juga menghabiskan dana besar. Sekarang, seorang musisi bisa populer bahkan hanya dengan 1 single saja, recording saat ini dapat dilakukan di studio kecil dengan kualitas sudah cukup baik, distribusinya dalam bentuk digital berformat MP3 dan sejenisnya yang bisa dijual lewat internat dan diputar oleh radio-radio secara gratis. Pembuatan video klip pun ternyata tidak mahal, untuk durasi 1-3 menit ada yang menawarkan jasa dengan biaya tidak lebih dari 1 juta rupiah dan digarap secara profesional. Dan televisi dengan senang hati menayangkan klip tersebut. Menjualnya di internet pun, nyaris tidak kena biaya, dan saat ini biaya transportasi akomodasi promosi ke daerah-daerah sangat murah. Inilah yang kemudian menjadikan bisnis di industri ini menjadi demikian sederhana dan orang beramai-ramai ikut berkecimpung di industri ini.

Namun ini pula yang menjadikan industri musik saat ini demikian kompetitif. Bila dulu seorang musisi bisa diingat hingga bertahun-tahun, sekarang nama band atau penyanyi dengan mudah hilang dari ingatan orang. Terlebih jika lagu yang mereka bawakan gagal hits dan tidak disukai pasar. Namun jika berhasil populer, maka sederet rupiah sudah mengantri untuk masuk kantong.

Saat ini, musisi bisa mendapatkan pendapatannya tidak hanya dari penjualan album, namun juga penjualan ring back tones, merchandising, konser atau show, menjadi bintang iklan atau soundtrack film bahkan jadi aktor atau artis film. Nama-nama miliarder muda Indonesia banyak diisi oleh nama-nama seperti Ahmad Dhani, Agnes Monica, ST Setia sampai Sm*sh. Dan bukan hanya para musisi yang ketiban untung, bak gula disarang semut, bisnis ini memancing banyak entitas lainnya untuk ikut nimbrung meraih keuntungan, operator selluler, production house sampai dengan event organizer. Siapa saja dan berapa kisaran keuntungan para musisi tersebut? Check This Out!

Special Feature

Page 30: Money & I Vol. 31

30 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Tahun 70-80-an, penjualan album seorang musisi tidak banyak, paling bagus menembus 200 ribu copy, namun Ebit G Ade disebut anak

ajaib ketika album Camelianya berhasil menembus 300 ribu copy, prestasi tersebut tidak bertahan lama saat Iwan Fals dengan album Sarjana Muda sukses melambungkan single hits Oemar Bakrie hingga menembus 1 juta copy. Di era 1990-an, bahkan ketika krisis moneeter terjadi, industri musik nyaris tidak terkena dampaknya, di era ini ramai-ramai Sheila on 7, Dewa, Padi, Slank dan Radja menembus 1 juta copy, bahkan di era tahun 2000-an Peterpan sanggup meraih 2 juta copy. Jika saja per satu album musisi mendapatkan seribu rupiah saja, maka setidaknya band-band ini membukukan minimal 1 milyar hanya dari penjualan albumnya saja. Padahal, penjualan album hanya bagian kecil dari pendapatan seorang musisi saat ini. Sungguh sebuah industri di lahan yang basah!

Belum lagi dari ring back tones, Samson dengan lagu Kenangan Terindah kabarnya diaktivasi 2.1 juta kali, dan lagu Ruang Rindu dari Letto mencapai 3.2 juta kali untuk dijadikan nada tunggu. Padahal, satu kali aktivasi setidaknya bertarif Rp. 5000 – 7000 / bulan, maka uang yang berputar di RBT untuk satu buah lagu bisa mencapai Rp. 10 milyar. Diperkirakan uang yang beredar di bisnis RBT mencapai lebih dari 1,3 trilyun. Wow.. hanya untuk nada tunggu yang akan didengarkan orang lain, masyarakat kita membelanjakan dananya hingga mencapai trilyunan rupiah. Tidak heran jika kemudian industri musik dewasa ini menjadi satu objek yang menarik untuk digarap. Padahal Bobby SID menyebutkan, bahwa pendapatan dari RBT hanyalah bonus, karena hampir 70% pemasukan band Superman Is Dead berasal dari show atau manggung. Lalu siapa saja mereka-mereka yang bergelut di industri ini?

Panen Rupiahdi Ladang KonserMulti Source Income Para Musisi

Page 31: Money & I Vol. 31

31Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Special Feature

Studio Recording / LabelAda dua jalur bagi musisi untuk menciptakan dan memasarkan karya, yang pertama jalur independent atau biasa disebut Indie Label, karena memproduksi dan memasarkan lagu-lagunya secara mandiri, dan kedua direkrut major label atau perusahaan besar seperti Sony atau Aquarius yang memberikan langsung jasa recording. Namun tidak semua musisi direkrut mayor label, yang umumnya hanya mencari band atau musisi yang punya lagu-lagu populer. Maka jadilah banyak musisi yang terjun dijalur indie, dan otomatis mereka membutuhkan recording untuk merekam karya mereka. Saat ini di Bali nama Pregina Record dan Antida

Studio salah satu yang paling sering mendapat order. Diperkirakan omzet dari studio recording ini mencapai Rp. 30-50 juta per bulannya.

Event Organizer [EO]Nama Java Musikindo yang digawangi Adrie Subono adalah salah satu yang tersukses di Indonesia. Namun tidak sedikit EO lokal yang aktif menggelar acara live musik dan umumnya menggandeng perusahaan rokok sebagai sponsor. Jika dalam satu kali show outdoor bisa mendatangkan minimal lima penonton saja, dengan tarif biaya masuk Rp. 30 ribu, maka setidaknya 150 juta dikantongi oleh EO, walaupun biasanya mereka mendapat suntikan lain dari sponsor yang targetnya diacara-acara seperti ini adalah branding.

Show / KonserBand Padi pernah menyampaikan, album boleh tidak laku, tapi show harus tetap laku. Inilah jalur yang paling banyak memberikan pemasukan bagi musisi. Saat ini nama-nama seperti Nidji, The Rock dan band-band papan atas lainnya diperkirakan memiliki tarif dikisaran 50 – 100 juta per sekali manggung. Di Bali, band seperti SID dalam official websitenya, sub page question answer menyiratkan tarif SID per sekali manggung kisaran 10 juta, namun bisa saja gratis jika dilakukan untuk kegiatan amal. Jika per minggu bisa manggung minimal 1 kali, maka dari perform digpanggung saja seorang musisi bisa meraih puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Operator CellulerSaat ini, tiap operator menentukan tarif yang berbeda

Foto

: ww

w.in

done

siak

reat

if.co

m

Page 32: Money & I Vol. 31

32 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

per sekali aktivasi. Namun baik bagi musisi ataupun operator, inilah ladang memanen rupiah mereka yang baru dan menjanjikan. Jika satu single saja populer dan menuai banyak unduhan dari konsumen, hasil yang diperoleh musisi bisa jadi lebih besar dari penjualan albumnya.

Album [CD / Kaset]Dulu, penjualan album baik berupa CD atau kaset adalah sumber utama musisi, namun saat ini tidak lagi, terlebih ketika pembajakan mencapai 80% dari penjualan album seorang musisi, maka pilihan mereka tidak banyak sekedar untuk memperkenalkan lagu mereka lewat jalur utama ini, walaupun dari pemasukan mungkin penjualan album adalah bagian terkecil.

On LinePenjualan lagu lewat internet di Amerika sudah menjadi salah satu tambang emas bagi musisi, namun di Indonesia hal ini masih belum terjadi, kuatnya pembajakan menyebabkan jalur penjualan ini agak terhambat. Namun demikian seiring waktu dan perkembangan sangat mungkin jalur ini mencapai tingkat kedewasaannya seperti di negara-negara maju

Media Elektronik [TV/Radio]Acara live musik di televisi mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir, baik yang pagi hari ataupun di jam prime time. Rating yang tinggi menjadikan acara yang menghadirkan para musisi ini terus dilirik.

Production HouseDemikian pula dengan soundtrack film atau sinetron, Melly Goeslow adalah salah satu yang terlaris di tingkat nasional. Bahkan disatu sisi bagi musisi selain memberikan penghasilan langsung, ketika lagunya dijadikan soundtrack membuka peluang penjualan album yang lebih besar, beberapa band mengalami hal ini. Untuk sinetron, lagu para musisi yang ditampilkan mendapat bayaran Rp. 1-2 juta per episode, jika 200 episode, maka tinggal dikali saja pendapatan para musisi tersebut. Apalagi jika sampai dijadikan bintang iklan, mulai dari iklan mie instan sampai dengan obat batuk, menggunakan musisi sebagai bintangnya. Banyaknya basis penggemar mereka diharapkan mampu menggiring konsumen untuk membli produk yang menggunakan mereka sebagai ambasador-nya.

Channel lain [Merchandise, distro dll]Saluran lain bagi musisi adalah penjualan merchandise yang biasanya disalurkan lewat distro-distro, walaupun tidak banyak mungkin namun tetap saja memberikan tambahan bagi mereka. Khususnya bagi musisi lokal, Nanoe Biru misalkan penembang lagu berlirik Bali ini termasuk salah satu musisi yang merchandise nya mulai dari stiker sampai syal berlogo bebuda [komunitas fans Nanoe Biroe] laku keras.

Special Feature

Page 33: Money & I Vol. 31

33Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Special FeatureLalu bagaimana meniti karir sebagai musisi? Saat ini musisi yang muncul dengan cepat dan instan, umumnya cepat juga dilupakan

dan hilang dipasaran, namun musisi jaman dulu yang meniti karirnya dari bawah bahkan jalanan, biasanya mencapai popularitas yang panjang, katakan saja Iwan Fals. Faktor lainnya adalah inovasi dan menjadi yang pertama, di Bali nama Widi Widiana boleh dibilang sebagai legenda hidup musisi pop Bali, dan sekalipun banyak musisi pop Bali yang terus bermunculan, tetap saja nama Widi disejajarkan pada baris teratas. Keberhasilan Widi bisa jadi karena profilnya sebagai penyanyi pop bahasa Bali generasi pertama, sebelum

kemudian diikuti oleh artis lainnya. Atau mungkin memperkenalkan genre musik baru, punk rock yang ngetop di Amerika, tidak banyak dilirik oleh band nasional sebelum digebrak oleh Superman Is Dead. Menjadi musisi adalah sebuah profesi yang berada pada persaingan yang ketat. Itu sebabnya kenapa kemudian banyak musisi yang sudah tidak lagi diterima pasar memilih menjadi produser, membuka distro atau recording. Mereka menyadari bahwa berada dipuncak popularitas tidaklah selamanya. Lalu siapa saja musisi Bali yang saat ini cukup berhasil memenangkan ketatnya kompetisi dijalur ini?

YOUNG, RICH & FAMOUSYOUNG, RICH & FAMOUS

Julukannya Lady Rocker, menasional di tahun 1989 namun gagal di album keduanya yang dirilis tahun 1993. Sejak itu Ayu lebih banyak tampil di café-café dan sempat tampil sebagai salah satu pemeran di film besutan Garin Nugroho Under the Tree. Dan belakangan mulai bangkit kembali bermusik, namun kali ini tidak dengan lagu-lagu yang dulu pernah mempopulerkannya, namun bernuansa magis berjudul Svara Semesta.

Lelaki bernama lengkap I Dewa Gede Budjana ini mungkin tidak tepat disebut sebagai musisi yang go nasional, namun memang meniti dan mencapai puncak karirnya di ibukota. Terlahir bukan dari keluarga musisi dan belajar gitar secara otodidak. Pria kelahiran Klungkung ini memulai karirnya dengan lagu Nusa Damai yang meraih award prestisius ditahun 1984. Selepas pendidikan akademiknya, Budjana memutuskan merantau ke Jakarta dan bejalar musik Jazz dengan Jack dan Indra Lesmana. Belakangan pada tahun 1994 bergabung dengan grup band Gigi dan melahirkan banyak karya bersama band yang digawangi oleh Armand Maulana tersebut.

Nama Didi Kempot boleh jadi bergaung di Jawa tengah, tapi nama Widi Widiana berani disejajarkan untuk daerah Bali. Konsisten menelurkan album pop berbahasa Bali, tidak berlebihan untuk menyebut Widi sebagai pelopornya. Saat ini sudah begitu banyak musisi lain yang mengikuti rekam jejaknya, dan juga menuai kesuksesan yang sama, sebut saja seperti Dek Ulik.

Page 34: Money & I Vol. 31

34 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Special Feature

Sama seperti Budjana, sebagai musisi perangkatnya adalah gitar. I Wayan Balawan yang lahir di Gianyar, 9 September 1973 adalah pemusik Jazz Indonesia. Balawan adalah seorang gitaris Jazz yang namanya melejit dan semakin difavoritkan di Indonesia dengan teknik bermain gitar Touch Tapping Style. Balawan membentuk Batuan Ethnic Fusion yang mengusung eksplorasi musik tradisional Bali.

Band yang mempopulerkankan punk rock di Indonesia, mengawali karir dari Kuta dan hits lewat tembangnya Kuta Rock City. Personilnya 3 orang pemuda yakni Bobby Kool (lead vocal, guitar, a dog lover and a graphic designer), Eka Rock (laid back bass and backing vocal) dan Jrx (drummer). Terbentuk sejak tahun 1995 dan populer ditahun 2003-an, sudah mengeluarkan beberapa album yang sebagian besar terjual laris dipasaran. Lebih jauh mengenal SID dapat dilihat pada interview kami bersama Vocalis mereka Bobby.

Made Bawa, nama itu mungkin asing bagi Anda, namun jika menyebut Lolot, maka publik di Bali umumnya mengenal nama tersebut. Pria kelahiran Denpasar ini mampu menjual albumnya hingga 60.000 keping, bahkan beberapa sumber menyebut 75.000 keping untuk album debutnya yang beredar pada bulan April 2003, Gumine Mangkin. Semua lagu-lagunya dibawakan dengan bahasa Bali. Cuma bedanya, yang ini dbawakan dengan gaya punk rock, tidak pop seperti lagu berbahasa Bali lainnya.

Band yang dibentuk tahun 1996 ini awalnya hanya memiliki dua personil, Robi dan Dankie. Namun belakangan personil nya bertambah maka terbentuklah Navicula. Aliran musiknya grunge terinfluence dari band Nirvana. Tahun 2004 lalu band ini menandatangani kontrak dengan Sony-BMG sebuah major label yang menangani album ke 4. Namun album ke 5 mereka sampai dengan yang terbaru kembali dijalur indie.

Terlahir dengan nama I Made Murdita, di Denpasar 1982. Namun kemudian lebih dikenal dengan nama Nanoe Biroe. Hampir sama dengan Lolot, Nanoe Biroe juga berhasil menjual albumnya yang pertama “Suba Kadung Metulis” hingga 48.000

ribu kopi. Dan diikuti dengan munculnya komunitas fans mereka yang disebut Beduda. Selain lewat musiknya, lelaki berambut gimbal ini juga berhasil menjual merchandise nya, dan bisa dibilang musisi dengan penjualan merchandise yang bagus. Mulai dari stiker, pin, emblem, t-shirt, kemeja, boxer sampai gesper dan topi. Bahkan fansnya sekarang tidak hanya ada di Bali, namun sudah ada Beduda Lombok, Banyuwangi, Bandung, Yogya, Manado, Palu dan Lampung.

Page 35: Money & I Vol. 31

35Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 36: Money & I Vol. 31

36 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Interview

Grup punk rock asal Kuta, Bali yang digawangi oleh Bobby Cool (vokal), Eka Rock (gitar) dan Jerinx (drum) tetap konsisten menelurkan

karya-karya mereka sekalipun saat ini pasar lebih menyukai lagu-lagu pop melayu sebagaimana saat ini tengah booming. Nama Superman Is Dead, yang memiliki makna filosofis bahwa bahwa tidak ada manusia yang sempurna, mengawali karir bermusik mereka pada tahun 1995, ketika itu warna musik mereka sangat kental dengan pengaruh dari luar seperti Green Day dan NOFX.

Sebelum digaet oleh Sony Music Indonesia, SID lebih banyak merilis albumnya dalam bentuk indie label. Beberapa yang pernah diluncurkan secara indie adalah Case 15 (1997), Superman Is Dead (1998) dan Bad Bad Bad (2002). Sedangkan album yang berada di bawah major label Sony yakni Kuta Rock City (2003) yang kemudian meledak dipasaran, The Hangover Decade (2004) dan Black Market Love (2006). Dan pada tahun 2009 lalu, SID merilis album terbarunya yang bertitel Angels and Outsiders! Menjagokan single Kuat Kita Bersinar.

Langkah fenomenal SID bisa disebut berawal pada Agustus 2002 saat mereka menjadi band pembuka Hoobastank di Hard Rock Hotel, Kuta, Bali. Kemudian pertengahan September 2002 SID sukses tampil di Senayan pada acara Puma Street Games. Berlanjut pada beberapa penampilan lainnya hingga mereka diwawancara oleh MTV Sky, M97 FM, Prambors dan

Springboard To The World

diekspos oleh hampir seluruh majalah remaja populer nasional. Di Majalah Hai edisi tahunan 2002-2003 misalkan, SID bersama Rocket Rockers disebut sebagai The Next Big Thing. Bahkan oleh oleh MTV Trax SID dinobatkan sebagai band potensial pada tahun 2003. Bagaimana mereka mencapai semua itu, dan apa proyek mereka berikutnya, Bobby sang vokalis, yang belakangan juga kemudian berkecimpung dalam dunia bisnis clothing dan recording, menuturkannya kepada Arif Rahman.

Di kancah musisi dengan format band, nama Superman Is Dead atau biasa disebut SID adalah sedikit band yang mampu menancapkan kukunya dipasar nasional bahkan manca negara.

Foto

: haj

e.st

uden

t.um

m.a

c.id

Page 37: Money & I Vol. 31

37Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Bagaimana awalnya bergabung dengan SID?

Awalnya Saya bertemu dengan JRX (drumer), di rumahnya gang Poppies 2 Kuta, kemudian kami ber-jamming lewat lagu-lagu Green Day. Pada saat itu saya sangat senang bisa main band dan hampir setiap hari datang ke gang Poppies 2 Kuta untuk jamming. Beberapa bulan kemudian kami bertemu dengan Eka Rock (bass) dan resmilah SID terbentuk pada tanggal 18 Agustus 1995. Seiring waktu kami memutuskan

untuk membuat lagu ciptaan sendiri dan mencoba unjuk gigi di beberapa acara musik lokal di Denpasar dimana pada saat itu antusiasme penonton sangat bagus terhadap penampilan kami.

Apa yang sudah dilakukan SID hingga bisa bertahan di industri ini bahkan semakin besar, mengingat sedikit dari band lokal [bahkan nasional] yang mampu berbicara dipentas internasional?

Selain kerja keras dan fokus ke musik, kami konsisten menelurkan album, dan sampai sekarang sudah ada 7 album, 3 dari album indie dan 4 bersama major label yang bernaung di bawah Sony Music Indonesia. Kemudian manggung dari seputaran Bali, luar pulau Bali dan sampai luar negeri. Hal yang terpenting adalah semangat, eksistensi, kerja keras, disiplin serta didukung oleh manajemen yang solid, itu yang membuat kami bisa mencapai itu semua.

Mampu go national bukan perkara mudah, selain SID rasanya belum banyak yang sanggup melakukannya dari musisi Bali?

Memang tidak mudah kalau hanya bisa berharap, memiliki konsep, misi dan manajemen merupakan trigger kita untuk go national, mulai dari penulisan lirik yang membangun serta belajar untuk menalar sesuatu yang akan kita tuangkan dalam lirik lagu.

Adakah konsep marketing dan bisnis yang dilakukan SID selama ini?

Saat ini kami hanya merapikan manajemen perusahaan yang kami kelola, dan masing-masing mempunyai

Page 38: Money & I Vol. 31

38 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Interview

kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan itu semua. Saya mempunyai tugas di bagian design atau art work, JRX di bagian publikasi dan propaganda yang dituangkan lewat media-media seperti website, sementara untuk media elektronik dikelola oleh Eka Rock.

Dengan terbukanya sekat informasi, menjadikan bisnis musik saat ini demikian berkembang dengan pesat. Apakah hal ini juga memberikan dampak bagi SID?

Sangat berdampak besar bagi kami, disini kami bisa melihat, berkomunikasi, memberikan data-data, menerima masukan, kritik atau saran.

Apakah pegiat seni khususnya di Bali saat ini sudah bisa menjadikan musisi sebagai profesi?

Saya kira saat ini belum bisa, terutama di pegiat seni musik, karena masih banyak musisi-musisi yang mempunyai perkerjaan sampingan dan menjadikan pekerjaan di musik hanya sebatas hobby.

Bagaimana dengan SID, dari mana saja porsi terbesar pendapatannya?

Konser atau pentas panggung yang terbesar, hampir 70%, penjualan merchandise sekitar 20% dan sisanya

dari penjualan album [CD atau Kaset], penjualan lagu via Internet, bintang iklan dan RBT.

Saat ini dalam sebulan berapa kali manggung?

Rata-rata 3 kali sebulan.

Berapa total penjualan album-album SID saat ini khususnya yang terakhir?

Sampai saat ini untuk penjualan fisik album SID, menurut informasi dari Sony Music masih menempati posisi pertama diantara seluruh artis di Sony Music Indonesia

Bagaimana dengan royalti dari RBT?

Pendapatan dari RBT menurut saya hanya bonus saja, tidak terlalu mempengaruhi pendapatan dari SID seperti dari konser dan merchandise

Rasanya banyak album SID yang dibajak, bagaimana bersikap pada pembajakan tersebut?

Sepertinya bukan wilayah saya untuk menghapus para pembajak di muka bumi ini, tetapi wilayah penegak hukum, dan kami hanya bisa mendukung. Dan saat ini saya masih prihatin terhadap kebrutalan para pembajak “seolah Tuhan pun tidak bisa mengatasinya”

Page 39: Money & I Vol. 31

39Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Bagaimana pendapat Bobby pada perkembangan bisnis musik saat ini di Bali?

Masih saja pasang surut tetapi pantang untuk menyerah, apalagi mati.

Genre musik pop Bali juga saat ini tengah trend, ada pendapat soal ini?

Saya kira setiap genre musik ada pasang-surutnya, tetapi attitude dan genre yang kita suka pasti selalu melekat dan akan kita bawa sampai mati, dan musik apapun yang sedang berkembang saat ini adalah sebuah seni.

Saat ini Bobby memiliki usaha clothing dan juga studio rekaman, dari tahun berapa memulai bisnis ini mengapa menggeluti usaha ini?

Saya membuka usaha clothing dengan brand milik sendiri yakni Electrohell mulai dari tahun 2003, mengingat pada tahun itu di Bali banyak di dominasi trend produk surfing, susah sekali mendapatkan brand clothing yang konsepnya musik dan life style. Setahun kemudian saya membuka usaha recording yang bernama Electrohell Audio Recording, untuk mendukung band Bali supaya bisa membuat album dengan kualitas skala nasional tanpa harus pergi ke industri besar Jakarta. seperti SID pada saat membuat album pertama yang kami garap di studio yang saya buat sendiri.

Bagaimana perkembangan usaha clothing tersebut hingga saat ini?

Menurut saya usaha clothing saya yang sudah berjalan 9 tahun ini berkembang secara perlahan namun pasti dan semakin meningkat. Saya masih terus berusaha belajar dan meningkatkan kualitas produksi supaya bisa memenuhi standar international karena clothing saya bergelut di persaingan brand international.

“Saya membuka usaha clothing dengan brand milik sendiri yakni Electrohell mulai dari tahun 2003, mengingat

pada tahun itu di Bali yang di dominasi trend produk surfing, susah sekali

mendapatkan brand clothing yang konsepnya musik dan life style...”

Page 40: Money & I Vol. 31

40 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Dengan adanya studio rekaman, apakah Bobby juga berperan sebagai produser?

Karena saat ini totalitas saya masih di SID dan clothing, maka untuk saat ini memproduseri band-band di Bali belum bisa fokus dan terlaksana. Pada awal berdirinya studio rekaman saja saya sempat mengeluarkan beberapa album band dan kompilasi.

Band atau artis mana yang sudah diorbitkan?

Navicula, The Hydrant, Kaimsasikun, Maximum Rock ‘N Roll Monarchy, The Bulhead

Apa yang menjadi nilai tambah dari studio tersebut ketimbang kompetitor atau usaha sejenis lainnya?

Studio kami banyak memberikan masukan dan ide-ide terhadap band-band lokal yang belum berpengalaman membuat musik dengan kualitas skala nasional. Selain itu kami didukung oleh sound engineer yang sudah berpengalaman mengerjakan band-band skala nasional.

Adakah rencana lain kedepan untuk SID, clothing dan studio rekamannya?

Untuk SID meluncurkan album kedelapan, untuk usaha clothing meningkatkan kualitas produknya dan studio rekaman mengeluarkan kompilasi album band di seluruh Indonesia.

Interview

“Studio kami banyak

memberikan

masukan dan ide-ide

terhadap band-band

lokal yang belum

berpengalaman

membuat musik

dengan kualitas skala

nasional...”

Page 41: Money & I Vol. 31

41Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 42: Money & I Vol. 31

42 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

“Semua orang Indonesia tampaknya dilahirkan sebagai seniman. Anak mudanya sangat cerdas. Mereka menari, menggambar, bermain gitar, perkusi dan semua bisa menyanyi dengan indah. Sangat banyak bakat yang kulihat! Tapi sedikit pengakuan dan tidak ada bimbingan yang serius atau fasilitas. Terlepas dari industri mainstream, tidak ada sektor seni yang profesional dan independen."

One Dollar For MusicKreatifitas Sebuah Investasi Jangka PanjangPuluhan bahkan ratusan artis baik penyanyi dan grup band lahir dan eksis di perindustrian musik Indonesia setiap minggunya.

Satu fenomena yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain, satu hal yang membanggakan

mengingat kreatifitas ini digawangi oleh kaum muda. Karena ternyata di Indonesia, masih banyak orang yang memiliki bakat terpendam dan tengah menunggu kesempatan untuk meraih sukses dalam bidang seni yang mereka kuasai. Setidaknya inilah yang diyakini oleh guru konservatori Rotterdam, Belanda Raoul Wijffels, yang singgah ke Indonesia untuk meneliti perkembangan musik dinegara ini pada tahun 2006 silam.

Saat itu Raoul Wijffels berkata “Semua orang Indonesia tampaknya dilahirkan sebagai seniman. Anak mudanya sangat cerdas. Mereka menari, menggambar, bermain gitar, perkusi dan semua bisa menyanyi dengan indah. Sangat banyak bakat yang kulihat! Tapi sedikit pengakuan

dan tidak ada bimbingan yang serius atau fasilitas. Terlepas dari industri mainstream, tidak ada sektor seni yang profesional dan independen.”

Dalam penelitiannya Raoul Wijffels menemukan banyak fakta menarik yang menyentuh hatinya saat dia melakukan banyak percakapan dengan anak muda Indonesia, guru – guru, orang tua hingga

pemerintah setempat. Bersumber dari penelitiannya itulah kemudian Raoul Wijffels beserta sekelompok musisi dari Indonesia kembali ke Belanda untuk merencanakan suatu usaha yang bisa mereka gunakan sebagai wahana penampungan seni dan kreatifitas para anak–anak muda di Indonesia. Setahun kemudian, rencana Raoul Wijffels terlaksana, dibentuklah suatu organisasi yang bertujuan untuk menampung seni dan kreatifitas para anak muda Indonesia yang “terlantar” dan diberi nama One Dollar For Music. Sebuah organisasi nirlaba (non-profit), yang mengkhususkan diri pada kemajuan dan tumbuh kembang kreativitas serta seni dalam diri seseorang terutama anak – anak muda.

Setiap anggota yang bergabung dengan komunitas ini, cukup membayar $ 1 setiap bulannya, dan bisa mengikuti aktivitas serta kegiatan didalam komunitas ini. Itulah sebabnya gerakan ini bernama One Dolar for Music!

Misi komunitas ini mendukung pengembangan kreatifitas pada dua bidang, yakni pendidikan dan komunitas. Hal itu didasari karena pemerintah lebih mengutamakan pendidikan dari pada pengembangan seni dan kreatifitas saat umur

Raoul Wijffels

Page 43: Money & I Vol. 31

43Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Community

ABG Karet Band(Young Elastic Band)

Di bentuk pada tahun 2007, dengan Komposisi lintas budaya yang menggabungkan musik rock modern dengan gamelan Bali oleh para musisi muda dan penari dengan usia 12 tahun hingga 18 tahun.

Young Accoustic Composers

Di bentuk pada tahun 2008 yang kegiatannya adalah Penulisan lagu oleh para anak muda yang putus sekolah, dengan usia mulai dari 12 tahun sampai 18 tahun.

Young Sounds of Bali

Di bentuk mulai tahun 2008 hingga tahun 2010 dengan Pembuatan musik yang terinspirasi dari suara lingkungan sekitar dan di buat oleh anak muda berusia mulai dari 15 tahun hingga 25 tahun.

Young Sounds of Indonesia

Di bentuk pada tahun 2011 dengan program untuk 12 provinsi di Indonesia, pelatihan dan pemberian pekerjaan bagi musisi yang menganggur. Lokakarya dan pertunjukan bagi remaja didalam kerjasamanya dengn mitra lokal, LSM, komunitas muda dan lembaga pemerintahan setempat.

seorang anak belum memasuki kategori produktif untuk bekerja. Selain itu, One Dollar For Music kerap menggelar kegiatan berbasis pendidikan seperti workshop bagi siswa, dukungan untuk acara kreatif di sekolah, serta konsultasi untuk manajemen sekolah & dewan mahasiswa. Sedangkan untuk kegiatan umum One Dollar For Music untuk bidang komunitas dengan memberikan dukungan untuk kegiatan kreatif, pelatihan dan konsultasi bagi tokoh masyarakat pemuda serta membantu dalam penggalangan dana.

Dengan kegiatan tersebut, komunitas ini berharap mampu membantu anak-anak muda mengembangkan kepercayaan diri mereka, baik secara mental, emosional dan sosial bahkan untuk jangka panjang. Mereka percaya, pelatihan singkat tidak menciptakan perubahan yang abadi, karenanya investasi One Dollar For Music dalam program jangka panjang mereka dengan pengembangan kapasitas, sehingga proses kreatifitas menjadi sebuah konsep yang berkelanjutan dalam masyarakat.

One Dollar For Music juga memiliki misi untuk menjamin bahwa kaum muda memiliki akses ke dalam pelatihan profesional dan fasilitas di musik, dengan 'kreasi mereka sendiri' sebagai titik awal tanpa ada persyaratan yang dibuat dalam menentukan gaya bermusik, satu hal yang kerap kali dihadapi oleh musisi berlabel besar yang dipaksa untuk berkreasi sesuai dengan tuntutan pasar. Di komunitas ini, para kaum muda bebas mengekspresikan diri mereka sendiri.

Raoul Wijffels berharap Yayasan One Dollar For Music itu bisa menjadi tempat tujuan bagi para anak muda yang ingin mengasah dan mengembangkan bakat yang mereka miliki.

Page 44: Money & I Vol. 31

44 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Jika di kantor kas BPR Lestari Sanur memiliki lounge dengan pemandangan eksotik hamparan padang golf, maka cabang BPR Lestari ke 9 di WR

Supratman ini tidak kalah istimewa, pasalnya di cabang paling bungsu ini, kantor BPR Lestari WR Supratman memiliki fasilitas super lengkap dan tetap cozy layaknya kantor kasnya yang lain. Bagaimana tidak, Lestari Institute Business School, salah satu dari grup lestari yang tadinya berkantor di pusat Teuku Umar, saat ini

BPR Lestari WR Supratmanberkantor di cabang ini, demikian pula dengan MIM dari MarkPlus. Maka fasilitas 2 ruangan kelas dengan kapasitas yang berbeda tersedia di cabang ini. Bahkan di hari pertama pembukaannya, ruang kelas tersebut tengah dijajaki pelatihan dengan pembicara Made Muku, selang dua hari digelar seminar property yang bekerjasama dengan Panangian School of Property. Dengan hadirnya cabang BPR Lestari ini, maka di ruas jalan WR Supratman terdapat 2 cabang Lestari

Page 45: Money & I Vol. 31

45Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Lestari Wr. Supratman

sekaligus, karena sebelumnya sudah berdiri cabang WR Supratman Tohpati. Dengan ini diharapkan warga sekitar akan lebih mudah untuk mendatangi cabang-cabang terdekat. Untuk kantor kas nya sendiri, dipimpin oleh I Kadek Edy Setiawan dan membawahi 6 orang staf. Pria jebolan Bank Dagang Bali tersebut yakin bisa mencapai target yang diberikan kepadanya.

“Kami sangat optimis karena pasar yang sangat potensial, warga disini penduduk asli semua, yang sangat fanatik sekali, yang penting pendekatannya tepat,” demikian ujar pria yang sebelumnya menjabat sebagai Easy Cash Manager tersebut.

“Jadi rencana kami, mulai hari ini [saat hari pertama pembukaan] kita akan door to door sambil kenalan ke masyarakat sekitar. Dan kita bawa majalah Money & I sebagai media berkenalan dengan mereka, dan kebetulan juga kepala lingkungan disini punya bisnis, mungkin bisa pendekatan dari sini,” ujarnya lagi.Kantor cabang yang dibangun diatas tanah seluas 8 are tersebut terdiri dari 3 lantai, dimana terdapat ruang parkir yang sangat memadai dan kantor kas yang nyaman berada di lantai 1. Ruang kelas dengan kapasitas 20-30 orang di lantai 2 bersamaan dengan kantor Lestari Institute dan MIM serta sebuah lounge nyaman, dan ruang pelatihan dengan kapasitas mencapai 200 orang berada di lantai 3 menjadi fasilitas terlengkap yang dimiliki kantor kas yang satu ini dari semua kantor kas Lestari lainnya.

Page 46: Money & I Vol. 31

46 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Rekreasi dan relaksasi, itulah sebagian besar tujuan para wisatawan yang berkunjung ke Bali, dan hal ini pula yang menjadikan supply akan

kebutuhan tersebut selalu tersedia di Bali. Mulai dari fasilitas berjemur di pantai, yoga sampai spa untuk relaksasi. Dan bila pilihannya menikmati spa, maka salah satu yang menarik untuk dikunjungi adalah My Spa.

Spa yang menawarkan tempat nyaman dan higienis perpaduan khas Bali dan Jepang ini dimiliki oleh Made Sri Sindrayani, sudah berdiri sejak tahun 2007 lalu, bermula dari hobi pergi ke spa dan sering mengantarkan kawan-kawannya yang berasal dari luar negeri, Sri kemudian tertarik untuk mendirikan tempat spa-nya sendiri. "Dulu saya hobi spa, dan banyak kawan saya yang dari luar negeri ingin menikmati spa khas Bali yang berkualitas, namun dekat dengan tempat aktifitas mereka disini, yang umumnya mereka sedang kursus di Bali. Dari hobi, dorongan dan pertimbangan dengan kawan dan kerabat, akhirnya kita putuskan untuk membuat tempat spa sendiri," terangnya.

Sri Sindrayani awalnya berniat untuk membeli Spa waralaba, namun karena proses administrasi, standar dan konsep yang tidak sama dengan yang ia inginkan,

maka Sri memutuskan untuk membuat spa dengan brand-nya sendiri, maka lahirlah My Spa tepatnya pada tanggal 8 Januari 2007. “Sempat berpikir untuk franchise, namun setelah dipikir-pikir akhirnya kita putuskan untuk membuat brand sendiri, dengan nama My Spa. Nama itu juga karena terdengar sangat familiar, serta terasa ada kesan memiliki," jelasnya mengenai latar belakang My Spa. Tempat yang berkualitas selalu hadir dari hobi yang selaras, mungkin ini kata yang tepat untuk menggambarkan My Spa saat ini.

Tempat dimana My Spa berdiri telah dibangun sejak tahun 2006, namun untuk mendapatkan ijin resmi dari pemerintah, My Spa harus menunggu hingga setahun untuk mendapatkan seluruh lisensi yang legal. "Kita harus menunggu ijin sampai 1 tahun untuk benar-benar mendapat ijin yang legal serta menunjukan spa kita betul-betul spa, bukan tempat yang lain," ungkapnya. Walaupun di fase awal ketika spa ini dibuka hanya dikunjungi oleh masyarakat lokal dan segelintir tamu asing, namun berkat marketing dari mulut ke mulut, serta kerja sama dengan travel agent, membuat My Spa kini banyak diminati dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.

Spa yang berada dikawasan Gatsu barat ini, berkonsep

My Spaa spa for everyone

Page 47: Money & I Vol. 31

47Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Lestari First

“My Spa sangat memperhatikan higienitas dan kualitas perawatan, dimana hal ini menjadi competitive edge untuk kami”

Made Sri Sindrayani

Page 48: Money & I Vol. 31

48 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Lestari First

Bali minimalis, mix dengan lifestyle ala Jepang, dimana setiap tamu yang datang akan disajikan kualitas perawatan yang prima terutama dari sisi higienitas khas negeri sakura. Sri menambahkan, higienitas termasuk salah satu keunggulan dari spa ini, disamping kualitas jenis-jenis terapi yang ditawarkan. “Selama ini tamu kita banyak yang berasal dari Jepang, dan mereka sangat memperhatikan higienitas, sehingga kami mengkonsep sedemikian rupa untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para tamu, " ungkapnya.

My Spa memiliki 14 room menawarkan berbagai terapi, dari massage, body treatment, hingga beauty treatment, dan terapi yang menjadi favorit disini adalah terapi warm stone massage. "Disini hampir semua layanan spa tersedia, namun treatment yang paling banyak diminat itu warm stone massage", imbuhnya.

Setelah berkembang hampir 5 tahun lamanya, My Spa berencana untuk memperluas keberadaanya, untuk dapat menampung lebih banyak wisatawan yang menikmati spa disini. “Kita ada rencana untuk terus melakukan pengembangan nantinya, karena banyak peminat. Namun kita belum berpikir untuk membuka cabang ketempat lain, walau selama ini banyak teman yang telah menawarkan tempat untuk membuka My Spa ke pusat pariwisata seperti Nusa Dua, Kuta, bahkan di luar negeri, tapi kita belum berpikir kearah sana, kita masih ingin fokus disini dulu”, terangnya.

Dengan kualitas tinggi, anda tidak perlu merasa khawatir akan harga yang ditawarkan, karena My Spa memiliki motto 'a spa for everyone', “Kita ingin memperlihatkan bahwa spa yang berkualitas itu dapat dinikmati dengan harga yang terjangkau, sehingga semua orang juga dapat menikmati spa, ini merupakan keunggulan utama yang kami tawarkan," terangnya. Bagi anda yang berminat untuk menikmati spa higienis dan berkualitas, serta memanjakan tubuh dan pikiran, dapat mengunjungi My Spa yang beralamat di jalan Gatot Subroto Barat No. 10, atau dapat menghubungi nomor telepon di 0361 416130 untuk reservasi lebih lanjut. Untuk anda nasabah Lestari First, nikmati penawaran khusus yang diberikan untuk Anda.

Page 49: Money & I Vol. 31

49Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Jl. Gatot Subroto Barat No. 10 Denpasar

Telp. 0361. 416130 / 438087

Page 50: Money & I Vol. 31

50 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Smart Family

Suzana ChandraManaging Director, Lestari Living

Hold on, tunggu! Ada perkembangan baru, kita revisi rencana konsep dari penggunaan tanah tersebut. Nah lho, revisi konsep? Kapan mau

mulai jualannya, kalau konsepnya dirubah lagi?

Beberapa kali perjalanan ke Ubud dan sekitarnya, menghasilkan berbagai pertimbangan dan perdebatan yang semakin serius. Visit ke beberapa proyek yang sukses di Ubud dan lokasi lain, juga menambah serunya perdebatan dan perhitungan. Kesimpulannya, kita akan me-redesign konsep awal.

On paper, dengan coretan-coretan pensil, kelihatannya konsep baru ini akan memiliki nilai tambah yang jauh lebih besar dari konsep 4 unit luxury villa. Tetapi, tidak ada satupun dari kami yang berprofesi sebagai arsitek. Kami semua adalah business people, kalo disuruh ngegambar dan me lay out, ya keluarnya cuma kotak-kotak saja, nilai artistiknya kurang.

Akhirnya, saya mengangkat telepon dan berbicara kepada arsitek yang baru saja selesai menggambar proyek tersebut, untuk me-redesign konsep awal project yang akan dibangun ditanah tersebut. Dengan

bersemangat, saya menyampaikan konsep yang baru dan berharap-harap cemas bahwa arsitek dapat mencurahkan ide tersebut di dalam konsep yang lebih skematik,.

Selama 1 minggu saya menunggu dengan berdebar konsep yang akan dituangkan dalam bentuk skematik oleh arsitek. Akhirnya hari yang ditunggu datang dan sangatlah amazing apa yang dihasilkan oleh gambar skematiknya.

Diatas tanah seluas 20 are, yang pada awalnya akan didirikan 4 luxury villas, setelah di redesign dengan konsep yang baru, bisa dihasilkan boutique resort dengan total jumlah kamar sebanyak 40 yang sebagian besar memiliki view yang sangat luar biasa.

Konsep awal adalah dengan membangun 4 luxury villa dengan potensi profit senilai 5 miliar, sedangkan konsep kami yang baru ini memiliki potensi profit senilai 15 miliar. Diatas tanah yang sama.

What a different! What a huge different! Hanya dengan merubah konsep, suatu rencana dengan diubah dan

Rubah dan Sempurnakan,Sampai Kapan?

“Berikut adalah kejadian yang baru saja terjadi pada saya. Ini tentang rencana kami membangun dan menjual 4 unit luxury Villa di Ubud. “Design sudah jadi, gambar kerja sudah rampung, marketing tools sudah on progress, RAB (Rencana Anggaran Bangunan) sudah selesai disusun, iklan sudah naik dan agent penjualan sudah ditunjuk, semua siap “TANCAP GAS”

Page 51: Money & I Vol. 31

51Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Smart Family

diperbaiki, bisa memberikan potensi profit 3 kali lipat. Wow!!!

Rencanakan, Ubah, Sempurnakan, tapi sampai kapan?

Ini pertanyaan yang gampang-gampang susah.

Banyak faktor yang terlibat pada saat menentukan, sampai kapankah perubahan dan penyempurnakan harus terus dilakukan?

Yang pertama adalah faktor biayaPada kasus yang saya alami, biaya arsitek sudah dibayar, biaya pembuatan separuh marketing tools sudah dikeluarkan, biaya pematangan lahan juga sudah sebagian dibayar, belum lagi biaya konsultan-konsultan yang harus dibayar untuk melaksanakan persiapan-persiapannya, belum lagi biaya bunga yang harus dibayar, kalau ada dana pihak ketiga yang dipakai.

Yang kedua adalah faktor waktuMulai dari konsep awal sampai dengan proses persiapan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dan waktu adalah sesuatu yang tidak bisa kita ulang.

Yang ketiga adalah faktor resikoTergantung dari tipe pebisnis, sebuah keputusan akan diambil sesuai dengan tingkat resiko yang akan diambil.

Yang keempat adalah faktor kreativitasPerlu disadari bahwa bukan berarti semua konsep harus di–redesign dari awal. Ada yang dengan sedikit membelokan (twist) dari rencana awal sudah memberikan perubahan yang memuaskan untuk seseorang. Ada yang dengan menambah features dan benefit, memperbaiki struktur dan operational, merubah gaya advertising, ganti target market, pricing dan

sebagainya dan sebagainya. Pada dasarnya perubahan dan perbaikan yang bisa dilakukan hanya di batasi oleh kreatifitas kita.

Pada contoh kasus saya diatas, dengan biaya-biaya yang sudah saya keluarkan, saya hanya bisa berpikir. Well, masih untung semuanya masih dalam bentuk paperwork, belum sampai tahap pelaksanaan konstruksi di lapangan. He..he..he…saya kan orang Indonesia

yang selalu bersyukur atas apapun yang terjadi.

Habis keserempet motor saja kita bersyukur “Untung tidak keserempet mobil”. Saya rasa ini kebiasaan yang bagus juga ya, sehingga senantiasa kita merasa beruntung.

Jadi kalau kita balik lagi ke pertanyaan awal, Sampai kapan kita harus terus merencanakan, mengubah dan menyempurnakan sebuah rencana?

Jawaban saya adalah, Well, dunia selalu berubah, tidak ada sesuatu yang sama. Suatu rencana bagus, dengan berlangsungnya waktu, menjadi sesuatu yang absolute kalau tidak diubah dan disempurnakan sesuai dengan beberapa faktor yang saya sebutkan diatas.

Sebuah konsep yang sangat bagus, dengan berkembangnya knowledge dan pengalaman akan selalu dapat diperbaiki. Contohnya adalah cerita saya dimana dengan mengubah konsep, potensi profit dari business plan menjadi berlipat ganda.

Jangan pernah berhenti mengubah, memperbaiki dan menyempurnakan sebuah rencana atau proses. Masyarakat Jepang memiliki konsep ini sejak lama sekali “Continous Improvement” batasnya adalah kreativitas kita.

Ayo ubah dan perbaiki !

Jangan pernah berhenti

mengubah, memperbaiki dan menyempurnakan

sebuah rencana atau proses.

Page 52: Money & I Vol. 31

52 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Literature

Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari

Chairul Tanjung Si Anak Singkong

Bagaimana Membeli Masa Depandengan Harga Sekarang?

Saya mengenal Bapak Chairul Tanjung sudah cukup lama tepatnya tahun 1999, bersamaan saya diterima sebagai karyawan PT. Bank Mega

Cabang Denpasar. Chairul Tanjung yang lebih dikenal dengan sebutan CT merupakan Komisaris Utama sekaligus sebagai pemilik Bank Mega. Jabatan terakhir saya di Bank Mega sebagai pemimpin cabang. Selama 7 tahun sebelum saya bergabung dengan BPR Lestari, setiap CT berkunjung ke Bali saya selalu mendampingi kegiatan beliau selama di Bali. Kesempatan mendampingi CT tidak pernah saya sia-siakan. Saya selalu bertanya, bertanya dan terus menggali apa yang telah dilakukan oleh beliau sehingga menjadi orang yang sangat sukses. Apapun yang disentuhnya berubah menjadi emas. Dengan segala inspirasinya, CT merupakan mentor saya dalam mengelola BPR Lestari, sehingga menjadikan BPR Lestari seperti hari ini.

Di awal tahun 2000, sambil menunggu hidangan makan malam, di cafe Roma Jimbaran sambil melihat pemandangan Airport Ngurah Rai, CT bercerita sambil bertanya. “Pribadi, maskapai penerbangan apa yang harga tiketnya paling mahal?” Dengan mudahnya saya menjawab, “Garuda Pak”. Kemudian CT melanjutkan,”suatu saat saya (CT) akan membuat airline (Trans Airways) yang akan menjual tiket 1,5 kali bahkan sampai 2 kali lebih mahal dibandingkan dengan harga tiket penerbangan yang paling mahal di indonesia dan semua orang masih tetap akan antri untuk naik

pesawat Trans Air. Seketika saya bertanya,”Gimana caranya bapak menjual tiket lebih mahal dari Garuda, padahal tiket Garuda sudah sangat mahal?”

CT menjawab “Orang tidak serta merta hanya ingin naik pesawat Trans Air, namun lebih dari itu yaitu berupa life style. Sebelum memulai bisnis penerbangan, terlebih dahulu saya (CT) akan mendirikan televisi (Trans TV dan Trans 7) dan saya akan mengakuisisi perusahaan yang bergerak dalam bidang lifestyle (Trans Fashion) yang menjual produk-produk top dunia seperti Manggo, Hugo Boss, Etienne Aigner, Versace, Tommy Hilfiger, Giorgio Armani dan sejenisnya. Perusahaan yang sedang berjalan yaitu Bank Mega akan mengeluarkan produk life style berupa Mega Visa (kartu kredit). Setelah semuanya ada, maka antara satu perusahaan dengan yang lainnya akan terintegrasikan dalam bundling produk. Disinilah semuanya akan dimulai.”

Banyak orang akan antre untuk ikut penerbangan Trans Air jurusan Jakarta – Denpasar dengan pramugari artis-artis Trans TV dan Trans 7. Dalam penerbangan akan dijual produk-produk Trans Fashion dengan diskon habis (maksudnya besar sekali) dan tentunya menggunakan karu kredit Mega Visa. Orang tidak peduli dengan harga tiket penerbangan yang mahal, namun mereka terbang dengan idolanya, Luna Maya atau Agnes Monica, dan bisa membeli produk-produk limited dari Trans Fashion dengan harga yang murah.

Page 53: Money & I Vol. 31

53Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Literature

Disini CT “Tidak Hanya Mencari

Peluang namun lebih dari itu

yaitu “Menciptakan Peluang”.

Menciptakan peluang melalui

bisnis lifestyle, berarti CT telah

melakukan transaksi yang luar

biasa yaitu “Membeli Masa

Depan dengan Harga Hari Ini”

Saat ini semuanya sudah ada, di awal tahun CT melalui Trans Airways melakukan pembelian saham Garuda sebesar 10%. Artisnya sudah ada melalui Trans TV dan Trans 7. Produk Trans Fashion sudah ada. Alat transaksinya sudah disiapkan melalui Mega Visanya. Disini CT “Tidak Hanya Mencari Peluang namun lebih dari itu yaitu “Menciptakan Peluang”. Menciptakan peluang melalui bisnis lifestyle, berarti CT telah melakukan transaksi yang luar biasa yaitu “Membeli Masa Depan dengan Harga Hari Ini”. Dengan semakin sejahteranya masyarakat Indonesia dan telah tercukupi kebutuhan primernya maka kebutuhan hidup akan beralih ke gaya hidup (life style).

Bagaimana “Membeli Masa Depan dengan Harga Hari Ini?”

Di dunia, ketersediaan air, energi, dan pangan masih jauh dari harapan global. Mengingat sekitar 70 persen penduduk dunia akan tinggal di perkotaan (diperkirakan sekitar 9,3 miliar pada tahun 2050), permintaan terhadap air, energi dan pangan akan meningkat secara eksponensial. Diproyeksikan terjadi peningkatan permintaan sebesar 70 persen terhadap produk pertanian pada tahun 2050 dan kenaikan 40 persen terhadap kebutuhan energi pada tahun 2030. Sekarang saatnya untuk Membeli Masa Depan dengan Harga Sekarang, yaitu dengan melakukan investasi di ketiga sektor tersebut untuk mengantisipasi kebutuhan dunia kedepan.

Siapapun yang akan menguasai sektor pangan, air dan energi terbaharukan berarti dunia dalam genggamannya.

Visi Indonesia 2030. Bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor 5 di dunia tahun 2030. Pendapatan per kapita Indonesia mencapai US$ 18.000. PDB US$ 5,1 Trilyun. Pertumbuhan ekonomi 6 s/d 7% per tahun. Indonesia menjadi gadis cantik yang menjadi incaran investor dunia. Penanaman modal asing skala besar akan masuk ke Indonesia. Masyarakat tambah sejahtera. Kebutuhan masyarakat tidak lagi masalah sandang, pangan dan papan. Namun lebih dari itu yaitu kebutuhan “gaya hidup atau lifestyle”. Kesempatan ini harus bisa kita gunakan untuk melakukan investasi “Membeli Masa Depan dengan Harga Sekarang. Siapa yang menguasai ini berarti Indonesia dalam genggamannya.

Bagaimana dengan Tingkat Karyawan?

Bagaimana memahaminya dengan mudah? Harga –harga secara alami naik dari waktu ke waktu. Penyebabnya tentu inflasi. Di masa datang, kita harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli barang yang sama saat ini. Seberapa mengerti kita akan hitungan kenaikan biaya hidup per bulan ketika memasuki masa pensiun nanti? Bahkan, seberapa peduli? Para karyawan menyisihkan 3% s.d 10% dari gajinya per bulan untuk persiapan memasuki masa pensiun tanpa bisa membayangkan apakah dana pensiunnya mampu menopang hidupnya per bulan nanti. Harga-harga ketika itu melambung tinggi, sementara badan makin renta dan tak seproduktif saat muda. Beranikah kita membayangkan bahwa biaya hidup Rp 2 juta per orang saat ini dalam sebulan, dalam 20 tahun lagi menjadi sekitar Rp 15 juta per bulan? Itu biaya hidup satu orang dalam keluarga.

“Membeli Masa Depan dengan Harga Sekarang” adalah menabung dengan nominal saat ini dan membiarkan tabungan itu “Bekerja” untuk membeli kebutuhan kita di masa datang. Kita menabung untuk pendidikan anak masuk kuliah 10 tahun lagi, ketika dibutuhkan nanti, tabungan kita cukup untuk “membelinya”, bahkan lebih.

Untuk melakukannya, kita bisa mengambil inspirasi dalam buku perjalanan hidup Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Terima kasih.

Page 54: Money & I Vol. 31

54 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Book Review

Sukses Berbisnis lewat jalur pemasaran biasa saat ini bukan trend, sejak kemunculan social media, dunia menjadi flat dan teori-teori pemasaran pun berubah.

Blog, Facebook, Linkedln, Twitter, YouTube, Flickr, Digg, Reddit, Yelp, Second Life, StumbleUpon, MySpace, dan semua media sosial lain berkembang luar biasa pesat. Jumlah pengguna aktif Facebook 250 juta orang, 360 juta orang membaca blog, 184 juta menjadi blogger, 14 juta memakai Twitter, dan YouTube dikunjungi oleh lebih dari 100 juta orang per bulan.

Penduduk bumi menyalakan hidup dengan aktivitas-aktivitas sosial di semesta maya ini. Revolusi politik di Moldova pada permulaan April 2009 digerakkan dengan Twitter! Perusahaan-perusahaan besar dan kecil semisal IBM, Dell, Starbucks, Pink Cake Box, dan Blendtec menggunakan media sosial secara serius untuk meraup laba besar.

Dijamin, usai membaca buku ini, Anda dapat langsung praktik memasarkan produk Anda atau perusahaan Anda sendiri. Penulisnya, Dan Zarrella, adalah ahli teknologi maya sekaligus ahli marketing kenamaan. Tulisan-tulisannya tersebar di banyak media, presentasi-presentasi pemikirannya berkumandang di forum-forum besar, dan pendapat-pendapatnya diikuti oleh perusahaan-perusahaan raksasa, menengah, dan gurem.

THE SOCIAL MEDIAMARKETING BOOK

Inilah hari dengan kesedihan tak berkesudahan. Batinku meraung-raung meratapi ketidakberdayaan. Kami bukan orang asing bagi rasa lapar. Mata berkunang-kunang, keringat bercucuran, lutut gemetaran, telinga mendenging-denging.

Sungguh, aku butuh tidur, sejenak pun bolehlah. Tetapi, aku tahu tidak akan bisa tertidur dengan mudah.

Kehidupan mendidik Dahlan kecil dengan keras. Baginya, rasa perih karena lapar adalah sahabat baik yang enggan pergi. Luka di kakinya menjadi bukti perjuangan dalam menjalani hidup. Dia harus berjalan puluhan kilometer untuk bersekolah tanpa alas kaki. Sepulang sekolah banyak pekerjaan yang harus dilakoninya demi sesuap tiwul, mulai dari nguli nyeset, nguli nandur sampai melatih tim voli anak-anak juragan tebu.

Dan di usia mudanya, Dahlan sudah banyak merasakan kehilangan. Buku catatan hariannya pun dipenuhi curahan kegalauan hati yang selalu dia alami. Setiap kali terpuruk seringkali dia berkata pada dirinya sendiri, hidup bagi orang miskin sepertiku, harus dijalani apa adanya. Didikan keras sang Ayah dan kakak-kakak tercintanya serta senyum sang Ibu, selalu bisa membuatnya bertahan dan terus berjuang dalam hidup. Selain itu, di atas segala luka dan kesedihan yang dialaminya dia punya dua cita-cita besar yang membuatnya semakin bekerja keras: sepatu dan sepeda.

SEPATU DAHLANCHAIRUL TANJUNGSI ANAK SINGKONG

Chairul Tanjung, satu dari sedikit pebisnis yang melejit pasca reformasi, buku yang menceritakan kehidupan masa kecilnya tersebut menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya mereka yang mencoba melakukan hal yang sama. Berbagai pujian mengalir akan keberhasilan dirinya menjadi taipan bisnis dunia.

Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal ini patut diapresiasi agar Indonesia dapat bersaing di kancah dunia. Resapi secara mendalam buku ini, dan Anda akan memahami prinsipnya dalam menjalankan usahanya. Soekarwo, Gubernur Jawa Timur

”The story of Chairul Tanjung’s rags-to-riches rise to become one of Indonesia’s most prominent and well-respected businessmen is both endearing and inspiring. Pak Chairul’s ability to succeed in today’s Indonesia based on little more than hard work, loyalty and a keen eye for business opportunity will give heart to he up-and-coming generation of Indonesian entrepreneurs.” Adam Schwarz, Author, A Nation in Waiting.

Berbelanja Rp 200.000,- di Gramedia & menangkan ratusan hadiah istimewa *(Setiap berbelanja min. Rp 200.000,- dapatkan 1 (satu) lembar kupon undian (berlaku kelipatan) 2 Toyota Avanza & ratusan hadiah menarik lainnya) Di Gramedia Duta Plaza

SCHOOLHOLIDAY FAIR 20121 J u n i - 3 1 A g u s t u s

Page 55: Money & I Vol. 31

55Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 56: Money & I Vol. 31

56 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Insight

YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen Indonesia Marketing Association

Show People BehindKalau perusahaan Anda punya akun korporat Twitter, Facebook, atau blog, tunjukkanlah orang-orang (tim) yang mengelola akun tersebut, jelaskan profil mereka. Ingat, hubungan di media sosial adalah hubungan people to people

bukan business to people, bukan business to business, apalagi robot to people. Artinya sifat hubungan di dalam media sosial adalah orang bicara dengan orang bukan perusahaan bicara dengan konsumen. Dengan mengetahui sosok-sosok di balik akun Twitter atau Facebook, maka batas (barrier) antara merek dengan konsumen akan hilang, sehingga hubungan personal/emosional bisa berlangsung lebih natural dan otentik.

Create ConversationsGunakanlah Twitter dan Facebook pada tempatnya, yaitu untuk ngobrol dua arah (conversation), bukannya mem-broadcast pesan. Kebanyakan merek di Indonesia masih menganggap Twitter dan Facebook tak beda dengan TV atau radio.

Karena itu seenaknya mereka nge-blast iklan ke teman Facebook atau follower di Twitter. Mereka berpikir, ketika mereka memiliki puluhan ribu teman/followers maka dengan seenaknya mereka bisa “menjejali” mereka dengan pesan-pesan iklan yang memuakkan. Facebook dan Twitter harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk ngobrol dan mendengarkan keluh-kesah konsumen.

Human Brand

Kemunculan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan blog memberikan peluang yang luar biasa bagi marketer untuk “memanusiakan” merek (humanize brand). Dulu saat media komunikasi merek dengan konsumen didominasi oleh media-media satu arah (one-way media) dan media broadcast (TV, surat kabar,

billboard, dll) maka merek menjadi layaknya sebuah “tembok” yang tidak bisa diajak bicara, tidak bisa bercanda, atau mendengar keluh kesah konsumen.

Kini ketika media sosial seperti Facebook, Twitter atau blog hadir, merek tak hanya mampu berkomunikasi secara dua arah dengan konsumen, merek juga bisa membangun hubungan secara emosional/personal sehingga sisi kemanusiaannya bisa terwujud secara utuh, natural, dan otentik. Melalui hubungan personal jangka panjang di media sosial maka konsumen akan bisa merasakan apakah sebuah merek itu baik hati, fun, humoris, penuh empati, suka menolong, serius, membosankan, enak menjadi teman, dan sebagainya. Artinya, kini merek bisa betul-betul menjadi manusia seutuhnya.

Bagaimana merek bisa memunculkan sisi manusia secara seutuhnya di media sosial? Berikut ini beberapa tipsnya.

Page 57: Money & I Vol. 31

57Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

InsightInsight

30 : 70 RuleDi depan saya mengatakan bahwa merek harus memanfaatkan media sosial untuk ngobrol. Ngobrol apa? Ngobrol apa saja. Tapi ingat, obrolannya jangan berisi iklan dan jualan melulu. Saya punya “Hukum 30:70” yang bunyinya kira-kira

begini “Kalau Anda ngetwit atau meng-update status di Facebook, maka usahakan 30% berisi jualan, dan 70% berisi non-jualan”. Apa akibatnya kalau posting Anda di Twitter, Facebook, dan blog pekat beraroma jualan? Lama-lama Anda akan dianggap monster iklan, zombie promosi atau mesin jualan. Namanya monster, zombie, dan mesin, Anda dianggap tak punya hati, tak punya empati, tak punya perasaan.

Build Your Personal StyleGaya ngetwit, update status di Facebook, atau tulisan di blog akan menentukan “sosok” dan “kepribadian” merek Anda di mata konsumen. Kalau twit-twit Anda ngocol, maka merek Anda bercitra ngocol. Kalau status update Anda fun dan penuh humor, maka merek

Anda dipersepsi humoris. Sebaliknya jika posting Anda di blog serius dan boring, maka merek Anda dengan sendirinya dipersepsi boring. Karena itu, bangunlah sosok dan kepribadian merek Anda melalui gaya bicara dan gaya menulis di Twitter, Facebook, dan blog. Tapi ingat, sosok dan kepribadian tersebut haruslah diselaraskan dengan brand personality, tidak ngasal.

Don’t AutomateOtomasi Twitter (twitter automation) adalah melakukan posting twit secara otomatis layaknya robot. Twit kita program diposting setiap hari atau secara terjadwal di waktu-waktu tertentu di mana kita tidak hadir di situ. Misalnya Anda punya 50 twit

sehari, lalu Anda program twit tersebut muncul setiap 15 menit. Sepintas rasanya oke-oke saja kita melakukan otomasi Twitter, namun sesungguhnya langkah

tersebut secara mendasar menciderai prinsip-prinsip kemanusiaan dalam bermedia sosial. Ya, karena otomasi Twitter sesungguhnya adalah bentuk komunikasi satu arah, komunikasi robot, komunikasi bebal, komunikasi budheg alias tuli. Kenapa begitu? Karena kita maunya nyerocos melulu, tapi sama sekali tak mau mendengarkan dan mempedulikan para followers.

Involve EmployeesSejauh mungkin libatkan karyawan untuk menjadi brand ambassador di media sosial. Anda tak perlu membayar Agnes Monica, Sule, atau Dian Sastro ratusan juta rupiah untuk menjadi brand ambassador. Anda cukup minta sebanyak

mungkin karyawan untuk menjadi pembela merek yang fanatik sekaligus otentik. Saya punya teman Twitter, namanya @WarihnyaXL yang sangat aktif bermedia sosial. Saya lihat teman saya ini adalah role model bagi brand ambassador perusahaan di media sosial. Ia menjadi penjaga citra XL; ia melakukan fungsi customer service bagi XL; ia menjelaskan dengan sabar kalau ada konsumen komplain ke XL, dan seterusnya. Alangkah indahnya jika semua karyawan menjadi brand ambassador di Twitter atau Facebook, bukan hanya karena low budget high impact, tapi yang lebih penting lagi, merek menjadi lebih human.

Page 58: Money & I Vol. 31

Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Perkembangan bisnis properti di tanah air demikian masif, terlebih lagi dengan Bali yang mengalami pengembangan harga aset secara dramatis selama

beberapa tahun terakhir. Hal ini menggerakkan banyak investor ataupun kalangan pebisnis yang terjun di investasi ini, selain karena return yang tinggi, property juga menjadi alat investasi terbaik saat ini.

Menyadari kondisi inilah, Lestari Institute mengelar seminar Bisnis Property di Bali, bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan bisnis properti ternama Panangian School of Property [PSP].

Acara berlangsung di kantor baru BPR Lestari Cabang WR Supratman banyak dihadiri oleh para pengembang ataupun mereka yang ingin belajar mengenai bisnis properti di Bali.

Acara yang juga menghadirkan Alex P. Chandra selaku pendiri Lestari Institute dan Panangian Simanungkalit dari PSP, mengenalkan mulai dari alasan kenapa kita harus berbisnis properti dan bagaimana cara berbisnis properti yang benar.

“Sekarangkan properti salah satu bisnis model investasi, dan saya mengajak orang yang tertarik bisnis properti untuk berbisnis dengan benar, caranya adalah belajar dengan benar pada orang yang benar, belajar dari yang terbaik dan terbukti, seperti Panangian School of Property,” ungkap Alex P Chandra

Panangian School of Property yang telah memiliki pengalaman selama 26 tahun di bidang pendidikan property merupakan salah satu alasan mengapa Lestari Institute yang merupakan school of business menggandeng PSP untuk membagi ilmu properti di Bali.

Menurut Alex P Chandra, acara ini merupakan pengenalan awal, dimana nantinya Lestari Institute akan bekerja sama dengan PSP untuk mengadakan kelas bisnis properti secara reguler, dirancang untuk 24 materi dengan lama pelatihan sekitar 1,5 bulan. “Kita akan membuka pendaftar bagi mereka yang ingin belajar properti di Lestari Institute yang bekerja sama dengan Panangian School of Property ini, untuk 20 hingga 25 orang,” terangnya.

Lestari Institute & Panangian School of Property Membuka Kelas Bisnis Property

Page 59: Money & I Vol. 31

59Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Bali sendiri merupakan kawasan properti yang sangat menguntungkan, sebagaimana diungkapkan oleh Panangian Simanungkalit. Bahkan Bali dinilai merupakan investasi properti terbaik kedua di Indonesia setelah Jakarta. “Bali merupakan kawasan properti yang sangat menguntungkan, karena telah menjadi market domestik, regional, internasional dan juga market global. Semua orang datang ke Bali, orang Medan datang ke Bali, orang Surabaya datang ke Bali, Jepang datang ke Bali. Jadi Bali ini menjadi surga investasi properti di dunia.” terang pakar properti tersebut.

Lebih lanjut, saat ini ekonomi Indonesia yang tengah menggeliat merupakan momentum untuk berinvestari dibidang properti. “Saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli properti, karena penetapan suku bunga saat ini paling rendah dalam sejarah Indonesia dari jaman ke jaman, BI rate kita 5,75% dan membuat KPR dan bank berlomba-lomba mencari konsumen. Hal ini tidak lepas dari fenomena globalisasi finansial, dimana kita bersyukur sudah masuk globalisasi finansial sejak tahun 2008 lalu,” tegasnya kembali kepada peserta seminar.

Panangian juga mengungkapkan, saat ini bisnis properti bukan hanya monopoli oleh kaum pengusaha, di era ini semua individu yang memiliki pola pikir keuangan yang benar mengenai properti bisa masuk ke genre investasi ini. Panangian juga menambahkan bahwa bisnis properti di Indonesia tidak akan mengalami masa sulit seperti yang terjadi di Amerika, karena stabil dan tingginya pertumbuhan ekonomi saat ini. Bali yang merupakan tempat yang diidolakan dalam membangun properti kini mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar 7 %, sedangkan pertumbuhan penduduknya hanya 1 persen, hal ini membuat Bali memiliki potensi yang sangat luar biasa akan kebutuhan property.

“Saat suatu daerah ekonominya tumbuh melebihi pertumbuhan penduduk, ekonomi sini (Bali) tumbuhnya 7 persen sedangkan penduduknya hanya 1 persen, berarti daerah ini memiliki potensi yang sangat luar biasa. itu yang coba saya gambarkan, Bali merupakan kawasan properti yang sangat menguntungkan, karena semua orang ingin memiliki properti di Bali,” jelasnya lebih lanjut. Dan menariknya, bisnis properti merupakan ilmu yang dapat dipelajari, dan sangat penting untuk belajar dari mereka yang telah sukses dibidangnya. Menurut Panangian, seorang yang berbisnis disini harus dapat berpikir dengan benar mengenai konsep keuangan dan cara seperti apa yang dapat mereka kembangkan, sehingga saat memiliki cara berpikir yang baik, bisnis properti yang mereka kembangkan juga akan berjalan dengan baik.

“Cara berpikir benar harus dirawat dan dikembangkan, itu yang kita bawa dari Jakarta ke Bali dan bekerja sama dengan pak Alex [Lestari Institute], ilmu itu yang ingin kita share dengan Bali. Pak Alex sebagai orang Bali yang menikmati pertumbuhan ekonomi di Bali melalui BPR Lestari, ingin men-Jakartakan Bali dari berpikir properti, di Jakarta cara perpikir properti yang terbaik saat ini adalah yang Saya miliki karena sudah berpengalaman selama 26 tahun,” urainya.

Ingin belajar properti dari yang terbaik, saatnya bagi Anda mendaftar ke Lestari Institute di gedung BPR Lestari WR Supratman lantai II dan dapatkan cara berpikir benar tentang bisnis ini, segera raih keuntungannya.

Lestari Institute

Page 60: Money & I Vol. 31

60 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Ernita KurniawatiErnita KurniawatiCreating Students

of The FutureCreating Students

of The Future

Page 61: Money & I Vol. 31

61Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Bagaimana awalnya BPLE Tiara Course hingga berkembang seperti sekarang?

Sebenarnya lembaga ini bermula dari kursus untuk mesin pendingin, kursus tiga bulan yang dimulai dari tahun 1986. BPLE sendiri dimulai saat orang tua dulu yang seorang kontraktor listrik, sering memasang instalasi listrik termasuk di hotel-hotel. Pada saat itu beliau masih kontraktor. Belakangan beliau kesulitan mencari tenaga kerja, karena lulusan SMK yang diterimakan belum siap untuk diajak kerja, lalu diajari oleh bapak untuk disiapkan jadi pegawai diproyek. Setelah didik selama 3 bulan, mereka berhenti lalu membuka usaha. Cari orang lagi untuk dididik tiga bulan, lalu mereka buka usaha lagi, terus begitu. Dari pada rugi, akhirnya di bukalah kursus.

Program yang tadinya 3 bulan, ditingkatkan menjadi 6 bulan, lalu pada tahun 1992 karena tamatan kursus ini banyak diminati dan saat itu hotel juga mulai tumbuh, akhirnya diminta lulusan ini tidak hanya memiliki kemampuan untuk memperbaiki mesin pendingin, dan karena waktunya tidak mencukupi selama 6 bulan pelatihan, akhirnya dibentuklah (diploma) yang 1 tahun. Waktu diawal namanya engineering perhotelan, kalau sekarang disebut mechanical and electronical.

Saat ini saya dengar sudah ada 5 jurusan yang dibuka?

Setelah membuka engineering perhotelan selama 2 tahun berjalan, kemudian buka jurusan yang baru lagi yaitu otomotif, lalu 3 tahun berikutnya dibuka lagi

untuk kelas engineering komputer, kemudian sekretaris teknik atau administrasi teknik, dan yang terbaru marketing teknik.

Apa pertimbangan membuka jurusan-jurusan tersebut, yang rasanya asing bagi kebanyakan orang?

Jurusan yang kita buat itu memang merupakan jurusan yang berasal dari kebutuhan industri, misalnya sekretaris teknik. Ada kawan dari Jakarta yang tanya “itu jurusan apa?” bahkan kemarin yang bagian akreditasi pun tanya itu jurusan apa.

Benar, karena itu bukan jurusan yang umum!Karena begini, di bidang teknik ada bermacam-macam, mulai dari teknik mesin atau arsitek, nah semua perusahaan itu butuh admin, namun disini kita persiapkan admin atau sekertaris yang mengerti tentang istilah-istilah teknik, karena perusahaan itukan ada tender, dan lain sebagainya. Awalnya saat kita bekerja sama dengan bengkel dari tenaga engineering otomotif rata-rata mereka selalu bertanya “punya nggak mahasiswi?”

Saat itu saya pikir untuk daya tarik, namun ternyata tidak, mereka ingin mengkursuskan mereka untuk ditaruh di bagian admin, karena mereka memiliki basic teknik maka tinggal diajari administrasi. Karena besarnya permintaan seperti itu, kita coba elaborasi dengan kawan-kawan, ternyata mereka positif akan gagasan itu, termasuk kurikulumnya. Hal ini terbukti diminati, dari awal kita launching program ini,siswanya hanya 3 orang, sekarang sudah hampir 40 orang. Karena memang perusahaan yang menggunakan tenaga administrasi teknik ini terbantu sekali.

Bagaimana peralihan pimpinan BPLE dari bapak ke anda sendiri?

Beliau dari awal mendidik dan menanamkan budaya kerja kepada saya dan saudara-saudara, sewaktu kecil saat libur kita selalu diajak ke kantor, jadi mengenalkan perusahaan itu bagaimana. Saya masuk perusahaan dari tamat SMA, sambil kuliah sambil kerja. Karena ayah berprinsipnya jangan sampai perusahan yang telah dirintis oleh beliau tidak ada yang meneruskan. Karena perusahaan ini bisa dibilang sosial, ya sosial, karena banyak orang yang berharap saat masuk kesini mereka dapat mengubah nasib mereka kearah yang lebih baik.

Anda tentu mudah menemukan lembaga diploma untuk pendidikan ekononi ataupun teknik komputer di Bali, namun bagaimana dengan diploma untuk

teknik mesin? Bila itu yang menjadi pertanyaan, maka Anda harus berkunjung ke BPLE Tiara Course, lembaga yang awalnya ditujukan untuk merekrut tenaga kerja dibidang teknik ini, adalah sebuah pendidikan tinggi untuk lulusan yang siap bekerja dengan luwes, bukan hanya tahu tentang teori, namun juga dapat praktek secara langsung dilapangan. Adalah sosok Made Ernita Kurniawati, BBA, MBA adalah profile dibalik lembaga pendidikan tersebut yang terus eksis ditengah berbagai lembaga pendidikan modern lainnya yang menawarkan jurusan IT. Generasi kedua penerus family business ini menceritakan bagaimana dirinya mengelola lembaga pendidikan tersebut disela-sela acara wisuda mahasiswanya di hotel Sanur Paradise bulan Juli lalu.

Socialita

Page 62: Money & I Vol. 31

62 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Saya sendiri masuk D1 disini tahun1992, saya masuk perusahaan 1996 dari posisi bawah, karena orang tua saya berprinsip sebelum kamu mencapai level top manejer, kamu harus tahu dari bawah itu seperti apa. Termasuk kuliah, saya alumni BPLE juga, karena bapak saya minta agar saya tahu visi dan misi disini, dan juga agar dapat membandingkan materinya seperti apa, dosennya bagaimana dan dapat mengkoreksi. Dan saat saya bandingkan dengan sistem perkuliahan diluar, itu jauh berbeda, mungkin karena disini ditekankan ke aplikasi.

Bagaimana dengan siswanya sendiri?

Latar belakang siswa berbeda, termasuk IQ, karena umumnya di universitas kan IQ-nya high, sedangkan disini, dari yang agak kurang sampai yang cerdas juga ada, dari yang kurang mampu sampai kaya juga ada, dari berbagai latar belakang ini kita mencoba mengarahkan mereka mencapai tujuannya. Itu sebabnya ada pendekatan dan trik tersendiri, termasuk dari pembatasan kelas, dimana kita hanya menerima 20 orang untuk setiap kelas, sehingga dosen dapat hafal setiap murid.

Saat ini SMK makin digiatkan, tidakkah semakin sedikit mahasiswa yang diterima atau malah sebaliknya?

Sebenarnya begini, di SMK ada yang kurang dari pengamatan saya. Mereka dipersiapkan setelah lulus dapat bekerja, tapi dilapangan kenyataannya anak SMK teoritis seperti anak SMA, sehingga harapannya setelah 3 tahun mereka dapat langsung bekerja, dia tidak siap kerja. Karena kurikulum dan standar kelulusan seperti SMA, dan kedua masalah kesiapan mental, mereka yang berumur 18 tahun saat mereka didunia kerja agak berat. Sedangkan di BPLE disaat seorang masuk dari SMK ke diploma itu terasa sekali, mereka bilang seperti dikejar-kejar rentenir, karena kita selalu cekoki dengan dunia kerja, agar mereka dapat melihat dunia kerja seperti ini agar dapat lebih siap.

Persaingan sendiri seperti apa yang Anda lihat?

BPLE itu masih satu-satunya jenjang diploma untuk teknik di Bali, karena sekolah teknik itu sulit. Selain tenaga pengajar yang benar-benar aplikatif, kemudian modal yang dibutuhkan banyak. Kalau dulunya bapak bukan kontraktor, sekolah ini akan berat diwujudkan, karena peralatannnya mahal. PR buat saya, bagaimana anak-anak Bali itu melihat peluang, apa yang ada dimasyarakat saat ini. Karena begini, mereka kan jiwa ikut-ikutannya sangat tinggi, ngetrend pariwisata ikut pariwisata, ngetrend otomotif masuk otomotif, sekarang ngetrend perawatan masuk perawatan. Karena suatu saat akan ada kejenuhan.

Page 63: Money & I Vol. 31

63Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Mereka sesungguhnya belum memiliki bayangan, saat saya tanya mereka yang mengambil TI, mereka akan kerja apa, jawaban mereka jadi sekretaris, karena sekarangkan serba komputer, padahal itukan jauh sekali. Ini juga sebenarnya pekerjaan dari pendidik, bagaimana mengarahkan anak yang telah memiliki kemampuan sehingga tidak tersesat, setidaknya mereka diarahkan dari SMP.

Ada jurusan yang bagus namun sepi peminat?

Saat ini jurusan marketing menjadi PR buat saya, karena siswanya sedikit, dibawah sepuluh siswa. Untuk itu saya sampai ditantang oleh teman-teman yang dari industri otomotif, “berapapun punya siswa di marketing, kita terima kerja,” itu sekelas Auto 2000, Honda, bahkan ada yang dari Jakarta langsung minta sama kita siswa dari jurusan ini. Padahal peluangnya besar, namun sedikit yang berminat, karena image orang Bali kalau marketing itu seperti pengemis, padahal tidak, karena gengsi masih tinggi.

Selaku direktur BPLE sendiri, pengembangan apa yang ingin dilakukan di BPLE sendiri?

Orang tua saya dulu titip pesan, “Mengembangkan perusahaan sama seperti pohon, sebelum kamu buat tinggi itu batang, kuatkan dulu akarnya”. Karena itu kita selalu coba untuk mencari kawan baru, rekan-rekan baru untuk dapat menerima tenaga kerja.

Banyak memiliki partner untuk menyalurkan para alumni?

Banyak sekali, malah saya tidak enak karena kadang kita tidak dapat membantu kebutuhan mereka. Karena rata-rata sebelum wisuda, mahasiswa kita telah banyak diterima bekerja.

Berapa kuota yang BPLE sediakan untuk mahasiswa baru?

Satu jurusan itu maksimal kita sediakan 4 kelas, tiga kelas D1 dan satu kelas D2, dengan siswa maksimal 20 orang, itupun sudah padat sekali. Karena disana banyak kelas dan laboratorium yang digunakan oleh mahasiswa untuk praktek, bahkan sabtu kita tetap buka laboratorium bagi mahasiswa yang ingin melakukan praktek tambahan.

Page 64: Money & I Vol. 31

64 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Persaingan dengan sarjana S1 dengan diploma seperti apa, apakah diploma ini lebih kompetibel dengan dunia kerja?

Saya dulu juga sempat kuliah di Teknik Universitas Udayana, juga di BPLE dan kerja langsung dilapangan, saya melihat ilmu yang didapat dari kuliah (S1) masih sangat teoritis, sehingga wajar bila perusahaan saat ini mengajak mereka yang tamat siap kerja, sedangkan seorang sarjana sudah mematok gaji, tapi tidak diimbangi dengan kemampuan. Disini banyak perusahaan yang berpikir ‘dari pada saya mencari orang yang bergaji tinggi namun belum bisa diajak kerja, lebih baik saya cari yang diploma, dengan keterampilan kerja yang jauh lebih bisa’.

Ada rencana untuk mengembangkan keluar Bali?

Kita ditawari untuk mengembangkan di Lombok, namun ada kendala pada tenaga pengajar, cukup sulit menemukan orang yang aplikatif, tenaga pengajar yang tidak hanya mengajar atau transfer ilmu, tapi juga mampu mendidik mental anak-anak. Karena selama ini mahasiswa kita ada dari Bali, Lombok, Sulawesi dan Jawa Timur.

Bagaimana pengamalan ibu memimpin BPLE Tiara course selama ini?

Saya sudah menjadi direktur sejak 6 tahun yang lalu, saat bapak saya melinggih, namun itu setelah 10 tahun saya mengabdi. Dahulu orang tua saya belajar dari tetangga kita orang Cina, mereka itu mengenalkan usaha dari kecil kepada anak, supaya anak saat memegang top menagement, dia sudah tahu dari yang bawah sampai atas. Dan ini juga yang saya rasakan, bagaimana saat saya masuk ke perusahaan itu berat sekali, apalagi bos itu bapak sendiri, sampai beberapa kali saya sempat mau resign, karena saat saya melakukan kesalahan yang kecil, beliau marah sekali, sedangkan saat ada staf lain yang melakukan kesalahan yang lebih fatal, beliau tidak marah, cuma menasehati saja. Suatu saat saya pernah sharing dengan beliau sebagai direktur dan staf, beliau berkata “Kalau kamu jadi direktur melakukan kesalahan sekecil apapun itu akan fatal bagi perusahaan, tapi kalau karyawan itu tidak,” itu yang saya ingat sampai sekarang.

Wow, terima kasih atas waktu dan pelajarannya. Baik, sama-sama.

Socialita

Page 65: Money & I Vol. 31

65Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Pick Up PointLestari Teuku UmarJl. Teuku Umar 110 Denpasar

Lestari ThamrinJl. Thamrin No. 31 Denpasar

Lestari GatsuJl. Gatot Subroto No. 356

Lestari RenonJl. Letda Tantular 1 Blok A 16

Lestari MelatiJl. Melati No. 69 Denpasar

Lestari TohpatiJl. Wr Supratman No. 311

Lestari Sanur Jl. By Pass Ngurah Rai

Auto Bridal 1 Jl. Sunset Road

Auto Bridal 2 Jl Sudirman

Orange BakeryJl. Teuku Umar

Salon New MelatiJl. Badak Agung

Joger Kuta

Warung SubakJl. Astasura

CNIPertokoan Kuta Galleria

Krisna KutaJl. Sunset Road

Krisna Denpasar 1Jl. Nusa Kambangan

Krisna Denpasar 2Jl. Nusa Indah

Krisna TubanTuban

Gramedia Duta PlazaJl. Dewi Sartika

Gramedia NikitaJl. Gatot Subroto Timur

Apotik AnugrahJl. Pattimura

Kopi Bali HouseJl. By Pass Ngurah Rai

Hotel Aston DenpasarJl. Gatot Subroto Tengah

Pop Harris HotelJl. Teuku Umar

Fave HotelJl. Teuku Umar

Cempaka Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Mandiri Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Padma Lounge AirportBandara Ngurah Rai

1Vol. 29 | Mei - Juni 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Navnit AnandThe Mind Of Body & Soul

Ayu Laksmi Coming Out of The Dark

Vol. 29 Mei - Jun 2012

Page 66: Money & I Vol. 31

66 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Anda menyukai film action yang mengisahkan tentang agen mata-mata Inggris terkenal 007 James Bond? Bila ya, tentu Anda tahu

salah satu film besutan Ian Flemming tersebut yang berjudul Tomorrow Never Dies. Film yang diperankan oleh aktor Pierce Brosnan itu mengisahkan tentang bagaimana kontrol keamanan dunia bisa diutak-atik oleh seorang bos media massa terkenal bernama Elliot Carver lewat pemberitaan surat kabarnya. Dikisahkan bos media massa yang diperankan oleh Jonathan Pryce dengan harian terkenalnya bernama Tomorrow berhasil menciptakan ketegangan antara Inggris, Rusia, China dan dunia di bawah bayangan ancaman meletusnya perang dunia ketiga.

Kini timbul pertanyaan, sehebat itukah peran media massa dalam menciptakan tatanan dunia yang kini bergerak sangat cepat? Disadari atau tidak kini kita semua “terbelenggu” dengan yang namanya informasi. Mulai bangun tidur hingga beranjak ke tempat tidur, telinga dan mata kita disuguhi beragam informasi yang datang silih berganti. Bahkan dalam sebuah pameo disebutkan bahwa bos media News Corporation Rupert Murdoch bisa menjadi penentu bagi siapa yang akan menjadi Perdana Menteri Australia, Perdana Menteri Inggris maupun Walikota New York. Bahkan secara tidak langsung lewat Fox TVnya ikut menentukan Presiden A.S. Bayangkan bila ketiga negara maju

tersebut dikontrol oleh akses infromasi yang beredar setiap hari dalam genggaman seseorang, maka bukan tidak mungkin hanya butuh sentuhan kecil untuk bisa menguasai akses informasi negara lainnya. Bagaimana sosok Rupert Murdoch sebenarnya hingga kuasanya seolah melebihi presiden di negaranya sendiri?

Berawal dari sebuah kota Adelaide di Australia pada tahun 1950, saat itu Keith Rupert Murdoch mengelola sebuah koran lokal Adelaide News. Pria kelahiran Melbourne, 11 Maret 1931 ini semula tumbuh dan berkembang dengan disiplin ketat di bawah didikan sang ayah yang juga pemilik surat kabar terpandang yang berbasis di Melbourne. Kemauannya yang keras dan pemikiran-pemikirannya yang sangat radikal mengubah kehidupan Rupert Murdoch menjadi seorang ekspanser beberapa surat kabar dan media massa terkenal di dunia.

Saat masih remaja Rupert Murdoch pernah bersekolah di Geelong Grammar School yang kemudian dilanjutkan ke Worcester College, University Oxford, Inggris. Tahun 1953 Murdoch pulang ke Australia dan langsung menjadi Direktur News Limited, sebuah koran bergengsi di negeri kanguru tersebut. Ambisi Murdoch lebih besar, sebab ia langsung fokus pada rencana-rencana akuisisi dan ekspansi. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Murdoch untuk menaklukan

Rupert MurdochThe Most Powerful Person in The World

Page 67: Money & I Vol. 31

67Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Front of Mind

media massa di Australia karena dalam hitungan bulan surat kabar Negara Bagian New South Wales, Queensland, Victoria dan Northern Territory telah berhasil dimilikinya.

Tidak cukup sampai disana kini Murdoch mengarahkan bidikannya ke negeri Albion. Negara yang kini dipimpin oleh Ratu Elizabeth itu menjadi sasaran ambisi besarnya dengan menaklukkan dua tabloid besar di Inggris, yaitu News of the World serta harian The Sun. Tak puas dengan media cetak, Murdoch membeli televisi satelit berbasis di Inggris, Sky Television, serta membalikkan kondisi keuangan perusahaan dari rugi menjadi laba. Tanah Inggris ternyata belum memuaskan baginya, maka selanjutnya Murdoch menginjakkan kaki ke Amerika.

San Antonio Express News menjadi media Amerika pertama yang dikuasai Murdoch. Ia kemudian mendirikan tabloid supermarket Star dan akhirnya Murdoch kian sukses di Amerika dengan membeli New York Post.

Tatkala memutuskan untuk mengembangkan bisnis jaringan radio dan televisi di Amerika, ia terkena ketentuan undang-undang yang melarang warga negara asing memiliki lebih dari 24.9% saham di radio dan televisi. Murdoch segera mengganti

kewarganegaraannya dari Australia ke warga negara Amerika Serikat. Selanjutnya pada 1985, ia membeli studio film 20th Century Fox. Tahun berikutnya, enam stasiun televisi milik Metromedia sudah berada di tangannya.

Inilah cikal bakal kerajaan media Amerika miliknya, Fox Broadcasting Company, yang didirikan pada 9 Oktober 1986. Pada 1993, ekspansi Murdoch masuk ke Asia dengan membeli televisi satelit Star TV milik pengusaha Hong Kong. Kepemilikannya dibatasi, karena China tak ingin Murdoch terlalu berkuasa di Asia. Murdoch kini memiliki dua televisi di Jerman, 16 televisi lokal di Australia, satu di Canada dan enam di India. Murdoch memiliki saham minoritas sebuah stasiun TV Italia, dua di Jepang dan delapan di Amerika Latin. Lewat Star TV Murdoch mengakuisisi mayoritas saham ANTV di Indonesia.

Menyadari potensi bisnis yang menggiurkan di dunia maya, Murdoch kembali berambisi ke bisnis online dengan mengakusisi My-Space.com, sebuah situs jaringan dengan harga 587 juta dolar. Lewat tangan dinginnya, setahun setelah pembelian My-Space asetnya meningkat lima kali lipat menjadi tiga miliar dolar.

Berdasarkan daftar majalah Forbes pada 2010, Rupert Murdoch adalah orang terkaya ke-38 di Amerika dan ke-117 di seluruh dunia. Jumlah kekayaannya diperkirakan mencapai US$6,2 miliar. Dengan kerajaan media yang dimilikinya diseluruh dunia, mulai televisi, tv kabel, tv satelit, media cetak, radio dan sekarang media online Murdoch telah menjadi seorang pebisnis visioner yang menggurita di berbagai belahan dunia.

I think a newspaper should be provocative, stir 'em up, but you can't do that on television. It's just not on.

| Rupert Murdoch

Page 68: Money & I Vol. 31

68 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Growth Strategies

I Made Wenten B.Kabid Support & Operation BPR Lestari

Tadi siang habis lunch (biar keren saya tulis lunch ya, walaupun menunya nasi

campur) saya lanjutkan ke acara lain yang lebih penting, yaitu ngopi. Kopinya Nescape dengan air setengah. Kalau gak ketemu kopi ini pikiran saya bisa uring-uringan, otak gak bisa jalan. Lemot. Kalau ketemu kopi, walaupun tidak lari kencang setidaknya otak saya bisa merangkak lah. Ha…ha…ha

Bicara lunch, ada fenomena lain yang menarik. Ada perubahan, kalau dulu orang sarapan, sekarang berubah menjadi breakfast. Yang tidak berubah adalah menunya, tetep nasi kuning.

Ok, lanjut lagi tentang ngopi. Di

warung ketemu sama anak-anak baru, dan kemudian ngobrol. Kita ngomongin gokart, kita ngomongin photography. Habis itu obrolan berlanjut tentang bangganya mereka kerja di BPRLestari. Mereka bilang “Hebat ya, saya baca di internet kita ternyata sudah berada di posisi 3 besar se Indonesia”. “Dan tidak lama lagi mungkin kita bisa menyalip posisi 1 dan 2, karena pertumbuhan kita lebih cepat dari mereka”.

Respon saya pendek “Iya dong!”. Dan kemudian saya ajukan pertanyaan “kenapa pertumbuhan kita bisa cepat?” Saya lupa apa kelanjutan dari pertanyaan kenapa kita bisa tumbuh cepat, yang pasti pembicaraan berlanjut tentang

banyak orang yang meraih sukses dengan cepat.

Benar, di seminar Financial Revolution-nya Tung Desem Waringin minggu kemarin saya ketemu dengan temen-temen lama. Ternyata banyak dari mereka sekarang sudah memiliki banyak bisnis, beda jauh dengan mereka yang 2 atau 3 tahun lalu. Salah satu teman yang alumni Entrepreneur University, 3 tahun lalu masih nyoba mulai binis ini-itu. Salah satu kegiatannya adalah jualan tiket seminar nyambil jadi event organizer. Tapi sekarang sudah punya 5 spa dan beberapa ruko. Yang begini mah, bukan progress lagi. Ini lompatan. Sekali lagi, lompatan.

Teman yang lain adalah teman kuliah dulu, dan juga satu kos. Sekarang dia sudah punya 2 bengkel mobil besar. Bukan hanya bengkel tapi dia juga juragan kulakan beras dan kebutuhan pokok. Peternakannya sendiri memiliki puluhan ribu ayam bertelur.

Untuk membayangkan puluhan ribu ayam, biar gampang adalah kita bisa bariskan semua ayam itu. Kalau ayam pertama baris dari Teuku Umar, maka ayam terakhir akan sampai di Sanur. Temen yang satu ini juga bikin lompatan.

Kalau teman-teman pada bikin lompatan, terus saya bagaimana? Nah ini masalahnya. Ternyata saudara-saudara, kecerdasan bisnis saya belum mampu untuk bikin

Pasti Ngelah

Blerong!

Page 69: Money & I Vol. 31

69Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

akal, maka muncul praduga ngelah blerong. Kalau sudah begini, urusan bisa runyam.

Ternyata, fenomena blerong tidak hanya terjadi di kampung.

Ada kasus yang mirip. Pertumbuhan bisnis BPR Lestari yang rata-rata 80% setiap tahun, yang berlangsung puluhan tahun ternyata menjadi bahan diskusi. Dan beberapa diskusi yang terjadi berujung pada kesimpulan miring.

Bagi yang tidak memahami cara berpikir dan bekerja kita, menganggap pertumbuhan konsisten puluhan tahun di angka 80% adalah tidak mungkin. Mustahil, tidak

Growth Strategies

lompatan. Kalaupun melompat, kakinya masih nyentuh tanah. Cuman jinjit doang. Kalau teman-teman saya di bisnis sukses luar biasa, maka saya hanya sukses alakadarnya. Maksud sukses alakadar adalah sedikit lebih tinggi dari break event.

Pelajaran moral yang bisa ditarik adalah mereka tahu hal penting yang saya tidak tahu. Mereka memiliki kecerdasan bisnis dan finansial yang mencukupi untuk bikin lompatan. Sementara saya sendiri tidak cukup, bukan hanya tidak cukup tetapi mustahil untuk membuat lompatan.

So saya harus belajar lagi, cari guru yang lebih pintar agar bisa lompat. Bila perlu cari guru yang paling pintar, mahal dikit gak kenapa. Yang penting bisa lompat tinggi dan lebih penting lagi bisa mendarat dengan sukses. Bahaya melompat tinggi bisa, tetapi mendarat dengan baik tidak bisa.

Pasti Ngelah Blerong!

Cerita tentang sukses yang cepat saya ingat kampung. Kalau di kampung ada orang yang sukses dan kaya dengan cepat. Dan tetangga sekitar tidak tahu caranya bagaimana. Atau, walaupun sudah diceritakan mereka masih juga belum paham. Maka mereka akan bilang, mustahil! Gak masuk akal dengan cara begitu bisa sukses atau kaya cepet. Pasti mereka ngelah blerong!

Kecerdasan bisnis dan finansial mereka tidak cukup untuk memahami kenapa orang bisa sukses dengan cepat. Karena gak paham, maka menjadi hal yang tidak masuk akal. Kalau tidak masuk

masuk akal, dan kemudian berlanjut ke “pasti ada sesuatu”. Pasti ada sesuatu atau pasti ngelah blerong cara berpikir yang mirip kan?

Kalau di ambil hikmah positifnya, syukur juga kalau ada rivals yang berfikir seperti itu. Artinya mereka tidak paham, kalau mereka tidak paham berarti saingan menjadi ringan. Enak toh? Bayangkan kalau mereka paham dan tahu caranya, susah kan? Sisi pikiran yang lain protes “Hei tidak boleh ngomong begitu!” Sisi pikiran yang lainnya lagi menjawab “Yee.. namanya saja mengambil hikmah positif”

Kalau boleh menyarankan, seandainya kita melihat sebuah pencapaian yang luar biasa, diluar nalar kita. Maka berarti sesuatu hal yang diluar nalar itu adalah hal yang mungkin. Kalau hal tersebut adalah hal yang mungkin dan ada orang yang berhasil mencapainya, berarti hal tersebut bisa dicapai.

Kalau kita belum pernah mencapainya, berarti kita belum tahu caranya. Kalau kita mengetahui caranya, kemungkinan besar kita bisa mencapainya juga. Agar tahu caranya? Ya belajar!

*blerong : istilah penyugihan untuk di Bali, mirip seperti babi ngepet.

(I Made Wenten B. Pin BB: 2769F391)

Bagi pembaca yang berminat mendapatkan tulisan dalam rubrik ini secara berkala dapat melakukan rgistrasi di :www.money-and-i.com/subscribe.

Kalau kita belum pernah mencapainya,

berarti kita belum tahu

caranya. Kalau kita mengetahui

caranya, kemungkinan besar kita bisa mencapainya

juga. Agar tahu caranya?

Ya Belajar ..!

Page 70: Money & I Vol. 31

70 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Galleri

Era digital semakin menjadi, dan berbagai produk mengadaptasinya ke semua bidang, namun rupanya kesemua hal itu tidak menyurutkan Emmanuel Boucher untuk mengembangkan Winston Opus 12. Sebuah jam tangan berkonsep analog dengan kompleksitas mekanik yang tinggi dan menempatkannya ke dalam

kelas tersendiri.

Opus 12 bersandar kepada rangkaian penanda mekanik yang dapat berputar untuk menunjukkan jam dan menit. Jam tangan ini menggunakan 12 pasang penanda mekanik yang masing-masing terdiri dari penanda berukuran panjang dan pendek untuk membedakan jam dan menit yang ditunjuk. Ke-12 pasang penanda mekanik ini ditempatkan dengan jarak lima menit dari satu sama lain dan dapat berputar untuk memperlihatkan warna biru metalik yang memudahkan pengguna dalam membaca waktu.

Karena penanda mekanik hanya dapat menunjukkan kelipatan lima menit, di bagian tengah Opus 12 telah dilengkapi dengan indikator yang menjelaskan menit waktu secara lebih mendetail, ditambah dengan indikator detik. Lebih dari itu, setiap jamnya penanda mekanik dalam Opus 12 akan berputar secara beruntun untuk menghasilkan keindahan efek visual, bagi Anda yang tertarik, harus menyiapkan USD260.000 untuk menjadikan mahakarya jam tangan tersebut sebagai milik Anda.

Harry Winston Opus 12, Keindahan Jam Tangan dalam Kompleksitas Mekanik

Page 71: Money & I Vol. 31

71Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 72: Money & I Vol. 31

72 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Notes from a Friend

Alex P. ChandraPublisher of Money & I Magazine

Ada satu prinsip yang cukup revolusioner dalam merubah perjalanan hidup saya, yaitu

prinsip berbagi. Sharing.

Dasarnya adalah bahwa dunia dan universe menyediakan cukup bagi semua orang, bahwa opportunity itu prinsipnya tidak terbatas. Abundance. Prinsip ketersediaan.

Jika berurusan soal uang, biasanya seseorang menjadi tightfisted. Semuanya buat saya.

Secara spiritual banyak dijelaskan bahwa sharing akan memberikan lebih banyak lagi rejeki. Membagi bukannya mengurangi melainkan menambah. Saya tidak bisa menjelaskan konsep ini secara spiritual, namun logikanya, dengan berbagi sebenarnya kita

SHARING IS HAVING MORE

menggunakan konsep leverage.

Jika kita terlalu pelit untuk berbagi keuntungan, maka kita akan sulit mempunyai partner bisnis yang

langgeng dan saling menguntungkan. Jika konsep negosiasi kita adalah win-

loose, maka keberhasilan kita akan tertunda-tunda. Sebaliknya jika konsepnya adalah

win-win, kita akan bisa mempertahankan relationship yang saling menguntungkan sampai

selama-lamanya. Partner kita semakin hari, semakin bertambah. That is leverage.

Jika kita berprinsip menggaji karyawan hanya cukup agar dia tidak berhenti bekerja, maka kita akan kehilangan karyawan-karyawan yang berbakat. Yang tinggal nanti hanyalah karyawan-karyawan seadanya yang memang tidak punya pilihan lain. Jika kita

Page 73: Money & I Vol. 31

73Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Notes from a Friend

memikirkan sampai kesejahteraan orang-orang yang bekerja dengan kita, agar bagaimana mereka juga mempunyai sukses yang sama seperti kita, maka orang-orang yang berbakat akan semakin setia, semakin bersemangat, semakin kreatif. Perusahaan akan semakin kuat. That is leverage.

Ada orang-orang yang menjual property-nya “Tanpa Perantara”. Dia gagal memanfaatkan leverage tenaga orang lain, dan waktu orang lain, hanya untuk menghemat 2-3%. Bagi saya itu bukan tindakan yang terlalu cerdas.

Berbagi comes un-natural buat saya. Saya harus berlatih dan berlatih. Saya dari keluarga pedagang Tionghoa. Jurus utama yang diajarkan oleh ayah saya adalah prinsip ekonomis dan prinsip akumulasi. Kalau untung 100, makan 50. Kalau untung 200, makan 50. Kalau untung 500, makan 50 juga. Sisanya diakumulasikan dalam bentuk akumulasi modal atau akumulasi asset lainnya. Banyak orang menjadi kaya dengan teknik demikian. Pendapatan sebanyak-banyaknya, pengeluaran sesedikit-sedikitnya.

Namun prinsip tadi ternyata setengah benar. Jika saja prinsip akumulasi tadi dilengkapi dengan prinsip berbagi, maka kita leveraged. Kekuatan kita menjadi lima kali, sepuluh kali, seratus bahkan seribu kali lipat. Dan ternyata dengan berbagi, opportunity terus datang dan datang lagi. Ternyata benar dunia ini abundance, berkelebihan, seperti banyaknya air di samudra luas.

Masalahnya kedua tangan kita tidak cukup untuk memindahkan isi lautan, kita perlu bantuan. Dan dengan berbagi, kita akan mendapatkan bantuan (leverage) yang disediakan universe.

Dan ternyata dengan berbagi, opportunity terus datang dan datang lagi. Ternyata benar dunia ini abundance, berkelebihan, seperti banyaknya air di samudra luas.

Page 74: Money & I Vol. 31

74 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Inspiration

Tanah semakin mahal karena jumlah penduduk yang semakin banyak, namun teknologi seolah bak tak pernah kehabisan akal untuk mencari

solusinya. Terbaru adalah proyek utopis dari Yacht Island yang melansir sebuah pulau bergerak dalam sebuah yacht.

Inilah terobosan yang bukan hanya membeli kemewahan, namun menyajikan area baru untuk menikmati hidup ditengah lautan. Setelah berhasil membuat desain kapal dengan nuansa jalanan di Monako, Yacht Island berinovasi dengan suasana sebuah pulau tropis di kapal pesiar.

Pulau tropis yang dapat bergerak hingga 15 knot ini memiliki panjang 90 meter dimana suasana dalam pulau buatan tersebut hampir mirip dengan situasi di sebuah pulau tropis pada umumnya. Di bagian tengah kapal, terdapat sebuah gunung menjulang tinggi.

Tepat di bagian bawah gunung, terdapat sebuah air terjun, yang kemudian mengalir menuju sebuah teluk kecil yang menjadi kolam pribadi anda. Di sini Anda dapat memanjakan diri, tersedia bar, spa pribadi, dan empat kamar VIP yang semuanya dilengkapi dengan balkon.

Bagi rekan yang akan mengunjungi Anda ke pulau pribadi ini, maka tersedia helipad yang terletak di bagaian belakang kapal. Jadi Anda dapat menerima tamu kapan pun. Dibagian bawah teluk atau kolam dapat dijadikan pusat rekreasi karena terdapat sarana seperti jet ski, kayak dan RIB.

Yacht Island

Page 75: Money & I Vol. 31

75Vol. 31 | Juli - Agustus 2012

Page 76: Money & I Vol. 31

76 Vol. 31 | Juli - Agustus 2012