Mineral Matters in Batubara
-
Upload
putri-aprillia -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of Mineral Matters in Batubara
MINERAL MATTERS ASSOSIATED WITH
THE MACERALS OF COAL
OLEH : Hizkia Christian (12113021) Najib Mahwan N. (12113026) Prayoga Wirya A. (12113056) Fina Fitriana R. (12113079) Linda Permata (12113081) Kevin Satrio A. (12113092)
Mineral matter in coal includes minerals and other inorganic material in, and
assosiated with, macerals.
Mineral matter in coal consists of 5 kinds of materials :
a. Crystalline mineral particles and aggregates
b. Non-crystalline mineral detritus and aggregates
c. Inorganic elements and compounds associated with the organic molecules of macerals
d. Inorganic elements and compounds dissolved in the pore water and surface water in coal
e. Inorganic constituents in coalbed gas
Mineral matter in coal :
1. Reflects the geochemical characteristics of coal
2. Has a great influence on coal processing ang utilization
3. May result in pollution to the environment (trace elements)
4. May indeed be a mineral resource
The macroscopic occurences of minerals in coal are in the shapes of
rounded pellets, nodules, lenticles, bands, and sometimes in dispersed
crystals.
The microscopic occurences are isolated euhedral crystals, broken crystal
fragments, microscopic nodules, and submicroscopic crystalline aggregates.
The minerals in coal may be classified into the following groups according to
genesis :
a. Plant-origin minerals
b. Terrigenous detrital minerals
c. Chemical and biochemical minerals (authigenic minerals)
d. Minerals formed during diagenetic alteration
According to the formation stages, the minerals may be classified into two kinds:
a. Syngenetic minerals – formed at the same time during the accumulation of the plant
debris
b. Epigenetic minerals – formed after the coal reached its present rank
Tersebar di dalam/di antara masaeral
Berukuran <1μm->100μm
Batas keterdapatan mineral yang diterima: 5%-15%
Mikroskop Cahaya
Lanjutan:
Difraksi Sinar-X
Mikroskop Elektron
Electron Microprobe
Analisa Abu (Ash Analysis)
Ikut tertimbun saat awal pembentukan batubara
Butir halus
Bercampur dengan batubara (Intimately Intermixed)
Terbentuk pada proses pembatubaraan
Butir Kasar
Tidak bertumbuh bersama batubara (Terletak di bukaan)
Pada sebagian besar batubara, clay minerals sering muncul
Dalam beberapa kondisi clay minerals mendominasi sekitar 60-80% dari total mineral
matter yang berasosiasi dalam batubara
Sumber dari clay sangat jelas, tapi pada beberapa kasus sulit untuk dipastikan. Tiga
proses yang sangat penting yaitu:
1. Mechanical Inheritance (detrital)
2. Transformation
3. Neoformation (authigenesis)
Clay minerals biasanya muncul sebagai inklusi batubara yang terdispersi dengan baik
atau sebagai lapisan yang mengandung clay yang hampir murni
Transmission electron microscopical (TEM) memungkinkan melihat clay mineral
sampai ukuran 100Å
Clay minerals dan microlitotypes di dalamnya dapat mengembang akibat adanya
kehadiran air. Sifat mengembang ini paling sering muncul pada grup mineral
montmorillonite
Transformasi dari clay, baik dalam mineralogi dan tekstur adalah hal yang terjadi akibat
migrasi atau ketahanan dari hidrokarbon
http://www.wvgs.wvnet.edu/www/datastat/te/Photos/zircon.GIF
Quartz terdapat pada proses penggambutan
Jenis quartz dalam batubara tebagi dalam 2
kelompok :
a. Clastic quartz grains, terbawa ke gambut oleh
air/udara
b. More finely crystalline quartz (rarely chalcedony),
terbentuk dari larutan setelah terdeposisi dalam
lapisan, atau hasil pelapukan (weathering) feldspar
dan mika
https://i.ytimg.com/vi/uodHWPK8beY/maxresdefault.jpg
http://energy.usgs.gov/portals/0/Rooms/geochemistry_research/images/electron_ph
oto_2.jpg
Mineral karbonat yang paling umum dalam batubara adalah kalsit, yang
sering terdapat di vein atau sebagai pengisi cleat dan juga dapat
mengisi rongga pada maseral, terkadang sebagai replacement.
Kedua yang paling umum dari mineral karbonat pada batubara adalah
siderit, yang terdapat sebagai nodul bulat (spheroidal nodules) atau
mosaic aggregate dari kristal halus.
Mineral karbonat yang lain adalah ankerite dan dolomit yang terdapat
baik dalam bentuk kristal idiomorphic atau diserap menjadi bahan
tanaman untuk membentuk “coal balls” (duplerit).
Semua mineral karbonat asalnya authigenetic. Namun, mineral
karbonat mungkin syngenetik atau epigenetik. Siderit dan dolomit
cenderung asalnya syngenetik, sedangkan kalsit dan ankerite
cenderung epigenetik.
SulfiDA
Muncul dalam bentuk inorganik dan organik pada batubara
Bentuk paling penting sulfur inorganik adalah sulfide.
Sulfide yang sangat melimpah yaitu pirit dan markasite.
Selama penggambutan: pirit umumnya muncul dalam bentuk framboid akibat dari penggambutan
syngenetik.
Bentuk framboid mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kecepatan reaksi dengan
oksigen lebih tinggi daripada kristal tunggal,sehingga meningkatkan bahaya pembakaran spontan.
Dinding sel material tumbuhan digantikan oleh pirit sehingga pada penggambutan batubara dan
silika,tekstur tumbuhan diawetkan dalam bentuk yang tidak terpadatkan.
Pada umumnya,batubara yang terdeposisi pada basin paralik lebih kaya akan pirit dibandingkan
basin limnik.
Diantara deposit batubara paralik, lapisan yang diganggu oleh transgresi marine dicirikan dengan
kandungan pirit yang tinggi dan kadang-kadang mengandung sulfur organik,terutama di lapisan
bagian atas.
Pada humic coal dan sapropelic coal kaya sulfur,pirit dengan bentuk butir halus mengandung vitrinit
tinggi.
Siderit primer dapat berubah menjadi pirit dengan menurunkan kandungan H2S.
Impregnasi fusinit dan semifusinit dengan pirit mungkin terjadi pada tahapan
yang bervariasi pada proses pembatubaraan.
Markasit berbeda dengan pirit dari segi sistem kristal. Sistem kristal pirit
isometrik, sedangkan sistem kristal markasit ortorombik.
Markasit anisotrop pada polarisasi cahaya
Kereaktifan mineral besi sulfida pada lapisan strata coal-bearing bergantung
pada cuaca dan meningkat pada air asam tambang.
Kehadiran pirit yang bervariasi digunakan untuk menyeimbangkan potensial
karbonat menjadi netral secara berurutan ketika pembentukan potensi asam
batuan.
Pada penambahan menjadi besi sulfida, banyak lapisan batubara mengandung
sedikit sphalerite, galena dan kalkopirit,terutama jika urat hidrotermal muncul
disekitar lapisan. Mineral tersebut, bersama-sama besi sulfida tahap akhir,
depositnya berupa bukaan dan fissure selama pembatubaraan. Kadang-
kadang muncul lapisan pirit, sphalerte dan galena atau kalkopirit.
Distribusi mineral sulfur pada batubara pada coking coal sangat berlebihan
merupakan sesuatu yang tidak diinginkan. Oleh karena itu,perlu
memperhatikan kehadiran dan karakteristik sulfur pada batubara.
Pada batubara domestik,kandungan sulfur yang tinggi membutuhkan instalasi
mahal untuk desulfurisasi pipa gas untuk menghindari polusi oleh emisi oksida
sulfur.
Pada power plants, raksi antara sulfur dan alkali atau alkaline bumi membentuk
kompleks sulfat yang tidak diinginkan dan berkontribusi pada kontaminasi
pemanasan permukaan dan korosi.
www.itrcweb.org/framboidal www.euromin.net/pyrite
http://www.mdpi.com/minerals/minerals-05-
00525/article_deploy/html/images/minerals-05-00525-g004-1024.png
http://pmburrow.com/wp-content/uploads/2013/03/coke.jpg
•
•
•
http://www.wvgs.wvnet.edu/www/datastat/te/Photos/Goyazite.gif
http://www.wvgs.wvnet.edu/www/datastat/te/Photos/zircon.GIF
http://wikitravel.org/upload/shared//thumb/2/27/Central_Germany_Regions_
01.png/350px-Central_Germany_Regions_01.png
•
•
•
http://www.sapec.co.uk/Dcp00365.jpg
https://katana17.files.wordpress.com/2014/10/life-in-the-third-reich-pics-
0073.gif
Trace elements terdapat di batubara dalam jumlah kecil namun dianggap berbahaya
bagi lingkungan.
Perlu diketahui untuk menyesuaikan dengan daya dukung lingkungan selama
penambangan dan pemanfaatan.
Tidak hanya konten, keterdapatan trace elements juga dipertimbangkan seperti
mengetahui mineral assosiasi pada trace elements di batubara pada saat pemurnian.
Trace elements dikelompokkan menjadi empat yaitu: as bottom ash, as flyash removed
by particle attenuation, as fine ash, dan as part of the vapor phase.
Dinyatakan dalam satuan ppm (ug/g atau mg/kg).
Class 1: elements that are approximately equally concentrated in the fly ash and
bottom ash, or show little or no small particle enrichment. Examples include
manganese (Mn), beryllium (Be), cobalt (Co), and chromium (Cr).
Class 2: elements that are enriched in the fly ash relative to bottom ash, or show
increasing enrichment with decreasing particle size. Examples include arsenic (As),
cadmium, (Cd) lead (Pb), and antimony (Sb).
Class 3: elements which are emitted in the gas phase primarily mercury (Hg) and in
some cases, selenium (Se).
Unsur yang menjadi concern utama adalah arsen (As), Boron (B), Cadmium (Cd),
Chromium (Cr), Flourine (F), Mercury (Hg), Molybdenum (Mo, Lead (Pb) dan Selenium
(Se).
Unsur-unsur tersebut berdampak buruk pada kesehatan pada exposure yang tinggi.
Senyawa dari unsur tersebut hampir semuanya volatile dan dilepas ke atmosfer melalui
emisi gas dan partikel yang terjebak.
Keterdapatan unsur tersebut dalam wujud uap juga berbahaya.
The Clean Air Act Amendments (CAAA)
of 1990 identified eleven trace elements
and their compounds commonly found
in coal as potentially “hazardous air
pollutants” (HAPs). These elements are
listed in the table above.
Major concern: arsenic (As), boron (B), cadmium (Cd), lead (Pb), mercury (Hg),
molybdenum (Mo) and selenium (Se). Arsenic, cadmium, lead and mercury are highly
toxic to most biological systems at concentrations above critical levels. Selenium is an
essential element but is also toxic above certain levels. High levels of molybdenum and
boron in plants are of concern. Molybdenum affects the lactation of cows and boron is
phytotoxic. Phytotoxicity is a term used to describe the degree of toxic effect by a
compound on plant growth.
Moderate concern: chromium (Cr), vanadium (V), copper (Cu), zinc (Zn), nickel (Ni)
and fluorine (F). These elements are potentially toxic and are present in coal
combustion residues at elevated levels. Bio-accumulation is of some concern. Fluorine
has an adverse effect on forage.
Minor concern: barium (Ba), strontium (Sr), sodium (Na), manganese (Mn), cobalt
(Co), antimony (Sb), lithium (Li), chlorine (Cl), bromine (Br) and germanium (Ge).
These elements are of little environmental concern. They were classified mainly on the
basis that they are present in residues.
Elements of concern but with negligible concentrations: beryllium, thallium, silver,
tellurium. These elements have known documented relationships to health but the low
levels present are considered to have negligible impact.
Radioactive elements: uranium (U) and thorium (Th) Uranium and thorium are
radioactive and the products of their decay are the natural radionuclides present in the
environment. Of the naturally-occurring radionuclides, radium, polonium and radon are
of some concern. Radium and polonium are alpha emitters with long half-lives. Radon is
a gas with a short half-life and there has been some concern on the build-up of radon in
underground coal mines.
Unsur syngenetic berasal dari tumbuhan dan dibawa oleh air dan angin dalam
bentuk material detritus.
Mineral epigenetik terbentuk setelah fase gambut merupakan sumber utama dari
trace elements.
Selama fase gambut, trace elements berasosiasi dengan material tumbuhan yang
hancur dan membentuk kombinasi organik dan beberapa asosiasi anorganik.
Pengaruh liingkungan laut pada depositional environment of range B content berdasarkan Australian Permian Coals: (Swaine, 1992)
up to 50 ppm B freshwater-influenced
50-110 ppm B midly brackish water-influenced
100 ppm B brackish water-influenced
Selama diagenesis, trace elements terpengaruhi dengan berubahnya rank, tectonic setting, hydrology, weathering, dan thermal alteration.
Perubahan hidrologi terjadi dengan perubahan suplai ion terlarut dan pengkayaan unsur lainnya.
Thermal alteration, contohnya intrusi batuan beku, merubah konsentrasi relative dari volatile elements. Loses dari beberapa elements terjadi karena coal seam burning in situ. (Goodarzi & Gentzis, 1990).
ARSENIC
Arsenic is carcinogenic and can cause damage to peripheral nerves and blood
vessels. It can also cause anaemia and gastric disturbance. Arsenic is accumulated
in the food chain, especially in seafood. Concentrations exceeding 50 μg/L in
drinking water are considered hazardous.
BORON
Boron-rich soils can limit plant growth resulting in decreased crop yields. Limits exist
on the levels of boron in wastewater and water for irrigation.
CADMIUM
Cadmium has no known biological function. It accumulates in the kidneys and liver. It
is carcinogenic and can cause emphysema and fibrosis of the lung.
CHROMIUM
Chromium is carcinogenic. It accumulates in the liver and spleen. Chromium exists in
the non-toxic form Cr(III) and tends to be absorbed onto clays, sediments and
organic matter. It is therefore not very mobile in the environment. Cr(VI) is more
mobile and more toxic.
FLUORINE
Fluorine is readily absorbed in the body andconcentrates in the same tissues as
calcium, especially the bones and teeth. There is some evidence to suggest that
fluorine can cause genetic damage and disruption of the immune system. Fluorine
causes leaf damage to plants.
MERCURY
Exposure to mercury causes neural and renal damage, and cardiovascular disease.
Organo-mercury compounds bio-accumulate, particularly in fish.
MOLYBDENUM
Pastures containing high levels of molybdenum cause disease in cattle and sheep as
well as poor growth and anaemia. The high molybdenum affects the absorption and
metabolism of copper which is an essential element.
LEAD
Lead causes anaemia and has cardiovascular, neurological and gastrointestinal effects.
Some compounds are animal and possible human carcinogens.
SELENIUM
Although selenium is an essential element, the safe range is narrow. Elevated levels
cause gastrointestinal disturbance, liver and spleen damage, and anaemia.
Trace elements yang terdapat di batubara hadir dalam konsentrasi yang bervariasi,
bergantung pada histori geologis masing-masing.
Trace elements yang berasosiasi dengan mineral harus dapat diidentifikasi untuk
menjaga keramahan lingkungan baik pada saat penambangan dan pemanfaatan.