MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS...

27
MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah Indonesians are actually representation of rich nation because they have many cultures with various diversities. On the other hand, the fact is that there are so many cultures have lost, entirely disappeared, or stolen by others. It is because we are remiss to behave properly on the cultures and carry out them. Therefore, it needs institutional approach in the form of government’s concrete steps and reinforcement on education’s role. Prolog Batik Indonesia secara resmi telah diakui oleh UNESCO. Batik dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia (representative list of the intangible cultural heritage of humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (fourth session of the intergovernmental committee) tentang Warisan Budaya Tak Benda di Abu Dhabi. UNESCO mengakui batik Indonesia bersama dengan 111 nominasi mata budaya dari 35 negara, dan yang diakui dan dimasukkan dalam Daftar Representatif sebanyak 76 mata budaya. Sebelumnya pada tahun 2003 dan 2005 UNESCO telah mengakui Wayang dan Keris sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia 33

Transcript of MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS...

Page 1: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA

Husamah

Indonesians are actually representation of rich nation because they have many cultures with various diversities. On the other hand, the fact is that there are so many cultures have lost, entirely disappeared, or stolen by others. It is because we are remiss to behave properly on the cultures and carry out them. Therefore, it needs institutional approach in the form of government’s concrete steps and reinforcement on education’s role.

Prolog

Batik Indonesia secara resmi telah diakui oleh UNESCO. Batik dimasukkan ke dalam

Daftar Representatif sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia (representative list of

the intangible cultural heritage of humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah

(fourth session of the intergovernmental committee) tentang Warisan Budaya Tak Benda di

Abu Dhabi. UNESCO mengakui batik Indonesia bersama dengan 111 nominasi mata

budaya dari 35 negara, dan yang diakui dan dimasukkan dalam Daftar Representatif

sebanyak 76 mata budaya. Sebelumnya pada tahun 2003 dan 2005 UNESCO telah

mengakui Wayang dan Keris sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Warisan

Manusia (masterpieces of the oral and intangible cultural heritage of humanity) yang pada

tahun 2008 dimasukkan ke dalam Daftar Representatif. 1

Disadari atau tidak batik Indonesia sarat dengan teknik, simbol, dan budaya yang

tidak lepas dari kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari lahir sampai meninggal.

Kekayaan ragam batik yang datang dari beberapa wilayah dan provinsi, menjadi bukti

bahwa Indonesia layak menjadi sumber budaya di mana batik tumbuh dan berkembang.

Tradisi membatik diturunkan dari generasi ke generasi. Batik terkait dengan identitas

budaya rakyat Indonesia dan melalui berbagai arti simbolik dari warna dan corak

mengekspresikan kreativitas dan spiritual rakyat Indonesia. Batik Indonesia memiliki

keunikan yang tidak ditemukan di negara lain. Bagi masyarakat Jawa misalnya, batik 1 Lihat “Batik Indonesia Resmi Diakui UNESCO”, Antara, Jumat, 2 Oktober 2009

33

Page 2: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

bukan hanya sebuah kain bercorak, tetapi juga penggambaran filosofi kehidupan dan

warisan budaya leluhur yang harus dijaga.2

Masuknya Batik Indonesia dalam UNESCO representative list of intangible cultural

heritage of humanity atau Wayang dan Keris sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan

Takbenda Warisan Manusia (masterpieces of the oral and intangible cultural heritage of

humanity) memang merupakan bukti pengakuan internasional terhadap salah satu mata

budaya Indonesia. Namun, jika kita punya itikad baik, sejatinya inilah momentum untuk

introspeksi diri terkait kelalaian kita terhadap warisan atau khazanah budaya bangsa.

Mengapa?

Tulisan singkat ini, dengan segala kekurangan dan keterbatasan ilmu penulis dan

sebagai seorang awam, akan mencoba mengangkat “cermin” kealfaan itu sekaligus

mencari bentuk sintesis pemecahan masalah identitas kebudayaan bangsa. Oleh karena itu,

uraian dalam artikel ini dibatasi pada konsep kebudayaan dan identitas budaya nasional,

ancaman terhadap kekayaan budaya bangsa, dan solusi yang ditawarkan yaitu kaitannya

dengan peran pemerintah dan pendidikan.

Kebudayaan dan Identitas Kebudayaan Nasional

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta, buddhayah yaitu bentuk jamak dari

buddi yang berarti akal. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan

akal. Bila dilihat dari kata dasarnya, kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari

budi daya yang berarti daya dari budi. Dari pengertian tersebut kemudian dibedakan antara

budaya yang berarti daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.3

Kebudayaan dapat didefinisikan juga sebagai suatu keseluruhan pengetahuan

manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan

menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah

lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu

golongan sosial, yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya

kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan

simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk

juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian, setiap anggota

2 Periksa “Batik Warisan Budaya Indonesia”, dalam http://www.jatengpromo.com, edisi 15 Oktober 2009.

3 Sugiarti dan Trisakti Handayani, Kajian Kontemporer Ilmu Budaya Dasar UMM Press, Malang, 1999, hal. 17.

34

Page 3: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat

tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses

belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak

selamanya sama.4

Dalam kajian mengenai kebudayaan, kebudayaan dilihat terdiri atas unsur-unsur

yang masing-masing berdiri sendiri tetapi satu sama lainnya berkaitan dalam usaha-usaha

pemenuhan kebutuhan manusia. Unsur-unsur kebudayaan tersebut adalah: (1) bahasa dan

komunikasi; (2) ilmu pengetahuan; (3) teknologi; (4) ekonomi; (5) organisasi sosial; (6)

agama; dan (7) kesenian.5

Secara sederhana, pengertian kebudayaan dan budaya dalam Ilmu Budaya Dasar

(IBD) mengacu pada pengertian sebagai berikut:61) Kebudayaan dalam arti luas adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan

masyarakat yang diperoleh melalui belajar. Istilah kebudayaan digunakan untuk

menunjukkan hasil fisik karya manusia, meskipun hasil fisik karya manusia sebenarnya

tidak lepas dari pengaruh pola berpikir (gagasan) dan pola perilaku (tindakan) manusia.

Kebudayaan sebagai suatu sistem memberikan pengertian bahwa kebudayaan tercipta dari

hasil renungan yang mendalam dan hasil kajian yang berulang-ulang tentang suatu

permasalahan yang dihadapi manusia sehingga diperoleh sesuatu yang dianggap benar dan

baik; 2) Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering

disebut kultur (culture, bahasa Inggris) yang mengandung pengertian keseluruhan sistem

gagasan dan tindakan. Pengertian budaya atau kultur dimaksudkan untuk menyebut nilai-

nilai yang digunakan oleh sekelompok orang dalam berpikir dan bertindak. Seperti halnya

dengan kebudayaan, budaya sebagai suatu sistem juga merupakan hasil kajian yang

berulang-ulang tentang sesuatu permasalahan yang dihadapi manusia.

Dalam khazanah antropologi Indonesia, kebudayaan dalam perspektif klasik pernah

didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

yang diperoleh dengan cara belajar. Dalam pengertian tersebut, kebudayaan mencakup

segala hal yang merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk di

dalamnya benda-benda hasil kreativitas/ciptaan manusia. Namun dalam perspektif

4 Parsudi Suparlan, Suku bangsa dan Hubungan Antar Sukubangsa, Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, Jakarta, 2005, hal. 5.

5 Ibid, hal. 2-36 Sugiarti dan Trisakti Handayani, hal. 17-18.

35

Page 4: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

antropologi yang lebih kontemporer, kebudayaan didefinisikan sebagai suatu sistem simbol

dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma

dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari

masyarakat bersangkutan.7

Menurut Djojodigoena dalam bukunya Asas-asas Sosiologi (1985) mengatakan

bahwa budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.8 Cipta adalah

kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalaman lahir

dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan bersumber pada kenyataan yang

ada. Karsa adalah kerinduan manusia untuk menginsyafi sangkan paran, yakni dari mana

manusia sebelum lahir (sangkan), dan kemana manusia sesudah mati (paran). Lalu

muncullah berbagai sistem kepercayaan dan agama. Rasa adalah kerinduan manusia akan

keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia

merindukan keindahan dan menolak sesuatu yang buruk. Buah perkembangan rasa

terjelma dalam berbagai bentuk norma keindahan yang kemudian menghasilkan berbagai

macam kesenian.

Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan jenis-jenisnya,

yaitu: 1) hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup

masyarakat dengan adat-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan

negeri; tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan; 2) angan-angan

manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan;

3) kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang

perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang

berjenis-jenis; semuanya bersifat indah.9

Sementara itu, sebagai suatu istilah, “identitas nasional” dibentuk oleh dua kata, yaitu

“identitas” dan “nasional”. Identitas dapat diartikan sebagai ciri, tanda atau jatidiri,

sedangkan “nasional” dalam konteks ini berarti kebangsaan. Dengan demikian, identitas

nasional dapat diartikan sebagai jatidiri nasional atau kepribadian nasional. Jatidiri

nasional suatu bangsa tentu berbeda dengan jatidiri bangsa lain. Ini disebabkan oleh

perbedaan latar belakang sejarah, kebudayaan, maupun geografi. Jatidiri nasional bangsa

Indonesia terbentuk karena rakyat Indonesia memiliki pengalaman sejarah yang sama.

7 Sinar Harapan, 27 Mei 2004.8 Sugiarti dan Trisakti Handayani Ibid. hal. 8.9 Ki Hajar Dewantara, Kebudayaan , Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta,

1994.

36

Page 5: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

Pengalaman sejarah yang sama itu dapat menumbuhkan kesadaran kebangsaan yang

kemudian pada ujungnya melahirkan identitas nasional.10

Lahirnya identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari dukungan faktor

objektif, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan geografis-ekologis dan demografis; dan

faktor subjektif, yaitu faktor-faktor historis, politik, sosial dan kebudayaan yang dimiliki

bangsa itu.11 Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells mengemukaan teori

tentang munculnya identitas nasional sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor

penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif.

Faktor pertama mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya.

Faktor kedua meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan

bersenjata modern dan sentraliasi monarkis. Faktor ketiga mencakup kodifikasi bahasa

dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan

nasional. Faktor keempat meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif

melalui memori kolektif rakyat. Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam

proses pembentukan identitas nasional bangsa Indoensia, yang telah berkembang dari masa

sebelum Indonesia mencapai kemerdekaan.12 Munculnya Sumpah Pemuda Oktober 1928,

setidaknya sangat mendukung upaya pencarian nasionalisme Indonesia sekaligus

penemuan identitas nasional bangsa Indonesia.13

Gagasan kebudayaan nasional sebagai identitas nasional sudah dicetuskan sejak

Sumpah Pemuda tahun 1928. Gagasan itu kemudian diikuti oleh seluruh pemuda berbagai

daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan

menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi

tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Kebudayaan sebagai identitas nasinal menunjukkan betapa kebudayaan adalah aspek yang

sangat penting bagi suatu bangsa karena jelaslah bahwa kebudayaan juga merupakan jati

diri dari bangsa itu sendiri.

Kebudayaan nasional bersumber pada puncak-puncak kebudayaan lokal atau

kebudayaan daerah di seluruh Indonesia yang selaras dengan norma-norma berbangsa dan

bernegara. Kebudayaan nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di

10 Asykuri Ibn Chamim et al., Civic Hukum: Pendidikan Kewarganegaraan, Diktilitbang PP Muhammadiyah dan LP3 UMY, Yogyakarta, 2003, hal. 209.

11 Joko Suryo, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah pada Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic Education, LP3 UMY, Yogyakarta, 2002.

12 Ibid. 13 M.R. Karim. ”Arti Keberadaan Nasionalisme”, Analisis CSIS XXV/2/1996, hal. 103.

37

Page 6: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

negara tersebut. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan dalam wilayah atau daerah

tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi

berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk

suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu

menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain.

Budaya daerah mulai terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan-kerajaan

terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-

masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang berbeda satu sama lain.14

Kebudayaan nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya yang terdapat

dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada kebudayaan nasional.

Itu tidak berarti kebudayaan nasional sekadar penjumlahan semua budaya lokal di seantero

Nusantara. Kebudayan nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan

realitas. Kebudayaan nasional akan mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara

asli tetap mantap, dan di lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna

oleh seluruh warga masyarakat Indonesia.15

Menyikapi perkembangan zaman, selanjutnya, kebudayaan nasional Indonesia perlu

diisi oleh nilai-nilai dan norma-norma nasional sebagai pedoman bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara di antara seluruh rakyat Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah

nilai-nilai yang menjaga kedaulatan negara dan integritas teritorial yang menyiratkan

kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air, serta kelestariannya, nilai-nilai tentang

kebersamaan, saling menghormati, saling mencintai dan saling menolong antar sesama

warganegara, untuk bersama-sama menjaga kedaulatan dan martabat bangsa.

Pembentukan identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir

(mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa, merupakan tugas

utama dari pembangunan kebudayaan nasional. Singkatnya, kebudayaan nasional adalah

sarana bagi kita untuk memberikan jawaban atas pertanyaan, “Siapa kita (apa identitas

kita)? Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita? Watak bangsa semacam apa yang kita

inginkan? Bagaimana kita harus mengukir wujud masa depan bangsa dan tanah air kita?” 16

14 Dari pola kegiatan ekonomi misalnya, kebudayaan daerah dikelompokan beberapa macam yaitu: ) kebudayaan pemburu dan peramu; 2) kebudayaan peternak; 3) kebudayaan peladang,; 4) kebudayaan nelayan.

15 Franz Magnis Suseno, Filsafat Kebudayaan Politik, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.

16 Meutia Farida Hatta Swasono, ”Kebudayaan Nasional Indonesia: Penataan Pola Pikir”, diajukan pada Kongres Kebudayaan V di Bukittinggi, 20– 22 Oktober 2003.

38

Page 7: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

Ancaman Terhadap Kekayaan Budaya

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang dari

Aceh sampai ke Papua. Ada 17.000 lebih pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan

Republik Indonesia, yang terdiri atas 8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang

belum bernama.17 Di samping kekayaan alam dengan keanekaragaman hayati dan nabati,

Indonesia dikenal dengan keberagaman budayanya. Di Indonesia terdapat puluhan etnis

yang memiliki budaya masing-masing. Misalnya, di Pulau Sumatra: Aceh, Batak, Minang,

Melayu (Deli, Riau, Jambi, Palembang, Bengkulu, dan sebagainya), Lampung; di Pulau

Jawa: Sunda, Badui (masyarakat tradisional yang mengisolasi diri dari dunia luar di

Provinsi Banten), Jawa, dan Madura; Bali; Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tengara Timur:

Sasak, Mangarai, Sumbawa, Flores, dan sebagainya; Kalimantan: Dayak, Melayu, Banjar

dan sebagainya; Sulawesi: Bugis, Makassar, Toraja, Gorontalo, Minahasa, Manado, dan

sebagainya.; Maluku: Ambon, Ternate, dan sebagainya; Papua: Dani, Asmat, dan

sebagainya)18

Indonesia tersusun dari jumlah 470 suku bangsa, 19 daerah hukum adat.19 Jika

ditinjau dari segi bahasa, ada sekitar 726 bahasa daerah yang tersebar di seluruh nusantara.

Mulai dari penutur yang hanya berjumlah belasan orang, seperti bahasa di Papua, sampai

dengan penutur yang berjumlah puluhan juta orang, seperti bahasa Jawa dan Sunda. Suku

bangsa dan etnis itu adakalanya menempati daerah atau wilayah dalam sebuah provinsi dan

adakalanya menempati lintas provinsi. Etnis Jawa, misalnya, menempati tiga provinsi,

yakni Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Walaupun

begitu, suku Jawa tersebar ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke negara

Suriname. Di setiap daerah itu terdapat pula sub-sub etnis dengan sub budaya yang berbeda

pula, misalnya, Solo dan Yogyakarta, sampai ke Banyuwangi, Jawa Timur. Umumnya

orang Indonesia mengenal, misalnya, bahwa orang Solo dan Daerah Istimewa Yogyakarta

sering dikatakan sebagai masyarakat yang memiliki budaya yang halus, tutur sapa yang

lembut, dan budi bahasa yang santun. Hal itu menandai keunggulan budayanya. Akan

17 Sodjuangan Situmorang, ”Pentingnya Dokumentasi Toponimi untuk Mendukung Tata Pemerintahan yang Baik”, makalah dalam The 13th Asia South East & Pacific South West Divisional Meeting, Jakarta, 2006.

18 Koentjaraningrat (ed.), Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta: Djambatan, 2002.

19 Lihat Agustini Rahayu, Pariwisata: Konseptualisasi Kebudayaan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, 2006.

39

Page 8: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

tetapi, tidak jarang pula masyarakat daerah tertentu yang berbicara dan bersikap keras,

namun pada hakikatnya hatinya lembut. 20

Indonesia memiliki ratusan kelompok etnis. Tiap etnis memiliki budaya yang

berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, dan

Eropa, termasuklah kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali

tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang

menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda.

Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat

ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.

Secara graris besar khazanah kekayaan atau artefak budaya tradisional Indonesia

dapat dikelompokkan ke dalam, tarian, ritual, ornamen, motif kain, alat musik, cerita

rakyat, musik dan lagu, data makanan, seni pertunjukan, produk arsitektur, permainan

tradisional, senjata dan alat perang, naskah kuno dan prasasti dan tata cara pengobatan dan

pemeliharaan kesehatan.21 Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas

Indonesia memiliki banyak ragam dari berbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula

dari alat musik tradisional Indonesia ‘dicuri’ oleh negara lain untuk kepentingan

penambahan budaya dan seni musiknya.

Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari berbagai daerah seperti pantun Melayu,

dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu

perhelatan, pentas seni, dan lain-lain. Di bidang busana, warisan budaya yang terkenal di

seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik

meliputi Yogyakarta, Surakarta, Cirebon,  Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan

juga Pekalongan. Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat

dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung

dengan songketnya dari Sumatera Barat (Minangkabau), kainulos dari Sumatra Utara

(Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo dari Sulawesi

Selatan, busana berkoteka dari Papua dan sebagainya.22

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan

yang lengkap dan bervariasi. Beberapa contoh yang diuraikan di atas sengaja untuk

20 Abdul Gaffar Ruskhan, Pemanfaatan Keberagaman Budaya Indonesia dalam Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur asing (BIPA), Pusat Bahasa, Jakarta, 2007, hal. 2.

21 Lihat "http://budaya-indonesia.org/iaci/Halaman_Utama".22 Kunjungi http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia.

40

Page 9: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

membuktikan opini di atas dan sekaligus menegaskan bahwa Indonesia adalah benar-benar

bangsa yang kaya raya, memiliki segalanya. Indonesia adalah satu-satunya negeri dengan

kekayaan alam terlengkap di dunia. Indonesia dapat kita ibaratkan sebagai seorang

primadona yang menjadi rebutan para pengagumnya. Mereka melakukan apapun juga

untuk merebutnya, meskipun dengan cara-cara yang memalukan dan vulgar seperti

pencurian kekayaan budaya, mematenkan, atau menggunakan secara komersial.

Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan,

diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara

asing, ataupun pemerintah negara lain23:

Tabel 1. Daftar Artefak Budaya Indonesia

No Nama Artefak Budaya Daerah Asal Pelaku

1 Batik Jawa Produsen sepatu Adidas

2 Naskah Kuno Riau Pemerintah Malaysia

3 Naskah Kuno Sumatera Barat Pemerintah Malaysia

4 Naskah Kuno Sulawesi Selatan Pemerintah Malaysia

5 Naskah Kuno Sulawesi Tenggara Pemerintah Malaysia

6 Rendang Sumatera Barat Oknum WN Malaysia

7 Sambal Bajak Jawa Tengah Oknum WN Belanda

8 Sambal Petai Riau Oknum WN Belanda

9 Sambal Nanas Riau Oknum WN Belanda

10 Tempe Jawa Beberapa Perusahaan Asing

11 Lagu Rasa Sayang Sayange Maluku Pemerintah Malaysia

12 Tari Reog Ponorogo Jawa Timur Pemerintah Malaysia

13 Lagu Soleram Riau Pemerintah Malaysia

14 Lagu Injit-injit Semut Jambi Pemerintah Malaysia

15 Alat Musik Gamelan Jawa Pemerintah Malaysia

16 Tari Kuda Lumping Jawa Timur Pemerintah Malaysia

23 Tabel ini diolah penulis dari http://budaya-indonesia.org.

41

Page 10: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

17 Tari Piring Sumatera Barat Pemerintah Malaysia

18 Lagu Kakak Tua Maluku Pemerintah Malaysia

19 Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara Pemerintah Malaysia

20 Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara

Jawa Tengah Oknum WN Perancis

21 Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara

Jawa Tengah Oknum WN Inggris

22 Motif Batik Parang Yogyakarta Pemerintah Malaysia

23 Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti

Bali Oknum WN Amerika

24 Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat

Asli Indonesia Shiseido Co Ltd

25 Badik Tumbuk Lada -Pemerintah Malaysia

26 Kopi Gayo Acehperusahaan multinasional (MNC) Belanda

27 Kopi T oraja Sulawesi Selatanperusahaan Jepang

28 Musik Indang Sungai Garinggiang

Sumatera BaratPemerintah Malaysia

29 Kain Ulos -Pemerintah Malaysia

30 Alat Musik Angklung Jawa BaratPemerintah Malaysia

31 Lagu Jali-Jali -Pemerintah Malaysia

32 Tari Pendet BaliPemerintah Malaysia

Pertanyaan kita sekarang mengapa pihak asing atau pun negara lain dengan begitu

beraninya mengklaim budaya nasional Indonesia? Menurut Maman S Mahayana, konflik

klaim kebudayaan sesungguhnya lahir dari kondisi geografis yang berdampingan, sebagai

entitas kembar identik antara dua negara. Akar budaya dan karakter manusia yang hampir

serupa, ditambah dinamisasi serta mobilitas manusianya dari waktu ke waktu, akhirnya

melahirkan banyak produk budaya yang mirip (grey culture). Namun, sama halnya dengan

manusia -- yang meski sekembar apa pun -- pastilah ada ciri tertentu masing-masing.

Begitu pula bangsa. Tiap-tiap bangsa memiliki karakter khas yang membedakan satu dari

42

Page 11: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

yang lain.24 Karena itu, selama kedua pihak konsisten pada kekhasan masing-masing,

niscaya potensi konflik pun akan jarang muncul.

Jadi, mengapa konflik klaim budaya terjadi antara Indonesia-Malaysia?25 Pertama,

adanya kemunculan pihak yang secara agresif dan tiba-tiba mengklaim sebuah identitas

tertentu. Padahal, setelah sekian lama, identitas tersebut menjadi ciri khas ”kembarannya”

dan mereka hidup dalam situasi harmonis. Jauh sebelum terjadinya insiden Tari Pendet,

tari itu telah dikenal publik Indonesia dan mancanegara sebagai bagian dari tradisi Bali.

Karena itu, sangat mengagetkan publik Indonesia ketika tari pendet tiba-tiba dinyatakan

sebagai bagian dari identitas Malaysia.

Kedua, klaim dilakukan secara resmi oleh pemerintah. Dalam konteks politik,

tindakan apa pun yang dilakukan pemerintah secara publik merepresentasikan pendapat

resmi negara tersebut, tidak terkecuali iklan kunjungan wisata Malaysia kali ini.

Akibatnya, respons yang muncul dari negara pemilik identitas sangat frontal.

Ketiga, adanya kemampuan yang tidak imbang di antara kedua entitas dalam

mendefinisikan dan melestarikan kebudayaan masing-masing. Tidak dipungkiri jika kini

Malaysia berkembang menjadi salah satu negara yang diperhitungkan di Asia Tenggara,

baik di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, maupun ekonomi. Celakanya, keunggulan

tersebut berbanding lurus dengan upaya Malaysia mengklaim beberapa identitas

kebudayaan penting negara tetangganya. Kasus klaim atas Batik, Reog, dan lagu Rasa

Sayange merupakan salah satu bukti atas asumsi tersebut. Menariknya, upaya Malaysia

tersebut biasanya telah disertai dengan upaya legalitas hukum untuk mematenkan klaim

yang dimaksud (de jure). Sementara itu, Indonesia biasanya hanya mengandalkan pada

kondisi kepemilikan de facto tanpa banyak mempertimbangkan aspek hukum.

Semakin banyaknya khasanah budaya bangsa yang hilang ternyata lebih banyak

berujung pada faktor terakhir (ketiga) yaitu kelalaian kita dalam menyikapi sekaligus

mengelola kekayaan itu. Kita memiliki kemampuan yang tidak imbang akibat lemahnya

semangat dan penghargaan terhadap budaya sementara bangsa lain lebih memiliki

kesadaran yang juga diwujudkan dalam tindakan nyata mereka. Akhirnya, kita terluka dan

malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu, kita tidak memperhatikannya.

Selama ini kebudayaan selalu dipinggirkan pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli.

Ketidakpedulian warga negara Indonesia terhadap kebudayaannya itupun yang membuat

24 Maman S. Mahayana, Akar Melayu: Sistem Sastra dan Konflik Ideologi di Indonesia dan Malaysia, Indonesiatera, Magelang, 2001.

25 Ibid

43

Page 12: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

seluruh bangsa ini tergopoh-gopoh melakukan pendataan kesenian asli Indonesia, ketika

ada klaim dari negara lain. Menyaksikan klaim negara lain, kita marah, tetapi setelah itu

kita tidak pernah menanganinya secara baik. Akhirnya, secara perlahan-lahan kebudayaan

bangsa ini justru punah. Jika mau jujur, wajah kita hampir sama seperti para polisi dalam

film-film India, yakni selalu terlambat datang ketika semua masalah sudah tuntas. Kita

selalu tidur jika berbicara tentang budaya dan kebudayaan, juga aset dan pusaka bangsa.

Baru setelah dipungut dan diambil orang atau negara lain, kita baru sadar, terjaga dan

terkaget. Tidak hanya itu, kita pun panik, berteriak-teriak, dan ribut-ribut. Kondisi ini tentunya berlawanan seratus delapan puluh derajat dengan Malaysia.

Mereka sangat sadar akan eksistensi kebudayaan. Kebudayaan adalah senjata terbaik untuk

diplomasi internasional dengan potensi bisnis yang juga sangat bagus. Malaysia tahu

mereka kekurangan budaya, mereka pintar melihat kebudayaan negara tetangganya, dan

mereka menghargai budaya untuk mencari keuntungan, sedangkan pemerintah kita tidak

peduli. Dalam soal publikasi seni budaya, ternyata Malaysia yang satu rumpun budaya

dengan Indonesia sangat proaktif dengan melakukan berbagai cara. Selain melakukan

promosi seni budaya melalui televisi, internet, iklan luar ruang, dan media lainnya,

Malaysia juga menerbitkan buku-buku seni budaya. Selian buku terbitan pemerintah,

swasta dan pemerintah kerajaan di negara bagian juga sangat antusias menerbitkan

berbagai buku. Dalam buku Spirit of Wood The Art Malay Woodcarfing, yang merupakan

seni budaya yang berkembang hanya di wilayah Kelantan, Terengganu, dan Pattani,

misalnya, diulas berbagai seni ukir kayu, pembuatan keris, gunungan wayang, mebel,

hiasan dinding, arsitektur rumah, dan perkakas rumah tangga lainnya.26

Ancaman besar lain yang memiliki efek terhadap identitas budaya bangsa adalah

perubahan dalam masyarakat, terjadi karena adanya gelombang globalisasi yang

melahirkan budaya global.27 Proses globalisasi budaya yang berbarengan dengan

globalisasi ekonomi serta pasar akan merupakan ancaman terhadap budaya suatu bangsa.

Kalau sebelumnya budaya suatu bangsa yang tumbuh terisolir dan berkembang secara 26 Hal serupa diulas dalam buku seni lainnya yang diterbitkan Malaysia, baik menyangkut keris, batik,

arsitektur, tari, maupun kesenian rakyat. Tak sekadar buku, berbagai dokumentasi seni juga dipublikasikan lewat internet dan video cakram padat (VCD). Lihat “Perlindungan Budaya Indonesia Lemah” Kompas, 31 Agustus 2009.

27 Pada millenium ketiga ini, globalisasi dimaknai sebagai sebuah proses terintegrasinya bangsa-bangsa di dunia dalam sebuah sistem global yang melintasi batas-batas negara (trans-nasional). Interaksi sosial antar bangsa yang difasilitasi oleh berbagai media informasi yang canggih menggerakkan perubahan sosial di antara bangsa-bangsa dunia dalam berbagai level (lokal, nasional, internasional) menjadi sangat dinamis. Antony Gidden, seorang ilmuwan sosial terkemukan di Inggris, menamai tanda-tanda zaman ini sebagai the runaway world (dunia yang lepas kendali). Lihat lagi Asykuri ibn Chamim et al., Civic Hukum: Pendidikan Kewarganegaraan, Diktilitbang PP Muhammadiyah dan LP3 UMY, Yogyakarta, 2003, hal. 258.

44

Page 13: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

mantap dan statis, maka dalam dunia terbuka keadaan demikian kian terusik. Apabila

budaya bangsa terusik maka terusiklah identitas bangsa itu. Berbagai perubahan

fundamental terus dan akan berlangsung di semua aspek kehihupan manusia dalam era

globalisasi. Kemajuan teknologi mengakibatkan interaksi budaya berjalan semakin intensif

dan terbuka sehingga berdampak pada terjadinya perubahan budaya yang sangat

fundamental. Globalisasi budaya menyebakan perubahan pola gaya hidup, bahkan nilai–

nilai dan tatanan kehidupan manusia. Dalam era globalisasi budaya ada tiga aspek

kehidupan yang berubah dan cenderung terus berubah, yaitu budaya 3–F, budaya makan

(food), budaya berbusana (fashion) dan budaya memenuhi kesenangan hidup (fun).28 

Derasnya arus informasi akhirnya menyebabkan lunturnya kecintaan masyarakat

terutama generasi muda bangsa terhadap peninggalan budaya tradisional (budaya asli)

warisan nenek moyang. Anak-anak, generasi muda dan kaum dewasa, kini tidak lagi

mempunyai rasa ketertarikan dan minat terhadap budaya asli Indonesia. Bahkan parahnya

ada sebagian golongan yang apatis dan apriori terhadap budayanya sendiri. Kondisi ini

semakin diperparah dengan makin sukanya masyarakat mengadopsi dan bangga terhadap

budaya asing. Mereka lebih gengsi berperilaku seperti orang barat dengan keseniannya

juga, serta meletakkan posisi budaya bangsa sebagai budaya yang marginal atau kelas

rendahan.

Mengusung Kembali Identitas Budaya

Setelah diamandemen, pasal 32 berubah menjadi 2 ayat. Ayat (1) berbunyi: "Negara

memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin

kekebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya." 

Jika ayat (1) ini dirinci, ada 3 potongan makna yang terkandung di dalamnya.

Pertama, "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia….". Potongan kalimat

kedua berbunyi,"…di tengah peradaban dunia…", penegasan bahwa kebudayaan Indonesia

adalah bagian dari kebudayaan dan perdaban dunia. Potongan kalimat ketiga, "….dengan

menjamin kebebasan masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai

budayanya"  merupakan cerminan pemenuhan kehendak tentang perlunya kebebasan

dalam mengembangkan nilai budaya masing-masing suku bangsa. Ayat (2) berbunyi,

"Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai  kekayaan budaya nasional",

28 Eti Rochaeti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal. 63.

45

Page 14: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

ini berarti bahwa masalah bahasa (daerah) sudah dengan sendirinya merupakan salah satu

kekayaan (bagian) dari kebudayaan bangsa.29 

Jaminan seperti yang tertuang dalam kedua ayat tersebut sudah semestinya menjadi

kekuatan dan semangat bagi anak bangsa, khususnya pemerintah secara institusional

selaku pengambil kebijakan. Namun demikian, untuk menyelamatkan identitas budaya

bangsaa kita memerlukan lebih dari sekadar pernyataan semata. Bangsa ini memerlukan

suatu grand strategy, strategi besar berdimensi luas dan bervisi jauh ke depan, atas seluruh

hajat hidup dan sumberdaya, termasuk manusia, budaya, bahasa dan sejarahnya.

Pemerintah semestinya melakukan inventarisasi, kodifikasi dan selanjutnya publikasi

identitas kebudayaan secara serentak, terorganisir dan menyeluruh. Faktanya, Indonesia

hingga saat ini tidak memiliki data lengkap mengenai identitas budaya yang tersebar di

setiap daerah. Perlindungan hak cipta terhadap seni budaya juga sangat lemah, sedangkan

publikasi multimedia secara internasional mengenai produk seni budaya masih sangat

minim. Dan yang paling parah Indonesia juga menghadapi persoalan buruknya birokrasi

pendataan hak cipta. Meskipun permohonan pendaftaran hak cipta mengenai seni budaya

sudah disampaikan, misalnya, belum tentu permohonan tersebut segera diproses dan

dipublikasikan. Sejak 2002 sampai Juni 2009,30 misalnya, sudah ada 24.603 permohonan

pendaftaran hak cipta bidang seni yang disampaikan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkum dan HAM). Namun,

hingga saat ini, permohonan yang disetujui belum dipublikasikan. Hal ini juga terkait

dengan belum adanya dasar hukum formal.

Strategi tersebut di atas dapat pula dijabarkan dan dilengkapi dalam bentuk langkah

khusus-konkrit. Strategi yang dimaksud misalnya mendorong pemanfaatan teknologi

informasi dan perangkat-perangkatnya untuk melakukan pendaftaran dan basis data

bersama seluruh khazanah kebudayaan nasional. Itu dengan melibatkan semua pihak se-

nusantara, serta membiasakan generasi muda menggunakan berbagai fasilitas teknologi

informasi untuk keperluan yang terkait dengan pelestarian dan apresiasi kebudayaan

nasional Indonesia. Strategi lainnya dapat berupa mendorong daya kreasi pengembangan

sains dan teknologi yang ber-inspirasi dari kekayaan yang bersumber pada berbagai aspek

kebudayaan tradisional Indonesia atau warisan budaya bangsa (national heritage) yang

sangat bhinneka bagi kemajuan peradaban dunia, menanamkan nilai-nilai budaya

29 Nunus Supardi, Dalam Memajukan Kebudayaan Bangsa Kita Kehilangan Haluan, Depbudpar, Jakarta, 2006.

30 Kompas, 31 Agustus 2009.

46

Page 15: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

lokal/nasional yang positif dan konstruktif. Mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa

yang terbuka maka strategi tersebut perlu dilengkapi dengan upaya menyaring budaya

asing yang masuk melalui aktualisasi budaya.

Salah satu dimensi lain yang tidak bisa diabaikan dalam upaya mengusung kembali

khasanah identitas budaya bangsa adalah dunia pendidikan. Karena ancaman globalisasi

yang paling mendasar adalah globalisasi budaya yang berdampingan dengan globalisasi

ekonomi, maka strategi yang harus diutamakan adalah strategi budaya yang berbasis

penguatan pendidikan. Sumberdaya manusia yang peka terhadap identitas budaya, serta

berdaya saing tiggi juga berwawasan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, dibangun

melalui pendidikan.

Pendidikan, baik formal maupun non-formal adalah bagian dari kebudayaan dan

kebudayaan adalah sistem nilai yang kita hayati.31 Dalam pandangan Daoed Joesoef32

kegiatan pendidikan adalah kegiatan budaya. Melalui pendidikan yang sudah diperbarui

ini, masyarakat dibantu untuk tidak hanya menjadi sekadar pendukung budaya tetapi lebih-

lebih berperan sebagai pengembang budaya. Dalam hubungannya dengan meneguhkan

identitas kebudayaan, pendidikan merupakan wahana sentral dalam menerjemahkan

gagasan tersebut menjadi kenyataan perilaku yang semakin menguat dalam masyarakat,

terutama pada generasi muda.

Wacana tersebut dalam tahap implementasinya mengharuskan pendidikan yang

diterapkan bersumber dari bentuk kurikulum yang sarat muatan atau nilai penguatan

identitas budaya nasional. Ini berarti kurikulum yang bermuatan budaya nasional akan

sama antara satu daerah yang satu dengan daerah yang lain, tetapi akan berbeda ketika

menyangkut identitas budaya lokal masing-masing. Selain membagi dan berbagi

pengetahuan mengenai adat istiadat lokal dan nasional, nilai-nilai budaya bersama juga

harus disampaikan dalam proses pendidikan yang berbasis nilai-nilai budaya lokal dan

nasional. Pengetahuan mengenai adat istiadat lokal maupun nasional dan pemahaman

mengenai nilai-nilai bersama sebagai hasil dari proses pendidikan berbasis nilai-nilai

budaya lokal dan nasional akan membentuk manusia Indonesia yang bangga terhadap

tanah airnya. Rasa kebanggaan ini akan menimbulkan rasa cinta pada tanah airnya yang

kemudian akan mengejawantah dalam perilaku melindungi, menjaga kedaulatan,

31 Husamah, “Mengusung Multikulturalisme”, Media Indonesia, 12 Juli 2008.32 Daoed Joesoef, Pembaharuan Pendidikan dan Pikiran: Masyarakat Warga dan Pergulatan

Demokrasi, Penerbit Kompas, Jakarta, 2001.

47

Page 16: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

kehormatan dan segala apa yang dimiliki oleh negaranya, dalam hal ini adalah identitas

kebudayaan nasional.

Epilog

Tulisan ini pun secara sengaja tidak akan berakhir pada sebuah kesimpulan

sebagaimana layaknya. Namun, ada baiknya kita sedikit menyadari bahwa kebijakan

konkrit sebagaimana yang telah dijelaskan di atas medesak untuk dilakukan agar bangsa ini

tidak terjerembab ke lubang yang sama untuk ke sekian kalinya. Strategi kebudayaan yang

monolitik mesti dipudarkan oleh upaya pemerintah memfasilitasi serta mengadvokasi

setiap hak sosial-budaya yang dimiliki kebudayaan lokal. Jika ingin menyelamatkan 'jati

diri bangsa', maka strategi kebudayaan yang usang perlu dibuang, karenanya, politik

kebudayaan perlu direartikulasi dan revitalisasi dalam nuansa baru yang lebih

memberdayakan, bukan menentukan, tidak jatuh pada logika hasrat materialistik-

kapitalistik semata.

Beberapa saran yang dapat diajukan terkait dengan pendidikan adalah;

1. Merancang sebuah kurikulum yang sarat muatan budaya lokal dan nasional yang

diakui dan dijadikan identitas bangsa. Pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai

pelajaran ekstrakurikuler atau menjadi bagian dari kurikulum sekolah yang terintegrasi

dalam mata pelajaran yang telah ada. Hal ini tentu tidak akan menambah beban siswa

daripada harus menjadi mata pelajaran sendiri. Tentunya wacana ini akan valid jika

didukung penelitian yang tepat dan sesuai.

2. Mmenerapkan kurikulum yang tersebut mulai dari tingkat pendidikan yang paling

rendah.

3. Menentukan metode dan media pembelajaran yang paling tepat dan sesuai dengan

tahap perkembangan siswa.

Daftar Pustaka

Anonim. “Mungkinkah Pariwisata Budaya Indonesia Maju?”. Sinar Harapan. 27 Mei 2004.

Chamim, A., Cipto, B., Nashir, H., Istianah, ZA., Bashori, K., Setiartiti, L., Azhar, M., Tuhuleley, S. Civic Hukum: Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Diktilitbang PP Muhammadiyah dan LP3 UMY. 2003.

Dewantara, K.H. Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. 1994.

48

Page 17: MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS …ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/viewFile/... · Web viewBusana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali

MENGUSUNG KEMBALI KHAZANAH IDENTITAS BUDAYA BANGSA Husamah

Husamah. “Mengusung Multikulturalisme. Media Indonesia, 12 Juli 2008.

Joesoef, D. Pembaharuan Pendidikan dan Pikiran” Masyarakat Warga dan Pergulatan Demokrasi. Jakarta: Penerbit Kompas. 2001.

Karim,M.R. “Arti Keberadaan Nasionalisme”. Analsis CSIS XXV (2). 1996.

Koentjaraningrat (ed.). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. 2002.

Kompas, 31 Agustus 2009.

Mahayana, MS. Akar Melayu: Sistem Sastra dan Konflik Ideologi di Indonesia dan Malaysia. Magelang: Indonesiatera. 2001.

Rahayu, A. Pariwisata: Konseptualisasi Kebudayaan. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2006.

Situmorang, S. “Pentingnya Dokumentasi Toponimi untuk Mendukung Tata Pemerintahan yang Baik”. Makalah dalam The 13th Asia South East & Pacific South West Divisional Meeting. 2006.

Sugiarti, dan Trisakti Handayani. Kajian Kontemporer Ilmu Budaya Dasar. Malang: UMM Press. 1999.

Supardi, N. Dalam Memajukan Kebudayaan Bangsa Kita Kehilangan Haluan. Jakarta: Depbudpar Suparlan, Parsudi. 2005. Suku bangsa dan Hubungan Antar Sukubangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian. 2006.

Suryo, J. 2002. Pembentukan Identitas Nasional, Makalah pada Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic Education. Yogyakarta: LP3 UMY.

Suseno, FM. Filsafat Kebudayaan Politik. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. 1992.

Swasono, MFH. Kebudayaan Nasional Indonesia: Penataan Pola Pikir. Bukittinggi: makalah Kongres Kebudayaan V, Bukittinggi, 20– 22 Oktober 2003.

Rochaeti, E. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.

Ruskhan, AG. “Pemanfaatan Keberagaman Budaya Indonesia Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA)”. Makalah yang disajikan dalam Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia Pertemuan Asosiasi Jepang-Indonesia di Nanzan Gakuen Training Center, Nagoya, Jepang, 10-11 November 2007.

49