MEMBANGUN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR...

23
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 18 MEMBANGUN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR BERDASAR ASPEK NON KEUANGAN USAHAWAN MIKRO DAN KECIL Ani Murwani Muhar [email protected] STIE Harapan Medan ABSTRACT In addition to dominance, the micro and small entrepreneurs have not contributed significantly yet over the nation's economic growth. This problem was still considered to come from the capital or financial aspects. We have still a little view to try for looking at the micro and small businesses performance from non-financial aspects such as Organizational Citizenship Behaviors view (OCB). Therefore OCB can improve the micro and small business performance, so the aim of this study was to looking at the performing aspect of OCB. Through the spreading of questionnaires to micro and small entrepreneurs in the city of Medan, the good and true understanding expected on OCB among the micro and small entrepreneurs will rise. Thus, the forming aspects of OCB such as social capital (social interaction aspect, trust, and share your views) and moral behavior of entrepreneurs can be manifested among them. In statistically by the analysis tool, SEM, the study found that the social capital associated with moral behavior, but social capital and moral behavior has no relationship to organizational citizenship behavior, simultaneously. This phenomenon gives the meaning that social capital is associated with moral behavior, not necessarily give a rising to organizational citizenship behavior among SMEs. Therefore, the benefits can be received from this study results were the existence of OCB in midst of the micro and small entrepreneurs, will be reflected clearly. Thus, the policy makers will have easy fatherly planned to develop of micro and small enterprises. Finally, the small and micro entrepreneurs will increase their competitive advantage. Keywords: social capital, moral behavior, organizational citizenship behavior ABSTRAK Selain dominan, para usahawan mikro dan kecil belum memberikan kontribusi bermakna atas kemajuan ekonomi bangsa. Permasalahan tersebut masih dianggap bersumber dari aspek permodalan/keuangan. Masih sedikitnya pandangan yang mencoba untuk melihat kinerja usaha mikro dan kecil ini, dari sudut pandang non keuangan meskipun sangat berpotensi untuk menumbuhkan kinerja usaha seperti pandangan Organizational Citizenship Behaviors (OCB). Tujuan kajian ini adalah melihat aspek-aspek pembentuk OCB. Dengan penyebaran kuesioner ke usahawan mikro dan kecil di Kota Medan, diharapkan adanya pemahaman yang baik dan benar di kalangan usahawan mikro dan kecil terhadap OCB sehingga, aspek-aspek pembentuk OCB tersebut seperti social capital (aspek interaksi sosial, kepercayaan, dan berbagi pandangan) dan perilaku moral para usahawan dapat diwujudkan di kalangan mereka. Dengan menggunakan teknik analisis SEM, penelitian ini menemukan bahwa social capital berhubungan dengan perilaku moral, tetapi social capital dan perilaku moral tidak memiliki hubungan dengan organizational citizenship behavior. Fenomena ini memberi makna bahwa social capital yang berhubungan dengan perilaku moral, belum tentu melahirkan organizational citizenship behavior di kalangan pelaku UMKM. Manfaat yang akan diterima dari hasil kajian ini adalah tergambarnya secara baik/nyata atas keberadaan OCB di lingkungan usahawan usaha mikro dan kecil, sehingga para pengambil kebijakan akan mendapatkan kemudahan untuk merencanakan pengembangan usaha mikro dan kecil. Akhirnya, berkemampuan untuk meningkatkan keunggulan bersaing para pelaku usaha mikro dan kecil. Kata kunci: social capital, perilaku moral, organizational citizenship behaviors

Transcript of MEMBANGUN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR...

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

18

MEMBANGUN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR BERDASARASPEK NON KEUANGAN USAHAWAN MIKRO DAN KECIL

Ani Murwani [email protected]

STIE Harapan Medan

ABSTRACT

In addition to dominance, the micro and small entrepreneurs have not contributed significantly yet over thenation's economic growth. This problem was still considered to come from the capital or financial aspects. Wehave still a little view to try for looking at the micro and small businesses performance from non-financialaspects such as Organizational Citizenship Behaviors view (OCB). Therefore OCB can improve the micro andsmall business performance, so the aim of this study was to looking at the performing aspect of OCB. Throughthe spreading of questionnaires to micro and small entrepreneurs in the city of Medan, the good and trueunderstanding expected on OCB among the micro and small entrepreneurs will rise. Thus, the forming aspectsof OCB such as social capital (social interaction aspect, trust, and share your views) and moral behavior ofentrepreneurs can be manifested among them. In statistically by the analysis tool, SEM, the study found that thesocial capital associated with moral behavior, but social capital and moral behavior has no relationship toorganizational citizenship behavior, simultaneously. This phenomenon gives the meaning that social capital isassociated with moral behavior, not necessarily give a rising to organizational citizenship behavior amongSMEs. Therefore, the benefits can be received from this study results were the existence of OCB in midst of themicro and small entrepreneurs, will be reflected clearly. Thus, the policy makers will have easy fatherly plannedto develop of micro and small enterprises. Finally, the small and micro entrepreneurs will increase theircompetitive advantage.

Keywords: social capital, moral behavior, organizational citizenship behavior

ABSTRAK

Selain dominan, para usahawan mikro dan kecil belum memberikan kontribusi bermakna ataskemajuan ekonomi bangsa. Permasalahan tersebut masih dianggap bersumber dari aspekpermodalan/keuangan. Masih sedikitnya pandangan yang mencoba untuk melihat kinerja usahamikro dan kecil ini, dari sudut pandang non keuangan meskipun sangat berpotensi untukmenumbuhkan kinerja usaha seperti pandangan Organizational Citizenship Behaviors (OCB). Tujuankajian ini adalah melihat aspek-aspek pembentuk OCB. Dengan penyebaran kuesioner ke usahawanmikro dan kecil di Kota Medan, diharapkan adanya pemahaman yang baik dan benar di kalanganusahawan mikro dan kecil terhadap OCB sehingga, aspek-aspek pembentuk OCB tersebut sepertisocial capital (aspek interaksi sosial, kepercayaan, dan berbagi pandangan) dan perilaku moral parausahawan dapat diwujudkan di kalangan mereka. Dengan menggunakan teknik analisis SEM,penelitian ini menemukan bahwa social capital berhubungan dengan perilaku moral, tetapi social capitaldan perilaku moral tidak memiliki hubungan dengan organizational citizenship behavior. Fenomena inimemberi makna bahwa social capital yang berhubungan dengan perilaku moral, belum tentumelahirkan organizational citizenship behavior di kalangan pelaku UMKM. Manfaat yang akan diterimadari hasil kajian ini adalah tergambarnya secara baik/nyata atas keberadaan OCB di lingkunganusahawan usaha mikro dan kecil, sehingga para pengambil kebijakan akan mendapatkan kemudahanuntuk merencanakan pengembangan usaha mikro dan kecil. Akhirnya, berkemampuan untukmeningkatkan keunggulan bersaing para pelaku usaha mikro dan kecil.

Kata kunci: social capital, perilaku moral, organizational citizenship behaviors

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 19

PENDAHULUANBaik secara lokal (Provinsi Sumatera

Utara) maupun nasional, bangsa Indonesiamasih saja secara terus menerus mem-bicarakan masalah-masalah ekonomi ter-utama yang terkait dengan ekonomi padalevel mikro dan kecil. Hal ini terbukti daridibentuknya sebuah lembaga tertinggi yangmengelola masalah ekonomi di tingkatmikro dan kecil yaitu Kementerian Koperasidan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Lembaga formal tersebut, juga telah hadirmulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga dikabupaten/kota. Kenyataan ini meng-indikasikan bahwa perhatian pemerintahuntuk meningkatkan kinerja para pelakuekonomi di level mikro dan kecil khusus-nya, telah dirancang, dilaksanakan, di-monitor dan akhirnya di evaluasi. Namundemikian, program kerja serta berbagaipaket-paket bantuan itu belum juga mampuuntuk mengangkat kinerja para pelakuusaha mikro dan kecil yang pada giliran-nya, tidak juga mampu untuk memberikandampak pada peningkatan daya saing danpeningkatan kemakmuran taraf hidup layakdi kalangan mereka.

Berdasar hasil laporan Badan PusatStatistik (2011), tingkat kemiskinan pen-duduk di Sumatera Utara pada tahun 2010adalah sekitar 1.490.000 jiwa atau 11,31%dari total penduduk (12.982.204 jiwa).Walaupun angka tersebut menunjukan pe-nurunan dari tahun-tahun sebelumnya(11,51% di tahun 2009; 12,55% di tahun2008; dan 13,90% di tahun 2007) namunkondisi kemiskinan jika tidak mendapatperhatian serius, akan berakibat pada ke-merosotan ekonomi secara keseluruhan.Menurut De Soto (2000), golongan orangberpendapatan menengah ke bawah me-rupakan golongan yang banyak terlibatdalam sektor usaha mikro dan kecil yangdominan belum memiliki status usaha(informal). Hal ini dikarenakan, sektor in-formal tersebut merupakan pilihan mudahbagi masyarakat yang berpenghasilanrendah. Kondisi ini juga diungkapkan olehSethuraman (1984) yang mengatakan bahwa

untuk meningkatkan kondisi kaum miskinadalah dengan cara meningkatkan peng-hasilan mereka.

Salah satu usaha yang telah diupaya-kan oleh banyak pihak terutama pemerintahadalah membangkitkan usaha-usaha ditingkat mikro dan kecil melalui berbagaipaket bantuan yang telah dan sedang di-jalankan. Namun, bantuan berupa pe-nyaluran dana pinjaman tersebut, masihterkendala. Berbagai permasalahan yangkerap dihadapi oleh kelompok usaha ini,oleh Pandjialam (2007) disimpulkan bahwaperbankan belum signifikan memberikansalurannya ke para pelaku usaha informal,belum terkoordinirnya usaha dari pihakpemerintah, para pelaku usaha yang belumbankable, serta belum optimalnya peranlembaga keuangan mikro menjadi beberapacontoh persoalan yang dihadapi oleh ke-lompok usaha informal yang secara umumdikelompokan menjadi kelompok usahamikro dan kecil tersebut.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2008tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,pada pasal 2 menegaskan bahwa asas-asasusaha pada kelompok ini diantaranya ada-lah kekeluargaan, kebersamaan dan ber-kelanjutan. Mengacu pada undang-undangtersebut, tampak bahwa beberapa asas padadasarnya merupakan hal-hal yang padadasarnya dapat dijadikan sebagai modalyang penting pula dalam pengembanganusaha-usaha informal tersebut. Permodalanyang demikian itu sering disebutkan de-ngan istilah social capital. Oleh karenanyasocial capital ini belum pernah dilihatpotensinya untuk dijadikan sebagai sumbermodal dalam pengembangan usaha-usahakelompok mikro dan kecil ini. Bahkan,menurut Son and Lin (2008), social capitalsangat memiliki potensi di dalam me-ningkatkan kinerja baik secara induvidumaupun kelompok. Untuk itu, maka pe-nelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi-nya. Selain belum tereksplorasi secaraserius, social capital ini juga sangat dekatdengan pola-pola kehidupan sehari-haripara pelaku usaha mikro dan kecil yang

20 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

ditandai dari banyaknya waktu yang me-reka manfaatkan untuk beraktifitas sosialbaik sesama pelaku usaha mikro dan kecilmaupun dengan pihak lain. Artinya, dariaktivitas-aktivitas sosial tersebut, akan sa-ngat terbuka berbagai wacana, peluang,potensi yang dapat disinerjikan untuk pe-ngembangan usaha-usaha mereka. Namun,penggalian potensi-potensi sosial tersebutmerupakan suatu penelitian yang panjangguna mendapatkan sebuah hasil yang tepatuntuk diterapkan hasil penelitiannya.

Selain itu, kesemua kondisi di atas sertadiberlakukannya ekonomi yang lebih cen-derung untuk mengedepankan pasar, yangberdampak pada pengedepanan nilai-nilaiindividu, maka berimplikasi luas pula padaperilaku moral masyarakat pelaku UMK.Dengan kata lain, perilaku moral yang lebihcenderung untuk tidak curang, tidak me-mentingkan diri sendiri (altruism), atau ti-dak serakah (selfish) semakin sulit diwujud-kan. Kondisi tersebut, sejalan dengan apadisebut oleh Colby dan Damon (1995)katakan bahwa identitas moral tidak hanyamenyangkut moral untuk berkomitmen se-bagaimana yang terdapat di manajemen,tetapi juga berhubungan dengan perilakubermoral yang akan memiliki dampakpositif bagi pengembangan usaha. Perilakumoral ini juga menjadi bagian yang tidakterelakkan bagi setiap individu maupunkelompok di dalam peningkatan kinerjaseseorang. Dengan kata lain, baik socialcapital maupun perilaku moral dapat se-bagai penggerak dari hadirnya organizati-onal citizenship behaviours (OCB) sebab didalam OCB, kedua hal tersebut akanterlihat.

OCB merupakan sebuah konsep yangmenjelaskan bagaimana seorang individudapat melakukan suatu pekerjaan dengantujuan memberikan bantuan kepada pihaklain. Mereka yang melakukan pekerjaan ter-sebut, tidak memperoleh sebuah kompen-sasi dan bahkan dalam konteks organisasi,OCB ini tidak memperoleh kompensasisecara formal/eksplisit (Kwantes et al., 2008;Zeinabadi, 2010). Meskipun tidak men-

dapatkan kompensasi, namun keberadaanOCB ini dapat meningkatkan kinerja dancapaian tujuan organisasi (Hadjali danSalimi, 2012). Kedua pernyataan tersebutmengindikasikan bahwa keberadaan OCBperlu untuk ditinjau terutama pada aspeksebab munculnya OCB. Hal ini dikarenakanbahwa di dalam konteks ekonomi, tidak adasatu pekerjaan yang dilakukan tanpa meng-hasilkan kompensasi bagi si pelaku semen-tara itu, walaupun tidak mendapatkankompensasi, pelaku OCB dapat meningkat-kan kinerjanya.

Dalam konteks Strategi PenanggulanganKemiskinan, kemiskinan sering didefinisikansebagai suatu kondisi dimana seseorangatau sekelompok orang, laki-laki danperempuan, tidak terpenuhi hak-hakdasarnya untuk mempertahankan dan me-ngembangkan kehidupan yang bermar-tabat. Kemiskinan tidak lagi dipahamihanya sebatas ketidakmampuan ekonomi,tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hakdasar dan perbedaan perlakuan bagi se-seorang atau sekelompok orang, laki-lakidan perempuan, dalam menjalani kehidupansecara bermartabat. Hak-hak dasar yangdiakui secara umum antara lain meliputiterpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan,pendidikan, pekerjaan, perumahan, air ber-sih, pertanahan, sumberdaya alam danlingkungan hidup, rasa aman dari perlaku-an atau ancaman tindak kekerasan, dan hakuntuk berpartisipasi dalam kehidupansosial-politik, baik bagi perempuan mau-pun laki-laki. Hak-hak dasar tidak berdirisendiri tetapi saling mempengaruhi satusama lain sehingga tidak terpenuhinya satuhak dapat mempengaruhi pemenuhan haklainnya.

Pandangan di atas menekankan bah-wa kemiskinan itu merupakan fenomenayang kompleks, bersifat multidimensi dantidak dapat secara mudah dilihat darisuatu angka absolut. Luas wilayah dansangat beragamnya budaya masyarakatmenyebabkan kondisi dan permasalahankemiskinan menjadi sangat beragam de-ngan sifat-sifat lokal yang kuat dan

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 21

pengalaman kemiskinan yang berbedaantara perempuan dan laki-laki. Kondisidan permasalahan kemiskinan secara tidaklangsung tergambar dari fakta yang di-ungkapkan menurut persepsi dan pendapatmasyarakat miskin itu sendiri.

Hingga saat ini, satu diantara carayang sangat diyakini untuk dapat me-ngurangi kemiskinan adalah dengan carameningkatkan pendapatan bagi parakeluarga miskin melalui kegiatan-kegiatanekonomi walaupun kegiatan tersebut ma-sih berskala mikro dan kecil. Sebagaipihak yang berstatus miskin, maka hampirtidak memungkinkan untuk melakukankegiatan-kegiatan ekonomi mengingat ke-giatan tersebut masih bersandar padamasalah pendanaan. Oleh karenanya, se-cara disadari atau tidak, berbagai kebijak-an yang dikeluarkan oleh pihak-pihakterkait masih saja berhubungan denganmasalah-masalah pendanaan tersebut. De-ngan kata lain, masalah non pendanaanseperti potensi perilaku masyarakat mis-kin yang secara teoretis dapat meningkat-kan taraf hidup mereka (kinerja ekonomimereka), belum tersentuh. Baik secarateoritis maupun berbagai hasil penelitiansebelumnya, menunjukan bahwa organi-zational citizenship behavior (OCB) dapatdimanfaatkan sebagai satu diantara be-berapa cara untuk meningkatkan kinerjaberdasar aspek non keuangan. Namun,sebagai variabel yang dihasilkan, makaanteseden dari OCB perlu diketahui ter-lebih dahulu. Beberapa variabel antesedenpada OCB diantaranya adalah social capitaldan perilaku moral para pelaku usahamikro dan kecil. Walau demikian, potensiOCB untuk meningkatkan kinerja eko-nomi masyarakat miskin tersebut, belumada suatu penelitiannya. Artinya, modaldalam bentuk dana masih menjadi halutama di dalam berbisnis padahal kondisiseperti unbankable bagi masyakat pelakuusaha mikro dan kecil masih saja terlihatdi sekitar usaha setingkat mikro dan kecil.Dengan demikian, perlu terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan

kinerja usaha yang tidak mengutamakandana seperti penggunaan pendekatanOCB.

Berdasarkan penjelasan di atas, pe-nelitian ini, memiliki beberapa tujuan ya-itu: (1) untuk mengetahui aspek-aspek apasaja yang menjadi komponen social capitaldi lingkungan pelaku usaha mikro dankecil, (2) untuk mengetahui aspek-aspekapa saja dari social capital tersebut yangberpotensi besar sebagai pendukung pe-ngembangan pelaksanaan OCB di lingkung-an pelaku usaha mikro dan kecil, (3) untukmengetahui aspek-aspek apa saja yang men-jadi komponen perilaku moral di lingkung-an pelaku usaha mikro dan kecil, serta (4)untuk melihat model hubungan antarasocial capital, perilaku moral, dan organizati-on citizenship behavior dalam kontek pe-ningkatan kinerja pelaku usaha di tingkatusaha mikro dan kecil.

TINJAUAN TEORETISUMK Dalam Rerangka PembangunanEkonomi Lokal

Selama ini usaha-usaha berskala besar,mendominasi kegiatan perekonomianmasyarakat di Indonesia. Namun, sektor initidak dapat memenuhi seluruh kebutuhanmasyarakat di negara berkembang atau-pun membantu menyelesaikan masalahutama negara berkembang seperti Indo-nesia, yaitu masalah pengangguran. Akibat-nya, tingkat pengangguran baik di Indo-nesia maupun di negara berkembang lain-nya, menjadi tinggi. Tingginya tingkatpengangguran ini menimbulkan masalahketimpangan dalam distribusi pendapatandi kota. Hal ini berarti bahwa disampingmasalah perkotaan seperti urbanisasi danmigrasi, muncul masalah kemiskinan. Be-gitu pula dengan kondisi di ProvinsiSumatera Utara.

Dari kondisi masyarakat dan adanyasistem yang tidak tepat, maka masyarakatyang berpendapatan rendah sulit untukmendapatkan barang dan jasa dengan hargasesuai dengan kemampuannya. Keterbatas-an kondisi ekonomi untuk mencukupi

22 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

tuntutan kebutuhan hidup ini, menjadisalah satu pemicu munculnya sektor usahamikro yang menjadi sumber alternatif pe-ningkatan kesejahteraan ekonomi dan bah-kan juga menjadi tempat/lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun, sangat di-sayangkan bahwa sistem yang ada seringtidak memperhitungkan sektor informalsebagai kegiatan masyarakat. Sektor inimalah sering dipandang sebagai salah satudari sekian masalah di perkotaan. Kenyata-an ini telah diungkapkan oleh Singhapakdiet al. (2010) bahwa meskipun sektor usahamikro mampu memberikan kontribusi ber-makna bagi bergeraknya kegiatan ekonomi,namun masih lebih banyak kajian-kajianyang diarahkan pada pengembangan usahabesar dibanding usaha kecil. Begitu puladengan literatur-literatur yang ada padadunia kewirausahaan yang masih memper-kecil peran usaha mikro ini. Selain itu, jauhsebelum Singhapakdi et al berkata, hal se-nada juga diungkap oleh MacDermind(2001) bahwa para pekerja yang bekerja dilingkungan usaha kecil akan lebih loyal ter-hadap majikan mereka dibanding mereka-mereka yang bekerja di lingkungan usahakecil, sehingga, loyalitas mereka yang be-kerja di level usaha mikro dan kecil, akandapat dihandalkan dibanding mereka yangbekerja di level usaha besar. Aspek psiko-logis ini memberikan peluang besar kepadapelaku usaha mikro dan kecil untuk dapatlebih tumbuh berkembang lagi guna ke-majuan usahanya. Inilah yang menjadikanusaha mikro dan kecil lebh dapat bertahandalam kondisi ekonomi yang sangat sulitsekalipun.

Sama seperti negara-negara yang se-dang mengalami masa transisi ekonomilainnya. Keberadaan usaha mikro dan kecildi Indonesia masih selalu memiliki banyakpermasalahan, termasuk masalah budayadan cara pandang yang dimiliki pelakuusaha mikro dan kecil (Kihlgren, 2003).Selain menjadi sandaran untuk meningkat-kan kinerja ekonomi keluarga miskin, usahamikro dan kecil ini dapat juga dijadikanlatihan untuk berwirausaha sebelum nanti-

nya terjun ke dunia usaha yang lebih ber-skala besar. Hal ini telah dikatakan oleh Hittet al. (2001) bahwa usaha mikro dan keciltelah menjadi inti dari proses liberalisasidunia ekonomi. Begitu pula dengan pen-dapat Wennekers et al. (2005) bahwa usahamikro dan kecil telah menjadi penggerakpembangunan ekonomi suatu bangsa.Mengacu pada pendapat-pendapat tersebut,maka pada dasarnya, usaha di level mikrodan kecil memiliki kedudukan yang sangatstrategis di dalam menumbuh kembangkanekonomi secara nasional. Selain itu, ber-kaitan dengan kebebasan pasar, para pelakuusaha mikro dan kecil, selalu direspon cepatoleh sesama pelaku usaha mikro dan kecil.Misalnya bila ada seorang pedagang mikrodan kecil mendapat banyak keuntungandengan menjajakan dagangannya di suatudaerah, maka dalam waktu yang tidaklama, daerah tersebut akan penuh denganpedagang informal yang menjajakandagangan serupa. Kenyataan dari kegiatanpara pelaku usaha mikro dan kecil ini, olehKozan et al. (2010) disebut sebagai kecepat-an respon yang dilakukan oleh pelakuusaha mikro dan kecil atas fenomena eko-nomi menuju kegiatan ekonomi yang lebihbesar lagi, sehingga, karakteristik pelakuusaha mikro dan kecil seperti berdamping-an dengan resiko dan terbuka denganmasalah-masalah perubahan, menjadi hal-hal penting yang perlu diingatkan kepadapelaku usaha mikro dan kecil.

Sejarah perjalanan pelaku usaha mikrodan kecil adalah relatif panjang. De Soto(2000) menjelaskan bahwa adanya ke-miskinan dan marjinalisasi, penerapan sis-tem modern yang tidak sesuai budaya yangada, serta adanya external fault yang men-dukung terwujudnya internal fault sepertihukum birokrasi, telah menjadi penyebabmunculnya sektor informal tersebut. Meski-pun terkesan liar dan tidak terkelola secarabaik, tetapi pelaku usaha mikro dan kecil,masih memiliki market share yang tidakjarang berjumlah besar. Melihat kenyataantersebut, maka Pemerintah Indonesia me-lakukan berbagai langkah perbaikan bagi

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 23

pelaku usaha mikro dan kecil. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah:

Mengembangkan Usaha Mikro Dan KecilKeberadaan pengusaha mikro dan kecil

(UMK) merupakan wujud kehidupan eko-nomi sebagian besar rakyat Indonesia.Posisi seperti ini menempatkan peran UMKsebagai jalur utama dalam pengembangansistem ekonomi kerakyatan. Namun, dalamperkembangannya, masih jauh tertinggaldibandingkan dengan pelaku ekonomi yanglain.

Pengembangan UMK dalam dimensipembangunan nasional yang berlandaskansistem ekonomi kerakyatan, tidak hanyaditujukan untuk mengurangi masalah ke-senjangan antar golongan pendapatan danantar pelaku, ataupun penyerapan tenagakerja. Lebih dari itu, pengembangan UMKakan mampu memperluas basis ekonomidan dapat memberikan kontribusi yangsignifikan dalam mempercepat perubahanstruktural yaitu dengan meningkatnya per-ekonomian daerah, dan ketahanan ekonominasional. Pengembangan UMK merupakanprioritas dan menjadi sangat vital. Berbagaiprogram yang akan dilaksanakan semesti-nya memperhatikan aspek maksimalisasijangkauan, efisiensi, efektivitas dan keber-lanjutan.

Meningkatkan Akses Kepada SumberdayaProduktif

Tujuan program ini adalah untuk me-ningkatkan kemampuan UMK dalam me-manfaatkan kesempatan yang terbuka danpotensi sumberdaya, terutama sumberdayalokal yang tersedia. Adapun sasaran pro-gram ini adalah tersedianya lembaga pen-dukung untuk meningkatkan akses UMKterhadap sumberdaya produktif, sepertisumberdaya manusia, modal, pasar, tekno-logi, dan informasi.

Mengembangkan KewirausahaanProgram ini bertujuan untuk me-

ngembangkan perilaku kewirausahaan sertameningkatkan daya saing pelaku UMK.

Sasaran yang akan dicapai adalah me-ningkatnya pengetahuan serta sikap wira-usaha dan meningkatnya produktivitasUMK. Untuk itu, maka program tersebutperlu didukung oleh serangkaian kegiatanseperti memasyarakatkan kewirausahaandan sistem insentif bagi wirausaha. Selainitu, kegiatan lain seperti mewujudkaninkubator dan teknologi kreatif, pemanfaat-an hasil-hasil teknologi lokal, serta me-wujudkan pola kemiteraan sejak secara pro-ses produksi hingga pemasaran hasilproduksi, mewujudkan lembaga-lembagaformal yang menjadi wadah para pelakuUMK untuk bertukar informasi, pengalam-an sehingga terjadinya transfer knowledgediantara mereka, serta kegiatan peningkat-an kualitas UMK guna berkemampuanuntuk memaksimalkan potensi yang ada,menjadi contoh dari kegiatan-kegiatan yangdapat sebagai pendukung program me-ngembangkan perilaku kewirausahaan.

Social CapitalDalam menjalankan usaha, perlu suatu

strategi yang mendukung untuk mencapaitujuan. Satu diantara strategi yang dapatdikembangkan terkait dengan kondisi pe-laku usaha mikro dan kecil adalah strategihubungan para pelaku usaha. Colgate danLang (2005) dalam hasil penelitiannya men-jelaskan bahwa stratejik hubungan ini akanmemberikan manfaat yang sangat signi-fikan atas kemajuan suatu usaha. Stratejikhubungan ini pada dasarnya adalah stra-tejik yang selalu memaksimalkan hubunganyang telah terjalin selama ini baik berdasarsosial maupun bisnis oleh para pelakuusaha mikro dan kecil.

Terkait dengan hal tersebut, mengacupada disiplin ilmu sosial, maka hubunganyang demikian dapat menjadi sebuah mo-dal kerja bagi pelaku usaha. Oleh karena-nya, maka masalah social capital ini dapatberasal dari adanya pemanfaatan hubungansosial diantara masyarakat yang saling me-ngenal yang akhirnya akan saling mem-berikan manfaat. Pada awalnya, terminologisocial capital digunakan untuk menjelaskan

24 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

masalah keterkaitan sumberdaya-sumber-daya yang ada dan mengokohkan hubung-an antar pribadi di dalam suatu komunitassosial. Hal ini juga terungkap dari pendapatGuiso et al. (2004) yang menjelaskan bahwasocial capital ini akan memberikan peluangdan keuntungan yang lebih baik bagianggota suatu kelompok.

Sebuah gambaran tentang social capitalyang dapat dijelaskan merupakan suatukekuatan yang menjadi modal kerja utamadalam menjalankan sebuah usaha melaluipenggabungan berbagai potensi yang di-miliki oleh masing-masing anggota ke-lompok sosial dalam sebuah organisasi. Halini yang oleh Leana dan Pil (2006) adalahsebagai sebuah hubungan yang menjadisumber potensi dalam menaikan kinerjaoganisasi. Mengacu pada beberapa pen-dapat, Leana dan Pil (2006) menyimpulkanbahwa social capital merupakan sumber-daya, baik yang nyata maupun potensialyang tertanam di hubungan diantara paraanggota pelaku sehingga menjadi prediktorpeningkatan dari kinerja kelompok. Begitupula yang dinyatakan oleh Danchev (2006)bahwa social capital merupakan ruh darisebuah organisasi.

Namun demikian, walaupun telahmenjadi suatu potensi modal kerja, socialcapital tidak akan memberikan kontribusiyang bermakna manakala tidak dikelolasebagaimana mestinya. Artinya, social capitaljuga membutuhkan seperangkat sistemyang mampu untuk mewujudkannya men-jadi sebuah modal kerja yang nyata.Seperangkat sistem tersebut dapat berupapengenalan dan pengembangan peluang-peluang yang dapat diwujudkan dari akibatadanya hubungan yang kuat meluas diantara para anggota kelompok. Pada sisilainnya, penerapan yang bersungguh de-ngan moral kedekatan hubungan, secaraterus menerus ditampilkan sesama anggotakelompok.

Berdasar pada konsep pemahamantentang Social Capital, maka terdapat nilai-nilai kemurnian yang tertanam di dirimasing-masing anggota kelompok. Nilai-

nilai tersebut akan membawa pada dampakyang positif bagi anggota kelompok. Meng-acu pada fenomena kehidupan berekonomidengan tinjauan hubungan, pada dasarnyamemberi arti adanya nilai-nilai sosial yangtelah tertanam di diri masing-masing manu-sia sebagai pelaku ekonomi, sehingga, pe-nanaman nilai-nilai sosial tersebut akanmemberikan kontribusi penting dalam me-numbuhkan nilai-nilai kejujuran, jalur ko-munikasi yang harmonis, serta pemunculanharapan-harapan yang pada gilirannyaakan membentuk dan menggerakkan untukpenentuan bagaimana sistem sosial danekonomi dapat berjalan. Secara lebih khu-sus, Reed et al. (2009) menyimpulkan bahwasocial capital merupakan sumberdaya yangmerefleksikan tingkat orientasi pada tujuandiantara anggota mereka melalui pencipta-an nilai-nilai yang memfasilitasi tindakanpara anggota kelompok.

Ho et al. (2006) menjelaskan bahwaposisi sosial masing-masing anggota akanmemiliki pengaruh terhadap pengalamanmereka. Pernyataan ini menunjukkan bah-wa masalah hubungan sosial yang dijalaniselama ini, ikut juga memainkan peranpenting dalam berfikir, bertindak, dan me-lakukan penilaian atas suatu fenomena, ter-masuk pula fenomena ekonomi. Anggotasuatu kelompok sosial yang memilikihubungan yang lebih luas dengan pihaklain atau kelompok lain di luar kelompok-nya, akan memiliki peran yang lebih di-banding anggota lainnya di dalam satukelompok tertentu. Kondisi ini lebih di-karenakan adanya keluasan pengetahuandan pengalaman yang melebihi anggotalainnya. Akan tetapi, kelebihan keluasanhubungan tersebut, tidak dengan sendirinyaakan menjadi penguasa yang tidak memilikiunsur-unsur sosial di kelompok tersebutnamun bahkan keluasan hubungan tersebutakan membawa dampak positif di kalangananggota-anggota kelompok. Pada sisi lain,keluasan hubungan yang dimiliki seoranganggota kelompok akan menjadi potensiyang penting dalam mengembangkankonsepsi social capital. Artinya, semakin luas

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 25

sifat hubungan salah seorang anggotakelompok, maka kelompok tersebut akansemakin memiliki potensi dalam me-ngembangkan kelompok termasuk jika ang-gota kelompok tersebut melakukan ke-giatan-kegiatan bisnis. Hal ini sejalan de-ngan hasil penelitian yang dilakukan olehbeberapa peneliti yang antara lain adalahseperti Lazega (2001).

Hasil penelitian yang dilakukan olehLazega (2001) tersebut menemukan bahwaterdapat pengaruh yang sigifikan pada polakerja yang berdasar saling percaya terhadaphasil kerja. Temuan ini menunjukkan bahwasebuah hubungan yang dilandasi olehsaling percaya tersebut, akan memberikankontribusi penting dalam meningkatkankinerja pekerja. Oleh karenanya, penanam-an nilai-nilai hubungan sosial adalah men-jadi kunci penting dalam meningkatkankinerja.

Evandrou dan Glaser (2004) menyebut-kan bahwa setiap manusia memiliki tang-gung jawab atas sebuah peran baik dipekerjaan maupun di keluarga. Pernyataanini menjelaskan bahwa setiap manusiaadalah sebagai anggota dari suatu ke-lompok tertentu yang harus memainkanperannya untuk kemajuan kelompok dandirinya. Kenyataannya saat ini, peran yangdijalankan oleh seorang anggota kelompokadalah bervariasi dan menuntut adanyasuatu kesinerjian peran dan hubungan. Halini menunjukkan adanya berbagai bentukatau pola hubungan yang telah berubah danberjalan di atas landasan motivasi yangberbeda-beda pula.

Berbagai pola hubungan yang dapatmenjadi potensi, merupakan sisi lain darisebuah kelompok sosial. Dengan demikian,maka berbagai dimensi yang dapat terlihatdi dalam suatu kelompok sosial itu,menurut Hong (2002) dapat dibagi menjadi3 dimensi yaitu dimensi struktural, dimensirelasional, dan dimensi kognitif. Ketigadimensi tersebut merupakan aspek yangtampak di setiap hubungan sosial yangdapat menjadi sebagai social capital. Ahlilainnya, Danchev (2006) menyimpulkan

bahwa dimensi-dimensi social capital dapatdibagi menjadi 2 bagian yaitu dimensivetikal dan horizontal.

Perilaku MoralPara ahli ekonomi bersepakat bahwa

masalah moral telah menjadi bagian yangtidak dapat dilepas dari kajian ekonomitetapi melalui filosofis ekonomi bahwamanusia diasumsikan sebagai homo economi-cus, maka kajian moral masih menjadi per-debatan (Stringham, 2011). Namun demi-kian, menghilangkan masalah-masalahyang dapat memberikan kerugian masya-rakat, telah menjadi suatu fokus kajian bagipara ahli ekonomi termasuk dari aliran neoklasik. Hal ini memberikan ruang yangbesar bagi masalah perilaku moral untukdibicarakan oleh para akademisi.

Perilaku moral ini akan muncul padasaat suatu hubungan secara tradisionalterbentuk, maka secara disadari atau tidakakan menanamkan sistem nilai bagi suatumasyarakat dan hal-hal kemoralan akanditentukan (Hong, 1996). Hal ini adalahpenting untuk memahami bentuk dan jenismoral yang berlaku di masyarakat yangsecara terus menerus dianut oleh kelompokmasyarakat tersebut. Begitu pula adanyadengan kondisi masyarakat di SumateraUtara umumnya dan Kota Medan khusus-nya.

Organizational Citizenship Behaviors(OCB)

Pada dasarnya, OCB merupakan se-buah konsep yang memberikan gambaranbahwa seseorang telah melakukan suatutindakan yang membantu orang lain tanpamenerima kompensasi apapun dari yangdilakukannya (Kwantes et al., 2008; Zeina-badi, 2010). Tidak hanya hal tersebut,konsep ini juga masih menjadi suatu per-debatan di kalangan akademisi ekonomimeskipun konsep ini dapat menghasilkanpeningkatan kinerja bagi mereka yang me-lakukannya (Hadjali dan Salimi, 2012).Dengan demikian, konsep ini juga akan

26 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

memberikan manfaat yang signifikan ataspencapaian tujuan.

Setiap organisasi maupun individu, di-paksa untuk selalu mau dan mampu me-ningkatkan kinerja dan efektifitas. Banyakcara yang telah ditempuh oleh lembagabisnis untuk meningkatkan kinerja organi-sasi. Satu diantaranya elemen penting yangdipertimbangkan untuk mampu meningkat-kan kinerja dan efektifitas organisasi adalahkemauan karyawan melakukan suatu tugaspekerjaan di luar jam kerjanya. Selain itu,tanpa disuruh/diperintahkan atau bahkandi luar prosedur yang semestinya, seorangkaryawan akan melakukan suatu tugas se-lama tugas itu memberikan kontribusipositif bagi organisasi dan karyawan ter-sebut bahkan tidak mendapatkan kompen-sasi, tetapi melakukannya dengan senang.Kondisi karyawan yang demikian ini, me-nurut Ma dan Qu (2011) merupakan karya-wan yang telah memiliki organizationalcitizenship behaviors (OCB) yang tinggi.

Berdasar penjelasan di atas, tampakbahwa konsep organizational citizenship beha-viors (OCB) dapat dijalankan di lingkunganpelaku usaha mikro dan kecil. Sebab,tuntutan di dalam konsep tersebut telahberjalan di diri pelaku usaha mikro dankecil. Hal ini terbukti dari beberapa hasilkajian yang menunjukkan bahwa sebagianbesar mereka yang berusaha pada tingkatmikro dan kecil, cenderung untuk berusahabukan menomor satukan laba, tetapi lebihpada masalah-masalah sosial.

Dimensi yang paling sering digunakanuntuk mengkonseptualisasi OCB adalahdimensi-dimensi yang telah dikembangkanoleh Organ (1994). Organ (1994) menjelas-kan bahwa OCB dapat dibangun melaluidimensi perilaku menolong rekan kerjadalam menyelesaikan pekerjaan dalamsituasi khusus (altruism), perilaku melaku-kan tugas melebihi dari tanggung jawabnya(conscientinousness), perilaku sportif seorangpegawai terhadap perusahaan (sportsman-ship), perilaku dukungan pegawai atasadministrasi perusahaan (civic virtue) serta

dimensi perilaku loyal terhadap perusahaan(courtesy).

Hubungan Social Capital, Perilaku Moral,dan Organizational Citizenship Behavior

Terkait dengan persoalan social capital,De Oliveira (2013) menjelaskan bahwa socialcapital lebih dimaknai sebagai suatu bentukrelasi sosial yang mengandung unsur-unsurkeekonomian. Oleh karena nya, social capitalini lebih mengarahkan pelaku usaha baikindividu maupun lembaga usaha itu sendirimenuju ke arah tujuan yang akan dicapai.Selain itu, modal kerja yang diperlukanorganisasi juga dapat bersumber daribentuk-bentuk hubungan sosial. Dengankata lain, perilaku yang bermuatan padaaltruistik serta empati, akan membawa se-buah hubungan sosial yang baik sehinggaakan dapat mempeluangi terbentuknyasumber-sumber modal untuk berusaha.Konsekuensi logis selanjutnya adalah bah-wa aktivitas sosial yang diwujudkan olehpara pelaku UMK akan memberi peluanglebar untuk hadirnya social capital di tengah-tegah mereka. Hal ini sejalan dengan apayang telah pernah diungkap oleh Gick(2003) bahwa para pemikir moral, memper-cayai bahwa Teori Hayek yang terkenalyaitu Teori Kognitif memberi simpulanbahwa perilaku moral akan lebih ber-hubungan dengan aspek permodalan/ekonomi dibanding nilai-nilai sosial itusendiri.

Dengan demikian, berdasar pernyataantersebut, dapat dikatakan bahwa antarasocial capital dan perilaku moral memilikihubungan, sebab masing-masing individuakan cenderung menggunakan hubungansosial atau jejaring (networking) untuk men-dapatkan sumber-sumber modal. Melaluinetworking yang mereka lakukan tersebut,akan memberikan manfaat bagi peningkat-an kinerja mereka serta organisasi usahamereka (BarNir dan Smith, 2000), sehingga,pelaku UMK tersebut menjadikan hubung-an sosial tersebut sebagai bentuk perilakumoral yang harus mereka tampilkan de-ngan sesama mereka. Untuk itu, penelitian

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 27

ini mengajukan hipotesis sebagi berikut:H1: Social Capital berhubungan positif

dengan Perilaku Moral.Di sisi lain, terkait dengan persoalan

social capital ini, Uzzi (1996) memberikangambaran penting tentang substansi darisocial capital tersebut. Menurut Uzzi (1996)social capital ini dapat dipersamakan denganpersoalan budaya dan karakteristik sosialorganisasi. Kedua pemaknaan tersebut akanmemberikan peluang bagi organisasi untukmendekatkan organisasi pada tujuan nya.Kenyataan ini memberikan dukungan atasteori social capital yang lebih mem-bicarakan pada aspek ekonomi dibandingsosial. Dengan demikian, perilaku moralyang dimainkan oleh setiap anggota organi-sasi dan akan terlihat dari berbagai perilakuyang dimiliki anggota organisasi, akanmemberikan warna tertentu atas budayaorganisasi tersebut. Kondisi ini oleh Pod-sakoff et al. (2000) dikatakan sebagai OCB(organizational citizenship behavioral) atauyang dikenal dengan sebutan perilaku se-tiap warga/anggota yang bersifat keorgani-sasian. Lebih tegas lagi, sudah terlebihdahulu Bateman dan Organ (1983) me-nyatakan bahwa OCB tersebut merupakansikap/perilaku individu yang sementara/temporer sehingga tidak secara langsungdiformalkan ke dalam nilai-nilai organisasi.Meskipun tidak diformalkan, namunorganisasi dapat diarahkan menuju apayang direncanakan organisasi melalui peri-laku yang diwujudkan setiap anggotaorganisasi itu. Sebab, melalui perilaku sosialini, para anggota organiasi akan memberi-kan dukungan secara bersama-sama tanpaada sebuah komando yang mengaturnyamenuju capaian kinerja yang diharapkanorganisasi. Hal ini sejalan dengan apa yangdikatakan oleh Bureau et al. (2013) bahwajika para individu memiliki kesempatanuntuk menghapus kinerja negatif yang me-reka dapatkan pada masa lalu dengan caramelakukan sebuah obrolan atau perilakuyang tidak bermoral, maka para individutersebut akan melakukannya. Dengan kata

lain, setiap individu akan melakukan se-buah tindakan/perilaku apapun untukmenghilangkan capaian kinerja yang negatifmeskipun perilaku tersebut merupakanperilaku yang negatif. Oleh karenanya,permasalahan perilaku sosial atau tidaksosial yang setiap anggota organisasiwujudkan, dengan sendirinya akan mem-bentuk sebuah moral organisasi. Berdasarpemikiran dan konsep tersebut, maka pe-nelitian ini mengajukan hipotesis sebagaiberikut:H2: Social Capital berhubungan positif

dengan Organizational CitizenshipBehavior.

H3: Perilaku Moral berhubungan positifdengan Organizational CitizenshipBehavior.

Rerangka KonseptualBerdasar pada penjelasan teoretis dan

penelitian terdahulu di atas, maka re-rangka konseptual yang diajukan adalahseperti pada gambar 1.

METODE PENELITIANPopulasi penelitian ini adalah seluruh

entrepreneur yang sekaligus sebagai pemilikdan manajer skala kecil dan menengah pada6 cluster industri yang terdiri dari sub clusterindustri di Kota Medan. Ke 6 cluster tersebutmengacu pada Direktori UMKM BidangProduksi Kota Medan, yaitu IndustriMakanan dan Minuman, Industri Fashion,Industri Tekstil dan Produk Tekstil, IndustriKerajinan dan Barang Seni, Industri Furni-ture, serta Industri Gerabah dan KeramikHias (Dinas Koperasi UMKM Kota Medan,2011). Batasan populasi dalam penelitian iniadalah industri usaha mikro dan kecildengan kriteria (Undang-Undang No.9/1995): Memiliki kekayaan bersih palingbanyak Rp 200 Juta tidak termasuk tanahdan bangunan tempat usaha; Omzet tahun-an lebih kecil dari Rp 1 milyar; Dimiliki olehorang Indonesia independen, dan tidakterafiliasi dengan usaha menengah maupunbesar.

28 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

H1 H3

H2

Sumber: Hasil Olahan Teoritis

Gambar 1Rerangka Konseptual

Teknik pengambilan sampel pada pe-nelitian ini dilakukan dalam 2 tahap (twostage sampling). Tahap pertama penentuanarea penelitian yang didasarkan pada teknikpurposive sampling yakni pengambilan sam-pel area berdasarkan kriteria. Adapun krite-ria pemilihan area adalah kecamatan yangmemiliki usaha produksi terbanyak di-antara kecamatan lainnya. Setelah jumlahsampel ditemukan berdasarkan rumusCochran (1991), langkah selanjutnya meng-hitung proporsi sampel untuk masing-masing area penelitian. Teknik yang di-

gunakan adalah proportional random sam-pling.

Tahap pertama dari pengambilan sam-pel adalah menentukan area penelitianberdasarkan kriteria kecamatan yang me-miliki usaha produksi terbanyak. Berdasar-kan kriteria tersebut ada 5 Kecamatan yangmencakup 6 cluster industri, yaitu MedanHelvetia, Medan Denai, Medan Maimun,Medan Deli, dan Medan Barat. Tahap keduamenentukan proporsi sampel berdasarkanarea. Berikut jumlah sampel berdasarkanarea dan cluster industri:

Tabel 1Populasi dan Sampel Penelitian

Kecamatan Cluster Populasi SampelMedan Helvetia Industri Makanan dan Minuman 33 26Medan Denai Industri Fashion 193 154Medan Maimun Industri Tekstil dan Produk Tekstil 6 5Medan Denai Industri Kerajinan dan Barang Dari Seni 29 23Medan Deli Industri Furniture 38 30Medan Barat Industri Gerabah dan Keramik Hias 14 11

Jumlah 313 249Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Medan, 2011

Penelitian ini menggunakan surveyuntuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Cara yang digunakan adalah

dengan menyebarkan kuesioner kepadaresponden-responden pelaku usaha mikrodan kecil.

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 29

Keseragaman pengertian tentang suatukonstruk sangat diperlukan dalam suatupenelitian. Hal ini dikarenakan agar tidakterjadi perbedaan persepsi antara penelitidan pembaca penelitian. Untuk memberipengertian yang jelas, perlu diberikan be-berapa definisi terhadap konstruk-konstrukyang digunakan dalam penelitian ini.

Social CapitalInteraksi Sosial

Merupakan persepsi individu atasfrekuensi keterlibatan mereka dengan se-sama rekan dalam suatu acara/agenda/kegiatan serta termasuk pula tingkat ke-seringan mereka berkomunikasi. Variabelini menggunakan 7 item pertanyaan yangdiadaptasi dari King (2000). Masing-masingitem diukur dengan menggunakan skalarasio 6 titik yang dimulai dari hampir tidakpernah (point 1) hingga setiap hari (point 6).

KepercayaanMerupakan suatu penilaian atas per-

sepsi kepercayaan individu dalam hubung-an mereka dengan sesama rekan. Variabelini menggunakan 9 item pertanyaan yangdiadaptasi dari King (2000). Item-item inididisain dengan menggunakan skala inter-val 5 titik yang dimulai dari tidak pernahbenar (point 1) hingga hampir selalu benar(point 5).

Berbagi PandanganMerupakan suatu penilaian atas per-

sepsi individu tentang kode berbagi ataspemaknaan atau paradigma diantara se-sama rekan. Variabel ini menggunakan 6item pertanyaan yang diadaptasi dari King(2000) dan diukur dengan menggunakanskala interval 6 titik yang dimulai darisangat tidak setuju (point 1) hingga sangatsetuju (point 6).

Perilaku MoralMerupakan variabel yang menunjuk-

kan suatu sikap dari individu. Penelitianmenjadikan sikap empati dan alturistiksebagai proksi dari variabel perilaku moral.

EmpatiKemampuan individu untuk mengenal,

berperasaan, dan merespon perasaan-perasaan dari pihak lain. Variabel ini meng-gunakan 13 item pertanyaan yang di-adaptasi dari Coke et al., (1987) denganmenggunakan skala interval 5 titik yangdimulai dari tidak menjelaskan (point 1)hingga sangat menjelaskan (point 5).

AlturistikDikarakteristikkan melalui keadilan,

penguasaan diri, membantu orang miskin,dan dimanifestasikan dalam bentuk bantu-an kepada pihak lain secara sukarela tanpaharap balasan. Variabel ini menggunakan 15item pertanyaan yang diadaptasi dariJeffries (1998). Item-item ini diukur denganmenggunakan skala interval 5 titik yangdimulai dari sangat tidak setuju (point 1)hingga sangat setuju (point 5).

Organizational Citizenship Behavior(OCB)Altruism

Kesediaan untuk menolong rekan kerjadalam menyelesaikan pekerjaannya dalamsituasi yang tidak biasa (situasi khusus).Variabel ini diukur dengan menggunakan 7item pertanyaan yang diadaptasi dariMorison (1995).

ConscientiousnessPerilaku yang menggambarkan pe-

gawai yang melaksanakan tugas dantanggungjawab lebih dari apa yang di-harapkan. Variabel ini diukur denganmenggunakan 6 item pertanyaan yangdiadaptasi dari Morison (1995).

SportsmanshipPerilaku yang menggambarkan pe-

gawai yang lebih menekankan untuk me-mandang aspek-aspek positif dibandingaspek-aspek negatif dari perusahaan, sports-manship menggambarkan sportivitas se-orang pegawai terhadap perusahaan. Varia-bel ini diukur dengan menggunakan 3 item

30 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

pertanyaan yang diadaptasi dari Morison(1995).

Civic VirtuePerilaku yang menyangkut dukungan

pegawai atas fungsi-fungsi-administratif da-lam perusahaan. Variabel ini diukur denganmenggunakan 4 item pertanyaan yangdiadaptasi dari Morison (1995).

CourtesyPerilaku yang menggambarkan bentuk

loyalitas individu pegawai terhadap per-usahaan dengan keterlibatannya dalamfungsi-fungsi organisasi. Variabel ini diukurdengan menggunakan 4 item pertanyaanyang diadaptasi dari Morison (1995). Ke-seluruhan item tersebut diukur denganmenggunakan skala interval 5 titik yangdimulai dari sangat tidak setuju (point 1)hingga sangat setuju (point 5).

Teknik pengujian model menggunakan Structural Equation Model (SEM). SEMmerupakan teknik multivariate yang meng-kombinasikan aspek regresi berganda dananalisis faktor untuk mengestimasi se-rangkaian hubungan ketergantungan secarasimultan (Hair et al, 2006: 583).

ANALISIS DAN PEMBAHASANKarakteristik Responden

Awal dari pengumpulan data, per-tanyaan screening merupakan bagian per-tanyaan yang memberikan gambaranumum atas responden atau partisipan darisuatu penelitian. Gambaran umum ini se-ring diistilahkan dengan sebutan karakter-istik atau demografi responden. Berdasarhasil survei yang dilakukan, karakteristik/demografi responden penenlitian ini, secararinci dapat digambarkan pada tabel 2.

Berdasar pada tabel 2, tampak bahwaresponden lebih didominasi oleh jeniskelamin perempuan dengan status per-kawinan adalah menikah. Responden pe-nelitian ini juga didominasi oleh merekayang berusia sekitar 37 - 44 tahun dengansuku bangsa/etnis Minang dan masa kerja/

pengalaman kerja berkisar antara 5 hingga10 tahun.

Karakteristik responden tersebut mem-berikan gambaran bahwa pelaku UMKM diKota Medan adalah masih relatif berusiayang sangat produktif dan memiliki tang-gung jawab secara keluarga (anak dan istri).Selain itu, responden juga telah cukupmemberikan perwakilan pelaku UMKM diKota Medan. sebab, selain telah memilikipengalaman yang memadai (5 hingga 10tahun), responden juga tersebar untuk etnikMinang yang telah lama dikenal sebagaietnik yang lebih menyukai usaha.

Karakteristik DataUmumnya, karakteristik data memberi-

kan gambaran atau deskripsi atas variabel-variabel penelitian. Selain itu, karakteristikdata juga memberikan gambaran atashubungan antara variabel-variabel peneliti-an. Secara rinci, deskripsi dan hubunganantara variabel-variabel penelitian, dapatdilihat pada tabel 3.

Tabel 3 menjelaskan bahwa secaraumum para pelaku UMKM memiliki peri-laku courtsey sangat berhubungan denganperilaku altruism. Sedangkan altruism ter-sebut juga sangat erat hubungannya denganmasalah kepercayaan. Kedua hubungantersebut, terbukti dari besarnya masing-masing nilai r. Hubungan perilaku courtseydengan perilaku altruism adalah sebesar0,290 (r = 0,290) melebihi nilai hubunganlainnya, sedangkan altruism tersebut jugasangat erat hubungannya dengan masalahkepercayaan, memiliki hubungan sebesar0,298 (r = 0,298). Kondisi seperti ini mem-berikan gambaran bahwa perilaku courtseyakan dapat muncul di kalangan pelakuUMKM manakala diantara mereka terdapatmental yang cenderung untuk menge-depankan kepentingan orang lain di-banding dirinya sendiri (altruism). Namundemikian, perilaku altruism akan dimuncul-kan oleh para pelaku UMKM di saat oranglain memiliki rasa saling mempercayai. Halini juga dibuktikan dengan tingkat keeratanhubungan antara interaksi sosial dengan

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 31

Tabel 2Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Median Mean

Penghasilan (jutaan)In.Makanan &Minuman

4,00 7,28

In.Fashion 4,00 5,01In.Tekstil 3,00 3,30In.Kerajinan 3,00 5,00In.Furniture 5,00 7,43In.Gerabah 4,00 5,36

Mknan &Minum

Fashion Tekstil Kerajinan Furniture Gerabah

Jenis KelaminLaki-Laki 6 93 - 7 30 9Perempuan 20 61 5 16 - 2Total 26 154 5 23 30 11

Status PerkawinanTidak Menikah - 5 - 1 - -Menikah 26 149 4 22 30 11Janda/Duda - - 1 - - -Total 26 154 5 23 30 11

Usia23 – < 30 13 1 - - -30 – < 37 5 26 3 5 2 -37 – < 44 8 46 - 11 8 544 – < 51 7 34 - 4 10 3> 51 6 35 1 3 10 3Total 26 154 5 23 30 11

EtnisMelayu 1 4 1 3 - -Batak - 5 - 14 1 -Mandailing 3 3 - - 4 11Karo - 1 - 1 - -Minang 6 134 2 3 1 -Jawa 15 7 2 2 22 -Tionghoa - - - - 2 -Aceh 1 - - - - -Total 26 154 5 23 30 11

Masa Kerja1 – < 5 8 18 2 2 3 -5 – < 10 6 52 2 17 4 210 – < 15 6 45 1 4 15 715 – < 20 4 31 - - 7 2> 20 2 8 - - 1 -Total 26 154 5 23 30 11

Sumber: Data diolah

32 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

Tabel 3Deskripsi Data dan Korelasi

Ukuran InteraksiSosial

Kepercayaan

BerbagiPandangan

Empati Alturistik

Alturism

Conscientiousness

Sportman

ship

CivicVirtue

Courtesy

Interaksi Sosial 1Kepercayaan 0,271 1Berbagi Pandangan 0,603 0,282 1Empati -0,305 0,097 -0,352 1Alturistik 0,049 0,034 0,013 -0,017 1Alturism 0,240 0,298 0,283 -0,190 0,158 1Conscientiousness 0,177 0,025 0,230 -0,155 0,078 0,363 1Sportman ship 0,221 -0,002 0,186 -0,269 -0,028 0,066 0,428 1Civic Virtue -0,225 0,057 -0,251 0,311 0,176 0,262 0,028 -0,191 1Courtesy -0,051 0,144 -0,104 0,121 0,156 0,290 0,138 -0,087 0,574 1Mean 2,206 4,037 3,841 3,190 4,333 3,920 3,543 3,009 4,015 4,357Median 2,290 4,000 3,830 3,500 4,500 4,000 3,500 3,000 4,000 4,000Std. Deviasi 0,964 0,388 0,598 1,018 0,593 0,421 0,366 0,509 0,464 0,445Mean-(2xstdv) 1,241 3,649 3,243 2,172 3,739 3,498 3,177 2,499 3,550 3,912Mean+(2xstdv) 4,135 4,813 5,038 5,227 5,520 4,763 4,276 4,028 4,944 5,248Minimum 1,000 2,780 2,330 1,000 2,500 2,710 2,500 1,670 2,750 3,250Maximum 5,140 5,000 5,170 5,000 5,000 5,000 5,000 4,670 5,000 5,000Sumber: Data diolah

berbagai pandangan. Terhadap hubungankedua variabel tersebut (interaksi sosialdengan berbagai pandangan), nilai r yangterjadi diantaranya adalah nilai tertinggi (r= 0,601) diantara semua hubungan yang ter-jadi diantara variabel-variabel yang diteliti.

Terkait dengan sebaran data darimasing-masing variabel dapat dijelaskandari skor standar deviasi yang dibanding-kan dengan nilai minimum-maksimum darirata-rata variabel. Pada tingkat kepercayaan95%, rata-rata variabel menjadi rata-rata 2 standar deviasi. Pada keseluruhan varia-bel terindikasi sebaran data yang baik.Dimana batas angka rata-rata 2 standardeviasi dengan nilai minimum dan maksi-mum relatif tidak jauh.

Selain informasi tersebut, tabel 3 di atasjuga memberi gambaran bahwa perilakuinteraksi sosial, empati, altruistik, danaltruism menunjukkan nilai yang rendahdiantara pelaku UMKM. Kondisi ini di-jelaskan oleh skor mean masing-masingvariabel yang lebih kecil dari skor mediannya, sedangkan variabel sisanya adalahvariabel perilaku yang tinggi diantarapelaku UMKM (mean > median).

Jika dari konstruk social capital untukdimensi interaksi sosial rendah hal ini lebih

dikarenakan adanya persepsi yang engganuntuk melibatkan diri dengan anggotaUMK lainnya selama keterlibatan tersebuttidak berhubungan dengan bisnisnya. Selainitu, data diskripsi di atas menunjukkan bah-wa berbagi pandangan dan kepercayaan dilingkungan UMKM tinggi. Hal ini dikarena-kan adanya persamaan pandang diantarapelaku UMK dan saling percayanya merekadalam berhubungan yang lebih disebabkanrasa satu nasib.

Dari konstruk perilaku moral dalamhal ini adalah empati dan alturistik rendah.Hal ini dikarenakan adanya pola/sistemusaha yang menuntut mereka untuk salingbersaing dan melihat sesama pelaku UMKsebagai saingan di dalam berusaha. Dengankata lain, sesama pelaku usaha UMK akanmenjadi pesaing diantara mereka manakalamereka memasuki pemikiran bisnis danakan tanpak bersahabat/berempati danaltruistik manakala mereka membicarakanmasalah-masalah kesosialan dan kebiasaanyang terjadi.

Pengujian Reliabilitas InstrumenUji reliabilitas instrumen digunakan

untuk melihat konsistensi item pertanyaanpenelitian. Reliabilitas instrumen diuji

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 33

menggunakan item to total correlation dancronbach’s alpha. Item to total correlationdigunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi item-item yangkehadirannya akan memperkecil cronbach’salpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002).

Berikut hasil uji reliabilitas instrumen, dapatdilihat pada tabel 4.

Pengujian reliabilitas item pertanyaanterhadap setiap variabel penelitian me-nunjukkan adanya item-item pertanyaanyang tidak reliabel.

Tabel 4Hasil Uji Reliabilitas – Cronbach’s Alpha

Variabel Item Item to totalcorrelation

Cronbach'sAlpha

Item YangDikeluarkan Variabel Item Item to total

correlationCronbach's

AlphaItem Yang

Dikeluarkan

Interaksi Sosial 1 0,578 0,815 IS3 Alturism 1 0,588 0,856 -2 0,610 2 0,5304 0,560 4 0,6825 0,631 5 0,7266 0,538 6 0,7107 0,727 7 0,690

Kepercayaan 2 0,583 0,840 KEP1 Conscientiousness 1 0,464 0,656 CS63 0,618 2 0,4634 0,605 3 0,4545 0,668 4 0,3746 0,539 5 0,3867 0,5438 0,6549 0,658

BerbagiPandangan

1 0,618 0,869 BP3 Sportmanship 2 0,647 0,783 S12 0,761 3 0,6474 0,6475 0,8106 0,676

Empati 2 0,510 0,672 E1, E3, E4, E5,E6, E7, E8, E9,E10, E11, E13

Civic Virtue 1 0,516 0,740 -12 0,510 2 0,673

3 0,6244 0,497

Alturistik 215

0,5140,514

0,676 AL1, AL3, AL4,AL5,

AL6, AL7, AL8,AL9, AL10,AL11, AL12,AL13, AL14

Courtesy 1 0,802 0,908 -

2 0,8313 0,8494 0,696

Sumber: Data diolah

Artinya, skor item pertanyaan beradadi bawah/lebih kecil dibanding standaryang telah ditentukan. Untuk variabel inter-aksi sosial, item pertanyaan 3 adalah itempertanyaan yang tidak reliabel. Variabelkepercayaan, terdapat 1 item yang tidakreliabel yaitu item pertanyaan 1 sedangkanvariabel berbagi pandangan, item nomor 3adalah item yang tidak reliabel. Terhadap

variabel empati, dari 13 item pertanyaanyang disebar, hanya 2 item pertanyaan (2dan 12) yang reliabel. Sedangkan variabelaltruistik, dari 15 item pertanyaan, hanyaitem nomor 2 dan 15 yang reliabel. Begitupula dengan variabel altruism, conscientious-ness, dan sportmanship, masing-masing itemyang tidak reliabel, hanya 1 item per-tanyaan. Terhadap variabel civic virtue dan

34 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

courtesy, semua item pertanyaannya adalahreliabel. Hal ini juga didukung dari besar-nya skor cronbach’s alpha setiap variabelyaitu mencapai skor di atas 0,70.

Asumsi-asumsi SEMAsumsi yang harus terpenuhi dalam

prosedur pengumpulan dan pengolahandata adalah (Hair et al., 2006: 604). Jumlahsampel dalam penelitian ini adalah 249sampel. Jumlah sampel ini memenuhiminimum jumlah sampel yang disyaratkan

pada pengujian SEM dengan teknik MLE(minimum 100).

NormalitasUntuk uji normalitas data nilai statistik

yang digunakan adalah z-value. Aturanumum yang digunakan adalah apabila z-value melebihi 2,58 berarti asumsi norma-litas ditolak pada level probabilitas 0,01(Hair et al., 2006). Hasil perhitungan dapatdilihat pada Tabel 5.

Tabel 5Hasil Uji Normalitas

Variable min Max skew c.r. kurtosis c.r.Interaksi Sosial 1,000 5,140 0,321 2,067 -0,747 -2,408Kepercayaan 2,330 5,170 0,145 0,933 -0,697 -2,245Berbagi Pandangan 2,780 5,000 0,321 2,068 0,669 2,154Empati 2,620 4,620 -0,132 -0,853 -0,422 -1,360Alturistik 2,600 3,530 -0,283 -1,822 0,242 0,779Alturism 2,710 5,000 -0,099 -0,635 1,406 4,529Conscientiousness 2,500 5,000 0,802 5,168 2,443 7,870Sportsmanship 1,670 4,670 0,386 2,484 0,023 0,075CivicVirtue 2,750 5,000 0,135 0,869 0,484 1,559Courtesy 3,250 5,000 0,418 2,692 -1,368 -4,406Multivariate 7,480 3,809

Sumber: Data diolah

Secara univariate nilai C.R untukkurtosis pada hampir keseluruhan konstrukdapat dianggap normal. Secara multivariatenilai C.R sebesar 3,809 lebih besar dari nilaikritis yang ditetapkan, ini membuktikanbahwa data tidak normal, maka dalampenelitian ini, asumsi normalitas secaramultivariate dapat diabaikan.

Namun, skor dari 2 akan meningkatdan berakibat pada pembiasan interpretasiyang dikarenakan nilai probability level akanmengecil (Hair et al., 2006), tetapi denganteknik MLE, analisis selanjutnya tetap dapatdilakukan karena teknik ini cukup robustwalaupun asumsi normalitas tidak tercapai(Purwanto, 2002).

OutliersHasil perhitungan outliers ditunjukkan

pada Tabel 5. Outliers adalah observasi yangmuncul dengan nilai-nilai ekstrim dan jauhberbeda dari observasi-observasi lainnya(Hair et al., 2006). Outliers dievaluasi denganmenggunakan mahalanobis distance padatingkat p < 0,001. Mahalanobis distance di-evaluasi dengan menggunakan 2 padadegree of freedom sebesar variabel yang di-gunakan dalam penelitian (Hair et al., 2006).Jumlah konstruk dalam penelitian adalah 10konstruk, maka nilai mahalanobis distanceyang lebih besar dari 2 tabel, yaitu padadf=10 0,001 diperoleh nilai 2 = 29,59,mengindikasikan adanya observasi yangoutliers secara multivariate.

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 35

Tabel 6Hasil Uji Outliers

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

50 30,290 0,001 0,17451 28,734 0,001 0,047117 26,840 0,003 0,03218 26,553 0,003 0,00874 25,841 0,004 0,003. . . .. . . .. . . .. . . .

63 10,282 0,416 0,783217 10,280 0,416 0,745143 10,271 0,417 0,711

Sumber: Data diolah

Tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapatmultivariate outliers pada observasi nomor50. Menurut Ferdinand (2002), bila tidakterdapat alasan khusus untuk mengeluar-kan observasi yang outliers, maka observasidapat diikutsertakan dalam analisis se-lanjutnya.

Untuk lebih menegaskan pendapat ter-sebut, peneliti melakukan evaluasi outlierssecara univariate. Evaluasi ini dilakukandengan cara mengkonversi nilai data ke-dalam standard score atau z-score. Pedomanevaluasi ada pada nilai kritis dari z-scoredengan rentang 3 sampai dengan 4. Obser-vasi yang mempunyai nilai 3,0 z-score 4,0, dikategorikan sebagai outliers (Hair etal., 2006). Uji ini menggunakan statistics-summarize-descriptive. Dari hasil perhitungankeseluruhan observasi tidak mengindikasi-kan adanya outliers.

PembahasanDiterimanya kriteria goodness-of-fit,

mengindikasikan analisis terhadap hubung-an-hubungan struktural model (pengujianhipotesis) dapat dilakukan (Gambar 2).Penerimaan kriteria tersebut mengindikasi-kan bahwa seluruh pemodelan yang di-

ajukan dalam studi ini dapat dilanjutkanuntuk dilakukan penelitian. Artinya, modelhubungan antara social capital, perilakumoral, serta perilaku anggota organisasiatas nilai-nilai keorganisasian, dapat di-teruskan untuk kepentingan analisis se-lanjutnya. Hubungan antar variabel yangdihipotesiskan ditunjukkan oleh nilaistandardized regression weights. Tingkat degreeof freedom yang digunakan sebesar 6. Nilai t-tabel pada df 6 dengan 0,05 (2-tailed)adalah sebesar 2,447. Dengan menetapkanH0 (hipotesis nol) sebagai koefisien standard-ized regression weights yang tidak signifikan,Hi (hipotesis alternatif) sebagai koefisienstandardized regression weights yang signi-fikan, dan membandingkan C.R dengan t-tabel, apabila nilai C.R t-tabel, makahubungan antar variabel yang dihipotesis-kan dapat diterima (H0 tidak didukung),sedangkan bila nilai C.R t-tabel, hubunganantar variabel yang dihipotesiskan ditolak(H0 didukung). Dengan memanfaatkan ber-bagai nilai kritis tersebut, maka hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam kajian inidapat terjawab secara ilmiah. Hasil per-hitungan hubungan struktural model di-sajikan pada Tabel 7.

36 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

Tabel 7Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis Hubungan StandardizedEstimate

C.R Keterangan

SC PM - -0,430 -2,984 SignifikanSC OCB + 0,220 0,374 Tidak SignifikanPM OCB + 1,173 0,872 Tidak Signifikan

Sumber: Data diolah

Berdasar pada tabel 7, tampak bahwahanya social capital (SC) yang berpengaruhterhadap perilaku moral, sedangkan hipo-tesis hubungan SC dan perilaku moral danhubungan antara perilaku moral dan peri-laku anggota organisasi terhadap nilaikeorganisasian (OCB), tidak dapat di-dukung. Simpulan yang demikian ter-gambar pada tabel 7 di atas. Hasil statistikayang disajikan pada tabel tersebut, me-miliki implikasi luas bagi perkembanganUMKM dari aspek-aspek kesosialan parapelaku UMKM di Kota Medan.

Diterimanya hipotesis yang mengata-kan terdapat hubungan antara SC danperilaku moral, memberikan gambaranbahwa di kalangan pelaku UMKM, perilakuyang selalu mereka tampilkan, selalu me-ngandung nilai empati serta altruistik.Kedua unsur tersebut memberikan kontri-busi penting di dalam membangun interaksisosial, berbagi pendangan, serta memuncul-kan nilai kepercaaan sesama mereka.Artinya, perilaku sosial yang diwujudkanitu, memiliki hubungan yang erat denganpembentukan-pembentukan SC di kalanganpelaku UMKM. Itu sebabnya, di kalanganpelaku UMKM di Kota Medan, kedekatandan kesamaan potensi serta sumberdayayang dimiliki ternyata mampu mewujud-kan nilai-nilai moral di antara pelakuUMKM sehingga, perilaku empati dan sifatingin menolong sesama (altruistic) lebihsering terwujud manakala mereka ber-hubungan/berinteraksi sosial. Selain haltersebut, kedekatan potensi yang demikian,disadari atau tidak, juga telah memperkuathubungan antar pribadi di kelompokpelaku UMKM. Kedekatan hubungan ini

juga memberikan sumbangsih signifikanatas terwujudnya hubungan yang eratantara SC dan perilaku moral. Berdasarpenjelasan tersebut, maka dapat disimpul-kan bahwa antara SC dan perilaku moral,memiliki hubungan yang signifikan.

Berbeda dengan hubungan antara SCserta perilaku moral terhadap perilakuanggota yang bernilai keorganisasian.Hubungan ketiga variabel tersebut, tidakmemiliki hubungan secara statistika. Hasilstaitsitika tersebut mengindikasikan bahwabaik SC maupun perilaku moral tidak me-miliki hubungan dengan perilaku anggotayang bernilai keorganisasian. Fenomena inidapat memberikan penjelasan bahwa dikalangan para pelaku UMKM Kota Medanmeskipun telah memiliki sebuah hubunganyang erat antara SC dan perilaku moral,namun tidak otomatis akan memilikihubungan pula dengan masalah perilakuanggota yang bernilai keorganisasian. Halini bermakna bahwa hubungan yang ter-cipta antara SC dan perilaku moral tidakserta merta melahirkan bentuk perilakuanggota yang bernilai keorganisasian se-bagaimana diharapkan dapat meningkakankinerja secara individu maupun lembaga.

Dengan tidak diterimanya hipotesisyang menyatakan bahwa terdapat hubung-an antara SC, perilaku moral dengan peri-laku anggota yang bernilai keorganisasian,maka diantara para pelaku UMKM di KotaMedan, akan menjalankan nilai sosial se-bagai pembentuk SC, akan terjadi jikaantara pihak yang berinteraksi tidak sedangdalam posisi sebagai pesaing usaha. Hal inimengindikasikan bahwa diantara para pe-laku usaha UMKM, akan menjalankan nilai-

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 37

nilai sosial manakala mereka berada padaposisi yang sedang tidak bersaing di dalamberbisnis. Indikasi tersebut, sejalan denganapa yang dikatakan oleh Liu dan Cohen(2010) bahwa masing-masing individu didalam berusaha akan senantiasa memilikisebuah sikap atau keputusan yang sangattergantung dari orientasi mereka ke depanatas usaha mereka sendiri. Dengan katalain, di saat para pelaku UMKM berinter-aksi dalam konteks bisnis, maka perilakumoral tidak muncul di antara mereka sebabmereka telah lama mengalami suasanabersaing di sesama mereka sendiri. Hal initerdukung dari data demografis respondenbahwa responden penelitian adalah mereka-mereka yang telah menjalankan usahanyadi atas 10 tahun. Singkatnya, perilaku moral

serta SC akan efektif berjalan di tengah-tengah para pelaku usaha UMKM, mana-kala mereka memiliki nilai-nilai persainganyang minim diantara mereka. Oleh karena-nya, nilai-nilai persaingan yang terdapatdiantara para pelaku UMKM Kota Medan,perlu dicermati guna meningkatkan nilai-nilai sosial yang pada gilirannya akan mem-bantu untuk mewujudkan SC sebagaimanayang diharapkan oleh para pelaku UMKM.Pada sisi lainnya, mempertahankan nilai-nilai sosial di kalangan pelaku UMKM KotaMedan, akan memberikan fenomena usahayang lebih menekankan pada aspek ke-kerabatan, gotong royong, dan perilakumoral lainnya dengan membuka peluangterwujudnya distribusi penghasilan yangrelatif proporsional.

Chi-Square = 195,540df = 6,111Pobabilitas = 0,000GFI = \GFIAGFI = \AGFITLI = 0,554RMSEA = 0,144

1 00,75

0,11

1

0,017

0,013

0.025

0,001

0,013

e6

e7

e8

e9

e100

1

1

1

1

1

3,92

3,54

3,01

4,02

4,36

1,00

0,09

3,89

2,30

-0,89

Alturism

Conscientiousness

Sportsmanship

Civic Virtue

Courtesy

0,000

Z2

OCB

e5

-0,11

1

0,03

0,054

0,003

1,00

Z1

Empati Alturistik

PerilakuMoral

0

SocialCapital

2,21

4,04

3,84

1,00

0,18

0,65

BerbagiPandangan

Kepercayaan

Interaksi sosial

0,038

0,013

0,0131

1

1e2

e3

e1

1e4

Sumber: Data diolah, output AmosGambar 2

Hasil Uji Hipotesis

ImplikasiPenelitian ini berimplikasi pada per-

kembangan usaha UMKM di Kota Medan.Penelitian ini memberikan masukan bagiberbagai pihak yang terkait dengan halpengembangan dan pertumbuhan peran

UMKM, sehingga, kesukaran yang dialamioleh banyak pelaku UMKM di dalammengakses permodalan, dapat diantisipasidengan menumbuh kembangkan perilakumoral di kalangan pelaku UMKM dengansedikit penekanan pada aspek persaingan di

38 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

antara mereka. Namun, pada sisi lainnya,orientasi ke depan para pelaku UMKM jugaikut berperan atas efektifitas perilaku moraluntuk mewujudkan SC. Oleh kerenanya,kemampuan mengenali dan mengakumodirberbagai kepentingan pelaku UMKM secaraindividual oleh pihak yang berkepentinganseperti pemerintah daerah, akan membantumengembangkan SC dan dapat memberi-kan kemudahan aksesibilitas permodalanbagi pelaku UMKM khususnya pelakuUMKM Kota Medan. Oleh karenanya,implikasi penelitian ini akan terlihat jelasdari kebijakan yang akan direalisasikan olehpihak pemerintah terutama PemerintahKota Medan terkait dengan persoalanmenumbuh kembangkan kegiatan bisnispelaku UMKM Kota Medan.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Mengacu pada pembahasan di atas,maka penelitian ini menemukan berbagaikondisi di sekitar pelaku UMK terkaitpelaksanaan perilaku pembentuk SC sertapersoalan OCB. Secara statistika, aspekkepercayaan dan berbagi pandangan me-rupakan aspek pembentuk SC. Meskipunpembentuk OCB adalah aspek perilakualtruistik, namun aspek ini tidak dapatberdiri sendiri tanpa adanya sikap yangsaling mempercayai satu sama lainnya dikalangan pelaku UMK. Dengan demikian,hasil statistika tersebut mengindikasikanadanya hubungan yang saling mendukunguntuk membentuk OCB diantara sikapaltruistik dan kepercayaan.

Berbeda dengan persoalan perilakumoral. Perilaku moral tidak dapat dibentukmelalui aspek altruistik dan empati. Hal inilebih dikarenakan adanya pola persainganyang telah berjalan selama ini di tengah-tengah pelaku UMK, sehingga altruistik danempati hanya dapat dijalankan manakalapraktik hubungan pelaku UMK di luarkonteks bisnis. Akan tetapi, pembentukanOCB di kalangan para pelaku UMK akandapat terjadi mengingat bahwa adanyahubungan yang siginifikan antara SC dan

perilaku moral. Hubungan kedua dimensitersebut, telah menjadi unsur pentingpembentuk OCB.

SaranBerdasar pada persoalan yang ada se-

lama penelitian serta ditemukannya be-berapa simpulan penelitian yang relatifberbeda dengan teori yang ada, maka padakajian berikut perlu secara khusus untukmelihat aspek-aspek utama pembentuk SCdan perilaku moral. Selain itu, kebutuhangeneralisasi atas sebuah penelitian, jugaperlu difokuskan pada penelitian berikut-nya sebab dengan memasukan sebanyakmungkin sektor industri, akan meningkat-kan generalisasi hasil penelitian. Begitupula dengan persoalan praktik OCB dankondisi SC di masing-masing kelompokindustri para pelaku UMK.

DAFTAR PUSTAKABarNir, A. dan K. A. Smith, 2000. Interfirm

Alliances in the Small Business: TheRole of Social Networks. Journal ofMarketing Research 14(3): 219-232.

Bateman, T. S. dan D. W. Organ. 1983. JobSatisfaction and the Good Soldier: TheRelationship between Affect andEmployee Citizenship. Academy ofManagement Journal 26: 587.

Biro Pusat Statistik. 2011. Hasil SurveiAngkatan Kerja Nasional. Februari2010.

Bureau, J. S., R. J. Vallerand, N. Ntomanisdan M. A. K. Lafreniėre 2013. OnPassion and Moral Behavor in Achieve-ment Setting: The Mediating Role ofPride. Motiv Emot 37: 121-133.

Cochran, W. G. 1991. Teknik PenarikanSampel. Terjemahan Rudiansyah. EdisiKe-3. University Indonesia Press.Jakarta.

Coke, J. S., C. D. Batson, dan K. McDevis.1987. Empathy Mediation of Helping:A Two Stage Model. Journal ofPersonality and Social Psychology 36:752-766.

Colby, A. dan W. Damon. 1995. The

Membangun Organizational Citizenship Behavior... -- Muhar 39

Development of Extraordinary MoralCommitment. In M. Killen, D. Hart,and et al. Morality in Everyday Life:Development Perspectives. CambridgeUniversity Press. New York.

Colgate, M. dan B. Lang. 2005. Positive andNegative Consequences of A RelationshipManager Strategy: New Zealand Banksand Their Small Business Customers.Journal of Business Research 58(2): 195-204.

Danchev, A. 2006. Social Capital andSustainable Behavior of the Firm.Industrial Management and Data System107(7): 953-965.

De Oliviera, J. F. 2013. The Influence of theSocial Capital on Business Perfor-mance: An Analysis in the Context ofHorizontal Business Network. Ram,Rev. Adm. Mackenzie 14 (3): 209-235.

De Soto, H. 2000. The Other Path: theInvisible Revolution in the Third World.Terjemahan Masri Martis. YayasanObor. Jakarta.

Dinas Koperasi UMKM Kota Medan. 2011.Direktori UMKM Bidang ProduksiKota Medan Tahun 2011.

Evandrou, M. dan K. Ghosal. 2004. Fami-ly, Work, and Quality on Life:Changing Economic and Social RoleThrough the Lifecourse. Ageing andSociety 24: 771-791.

Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equa-tion Modelling dalam Penelitian Mana-jemen. FE UNDIP. Semarang.

Gick, E. 2003. Cognitive Theory and MoralBehavior: The Contribution of F. A.Hayek to Business Ethics. Journal ofBusiness Ethics 45(1-2): 140-165.

Guiso, L., P. Sapienza, dan L. Zingales. 2004.The Role of Social Capital in FinancialDevelopment. The American EconomicReview 94(3): 536-556.

Hadjali, H. R. dan M. Salimi. 2012. AnInvestigation on the Effect ofOrganizational Citizenship Behaviors(OCB) Toward Customer- orientation:A Case of Nursing Home. Procedia -Social and Behavioral Sciences 57(0): 524-532.

Hair, J. F. Jr., R. E. Anderson, R. L. Tatham,dan W. C. Black. 2006. Multivariate Data

Analysis. 5th

ed. Printice-Hall Inc. NewJersey.

Hitt, M. A., R. Ireland, S. Camp dan D.Sexton. 2001. Strategic Entrepreneur-ship: Entrepreneurial Strategies forWealth Creation. Strategic ManagementJournal 22: 479–491.

Ho, V. T., D. M. Rousseau dan L. L.Levezque. 2006. Social networks andPsychological Constructs: StructuralHole, Cohesive Ties, and Belief Regar-ding Employer Obligations. HumanRelation 4(59): 459-481.

Hong, I. S. 1996. What Do They Have inKoreans? Jungsinsegyesa. Seoul, Korea.

Jeffries, V. 1998. Virtue and the altruisticpersonality. Sociological Perspectives 41(1): 151-166.

Kihlgren, A. 2003. Small Business in Russia-Factors That Slowed Its Development:An Analysis. Communist and Post-Communist Studies 36(2): 193-207.

King, P. E. 2000. Adolescent Religiousnessand Moral Behavior: A Proposed Modelof Social Capital Resources and MoralOutcomes. Dissertation. GraduateSchool of Psychology, Fuller Theologi-cal Seminary. Pasadena CA.

Kozan, M. K., D. Oksoy, dan O. Azsoy. 2010.Owner Sacrifice and Small BusinessGrowth. Journal of World Business 47:409-419.

Kwantes, C. T., C. M. Karam, B. C. H. Kuodan S. Towson. 2008. Culture's Influ-ence on The Perception of OCB As In-Role or Extra-Role. International Journalof Intercultural Relations 32(3): 229-243.

Lazega, E. 2001. The Collegial Phenomenon:The Social Mechanism of CooperationAmong Peers in A Corporate Law Partner-ship. Oxford University Press. Oxford.

Leana, C. R. dan Pil, F.K. 2006. Social Capi-tal and Organizational Performance:Evidence from Urban Public School.Organization Science 17(3): 353-366.

Liu, Y. dan Cohen, A. 2010. Value, Commit-

40 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 18 – 41

ment, and OCB among ChineseEmployees. International Journal ofIntercultural Relationship 34: 493-506.

Ma, E. dan H. Qu. 2011. Social Exchanges asMotivators of Hotel Employees’Organizational Citizenship Behavior:The Proposition and Application of ANew Three-Dimensional Framework.International Journal of HospitalityManagement 30(3): 680-688.

MacDermind, S. M., J. L. Hertzog, K. B.Kensinger dan J. F. Zipp. 2001. TheRole of Organizational Siza andIndystry in Job Quality and Work-Family Relationship. Journal of FarmEcon Issues 22(2): 191-216.

Morrison, E. W. 1995. Role Definition andOrganizational Citizenship Behavior:The Importance of The EmployeePerspective. Academy of ManagementJournal 37(6): 1543-1567.

Organ, D. W. 1994. Personality andOrganizational Citizenship Behavior.Journal of Management 20: 465-478.

Pandjialam, R. R. 2007. Lebih BersungguhDengan UMK. BI Regional Sumut danNAD. Medan.

Podsakoff, P. M., S. B. Mackenzie, J. B. Painedan D. G. Bachrach. 2000. Organizati-onal Citizenship Behaviors: A CriticalReview of the Theoretical and Empiri-cal Literature and Suggestions forFuture Research. Journal of Management26(3): 513-563.

Purwanto, B. M. 2002. The Effect ofSalesperson Stress Factors on JobPeformance. Journal of Indonesian Econo-my and Business 17(2): 150-169.

Reed, K. K., N. Srinivasan dan D. H. Doty.2009. Adopting Human and SocialCapital to Impact Performance: SomeEmpirical Finding from the USPersonal Banking Sector. Journal ofManagerial Issues 21(1): 36-57.

Sethuraman, S. V. 1984. The Urban Infor-mal Sector in Developing Countries. TheInternational Labor. Genoa.

Singhapakdi, A., M. J. Sirgy dan D. J. Lee.2010. Is Small Business Better Then BigBusiness For Marketing Managers?Journal of Business Research 62: 418-423.

Son, J., dan N. Lin. 2008. Social Capital andCivic Action: A Network-Based Ap-proach. Social Science Research 37(1):330-349.

Stringham, E. P. 2011. Embracing Morals inEconomics: The Role of Internal MoralConstraints in A Market Economy.Journal of Economic Behavior &Organization 78(1–2): 98-109.

Uzzi, B. 1996. The Sources and Consequen-ces of Embeddedness for the EconomicPerformance of Organizations. Ame-rican Sociological Review 61: 674-698.

Wennekers, S., A. van Stel, R. Thurik dan P.Reynolds. 2005. Nascent Entrepreneur-ship and the Level of EconomicDevelopment. Small Business Economics24: 293–309.

Zeinabadi, H. 2010. Job Satisfaction andOrganizational Commitment as Ante-cedents of Organizational CitizenshipBehavior (OCB) of teachers. Procedia -Social and Behavioral Sciences 5(0): 998-1003.