MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

18
1 Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik Vol 14 No. 1 Januari 2019 : 1-18 ISSN : 2685-6441 (Online) Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v14i1.5010 ISSN : 1907-7769 (Print) MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN RISIKO 1 Deivy Ridha Rifani Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti 2 Christina Dwi Astuti Fakultas Ekonomi dan Bisns, Universitas Trisakti [email protected] Abstract The aim of this study is to get empirical evidence of the effect of good corporate governance mechanism on risk disclosure. Independent variable in this study are proportion of board independent, size of audit committee, institutional ownership, frequency of board meeting, and quality of external auditor. Dependent variable are risk disclosure. The research data obtained from the annual report of company on the Indonesian Stock Exchange website. The sample in this study used 96 companies listed at Indonesia Stock Exchange (BEI) for 2013-2015, with 265 item. The sampling technique using purposive sampling method. The result of this study are size of audit committee, institutional ownership, and quality of external auditor have a positive significant effect on risk disclosure. Unfortunetly, proportion of board independent and frequency of board meeting has no effect on risk disclosure. Keywords: Frequency of Board Meeting; Institutional Ownership; Proportion of Board Independent; Quality of the External Auditor; Risk Disclosure JEL Classification : G34 Submission date : July 22, 2019 Accepted date : August 8, 2019

Transcript of MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

Page 1: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

1

Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik

Vol 14 No. 1 Januari 2019 : 1-18 ISSN : 2685-6441 (Online)

Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v14i1.5010 ISSN : 1907-7769 (Print)

MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN

PENGUNGKAPAN RISIKO

1Deivy Ridha Rifani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti 2Christina Dwi Astuti

Fakultas Ekonomi dan Bisns, Universitas Trisakti

[email protected]

Abstract

The aim of this study is to get empirical evidence of the effect of good corporate

governance mechanism on risk disclosure. Independent variable in this study are

proportion of board independent, size of audit committee, institutional ownership,

frequency of board meeting, and quality of external auditor. Dependent variable are

risk disclosure. The research data obtained from the annual report of company on the

Indonesian Stock Exchange website. The sample in this study used 96 companies listed

at Indonesia Stock Exchange (BEI) for 2013-2015, with 265 item. The sampling

technique using purposive sampling method. The result of this study are size of audit

committee, institutional ownership, and quality of external auditor have a positive

significant effect on risk disclosure. Unfortunetly, proportion of board independent and

frequency of board meeting has no effect on risk disclosure.

Keywords: Frequency of Board Meeting; Institutional Ownership; Proportion of Board

Independent; Quality of the External Auditor; Risk Disclosure

JEL Classification : G34

Submission date : July 22, 2019 Accepted date : August 8, 2019

Page 2: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 2

1. PENDAHALUAN

Perusahaan dalam menjalankan suatu bisnis diharuskan menyediakan informasi

yang terkini dan relevan kepada para stakeholder. Informasi yang disediakan selain

harus relevan dan terkini, juga haruslah mudah untuk diakses, sehingga tidak terjadi

asimetri informasi. Pengungkapan informasi terutama yang bersifat material

merupakan salah satu transparansi yang diberikan perusahaan kepada para stakeholder.

Pengungkapan informasi yang transparan merupakan suatu sistem manajemen risiko

bagi perusahaan. Manajemen risiko merupakan aktivitas mengidentifikasi, mengukur,

dan mengendalikan risiko yang mengakibatkan kerusakan atau kerugian bagi

perusahaan. Pemahaman risiko yang lebih baik berakibat lebih mudahnya risiko untuk

dikendalikan.

Para pemangku kepentingan dari suatu perusahaan, memerlukan informasi lebih

lanjut atas pengungkapan risiko oleh perusahaan. Hal ini diperlukan agar keputusan

yang diambil tidak bias. Pengungkapan risiko akan membantu pengambilan keputusan

investasi yang tepat, dan dapat membuat tindakan-tindakan yang dibutuhkan atas risiko

yang dihadapi (Aditya & Meiranto, 2015).

Pengungkapan risiko bertujuan meminimalisasi terjadinya asimetri informasi

antara pihak manajemen dengan pihak lainnya. Dalam teori keagenan, manajemen pada

umumnya hanya akan mengungkapkan informasi yang akan menguntungkan pihaknya

dan merugikan kepentingan pihak lainnya. Asimetri informasi ini dapat diminimalisasi

dengan adanya pengelolaan yang baik dalam perusahaan. Salah satu pengungkapan

risiko adalah penerapan tata kelola yang baik di perusahaan. Tata kelola perusahaan

yang baik akan dapat menjaga sustainabilitas hidup perusahaan (Mubarok & Rohman,

2013). Pengungkapan risiko yang kurang baik akan menyebabkan akuntabilitas dari

laporan keuangan maupun laporan tahunan perusahaan akan berkurang. Hal ini dapat

mempengaruhi pertimbangan para stakeholder dalam menentukan masa depan

perusahaan (Utomo & Chariri, 2014).

Tata kelola merupakan mekanisme pengendalian internal perusahaan dengan

tujuan mengelola risiko dalam mencapai tujuan bisnisnya. Tata kelola yang diterapkan

dengan baik akan mencegah ataupun mengurangi berbagai risiko yang terjadi di

perusahaan. Oleh sebab itu, tiap perusahaan harus dapat memahami tata kelola dengan

baik agar kegiatan-kegiatan perusahaan dapat lebih terencana dengan baik

(Herlambang & Darsono, 2015).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh

mekanisme tata kelola perusahaan terhadap pengungkapan risiko. Mekanisme tata

kelola yang menjadi variabel pada penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris,

komisaris independen, kepemilikan instituisonal, dan kepemilikan manajerial. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu atas

praktik tata kelola perusahaan di Indonesia.

Page 3: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 3

2. TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis

Agency Theory

Teori keagenan (agency theory) mengnyatakan bahwa manajer akan selalu

mencari peluang agar kesejahteraan personal dapat meningkat di atas kepentingan

pemilik perusahaan. Tindakan tersebut dapat menimbulkan biaya keagenan. Konflik

keagenan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan cara

melakukan pengawasan yang baik sehingga kepentingan-kepentingan tersebut dapat

diseimbangkan (Jensen and Meckling, 1976).

Teori keagenan dan pengungkapan risiko saling berhubungan, dimana risiko

pada umumnya dikaitkan dengan ketidakpastian, sedangkan teori keagenan dapat

digunakan sebagai dasar pemahaman dalam pengungkapan risiko. Informasi yang

dimiliki oleh pihak agen merupakan informasi yang mencakup seluruh kondisi

perusahaan dan lebih akurat dibandingkan dengan stakeholder, padahal informasi

tersebut dibutuhkan oleh para stakeholder dalam pengambilan keputusan. Pihak agen

sudah seharusnya menyediakan informasi yang lengkap dan akurat terkait risiko yang

dihadapi perusahaan.

Jika pihak stakeholder tidak memperoleh informasi secara keseluruhan, maka

pengambilan keputusan akan menjadi berbeda, dan mungkin akan berdampak buruk

dan merugikan bagi semua pihak terkait. Pengungkapan laporan tahunan perusahaan

dapat menjadi alat bantu untuk menghindari asimetri informasi. Pengungkapan risiko

yang baik diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan bagi stakeholder, serta

mengurangi konflik yang terjadi antara principal dengan agen.

Stakeholder Theory

Stakeholder merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Teori stakeholder merupakan teori yang

menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan akan bertanggungjawab

(Freeman, 1984). Dalam mengembangkan stakeholder theory, Freeman (1984)

memperkenalkan dua model yaitu: (1) model kebijakan dan perencanaan bisnis; dan (2)

model tanggung jawab sosial perusahaan dari manajemen stakeholder. Pada model

pertama, fokusnya adalah mengembangkan dan mengevaluasi persetujuan keputusan

strategis perusahaan dengan kelompok-kelompok yang dukungannya diperlukan untuk

kelangsungan usaha perusahaan. Dapat dikatakan bahwa, dalam model ini, stakeholder

theory berfokus pada cara- cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk

mengelola hubungan perusahaan dengan stakeholder-nya. Sementara dalam model

kedua, perencanaan perusahaan dan analisis diperluas dengan memasukkan pengaruh

eksternal yang mungkin berlawanan bagi perusahaan. Kelompok-kelompok yang

berlawanan ini termasuk badan regulator (government) dengan kepentingan khusus

yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan sosial.

Page 4: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 4

Dalam teori stakeholder, perusahaan dengan tingkat risiko yang tinggi akan

mengungkapkan pembenaran dan penjelasan mengenai apa yang menyebabkan risiko

tersebut terjadi. Jika tingkat risiko perusahaan semakin tinggi, maka semakin banyak

pula risiko yang harus diungkapkan oleh perusahaan. Manajemen perlu menjelaskan

bagaimana risiko dalam perusahaan tersebut terjadi dan dampak yang ditimbulkan oleh

risiko tersebut, serta bagimana cara perusahaan dalam mengelola risiko. Jadi teori

stakeholder adalah teori yang menjelaskan tentang apa yang akan terjadi antara

manajemen dengan stakeholder ketika menjalankan hubungan mereka (Lindsley dan

Shrives, 2006).

Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan cara untuk mengurangi suatu risiko yang timbul.

Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam

penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh perusahaan atau

masyarakat. Perusahaan menggunakan manajemen risiko untuk mengelola risikonya.

Manajemen risiko merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

mengidentifikasi, mengukur, dan mengontrol keuangan dari suatu risiko yang

mengancam aset dan penghasilan suatu perusahaan atau proyek yang dapat

menimbulkan kerugian atau kerusakan pada perusahaan tersebut (Aditya & Meiranto,

2015).

Tujuan dari manajemen risiko adalah dapat melindungi perusahaan dari risiko

yang menjadi penghambat pencapaian tujuan perusahaan, membuat manajemen agar

bertindak mengurangi risiko kerugian, mendorong semua anggota perusahaan agar

bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko, serta dapat meningkatkan kinerja

perusahaan melalui pengungkapan informasi mengenai tingkat risiko yang berguna

bagi manajemen dan para pemegang saham dalam mengembangkan strategi.

Manajemen risiko itu sangat penting karena sebagai anggota organisasi atau

perusahaan, karena seorang manajer akan dapat mengetahui metode yang tepat untuk

menghindari terjadinya kerugian bagi perusahaan (Elzahar dan Hussaney, 2012).

Pengungkapan Risiko

Pengungkapan risiko merupakan salah satu faktor penting dalam pelaporan

keuangan perusahaan karena di dalamnya terdapat informasi tentang pengelolaan risiko

dan dampak bagi perusahaan di masa mendatang. Pengungkapan risiko dapat dikatakan

baik apabila pengguna sudah merasa mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat.

Jika informasi yang diungkapkan detail dan akurat, maka akan memberikan manfaat

kepada pihak yang berkepentingan (Utomo dan Chariri, 2014).

Perusahaan diwajibkan mengungkapkan informasi yang memungkinkan para

pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi jenis dan tingkat risiko yang

diakibatkan dari instrumen keuangan yang terekspos pada akhir periode pelaporan.

Informasi tersebut bisa diungkapkan dengan dua cara, yaitu dengan pengungkapan

kualitatif dan pengungkapan kuantitatif. Dalam pengungkapan kualitatif, perusahaan

Page 5: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 5

harus mengungkapkan eksposur risiko, bagaimana risiko itu timbul, tujuan, kebijakan

dan proses pengelolaan risiko serta metode pengukuran risikonya. Sedangkan dalam

pengungkapan kuantitatif, perusahaan harus mengungkapkan risiko kredit, risiko

likuiditas, dan risiko pasar termasuk membuat analisa sensitivitas untuk setiap jenis

risiko pasar (PSAK No.60, 2014).

Praktik pengungkapan risiko yang dikategorikan baik maka stakeholder dapat

mendapatkan dasar pertimbangan yang baik pula dalam mengambil keputusan. Salah

satu penerapan tata kelola yang baik adalah dengan cara mengungkapkan risiko.

Apabila pengungkapan risiko belum memadai maka akan dibutuhkan faktor-faktor

penentu yang dapat mendorong terjadinya pengungkapan risiko.

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengungkapan risiko dan tata kelola perusahaan telah

banyak dilakukan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Namun, masih terdapat

perbedaan yang membuat hasil akhir dari beberapa penelitian tersebut tidak konsisten

dengan variabel-variabel yang mempengaruhi pengungkapan risiko. Beberapa

penelitian terdahulu disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian

1 Elzahar &

Hussainey (2012)

Dependen (Y): Pengungkapan

Risiko

Independen (X): Jenis Industri,

Ukuran Perusahaan, Cross listing,

Profitabilitas, Likuiditas, Gearing,

Kepemilikian institusional, Ukuran

dewan komisaris, CEO duality,

Komposisi dewan komisaris,

Ukuran Komite Audit

Variabel jenis industri dan

ukuran perusahaan memiliki

pengaruh secara signifikan

terhadap luas pengungkapan

risiko

2 Suhardjanto et al.,

(2012)

Dependen (Y): Tingkat Risk

Disclosure

Independen (X): Ukuran Dewan

Komisaris, Komisaris Independen,

proporsi komisaris wanita, latar

belakang pendidikan komisaris

utama, latar belakang etnik

komisaris utama, jumlah rapat

dewan komisaris, jumlah rapat

komite audit, proporsi komite audit

independen

Variabel ukuran dewan

komisaris, jumlah rapat dewan

komisaris, dan leverage

memiliki pengaruh terhadap

tingkat risk disclosure

3

Suhardjanto &

Rahmawati

(2012)

Dependen (Y): Pengungkapan

Risiko Operasional

Independen (X): Ukuran Dewan

Komisaris, Komposisi Komisaris

Independen, Komposisi Komisaris

Variabel ukuran dewan

komisaris berpengaruh terhadap

pengungkapan risiko

operasional

Page 6: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 6

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian

Wanita, Latar Belakang

Pendidikan Komisaris Utama,

Jumlah Rapat Dewan Komisaris

4 Mokhtar & Mellet

(2013)

Dependen (Y): Pengungkapan

Risiko

Independen (X): Kompetisi,

Ukuran dewan komisaris,

Konsentrasi kepemilikan, CEO

duality, Jenis auditor, Ukuran

perusahaan, Jenis industry,

Likuiditas

Variabel kompetisi, ukuran

dewan komisaris, dan tipe

auditor berpengaruh secara

signifikan terhadap

pengungkapan risiko

5 Probohudono, et

al., (2013)

Dependen (Y): Pengungkapan

Risiko

Independen (X): Negara,

Komisaris independen, Ukuran

perusahaan, Kepemilikan

manajerial

Variabel Negara, komisaris

independen, dan ukuran

perusahaan berpengaruh secara

signifikan terhadap

pengungkapan risiko

6

Wardhana &

Cahyonowati

(2013)

Dependen (Y): Tingkat

Pengungkapan Risiko

Independen (X): Struktur

kepemilikan, Komisaris

Independen, Komite Audit

Independen, Kualitas Auditor

Eksternal, Ukuran perusahaan,

Leverage, Jenis Industri

Variabel ukuran perusahaan dan

kualitas auditor eksternal

berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat pengungkapan

risiko

7

Zhang et al.,

(2013)

Dependen (Y): Pengungkapan

Risiko

Independen (X): Kepemilikan

institusi, komite audit

Variabel investor dengan tipe

portofolio yang tinggi dan

diversifikasi portofolio yang

banyak dan komite audit

berpengaruh positif signifikan

terhadap pengungkapan risiko

8 Mubarok &

Rohman (2013)

Dependen (Y): Pengungkapan

Risiko dalam Laporan Keuangan

Interim

Independen (X): Tipe Sektor

Industri, Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas, Gearing, Likuiditas,

Cross-listing, Kepemilikan

Institusional, Ukuran Dewan

Komisaris, Komposisi Komisaris

Independen, Ukuran Komite Audit

Variabel cross-listing, dan

ukuran dewan komisaris

berpengaruh positif signifikan

terhadap pengungkapan risiko

dalam laporan keuangan interim

9 Utomo & Chariri

(2014)

Dependen (Y): Pengungkapan

risiko

Independen (X): Struktur

kepemilikan, komisaris

independen, komite audit,

leverage, jenis industri, frekuensi

rapat dewan komisaris

Variabel leverage, jenis industri,

dan frekuensi rapat dewan

komisaris berpengaruh

signifikan positif terhadap

pengungkapan risiko

Page 7: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 7

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian

10 Aditya &

Meiranto (2015)

Dependen (Y): Pengungkapan

Risiko

Independen (X): Ukuran dewan

komisaris, Komisaris independen,

Kepemilikan manajerial,

Kepemilikan institusional

Variabel ukuran dewan

komisaris dan kepemilikan

saham institusi berpengaruh

secara signifikan terhadap luas

pengungkapan risiko

perusahaan

Sumber: diolah penulis

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka kerangka pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

Sumber: data diolah

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Risiko

Komisaris independen bereperan penting dalam mengawasi dan mengontrol

direktur eksekutif sehingga dapat mengurangi biaya agensi yang ditimbulkan.

Independensi komisaris independen sangat dibutuhkan untuk membantu dewan

komisaris dalam melakukan pengawasan. Kondisi ini dapat menimbulkan tingkat risiko

Tata Kelola

Perusahaan

Proporsi Komisaris

Independen (X1)

Kepemilikan

Institusional (X3)

Kualitas Auditor

Eksternal (X5)

Pengungkapan

Risiko

Frekuensi Rapat

Dewan Komisaris

(X4)

Ukuran Komite Audit (X2)

Page 8: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 8

yang lebih tinggi, karena dewan komisaris independen akan bertindak sebagai pihak

eksternal dari perusahaan dan umumnya hanya memiliki sedikit keterlibatan dalam

pelaksanaan manajemen perusahaan. Hal ini menyebabkan peran yang dimiliki oleh

komisaris independen akan mempengaruhi pengungkapan (Wardhana dan

Cahyonowati, 2013).

Perusahaan dengan proporsi komisaris independen yang lebih banyak biasanya

pengungkapan informasinya akan lebih luas sehingga dapat mengurangi biaya agensi.

Penelitian Baek et al., dalam Probohudono et al. (2013) membuktikan bahwa komisaris

independen berpengaruh terhadap pengungkapan risiko. Penelitian tersebut juga

menyimpulkan bahwa perusahaan dengan presentase komisaris independen lebih tinggi

akan lebih mudah untuk melakukan pengungkapan secara luas. Berdasarkan penjelasan

di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H1: Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan

risiko

Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Pengungkapan Risiko

Berdasarkan pedoman KNKG (2006:15) fungsi komite audit adalah sebagai

pembantu dewan komisaris dalam mengawasi dan memastikan laporan keuangan yang

disajikan oleh perusahaan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi dan dapat

diaktegorikan wajar. Struktur organisasi yang memiliki komite audit akan membuat

pengawasan dalam suatu manajemen menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Struktur organisasi yang memiliki komite audit akan membuat pengawasan

dalam suatu manajemen menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Tugas dewan

komisaris dalam mengawasi perusahaan akan membuat shareholders lebih mudah

dalam melakukan kontrol jika komite audit membantu jalannya pengawasan internal.

Komite audit diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam pengungkapan risiko

perusahaan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari efektifnya keberadaan komite audit

dalam mempengaruhi pengungkapan risiko (Mubarok & Rohman, 2013; Wardhana &

Cahyonowati, 2013; Nugroho dan Purwanto, 2013). Berdasarkan penjelasan di atas,

maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H2: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Risiko

Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang menyebar akan cenderung

memiliki biaya keagenan yang lebih besar dibandingkan dengan struktur kepemilikan

yang terkonsentrasi. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi akan memberikan

imbalan yang lebih kecil daripada struktur kepemilikan yang menyebar.

Terdapat dua macam kepemilikan institusional yaitu kepemilikan institusional

domestik dan kepemilikan institusional asing. Kepemilikan institusional berperan

sebagai pihak investor baik domestik maupun asing yang bertigas untuk mengawasi

kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen. Apabila kepemilikan

institusional selalu memonitoring segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan

Page 9: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 9

maka manjemen akan memaksimalkan kinerjanya. Hal tersebut akan membuat

perusahaan berjalan dengan baik serta dapat mengurangi biaya agensi (Zhang et al.,

2013; Aditya dan Meiranto, 2015). Berdasarkan hal ini, maka hipotesis dari penelitian

ini:

H3: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko

Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Risiko

Rapat dewan komisaris wajib dilakukan secara berkala, paling sedikit empat

kali dalam setahun dan dihadiri secara fisik paling sedikit dua kali dalam setahun

(Suhardjanto et al., 2012). Keputusan yang diambil dalam rapat dewan komisaris

semuanya bersifat mengikat. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara

musyawarah mufakat. Namun, apabila musyawarah mufakat tidak terjadi, maka

pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.

Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap risk disclosure

(Utomo dan Chariri, 2014). Sedangkan Suhardjanto & Rahmawati (2012) dalam

penelitiannya membuktikan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris tidak berpengaruh

terhadap risk disclosure. Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperoleh hipotesis

sebagai berikut:

H4: Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap

pengungkapan risiko

Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Pengungkapan Risiko

Kualitas auditor eksternal sangat berpengaruh dalam proses audit karena dapat

memberikan harapan bagi para dewan komisaris independen dan para pemegang saham

dalam profesionalisme dan independensi pemeriksaan laporan keuangan, dapat pula

memberikan jaminan kevalidan data atau informasi kepada para pemegang saham. Para

pemegang saham dapat mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan dari informasi

yang diberikan oleh auditor.

Kategori yang menyatakan bahwa kantor akuntan publik memiliki kualitas yang

baik adalah kategori Big Four. Reputasi Big Four dipercaya baik dan berkualitas di

Indonesia maupun di luar negeri. Perusahaan akan menggunakan kantor akuntan publik

berkategori Big Four apabila memiliki biaya agensi yang tinggi. Kantor akuntan publik

yang besar dan berkulitas dapat mendorong perusahaan agar menyajikan pengungkapan

informasi yang lebih luas demi mepertahankan reputasi kantor akuntan publik tersebut

(Ruwita dan Harto, 2014; Wardhana dan Cahyonowati, 2013). Berdasarkan hal ini,

maka hipotesis penelitian ini:

H5: Kualitas auditor eksternal berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko

Page 10: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 10

3. METODOLOGI

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pengujian

hipotesis yang bertujuan untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh mekanisme

tata kelola perusahaan terhadap pengungkapan risiko. Penelitian ini menggunakan dua

variabel yaitu pengungkapan risiko sebagai variabel dependen atau terikat. Sedangkan

mekanisme tata kelola perusahaan sebagai variabel independen atau bebas.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (2013-2015). Penetapan unit analisis ini mengacu pada tujuan peneliti

untuk mengetahui apakah proporsi komisaris independen, ukuran komite audit,

kepemilikan instirusional, frekuensi rapat dewan komisaris, dan kualitas auditor

eksternal berpengaruh terhadap pengungkapan risiko.

Variabel dan Pengukuran

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan risiko.

Pengungkapan risiko adalah informasi yang diberikan pada pihak yang memerlukan

tentang hambatan ataupun eksposur pada strategi, tindakan serta kinerja perusahaan

yang telah atau akan berpengaruh pada perusahaan (Lindsley dan Shrives, 2006).

Pengungkapan risiko biasanya dilaporkan dalam annual report. Penelitian ini

menggunakan Risk Disclosure Index yang terdapat dalam penelitian Wardhana &

Cahyonowati (2013) untuk mengukur pengungkapan risiko dengan cara content

analysis terhadap annual report, yaitu mendeteksi jumlah RDI yang ada pada seluruh

pengungkapan risiko yang disajikan oleh perusahaan dalam annual report. Item-item

pengungkapan risiko yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Linsley

dan Shivres (2006), dan Amran et al., (2009). Pengungkapan risiko diukur dengan

menghitung jumlah kalimat yang memberikan informasi mengenai risiko dalam

laporan tahunan.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah proporsi komisaris independen,

ukuran komite audit, kepemilikan institusional, frekuensi rapat dewan komisaris, dan

kualitas auditor eksternal. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang

tidak memiliki hubungan kepemiliksan saham, kepengurusan, keuangan, dan hubungan

lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat independensi dewan komisaris.n Komite

audit memiliki fungsi sebagai pembantu dewan komisaris dalam mengawasi dan

memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan sudah wajar

sesuai dengan prinsip akuntansi. Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan

saham yang dimiliki oleh institusi atau lembaga baik domestik maupun asing, seperti

pemerintah, bank, perusahaan asuransi, serta pemerintahan asing yang menanamkan

modal di wilayah Indonesia. Informasi mengenai rapat dewan komisaris dapat

diperoleh dari annual report perusahaan. Pengukuran frekuensi rapat dewan komisaris

dalam penelitian ini adalah dengan cara menghitung jumlah rapat dewan komisaris

yang dilakukan selama satu periode. Pengukuran kualitas auditor eksternal

Page 11: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 11

menggunakan variabel dummy. Apabila auditor eksternal termasuk dalam kategori Big

Four maka akan diberi skor 1 (Price Water House Cooper, Deloitte, Ernst&Young, dan

KPMG), sedangkan auditor eksternal selain Big Four maka akan diberi skor 0.

Tabel 2

Variabel dan Pengukuran

Variabel Indikator Skala Pengukuran

Variabel Dependen

Pengungkapan Risiko

Jumlah skor RDI yang

diungkapkan, jumlah

keseluruhan skor RDI

Rasio

Variabel Independen

1. Proporsi Komisaris

Independen

Jumlah komisaris independen,

jumlah anggota dewan komisaris

Rasio

2. Kepemilikan

Institusional

Jumlah saham yang dimiliki

institusional, jumlah saham yang

beredar

Rasio

3. Ukuran Komite Audit

Jumlah seluruh anggota komite

audit

Rasio

4. Frekuensi Rapat Dewan

Komisaris

Jumlah rapat yang dilakukan

dewan komisari selama satu

periode

Rasio

5. Kualitas Auditor

Eksternal

Big4= 1 ; non Big4= 0

Nominal

Sumber: data diolah, 2017

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metoda analisis regresi berganda (multiple

regression) dengan bantuan program pengolahan menggunakan IBM SPSS Statistics

22 for windows. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh beberapa

variabel independen terhadap variabel dependen. Metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan non manufacturing yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan dari tahun 2013

sampai dengan tahun 2015. Hasil pemilihan sampel menggunakan metode purposive

sampling selama periode pengamatan tahun 2013-2015 diperoleh sebanyak 288 amatan

Page 12: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 12

sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh variabel dalam penelitian ini. Dari 288

amatan tersebut, ternyata terdapat 23 amatan tidak memenuhi kriteria (outlier),

sehingga hanya 265 amatan yang dapat digunakan.

Statistik Deskriptif

Tujuan dari statistik deskriptif adalah untuk memberikan penjelasan serta

gambaran karakteristik suatu kelompok data atau lebih, sehingga pemahaman ciri-ciri

khusus dari kelompok data tersebut dapat diketahui. Berikut ini adalah hasil pengujian

statistik yang menampilkan jumlah data nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata dan

standar deviasi.

Tabel 3

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

RDI 265 ,36 ,92 ,6264 ,12758

BOARDINDEP 265 ,25 ,75 ,4057 ,10979

KOMDIT 265 2 12 3,17 ,790

INSTLOWN 265 ,01 1,00 ,4171 ,27469

FRERDK 265 1 51 6,86 6,306

Valid N (listwise) 265

Sumber: data diolah, 2017

Variabel kualitas auditor eksternal diukur menggunakan skala nominal yaitu dalam

bentuk dummy dengan skor 0-1.

Tabel 4

Komposisi Variabel Kualitas Auditor

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid NON KAP

BIG FOUR

170 64,2 64,2 64,2

KAP BIG

FOUR

95 35,8 35,8 100,0

Total 265 100,0 100,0

Sumber: data diolah, 2017

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, untuk melakukan pengujian normalitas menggunakan

Metode Kolmogorov Smirnov.

Page 13: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 13

Tabel 5

Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

Asymp. Sig. (2-tailed) ,262

Sumber: data diolah, 2017

Berdasarkan hasil pengujian normalitas residual, diketahui bahwa residual

model persamaan regresi memiliki nilai Asymp.Sig 0,262 > alpha 0,05. Dengan

demikian nilai tersebut menunjukkan bahwa Ho diterima yang berarti sebaran nilai

residual pada model regresi berganda pada variabel dependen dan variabel independen

mempunyai distribusi normal atau mendekati distribusi normal, sehingga syarat model

pengujian dalam asumsi normalitas terpenuhi

Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil olah, diketahui bahwa masing-masing variabel independen

yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai VIF < 10, hal ini menunjukkan bahwa

pada model regresi tidak terdapat masalah multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Berdasarkan uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa model yang diteliti

mempunyai jumlah observasi sebesar 265, dengan jumlah variabel bebas sebanyak 5

variabel. Dengan demikian, dapat diperoleh nilai batas bawah dL sebesar 1,76558

dengan batas atas du sebesar 1,82803. Hasil uji Durbin-Watson didapat sebesar 2,036

berada pada daerah tidak terdapat autokorelasi.

Uji Heterokedastisitas

Hasil pengujian Levene’s test of homogeneity of variance menunjukkan bahwa

tingkat signifikansi sebesar 0,697, lebih besar dari 0,05. Hal tersebut berarti bahwa

pengujian dapat dilanjutkan karena terdapat kesamaan variance dalam setiap kategori

dalam variabel independen sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini

terbebas dari heterokedastisitas sehingga penggunaan analisis regresi dapat digunakan

untuk pengujian hipotesis penelitian.

Page 14: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 14

Uji Hipotesis

Tabel 6

Hasil Uji Hipotesis

Variabel Beta Sig. Keputusan

BOARDINDPDN -,079 ,231

Ho diterima:

Tidak Berpengaruh

KOMDIT ,020 ,033

Ho ditolak:

Berpengaruh positif (+)

INSTLOWN ,123 ,000

Ho ditolak:

Berpengaruh positif (+)

FRERDK ,000 ,938

Ho diterima:

Tidak berpengaruh

KADEKS ,068 ,000

Ho ditolak:

Berpengaruh positif (+)

Adj. R2 0,160

F (Boand indpenden,

komdit, Instown,

Ferdek, kadeks)

,000

Y= pengungkapan resiko

Sumber: data diolah, 2017

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi yang dilihat

dari nilai Adj. R2 sebesar 0,160 artinya 16,0% variasi dari variabel dependen

pengungkapan risiko dapat diprediksi dari kombinasi seluruh variabel independen.

Sedangkan sisanya (100% - 16,0% = 84%) mampu dijelaskan oleh faktor-faktor lain

yang tidak diikutsertakan dalam penelitian.

Uji F

Berdasarkan tabel di atas, hipotesis dari hasil uji F diketahui bahwa nilai

signifikansi 0,000 < 0,05. Maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara

bersama-sama antara seluruh variabel independen yaitu proporsi komisaris independen,

ukuran komite audit, kepemilikan institusional, frekuensi rapat dewan komisaris, dan

kualitas auditor eksternal terhadap pengungkapan risiko. Maka model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi pengungkapan risiko.

Berdasarkan tabel di atas, hasil pengujian hipotesis adalah diketahui bahwa

variabel proporsi komisaris independen memiliki nilai signifikansi 0,231 lebih besar

dari 0,05, maka Ho diterima, dan Ha ditolak yang berarti bahwa proporsi komisaris

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan risiko.

Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Risiko

Variabel proporsi komisaris independen memiliki nilai signifikansi 0,231 lebih

besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap pengungkapan risiko. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Aditya dan Meiranto (2015) yang menyatakan bahwa komisaris independen

Page 15: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 15

tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko. Komisaris independen tidak

berpengaruh menunjukkan bahwa semakin besar proporsi komisaris independen tidak

membuat manajemen melakukan pengungkapan risiko secara lengkap. Hasil penelitian

ini tidak sesuai dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa dengan proporsi

komisaris independen yang lebih tinggi diharapkan tingkat pengungkapan yang

dilakukan perusahaan lebih luas tidak terbukti (Wardhana dan Cahyonowati, 2013).

Semakin besar proporsi komisaris independen yang dimiliki oleh perusahaan tidak

berpengaruh terhadap pengungkapan risiko.

Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Pengungkapan Risiko

Variabel ukuran komite audit diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,033

lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh

positif terhadap pengungkapan risiko. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Zhang et al., (2013) yang menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif

terhadap pengungkapan risiko. Sesuai dengan teori keagenan yang menjelaskan bahwa

komite audit membuat perusahaan menjadi lebih efektif dalam mempengaruhi

pengungkapan risiko. Komite audit sebgai komite yang membantu dewan komisaris

dalam melakukan pengawasan dapat memperluas informasi yang diungkapkan oleh

perusahaan tiap tahunnya dalam laporan tahunan. Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa komite audit membantu tugas dewan

komisaris agar kepentingan para stakeholder terpenuhi, bukan hanya kepentingan

shareholder. Semakin besar ukuran komite audit diharapkan agar semakin kecil tingkat

manipulasi data yang berkaitan dengan perusahaan (Nugroho dan Rahardjo, 2014).

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Risiko

Variabel kepemilikan institusional diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar

0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Aditya dan Meiranto (2015) yang

menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap risk disclosure.

Perusahaan dengan kepemilikan institusional lebih banyak melakukan pengungkapan

risiko yang lebih luas. Sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa salah

satu cara yang digunakan untuk memenuhi kepentingan stakeholder adalah dengan

melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas termasuk pengungkapan risiko.

Teori stakeholder juga lebih mempertimbangkan kepentingan stakeholder yang

memiliki kekuatan lebih besar untuk menentukan keberhasilan perusahaan (Ruwita dan

Harto, 2013).

Page 16: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 16

Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Risiko

Variabel frekuensi rapat dewan komisaris memiliki nilai signifikansi sebesar

0,938 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi rapat dewan

komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan risiko.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suhardjanto dan Rahmawati (2014)

yang menyatakan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan risiko. Hal ini dikarenakan terdapat suara dari seorang atau lebih dewan

komisaris yang mendominasi rapat sehingga dewan komisaris lainnya tidak mendapat

kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Rapat tersebut pun menjadi tidak efektif.

Ketidakefektifan juga dapat terjadi akibat ketidaksiapan para dewan komisaris atas

materi yang akan dibahas dalam rapat sehingga rapat menjadi berjalan berlarut-larut.

Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Pengungkapan Risiko

Variabel kualitas auditor eksternal memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000

lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas auditor eksternal

berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ruwita dan Harto (2014) dan

Wardhana dan Cahyonowati (2013) yang menyatakan bahwa kualitas auditor eksternal

berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko. Hasil yang signifikan sejalan

dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa perusahaan audit yang besar lebih

memberikan jaminan pada pemegang saham sehingga dapat mengurangi biaya

keagenan. Kualitas auditor eksternal yang baik akan membuat para stakeholder percaya

dengan kevalidan data yang ada. Stakeholder akan mempertimbangkan informasi yang

diberikan oleh auditor dalam mengambil keputusan.

5. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran komite audit, kepemilikan

institusional, dan kualitas auditor eksternal berpengaruh positif terhadap pengungkapan

risiko, sehingga hipotesis ketiga variabel tersebut diterima, sedangkan, variabel

proporsi komisaris independen dan variabel frekuensi rapat dewan komisaris tidak

berpengaruh terhadap pengungkapan risiko, sehingga hipotesis variabel tersebut

ditolak.

Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini diantaranya adalah

proses content analysis yang dilakukan oleh satu orang yang seharusnya dilakukan oleh

dua orang sehingga menyebabkan subjektifitas yang tinggi pada hasil analisis

pengungkapan risiko perusahaan, serta adanya variabel-variabel lain dalam mekenisme

good corporate governance yang belum digunakan dalam penelitian ini dan mungkin

dapat berpengaruh terhadap pengungkapan risiko.

Dengan hasil yang diperoleh tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan

adalah pada penelitian selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan kategori-kategori

Page 17: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 17

risiko yang digunakan dalam melakukan content analysis serta sebaiknya

melaksanakan proses content analysis yang dilakukan oleh dua orang sehingga dapat

mengurangi adanya subjektifitas dalam pengukuran kalimat pengungkapan risiko, serta

dapat menambahkan variabel penelitian, seperti frekuensi rapat komite audit, ukuran

dewan komisaris, dan karakteristik perusahaan, serta mekanisme good corporate

governance lainnya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi bagi para akademisi

sebagai referensi dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai pengungkapan risiko,

menjadi bahan evaluasi bagi manajemen perusahaan dalam melakukan pengungkapan

risiko secara lebih luas, serta diharapkan dapat membantu investor dalam berinvestasi

pada perusahaan. Pengungkapan risiko yang diungkapkan secara luas dapat

memberikan informasi yang dibutukan oleh investor sehingga investor dapat

mengetahui apa saja risiko yang ada dalam perusahaan tersebut dan dapat lebih berhati-

hati dalam berinvestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, H., dan Meiranto, W. (2015). Analisis Pengaruh Good Corporate Governance

terhadap Risk Disclosure (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014). Diponegoro Journal of

Accounting, Vol.4, No. 4, Hal: 1-10.

Elzahar, H., & Hussainey, K. (2012). Determinants of narrative risk disclosures in UK

interim reports. Journal of Risk Finance, 13(2), 133–147.

https://doi.org/10.1108/15265941211203189

Freeman, R.E (1984). Strategic Management: A stakeholder Approach. Boston, MA:

Pitman

Herlambang, S., dan Darsono. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance dan

Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of

Accounting, Vl.4, No.3, Hal: 1-11

Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behaviour, agency

costs and ownership. Strategic Management Journal, 21(4), 1215–1224. Retrieved

from

http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=buh&AN=12243301&site

=ehost-live

Linsley, P. M., & Shrives, P. J. (2006). Risk reporting: A study of risk disclosures in

the annual reports of UK companies. British Accounting Review, 38(4), 387–404.

https://doi.org/10.1016/j.bar.2006.05.002

Mokhtar, E. S., & Mellett, H. (2013). Competition, corporate governance, ownership

structure and risk reporting. Managerial Auditing Journal, 28(9), 838–865.

https://doi.org/10.1108/MAJ-11-2012-0776

Mubarok, M. A. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Mekanisme Corporate

Governance terhadap Pengungkapan Risiko dalam Laporan Keuangan Interim.

Diponegoro Journal of Accounting , Vol.2, No.2, Hal: 1.

Page 18: MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN …

J I P A K 2 0 1 9 | 18

Nugroho, F. A., & Rahardjo, S. N. (2014). Analisis Pengaruh Corporate Social

Responsibility Dan Karakteristik Good Corporate Governance Terhadap Kinerja

Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

tahun 2012).

Pedoman KNKG (2006:15)

Probohudono, A. N., Tower, G., & Rusmin, R. (2013). Risk disclosure during the

global financial crisis. Social Responsibility Journal, 9(1), 124–136.

https://doi.org/10.1108/17471111311307859

Probohudono, A. N., Tower, G., & Rusmin, R. (2013). Risk disclosure during the

global financial crisis. Social Responsibility Journal, 9(1), 124–136.

https://doi.org/10.1108/17471111311307859

Ruwita, C., dan Harto, P. (2013). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan

Corporate Governance terhadap Pengngkapan Risiko Perusahaan (Studi empiris

pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Diponegoro Journal of Accounting , Vol.2, No.2, Hal: 1.

Suhardjanto, D., dan Rahmawati, E. (2012). Peran Board of Directors dalam

Operational Risk Disclosure: Studi Empiris Perbankan Indonesia. Trikonomika ,

Vol. 1, No. 1, Hal: 1-4.

Suhardjanto, D., Dewi, A., Rahmawati, E., dan M., F. (2012). Peran Corporate

Governance dalam Praktik Risk Disclosure pada Perbankan Indonesia. Jurnal

Akuntansi dan Auditing , Vol.9, No.1, Hal: 1-96

Utomo, Y. (2014). Determinan Pengungkapan Risiko Pada Perusahaan Indonesia.

Wardhana, A. A. (2013). Terhadap Tingkat Pengungkapan. 56.

Zhang, X., Taylor, D., Qu, W., & Oliver, J. (2013). Corporate risk disclosures:

Influence of institutional shareholders and audit committee. Corporate Ownership

and Control, Vol. 10, pp. 341–354.