Materi Utk Tugas Literatur

download Materi Utk Tugas Literatur

If you can't read please download the document

Transcript of Materi Utk Tugas Literatur

DuniaPenggunaan Senjata Kimia dalam PerangPakar menduga, Suriah menggunakan gas saraf Sarin yang mematikan dalam konflik dalam negerinya. Apa saja senjata kimia yang dikenal saat ini dan di mana diproduksinya? PENZA REGION, RUSSIA. SEPTEMBER 15, 2005: Critical warfare processing warehouse in the chemical weapons storage and disposal facility in the Leonidovka village, where the head of the federal department of the safe storage and disposal of chemical weapons Valery Kapashin arrived with a visit.. Foto: Alexander Karelin +++(c) dpa - Report+++ Penggunaan senjata kimia bukan sesuatu yang baru. Di zaman antik pun, orang Persia membakar bahan aspal dan belerang untuk meracuni legiun Romawi. Pada perang Dunia I untuk pertama kalinya digunakan gas klor dalam jumlah yang besar. Ini merupakan awal dari perang modern dengan senjata pemusnah massal. Saat itu, sekitar 124.000 ton bahan kimia digunakan untuk perang, dan menewaskan sekitar 90.000 orang. Sekitar satu juta orang mengalami gangguan kesehatan, di antaranya sangat berat. Pakar kimia Jerman, Fritz Haber yang dianugerahi hadiah Nobel Kimia tahun 1918, dianggap sebagai "bapak" senjata kimia.Tahun 1925 Protokol Jenewa sudah menuntut larangan penggunaan senjata kimia. Meskipun demikian, pada Perang Dunia II, perang Vietnam, dan perang Teluk Golf I digunakan bahan kimia. Ribuan jiwa lenyap dalam waktu singkat. Sekitar 5000 warga Kurdi, terutama perempuan dan anak, tewas pada 16 Maret 1988 dalam hanya satu serangan gas beracun di Halabja, Irak.Two Russian soldiers make a routine check of metal containers with toxic agents at a chemical weapons storage site in the town of Gorny, 124 miles (200 kms) south of the Volga River city of Saratov, Russia in this May 20, 2000, photo. Russia plans to start dismantling the world's largest chemical weapons stockpile in 2001, but will need massive Western help to keep up the costly process. (AP Photo) 1997 Perjanjian Internasional ditandatangani untuk melarang penggunaan senjata kimia Akhirnya, April 1997 diberlakukan perjanjian senjata kimia. 188 negara menandatangani kesepakatan ini. Namun Suriah, Angola, Burma, Mesir, Israel, Korea Utara, Somalia dan Sudan Selatan tidak menandatanganinya. Menurut perjanjian itu, semua yang disebut senjata C harus dimusnahkan. Organisasi bagi larangan senjata kimia, OPCW bermarkas di Den Haag dengan sekitar 500 petugas.Tewas akibat tidak bisa bernafasSenjata kimia terdiri dari bahan kimia untuk perang dan penyandangnya, misalnya ranjau, granat tangan, panser penyemprot atau hulu ledak rudal. Bahan ini membuat korbannya kehilangan nafas atau lumpuh. Awalnya terdiri dari gas beracun, misalnya klor atau asam biru, namun mudah menguap. Industri kemudian mulai memproduksi racun dalam bentuk cairan yang tidak lagi hanya masuk lewat paru-paru tetapi juga melalui kontak dengan kulit dan menyebar keseluruh organ tubuh serta menimbulkan akibat yang sangat berat. Bahan yang ditakuti dalam kelompok ini adalah yang disebut gas sulphur mustard . Tahun 1822 seorang ahli kimia Belgia secara kebetulan berhasil membuat cairan berbau busuk yang pada PD I melukai atau membunuh ribuan orang.Sarin yang diperkirakan dipakai di Suriah, termasuk gas syaraf. Dikembangkan pada PD II dan dapat membunuh hanya dengan porsi kecil. Sarin memasuki tubuh tidak hanya melalui jalan pernafasan tetapi juga melalui kulit. Gunnar Jeremias, pemimpin penelitian pengawasan senjata biologi di Pusat bagi Ilmu Pengetahuan Alam dan Perdamaian, Universitas Hamburg mengatakan, orang dapat melindungi diri dari Sarin hanya bila mengenakan pakaian yang menutup keseluruhan tubuh. Sarin membuat orang tidak bisa lagi bernafas, tambahnya.Meninggalkan bekas dalam beberapa generasiA boy, affected in what the government said was a chemical weapons attack, is treated at a hospital in the Syrian city of Aleppo March 19, 2013. Syria's government and rebels accused each other of firing a rocket loaded with chemical agents outside the northern city of Aleppo on Tuesday, an attack which a cabinet minister said killed 16 people and wounded 86. REUTERS/George Ourfalian (SYRIA - Tags: POLITICS CIVIL UNREST) Seorang korban yang diduga kena serangan senjata kimia di Aleppo, Suriah, 19 Maret 2013 Tidak semua korban Sarin, tewas. Namun membawa dampak kesehatan yang sangat parah, misalnya buta, luka bakar pada kulit atau bayi cacat. Sejumlah senjata kimiawi sangat merusak lingkungan yang dampaknya tak terhitung jumlahnya bagi manusia.Namun, hingga kini senjata kimia masih mudah diproduksi. Yang lebih rumit adalah mendapatkan bahannya. Karena itu, larangan senjata kimia juga menyangkut larangan produksi atau perdagangan bahan yang dapat digunakan bagi senjata kimia. Tapi pakar memperkirakan, bahan-bahan tersebut bisa diperoleh di pasar gelap. Selain itu bahan kimia ini sangat tahan lama.

Sumber : http://www.dw.de/penggunaan-senjata-kimia-dalam-perang/a-16778861MiliterPembuktian Pemakaian Senjata KimiaSenjata kimia kembali menjadi perbincangan setelah insiden di Suriah yang dibantah pemerintah setempat. Padahal sebenarnya mudah untuk membuktikannya. Yakni, lewat sampel darah, urin dan tanah. Chemical materials and gas masks are pictured in a warehouse at the front line of clashes between opposition fighters and government forces, during a guided tour by the Syrian Army in the Damascus suburb of Jobar August 24, 2013. Syrian state television said soldiers found chemical materials on Saturday in tunnels that had been used by rebels, rejecting blame for a nerve gas attack that killed hundreds this week and heightened Western calls for foreign intervention. REUTERS/Khaled al-Hariri (SYRIA - Tags: MILITARY POLITICS CONFLICT TPX IMAGES OF THE DAY) Syrien ChemiewaffenSalah satu gas beracun yang sering digunakan sebagai senjata kimia adalah gas saraf. Komposisinya terdiri dari senyawa sarin, tabun dan VX. Gas ini mematikan. Tidak berwarna, tidak berbau. Manusia menghirupnya tanpa menyadarinya. Hanya dalam hitungan detik, gas tersebut sampai ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mata. Di organ tersebut kerusakan fatal segera terjadi. Namun, tidak seperti gas sulfur mustard tidak timbul luka di permukaan tubuh. Titik Serangan UtamaGas saraf menggangu konduksi stimulus antar sel saraf dan menyebabkan stimulasi terus menerus yang mematikan. Menurut organisasi "dokter tanpa batas", gejala khas stimulasi akibat racun saraf terlihat pada korban di Suriah. Antara lain air liur yang tidak terkontrol, air mata, ingus, kram otot, kesulitan bernapas, muntah, pingsan hingga kematian.Gas saraf dalam jumlah kecil saja sudah membahayakan nyawa. Antitoksin hanya berfungsi jika segera diberikan kepada korban. Seperti misalnya atropin. Racun dari tanaman atropa misalnya bisa mengatasi kelebihan asetilkolin, sehingga konduksi stimulasi bisa kembali normal. Bukti dari TanahRalf Trapp, pakar senjata biologi dan kimia, mengatakan penting untuk mengetahui dimana lokasi sisa roket yang menembakkan cairan racun tersebut, "karena rakitannya lain dengan roket normal bagi bahan peledak." Gas saraf terdiri dari sarin, tabun dan VX. Di dekat lokasi jatuhnya roket, sampel tanah bisa diambil untuk diteliti. Memang bahan kimia bisa menghilang dengan cepat di tanah dan air, namun sisa produk tersebut biasanya sangat stabil dan kadang berbulan-bulan kemudian sebuah serangan gas masih bisa dibuktikan. Demikian jamin Trapp. Lokasi sisa produk bisa ditemukan dengan alat deteksi khusus. "Kadang tim peneliti juga membawa alat analisis", ujar Trapp yang bekerja selama 13 tahun bagi organisasi pelarangan senjata kimia (OPCW) di Den Haag. "Mereka bisa melakukan analisa secara terinci dengan alat tersebut." Setelahnya, sampel akan diperiksa sekali lagi di laboratorium khusus untuk mengidentifikasi bahan kimia yang digunakan.Darah dan UrinSampel darah dan urin juga bisa menguak banyak hal tentang serangan gas racun. "Jika bisa sampai dengan cepat ke lokasi korban, maka bisa diambil sampel urin. Tapi sisa kandungan racun lebih bertahan lama di dalam darah", tambah Trapp. Sampel tersebut harus dikirim ke laboratorium khusus untuk dianalisa.Suriah sendiri diketahui tidak hanya memiliki gas saraf. Gas sulfur mustard dan gas penyebab iritasi juga termasuk invetaris militer Suriah. Berdasarkan perkiraan OPCW, negara ini memiliki lebih dari 1000 ton senjata kimia. Suriah adalah satu dari tujuh negara yang tidak menandatangani konvensi senjata kimia PBB. Sumber : http://www.dw.de/pembuktian-pemakaian-senjata-kimia/a-17050957Klor (bahasa Yunani: Chloros, "hijau pucat"), adalah unsur kimia dengan simbol Cl dan nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk kelompok halogen atau grup 17 (sistem lama: VII or VIIA). Dalam bentuk ion klorida, unsur ini adalah pembentuk garam dan senyawa lain yang tersedia di alam dalam jumlah yang sangat berlimpah dan diperlukan untuk pembentukan hampir semua bentuk kehidupan, termasuk manusia. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/KlorSenjata kimia adalah suatu senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Penggunaan senjata kimia berbeda dengan senjata konvensional dan senjata nuklir. Karena, efek merusak senjata kimia bukan disebabkan oleh sifat fisik daya ledaknya tetapi karena penyebaran sifat racunnya.

Senjata kimia berdasarkan bahan dan dampak yang ditimbulkannya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan atau tipe sbb :Type 1 : Senjata kimia yang merusak syaraf (nerve agents) seperti : GA (tabun), GB (sarin), GD (soman), GF (cyclosarin), VX (methylphosphonothionic acid).

Type 2 : Senjata kimia yang melepuhkan kulit tubuh (blister agents) seperti : HD (sulfur mustard), HN (nitrogen mustard), L (lewisite), CH (phosgene).

Type 3 : Senjata kimia yang mencekik pernapasan (choking agents) seperti : CG (phosgene), DP (diphosgene), CL (chlorine), PS (chloropirin).

Bahaya dan Dampak Senjata Kimia Terhadap Lingkungan

Teknologi senjata kimia tidak terlepas dari bahan kimia beracun(chemical agent)yang digunakan untuk pengisian senjata tersebut. Bahan-bahan kimia beracun adalah setiap bahan kimia yang memberikan dampak terhadap proses kehidupan dapat. Beberapa dampak berbahaynya dapat menyebabkan kematian (lethal), efek tidak berdaya (incapa-citating), cacat sementara atau bahaya permanen pada manusia atau binatang. Katagori ini menyangkut semua bahan kimia tersebut, tidak pandang asalnya atau teknik pembuatannya dan tidak pandang apakah bahan itu dihasilkan dalam instalasi, dalam senjata atau tempat lain. Untuk aspek pelaksanaan Konvensi Senjata Kimia, bahan-bahan kimia beracun yang telah diidentifikasikan untuk pelaksanaan langkah verifikasi, telah diperinci dalam daftar 1,2 dan 3. Dapat dilihat dalam lampiran Konvensi Senjata Kimia. (KPMSK, Jakarta, 2000).

Secara singkat mengenai Konvensi Senjata Kimia atau Chemical Weapons Convention (CWC) ini dapat dikemukakan sbb :

Pada 17 Juni tahun 1925, enam belas negara utama dunia menandatangani Protokol Jenewa Tahun 1925. Negara-negara tersebut berjanji untuk tidak akan menggunakan lagi bahan kimia racun (gas, dll) dalam peperangan. Protokol tersebut dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 8 Februari 1928 dan menyatakan bahwa segala bentuk perang dilarang menggunakan senjata kimia dan biologi (Protocol for the Prohibition of the Use in War of Asphyxiating, Poisonous or Other Gases, and of Bacteriological Methods of Warfare).

Protokol ini disusun karena semakin meningkatnya kegusaran masyarakat luas terhadap perang kimia menyusul dipergunakannya gas mustard dan bahan kimia racun serupa dalam Perang Dunia I, serta adanya kekhawatiran bahwa senjata kimia (dan senjata biologi) dapat menimbulkan implikasi yang mengerikan dalam perang di kemudian hari. Protokol tersebut menjadi lebih luas dengan mencakup Konvensi Senjata Biologi (Biological Weapons Convention) pada tahun 1972 dan Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapons Convention) pada tahun 1993.

Sementara itu Chemical Weapons Convention (CWC) sendiri adalah suatu perjanjian internasional ( international treaty) dalam bidang pengendalian senjata (arms controls) yang pada prinsipnya membatasi pembuatan, penimbunan, dan penggunaan senjata kimia. CWC mulai berlaku 29 April 1997. Administrasi dan pelaksanaan CWC dilakukan oleh suatu badan Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW), badan ini bersifat independent dan tidak dibawah PBB (United Nations).

Sumber : http://wildasuryadi.blogspot.com/2013/04/senjata-kimia.htmlSenjata Kimia(senjata pemusnah massal)I. Pendahuluan.Seperti diketahui senjata kimia, senjata nuklir, dan senjata kuman dikenal sebagai senjata pemusnah massal (weapon of mass destructions). Senjata pemusnah massal adalah senjata yang dirancang untuk membunuh dan menghacurkan musuh (manusia dan berbagai fasiltas yang dimilikinya) dalam skala besar, implikasii penggunaan senjata itu tidak membedakan apakah yang terbunuh kombatan (militer) atau non-kombatan (masyarakat awam) dan yang hancur fasilitas perang atau fasilitas masyarakat. Dalam kesempatan ini akan dibahas secara singkat senjata kimia sebagai senjata pemusnah massal agar diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh.Senjata kimia telah digunakan pada perang di masa dahulu (ancient and classical times) seperti terlihat dalam berbagai catatan tentang perang di Yunani lk pada tahun 600 SM) dimana sumber air minum musuh diberi zat beracun, dan perang di China lk pada tahun 400 SM dimana asap beracun digunakan untuk mengalahkan musuh. Sedangkan pada masa sekarang (modern times) tercatat digunakannya senjata kimian pada Perang Dunia I (1914 1917), Perang Vietnam (1959-1975), Perang Iran-Irak (1980) dan lain-lain. Sementara itu pada masa damai senjata kimia yang tidak mematikan seperti gas air mata teah digunakan untuk meredam berbagai kerusuhan dan demonstrasi..Berkut ini akan diuraikan secara singkat : jenis, pengendalian, penggunaan senjata kimia, serta akibatnya terhadap lingkungan dan manusia. Dalam uraian ini akan disinggung pula konvensi yang mengatur pembuatan, penyimpanan, dan pengendalian senjata kimia tersebut.
II. Jenis-jenis senjata kimia. Senjata kimia adalah suatu senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Penggunaan senjata kimia berbeda dengan senjata konvensional dan senjata nuklir karena efek merusak senjata kimia bukan disebabkan oleh sifat fisik daya ledaknya tetapi karena penyebaran sifat racunnya (lihat ; Wikipedia). Senjata kimia berdasarkan bahan dan dampak yang ditimbulkannya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan atau tipe sbb :Type 1 : Senjata kimia yang merusak syaraf (nerve agents) seperti : GA (tabun), GB (sarin), GD (soman), GF (cyclosarin), VX (methylphosphonothionic acid).

Type 2 : Senjata kimia yang melepuhkan kulit tubuh (blister agents) seperti : HD (sulfur mustard), HN (nitrogen mustard), L (lewisite), CH (phosgene).

Type 3 : Senjata kimia yang mencekik pernapasan (choking agents) seperti : CG (phosgene), DP (diphosgene), CL (chlorine), PS (chloropirin).

Keseluruhan tipe senjata kimia tersebut dapat digambarkan secara singkat berdasarkan awal penggunaannya atau generasinya. Jenis senjata kimia berdasar awal penggunaannya atau generasinya adalah sebagai berikut : :Jenis 1 : Mulai digunakan tahun 1900-an ; kandungan kimia racun (agent) chlorine, chloropirin. phosgene, dan gas mustard ; cara penyebaran dengan ditiup angin ; cara melindungi dengan gas masker gas atau diencerkan (dgn air dll) ; cara mengenalidari baumya.

Jenis 2 : Mulai digunakan pada tahun 1910-an ; kandungan kimia racun (agent) lewsite ; crra penyebaran ditembakkan dalam selongsong peluru ; cara melindungi dengan gas masker gas atau rosin oil clothing.

Jenis 3 : Mulai digunakan pada tahun 1920-an ; kandungan kimia racun (agent) lewsite ; cara penyebaran dengan proyektil dan peledak ; cara melindungi dengan CC-2 chloting.

Jenis 4 : Mulai digunakan tahun 1930-an ; kandungan kimia racun (agent) G-series nerve agent ; cara penyebaran dengan bom pesawat udara ; cara melindungi belum diketahui dengan pasti ; cara mengenali dengan detektor blister agent atau kertas lakmus .

Jenis 5 : Mulai digunakan pada tahun 1940-an ; kandungan kimia racun (agent) G-series nerve agent ; cara penyebaran dengan pelontar peluru (missile warheads) atau spray tanks ; cara melindungi belum diketahui dengan pasti ; cara mengenali dengan detektor blister agent atau kertas lakmus .

Jenis 6 : Mulai digunakan pada 1940-an ; kandungan kimia racun (agent) G-series nerve agent ; cara penyebaran dengan pelontar peluru (missile warheads) atau spray tanks ; cara melindungi dengan oinment, collective protection, atau gas masker .

Jenis 7 : Mulai digunakan pada tahun 1960-an ; kandungan kimia racun (agent) V-series nerve agent ; cara penyebaran secara airodynamic; cara melindungi dengan gas masker (dgn air) ; cara mengenali dengan nerve gas alarm.

Jenis 8 : Mulai digunakan pada tahun 1980-an ; kandungan kimia racun (agent) V-series nerve agent ; cara penyebaran dengan binary munitions ; cara melindungi dengan gas mask khusus (yangdisempunakan) ; cara mengenali dengan laser detection.

Jenis 9 : Mulai digunakan pada tahun 1990-an ; kandungan kimia racun (agent) novichok nerve agent ; cara penyebaran, cara melindungi dan cara mengenali belum diketahui dengan pasti.

Gas masker


Perkembangan generasi atau jenis senjata kimia seperti tersebut diatas menunjukkan bahwa daya rusak senjata kimia dari tahun ketahun makin meningkat. Jika perkembangan tersebut tidak dibarengi dengan pengendalian yang efektip, maka akan berakibat buruk bagi alam dan mahluk hidup cq manusia dan lingkungannya.
III. Pengendalian senjata kimia. Pengendalian senjata kimia ini terutama ditujukan untuk membatasi produksi dan penggunaan senjata kimia, bahkan juga untuk memusnahkannya sehingga dunia bebas dari senjata kimia. Pengendalian senjata kimia akan efektip jika : (1) data tentang senjata kimia yang akan menjadi obyek pengendalian tersedia lengkap dan akurat, (2) badan atau institusi pelaksana pengendalian memiliki kewibawaan dan kemampuan memadai, dan (3) cara atau metode pengendaliannya tepat.
Dengan terpenuhinya hal-hal tersebut diatas serta memperhatikan praktek pengendalian senjata kimia yang telah berlaku selama ini, maka kiranya sistim pengendalian akan dapat dijalankan dengan lebih efektip dan efisien.
Perlu pula dikemukakan bahwa sejak tahun 1925 sejumlah negara telah menyatakan tidak akan lagi menggunakan senjata kimia (Protokol Jenewa 1925).1. Data tentang senjata kimia .Sebagai obyek pengedalian maka terhadap senjata kimia yang telah ada (juga yang akan ada) harus diketahui data dan informasinya dengan benar, terutama yang berkaitan dengan pembuatan, penyimpanan dan pendistribusiannya. Dalam garis besarnya hal- hal tersebut diatas dapat diuraian sbb :Pembuatan & penyimpan.

Untuk dapat mengendalikan pembuatan setiap jenis senjata kimia secara efektip serta mencegah terjadinya dampak negatip yang ditimbulkannya, maka perlu diketahui :Pengadaan dan dan penyediaan bahan baku/pembantu,

Teknologi (proses , alat dll ) yang digunakan,

Jenis dan jenis senjata kimia yang diproduksi,

Kapasitas produksi & Lokasi tempat produksi,

Pengemasan & penyimpanan,

Pengamaaan (safety & security).

Hal-hal tersebut diatasl dimaksudkan agar senjata kimia tidak membahayakan dan mempermudah pelaksanaan pengamatan (inspection). Pendistribusian.


Pendistribusian senjata kumia ke konsumen (para penggunanya) agar mudah diamati (inspection), maka sekurang-kurangnya perlu diketahui :Jumlah dan jenis senjata kimia yang ddistribusikan,

Lokasi tujuan distribusi,

Fasilitas dan alat distribusi,

Cara distribusi (periode, handling dll),

Pengamanan (safety & security).

Data tentang pembuatan (produksi), penyimpanan (s/d gudang milik produsen), dan pendistribusian (s/d ke penerima ke-1) sebaiknya disiapkan oleh produsen senjata kimia sendiri yang diawasi oleh pemerintahan negara dimana produsen tersebut berada. Pencatatan data tentang hal itu harus dilakukan dengan tertib dan berkesinambungan. Kegiatan penilitian dan pengembangan (R&D) senjata kimia juga harus selalu dimonitor, disamping itu kegiatan R & D yang ditujukan untuk mencegah implikasi buruk dari senjata kimia harus digalakkan.2. Badan atau institusi pengendali ( pelaksana pengendalian).Badan atau institusi pengendali harus ada yang bersifat nasional dan ada yang bersifat internaional. Badan yang bersifat nasional : tugas, kedudukan, dan cara kerjanya tergantung dari ketentuan-ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Sedangkan badan yang bersifat internasional dapat bersifat independent ataupun berada dibawah PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa).Tugas badan pengendali senjata kimia tersebut baik yang bersifat nasional maupun yang bersifat internasional pada prinsipnya sama yaitu :Menetapkan larangan dan batasan tentang : pembuatan, penyimpanan, dan penyebaran senjata kimia tertentu, disamping itu juga menetapkan batasan-batasan penggunaannya,

Melakukan verifikasi kepemilikan, penggunaan dll suatu negara atas senjata kimia,

Memusnahkan atau melucuti senjata kimia yang terlarang,

Lain-lain yang berkaitan dengan pengendalian senjata kimia yang dianggap perlu.

Segala tugas seperti tersebut diatas sebaiknya diatur oleh suatu konvensi senjata kimia (Chemical Weapons Convention),3. Cara atau metode pengendalian.Seperti halnya badan atau institusi pengendali, maka pengendalian senjata kimia ini ada yang bersifat nasional dan ada yang bersifat internasional. Pada prinsipnya pengendalian senjata kimia dilakukan berdasarkan laporan dan evaluasi atas laporan sbb :Laporan tentang senjata kimia (a.l pembuatan, penyimpanan, penyebaran dll) dari produsen, negara yang menjadi tempat produksi, dan laporan-laporan lain.

Laporan hasil inspeksi dan hasil verifikasi yang dilakukan oleh suatu badan pengendali atau suatu komisi yang memiliki kewenangan.

Evaluasi evaluasi dan verifikasi atas laporan-laporan tersebut diatas, maka disusun saran tindakan yang diperlukan (mis : penghentian produksi dll). Sedangkan tindakannya - a.l siapa yang berwenang melakukan tindakan - dilakukan kasus demi kasus.

Cara atau metode pengendalian bersifat nasional diatur oleh ketentuan-ketentuan di masing-masing negara, sedangkan yang bersifat internasional sebaiknya diatur dalam suatu konvensi senjata kimia (Chemical Weapons Convention),

Peluru (senjatakimia)

IV. Penggunaan senjata kimia.Seperti telah dijelaskan dimuka, senjata kimia adalah senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Penggunaan senjata kimia berbeda dengan senjata konvensional dan senjata nuklir, karena efek merusak senjata kimia terutama bukan disebabkan daya ledaknya.Senjata kimia adalah senjata pemusnah massal yang tertua, bukti-bukti menunjukkan bahwa senjata kimia telah digunakan dalam peperangan pada masa beberapa abad sebelum Masehi (ancient and classical times).Untuk memberi gambaran tentang penggunaan senjata kimia tersebut, maka berikut ini kami sampaikan beberapa peristiwa penggunaan-nya yang dianggap penting berdasarkan urutan waktu sbb :1. Pada masa sebelum Masehi (ancient and classical times). Pada abad ke-6 SM (lk tahun 590 SM) semasa penaklukan wilayah Cirrha di Yunani ditemukan bukti bahwa sungai Pleistrus yang merupakan pemasok air minum kota Cirrha telah sengaja diberi bahan racun. Racun tersebut berasal dari akar tumbuh-tumbuhan.

Pada abad ke-4 SM tercatat bahwa di China telah digunakan asap beracun (a.l mengandung mustard dan arsenic trioksida) untuk mengusir musuh yang sedang menggali terowongan dibawah tanah.

2. Pada masa dasawarsa pertama abad ke-20 Pada awal abad ke-20 telah digunakan senjata kimia yang mengandung bahan kimia racun chlorine, chloropirin, phosgen, dan mustard dengan cara dihembuskan hal ini terjadi pada sejumlah peperangan di Eropa.

Pada tahun 1910-an telah digunakan senjata kimia jenis 3 yang mengandung bahan kimia racun lewsite (ditempatkan dalam tabung silinder).

3. Pada masa Perang Dunia I Pada masa PD I telah digunakan senjata kimia jenis 1 & 2 .

Pada masa itu juga telah digunakan senjata kimia jenis 3 (mengandung bahan kimia racun lewsite) . Senjata-senjata tersebut a.l berbentuk bom pesawat terbang, yang digunakani diperbatasan Jerman dengan Perancis pada tahun 1915 dan 1917.

4. Pada masa antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Pada tahun 1920, Inggris melakukan pemboman dengan menggunakan senjata kimia untuk meredam orang-orang Arab dan Kurdi yang memberontak terhadap pendudukan Inggris di Mesopotamia.

Dalam memadamkan pemberontakan di Tambov, pemerintah Rusia (Bolshevik) membunuh dan mengusir kaum pemberontak yang bersembunyi di hutan-hutan antara lain dengan menggunakan senjata kimia (gas racun).

Selama Perang Rif di Maroko 1921-1927, gabungan pasukan Spanyol dan Perancis menjatuhkan bom gas mustard dalam upaya memadamkan pemberontakan kaum Berber.

Pada tahun 1935, Italia (pemerintahan fasis) dalam invasi-nya ke Ethiopia ( Perang Italia-Abyssinia II) telah menggunakan gas mustard. Militer Italia menjatuhkan senjata kimia (bubuk kimia racun dan gas mustard) dlm bentuk bom dari pesawat terbang, dan juga menyemprotkannya.

5. Pada masa Perang Dunia II Pada masa Perang Dunia II tercatat produksi alat-alat peluncur dan penyemprot senjata kimia (missile warheads dan spray tanks), alat-alat tersebut dibuat baik oleh fihak sekutu (Amerika, Inggris, Rusia dll) maupun oleh fihak poros (Itali, Jerman dan Jepang).

Pada masa PD II itu juga telah dikembangkan bahan-bahan kimia racun (agents) yang merusak saraf seperti : G-series Agents dan V-series Agents, namun pada masa PD II tersebut tidak tercatat penggunaan senjata kimia (diduga karena resikonya yang besar pada saat transportasi)

6. Pada masa sesudah Perang Dunia II. Pada tahun 1962 - 1971 pasukan Amerika Serikat menumpahkan lk 19 juta galon racun tanaman (herbisida) di Vietnam sejumlah lk 12 juta galon. Senjata kimia tersebut disebut agent orange suatu herbisida dengan kadar racun yang sangat kuat yang mengandung dioksin. Racun tersebut merusak pusat susunan syaraf dan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan kanker, diabetes, bayi lahir cacat dll.

Penggunaan senjata kimia

Perang Iran-Irak adalah perang antara Irak dan Iran yang bermula pada tahun 1980 dan berakhir tahun 1988. Perang tersebut dikenal sebagai Perang Teluk Persia I, dalam perang ini tercatat digunakan senjata kimia a.l gas mustard oleh tentara Irak untuk membunuh pasukan Iran dan juga penduduk sipilnya. Penggunaa seperti itu pernah dilakukan oleh pasukan Irak terhadap warga suku Kurdi di utara Irak.

Pada tahun 2008-2009 tercatat pasukan Sri Langka telah menggunakan senjata kimia dalam usahanya menumpas pemberontak Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTR).

Penggunaan senjata kimia juga telah dilakukan oleh para terrorist antara lain sbb :

Pada Juli 1974 oleh group terrorist yang menamakan Aliens of America dengan menggunakan bahan kimia racun melakukan pemboman terhadap polisi, rumah seorang hakim, dan kantor PanAm di Los Angelos,

Pada Juni 1994 oleh group terrorist Aum Shinrikyo dengan menggunakan bahan kimia racun (gas sarin) meracuni station subway di Tokyo dan menyebabkan 12 orang meninggal dan lebih 5000 cidera.

V. Konvensi senjata kimia.Secara singkat mengenai Konvensi Senjata Kimia atau Chemical Weapons Convention (CWC) ini dapat dikemukakan sbb : Pada 17 Juni tahun 1925, enam belas negara utama dunia menandatangani Protokol Jenewa Tahun 1925, negara-negara tersebut berjanji untuk tidak akan menggunakan lagi bahan kimia racun (gas dll) dalam peperangan. Protokol tersebut dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 8 Februari 1928 dan menyatakan bahwa segala bentuk perang dilarang menggunakan senjata kimia dan biologi (Protocol for the Prohibition of the Use in War of Asphyxiating, Poisonous or Other Gases, and of Bacteriological Methods of Warfare).

Protokol ini disusun karena semakin meningkatnya kegusaran masyarakat luas terhadap perang kimia menyusul dipergunakannya gas mustard dan bahan kimia racun serupa dalam Perang Dunia I, serta adanya kekhawatiran bahwa senjata kimia (dan senjata biologi) dapat menimbulkan implikasi yang mengerikan dalam perang di kemudian hari. Protokol tersebut menjadi lebih luas dengan mencakup Konvensi Senjata Biologi (Biological Weapons Convention) pada tahun 1972 dan Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapons Convention) pada tahun 1993.

Sementara itu Chemical Weapons Convention (CWC) sendiri adalah suatu perjanjian internasional ( international treaty) dalam bidang pengendalian senjata (arms controls) yang pada prinsipnya membatasi pembuatan, penimbunan, dan penggunaan senjata kimia. CWC mulai berlaku 29 April 1997. Administrasi dan pelaksanaan CWC dilakukan oleh suatu badan Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW), badan ini bersifat independent dan tidak dibawah PBB (United Nations).

VI. Penutup.Sebagai penutup ingin kami sampaikan secara singkat hal-hal sebagai berikut : Senjata kimia seperti halnya senjata nuklir dan senjata kuman adalah senjata pemusnah massal (weapon of mass destructions). Implikasii penggunaan senjata itu tidak membedakan apakah yang terbunuh adalah kombatan (militer) atau non-kombatan (masyarakat awam) dan apakah yang hancur fasilitas perang atau fasilitas masyarakat.

Perkembangan senjata kimia menunjukkan bahwa daya rusak senjata kimia terhadap manusia dan lingkungan dari tahun ketahun makin meningkat. Jika perkembangan tersebut tidak dibarengi dengan pengendalian yang efektip, maka akan dapat berakibat buruk bagi mahluk hidup cq manusia dan lingkungannya.

Pengendalian sebaiknya dilakukan mulai dari pembuatan (produksi), penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan. Kegiatan penilitian dan pengembangan (R&D) senjata kimia sebaiknya juga selalu dimonitor , sedangkan R & D untuk mencegah implikasi buruk dari senjata kimia harus selalu digalakkan..

Sebagaimana diketahui Chemical Weapons Convention (CWC) adalah suatu perjanjian internasional ( international treaty) dalam bidang pengendalian senjata (arms controls) dan mulai berlaku 29 April 1997. Pelaksanaan CWC tersebut hendaknya disertai sanksi yang berat dan efektip terhadap para pelanggarnya. Hal ini karena implikasi penggunaan senjata kimia sebagai senjata pemusnah massal adalah sangat dahsyat.

Melihat dahsyatnya kerusakan akibat penggunaan senjata kimia serta senjata pemusnah massa lainnya (nuklir dan kuman) yang dapat menghancurkan seluruh peradaban manusia, maka hal itu akan merubah sifat dan bentuk peperangan dimasa yang akan datang. Perang frontal seperti yang terjadi pada Perang Dunia I & II akan berubah menjadi perang-perang lokal yang terjadi di berbagai wilayah konflik.*Non-violence is the greatest force at the disposal of mankind. It is mightier than the mightiest weapon of destruction devised by the ingenuity of man (Mahatma Gandhi).Sumber : http://wacana-ngunandiko.blogspot.com/2012/07/senjata-kimia.htmlTeknologi Senjata Kimia Dan Penanggulangannya

datinlitbang's pictureSubmitted by datinlitbang on Mon, 06/27/2011 - 12:07 BULETIN

Teknologi Senjata Kimia Dan Penanggulangannya Senjata kimia merupakan senjata yang efeknya berasal dari bahan kimia yang terdapat di dalam (pada) senjata tersebut.Bahan kimia yang digunakan untuk senjata biasanya bahan kimia beracun dan sejenisnya dimana tujuannya adalah untuk menumpas masa secara massal, membuat lawan tidak berdaya, dan dapat digunakan sebagai penye-rangan musuh secara psikologis. Ada beberapa kemungkinan ancaman penggunaan senjata kimia yaitu : pada perang antar militer, perang antar negara, perang antar penduduk sipil, tindakan teroris, dll.Teknologi sistem senjata kimia relatif murah jika dibandingkan dengan teknologi pembuatan senjata nuklir, oleh karena itu bagi Negara-negara Berkembang senjata kimia dianggap sebagai senjatadeterrent. Penggunaan senjata kimia sangat berbahaya karena efeknya dapat membunuh manusia secara massal, terjadi sangat cepat, perlu keahlian khusus dalam pendeteksiannya, serta dibutuhkan pakaian dan peralatan pelindung khusus dalam penyelamatan korban.Upaya pelarangan penggunaan senjata kimia secara internasional dalam perjanjian multilateral telah berhasil dirampungkan oleh Konvensi Perlucutan Senjata Kimia (KPS) pada bulan Agustus 1992. Setelah mempertimbangkan bahwa kemajuan-kemajuan di bidang kimia harus dipergunakan semata-mata untuk kesejahteraan umat manusia, Indonesia telah menyetujui konvensi tentang pelarangan, pengembangan, produksi, penimbunan dan penggunaan senjata kimia serta pemusnahannya, pada tanggal 30 September 1998.Sejarah mencatat bahwa penggunaan senjata kimia telah menimbulkan korban dan kerusakan lingkungan yang mengerikan, maka perlu adanya tekad secara terpadu dan terintegrasi baik secara nasional maupun internasional untuk penanggulangan senjata kimia, sebelum, selama, dan sesudah terjadi.Konsep penanggulangan senjata kimia. Bahasan dalam tulisan ini meliputi :Pendahuluan.

Teknologi dan Bahaya Senjata Kimia

Penanggulangan senjata kimia.

Konsep pemberian bantuan terhadap bahaya senjata kimia

Kesimpulan dan harapan

Teknologi dan Bahaya Senjata Kimia. Teknologi senjata kimia tidak terlepas dari bahan kimia beracun(chemical agent)yang digunakan untuk pengisian senjata tersebut. Bahan-bahan kimia beracun adalah setiap bahan kimia yang karena pengaruh kimianya terhadap proses kehidupan dapat me-nyebabkan kematian (lethal), efek tidak berdaya (incapa-citating), cacat sementara atau bahaya permanen pada manusia atau binatang. Katagori ini me-nyangkut semua bahan kimia tersebut, tidak pandang asalnya atau teknik pembuatannya, dan tidak pandang apakah bahan itu dihasilkan dalam instalasi, dalam senjata atau tempat lain. Untuk aspek pelaksanaan Konvensi Senjata Kimia, maka bahan-bahan kimia beracun yang telah diidentifikasikan untuk pelaksanaan langkah verifikasi, telah diperinci dalam daftar 1,2, dan 3. dapat dilihat dalam lampiran Konvensi Senjata Kimia. (KPMSK, Jakarta, 2000). Teknologi penggunaan senjata kimia dapat dikelompokan dalam :Chemical Agent terdiri dari : Racun Saraf(Nerv Gas) : Racun ini diserap dalam tubuh melalui pernapasan, pencernaan, atau menembus melalui kulit, yang mempengaruhi fungsi jaringan tubuh menunggu reaksi kese-imbangan dalam cairan tubuh yang mengakibatkan penumpukanacethyl chlorinedan rangsangan terus menerus pada sistem syaraf, parasymphatis dan sistem syaraf automatis. Jalannya impulse syaraf terganggu sehingga fungsi tubuh seperti; pernapasan, penglihatan dan pengendalian otot-otot juga terganggu. Beberapa racunsyaraf yaitu : , Tabun, Soman, VX.Sarin Racun Lepuh(Blistering Agent ): Racun ini menyerang mata, paru-paru dan membuat kulit lepuh-lepuh. Beberapa racun lepuh diantaranya adalah :Mustard gas, Nitrogenmustard, lewisite, adamsite.Racun Cekik(Pulmonary Agent) : Racun ini menyebabkan iritasi atau terbakarnya batang tenggorokan dari paru-paru terutama terasa pada saluran pernapasan dengan luka-luka yang meluas ke bagian-bagian terdalam dari paru-paru. Racun ini merupakan jenis racun yang mematikan, dan bila mengenai manusia akan mengakibatkan rasa seolah-olah tercekik akibat kekurangan oksigen dan dapat mengakibatkan kematian. Beberapa racun cekik diantaranya adalah : Phosgene. Racun Darah(Blood Agent) : Racun ini diserap oleh tubuh terutama melalui pernapasan, mempengaruhi fungsi tubuh melalui kerjanyaeurymecy tochromeoxidaseyang membawa oksigen melalui darah ke seluruh jaringan tubuh. Beberapa racun darah diantaranya adalah :Hydrogen Cyanida, Cyanogen Chloride.Racun Iritasi(Riot Control Agent) : Racun ini disebut juga racun bersin dan racun gas air mata. Racun ini menyebabkan peradangan pada bagian alat pernapasan dan perangsangan mata. Beberapa racun iritasi diantaranya adalah : Gas air mata.Racun Psikokimia (Inkapasi-tasi) : Racun ini mempunyai efek psikologis terhadap personil yang dikenainya. Efek racun ini tidak sampai mematikan, namun pe-nyerangan secara psikis yaitu :Pingsan sementara

Merasa mengantuk sampai tertidur untuk beberapa jam

Timbul rasa takut terhadap orang lain

Penglihatan dan perasaan menjadi tidak normal seperti terkena halusinasi.

Bebarapa racun ini diantaranya adalah :Psilosibin, Andreno-krom, Meskalin. (Dephankam, 1994/1995 dan Janes Chem-Bio Handbook). Tabel Bahaya senjata kimia dapat dilihat di Tabel 1Kemungkinan Penggunaan dan AncamanChemical Weapons .Adanya penggunaan dan an-caman senjata kimia digambarkan ada lima kemungkinan yaitu Military use, Threat of use, Acti-vities prohibited by Chemical Weapons Convention (CWC), Terrorist attact, Accidental release of Chemical Weapons Agent (CWA). Military use : Meliputi penye-rangan menggunakan senjata kimia dalam perselisihan militer, penyerangan senjata kimia melawan daerah tertentu, contohnya sekitar konflik Iraq-Iran, dimana ribuan tentara terbunuh (digu-nakan gasmustarddantabun), dan ratusan korban menderita akibat gas mustard. Pada waktu konflik antara Italy-Ethiopia juga digunakan gasmustardyang di-semprotkan dengan pesawat terbang, antara 5000 dan 7000 orang sebagian besar wanita dan anak-anak terbunuh.Threat of use of chemical Wea-pons . Ancaman ini bisa dilakukan oleh siapapun seperti keru-suhan pada suatu negara yang menggunakan cara berperang dengan senyawa kimia.Activities prohibited by the chemical Weapons convention . Kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh konvensi senjata kimia seperti kegiatan mengembangkan, memproduksi, membeli ataupun mengalihkan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak manapun.Terrorist attact . Bertentangan dengan deklarasi senjata kimia, fasilitas industri kimia, atau sasaran sipil. Sebagai contoh penyerangan menggunakan gas sarin di Matsumoto, Jepang pada bulan Juni 1994, penyerangan bawah tanah kota Tokyo pada bulan Maret 1995.Accidental release of CWA . Contoh dari kasus ini adalah kecelakaan di Utah, kecelakaan pabrik pupuk yang membuat 2000 orang terbunuh di Bhopal, India. (OPCW, Concept imple-mentasi of article X).Penanggulangan Senjata Kimia. Dalam penanggulangan bahaya ancaman senjata kimia diperlukan pengetahuan tentang karakteristik atau sifat-sifat senyawa-senyawa yang terkait dalam senjata kimia dan pengaruhnya terhadap manusia maupun lingkungan, serta langkah-langkah dekontaminasi bahan kimia tersebut. Penanganan dilakukan sebelum terjadi, pada saat kejadian, dan setelah kejadian.Penanggulangan sebelum kejadian. Upaya pencegahan dan tindakan sebelum kejadian bahaya senjata kimia dengan melakukan deteksi dini de-ngan menggunakan instrumentasi sepertialarm equipment, untuk pengawasan, identifikasi, dan pembuktian adanyachemical agent.

Penanggulangan pada saat kejadian. Ada dua penanganan yaitu perlindungan dan pena-nganan untuk korban dan untuk team penolong. Tindakan perlindungan terhadap sera-ngan senjata kimia yaitu menggunakan perlengkapan pakaian pelindung, sepatu pelindung, dan topeng pelindung, dan sarung tangan pelindung. Untuk team penolong dilengkapi dengan peralatan komunikasi. Team penolong secara terintegrasi dan terkoordinasi melakukan penyelamatan korban, secara cepat, dan benar. Karena apabila terjadi kesalahan prosedur dalam penanganan korban akan terjadi hal yang fatal. Demikian juga bagi team penolong, apabila perlengkapan pakaian perlindungan tidak sesuai prosedur dapat dimungkinkan terkontaminasi chemical agent dan menjadi korban. Untuk mengantisipasi terkontaminasi chemical agent, team penolong dilengkapi dengan salep pelindung, bentonit, senyawa antidote (penawar racun kimia). Salah satu senyawa antidote untuk racun saraf digunakan atropin yaitu suatu campuran rasemik dari D dan L Hyoscyamine yang berfungsi sebagai antikolinergik.

Penanggulangan setelah kejadian (sudah terkena chemical agent). Tindakan pertama apabila terkontaminasi chemical agent yaitu dengan melaksanakan dekontaminasi terhadap personil, peralatan, dan daerah atau lingkungan sekitarnya yang dimungkinkan sudah dan akan terkontaminasi chemical agent. Langkah penanganan korban chemical agent sebagai berikut :

Korban dipindahkan oleh team rescue dari tempat kejadian ke daerah yang tidak terkontaminasi chemical agent, diterima oleh team unit dekontaminasi dan team medis, kemudian dilakukan penanganan dekontaminasi (korban diperiksa untuk mengetahui jenis chemical agentnya, apabila terkena racun saraf maka korban segera disuntik atropin, selanjutnya seluruh tubuhnya dilumuri dengan decont powder yaitu bubuk bentonit), selanjutnya korban ditutup dengan kain selimut dan dibungkus dengan plastik. Selanjutnya korban diserahkan kepada team ambulan untuk dibawa ke rumah sakit khusus (rumah sakit yang mempunyai fasilitas penangananchemical agent) untuk penanganan lebih intensif.

Konsep Sistem Pemberian Bantuan Terhadap Ancaman Bahaya Senjata Kimia .Kesimpulan dan Harapan. Dalam rangka pemberian bantuan dan perlindungan terhadap bahaya senjata kimia maka hal-hal yang diperlukan adalah :Pengetahuan dasar-dasar senjata kimia, biologi maupun nuklir dan bahayanya terhadap kehidupan manusia dan seisi-nya, serta hal-hal yang terkait dengan Konvensi Senjata Kimia.

Fasilitas bantuan dan per-lindungan terhadap bahaya senjata kimia.

Mengetahui cara pemakaian perlengkapan pakaian perlin-dungan perorangan, dan perlindungan massal.

Mengetahui penggunaan ins-trumentasi deteksi CW, BW, dan NW.

Dapat menangani korban senjata kimia, menolong diri sendiri, memberi pertolongan pada korban, perencanaan dan pengorganisasian tim, koordinasi dengan tim terkait, dan pemberian keputusan.

Perlu pembentukan kader (beberapa orang) yang ahli di bidangchemical agent.

Untuk membina dan mening-katkan kemampuan personil, khususnya di bidang perlin-dungan senjata kimia perlu mengikuti tahapan pelatihan dengan instansi/institusi terkait.

Harapan : Mengingat begitu besarnya bahaya senjata kimia bagi kehidupan manusia dan sekitarnya bila digunakan dalam peperang-an, maka diharapkan adanya tekad yang besar untuk mengimplementasikan Konvensi Senjata Kimia, dimana Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut.Referensi : BPPIT Dephan, Terjemahan Konvensi tentang Pelarangan, pengembangan, produksi, pe-nimbunan dan penggunaan senjata kimia serta pemusna- hannya, Mei, 2000.

Dephankam, Pengantar pe-ngetahuan senjata kimia untuk penataran penyiapan inspektur verifikasi senjata kimia, 1994/1995.

Frederick R. Sidell, MD; William C. Patrick, III; Thomas R. Dashiell, Janes Chem-Bio Handbook, Janes Information Group, USA, 1999.

OPCW, Majalah Synthesis : Abolishing Weapons of Mass Destruction Chemical Terrorism, The Hague, Netherland, Juni 2001.

OPCW, Concept Implementation of Article X of The CWC Assistance and Protection Against Chemical Wea-pons.

*** Tabel 1 Bahaya senjata kimia Nerv Agent (GA, GB, GD, GF, VX) Blood Agent (AC, CK) Blister Agent (HHD L CK) Pulmonary Agent (CG HC) Riot Control Agent (CS CN)

1 2 3 4 5 6

Efek Vapor: Pupil mata mengecil, hidung berlendir, susah bernafas, pandangan kabur, Liquit: banyak mengeluarkan ludah, batuk, Dada tegang, kelumpuhan, berkeringat, gugup, hilang kesadaran, ingin muntah, kejang, pernapasan berhenti. Hilang kesadaran, kejang, pu-sing, pening, perasaan lemah, pernapasan berhenti sementara, iritasi Kulit kemerah-merahan, melepuh, iritasi pada mata, batuk dan susah bernapas, kerusakan jaringan tubuh dalam beberapa menit Susah bernapas, batuk berdahak dan berbusa Terbakar dan iritasi pada: mata memerah dan pedih, mulut mengeluarkan banyak ludah, batuk dan susah bernapas, kulit memerah, hidung sengau

Timbul Gejala Vaspor: beberapa detik s/d menit liquit : mulai 30 menit s/d 18 jam Beberapa detik Beberapa jam Mulai 2 jam s/d 24 jam Beberapa detik

Pertolo-ngan pertama (Anti dotes) Diazepam, atropin Amyl nitrite, sodium nitrite, sodium thiosulfat British-anti lewisite Bantuan ventilasi oksigen, tidak ada antidote Mencegah infeksi, calamine lotion

Skin decon Bleach, larutan hypochlorite, air, sabun dan air Air, sabun dan air Bleach, larutan hypochlorite, air, sabun dan air Biasanya tidak dibutuhkan Calamine, air

Keterangan:

GA : Tabun Mustard GB : Sarin Mustard GD : Soman GF : O-Cyclohexyl methylphosponofluoridate CX : Phosgene Oxime VX : O-Ethyl S-diisoprophyl amino-methyl methyl phosponothiolate CG : Phosgene AC : Hydrogen Cyanide CS : Chloro benzennitril CK : Cyanogen Chloride CN : Chloroacetopenon H : Impure Sulfur HD : Distilled Sulfur L : Lewisite

Oleh: Ir. Musni Ahyani. Staf Puslitbang Tek Balitbang DephanSumber : http://balitbang.kemhan.go.id/?q=content/teknologi-senjata-kimia-dan-penanggulangannya

Asetilkolin merupakan salah satu jenis neurotransmiter (zat kimia penghantar rangsangan saraf) yang paling umum dikenal.[1] Senyawa neurotransmiter ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf organisme vertebrata.[1] Asetilkolin berperan dalam mentransmisikan sinyal atau rangsangan yang diterima untuk diteruskan di antara sel-sel saraf yang berdekatan atau pada sambungan neuromuscular.[1] Senyawa organik dengan rumus molekul CH3COOCH2CH2N+(CH3)3 ini tersebar di seluruh tubuh manusia, terutama banyak terdapat di dalam sistem saraf tepi (otonom) dan senyawa ini dikeluarkan dengan adanya stimulasi saraf.[1] Segera setelah dikeluarkan, asetilkolin akan berdifusi dicelah antar-sinapsis dan menstimulasi saraf-saraf lainnya.[1]Aktivitas dari neurotransmiter ini dapat dihambat oleh enzim kolinesterase (EC 3.1.1.7).[2] Enzim ini sendiri ditemukan pada tahun 1968 dimana seorang peniliti bernama Walo Leuzinger berhasil memurnikan dan mengkristalkan enzim ini dari belut listrik di Universitas Kolumbia.[3][4] Penghambatan kerja asetilkolin oleh enzim ini di dalam tubuh manusia berperan dalam menimbulkan penyakit Alzheimer yang terkait dengan kerusakan sel-sel otak, hilangnya ingatan, dan kemampuan berpikir.[5] Penyakit ini dapat dikurangi efeknya dengan menggunakan obat yang mengandung inhibitor kolinesterase.[5] Di samping itu, senyawa asetilkolin juga banyak berperan dalam aktivitas gastoinstestinal.[6]sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Asetilkolin

Struktur kimia senyawa asetilkolin.2.2. Atropin

2.2.1. Sumber dan Kimiawi

Atropin (hiosiamin) ditemukan dalam tumbuhan Atropa Belladonna, atau Tirai Malam Pembunuh, dan dalam Datura Stramonium, atau dikenal sebagai biji jimson ( biji Jamestown) atau apel berduri.Atropine alam adalah l(-) hiosiamin, tetapi senyawanya sudah campuran (rasemik), sehingga material komersilnya adalah rasemik d, l-hiosiamin.Anggota tersier kelas atropine sering dimanfaatkan efeknya untuk mata dan system syaraf pusat.

2.2.2. Absorbsi

Alkaloid alam dan kebanyakan obat-obat antimuskarinik tersier diserap dengan baik dari usus dan dapat menembus membrane konjuktiva.Reabsobsinya diusus cepat dan lengkap, seperti alkaloida alamiah lainnya, begitu pula dari mukosa. Reabsorbsinya melalui kulit utuh dan mata tidak mudah.

2.2.3. Distribusi

Atropin dan senyawa tersier lainnya didistribusikan meluas kedalam tubuh setelah penyerapan kadar tertentu dalam susunan saraf pusat (SSP) dicapai dalam 30 menit sampai 1 jam, dan mungkin membatasi toleransi dosis bila obat digunakan untuk memperoleh efek perifernya. Didistribusikan keseluruh tubuh dengan baik.

2.2.4. Metabolisme dan Ekskresi

Atropin cepat menghilang dari darah setelah diberikan dengan massa paruh sekitar 2 jam kira-kira 60% dari dosis diekskresikan kedalam urine dalam bentuk utuh. Sisanya dalam urine kebanyakan sebahagian metabolit hidrolisa dan konjugasi. Efeknya pada fungsi parasimpatis pada semua organ cepat menghilang kecuali pada mata. Efek pada iris dan otot siliaris dapat bertahan sampai 72 jam atau lebih.Spesies tertentu, terutama kelinci memiliki enzim khusus satropin esterase yang membuat proteksi lengkap terhadap efek toksik atropine dengan mempercepat metabolisme obat.Ekskresinya melalui ginjal, yang separuhnya dalam keadaan utuh. Plasma t1/2 nya 2-4 jam.

2.2.5. Mekanisme Kerja

Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan adanya kompetisi untuk memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik adalah mencegah aksi seperti pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang di akibatkan oleh asetilkolin atau antagonis muskarinik lainnya.

2.2.6. Mekanisme Kombinasi Atropin + AdrenalinPenambahan adrenalin pada atropine akan memperpanjang masa kerja obat serta meningkatkan penyebaran molekul yang masuk ke SSP.

2.2.7. Khasiat dan Penggunaan

KhasiatnyaAdapun khasiat daripada atropine antara lain :Mengurangi sekresi kelenjar (liur, keringat, dahak)

Memperlebar pupil dan berkurangnya akomodasi

Meningkatkan frekuensi jantung dan mempercepat penerusan impuls di berkas His (bundle of his), yang disebabkan penekanan SSP.

Menurunkan tonus dan motilitas saluran lambung-usus dan produksi HCl.

Merelaksasi otot dari organ urogenital dengan efek dilatasi dari rahim dan kandung kemih

Merangsang SSP dan pada dosis tinggi menekan SSP (kecuali pada zat-zat ammonium kwatener).

PenggunaanAdapun penggunaan daripada atropine yaitu :Sebagai spasmolitikum (pereda kejang otot) dari saluran lambung-usus, saluran empedu, dan organ urogenital.

Tukak lambung/ usus, guna mengurangi motilitas dan sekresi HCL dilambung, khususnya pirenzepin.

Sebagai medriatikum, untuk melebarkan pupil dan melumpuhkan akomodasi. Jika efek terakhir tidak diingginkan, maka harus digunakan suatu adrenergikum, misalnya fenilefrin.

Sebagai sadativum, berdasarkan efek menekan SSP, terutama atropine dan skolamin, digunakan sebelum pembedahan. Bersamaan dengan anastetika umum. Antihistaminika dan fenotiazin juga digunakan untuk maksud ini.

Sebagai zat anti mabuk jalan guna mencegah mual dan muntah.

Pada hiperhidrosus, untuk menekan pengeluaran keringat berlebihan.

pada inkontinesi urin, atas dasar kerja spasmolitisnya pada kandung kemih, sehingga kapasitasnya diperbesar dan kontraksi spontan serta hasrat berkemih dikurangi.

2.2.8. Efek Pada Sistem Organ

Susunan Saraf Pusat

Pada dosis lazim, atropine merupakan stimulant ringan terhadap SSP, terutama pada pusat parasimpatis medulla, dan efek sedative yang lama dan lambat pada otak.efek pemacu Vagal pusat seringkali cukup untuk menimbulkan bradikardia, yang kemudian nodus SA yang menjadi nyata. Atropine juga menimbulkan kegelisahan, agitasi, halusinasi, dan koma. Mata

Otot konstriktor pupil tergantung pada aktivitas kolinoseptor muskarinik. Aktivitas ini secara efektif dihambat oleh atropine topical dan obat antimuskarinik tersier serta hasilnya aktivitas dilator simpatis yang tidak berlawanan dan midriasis (pupil yang melebar) nampaknya disenangi oleh kosmetik selama Renaissance dan oleh karena ini obatnya disebut belladonna (bahasa italic, wanita cantik) yang digunakan sebagai obat tetes mata selama waktu itu.Efek penting kedua pada mata dari obat antimuskarinik adalah kelumpuhan otot siliaris, atau sikloplegia. Akibat sigloplegia ini terjadi penurunan kemampuan untung mengakomodasi ; mata yang teratropinisasi penuh tidak dapat memfokus untuk melihat dekat.Kedua efek midriasis dan sigloplegia berguna dalam pftalmologi. Namun efek ini juga cukup berbahaya karena pada pasien dengan sudut kamar depan yang sempit akan menimbulkan gejala glaucoma akut.Efek ketiga dari obat antimuskarinik pada mata adalah mengurangi sekresi air mata. Kadang-kadang pasien akan merasa matanya kering atau mata berpasir bila diberikan obat anti muskarinik dalam dosis besar. Sistem Kardiovaskuler

Atrium sangat kaya dipersyarafi oleh serabut syaraf parasimpatis (n.vagus), dan oleh karena itu nodus SA peka terhadap hambatan reseptor muskarinik. Efek denyut jantung yang terisolasi, dipersarafi, dan secara spontan memukul jantung berupa hambatan perlambatan vagus yang jelas dan takikardia relative. Bila diberikan dosis terapi sedang sampai tinggi, maka efek takikardi nampaknya dapat menetap pada pasien tertentu. Namun, dalam dosis kecil justru memacu pusat parasimpatis dan sering menimbulkan gejala brakikardia awal sebelum efek hambatan terhadap vagus perifer menjadi jelas. Dengan mekanisme yang sama juga mengatur fungsi nodus AV; pada keadaan tonus vagus yang meninggi, maka pemberian atropine dapat menurunkan interval PR dalam EKG dengan memblok reseptor muskarinik jantung.

Sistem Pernafasan

Baik otot polos atau sel kelenjar sekresi pada saluran pernafasan dipersarafi oleh vagus dan mengandung reseptor muskarini. Bahkan pada individu normal, maka efek bronkodilatasi dan pengurangan sekresi setelah menelan atropine dapat diukur. Efek demikian lebih dramatic pada pasien saluran pernafasan terganggu, walaupun obat antimuskarinik ini tidak sebaik pemacu beta-adrenoseptor pada pengobatan asma.Saluran Cerna

Hambatan reseptor muskarinik menimbulkan efek dramatic terhadap motilitas dan beberapa fungsi sekresi pada saluran cerna. Seperti pada organ lainnya, pacuan muskarinik eksogen lebih efektif dihambat disbanding efek dari aktivitas saraf simpatis (vagal).Kelenjar Keringat

Termoregulasi keringat di tekan pula oleh atropine. Reseptor muskarinik pada kelenjarkeringat ekkrin dipersarafi oleh serabut kolinergik simpatetik dan dapat dipengaruhi oleh obat antimuskarinik. Hanya pada dosis tinggi efek antimuskarinik pada orang dewasa akan menimbulkan peninggian suhu tubuh. Sedangkan pada bayi dan anak-anak maka dalam dosis biasapun sudah menimbulkan demam atropine (atropine fever). Sumber : http://matsum.blogspot.com/2008/05/reaksi-atropin-dan-adrenalin.html