LP_ggn oksigenasi 2003 genbu fix.doc

23
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai oksigenasi a. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012). b. Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting didalam memproduksi molekul ATP secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan berbagai aktifitas untuk memelihara efektifitas segala fungsi tubuh (asmadi,2008). c. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yakni ventilasi, perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994 dalam Potter & Perry, 2006). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan oksigen merupakan suatu komponen gas dan unsure vital kebutuhan dasar manusia yang berfungsi didalam memproduksi molekul ATP yang digunakan sebagai metabolisme sel tubuh, mempertahankan , dan berbagai akivitas organ untuk memelihara efektivitas segala fungsi tubuh yang dalam prosesnya terbagi atas ventilasi, perfusi, dan difusi. Anatomi

Transcript of LP_ggn oksigenasi 2003 genbu fix.doc

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai oksigenasi

a. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012).

b. Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting didalam memproduksi molekul ATP secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan berbagai aktifitas untuk memelihara efektifitas segala fungsi tubuh (asmadi,2008).

c. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yakni ventilasi, perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994 dalam Potter & Perry, 2006).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan oksigen merupakan suatu komponen gas dan unsure vital kebutuhan dasar manusia yang berfungsi didalam memproduksi molekul ATP yang digunakan sebagai metabolisme sel tubuh, mempertahankan , dan berbagai akivitas organ untuk memelihara efektivitas segala fungsi tubuh yang dalam prosesnya terbagi atas ventilasi, perfusi, dan difusi.

Anatomi

1.Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae. Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru-paru adalah hidung, faring ,laring,trachea,bronkus,dan bronkiulus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiulus dilapisi oleh membrane mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung udara disaring,dihangatkan, dan dilembapkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

2. Faring

Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletk dalam langit-langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2002)

3. Laring

Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yamg dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah atas pintu masuk laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari epiglottis ariteroid dan piat intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid. Fugsi laring sebagai vokalalisasi yang menilabtaknsistem pernapasan yang meliputi pusat khusus pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi di dalam batang otak, artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung.

4. Trakea

Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra torakalis V. Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding fibroealitis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.

5. Bronkus

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah kearah tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2, kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.

6. Pulmo (Paru-paru)

Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada didalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi)( Syafudin, 2011)

FISIOLOGI PERNAFASAN

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan. Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi ( Potter & Perry, 2006).

a.Ventilasi

Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter & Perry, 2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na adanya perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.

1.Kerja Pernapasan

Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.

Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau congenital seperti kifosis atau fraktur iga.

Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi jalan nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema trakeal. Jika tahanan meningkat, jumlah udara, jumlah udara yang melalui jalan nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang bergantung pada property recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak sama sekaliVolume Paru

Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary. Spirometer mengukur volume paru yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu pernafasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.

2.Tekanan

Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan. Tekanan intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan intrapleura harus lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan alveoli

b.Perfusi

Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.

c.Difusi

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan membrane(Potter & Perry, 2006).

2.Epidemiologi

Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati dan 4 juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian bayi terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama asfiksia neonatorum (27%) setelah (29%) (WHO, 2005). Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%) (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Perubahan pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi selsel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta.

3. Penyebab / Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut Tarwoto dan Wartonah antara lain:

a. FAKTOR FISIOLOGI

Menurunnya kapasitas peningakatan oksigen ( misal: anemia).

Menurunnya konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.

Hipovolemia mengakibatkan transpor oksigen terganggu akibat tekanan darah menurun.

Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dll.

Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada ( kehamilan, obesitas).

Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)

PROSES

PENGARUH PADA OKSIGENASI

Anemia

Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen

Racun inhalasi

Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas

Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi ke alveoli

Dataran tinggi

Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator karena konsentasi oksigen atmosfer yang lebih rendah.

Demam

Meningkatkan frekuensi metabolism dan kebutuhan oksigen di jaringan.

Penurunan pergerakan dinding dada (kerusakan muskulo)

Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi, menurunkan volume udara yang diinspirasi.

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :

Kehamilan, obesitas, kelainan musculoskeletal, konfigurasi structural yang abnormal, trauma, penyakit otot, penyakit system persarafan, perubahan system saraf pusat, pengaruh penyakit kronis.

b. FAKTOR PERKEMBANGAN

Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.

Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.

Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.

Dewasa muda dan pertengahan: akibat diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres.

Dewasa tua: adanya penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteoriklerosis dan ekspansi paru menurun.

c. FAKTOR PERILAKU

Nutrisi: penurunan ekspansi paru pada obesitas.

Exerase: meningkatkan kebutuhan oksigen.

Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.

Substanse abuse dan nikotin: menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan Hb, alkohol menyebabkan depresi pernapasan.

d. FAKTOR LINGKUNGAN

Tempat kerja ( polusi ).

Suhu lingkungan.

Ketinggian tempat dari permukaan laut.

Potter & perry, 2006 adapun fator lain selain yang disebutkan diatas yaitu ansietas, keadaan yang terus menerus pada ansietaas berat akan meningkatkan laju metabolisme tubuh dan kebutuhan akan oksigen. Tubuh berespon terhadap ansietas dan stress lain dengan meningkatkan freekuensi daan kedalaman pernapasan.

4. Patofisiologis

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

Pathway : terlampir

5. Klasifikasi Perubahan Fungsi Pernapasan

Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi ventelasi dan transport oksigen.

a.Hiperventilasi

Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan yang dibutuhkan untuk mengeleminasi kerbondioksida normal di vena yang diproduksi melalui metabolism seluler. Hiperventilasi bisa disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basadan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok. Hiperventilasi juag dapat ketika tubuh berusaha mengompensasi asidosis metabolic dengan memproduksi alkalosis repiratorik.

b.Hipoventilaasi

Tertjai ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Terapi untuk penanangan hiperventilasi dan hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang mendasari gangguan tersebut, kemudian ditingkatkan oksigenasi jaringan, perbaikan fungsi ventilasi, dan upaya keseimbangan asam basa.

c.Hipoksia

Hipoksia adalah oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat jaringan Kondisi ini terjadi akibat defesiensi pengahantaran oksigen atau penggunaan oksigen diseluler. Hipoksia disebabkan oleh penuruanan kadar hemoglobin dan penuruna kapasitas darah yang membawa oksigen, penuruan konsentrasi oksigen yang diinspirasi, ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah seperti terjadi pada kasus keracunan sianida. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti terjadi pada pada kasus

Pegpneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen jaringan yang buruk, sperti pada syok dan keruskan ventilasi.

6. Gejala Klinis

No.

Gangguan

Tanda dan Gejala

1.

Hiperventilasi

takikardi,

nafas pendek,

nyeri dada,

pusing, disorientasi,

tinnitus dan penglihatan yang kabur.

2.

Hipoventilasi

pusing,

nyeri kepala,

letargi,

disorientasi,

koma dan henti jantung.

3.

Hipoksia

rasa cemas, gelisah,

tidak mampu berkonsentrasi,

penurunan tingkat kesadaran,

pusing perubahan prilaku, pucat dan sianosis.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Saat melakukan inspeksi perawat melakukan observasi dari ujung kepala sampai kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membarn mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan dan gerakan dinding dada. Perhatikan pula manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman, takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Perhatikan rasio inspirasi-ke-ekspirasi, karena lamanya ekspirasi normal dua kali dari lamanya inspirasi normal, maka rasio normal ekspirasi inspirasi 2 : 1. Amati pola bicara.

b. Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan jumlah kerja thorak, daearah nyeri, tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus, getaran dada, angkatan dada dan titik impuls maksimal.

c. Perkusi

Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut.

d. Auskultasi

Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan jantung yang normal maupun yang tidak normal.

8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

a. Elektrokardiogram

Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

b. Pemeriksaan fungsi paru

Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.

c. Pemeriksaan gas darah arteri

Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.

d. Oksimetri

Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler

e. Pemeriksaan sinar x dada

Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.

f. Bronkoskopi

Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.

Selain pemeriksaan diatas dapat dilakukan pula pemeriksaan laboratorium yang mencakup :

a. AGD: dapat terjadi asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2

b. DPL: biasanya terjadi leukositosis, Laju Endap Darah (LED) meningkat

c. Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun

d. Bilirubin: dapat meningkat

e. Kultur sputum: terdapat mikroorganisme

f. Kultur darah: bakterimia sementara

9. Tindakan Penanganan

a. Penatalaksanaan medis

1. Pemantauan Hemodinamika

2. Pengobatan bronkodilator

3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan.

4. Penggunaan ventilator mekanik

5. Fisoterapi dada

b. Penatalaksanaan keperawatan

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Pembersihan jalan nafas

Latihan batuk efektif

Pengisafan lender

Jalan nafas buatan

2. Pola Nafas Tidak Efektif

Atur posisi pasien ( semi fowler )

Pemberian oksigen

Teknik bernafas dan relaksasi

3. Gangguan Pertukaran Gas

Atur posisi pasien ( posisi fowler )

Pemberian oksigen

Pengisapan lender

10. Komplikasi

a. Barotrauma

b. Mukosa hidung kering yang bisa menyebabkan alergi

b. Penurunan Kesadaran

c. Hipoksia

d. Cemas dan gelisah

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien.

Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan klien diawali dengan mengumpulkan informasi tentang data biografi, yang mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi kehidupan klien. Data demografi biasanya dicatat pada formulir pengkajian rumah sakit atau klinik. Riwayat pernapasan mengandung informasi tentang kondisi klien saat ini dan masalah-masalah pernapasan sebelumnya. Wawancarai klien dan keluarga dan fokuskan pada manifestasi klinik tentang keluhan utama, peristiwa yang mengarah pada kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat psikososial.

Gejala Saat Ini

a.Keluhan utama

Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan umum penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum, hemoptisis, mengi, dan nyeri dada. Fokuskan pada manifestasi dan prioritaskan pertanyaan untuk mendapatkan suatu analisis gejala.

Data objektif :

a. Dispnea : kesulitan bernapas dan merupakan persepsi subjektif kesulitan bernapas, yang mencakup komponen fisiologis dan kognitif.

b. Batuk : refleks protektif yang disebabkan oleh iritasi pada percabang; trakheobronkhial.

c. Pembentukan sputum : Sputum secara konstan dikeluarkan ke atas menuju faring oleh silia paru. Sputum yang terdiri atas lendir, debris selular, mikroorganisme, darah, pus, dan benda asing akai dikeluarkan dari paru-paru dengan membatukkan atau membersihkan tenggorok.

d. Hemoptisis : membatukkan darah, atau sputum bercampur darah.

e. Mengi : dihasilkan ketika udara mengalir melalui jalan napas yang sebagian tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi atau ekspirasi.

Data subjektif :

a. Gelisah

b. Cemas

c. Nyeri dada

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan anggota keluarganya. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi pernapasan, misalnya batuk, dispnea, pembentukan sputum, atau mengi, karena kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru.

Riwayat Psikososial

Dapatkan informasi tentang aspek-aspek psikososial klien yang mencakup lingkungan, pekerjaan, letak geografi, kebiasaan, pola olahraga, dan nutrisi. Identifikasi semua agens lingkungan yang mungkin mempengaruhi kondisi klien, lingkungan kerja dan hobi. Tanyakan tentang kondisi kehidupan klien, seperti jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah. Kondisi kehidupan yang sumpek meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti tuberkulosis. Kaji terhadap bahaya lingkungan seperti sirkulasi udara yang buruk.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obsruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

2. Gangguan pertukaran gas

Definisi : kelebihan atau deficit pada oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar-kapiler.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Terlampir

4. Evaluasi

Terlampir

PATHWAY

DAFTAR RUJUKAN

1. Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America : Mosby.

2. Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United States of America : Mosby

3. North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.

4. Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.

5. Brunner & Suddart (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

6. Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia ( Oksigenasi ).Yogyakarta : Graha Ilmu

7. Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

8. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC

Gangguan pertukaran gas

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Bronchospasme

Kontriksi otot polos

Hipoventilasi

Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru

gangguan difusi gas di alveoli

obstruksi saluran napas

kontraksi otot polos, edema mukosa, hipersekresi

permeabilitas kapiler

Rekease vasoactive substance (histamine, bradikinin, anafilatoxin)

Reaksi antigen dan antibodi

Pencetus serangan

(allergen, emosi/stress, obat-obatan,infeksi)