Litera Oktober 2011 - UNY

12
114 MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA Burhan Nurgiyantoro dan Pujiati Suyata Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta email: [email protected] Abstract This study aims to produce a validated guidebook for Authentic Assessment in Language Learning. The research activities included the guidebook development and the product was validated by three assessment experts and five teachers as stakeholders. The validation was conducted through a questionnaire and a feedback sheet and the results were used to revise the draſt to produce the final guidebook. The guidebook consists of the front page, three main chapters, references, a glossary, and an index. The results of the validation show that the guidebook is good. Conceptually it is dependable and as a guidebook it is relatively easy to use in language learning activities at school. According to the validators, it is useful to improve the language learning quality. Keywords: authentic assessment, language learning, validation PENDAHULUAN Kegiatan penilaian merupakan ba- gian tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Le- wat penilaian itu dapat diperoleh infor- masi tentang seberapa baik keberhasilan peserta didik belajar dan guru (dosen) membelajarkan peserta didik, dan ka- renanya ia sekaligus dapat berfungsi sebagai umpan-balik. Dalam kaitan ini penilaian dapat dipandang sebagai kon- trol kualitas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, penilaian harus mendapat perhatian yang secu- kupnya dalam proses pembelajaran. Perkembangan di seputar pende- katan penilaian hasil pembelajaran pe- serta didik sejalan dengan perkemba- ngan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupa- kan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Penilaian hasil pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum, bagian dari pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan. Maka, pengembangan sistem evaluasi hasil pembelajaran haruslah sudah diran- cang bersamaan dengan pengembangan suatu kurikulum sehingga terjadi ke- selarasan dengan komponen kurikulum yang lain. Lewat penilaian itu dapat diperoleh informasi tentang seberapa baik keberhasilan peserta didik belajar dan guru (dosen) membelajarkan peser- ta didik (mahassiwa), dan karenanya ia sekaligus dapat berfungsi sebagai um- pan balik. Artinya, berdasarkan infor- masi dari penilaian itu dapat dilakukan “peninjauan kembali” terhadap kuriku- lum yang bersangkutan. Dalam kaitan ini penilaian dapat dipandang sebagai kontrol kualitas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, pe- nilaian harus mendapat perhatian yang secukupnya dalam proses pembelajaran apa pun kurikulum yang dilaksanakan. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajar- an serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Transcript of Litera Oktober 2011 - UNY

Page 1: Litera Oktober 2011 - UNY

114

MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Burhan Nurgiyantoro dan Pujiati SuyataFakultasBahasadanSeniUniversitasNegeriYogyakarta

email:[email protected]

AbstractThisstudyaimstoproduceavalidatedguidebookforAuthenticAssessment

inLanguageLearning.Theresearchactivitiesincludedtheguidebookdevelopmentand the productwas validated by three assessment experts and five teachers asstakeholders.Thevalidationwasconductedthroughaquestionnaireandafeedbacksheetandtheresultswereusedtorevisethedrafttoproducethefinalguidebook.Theguidebookconsistsofthefrontpage,threemainchapters,references,aglossary,andanindex.Theresultsofthevalidationshowthattheguidebookisgood.Conceptuallyit is dependable and as a guidebook it is relatively easy to use in language learning activitiesatschool.Accordingtothevalidators,itisusefultoimprovethelanguagelearning quality.

Keywords:authenticassessment,languagelearning,validation

PENDAHULUANKegiatanpenilaianmerupakanba-

gian tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Le-wat penilaian itu dapat diperoleh infor-masi tentang seberapa baik keberhasilan peserta didik belajar dan guru (dosen) membelajarkan peserta didik, dan ka-renanya ia sekaligus dapat berfungsi sebagai umpan-balik.Dalamkaitan inipenilaian dapat dipandang sebagai kon-trol kualitas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, penilaian harus mendapat perhatian yang secu-kupnya dalam proses pembelajaran.

Perkembangandiseputarpende-katan penilaian hasil pembelajaran pe-serta didik sejalan dengan perkemba-ngan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupa-kan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Penilaian hasil pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum, bagian dari pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan. Maka,pengembangan sistem evaluasi hasil

pembelajaran haruslah sudah diran-cangbersamaandenganpengembangansuatu kurikulum sehingga terjadi ke-selarasan dengan komponen kurikulum yang lain. Lewat penilaian itu dapat diperoleh informasi tentang seberapa baik keberhasilan peserta didik belajar dan guru (dosen) membelajarkan peser-ta didik (mahassiwa), dan karenanya ia sekaligus dapat berfungsi sebagai um-pan balik. Artinya, berdasarkan infor-masi dari peni laian itu dapat dilakukan “peninjauankembali”terhadapkuriku-lum yang bersangkutan. Dalam kaitan ini penilaian dapat dipandang sebagai kontrol kualitas kegiatan pembel ajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, pe-nilaian harus mendapat perhatian yang secukupnyadalamprosespembelajaranapa pun kurikulum yang dilaksanakan.

Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan pengaturanmengenaitujuan,isi,danbahanpelajar-an serta cara yang digunakan sebagaipedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Page 2: Litera Oktober 2011 - UNY

115

tertentu (PP No.19, Th. 2005:3). Untukmengukur kadar ketercapaian kuriku-lum di jejang sekolah, khususnya yang mencakuptujuandanisi,penilaianter-hadapcapaianhasilpembelajaranmestidilakukan. Tiap kurikulum lazimnya memiliki fokus-fokus capaian tertentuyang membedakannya dengan kuriku-lum sebelumnya. Hal itu tentu mem-bawa dampak bagi pelaksanaan pembe-lajaran dan penilaian yang dilakukan di sekolah.

Dewasa ini kurikulum yang diper-gunakan di dunia pendidikan di Indo-nesia adalah kurikulum yang berbasis kompetensi, baik dengan nama Kuriku-lum Berbasis Kompetensi (KBK) mau-pun yang kemudian bernama Kuriku-lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KBK mulai dilaksanakan di sekolah di Indonesia pada tahun ajaran 2004 dan KTSPtahun2006/2007.Seringnyaterjadipergantian dan atau perubahan kuriku-lum pada hakikatnya merupakan reaksi pemerintah akibat terjadinya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyangdemikian cepat se-hingga terjadi pergeseran kebutuhan dan tuntutan di masyarakat terhadap dunia pendidikan. Pada hakikatnya hal itu juga sekaligus merupakan salah satu indikator capaian keberhasilan pendi-dikan yang mengidealkan kemajuan dan kedinamisan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman.

Dalam kurikulum yang berbasis kompetensi sebagaimana yang diper-gunakan di dunia pendidikan di Indo-nesia —yang bernama Kurikurikulum Tingkat Satuan Pendidik an (KTSP)— menempatkan penilaian menempati posisi penting. Ada tiga fokus utama dalam pengembangan kurikulum ber-basis kompetensi, yaitu penentuan kom-petensi, pengem bangan silabus, dan pengembangan penilaian. Komponen penilaian diyakini memberikan dampak nyata bagi keberhasilan pembelajaran

kompetensi kepada peserta didik, maka penilaian kini ditempatkan pada posisi yang penting dalam rangkaian kegiatan pembelajaran.Bentukdancarapenilai-an dalam banyak hal memberikan pe-ngaruh penting bagi proses pembelaja-ran, bagaimana guru harus membelajar-kan dan bagaimana peserta didik harus belajar,dankarenanyamenentukanca-paian kompetensi.

KTSP merekomendasikan peng-gunaan pendekatan Contextual Teach-ing and Learning (CTL, pendekatankontekstual) sebagai salah satu metode pembelajaran yang dipakai di sekolah. Pada prinsipnya pendekatan ini mene-kankan pentingnya pengaitan antara materi ajar yang dibelajarkan di kelas danrealitasfaktualyangsecarakonkretada di lingkungan masyarakat di mana peserta didik menjadi bagian. Dengan caraitudiharapkanterdapatkesesuaianantara apa yang dipelajari peserta didik di sekolah dan kemanfaatannya dengan kebutuhanhidupsecaranyata.Diseko-lah peserta didik dibantu untuk mem-bangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki dan juga dibelajarkan bagaimana mempelajari konsep serta bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas.

Penilaian otentik (authentic assess-ment) merupakan model penilaian yang sejalan dengan pendekatan kontekstual. Penilaian otentik menekankan pengu-kuran hasil pembelajaran yang berupa kompetensi peserta didik untuk melaku-kan sesuatu, bukan sekadar mengetahui sesuatu, sesuai dengan mata pelajaran dan kompetensi yang dibelajarkan. Te-kanancapaiankompetensibukanpadapengetahuanyangdikuasaipesertadi-dik, melainkan pada kemampuan pe-serta didik untuk menampilkan, men-demonstrasikan,ataumelakukansesua-tu yang merupakan cerminan esensi

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa

Page 3: Litera Oktober 2011 - UNY

116

LITERA, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2011

pengetahuan dan kemampuan yang te-lah dikuasainya tersebut. Kompetensi untukmelakukan sesuatu tersebut ha-ruslah sesuatu yang dibutuhkan da-lam kehidupan, misalnya dalam dunia pekerjaan.

Jadi, dalam asesmen otentik pe-serta didik diukur kompetensinya me-nampilkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang kesemuanya itu harus bermakna (meaningful). Istilah ber-makna dimaksudkan ada kaitannya atau kesesuaiannya dengan kebutuhan hidup secaranyata.Pesertadidikharuslahdi-latih dan ditantang agar dapat meng-gunakan informasi akademis baru dan keterampilan yang dipelajari di kelas ke dalam situasi nyata di masyarakat untuk tujuanyang signifikandengankebutu-han hidup. Hal itu sejalan dengan prin-sip penilaian otentik yang merupakan kinerja dan sekaligus harus bermakna. Sebagaimana dikatakan Mueller (2008) penilaian otentik merupakan suatu ben-tuk tugas yang menghendaki pembela-jar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyatasecarabermaknayangmerupakanpenerapanesensipengetahuandanke-terampilan.

Penilaian otentik merupakan pe-nilaian terhadap tugas-tugas yangme-nyerupaikegiatanmembacadanmenu-lis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Tujuan penilaian itu adalahuntukmengukurberbagaikete-rampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkansituasididunianyatadimanaketerampilan-keterampilan terse-but digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membacaberbagai teks aktual-realistik, menulistopik-topik tertentu sebagaimana hal-nya di kehidupan nyata, dan berpartisi-pasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedittulisansampaisiapcetak.Da-lam kegiatan itu, baik materi pembela-

jaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah.

Jadi, penilaian model ini mene-kankan pada pengukuran kinerja, me-lakukansesuatuyangmerupakanpene-rapan ilmu pengetahuan yang telah di-kuasaisecarateoretis.Penilaianotentikmenuntut pembelajar mendemonstrasi-kan pengetahuan, keteram pilan, dan strategi dengan mengreasikan jawaban atau produk. Siswa tidak sekadar di-minta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut un-tuk mampu mengreasikan dan meng-hasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengeta huan teoretis. Dalam pe-nilaian kemampuan bersastra misalnya, pembelajarmampumenganalisiskarak-ter tokoh dalam sebuah fiksi, memer-tanggungjawabkan ki ner janya ter sebut secara argumentatif, membuat resensitekskesastraan,danlain-lain.

Masalah kinerja, performansi, demonstrasi, atau apalah istilahnya, ten-tulah da lam pengertian sesuai dengan karakteristikmasing-masingmatapela-jaran. Tiap mata pelajaran tentu memi-liki kriteria kinerja yang belum tentu samadenganmata-matapelajaranyanglain. Kinerja hasil pembelajaran bahasa tentu tidak sama dengan hasil pembe-lajaran matematika, teknik otomotif, tata busana, seni musik, dan lain-lain.Namun, pa da prinsipnya semua mata pelajaran itu haruslah melaksanakan pe-nilaian dan salah satunya dengan model penilaian otentik. Walau tiap mata pela-jaran berbeda karak teristik, baik yang termasuk kategori ilmu-ilmu eksaktamaupun sosial dan humaniora, kese-muanya tampaknya dapat menerap-kan model penilaian otentik khususnya yang berupa portofolio.

Depdiknas (2006) menunjukkan sejumlah strategi atau jenis peni laian otentik yang dapat dilakukan yang antara lain adalah penilaian kinerja, ob-servasi sistematik, pertanyaan terbuka,

Page 4: Litera Oktober 2011 - UNY

117

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa

portofolio, penilaian pribadi, dan jurnal. Kurikulum sekolah yang berlaku

sebelum ini terlihat kurang memaksi-malkan evaluasi dalam pelaksaaan pem-belajaran bahasa di sekolah, khususnya sebagaimana yang dimaksudkan oleh asesmenotentik.Berdasarkanpengamat-an sepintas terlihat bahwa para guru juga tidak termotivasi dan tertantang untuk secara kreatif mengembangkanevaluasi pembelajaran sehingga kegia-tan evaluasi yang dilakukan kurang mengikuti tuntutan pembelajaran de-wasa ini. Hal itu juga terlihat dalam hal penilaian pembelajaran bahasa dan sastra. Ketika KTSP merekomendasikan penggunaanpendekatanCTLdanases-men otentik, terlihat bahwa guru kurang siap menyambut pelaksanaan kedua hal tersebut dalam pelaksanaan pembelaja-ran di kelas. Hal itu terlihat, misalnya pada kegiatan pelatihan (PLPG) serti-fikasiguru.

Idealnya terjadi kesejajaran antara kompetensi yang akan dicapai, bahandan strategi, dan evaluasi hasil pembe-lajaran.Secaraumumtujuanpembelaja-ranbahasa Indonesiadisekolahmene-ngah(SMPdanSMA)adalahcapaianke-mampuan berkomunikasi lewat saluran keempat kemampuan berbahasa, maka evaluasi yang dilakukan juga haruslah mengukur kemampuan berbahasa itu yang dalam kaitan ini adalah penilaian otentik. Penilaian otentik menekankan penilaian pada kemampuan berunjuk kerja bahasa (kompetensi berbahasa, kompetensi komunikatif) sebagaimana halnyadalamberkomunikasisehari-hariuntuk berbagai keperluan dan bukan sekadar mengungkap pengetahuan ba-hasa (kompetensi linguistik). Pengem-bangan model penilaian otentik adalah sebuah keharusan demi peningkatan kualitas pembelajaran dan sekaligus memaksimalkan pelaksanaan kuriku-lum (KTSP) serta capaianhasilpembe-lajaran bahasa Indonesia.

Penelitian ini merupakan tahap kedua tahun kedua dengan target terse-lesaikannya penulisan buku panduan panduan Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Ada pun secarakhusus tujuan penelitian untuk tahun tahun kedua (2010) adalah (1) tersusun-nya buku panduan Model Penilaian Oten-tik dalam Pembelajaran Bahasa, dan (2) tervalidasikanya produk buku panduan yang dimaksud baik oleh pakar penila-ianbahasamaupungurumatapelajar-an Bahasa Indonesia di DIY selaku pe-mangku kepentingan.

METODE Penelitianpengembanganinidide-

sain dengan memergunakan prosedur sebagaimana yang dikemukakan oleh BorgdanGall(1983)dandilakukanda-lam dua tahap selama dua tahun. Pada tahap pertama tahun pertama ada dua kegiatan pokok yang dilakukan, yaitu survei lapangan dan kajian pustaka pendukung pengembangan produk se-bagaimana telah dituliskan dalam jur-nal sebelumnya. Kegiatan penelitian tahap kedua tahun kedua yang kini dilaporkan, difokuskan pada pengem-bangan buku panduan yang menjadi tujuan utama penelitian ini. Selain ber-dasarkan penerapan konsep asesmen otentik, penulisan buku yang dimaksud juga memertimbangkan masukan dari sejawat dan guru. Draf buku panduan penilaian yang dihasilkan divalidasi-kan kepada sejawat pakar penilaian dan guru selaku pemangku kepentingan. Masukan dan saran dari kedua kelom-pok validator tersebut dipergunakan untuk memerbaiki draf buku sehingga menghasilkanbukupanduanfinalyangdikembangkan.

Validator adalah kelompok dosen pakar penilaian (tiga orang) dan kelom-pok guru SMP mata pelajaran Bahasa Indonesia (lima orang) masing-masingadalah ketuaMGMP kotamadya Yog-

Page 5: Litera Oktober 2011 - UNY

118

LITERA, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2011

yakarta Daerah Istimewa Yogyakarta dan keempat kabupaten (Kabupaten Bantul, Sleman, Kulonprogo, dan Gu-nung Kidul). Kepada para validator diminta membaca draf buku panduandan kemudian diminta mengisi angket serta memberikan saran dan masukan. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian angket dan lembar saran. Para validator diminta membaca draftbuku panduan dan diberi angket serta lembar saran.

Angket yang dikembangkan ada meliputi angket tertutup dan disertai lembar saran agar para validator bebas menu liskan apa yang diharapkan yang belum tercakup dalam pada angket.Angket untuk pakar penilaian berkaitan dengan ketepatan konsep asesmen oten-tik dan penerapannya dalam penguku-ran berbagai keterampilan berbahasa yang seluruhnya berjumlah sepuluh buah pertanyaan. Angket untuk guru berkaitan dengan ketepatan model ases-men dan kepraktisannya untuk diterap-kan dalam penilaian hasil pembelajaran yang jumlahnya juga sepuluh butir per-tanyaan. Pilihan jawaban untuk angket berupa skala 1-4 yang bersifat gradasisemakin meningkat; 1: kurang, 2: se-dang,3:baik,dan4:amatbaik.Sebelumdiberikan kepada para validator, instru-menyangdimaksudtelahdiujicobakankepada anggota tim untuk mendapat-kan kepastian ketepatan isi dan redak-sional.

Data penelitian adalah data vali-dasi hasil pengembangan buku pan-duan. Data angka dari angket dianalisis dengan teknik penghitungan persentase, sedang data verbal dianalisis dengan teknik kategorisasi dan pembuatan in-ferensi. Hasil penilaian para validator lewat angket menunjukkan “kualitas”draf buku panduan yang dikembangkan oleh validator. Masukan yang berupa saran menunjukkan harapan para vali-dator tentang buku panduan agar lebih

baik. Saran dan masukan dipakai untuk memerbaiki darf buku panduan men-jadi buku panduan final sebagai hasilpenelitian pengembangan ini.

HASIL DAN PEMBAHASANProduk Buku Panduan

Sesuai dengan tujuan akhir pe-nelitian pengembangan ini, produk pengembangan berupa buku panduan yang diberi judul Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Buku dikem-bangkan denganmengacu padaModel Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembe-lajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs.Contohpenerapan tugas-tu-gas otentik sengaja berangkat dari stan-dar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar(KD)yangtercantumdalambukutersebut. Hal itu dimaksudkan agar pembicaraan menjadi lebih konkret,praktis, dan mudah diikuti karena guru tentu tidak merasa asing.

Tidak berbeda halnya dengan penilaian model yang lain, pengem-banganmodel penilaian otentik secarakonkret berangkat dari indikator yang dijabarkandariKD. Indikatormerupa-kanpetunjuklangsungtentangcapaiankompetensi oleh peserta didik terhadap kompetensiyangdibelajarkan.Pembuat-an indikator sebagaian mengambil dari contoh kurikulum dan sebagian yanglain dikembangkan sendiri. Dalam ke-giatan pembelajaran guru memiliki tu-gas dan wewenang untuk mengembang-kan indikator pembelajaran sendiri, na-munharusmencerminkanKD tertentuyangdiacu.

Kompetensi pembelajaran yang dikembangkan ke model penilaian oten-tik meliputi kompetensi kebahasaan, menyimak,membaca,berbicara,menu-lis, dan bersastra. Tiap kompetensi di-contohkanuntukduaKDdan tiapKDdijabarkan menjadi tiga buah indika-tor. KD dan indikator yang dipilih dan dikembangkan sengaja dibuat yang ber-

Page 6: Litera Oktober 2011 - UNY

119

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa

beda karena dimaksudkan untuk mem-berikanberbagaivariasidalampembu-atantugas-tugasotentik.Sesuaidengansemangat KTSP yang memberikan ke-bebasan kreativitas kepada para guru, pengembangan penilaian otentik juga memberikan kebebasan yang serupa baik dalam hal memilih indikator, tugas, maupun pembuatan rubrik penilaian.

Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk buku panduan yang diberi judul Model Penilaian Oten-tik dalam Pembelajaran Bahasa yang diter-bitkan menjadi sebuah buku yang da-pat dijadikan sebagai salah satu acuandalam kegiatan penilaian pembelajaran bahasa di sekolah.

Validasi Produk Buku PanduanSetelah draf buku panduan se-

lesai disusun dan dikaji ulang, kegia-tan berikutnya adalah memvalidasikan produk tersebut kepada pihak-pihaktertentu yang terkait yang dipandang dapat memberikan masukan untuk penyempurnaan. Ada dua kelompok pihak yang dipilih untuk menvalidasi produk, yaitu kelompok pakar (dosen perguruan tinggi) dan kelompok guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP (paraketuaMGMPdiDaerahIstimewaYogyakarta).

Pakar evaluasi pembelajaran ba-hasa yang diminta untuk memberikan validasi adalah dua orang dosen bahasa Indonesia dan seorang bahasa Inggris lewat pemberian angket dan permintaan saran dan atau masukan. Hasil penilaian terhadap produk buku panduan lewat angket oleh ketiga pakar tersebut ada-lah sebagai berikut. Rata-rata skor ter-hadap pernyataan angket adalah: pakar I=3,90,pakarII=3,80,pakarIII=4,00,danrata-ratakeseluruhan3,90.Dengandemikian, dapat disimpulkan bahwa ra-ta-rataskoryangdiberikancukuptinggi(sedikit di bawah amat baik). Hal itu dapat diartikan bahwa menurut mereka

konsep teoretis produk buku panduan yangdivalidasikancukupvalid.

Adapun saran dan masukan yang diberikan oleh ketiga pakar dapat dirangkum sebagai berikut. (1) Penggu-naan istilah yang terdapat di dalam as-pek rubrik sebaiknya konsisten , misal-nyadengandiksi.(2)Perbaikankesalah-an penghitungan jumlah skor maksimal dalam contoh tugas yang diberikandalamtugasotentikkosakata.(3)Penu-lisansecaraeksplisitnama-namamodel/jenis penilaian otentik pada penerapan penilaian otentik. (4) Proporsi jumlah halaman tiap bab perlu dipertimbang-kan, kalau perlu dibuat bab-bab baruuntuk tiap penerapan penilaian otentik kompetensiberbahasadanbersastra.(5)Buku ini amat dinantikan para guru.

GurumatapelajaranbahasaIndo-nesia yang diminta untuk memberikan validasi buku panduan ada lima orang, dan hasilnya adalah sebagai berikut. Ra-ta-rataskorterhadappernyataanangketadalah:guruI=3,60,guruII=3,80,guruIII=3,70,guruIV=3,60,guruV=3,30,danrata-ratakeseluruhan3,60.Dengandemikian, dapat disimpulkan bahwa rata-rataskoryangdiberikanmasihcu-kup tinggi (sedikit di atas pertengahan antara baik dan amat baik). Hal itu da-pat diartikan bahwa menurut para guru yang sebagai calon pengguna, produkbuku panduan yang divalidasikan da-pat secara mudah dilaksanakan untukmengukur kompetensi berbahasa pe-serta didik dalam proses pembelajaran di kelas.

Adapun saran dan masukan yang diberikanolehkelimagurumatapelajar-an Bahasa Indonesia dapat dirangkum sebagai berikut. (1) Judul buku ditam-bah menjadi Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. (2) Rentang nilai menggunakan skala 1-100 saja agar sesuai dengan bukurapor. (3) Bahasa dan penyajian enakdanmudahdiikuti;bahasanyamengalir

Page 7: Litera Oktober 2011 - UNY

120

LITERA, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2011

ringanmembantu pembaca untukme-mahami; banyak memergunakan katabentukan baru yang belum familier, walau itu benar tetapi mengapa tidak daridulu-dulu;khususuntukdiksiagaksulitdipahamiolehguru-gurutertentu,misalnya guru SD, guru di pelosok, me-nengahkebawah.(4)Konsistensicontohtugas otentik, ada yang satu KD dan ada duaKDdenganbeberapaindikator;ba-gaimana jika satu KD dengan beberapa indikator.(5)Ketepatanrubrikpenilaianperludipertimbangkan;bisadenganru-brik lain yang memertimbangkan bobot tiap aspek. (6) Buku ini bagus dan sa-ngat dibutuhkan, membantu pemaha-man karena ada glosarium; mohonpendistribusiannya ke sekolah-sekolahmerata.

PEMBAHASANBukupanduanmengenaipenilai-

an otentik dalam pembelajaran bahasa yang dikembangkan ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan kebutuhan model penilaian sebagaimana disaran-kan penggunaannya dalam kurikulum. Penggunaan model penilaian otentik merupakan konsekuensi dari penggu-naan pendekatan pembelajaran kon-tekstual (CTL,Contextual Teaching and Learning, lihat Johnson, 2006) dalampelaksanaan pembelajaran. Artinya, jika pelaksanaan pembelajaran mengguna-kanpendekatanpembelajarankonteks-tual, model penilaian yang sesuai de-ngan pendekatan tersebut adalah pe-nilaian otentik. Hal itu disebabkan adanya persamaan karakteristik antara pendekatan pembelajaran kontekstual yang menuntut pelibatan konteks dan keaktifan peserta didik dan penilaian otentik yang menekankan kinerja dan bermakna (Meller, 2008).

MenurutCallison(2009)asesmenotentik merupakan sebuah penilaian proses yang di dalamnya melibat kan berbagai kinerja yang mencerminkan

bagaimana peserta didik belajar, ca-paian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembel ajaran. Asesmen otentik yang menekankan ki-nerja berasumsi bahwa ada sekian ba-nyak unjuk kerja yang dapat ditampilkan peserta didik selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang kesemua-nya itu lebih luas dari sekadar ujian tertu-lis jawaban singkat sebagaimana dalam tes tradisional. Berbagai hasil pembela-jaranyangditampilkandandidemons-trasikan peserta didik yang sekaligus mencerminkansituasikehidupannyata,dan karenanya lebih bermakna, itulah yang ditampung dalam wadah asesmen otentik sehingga kinerja peserta didik tersebut juga dapat diperhitungkan se-bagai hasil pembel ajaran yang harus juga diberi nilai.

Penilaian otentik sebenarnya te-lah lama dikenal di dunia pendidi-kan, tetapi baru naik daun di era KTSP. Sebenarnya, bentuk-bentuk penilaianotentik bukan merupakan barang asing bagi para pendidik di Indonesia karena sebagian (baik sebagai pelaku maupun pemilihan bentuk) telah melakukan pe-nilaian model itu. Hanya memang pada umumnya kita lebih akrab dengan pe-nilaian model tradisional. Penilaian tra-disional dalam kaitan ini dilihat sebagai penilaian yang lebih banyak menyadap pengetahuan yang telah dikuasai siswa sebagai hasil belajar yang pada umum-nya ditagih lewat bentuk-bentuk tesobjektif. Di pihak lain, penilaian oten-tik lebih menekankan pada pemberian tugas yang menuntut pembelajar me-nampilkan, memraktikkan, atau men-demonstrasikan hasil pembelajarannya di dunia nyata secara bermakna yangmencerminkan penguasaan pengeta-huan dan keetrampilan dalam suatu mata pelajaran. Singkatnya, penilaian tradisional lebih menekankan tagihan penguasaan pengetahuan, sedang pe-nilaian otentik kinerja atau tampilan

Page 8: Litera Oktober 2011 - UNY

121

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa

yangmencerminkanpenguasaanpenge-tahuan dan keterampilan.

Selain hal-hal di atas, hal lainyangmembedakankedua jenispenilai-an tersebut, jika dibuat secara pilahdikotomis, adalah berupa perbedaan antara: (i) memilih jawaban dan menun-jukkan suatu aktivitas, (ii) menunjukkan penguasaan pengetahuan dan demon-strate proficiency by doing something, (iii) memanggil kembali atau rekognisi dan mengonstruksi atau aplikasi, (iv) soal dan jawaban disusun guru dan peserta didik menyusun sendiri jawaban, dan (v) bukti tidak langsung dan bukti lang-sung (faktual).

Perbedaan utama dalam penilaian tradisional yang lazim memergunakan bentuk tes objektif pilihan ganda, peser-tadidik“hanya”dimintameresponataumenanggapi sejumlah pilihan (lazimnya empat pilihan) sebagai yang diperin-tahkan dalam pokok soal. Peserta didik “hanya”memilihjawaban,sedangyangmembuat jawaban, baik yang benar maupun yang salah yang berfungsi se-bagaibutir-butirpengecohadalahguruatau pembuat soal. Peserta didik tidak dapat memilih jawaban lain selain yang telah disediakan. Di pihak lain dalam penilaian otentik, peserta didik dituntut untuk mengonstruksi jawaban sendiri. Istilah mengonstruksi dapat berarti memilih, menampilkan, menerapkan, membuat, mengembangkan, dan lain-lain yang pada intinya harus menunjuk-kan kinerja. Dalam ranah tes berbahasa, kinerja berarti secara aktif produktifmenghasilkan bahasa yang bermakna, bahasa sebagaimana fungsinya dalam kehidupansehari-hari.

Model penilaian yang dikem-bangkan dalam buku panduan telah di-usahakan memenuhi tuntutan penilaian otentik. Ujian-ujian bahasa yang lazim“hanya” berupa tagihan pemahamanatau bahkan tagihan pengetahuan ten-tang bahasa diusahakan diubah menjadi

menyusun jawaban sendiri oleh peserta didik. Jawaban ujian harus berupa ki-nerja berbahasa yang aktif produktif baik lewatsaluranlisan(berbicara)maupuntulisan (menulis), dan semuanya harus bermakna. Misalnya, ujian kompetensi menyimak danmembaca, bahkan jugapengetahuan kosakata dan struktur di-ubah menjadi ujian yang membutuhkan jawaban yang dibuat sendiri oleh peserta didik yang mencerminkan kompetensipemahamandanpengetahuannya.Jadi,pada intinya semua tugas otentik harus memaksa peserta didik untuk menyu-sun atau mengonstruksi sendiri jawa-ban.

Tugas-tugas otentik yang dicon-tohkan bermacam-macam walau tidakmencakup semua tugas otentik yangjenisnya relatif banyak. Tugas itu antara lainberupamenceritakankembalisecaralisan atau tertulis, menjawab pertanyaan terbuka, membuat bermacam-macamtulisan yang dibutuhkan di dunia nya-ta, mengedit dan memerbaiki tulisan, dan lain-lain. Guru sebagai pelaksanapembelajaran di sekolah diharapkan dapat memilih dan menambah sendiri tugas-tugas yang relevan sesuai de-ngan kompeetnsi yang dibelajarkan. Jika model yang dicontohkan kurangbanyak atau kurang bervariasi, hal itu dimaksudkan agar guru mengreasikan sendiri model-model yang diinginkankarena pada bagian awal buku panduan juga sudah diuraikan perihal penilaian otentiktermasukmacam-macamtugas-nya.

Misalnya, tes kosakata dan struk-tur kalimat yang selama ini hampir pasti berupa tes tagihan pengetahuan lewat tes tradisional, di buku panduan dicontohkan menjadi tugas mengorek-si karangan sebagaimana halnya yang dilakukan oleh guru ketika memeriksa pekerjaan peserta didik atau redaktur majalah yang memeriksa artikel. Tugas berupa menemukan bentuk kebahasaan

Page 9: Litera Oktober 2011 - UNY

122

LITERA, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2011

(kosakata, struktur kalimat, dan ejaan) yang salah (sengaja dibuat salah) dalam sebuahwacana, dan kemudianpesertadidikdimintauntukmembetulkan.Se-tiap kali mereka dapat menemukan dan membetulkan kesalahan dengan benar ada skornya. Pemilihan tugas ersebut benar-benarotentikkarenakerjaseper-ti itu dibutuhkan di dunia kerja dan sekaligusmembutuhkankompetensike-bahasa an. Untuk dapat mengerjakan tugas dengan benar, hal itu diprasyarati pengetahuan yang memadai tentang sistem bahasa. Namun, model ujian bu-kantestentangsistemitusecaratersen-diri, melainkan langsung penerapannya dalamwacana.

Selain itu, semua tugas yang di-contohkan dalam buku panduan se-ngaja berangkat dari SK (standar kom-petensi), dan KD (kemampuan dasar), dan beberapa contoh indikator yangterdapat di dalam kurikulum SMP/MTs (Depdiknas, 2006). Hal itu dilakukan agar buku tersebut dapat dipraktikkan secara langsung, dan dengan pengem-bangan sendiri oleh para guru, karena telah sesuai dengan kurikulum yang dilaksanakan. Namun, indikator tidak harus sesuai dengan contoh yang ada.KTSP (Kurikulum 2006) memberikan kebebasan kreativitas kepada guru un-tuk mengembang kan sendiri indikator hasilpembelajaran.Jadi,contoh-contohyang diberikan memang berfungsi seke-darcontoh.Maka,disinilahantaralainterlihat kompetensi guru dalam kegi-atan pembelajaran.

Walau buku panduan ini dikem-bangkan berdasarkan silabus kurikulum SMP/ MTs, ia tidak menutup kemung-kinan dipergunakan sebagai model pe-nilaian otentik untuk SMA, MAN, atau yang sederajat, bahkan juga untuk pan-duanpembelajaranbahasa-bahasayanglain seperti bahasa Inggris dan bahasa Daerah dengan penyesuaian. Konsep penilaian otentik dapat dipergunakan

untuk berbagai mata pelajaran, bahkan yang di luar mata pelajaran bahasa. Jadi, jikamodel penilaian otentik yangdikembangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs ini secararelatif tidak jauh berbeda untuk diterap-kan dalam mata pelajaran bahasa yang lain.

Model penilaian otentik berupa tugas-tugaskinerjaberbahasasecaraak-tifproduktif,makadalamhalpenyekor-an menuntut pemilihan model yang sejenis. Artinya, penilaian dan atau pe-nyekoran kinerja haruslah dipilih model yang sesuai. Model penyekoran yang lazim dipergunakan adalah memergu-nakan rubrik. Rubrik merupakan skala penyekoran yang dipergunakan untuk menilai kinerja subjek didik untuk tiap kriteria terhadap tugas-tugas tertentu(Mueller, 2008). Rubrik dipergunakan untuk menentukan tinggi rendahnya capaian kinerja peserta didik. Dalamsebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat, yaitu kriteria dan tingkatcapaiankinerjatiapkriteria.Kri-teria berisi hal-hal esensial yang ingindiukurtingkatcapaiankinerjanyayangsecara esensial dan konkret mewakilikompetensi yang diukur capaiannya.Kriteria haruslah dirumuskan atau di-nyatakan singkat padat, komunikatif, dengan bahasa yang gramatikal, dan benar-benarmencerminkankompetensiyang diukur. Dalam sebuah rubrik, kri-teriamungkinsajadilabelidengankata-katatertentuyanglebihmencerminkanisi, misalnya dengan kata-kata: unsuryang dinilai.

Tingkat capaian kinerja umum-nya ditunjukkan dalam angka-angka,dan yang digunakan dalam buku pan-duanadalah1—5.Tiapangka tersebutmempunyai deskripsi verbal yang di-wakili, skor 1: tidak ada kinerja atau kinerja tidak tepat sama sekali, skor 5:kinerja sangat meyakinkan dan ber-makna, sedang skor 2, 3, dan 4 secara

Page 10: Litera Oktober 2011 - UNY

123

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa

berurut-turut menunjukkan semakinbaiknya kinerja dan kebermaknaannya. Bunyi deskripsi verbal haruslah sesuai dengan rubrik yang akan diukur. Pe-nilaian tingkat capaian kinerja seorangpembelajar dilakukan dengan menandai angka-angkayangsesuai.Rubriklazim-nya ditampilkan dalam tabel, kriteria ditempatkan di sebelah kiri dan tingkat capaian di sebelah kanan tiap kriteria.Jadi,rubrikdibuatsecaraanalitis,yaituyang menunjuk pada rubrik yang mem-berikan penilaian tersendiri untuk tiap kriteria (Mueller, 2008).

Selaindaftarpustakayangmeru-pakan komponen wajib, buku panduan ini juga dilengkapi dengan glosarium dan indeks. Adanya glosarium dimak-sudkan untuk memudahkan guru atau pengguna lain yang bermaksud mema-hami arti tiap istilah yang diperguna-kan, sedang indeks untuk memudahkan menemukan di halaman berapa sebuah nama atau istilah dipakai.

Hasil validasi baik yang diberi-kan oleh pakar penilaian maupun guru SMP menunjukkan bahwa buku pan-duan yang dikembangkan baik. Rata-rata keseluruhan yang diperoleh dari penilaianpakaradalah3,90,sedangdariguru 3,60. Validasi untuk pakar lebihterkaitdenganaspekkonseptualpenilai-an otentik, sedang untuk guru terkait dengan aspek kepraktisan penerapan-nya di kelas. Skor tersebut berarti buku banduan yang dimaksud dinilai di atas baik(skor3=baik,dan4=amatbaik),walau belum baik sekali.

Namun, mengapa rata-rata skorpenilaian guru justru lebih rendah dari-padayangdiberikandosenpakarpenilai-an? Hal itu tampaknya terkait dengan perbedaan pertanyaan yang diajukan. Dosen memberikan validasi yang terkait dengan aspek-aspek konseptual. Jadi,jika konsep yang diuraikan dalam buku panduan itu tepat, skor penilaian tentu saja tinggi. Di pihak lain, guru memberi-

kanvalidasiyangterkaitdenganaspek-aspek pelaksanaannya dalam konteks penilaian pembelajaran di kelas. Jikakonsep penilaian otentik itu sendiri be-lum dipahami dengan baik, atau model yang dikembangkan itu belum terbiasa dilaksanakan, mereka tentunya juga merasakan adanya unsur tidak mudah untuk melaksanakannya.

Hasil validasi yang diberikan oleh dosen pakar penilaian menunjukkan bahwa buku panduan tentang Model Pe-nilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa inivalid.Artinya,dilihatdarikacamatakonseptual-keilmuan ia dapat diper-tanggungjawabkan. Hal itu merupa-kan salah satu persyaratan utama untuk buku panduan yang harus terpenuhi sehingga jika dipergunakan untuk ke-perluan praktik pembelajaran di kelas tidak salah atau bahkan menjerumus-kan. Sebaliknya, sebuah buku acuanyang baik harus memberikan manfaat bagikeperluanpeningkatanpembelajar-an. Terkait dengan pertanyaan apakah bukupanduaninimemunyaikemanfaat-an, ketiga pakar sepakat memberikan skor maksimal 4. Demikian juga para guru yang juga memberikan skor yang sama terhadap pertanyaan tersebut. Jadi,pengembanganbukupanduan inidinilai oleh para validator dapat mem-berikan manfaat yang tinggi.

Terhadap pertanyaan yang terkait dengan mudah-sulitnya penerapanmodel-model penilaian otentik dite-rapkan dalam penilaian pembelajaran bahasa di kelas, baik yang menyangkut aspekteskompetensiberbahasaaktifre-septif maupun aktif produktif, para guru umumnyamemberikan skor 3.Hal itumenunjukkan beberapa kemungkinan, yaitu bahwa model-model itu belumakrab bagi mereka, model yang diberi-kan kurang bervariasi, atau model yang dicontohkankurangmudahdiikuti.Jikamodel yang ditun jukkan kurang ber-variasi, sebenarnya guru dapat menam-

Page 11: Litera Oktober 2011 - UNY

124

LITERA, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2011

bahkan atau mengembangkan sendiri karena pada bab sebelumnya telah di-uraikan konsep dan berbagai bentuk penilaian otentik. Selain itu, jika sudah terbiasa menerapkan penilaian otentik pada berbagai tes proses, model ini pun akhirnya juga menjadi mudah.

Ada sejumlah saran danmasuk-an yang diberikan oleh pakar dan guru yang kalau dikategorikan akan meliputi aspekmateri,bahasa,manfaat,danke-salahan pengetikan. Secara umum da-patdikatakanbahwasarandanmasuk-an yang baik dan memang diperlukan dipakai untuk memperbaiki buku pan-duan. Misalnya, saran-saran penam-bahan model rubrik sebagai variasi dan penekanan bobot komponen yang dinilai,penggantian istilah-istilahpadakomponen penilaian, pembetulan ke-salahan penghitungan, sampai de-ngan pembetulan kesalahan penulisan (pengetikan) yang terjadi di sana-sini.Saran dan masukan tersebut bermanfaat dan diharapkan dapat meningkat kan kualitas produk buku panduan yang dikembangkan.

SIMPULANSeluruh rangkaian kegiatan pe-

nelitian pengembangan buku panduan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, pengembangan buku panduan yang berjudul Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa sudah ber-hasil diselesaikan. Buku panduan yang dimaksud terdiri atas halaman depan (KataPengantar,DaftarIsi)dantigababbatang tubuh,Daftar Pustaka, Glosari-um, dan Indeks. Bab I berisi landasan konseptual: KTSP, Pembelajaran Kon-tekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning), dan Penilaian Otentik. Bab II berupa penerapan penilaian otentik da-lam pembelajaran bahasa yang meliputi Penilaian Kompetensi Bahasa, Penilaian Kompetensi Berbahasa Aktif Reseptif (menyimak dan membaca), Penilaian

Kompeetnsi Berbahasa Aktif Produktif (berbicara dan menulis), dan Penilai-an Kompetensi Bersastra. Bab III berisi pengolahan hasil penilaian otentik dan hal-halyangterkait.

Kedua, hasil validasi yang dilaku-kan menunjukkan bahwa produk buku panduan yang dimaksud baik. Validasi konseptual yang diberikan pakar pe-nilaian (tiga orang dosen) dengan skor rata-rata 3,90 dan gurumata pelajaranBahasa Indonesia (lima orang ketua MGMPSMPdiDIY)denganskorrata-rata 3,60 (skor 3 = baik dan 4 = amatbaik). Hal itu dapat diartikan bahwa se-carakonseptualprodukbukupanduantentang model penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa yang dikembang-kan dapat dipertanggungjawabkan secara konseptual. Selain itu, sebagaisebuah buku panduan, buku tersebut juga secara relatif mudah diterapkandalam kegiatan pembelajaran bahasa di sekolah. Menurut para validator buku panduan tersebut juga amat bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelaja-ran bahasa.

UCAPAN TERIMA KASIHPada kesempatan ini kami ingin

menyampaikan ucapan terima kasihkepada berbagai pihak yang telah me-mungkinkan terselenggaranya peneli-tian tahap kedua ini. Pertama, ucapanterima kami sampaikan kepada Direk-tur DP2M Dikti yang menye ponsori pe-nelitian dengan menghibahkan dana le-wat program penelitian Hibah Bersaing lewat Dipa Universitas Negeri Yogya-karta.Kedua,ucapanterimakasihkamisampai kan kepada Rektor UNY lewat Ketua Lembaga Penelitian UNY yang telah memfasilitasi penelitian ini se-hingga semuanya dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Selanjutnya, ucap-an terima kasih kami sampai kepada se-jawat dosen dan para guru yang ke tua MGMP Bahasa Indonesia SMP se-DIY

Page 12: Litera Oktober 2011 - UNY

125

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa

yang telah bersedia menjadi validator, stafadministrasiLemlitUNY,danber-bagaipihaklainyangtidakdapatdise-but satu per satu. Harapan kami peneli-tian ini ada manfaatnya kepada berba-gai pihak yang terkait dan peningkatan pembelajaran bahasa di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKABorg,Walter R. danMeredith D. Gall.

1983.Educational Research: An In-troduction. New York: Longman.

Brown, H. Douglas. 2004. Language As-sessment, Principles and Classroom Practices. San Francisco: Long-man.

Callison,Daniel.2007.Authentic Assess-ment.Chicago:AmericanLibraryAssociation.

Callison, Daniel. 2009. “Authentic As-sessment” dalam American Asso-siation of School Librarians. http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/aasl/aaslpubsandjournals/slmrb/ editorschoiceb/infopower/selct-callison85.cfm,diakses3Oktober2009.

Depdiknas. 2006. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Direktorat Jenderal Pen-didikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Pertama.‘

Gronlund, Norman F. 1985 (ed. Ke-5).Measurement and Evaluation in Teaching. New York: MacmilanPublishingCompany.

Johsin,ElaineB.2006.Contextual Teach-ing and Learning, Menjadikan Kegia-tan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna.Tanpakota:MLC.

Mueller,John.2008.Authentic Assessment Toolbox. North Central College,Naperville, http://jonathan.mu-eller.faculty.noctrl.edu/toolbox/index.htm (Diunduh 27Agustus2008)

PeraturanPemerintah.tth. Peraturan Pe-merintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Na-sional Pendidikan.

Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2004. Penilaian Portofolio, Implementasi Kurikulum 2004. Ja-karta: Rosda.

Wahyuni, Sri. 2009. Pengembangan Model Asesmen Otentik dalam Pembelaja-ran Keterampilan Berbahasa Indo-nesia Lisan di SMA. Malang: Dis-ertasiProgramPascasarjanaUni-versitas Negeri Malang.