Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email...

30
1 TEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH EKONOMI ISLAM. SUATU TINJAUAN AWAL Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email: [email protected] Abstracts History as the major field of research that related with the political event, such as: throne seizure of throne, expansion, warfare and heroism for the sake of the group. For historical critics a variety of new worldviews dissect the past. One alternative approaches of the economy as a primary need. The civilization is not only measured by the splendor of the building and the territorial breadth, but also the prosperity of the economy. This is interesting to note, the fruit of past events, is felt now. The discourse of Islamic economic history is part of general economic history, needs to be developed. This paper focuses on the future writing of Islamic economic history and themes for historians and academics. Key Words: Historical writing, Islamic economic, civilization and past age Abstrak Sejarah, lapangan penelitian yang luas yang dikaitkan peristiwa politik, seperti: perebutan tahta, ekspansi, peperangan serta heroisme demi kepentingan kelompok. Bagi kritikus sejarah beragam cara pandang baru membedah masa lalu. Salah satu pendekatan alternatifnya ekonomi sebagai kebutuhan primer. Peradaban tidak hanya diukur dari kemegahan bangunan dan luasnya teritorial, tetapi juga kemakmuran ekonomi yang baik. Ini menarik ditela’ah, buah kejadian masa lalu, dirasakan kini. Wacana sejarah ekonomi Islam bagian dari sejarah ekonomi umum, perlu dikembangkan. Tulisan ini memfokuskan bagaimana penulisan sejarah dan tema ekonomi Islam di masa datang bagi sejarawan dan akademisi. Kata kunci: Penulisan sejarah, ekonomi Islam, peradaban dan masa lalu MANUSIA DAN EKONOMI Ekonomi faktor penting bagi kehidupan manusia. Hampir sebagian besar porsi kehidupan manusia dihabiskan untuk bergulat dalam ekonomi. Bagaimanapun bentuk peradaban: kecil, tengah maupun besar, menyoroti sektor ini menjadi sarana memperoleh kamajuan. Modalitas ini diyakini sebagai sumber yang mengundang berbagai kemajuan di bidang lainnya. Kekuatan uang memainkan peran besar dalam membentuk sejarah peradaban manusia. Hal ini banyak ditulis dalam sejarah, peristiwa-peristiwa besar yang terjadi tak terlepas dari ekonomi. Dalam kesepakatan umum sejumlah sejarawan adalah terbukanya perdagangan lintas benua sebagai motor perkembangan baru sejarah manusia. Perdagangan bagian penting mem- bangun peradaban yang kuat.

Transcript of Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email...

Page 1: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

1

TEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH EKONOMI ISLAM. SUATU TINJAUAN AWAL

Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta

Email: [email protected]

Abstracts

History as the major field of research that related with the political event, such as: throne seizure of throne, expansion, warfare and heroism for the sake of the group. For historical critics a variety of new worldviews dissect the past. One alternative approaches of the economy as a primary need. The civilization is not only measured by the splendor of the building and the territorial breadth, but also the prosperity of the economy. This is interesting to note, the fruit of past events, is felt now. The discourse of Islamic economic history is part of general economic history, needs to be developed. This paper focuses on the future writing of Islamic economic history and themes for historians and academics.

Key Words: Historical writing, Islamic economic, civilization and past age

Abstrak

Sejarah, lapangan penelitian yang luas yang dikaitkan peristiwa politik, seperti: perebutan tahta, ekspansi, peperangan serta heroisme demi kepentingan kelompok. Bagi kritikus sejarah beragam cara pandang baru membedah masa lalu. Salah satu pendekatan alternatifnya ekonomi sebagai kebutuhan primer. Peradaban tidak hanya diukur dari kemegahan bangunan dan luasnya teritorial, tetapi juga kemakmuran ekonomi yang baik. Ini menarik ditela’ah, buah kejadian masa lalu, dirasakan kini. Wacana sejarah ekonomi Islam bagian dari sejarah ekonomi umum, perlu dikembangkan. Tulisan ini memfokuskan bagaimana penulisan sejarah dan tema ekonomi Islam di masa datang bagi sejarawan dan akademisi. Kata kunci: Penulisan sejarah, ekonomi Islam, peradaban dan masa lalu

MANUSIA DAN EKONOMI

Ekonomi faktor penting bagi kehidupan manusia. Hampir sebagian besar porsi

kehidupan manusia dihabiskan untuk bergulat dalam ekonomi. Bagaimanapun bentuk

peradaban: kecil, tengah maupun besar, menyoroti sektor ini menjadi sarana

memperoleh kamajuan. Modalitas ini diyakini sebagai sumber yang mengundang

berbagai kemajuan di bidang lainnya. Kekuatan uang memainkan peran besar dalam

membentuk sejarah peradaban manusia. Hal ini banyak ditulis dalam sejarah,

peristiwa-peristiwa besar yang terjadi tak terlepas dari ekonomi. Dalam kesepakatan

umum sejumlah sejarawan adalah terbukanya perdagangan lintas benua sebagai

motor perkembangan baru sejarah manusia. Perdagangan bagian penting mem-

bangun peradaban yang kuat.

Page 2: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

2

Rempah-rempah buruan para pedagang internasional menjadi pemantik

ramainya lalu lintas perdagangan global. Untuk mengetahui bagaimana ramainya

kekuatan ekonomi dunia, berikut sekelumit uraian dari Sejarah Dinasti Liang (502-

557), tentang hubungan Cina dengan negara-negara Asia1:

Pengalaman saya menunjukkan bahwa para penguasa dari negara-negara yang lebih kecil di Asia sering melakukan perdagangan dan memperluas operasi mereka hingga ke Tiongkok. Tentu saja mereka ingin mengambil hati penguasa Tiongkok dengan cara memberikan sejumlah hadiah yang ternyata diterima. Contoh ini diikuti oleh para pedagang swasta yang menyamar sebagai utusan dari negara yang jauh. Dengan memberikan sedikit barang dagangan, mereka ingin mendapatkan fasilitas perdagangan atau mendapatkan akses hingga ke ibukota. Mereka tidak merugi karena barang dagangan ini akan diganti nilainya berlipat ganda. Bagaimanapun di masa lalu Tiongkok memiliki tempat yang sangat tinggi di mata negara-negara Asia. Tingginya kebudayaan, kemewahan istananya, luas dan kayanya wilayah Tiongkok membuat kagum negara-negara lainnya. Dibandingkan dengan Tiongkok, negara-negara yang lain tidak ada apa-apanya. Karena itu penguasa ini merasa mendapat kehormatan jika bisa menjalin hubungan dengan Tiongkok.

Cina misalnya abad 6, menjelma menjadi kerajaan besar dunia menggunakan

koneksi diplomatik dengan memperkuat kerjasama ekonominya. Bersamaan itu,

kepentingan politik kerapkali dikedepankan, agenda ekonomi tak luput dari

pembicaraan lintas kerajaan. Lewat perniagaan, masing-masing bangsa saling

bertemu dan bertukar pikiran mengenai khazanahnya masing-masing. Dengan

demikian dialogisasi antarbangsa menjadi sebuah keniscayaan. Setiap pihak dapat

belajar serta mengenal beragam produk budaya baru yang tidak ditemukan di

lingkungannya. Tak ayal, proses perdagangan ini menjadi kesempatan encounter of

civilization yang kemudian menjelma menjadi stimulan bagi dinamika sosial.

Dalam konteks sejarah membentangkan pelajaran bahwa dorongan ide

ekonomi juga berubah menjadi okupasi. Meruyaknya kolonialisme abad 19-20, wacana

ekonomi menjelma menjadi upaya eksploitasi yang menguntungkan pihak kolonial.

Pendudukan atas wilayah bersumber daya alam yang kaya sebagai bentuk kejahatan

dunia yang menyengsarakan penduduk lokal dan menimbulkan luka psikologis yang

tak kunjung sembuh. Banyak yang dapat dijadikan objek menarik dari kondisi

ekonomi bangsa ini zaman kolonial. Sejumlah temuan baru yang menyemestakan

dinamika wacana sejarah.

Dari ekonomi, dapat diambil pola umum suatu fenomena, pendekatan Marxis

yang berbicara tentang “pertentangan kelas” proletar dan borjuis. Ketegangan

1W. P. Groneveldt, Nusantara dalam Catatan Tionghoa (Depok: Komunitas Bambu, 2009) h. 5.

Page 3: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

3

antara keduanya disulut atas kesenjangan waktu beraktivitas yang sedemikian besar

dalam produksi. Di satu sisi, seorang pengusaha ingin agar keuntungannya berlipat

dengan menentukan jam kerja seenaknya tanpa memperdulikan kondisi fisik dan

mental pekerjanya, yang juga dapat mendepak sisi kemanusiaan, sehingga mereka

bekerja tak ubahnya robot yang “dipaksa” mengikuti tuannya. Di sisi lain, para

pekerja ini semakin teralienasi dari realitas sosialnya, oleh karena dituntut

keloyalannya, sehingga tidak ada waktu sedikitpun untuk memikirkan harmoni

kehidupan, apalagi memikirkan tentang masyarakatnya.

Menurut Peter Burke, pendekatan Marxis digambarkan sebagai model atau

teori tantang sekuens (tahapan) perkembangan masyarakat (formasi sosial) yang

berhubungan pada sistem ekonomi (cara-cara/modus produksi) dan mengandung

konflik-konflik sosial yakni suatu kontradiksi yang meginisiasi terjadinya krisis,

revolusi, dan perubahan yang terputus-putus.2

Diketahui pendekatan Marxis, tersebut amat kental muatan ekonomi.

Perkembangan masyarakat juga bergantung keadaan ekonominnya. Hal yang

mengemuka adalah masalah kemakmuran serta pertentangan politik antara kaum

buruh maupun para borjuis, tetap saja yang menjadi pemicunya ekonomi. Revolusi

yang terjadi seyogyanya bukan hanya dapat ditela’ah melalui akumulasi kemarahan

kalangan menengah ke bawah dan akhir dari pertentangan para elite/aristokrat dan

rakyatnya, melainkan sejauhmana pemerataan ekonomi yang sudah dilakukan. Jika

pendistribusian ekonomi tidak terpenuhi dan berlangsung dalam waktu yang lama,

maka berimplikasi pada tersulutnya suara lantang perubahan yang langsung

ditujukan pada elite yang berkuasa kala itu.

Dalam wawasan kesejarahan, sudah seyogyanya terjadi dinamika terkait

pendekatan yang digunakan. Citra yang terlihat adalah mewujudkan dinamika dalam

penulisan sejarah. Sejarah pada hakekatnya bukan hanya mengorbit pada kalangan

orang-orang besar an sich, juga hidup dan milik orang bawah. Malahan, jika sisi yang

terakhir yang diangkat, proses pencarian sejarah akan berimbang. Sejarah yang

berkutat di kalangan penguasa seringkali menitikberatkan pada apa yang menjadi

obsesinya, hal positif yang dilakukan semasa pemerintahannya, heroisme dan lain-

lain.

2 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2011) hlm. 212.

Page 4: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

4

Lama-kelamaan, jika wacana ini yang dibangun, pengkajian sejarah masa

mendatang bakal mengalami kelesuan dan kebosanan. Publik membutuhkan suatu

sajian baru yang dikemas lain dan terpadu laiknya sudut politik yang telah banyak

diungkapkan. Hal ini sejatinya berkaitan dengan universalisasi sejarah yang merujuk

pada pendekatan interdisipliner dalam membedah suatu fenomena masa lalu.

SEJARAH DAN PENDEKATAN EKONOMI

Sejarah dengan ilmu-ilmu sosialnya memiliki hubungan yang akrab, yang tidak

bisa dilepaskan dengan manusia sebagai penggerak sejarah sekaligus objek penelitian

sosial. Kesamaan tinjauan ini membawa serta kesepakatan visi untuk menyatukan

pelbagai terma ilmu sosial ke dalam aspek kesejarahan. Lewat ilmu-ilmu sosial,

sejarah dapat berbicara banyak, bukan hanya terpaut pada angka tahun, nama tokoh

maupun peristiwa.

Dengan menggunakan cara pandang baru bersumber dari ilmu-ilmu sosial,

akan mengundang beragam topik yang variatif untuk diungkap. Kerapkali topik-topik

tersebut mengisi kekosongan persepsi yang sering ditemukan ketika menela’ah cerita

masa lalu. Meskipun begitu, Kuntowijoyo mengingatkan untuk memahami terlebih

dahulu tujuan sejarah yang ternyata berbeda dengan tujuan ilmu-ilmu sosial. Tujuan

sejarah adalah menelaah hal-hal yang unik, tunggal, idiografis, dan sekali terjadi;

sedangkan ilmu-ilmu sosial berkonsentrasi pada gejala umum, yang ajeg, nomotetis,

dan merupakan pola. Begitu pula dengan pendekatannya, sejarah selalu bersifat

diakronis, memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis

cenderung melebar dalam ruang. Sejarah mengedepankan proses, ilmu-ilmu sosial

menekankan struktur.3

Salah satu pendekatan dalam studi sejarah adalah ekonomi. Lewat

pendekatan ini beragam informasi baru dapat diunduh. Pembangunan yang terjadi

sepanjang sejarah tidak bisa dilepaskan dalam nomenklatur ini. Sebenarnya,

kemunculan historiografi menggunakan pendekatan ekonomi bukanlah tanpa

pemantik. Fenomena ini lahir dari realitas sosial yang kemudian ikut membidani cara

pandang baru dalam melihat manusia yang berdialektika dengan zamannya. Menurut

Sartono Kartodirdjo mengatakan bahwa: “sejak awal abad ini, sejarah ekonomi dalam

pelbagai aspeknya semakin laris dituliskan, terlebih dalam era yang dipenuhi dengan

gegar modernisasi yang mewabah hampir diseluruh belahan dunia. Salah satu agenda

3 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang,1995), hh. 107-108.

Page 5: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

5

besar yang digagas untuk mencapai taraf modernitas adalah menggalakkan

pertumbuhan bidang ekonomi. Industrialisasi beserta transformasi sosial menjadi

market peradaban yang dipercaya mampu mendongkrak perekonomian ke tingkat

yang teratas. Perubahan sosial pun segera terjadi. Sistem perekonomian tradisional

yang cenderung agraris, lapat-lapat bergeser ke produksi industrial”.4

Hal yang sama menyentuh pada budaya ekonomi bahari. Masa di mana

sebelumnya didominasi oleh kapal-kapal layar tradisional berganti dengan kapal-kapal

besar yang memiliki instalasi mesin digital. Hal lain yang disorot pula Sartono adalah

lekatnya hubungan kolonialisme dengan merkantilisme. Sebagaimana diketahui,

terbentuknya jejaring navigasi atau transportasi perdagangan di satu pihak dengan

pihak lain, jaringan antara lokus industri dan daerah penyedia bahan-bahan mentah,

menyebabkan kemunculan sistem ekonomi global. Sistem ini memiliki hubungan yang

kuat dengan pelbagai ranah lain termasuk politik. Hal tersebut diejawantahkan

dengan pertumbuhan kapitalisme yang dimulai dari kapitalisme komersial, industrial,

hingga fiansial.5 Perkembangan ini menyebabkan beberapa hal:

1. Munculnya dependenitas antar negeri industri dan negeri penyedia barang

mentah;

2. Dominasi politik pihak pertama terhadap pihak yang kedua;

3. Sistem ekonomi daerah berubah menjadi sistem ekonomi negeri penjajah.

Ekonomi menjadi formula penting dalam melihat perubahan sosial. Melalui

perilaku ekonomi suatu bangsa atau penguasa akan mengantar pada latar belakang

historis lainnya, umpamanya adalah bagaimana ia dapat sampai ke ranah masyarakat

yang berstatus sosial tinggi. Salah satunya adalah membaca bagaimana pola

konsumsinya.

Peter Burke menjelaskan bahwa: cara pandang masyarakat Eropa modern

masa awal untuk meningkatkan reputasi sosialnya adalah dengan meniru gaya hidup

kelompok yang status sosialnya lebih tinggi dan mengamalkan “konsumsi yang

berlebihan”. Para bangsawan ini tidak lagi memikirkan laba serta penghematan,

melainkan selalu menapaki posisi penghasilan yang stabil sehingga dapat

membelanjakan pelbagai barang mewah seperti anggur Prancis. Hal ini termasuk pula

4 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1990) h. 136. 5 Lihat Sartono Kartodirdjo, Op Cit, hh. 136-137.

Page 6: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

6

dalam lingkaran “konsumsi yang berlebihan”. Bangsawan golongan ini sebenarnya

belum mewakili manusia ekonomi yang konvensional.6

Selain itu, mode ekonomi juga coba diwujudkan oleh J. C. Van Leur dalam

kumpulan kertas kerjanya yang berjudul Indonesian Trade and Society; Essays in Asian

Social and Economic History. Dalam tulisannya, ia menyinggung peran para paddler

atau “pendayung” yang memiliki peran sebagai para pedagang kecil dalam konteks

perdagangan global.7

Disamping itu, dalam tulisannya, Van Leur juga kerap mendudukkan masalah

politik kerajaan dengan ekonomi, seperti tercermin berikut ini:8

... The ruler of Achin introduced a pepper monopoly, drawing pepper from the ports on the west coast of Sumatra under his dominion, investing his own money, and pushing through sale of his pepper on the market before the free pepper. (It does not seem to me impossible that this pepper monopoly should be viewed as a means of defending the Moslem Achinese-Indian trade against the trade of the foreign Europeans; the Gujarati and Arab buyers were given preference).

Selain van Leur, sejarawan lain yang menggunakan dimensi ekonomi dalam

meneropong dinamika manusia masa lalu, salah satunya adalah Robert van Niel.

Lewat bukunya yang berjudul Sistem Tanam Paksa di Jawa yang merupakan kumpulan

dari kertas kerja seminar dan penelitiannya, van Niel mengetengahkan suatu

fenomena baru dalam melihat keadaan Jawa tahun 1830-1870. Saat itu langit-langit

Jawa sedang dihebohkan dengan suatu kebijakan baru berupa penggalakan

penanaman komoditas perkebunan yang hasilnya dialamatkan untuk menyelamatkan

Belanda dari ancaman negara gagal.

Kebijakan tersebut lebih akrab dikenal dengan nama Sistem Tanam Paksa.

Melalui tulisannya ini, van Niel mencoba mengetengahkan urgensi serta dampak

Tanam Paksa yang ternyata memiliki efek perubahan sosial besar dalam masyarakat

Jawa. Bukan hanya sekedar membicarakan hal ihwal perkebunan, van Niel juga

membeberkan beberapa catatan menarik tentang perombakan sistem birokrasi lokal

para bupati pribumi yang semula hidup makmur disokong dengan upeti serta

memiliki garapan tanah luas menjadi pekerja yang mengabdi peda kepentingan

kolonial secara teoritik, atau dengan kata lain bukan hanya sekedar pengakuan

6 Lihat Peter Burke, Op Cit, h. 99. 7 J. C. Van Leur, Indonesian Trade and Society; Essays in Asian Social adn Economic History (Netherlands: Foris Publications Holland, 1983) h. 133. 8 Lihat, Van Leur, h. 134

Page 7: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

7

melainkan harus merelakan fungsinya dibonsai menjadi seorang pegawai yang digaji

sedangkan wewenangnya atas tanah garapan lebih banyak diatur oleh kolonial.9

Selain itu, dampak radikal dari kehadiran Tanam Paksa adalah menjadi faktor

pemicu hadirnya pihak partikelir dalam perekonomian Hindia Timur. Salah satu kasus

yang mengemuka, adalah ketika menjelang tahun 1850, tanaman dagang teh dan

tembakau telah diproduksi menggunakan cara-cara swasta. Hal ini oleh beberapa

kalangan dipandang sebagai suatu langkah taktis untuk memperbaiki neraca ekonomi

Belanda yang tidak stabil akibat banyaknya uang terkuras untuk mengurusi

pemberontakan dan Perang Belgia (1830-1839).10

Dari contoh tersebut terlihat betapa konsumsi ekonomi dapat bercerita

tentang sejarah suatu kelompok. Pola hidup ekonomi yang mereka lakukan, menjadi

simbol kehidupan masyarakat kelas atas Eropa, termasuk pula bagaimana mereka

bergaul dengan para pedagang langganannya. Lebih jauh, sejarawan saat ini juga

dapat bercerita tentang bagaimana produksi anggur Prancis abad 17 yang tentu saja

memiliki perbedaan bentuk baik dari sisi alat-alat, pendistribusian serta cita rasa pada

setiap masanya. Hal tersebut menjadi tema yang menarik untuk ditelaah.

Lanjut Burke, para sejarawan sosial banyak yang mengadopsi konsep

konsumsi berlebihan sebagai satu bentuk perilaku ekonomi para bangsawan abad 17.

Tidak saja berhenti di satu kawasan, konsep ini juga ramai digunakan untuk

memetakan kegiatan pembelanjaan harta para bangsawan di Inggris, Polandia, Italia,

serta yang lainnya.11 Dari Penyelidikan Perilaku ekonomi kalangan elite, dapat

diketahui posisi mereka dalam struktur sosial masyarakat Eropa. Namun begitu,

penelitian per kasus ini juga membutuhkan elaborasi dengan beberapa penyesuaian,

terutama dengan realitas sosial.

Jika sudah demikian, wacana ekonomi membutuhkan pula pendekatan

teorotis untuk mengungkap pola umum dari periaku ekonomi. Dalam suatu kertas

kerjanya, John Habakkuk12 mengungkapkan bahwa:

“Economic theory characteristically proceeds by building a model, a simplified, abstract version of the real world. A model is more than a hypothesis; it is a series of functional relations between the various elements of which an

9 Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa (Jakarta: LP3ES, 2003) h. 4. 10 Lihat, Robert van Niel, h. 123 dan 131. 11 Lihat Peter Burke, h. 100. 12 John Habakkuk, “Economic History and Economic Theory” dalam Daedelus, Vol. 100, No. 2, The Historian and the World of Twentieth Century (Spring, 1971), h. 305.

Page 8: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

8

economy is composed. The major economic elements are isolated-wages, capital, investment, consumption, and so forth-and certain relationships between them are postulated. For the purpose of any particular exercise, certain of the factors are assumed to be constant and the consequences of the postulated relations between the variables are worked out on a variety of different assumptions. The notion that underlies this procedure is that the multitudinous facts of economic life constitute a system”.

Walaupun terlihat peran teori amatlah privatif, namun Habakkuk berusaha

menghubungkan fenomena umum yang terjadi dalam kegiatan sehari-hari manusia

secara teoritik. Dengan begitu, terma ekonomi dapat digunakan sebagai pisau analisa

dalam membuka fenomena masa lampau. Kecenderungan umum yang menjadi ciri

khas suatu teori dapat disuguhkan secara fleksibel utamanya untuk menelisik

pinggiran sejarah yang belum banyak diungkap.

Yang perlu diperhatikan adalah perihal sistem teori ekonomi. Sebelum

menggunakan beragam pendekatan yang disediakan dalam teori ekonomi, penting

untuk memahami pola teroritis dari suatu kegiatan ekonomi. Untuk itu, para

sejawaran maupun peneliti, hendaknya memiliki pengetahuan terkait teori ekonomi

yang akan digunakan untuk meneliti fenomena sejarah. Pada perkembangannya,

sejarah ekonomi juga kerap digunakan para ekonom sebagai ilustrasi akan suatu teori

ekonomi.13 Hal ini menunjukkan betapa pengkajian sejarah begitu kosmopolit

sehingga dapat berkontribusi dalam lintas sektor.

Pendekatan sejarah ekonomi banyak diperbicangkan sejarawan Barat, bagi

sejarawan yang fokus pada kajian sejarah ekonomi Islam dapat meminjam kerangka

kerja mereka. Satu hal yang dilihat adalah meminjam model analisa mereka untuk

membedah tema sejarah ekonomi Islam, seperti masalah perdagangan, rute

perdagangan, profesi yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, aktivitas pelabuhan

serta kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh seorang raja atau sultan.

Untuk saat ini, rasanya kita masih perlu mengambil inspirasi teori atau aneka

ragam pendekatan ekonomi dari Barat. Hal ini dikarenakan, masih belum terukur dan

terujinya aneka ragam pendekatan dari ilmu sejarah Islam, jika tidak bisa dibilang

tidak ada. Kegoncangan politik yang sempat melanda Timur Tengah pada dekade

sebelumnya, membuat aktivitas ilmu sejarah di kampus-kampus ternama Timur

Tengah mengalami kemandegan berpikir. Ini belum menghitung pada kesempatan

13 Lihat John Habakkuk, Op Cit, h. 307.

Page 9: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

9

penerbitan suatu laporan penelitian skala global yang melibatkan para sejarawan

maupun akademisi internasional. Kajian teoritis sejarah Islam yang lahir dari rahim

intelektual Arab sendiri jumlahnya belum banyak dan dibaca oleh akademisi dari

belahan dunia lainnya.

PERKEMBANGAN KAJIAN SEJARAH EKONOMI DI UNIVERSITAS ISLAM

Perkembangan sejarah ekonomi yang dikaji oleh sejarawan berlatar belakang

universitas umum, sayangnya tidak banyak terjadi di kalangan sejarawan yang berasal

dari universitas Islam. Dalam beberapa dialog, kerap dijumpai perbedaan bangunan

wacana. Jika sejarawan dari Universitas Gadjah Mada atau Universitas Indonesia

sudah fasih berbicara tentang tema-tema sejarah ekonomi, seperti sejarah pabrik,

sejarah pertanian atau sejarah pasar, maka hal serupa masih jarang dijumpai di

kalangan sejarawan kampus Islam. Tentu saja, ketidakbisaan mereka membicarakan

tema terkait bukan berasal dari ketidaksiapannya, melainkan pada struktur bangunan

pemikiran kesejarahan yang berbeda dengan sejarawan umum lainnya.

Menimbang perkembangan penulisan sejarah yang massif, rasanya, sejarawan

kampus Islam perlu membuka diri untuk membaca laporan kerja sejarah ekonomi. Hal

ini ditujukan agar mereka memiliki kemantapan narasi serta teori dalam membincang

tumbuhkembang perekonomian umat Islam dalam suatu dekade. Wacana sejarah

politik era kesultanan atau era partai Islam di zaman Orde Lama maupun Orde Baru

bukannya tidak penting, melainkan tindakan ini diupayakan untuk menciptakan kelas

baru atau setidaknya mindset terbarukan mengenai sejarah ekonomi. Dalam hal lain,

tentu saja cara ini sekaligus untuk membuktikan bahwa sejarawan kampus Islam

bukan hanya fasih membicarakan tentang bangkit dan runtuhnya Dinasti Umayyah

dan Dinasti Abbasiyah.

Dalam peta sejarah Islam sendiri, sebenarnya banyak sekali tema turunan

yang bisa dijadikan bahan telaah. Hanya saja, upaya tersebut belum banyak dilirik oleh

sejarawan kampus Islam. Sebagian dari mereka masih asyik dengan tema politik yang

tidak sedikit darinya hanya repetisi dari tema-tema yang ditulis di masa lalu. Misalnya

saja ketika membicarakan Baghdad sebagai ibukota umat Islam abad 11 – 12 M. Kita

bisa saja membicarakan tentang pertumbuhan ekonomi masa kekhalifahan itu, yakni

dengan membicarakan satu atau beberapa aspek perkembangan ekonomi. Baghdad

sendiri merupakan salah satu pos penting perdagangan dan termasuk dalam rute

Page 10: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

10

jalur sutera. Dewasa ini, masyarakat agaknya perlu dikabari tentang bagaimana

kemajuan Baghdad melalui jalur perdagangan ini.

Dalam beberapa kesempatan, wacana kesejarahan dapat menjadi pemantik

penting kesadaran bersejarah, baik skala lokal maupun internasional. Sebagaimana

diketahui, Baghdad paska kepemimpinan Saddam Husein, tidak lagi terhitung sebagai

ibukota penting dunia Islam. Invasi besar yang digalang Amerika Serikat dan negara-

negara sekutunya pada 2003, telah menempatkan ibukota besar dunia Islam ke ujung

tanduk jurang kehancuran. Dewasa ini, banyak dari kita yang hampir lupa mengenai

kebesaran Baghdad selain melalui kisah populer Seribu Satu Malam yang berkali-kali

mengambil set di istana kekhalifahan Baghdad. Cerita yang sesungguhnya menjadi

nyanyian sendu dari kisah kebesaran suatu kota yang kini nyaris menjadi kota yang

jatuh dalam kegagalan fungsi kosmopolitanismenya.

G. Le Strange menulis karya yang baik mengenai bagaimana terbentuknya

kota Baghdad sebagai ibukota kekhalifahan Abbasiyah. Terlihat, karyanya ini telah

menggunakan sudut pandang tata kota sebagai latar ceritanya dan mulai

meninggalkan tema politik sebagaimana yang biasa dijumpai dalam tulisan-tulisan

mengenai sejarah Islam Abbasiyah tedahulu. Latar politik bukannya tidak penting,

hanya kadarnya saja yang perlu diatur, agar tidak menjadi semacam pandu dalam

penulisan suatu karya sejarah. Buku Le Strange dapat dijadikan pemahaman awal

bagaiman seharusnya sejarawan kampus Islam mulai tergugah untuk membicarakan

tema-tema klasik dengan perbincangan yang mondial dan kekinian.

Baghdad merupakan kota yang hidup dari pendapatan ekonominya. Selain

dari rombongan karavan yang lalu lalang setiap hari keluar masuk kota ini, ternyata

kota ini juga mendapat pemasukan dari perdagangan sungainya. Diceritakan bahwa

di era kekhalifahan sekitar abad 10 – 11, Baghdad mempunyai sejumlah kanal yang

kerap digunakan sebagai jalur perdagangan yang terhubung dengan jalur air yang

lebih besar seperti sungai Eufrat dan Tigris. Beberapa kanal ini telah digunakan sejak

masa Persia pra-Islam.14 Dalam kajian sejarah ekonomi, melihat jalur air tentu

diperlukan untuk menelisik kemungkinan adanya jalur perdagangan dari wilayah

pedalaman ke bagian pesisir, lokus (tempat) di mana jalur dagang utama dunia saling

terhubung.

14 G. Le Strange, Baghdad During Abbasid Caliphate; From Contemporary Arabic and Persian Sources (New York: Routledge, 2018) hlm. 47 – 56.

Page 11: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

11

Ibukota Abbasiyah merupakan tempat di mana segala macam bangsa

berkumpul. Sejak abad 10 M, Baghdad telah menjelma menjadi kota multikultural

yang menjunjung tinggi persamaan (penyesuaian) hak dan kewajiban warganya.

Meskipun khalifah dijabat oleh orang Islam, tidak lantas membuatnya mengadakan

pembatasan terhadap kelompok selain Islam yang ingin mengembangkan potensi

dirinya. Tercatat dalam sejarah, terdapat sekumpulan pengusaha Yahudi di Baghdad

yang telah mendirikan lembaga keuangan swasta, lebih tepatnya semacam bank di

Abad Pertengahan, yang berperan dalam mengatur alur keuangan yang beredar di

kota ini. Jika menggunakan perspektif kekinian, peran bank tentu amat dibutuhkan

untuk merangsang perkembangan ekonomi kerakyatan, dari kelas bawah hingga

kelas atas. Hal serupa ternyata sudah ditemukan pula modelnya di Baghdad masa

silam.15

Jika diperhatikan, para penulis dari Barat sudah mulai melihat adanya peran

subkultur yang dilakukan oleh masyarakat Baghdad di masa kekhalifahan. Para

pedagang maupun bankir Yahudi juga layak diperbincangkan dalam perkembangan

sejarah Islam, mengingat mereka adalah struktur yang ikut membangun kebesaran

suatu peradaban. Sudah saatnya, kontribusi mereka diperbincangkan secara lebih

serius dan mendalam bukan hanya sepintas lalu. Hal demikian bukanlah justru

mereduksi sejarah, oleh sebab membicarakan orang non-Muslim, melainkan justru

menunjukkan betapa kaya rayanya sejarah Islam yang di dalamnya turut

mengakomodir atau setidaknya memberi panggung bagi tumbuhnya elit non-Muslim

yang dapat berkecimpung dalam suatu gerak massa.

Membicarakan ekonomi dalam sejarah juga dapat merambah ke sektor alat

transportasi atau pengangkut suatu komoditas dagang. Di Abad Pertengahan Islam,

masa di mana perdagangan menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan

manusia sebagai wahana mendapatkan keuntungan, kebutuhan akan alat

transportasi yang memadai, awet dan tahan lama mutlak diperlukan. Terlebih bagi

para saudagar Arab yang biasa menempuh rute laut untuk mengangkut barang

dagangnya. Pengadaan kapal muatan yang besar, kokoh dan berkualitas bagus

adalah suatu keniscayaan, dan kajian mengenainya termasuk dalam sub sejarah

ekonomi Islam.

15 Walter Fischel, “The Origin of Banking in Medieval Islam: A Contribution to the Economic History of the Jews of Baghdad in the Tenth Century”, dalam Journal of the Royal Asiatic Society, Vol. 65, No. 2, 1993, hh. 339 – 352.

Page 12: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

12

Alan Villiers mencoba melihat kapal dagang Arab secara lebih detil melalui

beberapa aspek yang mengitarinya. Ia menemukan informasi bahwa pada akhir tahun

1939, di Teluk Persia masih beroperasi kapal Arab yang mempunyai muatan 300 ton

dan yang terkecil berukuran muatan 75 ton. Kapal ini menampung muatan dari

beberapa pos dagang di sungai Basra kemudian mengantarkannya ke pantai-pantai

India dan Afrika Timur. Pelayaran ke India dilakukan dua kali dan ke Afrika hanya

sekali dalam setahun. Dari pantai India kapal ini membawa sejumlah material

bangunan, seperti sabut untuk tali pengikat dan kayu jati jati Malabar. Dari Afrika

Timur, kapal ini mengangkut tiang-tiang dari kayu mangrove yang didapat dari delta

Sungai Rufiji di Tanganyika dan dari pelabuhan Lamu di Koloni Kenya. Tiang mangrove

biasanya digunakan untuk bahan bangunan kamar-kamar di rumah orang Kuwait.

Biasanya, dari pelabuhan Kuwait, kapal ini mengangkut air minum yang akan

digunakan sepanjang perjalanan di laut lepas.16

Etos usaha kolektif kerap ditunjukkan oleh para pedagang Muslim di segala

penjuru dunia, termasuk di belahan dunia yang memiliki iklim keras seperti Afrika.

Dennis D. Cordell mencoba melihat kaitan antara etos dagang dengan perkumpulan

tarekat Sanusiyah yang terdapat di jalur dagang Libya – Sudan pada sekitar abad 19.

Sejak 1860-an, persaudaraan tarekat Sanusiyah mempunyai peran besar dalam

mengembangkan jalur dagang trans-Sahara. Perjalanan yang panjang serta iklim yang

tidak bersahabat tentu membutuhkan suatu pemecahan, di antaranya adalah

pertalian antarpedagang dengan penduduk lokal dan ini bisa disatukan manakala

mereka memiliki ikatan yang teguh, seperti persaudaraan tarekat. Meskipun antara

pedagang pendatang dengan penduduk suatu kampung di rute trans-Sahara tidak

saling mengenal, namun dengan kesamaan tarekat, mereka akan segera akrab.

Perkenalan ini bisa menumbuhkan pada ikatan kepercayaan. Persaudaraan tarekat

juga memiliki fungsi sekuritas (keamanan) bagi suatu karavan dagang.17

Dari beberapa contoh tema di atas diketahui masih banyak tema sejarah

ekonomi Islam yang belum banyak ditulis. Tema-tema itu merupakan sekelumit tema

sejarah ekonomi dunia, dan ini belum menghitung aneka ragam tema lain yang

bertalian dengan sejarah ekonomi Islam di kawasan Asia Tenggara, khususnya

16 Alan Villiers, “Some Aspects of the Arab how trade”, dalam Middle East Journal, Vol. 2, No. 4, 1948, hh. 399 – 414. 17 Dennis D. Cordell, “Eastern Libya, Wadai and the Sanusiya: A Tariqa and a Trade Route”, dalam The Journal of African History, Vol. 18, No. 1, 1977, hh. 21 – 36.

Page 13: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

13

Nusantara. Diperlukan sikap terbuka dan langkah-langkah kerja yang intensif untuk

menemukan tema-tema serupa. Pembacaan – pembacaan dokumen sejarah sudah

menjadi kewajiban bagi para peneliti sejarah untuk bisa mendapatkan tema-tema

yang original dan bermutu, selain juga keluangan waktu untuk mencari sumber-

sumber primer maupun sekunder yang relevan.

KATA AKHIR

Sejarah, sebagaimana dipahami publik, melulu berhubungan dengan

peristiwa besar, orang besar, maupun tugas besar yang dilakukan pada masa lampau.

Terkait hal ini, sejarah pada perkembangannya kerapkali ditukangi oleh misi tertentu

yang cenderung mementingkan segologan manusia dan berimplikasi pada sejarah

yang bermuatan subjektif. Untuk itu pengadaan beragam varian lain amat dibutuhkan

agar sejarah tidak terkesan monolitik dan eksklusif. Namun begitu pernyataan

tersebut bukan bermaksud mendisposisikan peran politik dalam studi kesejarahan.

Sejarah ekonomi menjadi varian alternatif bagi pemenuhan suatu cara

pandang baru dalam kelengkapan sejarah secara universal. Pendekatan ekonomi

yang kerapkali digunakan menjadi upaya strategis untuk memetakan beragam sudut

pandang yang belum banyak diungkap dalam sejarah istanasentris.

Sebelum menggunakan pelbagai bentuk pendekatan ekonomi termasuk

kerangka teorinya, para sejarawan diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai

terkait suatu dudut pandang ekonomi yang akan digunakan. Hal ini penting

diperhatikan, mengingat pada hakikatnya sejarah dan ekonomi merupakan dua

wilayah yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Burke, Peter, (2011), Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Cordell, Dennis D., (1977), “Eastern Libya, Wadai and the Sanusiya: A Tariqa and a Trade Route”, dalam The Journal of African History, Vol. 18, No. 1,

Fischel, Walter. (1993), “The Origin of Banking in Medieval Islam: A Contribution to the Economic History of the Jews of Baghdad in the Tenth Century”, dalam Journal of the Royal Asiatic Society, Vol. 65, No. 2.

Habakkuk, John, (1971), “Economic History and Economic Theory” dalam Daedelus, Vol. 100, No. 2, The Historian and the World of Twentieth Century (Spring).

Groneveldt, W. P., (2009), Nusantara dalam Catatan Tionghoa, Depok: Komunitas Bambu

Page 14: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

14

Kuntowijoyo, (1995), Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang

Kartodirdjo, Sartono, (1990), Pendekatan Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia

Le Strange, G., (2018), Baghdad During Abbasid Caliphate; From Contemporary Arabic and Persian Sources, New York: Routledge

Van Leur, J. C., (1983), Indonesian Trade and Society; Essays in Asian Social adn Economic History, Netherlands: Foris Publications Holland

Van Niel, Robert, (2003), Sistem Tanam Paksa di Jawa, Jakarta: LP3ES

Villiers, Alan. (1948), “Some Aspects of the Arab dhow trade”, dalam Middle East Journal, Vol. 2, No. 4

TEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH EKONOMI ISLAM. SUATU TINJAUAN AWAL

Page 15: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

15

Lesi Maryani

STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email:

Abstrak

Sejarah merupakan lapangan penelitian yang luas untuk ditelaah. Jamak diketahui, sejarah melulu dikaitkan dengan peristiwa politik yang berkisar dengan perebutan tahta, ekspansi, peperangan serta wacana heroisme lain yang kerapkali ditukangi oleh kepentingan golongan. Dinamika di meja para kritikus sejarah membawa implikasi pada beragam cara pandang baru dalam membedah suatu peristiwa masa lalu. Salah satu pendekatan alternatif dalam membaca suatu fenomena masa silam dengan menggunakan kaca mata ekonomi. Ekonomi menjadi kebutuhan primer manusia. Ketamaddunan peradaban tidak hanya bisa diukur melalui kemegahan bangunan serta luasnya teritorial, melainkan juga bisa ditelisik bagaimana sumber kemakmurannya didapatkan. Sudut pandang ekonomi, dianggap efektif untuk mengungkap hal tersebut. Bisa dipastikan, kebesaran suatu peradaban tentu ditopang oleh bidang ekonomi yang telah kokoh terbangun. Ini akan menjadi narasi besar yang menarik untuk ditelaah, karena buah dari kejadian dari masa lalu, terkadang masih dapat dirasakan hingga masa kini. Wacana sejarah ekonomi Islam, yang merupakan bagian dari sejarah ekonomi umum, agaknya masih perlu dikembangkan. Tulisan ini juga akan menyorot sekelumit pandangan penulis tentang bagaimana keadaan penulisan sejarah ekonomi Islam di kalangan para sejarawan dan akademisi yang berlatar di kampus-kampus Islam di Indonesia. untuk melengkapi tulisan ini dipaparkan sebagian tema-tema sejarah ekonomi yang dapat dijadikan bahan telaah pada kesempatan kemudian.

Kata kunci: teori, tema, sejarah ekonomi dan ketertinggalan wacana

A. Manusia dan Ekonomi

Ekonomi menjadi faktor penting dalam kehidupan manusia. Hampir sebagian

besar porsi kehidupan manusia dihabiskan untuk bergulat dalam bidang ini.

Bagaimanapun bentuk peradabannya; kecil, tengah maupun besar, menyorot sektor

ini sebagai sarana memperoleh kamajuan. Modalitas ini diyakini sebagai sumber yang

akan mengundang berbagai kemajuan di bidang lainnya. Kekuatan uang memainkan

peran besar dalam membentuk sejarah manusia.

Sebagaimana banyak dituliskan dalam sejarah, peristiwa-peristiwa besar yang

terjadi di dunia tak terlepas dari dimensi ekonomi. Salah satu kesepakatan umum dari

sejumlah sejarawan adalah terbukanya perdagangan lintas benua menjadi motor bagi

lembaran baru sejarah manusia. Perdagangan menjadi bagian penting dalam proyek

membangun peradaban yang kuat.

Page 16: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

16

Rempah-rempah yang menjadi buruan para pedagang internasional menjadi

pemantik ramainya lalu lintas perdagangan global. Untuk mengetahui bagaimana

ramainya kekuatan ekonomi dunia, berikut merupakan sekelumit uraian dari Sejarah

Dinasti Liang (502-557), tentang hubungan Cina dengan negara-negara Asia:18

Pengalaman saya menunjukkan bahwa para penguasa dari negara-negara yang lebih kecil di Asia sering melakukan perdagangan dan memperluas operasi mereka hingga ke Tiongkok. Tentu saja mereka ingin mengambil hati penguasaTiongkok dengan cara memberikan sejumlah hadiah yang ternyata diterima. Contoh ini diikuti oleh para pedagang swasta yang menyamar sebagai utusan dari negara yang jauh. Dengan memberikan sedikit barang dagangan, mereka ingin mendapatkan fasilitas perdagangan atau mendapatkan akses hingga ke ibukota. Mereka tidak merugi karena barang dagangan ini akan diganti nilainya berlipat ganda. Bagaimanapun di masa lalu Tiongkok memiliki tempat yang sangat tinggi di mata negara-negara Asia. Tingginya kebudayaan, kemewahan istananya, luas dan kayanya wilayah Tiongkok membuat kagum negara-negara lainnya. Dibandingkan dengan Tiongkok, negara-negara yang lain tidak ada apa-apanya. Karena itu penguasa ini merasa mendapat kehormatan jika bisa menjalin hubungan dengan Tiongkok.

Cina yang pada abad 6, sudah menjelma menjadi kerajaan besar dunia

menggunakan koneksi diplomatik untuk memperkuat kerjasama ekonominya.

Walaupun kepentingan politik kerapkali dikedepankan, agenda ekonomi senantiasa

tak luput dari pembicaraan lintas kerajaan, sebagaimana yang disebutkan dalam

uraian di atas.

Lewat perniagaan, masing-masing bangsa dapat saling bertemu dan bertukar

pikiran mengenai khazanah daerahnya masing-masing. Dengan begitu dialogisasi

antar bangsa menjadi sebuah keniscayaan. Setiap pihak dapat belajar serta mengenal

beragam produk budaya baru yang tidak ditemukan di lingkungannya. Tak ayal, dari

proses perdagangan ini dapat menjadi kesempatan encounter of civilization yang

kemudian dapat menjelma menjadi stimulan bagi dinamika sosial.

Selanjutnya, sejarah juga membentangkan pelajaran bahwa dorongan ide

ekonomi juga dapat berubah menjadi okupasi. Meruyaknya kolonialisme abad 19 dan

20, menjadi tengara betapa wacana ekonomi bisa menjelma menjadi upaya

eksploitasi yang menguntungkan pihak kolonial. Pendudukan atas wilayah bersumber

18 W. P. Groneveldt, Nusantara dalam Catatan Tionghoa (Depok: Komunitas Bambu, 2009) hlm. 5.

Page 17: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

17

daya alam kaya merupakan bentuk kejahatan dunia yang menyengsarakan penduduk

lokal dan menimbulkan luka psikologis yang tak kunjung sembuh. Banyak yang dapat

dijadikan objek menarik dari kondisi ekonomi bangsa ini di zaman kolonial. Dari sini

akan muncul pelbagai temuan baru yang akan menyemestakan dinamika wacana

sejarah.

Dari ekonomi, dapat diambil pula suatu pola umum dari suatu fenomena.

Salah satu yang paling dikenal adalah pendekatan Marxis yang berbicara tentang

“pertentangan kelas” proletar dan borjuis. Ketegangan antara keduanya disulut atas

kesenjangan waktu beraktivitas yang sedemikian besar dalam produksi.

Di satu sisi, seorang pengusaha ingin agar keuntungannya berlipat dengan

menentukan jam kerja seenaknya tanpa memperdulikan kondisi fisik dan

mentalpekerjanya, yang juga dapat mendepak sisi kemanusiaan, sehingga mereka

bekerja tak ubahnya robot yang “dipaksa” untuk mengikuti tuannya. Di sisi lain, para

pekerja ini semakin teralienasi dari realitas sosialnya, oleh karena dituntut

keloyalannya, sehingga tidak ada waktu sedikitpun untuk memikirkan harmoni

kehidupan, apalagi memikirkan tentang masyarakatnya.

Merrujuk pada pemahaman Peter Burke, pendekatan Marxis dapat

digambarkan sebagai model atau teori tantang sekuens (tahapan) perkembangan

masyarakat (formasi sosial) yang berhubungan pada sistem ekonomi (cara-

cara/modus produksi) dan mengandung konflik-konflik sosial yakni suatu kontradiksi

yang meginisiasi terjadinya krisis, revolusi, dan perubahan yang terputus-putus.19

Diketahui, pendekatan Marxis, sebagaimana teleh disebutkan, amat kental

dengan muatan ekonomi. Perkembangan masyarakat juga bergantung dengan

keadaan ekonominnya. Walaupun yang tampak mengemuka adalah masalah

kemakmuran serta pertentangan politik antara kaum buruh maupun para borjuis,

tetap saja yang menjadi pemicunya adalah ekonomi. Revolusi yang terjadi

seyognyanya bukan hanya dapat ditelaah melalui akumulasi dari kemarahan kalangan

menengah ke bawah dan akhir dari pertentangan para elite dan rakyatnya, melainkan

juga sejauh mana pemerataan ekonomi yang sudah dilakukan. Jika pendistribusian

ekonomi tidak terpenuhi dan berlangsung dalam waktu yang lama, maka berimplikasi

19 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2011) hlm. 212.

Page 18: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

18

pada tersulutnya suara lantang perubahan yang langsung ditujukan pada elite yang

berkuasa kala itu.

Dalam wawasan kesejarahan, sudah seyogyanya terjadi dinamika terkait

dengan pendekatan yang akan digunakan. Citra yang paling terlihat adalah

mewujudkan dinamika dalam penulisan sejarah. Sejarah pada hakekatnya bukan

hanya mengorbit pada kalangan orang-orang besar an sich, namun juga hidup dan

milik orang bawah. Malahan, jika sisi yang terakhir yang diangkat maka proses

pencarian sejarah akan berimbang. Dikatakan demikian karena sejarah yang berkutat

di kalangan penguasa seringkali menitikberatkan pada apa yang menjadi obsesinya,

hal-hal positif yang telah dilakukan semasa pemerintahannya, heroisme dan lain-lain.

Lama-kelamaan, jika wacana ini saja yang dibangun, maka pengkajian sejarah

di masa mendatang dapat mengalami kelesuan dan kebosanan. Publik membutuhkan

suatu sajian baru yang dikemas lain dan terpadu laiknya sudut politik yang telah

banyak diungkapkan. Hal ini sejatinya amat berkaitan dengan universalisasi sejarah

yang merujuk pada pendekatan interdisipliner dalam membedah suatu fenomena

masa lalu.

B. Sejarah Ekonomi dan Pendekatan Ekonomi

Sejarah dengan ilmu-ilmu sosial memiliki hubungan yang akrab. Hal ini tidak

bisa dilepaskan dengan manusia yang memang menjadi penggerak dari sejarah juga

objek dari penelitian sosial. Kesamaan tinjauan ini membawa serta pada kesepakatan

visi untuk menyatukan pelbagai terma ilmu sosial ke dalam aspek kesejarahan. Lewat

ilmu-ilmu sosial, sejarah dapat berbicara banyak, bukan hanya terpaut pada angka

tahun, nama tokoh maupun peristiwa.

Dengan menggunakan cara pandang baru bersumber dari ilmu-ilmu sosial,

maka akan mengundang beragam topik yang lebih variatif untuk diungkap. Kerapkali

topik-topik ini mengisi kekosongan persepsi yang sering ditemukan ketika menelaah

cerita masa lalu. Meskipun begitu, Kuntowijoyo mengingatkan untuk memahami

terlebih dahulu tujuan sejarah yang ternyata berbeda dengan tujuan ilmu-ilmu sosial.

Page 19: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

19

Tujuan sejarah adalah menelaah hal-hal yang unik, tunggal, idiografis, dan

sekali terjadi; sedangkan ilmu-ilmu sosial berkonsentrasi pada gejala umum, yang ajeg,

nomotetis, dan merupakan pola. Begitu pula dengan pendekatannya, sejarah selalu

bersifat diakronis, memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis

cenderung melebar dalam ruang. Sejarah mengedepankan proses, ilmu-ilmu sosial

menekankan struktur.20

Salah satu pendekatan yang menarik untuk diterapkan dalam studi sejarah

adalah ekonomi. Lewat pendekatan ini beragam informasi baru dapat diunduh.

Pembangunan yang terjadi sepanjang sejarah tidak bisa dilepaskan dalam

nomenklatur ini.

Sebenarnya, kemunculan historiografi menggunakan pendekatan ekonomi

bukanlah tanpa pemantik. Fenomena ini lahir dari latar belakang realitas sosial yang

kemudian ikut membidani cara pandang baru dalam melihat manusia yang

berdialektika dengan zamannya. Senada dengan hal tersebut, Sartono Kartodirdjo

mengatakan bahwa sejak awal abad ini, sejarah ekonomi dalam pelbagai aspeknya

semakin laris dituliskan, terlebih dalam era yang dipenuhi dengan gegar modernisasi

yang mewabah hampir diseluruh belahan dunia.

Salah satu agenda besar yang digagas untuk mencapai taraf modernitas

adalah menggalakkan pertumbuhan bidang ekonomi. Industrilisasi beserta

transformasi sosial menjadi maket peradaban yang dipercaya mampu mendongkrak

perekonomian ke tingkat yang teratas. Perubahan sosial pun segera terjadi. Sistem

perekonomian tradisional yang cenderung agraris, lapat-lapat bergeser ke produksi

industrial.21 Hal yang sama menyentuh pula pada budaya ekonomi bahari. Masa yang

sebelumnya didominasi oleh kapal-kapal layar tradisional berganti dengan kapal-kapal

besar yang memiliki instalasi mesin digital.

Hal lain yang disorot oleh Sartono adalah lekatnya hubungan kolonialisme

dengan merkantilisme. Sebagaimana diketahui, terbentuknya jejaring navigasi atau

transportasi perdagangan di satu pihak dengan pihak lain, jaringan antara lokus

industri dan daerah penyedia bahan-bahan mentah, menyebabkan kemunculan

20 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang,1995) hlm. 107-108. 21 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1990) hlm. 136.

Page 20: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

20

sistem ekonomi global. Sistem ini memiliki hubungan yang kuat dengan pelbagai

ranah lain termasuk politik. Hal tersebut diejawantahkan dengan pertumbuhan

kapitalisme yang dimulai dari kapitalisme komersial, industrial, hingga fiansial.

Perkembangan ini menyebabkan beberapa hal sebagai berikut:22

4. Munculnya dependenitas antar negeri industri dan negeri penyedia barang

mentah;

5. Dominasi politik pihak pertama terhadap pihak yang kedua;

6. Sistem ekonomi daerah berubah menjadi sistem ekonomi negeri penjajah.

Ekonomi menjadi formula penting dalam melihat perubahan sosial. Melalui

perilaku ekonomi suatu bangsa atau penguasa maka akan mengantar pada latar

belakang historis lainnya, umpamanya adalah bagaimana ia dapat sampai ke ranah

masyarakat yang berstatus sosial tinggi. Salah satu hal yang bisa digunakan adalah

membaca bagaimana pola konsumsinya.

Peter Burke menjelaskan, cara pandang masyarakat Eropa modern masa awal

untuk meningkatkan reputasi sosialnya adalah dengan meniru gaya hidup kelompok

yang status sosialnya lebih tinggi dan mengamalkan “konsumsi yang berlebihan”.

Para bangsawan ini tidak lagi memikirkan laba serta penghematan, melainkan selalu

menapaki posisi penghasilan yang stabil sehingga dapat membelanjakan pelbagai

barang mewah seperti anggur Prancis. Hal ini termasuk pula dalam lingkaran

“konsumsi yang berlebihan”. Bangsawan golongan ini sebenarnya belum mewakili

manusia ekonomi yang konvensional.23

Selain itu, mode ekonomi juga coba diwujudkan oleh J. C. Van Leur dalam

kumpulan kertas kerjanya yang berjudul Indonesian Trade and Society; Essays in Asian

Social adn Economic History. Dalam tulisannya, ia menyinggung peran para paddler

atau “pendayung” yang memiliki peran sebagai para pedagang kecil dalam konteks

perdagangan global.24

22 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Sosial, hlm. 136-137. 23 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, hlm. 99. 24 J. C. Van Leur, Indonesian Trade and Society; Essays in Asian Social adn Economic History ( Netherlands: Foris Publications Holland, 1983) hlm. 133.

Page 21: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

21

Disamping itu, dalam tulisannya, Van Leur juga kerap mendudukkan masalah

politik kerajaan dengan ekonomi, seperti tercermin berikut ini:25

... The ruler of Achin introduced a pepper monopoly, drawing pepper from the ports on the west coast of Sumatra under his dominion, investing his own money, and pushing through sale of his pepper on the market before the free pepper. (it does not seem to me impossible that this pepper monopoly should be viewed as a means of defending the Moslem Achinese-Indian trade against the trade of the foreign Europeans; the Gujarati and Arab buyers were given preference).

Penguasa Aceh memperkenalkan monopoli rempah-rempah, yakni penguasaan rempah-rempah di pelabuhan pantai barat Sumatra. Ia menginvestasikan uangnya dan mengatur harga rempah di pasaran sebelum harga rempah mengalami penurunan. (Bagi saya ini bukan berarti tidak ada kemungkinan bahwa adanya monopoli rempah adalah untuk menjaga perdagangan Aceh-India menghadapi pedagang Eropa; para saudagar Gujarat dan Arab termasuk yang diistimewakan).

Disamping van Leur, sejarawan lain yang menggunakan dimensi ekonomi

dalam meneropong dinamika manusia masa lalu, salah satunya adalah Robert van

Niel. Lewat bukunya yang berjudul Sistem Tanam Paksa di Jawa yang merupakan

kumpulan dari kertas kerja seminar dan penelitiannya, van Niel mengetengahkan

suatu fenomena baru dalam melihat keadaan Jawa tahun 1830-1870. Saat itu langit-

langit Jawa sedang dihebohkan dengan suatu kebijakan baru berupa penggalakan

penanaman komoditas perkebunan yang hasilnya dialamatkan untuk menyelamatkan

Belanda dari ancaman negara gagal.

Kebijakan tersebut lebih akrab dikenal dengan nama Sistem Tanam Paksa.

Melalui tulisannya ini, van Niel mencoba mengetengahkan urgensi serta dampak

Tanam Paksa yang ternyata memiliki efek perubahan sosial besar dalam masyarakat

Jawa. Bukan hanya sekedar membicarakan hal ihwal perkebunan, van Niel juga

membeberkan beberapa catatan menarik tentang perombakan sistem birokrasi lokal

para bupati pribumi yang semula hidup makmur disokong dengan upeti serta

memiliki garapan tanah luas menjadi pekerja yang mengabdi peda kepentingan

kolonial secara teoritik, atau dengan kata lain bukan hanya sekedar pengakuan

25 Van Leur, Indonesian Trade, hlm. 134

Page 22: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

22

melainkan harus merelakan fungsinya dibonsai menjadi seorang pegawai yang digaji

sedangkan wewenangnya atas tanah garapan lebih banyak diatur oleh kolonial.26

Selain itu, dampak radikal dari kehadiran Tanam Paksa adalah menjadi faktor

pemicu hadirnya pihak partikelir dalam perekonomian Hindia Timur. Salah satu kasus

yang mengemuka, adalah ketika menjelang tahun 1850, tanaman dagang teh dan

tembakau telah diproduksi menggunakan cara-cara swasta. Hal ini oleh beberapa

kalangan dipandang sebagai suatu langkah taktis untuk memperbaiki neraca ekonomi

Belanda yang tidak stabil akibat banyaknya uang terkuras untuk mengurusi

pemberontakan dan Perang Belgia (1830-1839).27

Dari contoh tersebut terlihat betapa konsumsi ekonomi dapat bercerita

tentang sejarah suatu kelompok. Pola hidup ekonomi yang mereka lakukan, menjadi

simbol kehidupan masyarakat kelas atas Eropa, termasuk pula bagaimana mereka

bergaul dengan para pedagang langganannya. Lebih jauh, sejarawan saat ini juga

dapat bercerita tentang bagaimana produksi anggur Prancis abad 17 yang tentu saja

memiliki perbedaan bentuk baik dari sisi alat-alat, pendistribusian serta cita rasa pada

setiap masanya. Hal tersebut menjadi tema yang menarik untuk ditelaah.

Lanjut Burke, para sejarawan sosial banyak yang mengadopsi konsep

konsumsi berlebihan sebagai satu bentuk perilaku ekonomi para bangsawan abad 17.

Tidak saja berhenti di satu kawasan, konsep ini juga ramai digunakan untuk

memetakan kegiatan pembelanjaan harta para bangsawan di Inggris, Polandia, Italia,

serta yang lainnya.28 Dari Penyelidikan Perilaku ekonomi kalangan elite, dapat

diketahui posisi mereka dalam struktur sosial masyarakat Eropa. Namun begitu,

penelitian per kasus ini juga membutuhkan elaborasi dengan beberapa penyesuaian,

terutama dengan realitas sosial.

Jika sudah demikian, wacana ekonomi membutuhkan pula pendekatan

teorotis untuk mengungkap pola umum dari periaku ekonomi. Dalam suatu kertas

kerjanya, John Habakkuk mengungkapkan:29

26 Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa (Jakarta: LP3ES, 2003) hlm. 4. 27 Robert van Niel, Tanam Paksa, hlm. 123 dan 131. 28 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, hlm. 100. 29 John Habakkuk, “Economic History and Economic Theory” dalam Daedelus, Vol. 100, No. 2, The Historian and the World of Twentieth Century (Spring, 1971). hlm. 305.

Page 23: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

23

Economic theory characteristically proceeds by building a model, a simplified, abstract version of the real world. A model is more than a hypothesis; it is a series of functional relations between the various elements of which an economy is composed. The major economic elements are isolated-wages, capital, investment, consumption, and so forth-and certain relationships between them are postulated. For the purpose of any particular exercise, certain of the factors are assumed to be constant and the consequences of the postulated relations between the variables are worked out on a variety of different assumptions. The notion that underlies this procedure is that the multitudinous facts of economic life constitute a system.

( Teori ekonomi dihasilkan melalu pembangunan suatu model, sesuatu yang sederhana, versi abstrak dari dunia nyata. Model adalah lebih penting ketimbang hipotesis, hal ini merupakan rentangan dari relasi fungsional di antara keberagaman elemen yang menyokong ekonomi. Elemen peringkat atas dari ekonomi berada dalam wilayah isolasi-gaji, kapital, investasi, konsumsi, dan lainnya-dan hubungan di antara mereka dibenarkan. Demi alasan tindakan yang partikular, beberapa faktor diterima secara konstan dan konsekwensi dari hubungan yang telah dibuktikan secara empirik antara bermacam variabel, pada kenyataannya bekerja pada asumsi yang berbeda. Gagasan tersebut bersandar pada beragam kehidupan ekonomi berikut sistemnya)

Walaupun terlihat peran dari teori amatlah privatif, namun Habakkuk

berusaha menghubungkan fenomena umum yang terjadi dalam kegiatan sehari-hari

manusa secara teoritik. Dengan begitu terma-terma ekonomi dapat digunakan

sebagai pisau analisa dalam membuka fenomena masa lampau. Kecenderungan

umum yang menjadi ciri khas suatu teori dapat disuguhkan secara fleksibel utamanya

untuk menelisik pinggiran sejarah yang belum banyak diungkap.

Yang perlu diperhatikan adalah perihal sistem teori ekonomi. Sebelum

menggunakan beragam pendekatan yang disediakan dalam teori ekonomi, penting

untuk memahami pola-pola teroritis dari suatu kegiatan ekonomi. Untuk itu, para

sejawaran maupun peneliti, hendaknya memiliki pengetahuan terkait teori ekonomi

yang akan digunakan untuk meneliti fenomena sejarah. Pada perkembangannya,

sejarah ekonomi juga kerap digunakan oleh para ekonom sebagai ilustrasi akan suatu

teori ekonomi.30 Hal ini menunjukkan betapa pengkajian sejarah begitu kosmopolit

sehingga dapat berkontribusi dalam lintas sektor.

Oleh karena pendekatan sejarah ekonomi banyak diperbicangkan oleh

sejarawan Barat, maka bagi sejarawan yang fokus pada kajian sejarah ekonomi Islam

dapat meminjam kerangka kerja mereka. Satu hal yang bisa dilihat adalah meminjam

30 John Habakkuk, “Economic History”, hlm. 307.

Page 24: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

24

model analisa mereka untuk membedah tema-tema sejarah ekonomi Islam, seperti

masalah perdagangan, rute perdagangan, profesi yang berkaitan dengan kegiatan

ekonomi, aktivitas pelabuhan serta kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh seorang

raja atau sultan.

Untuk saat ini, rasanya kita masih perlu mengambil inspirasi teori atau aneka

ragam pendekatan ekonomi dari Barat. Hal ini dikarenakan, masih belum terukur dan

terujinya aneka ragam pendekatan dari ilmu sejarah Islam, jika tidak bisa dibilah tidak

ada. Kegoncangan politik yang sempat melanda Timur Tengah pada dekade-dekade

sebelumnya, membuat aktivitas ilmu sejarah di kampus-kampus ternama Timur

Tengah mengalami kemandegan berpikir. Ini belum menghitung pada kesempatan

penerbitan suatu laporan penelitian skala global yang melibatkan para sejarawan

maupun akademisi internasional. Kajian teoritis sejarah Islam yang lahir dari rahim

intelektual Arab sendiri jumlahnya belum banyak dan dibaca oleh akademisi dari

belahan dunia lainnya.

C. Perkembangan kajian sejarah ekonomi di universitas Islam

Perkembangan sejarah ekonomi yang dikaji oleh sejarawan berlatarbelakang

universitas umum, sayangnya tidak banyak terjadi di kalangan sejarawan yang berasal

dari universitas Islam. Dalam beberapa dialog, kerap dijumpai perbedaan bangunan

wacana. Jika sejarawan dari Universitas Gadjah Mada atau Universitas Indonesia

sudah fasih berbicara tentang tema-tema sejarah ekonomi, seperti sejarah pabrik,

sejarah pertanian atau sejarah pasar, maka hal serupa masih jarang dijumpai di

kalangan sejarawan kampus Islam. Tentu saja, ketidakbisaan mereka membicarakan

tema terkait bukan berasal dari ketidaksiapannya, melainkan pada struktur bangunan

pemikiran kesejarahan yang berbeda dengan sejarawan umum lainnya.

Menimbang pada perkembangan penulisan sejarah yang massif, rasanya,

sejarawan kampus Islam perlu membuka diri untuk membaca laporan – laporan kerja

sejarah ekonomi. Hal ini ditujukan agar mereka memiliki kemantapan narasi serta

teori dalam membincang tumbuh kembang perekonomian umat Islam dalam suatu

dekade. Wacana sejarah politik era kesultanan atau era partai Islam di zaman Orde

Lama maupun Orde Baru bukannya tidak penting, melainkan tindakan ini diupayakan

Page 25: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

25

untuk menciptakan kelas baru atau setidaknya mindset terbarukan mengenai sejarah

ekonomi. Dalam hal lain, tentu saja cara ini sekaligus untuk membuktikan bahwa

sejarawan kampus Islam bukan hanya fasih membicarakan tentang bangkit dan

runtuhnya Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah.

Dalam peta sejarah Islam sendiri, sebenarnya banyak sekali tema-tema

turunan yang bisa dijadikan bahan telaah. Hanya saja, upaya tersebut belum banyak

dilirik oleh sejarawan kampus Islam. Sebagian dari mereka masih asyik dengan tema-

tema politik yang tidak sedikit darinya hanya repetisi dari tema-tema yang ditulis di

masa lalu. Misalnya saja ketika membicarakan Baghdad sebagai ibukota umat Islam

abad 11 – 12 M. kita bisa saja membicarakan tentang pertumbuhan ekonomi masa

kekhalifahan itu, yakni dengan membicarakan satu atau beberapa aspek

perkembangan ekonomi. Baghdad sendiri merupakan salah satu pos penting

perdagangan dan termasuk dalam rute jalur sutera. Dewasa ini, masyarakat agaknya

perlu dikabari tentang bagaimana kemajuan Baghdad melalui jalur perdagangan ini.

Dalam beberapa kesempatan, wacana kesejarahan dapat menjadi pemantik

penting kesadaran bersejarah, baik skala lokal maupun internasional. Sebagaimana

diketahui, Baghdad paska kepemimpinan Saddam Husein, tidak lagi terhitung sebagai

ibukota penting dunia Islam. Invasi besar yang digalang Amerika Serikat dan negara-

negara sekutunya pada 2003, telah menempatkan ibukota besar dunia Islam ke ujung

tanduk jurang kehancuran. Dewasa ini, banyak dari kita yang hampir lupa mengenai

kebesaran Baghdad selain melalui kisah populer Seribu Satu Malam yang berkali-kali

mengambil set di istana kekhalifahan Baghdad. Cerita yang sesungguhnya menjadi

nyanyian sendu dari kisah kebesaran suatu kota yang kini nyaris menjadi kota yang

jatuh dalam kegagalan fungsi kosmopolitanismenya.

G. Le Strange menulis suatu karya yang baik mengenai bagaimana

terbentuknya kota Baghdad sebagai ibukota kekhalifahan Abbasiyah. Terlihat,

karyanya ini telah menggunakan sudut pandang tata kota sebagai latar ceritanya dan

mulai meninggalkan tema politik sebagaimana yang biasa dijumpai dalam tulisan-

tulisan mengenai sejarah Islam Abbasiyah tedahulu. Latar politik bukannya tidak

penting, hanya kadarnya saja yang perlu diatur, agar tidak menjadi semacam pandu

dalam penulisan suatu karya sejarah. Buku Le Strange dapat dijadikan pemahaman

Page 26: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

26

awal bagaiman seharusnya sejarawan kampus Islam mulai tergugah untuk

membicarakan tema-tema klasik dengan perbincangan yang mondial dan kekinian.

Baghdad merupakan kota yang hidup dari pendapatan ekonominya. Selain

dari rombongan karavan yang lalu lalang setiap hari keluar masuk kota ini, ternyata

kota ini juga mendapat pemasukan dari perdagangan sungainya. Diceritakan bahwa

di era kekhalifahan sekitar abad 10 – 11, Baghdad mempunyai sejumlah kanal yang

kerap digunakan sebagai jalur perdagangan yang terhubung dengan jalur air yang

lebih besar seperti sungai Eufrat dan Tigris. Beberapa kanal ini telah digunakan sejak

masa Persia pra-Islam.31 Dalam kajian sejarah ekonomi, melihat jalur air tentu

diperlukan untuk menelisik kemungkinan adanya jalur perdagangan dari wilayah

pedalaman ke bagian pesisir, lokus di mana jalur dagang utama dunia saling

terhubung.

Ibukota Abbasiyah merupakan tempat di mana segala macam bangsa

berkumpul. Sejak abad 10 M, Baghdad telah menjelma menjadi kota multikultural

yang menjunjung tinggi persamaan (penyesuaian) hak dan kewajiban warganya.

Meskipun khalifah dijabat oleh orang Islam, tidak lantas membuatnya mengadakan

pembatasan terhadap kelompok selain Islam yang ingin mengembangkan potensi

dirinya. Tercatat dalam sejarah, terdapat sekumpulan pengusaha Yahudi di Baghdad

yang telah mendirikan lembaga keuangan swasta, lebih tepatnya semacam bank di

Abad Pertengahan, yang berperan dalam mengatur alur keuangan yang beredar di

kota ini. Jika menggunakan perspektif kekinian, peran bank tentu amat dibutuhkan

untuk merangsang perkembangan ekonomi kerakyatan, dari kelas bawah hingga

kelas atas. Hal serupa ternyata sudah ditemukan pula modelnya di Baghdad masa

silam.32

Jika diperhatikan, para penulis dari Barat sudah mulai melihat adanya peran

subkultur yang dilakukan oleh masyarakat Baghdad di masa kekhalifahan. Para

pedagang maupun bankir Yahudi juga layak diperbincangkan dalam perkembangan

sejarah Islam, mengingat mereka adalah struktur yang ikut membangun kebesaran

31 G. Le Strange, Baghdad During Abbasid Caliphate; From Contemporary Arabic and Persian Sources (New York: Routledge, 2018) hlm. 47 – 56. 32 Walter Fischel, “The Origin of Banking in Medieval Islam: A Contribution to the Economic History of the Jews of Baghdad in the Tenth Century”, dalam Journal of the Royal Asiatic Society, Vol. 65, No. 2, 1993, hlm. 339 – 352.

Page 27: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

27

suatu peradaban. Sudah saatnya, kontribusi mereka diperbincangkan secara lebih

serius dan mendalam bukan hanya sepintas lalu. Hal demikian bukanlah justru

mereduksi sejarah, oleh sebab membicarakan orang non-Muslim, melainkan justru

menunjukkan betapa kaya rayanya sejarah Islam yang di dalamnya turut

mengakomodir atau setidaknya memberi panggung bagi tumbuhnya elit non-Muslim

yang dapat berkecimpung dalam suatu gerak massa.

Membicarakan ekonomi dalam sejarah juga dapat merambah ke sektor alat

transportasi atau pengangkut suatu komoditas dagang. Di Abad Pertengahan Islam,

masa di mana perdagangan menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan

manusia sebagai wahana mendapatkan keuntungan, kebutuhan akan alat

transportasi yang memadai, awet dan tahan lama mutlak diperlukan. Terlebih bagi

para saudagar Arab yang biasa menempuh rute laut untuk mengangkut barang

dagangnya. Pengadaan kapal muatan yang besar, kokoh dan berkualitas bagus

adalah suatu keniscayaan, dan kajian mengenainya termasuk dalam sub sejarah

ekonomi Islam.

Alan Villiers mencoba melihat kapal dagang Arab secara lebih detil melalui

beberapa aspek yang mengitarinya. Ia menemukan informasi bahwa pada akhir tahun

1939, di Teluk Persia masih beroperasi kapal Arab yang mempunyai muatan 300 ton

dan yang terkecil berukuran muatan 75 ton. Kapal ini menampung muatan dari

beberapa pos dagang di sungai Basra kemudian mengantarkannya ke pantai-pantai

India dan Afrika Timur. Pelayaran ke India dilakukan dua kali dan ke Afrika hanya

sekali dalam setahun. Dari pantai India kapal ini membawa sejumlah material

bangunan, seperti sabut untuk tali pengikat dan kayu jati jati Malabar. Dari Afrika

Timur, kapal ini mengangkut tiang-tiang dari kayu mangrove yang didapat dari delta

Sungai Rufiji di Tanganyika dan dari pelabuhan Lamu di Koloni Kenya. Tiang mangrove

biasanya digunakan untuk bahan bangunan kamar-kamar di rumah orang Kuwait.

Biasanya, dari pelabuhan Kuwait, kapal ini mengangkut air minum yang akan

digunakan sepanjang perjalanan di laut lepas.33

Etos usaha kolektif kerap ditunjukkan oleh para pedagang Muslim di segala

penjuru dunia, termasuk di belahan dunia yang memiliki iklim keras seperti Afrika.

33 Alan Villiers, “Some Aspects of the Arab dhow trade”, dalam Middle East Journal, Vol. 2, No. 4, 1948, hlm. 399 – 414.

Page 28: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

28

Dennis D. Cordell mencoba melihat kaitan antara etos dagang dengan perkumpulan

tarekat Sanusiyah yang terdapat di jalur dagang Libya – Sudan pada sekitar abad 19.

Sejak 1860-an, persaudaraan tarekat Sanusiyah mempunyai peran besar dalam

mengembangkan jalur dagang trans-Sahara. Perjalanan yang panjang serta iklim yang

tidak bersahabat tentu membutuhkan suatu pemecahan, di antaranya adalah

pertalian antarpedagang dengan penduduk lokal dan ini bisa disatukan manakala

mereka memiliki ikatan yang teguh, seperti persaudaraan tarekat. Meskipun antara

pedagang pendatang dengan penduduk suatu kampung di rute trans-Sahara tidak

saling mengenal, namun dengan kesamaan tarekat, mereka akan segera akrab.

Perkenalan ini bisa menumbuhkan pada ikatan kepercayaan. Persaudaraan tarekat

juga memiliki fungsi sekuritas (keamanan) bagi suatu karavan dagang.34

Dari beberapa contoh tema di atas diketahui masih banyak tema-tema sejarah

ekonomi Islam yang belum banyak ditulis. Tema-tema itu merupakan sekelumit tema

sejarah ekonomi dunia, dan ini belum menghitung aneka ragam tema lain yang

bertalian dengan sejarah ekonomi Islam di kawasan Asia Tenggara, khususnya

Nusantara. Diperlukan sikap terbuka dan langkah-langkah kerja yang intensif untuk

menemukan tema-tema serupa. Pembacaan – pembacaan dokumen sejarah sudah

menjadi kewajiban bagi para peneliti sejarah untuk bisa mendapatkan tema-tema

yang original dan bermutu, selain juga keluangan waktu untuk mencari sumber-

sumber primer maupun sekunder yang relevan.

Kata akhir

Sejarah, sebagaimana dipahami publik, melulu berhubungan dengan

peristiwa besar, orang besar, maupun tugas besar yang dilakukan pada masa lampau.

Terkait hal ini, sejarah pada perkembangannya kerapkali ditukangi oleh misi tertentu

yang cenderung mementingkan segologan manusia dan berimplikasi pada sejarah

yang bermuatan subjektif. Untuk itu pengadaan beragam varian lain amat dibutuhkan

agar sejarah tidak terkesan monolitik dan eksklusif. Namun begitu pernyataan

tersebut bukan bermaksud mendisposisikan peran politik dalam studi kesejarahan.

34 Dennis D. Cordell, “Eastern Libya, Wadai and the Sanusiya: A Tariqa and a Trade Route”, dalam The Journal of African History, Vol. 18, No. 1, 1977, hlm. 21 – 36.

Page 29: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

29

Sejarah ekonomi menjadi varian alternatif bagi pemenuhan suatu cara

pandang baru dalam kelengkapan sejarah secara universal. Pendekatan ekonomi

yang kerapkali digunakan menjadi upaya strategis untuk memetakan beragam sudut

pandang yang belum banyak diungkap dalam sejarah istanasentris.

Sebelum menggunakan pelbagai bentuk pendekatan ekonomi termasuk

kerangka teorinya, para sejarawan diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai

terkait suatu dudut pandang ekonomi yang akan digunakan. Hal ini penting

diperhatikan, mengingat pada hakikatnya sejarah dan ekonomi merupakan dua

wilayah yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Burke, Peter, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2011. Cordell, Dennis D., “Eastern Libya, Wadai and the Sanusiya: A Tariqa and a Trade

Route”, dalam The Journal of African History, Vol. 18, No. 1, 1977. Fischel, Walter. “The Origin of Banking in Medieval Islam: A Contribution to the

Economic History of the Jews of Baghdad in the Tenth Century”, dalam Journal of the Royal Asiatic Society, Vol. 65, No. 2, 1993.

Habakkuk, John, “Economic History and Economic Theory” dalam Daedelus, Vol. 100, No. 2, The Historian and the World of Twentieth Century (Spring, 1971).

Groneveldt, W. P., Nusantara dalam Catatan Tionghoa, Depok: Komunitas Bambu, 2009.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang,1995. Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia,

1990. Le Strange, G., Baghdad During Abbasid Caliphate; From Contemporary Arabic and

Persian Sources, New York: Routledge, 2018. Van Leur, J. C., Indonesian Trade and Society; Essays in Asian Social adn Economic

History, Netherlands: Foris Publications Holland, 1983. Van Niel, Robert, Sistem Tanam Paksa di Jawa (Jakarta: LP3ES, 2003) Villiers, Alan. “Some Aspects of the Arab dhow trade”, dalam Middle East Journal, Vol.

2, No. 4, 1948.

Page 30: Lesi Maryani STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Email ...alaqidah.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Penulisan-Sejarah-Ekonomi-Islam.pdfTEORI, TEMA DAN PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH

30