Laringitis Tuberklosa yA
-
Upload
yenneris-zein -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Laringitis Tuberklosa yA
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
1/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 1
PENDAHULUAN(1,11)
Tuberkulosa laring hampir selalu sebagai akibat tuberkulosis paru. Sering kali setelah
diberi pengobatan tuberkulosis parunya sembuh tetapi laringitis tuberkulosanya menetap.
Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta
vaskularisasi yang tidak sebaik di paru, sehingga bila sudah mengeni kartilago,
pengobatannya lebih lama.
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring.
Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik akut
maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun
waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis
kronis. Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara anda (larynx) karena terlalu
banyak digunakan, karena iritasi atau karena adnya infeksi.
Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot, dan membran
mukos yang membentuk pintu masuk dari trakea. Biasanya pita suara akan membuka dan
menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan. Bila terjadi laringitis, maka
pita suara akan mengalami proses peradangan, pita suara tersebut akan membengkak,
menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan terdengar lebih serak. Pada beberapa
kasus laringitis, suara anda akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.
Laringitis kronis merupakan suatu proses inflamasi yang menunjukkan adanya
peradangan pada mukosa laring yang berlangsung lama. Pada laringitis kronis proses
peradangan dapat tetap terjadi meskipun faktor penyebabnya sudah tidak ada.
ANATOMI LARING (1,2,3)
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV
VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya
selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
2/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 2
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya
kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia
Laring atau disebut jugaAdams apple ataujakun.
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang
berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago
krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra
cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah
anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi
oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.
Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago krikoid,
kartolago aritenoid, kartilago kornikulata dan kartilago tiroid.
Pada laring terdapat dua buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi
krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum
seratokrikoid (anterior, lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum
krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral,
ligamentum hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis,ligamentum vokale yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid dan
ligamentum tiroepiglotika.
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di
sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan
laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan
ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
3/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 3
Gambar 1 : Anatomi Laring
FISIOLOGI LARING (1,2)
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping
beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut :
1. Fungsi Fonasi.Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti
rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang
dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring berperan
penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung-
ujung bebas dan tegangan pita suara sejati.
2. Fungsi Proteksi.Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot
yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan,
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
4/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 4
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada
pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid
melalui serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan
epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah
proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke
lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.
3. Fungsi Respirasi.Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga
dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2
dan O2
arteri serta pH darah. Bila pO2
tinggi akan menghambat pembukaan
rimaglotis, sedangkan bila pCO2
tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis.
Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris,
sedangkan peningkatan pO2
arterial dan hiperventilasi akan menghambat
pembukaan laring. Tekanan parsial CO2
darah dan pH darah berperan dalam
mengontrol posisi pita suara.
4. Fungsi Sirkulasi.Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari
reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N.
Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung.
5. Fungsi Fiksasi.Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan.
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
5/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 5
6. Fungsi Menelan.Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu : Pada waktu menelan faring bagian bawah
(M. Konstriktor Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus)
mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah
dan terjadi pembukaan faringoesofageal. Laring menutup untuk mencegah makanan
atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium
dan penutupan laring oleh epiglotis.
Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus
laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus
laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus.
7. Fungsi Batuk.Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi
benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada
mukosa laring.
8. Fungsi Ekspektorasi.Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut.
9. Fungsi Emosi.Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
6/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 6
DEFINISI (1,3)
Laringitis tuberkulosa adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring
yang terjadi dalam jangka waktu lama yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosa.
Gambar 2 : Mycobacterium tuberculosa
ETIOLOGI (4,6)
Hampir selalu disebabkan tuberkulosis paru. Setelah diobati biasanya tuberkulosis
paru sembuh namun laringitis tuberkulosisnya menetap, karena struktur mukosa laring
sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi tidak sebaik paru. Infeksi laring oleh
Mycobacterium tuberculosa hampir sealu sebagai komplikasi tuberkulosis paru aktif, dan ini
merupakan penyakit granulomatosis laring yang paling sering.
EPIDEMIOLOGI(6)
Dulu, dinyatakan bahwa penyakit ini sering terjadi pada kelompok usia muda yaitu
20 40 tahun. Dalam 20 tahun belakangan, insidens penyakit ini pada penduduk yang
berumur lebih dari 60 tahun jelas meningkat. Saat ini tuberkulosisi dalam semua bentuk dua
kali lebih sering pada laki-laki dibanding dengan perempuan. Tuberkulosis laring juga lebih
sering terjadi pada laki-laki usia lanjut, terutama pasien-pasien dengan keadaan ekonomi
dan kesehatan yang buruk, banyak diantaranya adalah peminum alkohol.
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
7/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 7
PATOGENESIS (3,6,7,9,11)
Struktur posterior laring termasuk aritenoid, ruang interaritenoid, pita suara bagian
posterior dan yang tidak begitu sering, permukaan epiglotis yang yang menghadap ke laringmerupakan yang paling banyak terkena. Semuannya merupakan tempat tersangkutnya
sputum pada waktu batuk.
Tuberkel yang avaskular berisikan daerah perkijuan di tengah dikelilingi oleh sel
epiteloid dan di bagian perifer oleh sel-sel mononukleus. Kemudian tuberkel tuberkel ini
bersatu membentuk nodul. Karena letaknya di subepitel, epitel yang melampisinya mungkin
hilang dan sering terjadi ulserasi dengan infeksi sekunder. Proses ini pertama kali cendrung
akan mengenai prosesus vokalis dan epiglotis.
Adanya tuberkel mungkin akan merangsang terjadinya hiperplasia epitel dan
jaringan fibrosis subepitel. Hal ini mungkin bermanifestasi pada daerah interaritenoid
berupa penebalan yang menyerupai pakiderma. Prosesus vokalis mungkin di tutupi oleh
nodul yang menyerupai morbili. Hal ini merupakan manifestasi dari proses perbaikan karena
hanya ditemukan sedikit perkijuan pada lesi.
Edem jelas pada keadaan lebih lanjut dan mungkin terjadi sebagai akibat obstruksi
jaringan limfe oleh granuloma. Epiglotis dan jaringan ikat di atas aritenoid merupakan
tempat yang paling tampak edem.
Penyembuhan tuberkulosis laring disertai oleh pembentukan kapsul jaringan fibrosa
dan jaringan menggantikan tuberkel.
GAMBARAN KLINIS (1,3,4,6,11)
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :
Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis,dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga
tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
8/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 8
tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga
suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus.
Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar.Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartilago laringterutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang
rawan.
Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dindingposterior, pita suara dan subglotik.
GEJALA KLINIS(1,3,6,7,8,9,11,12)
PADA PARU PADA LARING
Gejala Respiratorik :
Batuk produktif > 2 minggu Batuk darah Sesak nafas Nyeri dada
Gejala Sistemik :
Terdapat gejala demam. Keringat malam. Penurunan berat badan.
Rasa kering, panas, dan tertekan didaerah laring.
Suara parau berminggu-minggu danpada stadium lanjut dapat afoni.
Nyeri menelan yang lebih hebat biladibandingkan dengan nyeri karena
radang lainnya, merupakan tanda
yang khas.
DIAGNOSIS (1,3,4,6,7,9,11)
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerinksaan
penunjang.
1)
AnamnesaPada anamnesa dapat ditanyakan :
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
9/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 9
Kapan pertama kali timbul serta faktor yang memicu dan mengurangi gejala Riwayat pekerjaan, termasuk adanya kontak dengan bahan yang dapat memicu
timbulnya laringitis seperti debu, asap.
Penggunaan suara berlebih Penggunaan obat-obatan seperti diuretik, antihipertensi, antihistamin yang
dapat menimbulkan kekeringan pada mukosa dan lesi pada mukosa.
Riwayat merokok Riwayat makan Suara parau atau disfonia Batuk kronis terutama pada malam hari Stridor karena adanya laringospasme bila sekret terdapat disekitar pita suara Disfagia dan otalgia
2) Gejala dan Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik, tampak sakit berat, demam, terdapat stridor inspirasi,
sianosis, sesak nafas yang ditandai dengan nafas cuping hidung dan/atau retraksi
dinding dada, frekuensi nafas dapat meningkat, dan adanya takikardi yang tidak
sesuai dengan peningkatan suhu badan merupakan tanda hipoksia.
3) LaboratoriumPemeriksaan Bakteriologik
Bahan pemeriksasanPemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
Cara pengumpulan dan pengiriman bahanCara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
10/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 10
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.
Kultur kuman
Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan TB
khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka
terhadap OAT yang digunakan.
4) Laringoskopi direct atau indirectPemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu
menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan
tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis.
5) Foto toraksUntuk melihat apabila terdapat pembengkakan dan adanya gambaran TB paru.
CT scanning dan MRI juga dapat digunakan dan memberikan hasil yang lebih baik.
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dansegmen superior lobus bawah.
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan ataunodular.
Gambar 3 : Foto toraks TB paru
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
11/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 11
6) Pemeriksaan patologi anatomiPada gambaran makroskopi nampak permukaan selaput lendir kering dan
berbenjol-benol sedangkan pada mikroskopik terdapat epitel permukaan menebal
dan opaque, serbukan sel radang menahun pada lapisan submukosa.
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
12/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 12
DIAGNOSA BANDING (1,3,4,7,9)
a. Laringitis Luetikab. Karsinoma Laringc. Aktinomikosis Laringd. Lupus Vulgaris Laring
PENATALAKSANAAN (1,3,4,6,7,8,9,10,11,12)
1. Terapi non medikamentosa- Mengistirahatkan pita suara dengan cara pasien tidak banyak berbicara.- Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk misalnya goreng-
gorengan, makanan pedas.
- Konsumsi cairan yang banyak.- Berhenti merokok dan konsumsi alkohol.
2. Terapi medikamentosa : OATObat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Obat primer:- INH (isoniazid)- Rifampisin- Etambutol- Streptomisin- Pirazinamid
Obat sekunder:- Exionamid- Paraaminosalisilat- Sikloserin- Amikasin-
Kapreomisin- Kanamisin
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
13/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 13
Dosis obat antituberkulosis (OAT)(10,17)
ObatDosis harian
(mg/kgbb/hari)
Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari)
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
INH 5-15 (maks. 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)
Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)
3. Terapi pembedahanPengangkatan sekuester dan trakeostomi bila terjadi obstruksi laring.
KOMPLIKASI (1,3)
Pada laringitis akibat peradangan yang terjadi dari daerah lain maka dapat terjadi
inflamasi yang progresif dan dapat menyebabkan kesulitan bernafas. Kesulitan bernafas ini
dapat disertai stridor baik pada priode inspirasi, ekpirasi atau keduanya.
PROGNOSIS (1,3,4,7,9,11)
Tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien, kebiasaan hidup sehat serta
ketekunan berobat. Bila diagnosa dapat ditegakkan pada stadium dini maka prognosisnya
baik.
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
14/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 14
KESIMPULAN
Tuberkulosa laring hampir selalu disebabkan tuberkulosis paru. Setelah diobati
biasanya tuberkulosis paru sembuh namun laringitis tuberkulosisnya menetap, karena
struktur mukosa laring sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi tidak sebaik paru,
sehingga bila sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih lama.
Secara klinis Tuberkulosa laring terdiri dari 4 stadium, yaitu : stadium infiltrasi,
stadium ulserasi, stadium perikondritis, stadium pembentukan tumor.
Diagnosa ditegakan berdasarkan pada anamnesis, gejala dan pemeriksaan fisik,
laringoskopi direct dan indirect, laboratorium, foto toraks, pemeriksaan patologi anatomi.
Terapinya dibagi menjadi medikamentosa dan pembedahan. Terapi non
medikamentosa yaitu mengistirahatkan pita suara dengan cara pasien tidak banyak
berbicara, menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk misalnya goreng-
gorengan, makanan pedas, konsumsi cairan yang banyak, berhenti merokok dan konsumsi
alkohol. Dan terapi medikamentosa adalah OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Terapi
pembedahan nya pengangkatan sekuester dan trakeostomi bila terjadi obstruksi laring.
Prognosisnya tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien, kebiasaan hidup
sehat serta ketekunan berobat. Bila diagnosa dapat ditegakkan pada stadium dini maka
prognosisnya baik.
-
8/2/2019 Laringitis Tuberklosa yA
15/15
LARINGITiS TUBERKULOSA
Ilmu Penyakit THT
Laura Nerisa Anton 15
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung TenggorokaKepala Leher: Anatomi Laring. Edisi Kelima. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : 2001 : Hal 190-200
2. Adam GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Pentakit THT, Edisi keenam. PenerbitBuku Kedokteran EGC. Jakarta: 1999 : Hal 369-377
3. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Teggorok KepalaLeher : Laring Kronik Spesifik, Edisi kelima, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta : 1993 : Hal 197-200
4.
Mansjoer A, Kapita Selekta Kedokteran, Laringitis, Edisi Ketiga, Penerbit MediaAesculapius : Hal 126-127
5. Snell RS, Anatomi Klinik, Anatomi Laring, Edisi Ketiga6. Ballenger JJ, Penyakit Telinga Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher, Penyakit
Granulomatosis Kronik Laring, Edisi ketigabelas, Penerbit Binarupa Aksara: hal 547-
558
7. Hibbert J, Laryngology and Head and Neck Surgery, Atrophic Laryngitis : Hal 13-188. Colman BH, Disease of The Nose Throat and Ear and Head and Neck, Tuberculosis of
The Larynx, Fourteenth Edition: Page 141
9. Becker W, Ear, Nose and Throat Disease, Spesific Forms of Chronic Laryngitis, SecondEdition : Page 418-432
10.Sudoyo AW, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pengobatan Tuberkulosis Muthakir,Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta : hal 995-1000
11.Laringitis. Available at :http://dinarhealth.blogspot.com12.Laringitis Tuberkulosis. Available at :www.tht.com13.Laringitis. Available at :http://harnawatiaj.wordpress.com14.Laringitis. Available at :www.wikipedia.com15.Pemekaian mikroskop pada diagnostik dan bedah laring. Available at :
http://www.kalbe.co.id
16.Symposium masalah tuberkulosa ekstra paru dan pengelolaannya. Available at :www.kegiatanilmiah.com
17.Pengobatan TBC. Available at :www.farmasiku.com
http://dinarhealth.blogspot.com/http://dinarhealth.blogspot.com/http://dinarhealth.blogspot.com/http://www.tht.com/http://www.tht.com/http://www.tht.com/http://harnawatiaj.wordpress.com/http://harnawatiaj.wordpress.com/http://harnawatiaj.wordpress.com/http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kegiatanilmiah.com/http://www.kegiatanilmiah.com/http://www.farmasiku.com/http://www.farmasiku.com/http://www.farmasiku.com/http://www.farmasiku.com/http://www.kegiatanilmiah.com/http://www.kalbe.co.id/http://www.wikipedia.com/http://harnawatiaj.wordpress.com/http://www.tht.com/http://dinarhealth.blogspot.com/