Laporan So2 Pengujian Kadar Sulfur Dioksida

download Laporan So2 Pengujian Kadar Sulfur Dioksida

of 12

description

s02

Transcript of Laporan So2 Pengujian Kadar Sulfur Dioksida

PENENTUAN KONSENTRASI SULFUR DIOKSIDA (SO2) DI DALAM UDARA AMBIEN DI LAPANGAN PARKIR FAKULTAS PERTANIAN IPB DENGAN MENGGUNAKAN METODE PARAROSANILIN

DETERMINING THE CONCENTRATION OF SULFUR DIOXIDE (SO2) IN AMBIENT AIR AT PARKING AREA OF FACULTY OF AGRICULTURAL, BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY USING PARAROSANILIN METHOD

Anugrah Susilowati1, Ahmad Sidik2, Three Yunarietti Bakara3, Hendri Saputro4Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Kamper Gedung Fateta Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680Email : [email protected] , [email protected] , [email protected], [email protected]

Abstrak: Parameter gas pencemaran udara berdasarkan Standar Indeks Pencemaran Udara salah satunya adalah Sulfur dioksida. Sulfur dapat bergabung dengan oksigen bereaksi di udara menjadi senyawa SOx dengan reaksi yang bersifat sangat eksotermik. Sulfur dioksida merupakan gas tidak berwarna, tidak flammable, maupun tidak explosive. Pengukuran pada penelitian konsentarsi sulfur dioksida dilakukan di persimpangan jalan dekat lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB. Pengkuran kadar sulfur dioksida pada udara ambien menggunakan metode pararosanilin memanfaatkan sifat absorbansi larutan sulfur dioksida. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi SO2 di udara ambien khususnya di lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB dengan metode pararosanilin. Berdasarkan analisis dari penelitian contoh uji sulfur dioksida, konsentrasi SO2 diperoleh sebesar 120.12 g/m3. Perhitungan C2 atau estimasi yang diinginkan dengan waktu pengambilan bahan uji dilakukan dengan waktu pemaparan selama 0.5 jam dan standar waktu pemaparan 1 jam sehingga diperoleh nilai konsentrasi SO2 sebanyak 105.60 g/m3. Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 41 tahun 1999 dalam Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) adalah sebesar 900 g/m3 sehingga disimpulkan bahwa udara yang berada di daerah persimpangan lapangan parkir Faperta IPB cukup bersih dari kontaminasi SO2 dengan asumsi tidak terdapat bahan pencemar berbahaya lainnya dengan konsentrasi yang melebihi baku mutu.Kata kunci: Pencemaran udara, metode pararosanilin, sulfur dioksida.

Abstract: One of gas parameters of air pollution according to Air Pollution Standards Index is Sulfur dioxide . Sulfur can combine with oxygen in the air and create SOx which reaction is highly exothermic . Sulfur dioxide is a colorless gas , not flammable , and not explosive . Measurement of the concentration of sulfur dioxide on the research is doing at the crossroads near the parking of the Faculty of Agriculture IPB . Determine the concentration level of sulfur dioxide in ambient air using pararosanilin method using the absorbance of sulfur dioxide . This research aims to determine the concentration of SO2 in the ambient air , especially in the parking of the Faculty of Agriculture IPB using pararosanilin method . Based on the analysis of sample sulfur dioxide , concentration of SO2 obtained at 120.12 g/m3 . Calculation or estimation of the desired C2 with sampling time with an exposure time of 0.5 hours and a standard for exposure time 1 hour to obtain the value of SO2 concentration as much as 105.60 g/m3 . Based on Government Regulation No. 41 of 1999 in the Ambient Air Quality Standards ( BMUA ) of 900 g/m3 was therefore concluded that the air in the crossroads near the parking area of the Faculty of Agriculture IPB clean enough from SO2 contamination assuming there are no other hazardous pollutants concentrations exceeded the quality standard .Keywords: Air pollution, pararosanilin method, sulfur dioxide.

PENDAHULUAN Parameter gas pencemaran udara berdasarkan Standar Indeks Pencemaran Udara atau ISPU terdapat lima jenis gas berbahaya salah satunya adalah sulfur dioksida (SO2). Sulfur dapat bergabung dengan oksigen bereaksi di udara menjadi senyawa SOx dengan reaksi yang bersifat sangat eksotermik. Sulfur dioksida merupakan gas tidak berwarna, tidak flammable, maupun tidak explosive. Sebagai pencemar SO2 diperkirakan memiliki waktu tinggal di dalam udara selama 2 - 4 hari dan dalam waktu tinggal tersebut SO2 dapat ditransportasikan sejauh 1000 km sehingga keadaannya relatif stabil di atmosfer (Alifah, 2010). Sulfur dioksida akan bereaksi dengan oksigen membentuk SO3. Sulfit (SO3) kemudian bereaksi dengan titik-titik air sehingga menghasilkan presipitasi berupa hujan asam. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat sangat reaktif, mudah bereaksi dengan benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya (Pohan, 2002). SO2 akan memberikan dampak negatif untuk berbagai aspek kehidupan. Bagi kesehatan manusia menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan manusia, bronkhitis, dan episema. Kerusakan yang akan terjadi pada tanaman adalah pada struktur daun serta fungsinya yaitu penyakit nekrosis. Pemaparan sulfur dioksida berlebihan pada daun menyebabkan kerusakan pada parenkim dalam mesopil diikuti oleh bagian palisade. Efek sulfur dioksida juga dapat merusak material pembuat dinding bangunan salah satunya menyebabkan korosi. Pengukuran konsentrasi sulfur dioksida dilakukan di persimpangan jalan dekat lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB sehingga banyak kendaraan yang melewatinya. Kendaraan tersebut menggunakan bahan bakar fosil yang akan melepaskan sulfur dioksida (SO2) ke udara. Kandungan gas sulfur dioksida dalam udara ambien memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan manusia, sehingga perlu dilakukan kontrol emisi SO2 dalam udara ambien. Pengontrolan tersebut akan membantu upaya pengelolaan lingkungan serta pemulihan udara ambien. Pengkuran kadar sulfur dioksida pada udara ambien dapat menggunakan metode pararosanilin yang memanfaatkan absorbsi SO2. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi SO2 di udara ambien khususnya di lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB dengan metode pararosanilin.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sulfur dioksida (SO2) yang terdapat di dalam udara di daerah lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB. Konsentrasi sulfur dioksida yang terdapat di dalam udara digunakan sebagai parameter pengukuran beban pencemaran udara sehingga dapat diketahui bagaimana kualitas udara dari contoh uji tersebut. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan metode Pararosanilin. Gas SO2 diserap dalam larutan penyerap tetrakloromerkurat (TCM) sehingga membentuk senyawa kompleks diklorosulfonatomerkurat yang tahan oksidasi udara. Alat yang digunakan dalam pengamatan ini, adalah: Midget Impinger, pompa vakum, flowmeter, gelas ukur 100 ml, pipet volumetrik, strirrer, pipet ukur 1 ml; 2ml; 5ml; 10ml, pipet mikro, buret, ball pipet, ball pipet, tabung uji 25 ml, spektrofotometer dilengkapi kuvet, labu erlenmeyer asah bertutup 250 ml, neraca analitik, termometer. Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini, adalah: larutan penyerap tetrakloromerkurat (TCM), larutan induk Na2SO3, larutan standar natrium tiosulfat, indikator kanji, air suling, larutan formaldehida, larutan pararosanilin, larutan asam sulfanat, dan contoh uji udara. Metode yang pertama dilakukan adalah pembuatan kurva kalibrasi SO2 dengan menyiapkan enam tabung uji 25 ml. Kemudian, masing-masing tabung uji diisi dengan 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ml larutan standar natrium sulfit dengan menggunakan pipet volumetrik. Setelah itu, masing-masing tabung uji ditambahkan larutan penyerap TCM sebanyak 10 ml. Larutan asam sulfamat 0,6% sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam masing-masing tabung uji dan didiamkan selama 5 menit. Kemudian, larutan formaldehida 0,2% sebanyak 2 ml dan larutan kerja pararosanilin sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam tabung uji. Kemudian, masing-masing tabung uji diatur volumenya menjadi 25 ml dengan menambahkan air suling yaitu sampai tanda batas tera tabung uji. Setelah itu, larutan dihomogenkan dengan baik dan didiamkan selama 15 menit agar terjadi pembentukan warna yang sempurna. Setelah 15 menit, masing-masing larutan dalam tabung uji diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Kemudian, hasil pembacaan dari spektrofotometer diplotkan pada grafik konsentrasi sulfur dioksida versus absorbansi, sehingga diperoleh kurva kalibrasi sulfur dioksida. Metode kedua yang dilakukan adalah penentuan konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2SO3 dengan memasukkan 10 ml larutan induk Na2SO3 menggunakan pipet ke dalam labu erlenmeyer asah. Kemudian, larutan iod 0,01N sebanyak 5 ml dan larutan HCl sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam larutan induk yang terdapat pada labu asah dan didiamkan selama 5 menit. Setelah 5 menit, larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,01 N hingga larutan berwarna kuning muda. Kemudian, larutan tersebut ditambahkan beberapa tetes indikator kanji dan dititrasi hingga titik akhir atau warna biru tepat hilang, dan volum Na2SO3 akhir dicatat sebagai VC. Metode ketiga yang dilakukan adalah pembuatan larutan blanko dengan memasukkan 10 ml air suling ke dalam erlenmeyer asah dan langkah-langkah pada metode kedua dilakukan kembali hingga selesai. Akan tetapi, volum akhir larutan dicatat sebagai VB. Kemudian konsentrasi SO2 dalam larutan induk dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

.................................. persamaan 1Keterangan:C = konsentrasi SO2 dalam larutan natrium induk Na2SO3 (g/ml)VB = volume larutan standar natrium tiosulfat hasil titrasi blanko (ml)VC = volume larutan standar natrium tiosulfat hasil titrasi larutan induk Na2SO3 (ml)N = normalitas larutan standar natrium tiosulfat (N)VA = volume larutan induk Na2SO3 yang dipipet (ml)1000 = konversi g ke g32,03 = berat ekivalen SO2 (BM SO2/2)

Metode keempat yang dilakukan adalah pengambilan contoh uji di lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB. Pengambilan contoh uji dilakukan selama 30 menit. Langkah pertama, larutan penyerap TCM sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam impinger. Impinger diatur agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Kemudian, impinger dihubungkan dengan erlenmeyer asah tertutup yang berisi serat kaca (glass woll) dan flowmeter. Setelah itu, pompa penghisap dihidupkan dan kecepatan aliran udara diatur sebesar 0,5 1 liter/menit. Kecepatan aliran udara selalu dikontrol agar tetap konstan hingga akhir periode pengambilan contoh uji. Kemudian, contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji 25 ml dan dibilas dengan 5 ml air suling (akuades) dan didiamkan selama 20 menit untuk menghilangkan pengganggu. Metode kelima yang dilakukan penetapan SO2 dalam bahan uji. Langkah pertama, larutan asam sulfamat 0,6% sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam tabung uji yang berisi contoh uji dan didiamkan selama 10 menit untuk menghancurkan nitrit dan oksida nitrogen. Setelah itu, masing-masing labu ukur ditambahkan 2 ml larutan formaldehida 0,2% dan 5 ml larutan kerja pararosanilin. Kemudian, masing-masing tabung uji diatur volumenya menjadi 25 ml dengan menambahkan air suling yaitu sampai tanda batas tera tabung uji. Setelah itu, larutan dihomogenkan dengan baik dan didiamkan selama 15 menit agar terjadi pembentukan warna yang sempurna. Setelah 15 menit, masing-masing larutan dalam tabung uji diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Langkah yang sama dilakukan untuk pengujian blanko dengan menggunakan larutan penyerap TCM sebanyak 10 ml. Setelah absorbansi contoh uji diperoleh, maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan: ................................................................ persamaan 2Keterangan :Qc = koreksi laju aliran udara (liter/menit)Qs = laju aliran sampling (liter/menit)Tr = temperatur ruang saat pengukuran (K)Ta = temperatur alat (K)

Setelah itu dilakukan penentuan volume sampel udarat ................................................................. persamaan 3Keterangan :V = volume sampel udara (liter)t = lama sampling (menit)

setelah itu dicari volume udara pada suhu 250C dan tekanan 760 mmHg ............................................. persamaan 4Keterangan :V = volume sampel udara (m3)P = tekanan atmosfer (mmHg)T = suhu (0C)Lalau ditentukan konsntrasi NO2 ........................................ persamaan 5 .................................................... persamaan 6Keterangan :a = jumlah SO2 pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi (g)c1 = konsentrasi sesaat (g/m3)c2 = konsentrasi standar (g/m3)t1 = waktu pemaparan sesaat (jam)t2 = waktu pemaparan standar (jam)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sulfur dioksida adalah salah satu senyawa polutan yang digunakan sebagai indikator adanya pencemaran udara ambien berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Senyawa SO2 memiliki karakteristik tidak berwarna, berbau menyengat, tidak meledak, tidak terbakar, menyebabkan iritasi, dan korosif. Senyawa SO2 menyebar secara tidak merata di udara. Senyawa sulful dioksida dapat berasal dari aktivitas manusia berupa pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang, pelelehan logam non-ferro, kilang minyak, dan letusan gunung berapi. Sulfur dioksida dapat bereaksi dengan oksigen di atmosfer membentuk senyawa SO3 yang akan bergabung dengan awan sehingga saat terjadi presipitasi dapat menyebabkan hujan asam yang berbahaya untuk lingkungan. Pengukuran konsentrasi sulfur dioksida pada penenelitian ini dilakukan di daerah persimpangan lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB. Langkah pertama yang dilakukan dalam pengujian konsentrasi sulfur dioksida adalah pembuatan kurva kalibrasi sulfur dioksida. Tabel berikut menyajikan data hasil pengamatan pembuatan kurva kalibrasi.

Tabel 1. Jumlah g SO2 (Cb) pada Volume yang telah ditentukan (Vb) yang diambil dari Volume Larutan Standar Na2SO3 (Va).Larutan StandarVa (ml)Vb (ml)Ca (ppm)Cb (ppm)Absorbansi

1025122.1900

20.10.4890.50

30.20.9770.89

40.31.4661.22

50.41.9551.54

60.52.4431.87

Contoh perhitungan Cb pada larutan standar 0,1 ml:122.19 ppm x 0.1 ml = Cb x 25 ml Cb= 0.489 ppm

Gambar 1. Kurva Kalibrasi antara Konsentrasi Sulfur Dioksida dan Absorbansi.

Setelah dilakukan pengamatan dengan pembuatan kurva kalibrasi sulfur dioksida, maka diperoleh data seperti pada tabel 1. Berdasarkan data pada tabel 1, dapat dilihat bahwa semakin banyak kadar SO2 pada larutan standar maka nilai absorbansinya semakin besar. Jika kadar SO2 semakin banyak maka semakin pekat larutan standar. Setelah data diplot dalam kurva kalibrasi seperti pada gambar 1, maka terlihat bahwa semakin banyak kadar SO2 dalam larutan maka semakin banyak larutan menyerap cahaya sehingga nilai absorbansinya semakin tinggi. Langkah kedua dilakukan pengamatan dengan mengambil contoh uji dari daerah persimpangan di dekat lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB. Data hasil pengukuran tersebut disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Contoh Uji.MenitTr (oC)Ta (oC)Qs (liter/menit)

034321

1032.832.51

2032.2320.9

3033.231,80.9

Rata-rata33.0532.070.95

Contoh perhitungan rata-rata Tr:Rata rata = (34 + 32.8 + 32.2 + 33.2)oC / 4 = 33,05 oC

Data absorbansi yang diperoleh setelah dilakukan pengujian diberi pembanding dengan larutan penyerap yang telah dibuat saat penelitian. Nilai absorbansi yang diperoleh disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Data Nilai Absorbansi Larutan Penyerap dan Contoh Uji.LarutanNilai Absorbansi

Penyerap0.738

Contoh uji SO21.340

Setelah kurva kalibrasi dan absorbansi larutan blanko diukur, maka dilakukan analisis data untuk mengetahui konsentrasi SO2 yang terkandung dalam contoh uji. Data hasil analisis disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Data Hasil Analisis Perhitungan Contoh Uji.DataNilai

Cb bahan uji (ppm)3.344

Qc (liter/menit)0.953

V (liter)28.59

Vr (m3)27.83 x 10-3

Konsentrasi SO2 (g/m3)120.12

C2 Estimasi waktu (g/m3)105.60

Contoh perhitungan Cb bahan uji:Absorbansi bahan uji = 1.340 y = 0.748x + 0.0891.340 = 0.748x + 0.089 x = 1.672 ppm x 2 (2 kali pengenceran) x = 3.344 ppm

Contoh perhitungan Qc:Qc = 0.950 (306.050/305.075)Qc = 0.953 liter/menit

Contoh perhitungan V:V = 0.953 liter/menit x 30 menitV = 28.59 liter

Contoh perhitungan Vr:Vr = 28.59 liter (760/760) x (298 + 306.050)Vr = 27.83 x 10-3 m3

Contoh perhitungan konsentrasi SO2:g/m3 = (3.344/27.83 x 10-3)g/m3 = 120.12 g/m3

Contoh perhitungan konsentrasi estimasi waktu SO2:C2 = 120.12 (0.5/1)0.185C2 = 105.60 g/m3

Nilai koreksi aliran udara berdasarkan data penelitian yang dihitung dengan menggunakan persamaan 1 diperoleh sebesar 0.953 liter/menit. Berdasarkan nilai koreksi aliran udara, nilai volume bahan uji udara yang dihitung dengan menggunakan persamaan 2 diperoleh sebesar 28.59 liter. Setelah itu, nilai volume bahan uji digunakan untuk menghitung besar volume udara pada 25oC, 760 mmHg yang diperoleh sebesar 27.83 x 10-3 m3. Tabel 3 menyajikan data nilai absorbansi larutan penyerap yang digunakan sebagai larutan standar atau blanko. Pengukuran absorbansi contoh uji dilakukan dengan pengenceran sebanyak dua kali sehingga nilai yang diperoleh pada perhitungan dikalikan dua. Berdasarkan analisis dari data contoh uji tersebut, konsentrasi SO2 diperoleh sebesar 120.12 g/m3. Perhitungan C2 atau estimasi yang diinginkan dengan waktu pengambilan bahan uji dilakukan dengan waktu pemaparan selama 0.5 jam dan standar waktu pemaparan 1 jam sehingga diperoleh nilai konsentrasi SO2 sebanyak 105.60 g/m3. Apabila dibandingkan dengan baku mutu pada PP RI Nomor 41 tahun 1999, konsentrasi contoh uji larutan sulfur dioksida sebesar 105.60 g/m3 bernilai sangat kecil. Konsenstrasi SO2 baku mutu pada PP RI Nomor 41 tahun 1999 dengan waktu pengukuran selama 1 jam adalah sebesar 900 g/m3. Hal ini menunjukkan bahwa bahan uji yang digunakan cukup bersih dari kontaminasi SO2 sehingga udara di sekitar daerah bahan uji yaitu persimpangan dekat lapangan parkir Fakultas Pertanian IPB aman bagi kesehatan, dengan asumsi tidak terdapat bahan pencemar berbahaya lainnya dengan konsentrasi yang melebihi baku mutu. Keadaan tersebut didukung juga oleh bukti kondisi sekitar jalan yang tidak banyak dilalui oleh kendaraan saat dilakukan pengambilan bahan uji. Pencemaran oleh sulfur dioksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida dan sulfur trioksida. Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, sedangkan kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Konsentrasi SOx sekitar 0,5 ppm dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan tanaman yang mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman, sedangkan paparan akut dengan konsentrasi tinggi dapat mematikan jaringan daun (nekrosis daun). Paparan kronis pada tumbuhan oleh sulfur dioksida menyebabkan klorosis, proses pemutihan atau penguningan bagian daun yang berwarna hijau. Selain itu, dapat mengakibatkan kerusakan hutan terjadi karena adanya pengikisan lapisan tanah yang subur yang merupakan awal terjadinya ketandusan lingkungan yang berarti juga menurunkan daya dukung alam bagi kelangsungan hidup manusia (Sopiah, 2005). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah (DepKes, 2012). Berdasarkan dampak SO2 tersebut maka pencemaran SO2 harus ditangani agar mengurangi dampak berbahaya bagi lingkungan. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses sebelum dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar. Alat-alat pemisah debu bertujuan untuk memisahkan debu dari aliran gas buang. Selain itu, sulfur dioksida dapat diperangkap dalam perangkap cerobong gas (stack gas srubbing process) yang dapat diubah menjadi hidrogen sulfida melalui reaksi dengan gas sintesis. Selain itu, menurut Sugiyono (2000), teknologi bersih merupakan alternatif yang dapat diterapkan untuk mengurangi emisi SO2 ke lingkungan. Teknologi ini dikelompokkan menjadi dua macam kategori yaitu yang pertama diterapkan setelah pembakaran dan yang kedua diterapkan sebelum pembakaran. Teknologi tersebut meliputi, teknologi denitrifikasi, teknologi dedusting, teknologi desulfurisasi, teknologi CO2 removal untuk teknologi setelah pembakaran. Teknologi sebelum pembakaran meliputi, teknologi FBC, teknologi gasifikasi batubara, teknologi MHD, serta teknologi kombinasi IGCC dan Fuel Cell.

KESIMPULAN Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas pencemar udara yang sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia. Konsentrasi baku mutu gas SO2 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 dalam Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) adalah sebesar 900 g/m3. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kadar SO2 pada estimasi waktu pengambilan contoh uji yang digunakan adalah sebesar 105.60 g/m3. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa udara yang berada di daerah persimpangan lapangan parkir Faperta IPB cukup bersih dari kontaminasi SO2 karena kadarnya jauh di bawah baku mutu. Udara di lapangan parkir Faperta IPB aman untuk dihirup dengan asumsi tidak terdapat bahan pencemar berbahaya lainnya dengan konsentrasi yang melebihi baku mutu.

DAFTAR PUSTAKAAlifah, Taty. 2010. Oksida-oksida Sulfur (SOx). [terhubung berkala] http://tatyalfiah.files.wordpress.com/2009/09/oksida-sulfur-_sox_.pdf (diakses 02 Oktober 2013)Departemen Kesehatan. 2012. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan. [terhubung berkala] http://www.depkes.go.id/downloads/ Udara.PDF (diakses 3 Oktober 2013)Nachtrieb, Oxtoby Gillis. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.Pohan, Nurhasmawaty. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. [terhubung berkala] http:// repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/ 1371/1/ kimia-nurhasmawaty2. pdf (diakses 2 Oktober 2013)Sopiah, Nida. 2005. Transformasi Kimia Senyawa Belerang, Dampak, dan Penanganannya. Balai Teknologi Lingkungan BPPT, Serpong.Sugiyono, Agus. 2000. Prospek Penggunaan Teknologi Bersih untuk Pembangkit Listrik dengan Bahan Bakar Batubara di Indonesia. Jurnal Teknologi Lingkungan Volume 1, Nomor 1: 90-95. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta.

LAMPIRAN I.PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

LAMPIRAN II.DOKUMENTASI PENELITIAN