Laporan Praktikum Tehno Solida Efflorescent Powder

19
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Dalam perkembangan kefarmasian banyak produk obat yang sediaannya di buat beragam, khususnnya untuk menarik perhatian dari masyarakat untuk mengonsumsi obat tersebut, macam-macam sediaan obat yaitu serbuk, kapsul, tablet, pil, emulsi, sirup, dan supositoria. Dalam percobaan ini kami membuat sediaan obat berupa serbuk yang merupakan suatu campuran obat atau bahan kimia yang halus terbagi-bagi dalam bentuk kering, atau pembuantan serbuk biasanya di pakai untuk menentukan bentuk fisik suatu bahan kimia atau suatu obat tunggal (Ansel, 2008). Serbuk biasanya di siapkan untuk pemakain dalam (internal), dan juga untuk pemakaian luar (eksternal). Serbuk di berikan kepada pasien oleh ahli farmasi dalam jumlah yang besar dan ada juga yang di bagi dalam bagian-bagian terbungkus, pada dasarnya tergantung pada dosis atau potensi dari serbuk tersebut (Ansel, 2008). Dalam hal ini terlebih khusus kami membuat serbuk efflorescent di mana serbuk ini termasuk dalam kategori serbuk istimewa seperti halnya serbuk effervescent. Dalam penanganan pembuatan serbuk efflorescent haruslah hati-hati karena serbuk ini bersifat higroskopis atau dapat menyerap kelembapan dari udara.

description

effloresent

Transcript of Laporan Praktikum Tehno Solida Efflorescent Powder

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang

    berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan.

    Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat

    berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini

    banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang

    disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan

    peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa

    harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.

    Dalam perkembangan kefarmasian banyak produk obat yang

    sediaannya di buat beragam, khususnnya untuk menarik perhatian dari

    masyarakat untuk mengonsumsi obat tersebut, macam-macam sediaan obat

    yaitu serbuk, kapsul, tablet, pil, emulsi, sirup, dan supositoria.

    Dalam percobaan ini kami membuat sediaan obat berupa serbuk

    yang merupakan suatu campuran obat atau bahan kimia yang halus

    terbagi-bagi dalam bentuk kering, atau pembuantan serbuk biasanya di

    pakai untuk menentukan bentuk fisik suatu bahan kimia atau suatu obat

    tunggal (Ansel, 2008).

    Serbuk biasanya di siapkan untuk pemakain dalam (internal), dan

    juga untuk pemakaian luar (eksternal). Serbuk di berikan kepada pasien

    oleh ahli farmasi dalam jumlah yang besar dan ada juga yang di bagi

    dalam bagian-bagian terbungkus, pada dasarnya tergantung pada dosis

    atau potensi dari serbuk tersebut (Ansel, 2008).

    Dalam hal ini terlebih khusus kami membuat serbuk efflorescent di

    mana serbuk ini termasuk dalam kategori serbuk istimewa seperti halnya

    serbuk effervescent. Dalam penanganan pembuatan serbuk efflorescent

    haruslah hati-hati karena serbuk ini bersifat higroskopis atau dapat

    menyerap kelembapan dari udara.

  • 2

    I.2 Maksud Percobaan

    Membuat serbuk efflorescent yang memenuhi standar dan

    disyaratkan untuk menghasilkan serbuk yang baik.

    I.3 Tujuan Percobaan

    Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu

    untuk membuat serbuk yang memenuhi standar yang disyaratkan untuk

    menghasilkan serbuk yang baik.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Teori Umum

    II.1.1 Pengertian Serbuk

    Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang

    diserbukkan, karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih

    mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang

    dipadatkan (Dirjen POM, 1979).

    Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih

    sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali

    minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh

    atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang

    mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam (Dirjen

    POM, 1995).

    Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu,

    sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit.

    Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga

    agar jangan ada bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama

    untuk serbuk yang berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk (FI III 23,

    Ilmu Resep Teori jilid I) :

    1. Obat yang berbentuk Kristal/bongkahan besar hendaknya digerus

    halus dulu.

    2. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan

    zat penambah ( konstituen ) dalam mortir.

    3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa

    serbuk sudah homogen.

    4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.

    5. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.

    Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah

    zat tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti Saccharum

  • 4

    Album, Saccharum Lactis, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 20 mg.

    Penggunaan Saccharum Album ada keuntungannya sebagai korigen rasa,

    tetapi serbuk akan mudah basah karena higroskois. Serbuk yang diberikan

    kepada pasien diabetes tidak boleh digunakan Saccharum Album sebagai

    zat tambahan. Tetapi digunakan Mannitum atau Saccharum Lactis (Anief,

    1987).

    II.1.2 Keuntungan dan Kerugian Serbuk

    Keuntungan serbuk

    1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang

    dipadatkan.

    2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet,

    lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.

    3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak

    ditemukan dalam sediaan serbuk.

    4. Obat yang tidak stabil dalam sediaan suspensi, atau larutan dapat

    dibuat dalam bentuk serbuk.

    5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul,

    dapat dibuat dalam bentuk serbuk.

    6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai.

    Kerugian serbuk

    1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak.

    2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah.

    II.1.3 Sifat-sifat serbuk (Voight, 1995).

    1. Sifat dimensi

    Definisi bentuk dan ukuran partikel serbuk dilakukan dengan

    berbagai cara yang berbeda pada hakekatnya sangat bergantung

    dengan metode pengukurannya. Kemungkinan penilaian lain bagi

    serbuk adalah melalui analisis ayakan, analisis sedimentasi, dan

    perhitungan partikel secara elektronik.

  • 5

    2. Sifat permukaan

    Atas dasar bidang gaya yang dimilikinya, permukaan partikel

    zat padat mampu mengadsorbsi molekul-molekul air dan uap. Dengan

    teradsorpsinya uap air pada serbuk, dibanyak bahan obat padat akan

    terbentuk lapisan antara berupa air, yang dapat mempengaruhi

    stabilitas, kemampuan bereaksi, dan kelarutan zat.

    3. Sifat aliran

    Sifat aliran serbuk dapat diperbandingkan dengan cairan bukan

    newton, yang dpengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, melalui

    gaya kohesi diantara partikel dan oleh pembentukan lapisan tipis

    permukaan dan faktor-ffaktor lainnya.

    4. Sifat tekhnologi farmasi

    Dalam hal ini diartikan sebagai kelarutan dan hubungan antara

    ukuran partikel dengan kerja klinis, dan juga beberapa karakteristik

    semacam itu muncul akibat teknologi pengolahan serbuk menjadi

    sediaan obat.

    II.1.4 Serbuk Efflorescent

    Serbuk efflorescent adalah serbuk kristal yang mengandung air

    hidrasi atau kristalisasi. Air ini dapat dibebaskan baik selama pengerjaan

    maupun karena terkena paparan lingkungan (Kelembaban rendah).

    Akibatnya serbuk menjadi lengket dan pucat, atau bahkan mencair.

    Untuk mencegahnya digunakan garam anhidrat dari obat tersebut.

    Contohnya atropin sulfat, cafein, asam sitrat, kodein dan kokain (Ansel

    dan Allen, 2005).

    II.2 Rancangan Formula

    Tiap sachet (4 g) mengandung :

    Coffein sitrat 0,1 g

    Aspartam 1 %

    Na Benzoat 0,02 %

    Wild cherry q.s

  • 6

    Dextrin add 1 g

    II.3 Alasan Penambahan

    II.3.1 Alasan formulasi

    Coffein adalah alkaloid yang biasanya terdapat dalam kopi dan teh.

    Coffein berkhasiat menstimulasi SSP dengan efek menghilangkan letih

    dan ngantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi ditingkatkan serta

    prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki (Tjay dan Rahardja, 2008).

    Dalam pembuatan sediaan caffein dibutuhkan zat tambahan berupa

    asam sitrat. Dimana asam sitrat berguna sebagai pengatur pH. Asam sitrat

    berguna untuk menurunkan pH sediaan yang terlalu basa antara 7-8.

    Kombinasi coffein dan asam sitrat mengakibatkan sediaan akan lebih cepat

    larut, karena asam sitrat memiliki kelartan yang sangat mudah larut dalam

    air.

    Coffein sitrat merupakan salah satu obat yang dapat dibuat sediaan

    serbuk efflorescent. Kafein sitrat mengandung tidak kurang dari 48,0 %

    dan tidak lebih dari 52,0 % kafein anhidrat dan tidak kurang dari 48,0 %

    dan tidak lebih dari 52,0 % asam sitrat anhidrat. Sedangkan pada

    pembuatan serbuk efflorescent membutuhkan garam anhidrat dari suatu

    obat yang digunakan untuk mecegah keluarnya air hidrasi (Dirjen POM,

    1979 : Ansel dan Allen, 2005).

    II.3.2 Alasan penambahan zat tambahan

    1. Asam Sitrat

    Asam sitrat anhidrat merupakan bahan yang banyak digunakan

    dalam formulasi farmasi. Asam sitrat anhidrat merupakan garam

    anhidrat, dimana garam anhidrat ini digunakan sebagai penyusun

    serbuk efflorescent, karena serbuk efflorescent adalah serbuk yang

    mengandung air kristal, untuk mencegahnya maka digunakan garam

    anhidrat. Konsentrasi asam sitrat yng biasanya digunakan pada serbuk

    yaitu 0,3 - 2,0 % (Excipient, 181 : Ansel dan Allen 2005).

  • 7

    2. Aspartam

    Aspartam digunakan sebagai agen pemanis dalam produk

    minuman, makanan dan dalam sediaan farmasi. Hal ini dapat digunakan

    untuk meningkatkan sistem rasa dan dapat digunakan untuk menutupi

    beberapa karakteristik yang tidak enak, perkiraan daya pemanis

    aspartam adaah 180-200 kali dari sukrosa. Jika dibandingkan dengan

    sakarin dan sukrosa, sakarin dan sukrosa juga merupakan agen pemanis

    tetapi penggunaan sakarin mendapat larangan yang telah diusulkan

    beberapa negara karena dapat menimbulkan kanker kandung kemih.

    Sedangkan penggunaan sukrosa dapat menyebabkan penyakit diabetes

    melitus dan obesitas. Sehingga pengunaan aspartam cocok digunakan

    untk oranng diet dan mencegah penyakit DM karena memiliki

    kandungan rendah kalori (Excipient, 2006 : 49, 605 : 606, 703).

    3. Natrium Benzoat

    Natrium benzoat adalah salah satu contoh pengawet yang memliki

    konsentrasi ya g biasa dipakai dalam preparat farmasi (Ansel, 2008).

    Natrium benzoat memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air.

    Konsentrasi yang diguakan untuk oral yaitu 0,02% - 0,5%. Penggunaan

    pengawet yang terlalu besar terlalu berbahaya, sehinggan pada

    formulasi ini digunakan konsentrasi yang paling rendah (Excipient,

    471).

    4. Dextrin

    Dextrin adalah polimer sukrosa yang digunakan sebagai perekat

    dan bahan pengisi untuk sediaan farmasi, misalnya dalam tablet dan

    kapsul sebagai pengikat granulasi tablet, dextrin juga digunakan sebagai

    pengental suspensi.

    Dextrin digunakan sebagai pengisi dan juga bisa digunakan

    sebagai pengawet gula yang berfungsi melindungi dan sebagai perekat.

    Jika dibandingkan dengan laktosa dan talk, laktosa tidak dicerna diusu

    sehingga menyebabkan diare dan pertu kembung. Sedangkan

  • 8

    penggunaan talk merupakan bahan alami sehingga sering mengandung

    mikroorganisme (Excipient, 2006 : 220, 368, 728).

    II.4 Uraian Bahan

    1. Kafein (FI IV : 254)

    Nama resmi : Coffeinum

    Nama lain : Coffein

    Rm/Bm : C8H10N4O2 / 194,19

    Rumus bangun :

    Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih,

    biasnya menggumpal, tidak berbau, rasa pahit,

    larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus,

    bentuk hidratnya mekar di udara.

    Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam etanol,

    mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam

    eter.

    Stabilitas : Kafein sitrat digunakan untuk injeksi dan

    penggunaan internal sesuai dengan pemenkasan

    Eseuber dan knog, siapkan suntikan dalam air

    steril dan dipanaskan pada suhu 1210C selama

    15 menit. Untuk serbuk kaffein sitrat solusi di

    buat untuk internal, dibuat untuk melarutkan

    kaffein sitrat pada Aquades dengan

    menambahkan sirup ceri sebagai penyedap.

    kafein stabil dalam plastik.

    Incompabilitas : Kafein inkome terhadap garam perak, adanya

    asam klorida dan iodium, kafein dapat di

  • 9

    endapkan oleh asam tenik dan jumlah yang

    lebih.

    Penyimpanan : Kafein hidrat dalam wadah tertutup rapat, dan

    kafein anhidrat dalam wadah tertutup baik

    Kegunaan : Sebagai zat aktif

    DM : 100-200 mg

    2. Asam sitrat (FI IV : 48 Exipient : 182)

    Nama resmi : Acidum citricum

    Nama lain : Asam sitrat

    Rm/Bm : C6H8O2.H2O/210,14

    Rumus Bangun :

    Pemerian : Hablur bening, tidak berwarnahatau serbuk

    hablur granul sampai halus, putih tidak berbau

    atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam,

    bentuk hidrat mekar dalam udara dingin.

    Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut

    dalam etanol, agak sukar larut dalam eter

    Stabilitas : Asam sitat monohidrat kehilangan Kristal air di

    udara kering atau ketika di panaskan pada 40oc.

    Sedikit mencair di udara lembab. Larutan asam

    sitrat encer dapat di gunakan juga untuk

    fermentasi. Jadi bahan-bahan anhidrat dan

    monohidrat dalam jumlah yang banyak harus

    disimpan diwadah kedap udara dan ditempat

    yang sejuk dan kering.

    Incompatibilitas : Asam sitrat ini incompatible dengan alkali

    tanah, karbonat dan bikarbonat asetat dan

  • 10

    sulfina. Incompatibilitas termasuk bahan

    pengoksida basa atau sebagai zat pereduksi dan

    nitrat, berpotensi meledak jika di kombinasikan

    dengan metal nitrat

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

    Kegunaan : Sebagai bahan pengasami, zat aktif dan zat

    tambahan.

    3. Aspartam (exipient : 49)

    Nama resmi : Suciname Acid

    Nama lain : Aspartam

    Rm/Bm : C14H 18H2O5/294,30

    Rumus Bangun :

    Pemerian : Serbuk putih, serbuk Kristal dengan rasa manis

    Stabilitas : Aspartam stabil dalam kondisi kering, dalam

    keadaan lemak hidrolisis dapat menyebabkan

    terjadinya kerusakan produk seperti

    aspharthylpeny lalaine dalam 3 benny 6-carboxy

    metal 2,5-di ketopiperozine. Hasil degradasi

    produk yang ketiga juga di ketauhi b-1 aspartyl

    1-phenylalanine methyl ester. Kestabilanya pada

    suhu 25oc dalam larutan penyangga. Stabilitas

    dalam larutan dapat di tingkatkan dengan

    penambahan siklodextrin dan penambahan PEG

    4oo pada pH2 sebagaimana di ketauhi pada pH

    3,5-4,5. Stabilitas tidak dapat ditingkatkan

    dengan mengganti air dengan pelarut organic,

    degradasi aspartame juga dapat terjadi selama

  • 11

    waktu pemanasan kerugian dari aspartame dapat

    diminimalisir dengan menggunakan temperature

    yang tinggi dalam waktu yang singkat diikuti

    dengan pendinginyang cepat.

    incompatibilitas : Aspartam inkompatibel dengan kalsium dibasik

    fosfat dengan lubrikan magnesium stearat dan

    juga reaksi antara aspartam dan gula.

    Kegunaan : Sebagai bahan pemanis

    4. Natrium Benzoat (FI III : 395, Exipient 627-628)

    Nama resmi : Natrii benzoat

    Nama lain : Asam benzoate garam natrium, benzoat soda,

    natrii benzoat, natrium benzocum, so benate,

    sodii benzoate, natrium asam benzoat

    Rm/Bm : C7H5N2O2/144,11

    Rumus Bangun :

    Pemerian : Butiran atau serbuk hablur putih, tidak berbau

    atau hamper tidak berbau, stabil di udara

    Kelarutan : Mudah larut alam air, agak sukar larut dalam

    etanol dari lebih mudah larut dalam etanol 90%

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tempat sejuk dan

    keing

    Kegunaan : Zat pengawet

    Kestabilan : Larutan air dapat di sterilkan dengan aoutoklaf

    atau filtrasi

    Incompatability : Tidak kompatibel dengan senyawa kuartener,

    gelatine, garam besi, kalsium garam, dan garam-

    garam dan logam berat termasuk perak, timah

  • 12

    dan merkuri, aktifitas pengawet dapat dikurangi

    dengan interaksi dengan kadin atau surfaktan

    non ionik.

    Konsentrasi : 0,02-0,5 %

    5. Dextrin (exipient, 220)

    Nama resmi : Dextrinum

    Nama lain : Dextrin

    Rm/Bm : C6H10O5/162,14

    Rumus Bangun :

    Pemerian : Pucat kuning atau berwarna coklat bubuk putih

    dengan sedikit bau khas

    Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol

    (95%), eter dan propan. 20,1 perlahan larut

    dalam air dingin, sangat larut dalam air

    mendidih, membentuk solusi mucila gines

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering

    Kegunaan : Sebagai bahan poengisi

    Kestabilan : Karakteristik fisik antara dextrin dapat berubah

    tergantung pada metode pembuatan pada bahan-

    bahan sumber dalam larutan cair molekul

    dextrin cenderung menjadi agregat karena

    poerubahan kerapatan, temperatur, pH atau

    karakter lain, peningkatan viskositas disebarkan

    oleh usia larutan dextrin yang memburuk dan

    keistimewaanya terlihat dalam dextrin pati

    jagung yang tidak larut. Asam yang ada dalam

    dextrin sebagai sisa pembuatan dapat

  • 13

    menyebabkan hidroksi yang lebih lama.

    Pengenceran larutan secara berangsur-angsur

    sisa asam yang di temukan dalam dextrin yang

    tidak larut seperti prodextrin, yang juga akan

    menyebabkan pengurain kekentalan selama

    penyimpan. Untuk mengurangi masalah ini,

    dextrin dapat menetralkan kelarutan dextrin

    yang rendah dengan ammonia dan sodium

    bikarbonat dalam wadah dingin.

    Incompatability : Tidak kompatible dengan oksidator kuat

  • 14

    BAB III

    METODE KERJA

    III.1 Alat yang Digunakan

    1. Batang Pengaduk

    2. Cawan Porselin

    3. Lumpang dan Alu

    4. Neraca Analitik

    5. Sendok Tanduk

    6. Sudip

    III.2 Bahan yang Digunakan

    1. Kafein

    2. Aspartam

    3. Na Benzoat

    4. Dextrin

    5. Wild Cherry

    III.3 Perhitungan Bahan

    v Untuk 1 sachet

    Coffein Sitrat = 0,1 g

    Aspartam = X 4 g = 0,004 g

    Na Benzoat = X 4 g = 0,0008 g

    Dextrin = 4 - (0,1 + 0,004 + 0,0008) g

    = 4 - 0, 1408 g

    = 3, 8592 g

    Untuk Batch

    Coffein sitrat = 0,1 g x 5 = 0,5 g

    Aspartam = 0,04 g x 5 = 0,2 g

    Na Benzoat = 0,0008 g x 5 = 0,004 g

    Dextrin = 3, 8592 g x 5 = 19,296 g

    1100

    0,02100

  • 15

    III.4 Perhitungan Dosis

    Coffein Sitrat = 100 mg (sekali)

    Dosis Maksimum = 500 mg 1500 mg

    Dosis Lazim = 100 mg 200 mg

    Untuk Umur 13 23 tahun

    v Umur 13 tahun

    Dosis 1X pakai = X 500 mg = 325 mg

    (100 mg < 325 mg)

    Persentasi 1x pakai = X 100 % = 37,76 %

    v Umur 23 tahun

    Dosis 1X pakai = X 500 mg = 500 mg

    (100 mg < 500 mg)

    Persentasi 1x pakai = X 100 % = 20 %

    III.5 Cara Kerja

    v Pembuatan Coffein Sitrat

    1. Disiapkan alat dan bahan

    2. Ditimbang masing-masing bahan

    3. Digerus asam sitrat 50 mg

    4. Ditambahkan 50 mg kafein kedalam lumpang

    5. Digerus sampai homogen

    v Pembuatan serbuk kafein sitrat efflorescent powder

    1. Digerus Aspartam, dimasukkan kedalam toples bersama Na

    Benzoat

    2. Digerus dextrin, ditambahkan kedalam toples, di campur

    3. Dimasukkan aspartam, Na benzoat dan Dextrin kedalam lumpang

    yang berisi kafein sitrat

    4. Ditambahkan wild cherry secukupnya

    5. Diayak, lalu dikemas dalam sachet

    6. Diberi etiket dan brosur

    1320

    100 mg325 mg

    100 mg500 mg

    23+124

  • 16

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Pengamatan

    IV.2 Pembahasan

    Serbuk adalah bentuk sediaan yang paling sederhana yang

    merupakan dasar awal dari bentuk sediaan seperti tablet, kapsul, dan

    sebagainya (Modul penuntun praktikum tekhnologi sediaan padat. 2014).

    Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan

    (Anief, 1993).

    Pada percobaan ini, dilakukan formulasi tentang serbuk efflorescen

    dengan zat aktif kafein. Dimana serbuk efloresen adalah adalah zat-zat

    yang berbentuk kristal dapat menjadi serbuk dan membebaskan kristal air.

    Salah satu penanganan dalam serbuk efloresen ini adalah diatasi dengan

    penambahan garam-garam anhidrat. Dimana garam-garam anhidrat, atau

    cenderung menyerap kelembaban dari udara.

    Dalam pemilihan zat-zat tambahan yang akan digunakan dalam

    formulasi, ditinjau dari berbagai aspek. Diantaranya yaitu kelarutan, inkom

    dari setiap bahan, kestabilan dan bahan-bahan yang cocok.

    Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan

    pertimbangan kriteria fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan

    obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan digunakan dalam membuat

    produk tersebut. Obat dan bahan-bahan farmasetik digunakan harus

    tercampur satu dengan yang lainnya, untuk menghasilkan suatu produk

    obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan aman (Ansel, 2008).

    Masukkan gambar yang sudah torang seduh digelas aaaaaa

  • 17

    Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang masing-masing

    bahan yang akan digunakan yaitu untuk 1 batch atau untuk 5 sachet

    diperlukan kafein 0,5 g, Aspartam 0,2 g, Na Benzoat 0,004 gr, dan dextrin

    19,296 g. Selanjutnya dimasukkan kafein sitrat kedalam lumpang. Dimana

    kafein sitrat ini merupakan pencampuran antara kafein dengan asam sitrat

    yang telah digerus homogen.

    Setelah itu digerus aspartam sebagai pemanis, dan digerus sampai

    homogen. Penggunaan aspartam sebagai pemanis karena aspartam

    merupakan material yang tidak toksik, dan memiliki tingkat kemanisan

    160-200 kali lebih manis dari sukrosa, serta tidak ada kepahitan atau tidak

    meninggalkan residu (Excipient, hal 48).

    Kemudian aspartam dimasukkan kedalam toples dan ditambahkan

    Na Benzoat sebagai pengawet dalam sediaan ini. Tujuan ditambahkan

    pengawet dalam sediaan adalah untuk mengetahui expared date dari suatu

    sediaan. Selain itu juga pengawet digunakan, untuk mencegah tumbuhnya

    mikroba dalam suatu sediaan ( Ansel, 2008).

    Langkah selanjutnya digerus dextrin sebagai pengisi. Selain sebagai

    pengisi, dextrin juga digunakan sebagai pengering serbuk. Pengisi ini

    digunakan sebagai zat tambahan dan mencukupkan bobot dalam suatu

    sediaan.

    Dimasukkan dextrin kedalam toples yang berisi aspartam dan na

    benzoat, dicampurkan sampai merata. Kemudian semua bahan dimasukkan

    kedalam lumpang yang berisi kafein sitrat.

    Semua bahan yang telah dimasukkan kedalam lumpang tadi,

    diatmbahkan wild cherry sebagai perasa. Lalu digerus hingga homogen,

    kemudian diayak serbuk yang digerus. Dimasukkan kedalam sachet dan

    diberi etiket dan brosur. Setelah dievaluasi kelarutannya, ternyata dengan

    kombinasi coffein dengan asam sitrat, sediaan ini lebih cepat larut. Karena

    asam sitrat memiliki kelarutan yang sangat mudah larut dalam air.

    Adapun sediaan ini, diindikasikan sebagai algesik atau pereda rasa

    sakit, perangsang jantung dan meningkatkan produksi urin. Serta

  • 18

    pembangkit stamina dan menghilangkan rasa lelah. Dimana kafein sitrat

    merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat

    kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi

    badan menjadi lebih baik.

  • 19

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    serbuk efflorescent adalah adalah zat-zat yang berbentuk kristal dapat

    menjadi serbuk dan membebaskan kristal air. Yang dapat diatasi dengan

    penambahan garam-garam anhidrat. Kombinasi antara kafein dengan asam

    sitrat, lebih mudah larut dalam air dan diindikasikan untuk menghilangkan

    rasa letih.

    V.2 Saran

    Diharapkan kepada seluruh praktikan untuk lebih lebih

    memperhatikan dan lebih mempelajari rancangan formula, agar dapat

    menghasilkan sediaan yang baik.