Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

30
LAPORAN DISKUSI KASUS KE-2 BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENTAL MEDICINE II “Buruh Indonesia Rentan Terkena Penyakit” KELOMPOK 2 TUTOR dr. R. Busono Boenjamin ANGGOTA Gilang Rara Amrullah G1A011004 Irma Nuraeni Hidayat G1A011005 Raditya Bagas Wicaksono G1A011006 Ageng Bella Dinata G1A011041 Fachrurozi Irsyad G1A011042 Jatmiko Edy Nugroho G1A011043 Brahma Putra J. G1A011077 Dhea Danni Agisty G1A011078 Setya Aji Priyatna G1A011079 Mulia Sari G1A011112 Tri Ujiana Sejati G1A011113

Transcript of Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

Page 1: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

LAPORAN DISKUSI KASUS KE-2

BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENTAL MEDICINE II

“Buruh Indonesia Rentan Terkena Penyakit”

KELOMPOK 2

TUTOR

dr. R. Busono Boenjamin

ANGGOTA

Gilang Rara Amrullah G1A011004

Irma Nuraeni Hidayat G1A011005

Raditya Bagas Wicaksono G1A011006

Ageng Bella Dinata G1A011041

Fachrurozi Irsyad G1A011042

Jatmiko Edy Nugroho G1A011043

Brahma Putra J. G1A011077

Dhea Danni Agisty G1A011078

Setya Aji Priyatna G1A011079

Mulia Sari G1A011112

Tri Ujiana Sejati G1A011113

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN UMUM

2012

Page 2: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

SKENARIO DK 2

BANDUNG, (PRLM).- Indonesia berada dalam peringkat sepuluh besar

negara yang buruhnya berisiko terkena penyakit akibat kerja. Namun sampai saat

ini tidak pernah ada data resmi dari pemerintah tentang buruh atau warga di

sekitar kawasan industri yang terkena penyakit yang disebabkan industri.

Demikian pula, tidak pernah ada asuransi yang dibayarkan kepada buruh yang

terkena penyakit akibat kerja.

Hal itu terungkap dalam jumpa pers konferensi Asian Network for the

Rights of Occupational Accident and Disease Victims (ANROAV/Jaringan Asia

untuk Hak Korban Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja) di Hotel Horison

Bandung, Senin (18/10). Konferensi berlangsung di Bandung sampai Rabu

(20/10) itu diikuti oleh perwakilan buruh, aktivis, korban penyakit akibat kerja,

dan organisasi akar rumput dari 22 negara di Asia.

Koordinator Inisiatif Lokal untuk Jaringan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3), M. Darisman mengatakan, Indonesia sudah mengimpor berbagai

bahan baku industri yang sangat berbahaya bagi kesehatan sejak lebih dari 30

tahun lalu, namun sampai saat ini tidak pernah ada pencatatan yang dilakukan

pemerintah atas penyakit yang ditimbulkan bahan-bahan berbahaya itu.

“Ironisnya, banyak kasus yang kami duga sebagai penyakit akibat kerja,

tetapi tidak didiagnosa dengan benar oleh dokter, karena masih minimnya

pengetahuan dokter kita tentang penyakit akibat kerja. Misalnya, penyakit

asbestosis sering salah diagnosa menjadi tuberculosis,” kata Darisman.

Untuk pendataan asbestosis saja, berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Darisman dan lembaganya, diketahui bahwa perusahaan yang menggunakan

asbes sebagai bahan bakunya, tidak tercatat dengan baik. Sejauh ini, Inisiatif

Lokal untuk Jaringan K3 di Indonesia baru teridentifikasi 28 perusahaan yang

menggunakan asbes sebagai bahan bakunya. Total buruh yang terancam abestosis

di 28 perusahaan itu sebanyak 10.972 orang.

“Itu baru sebagian kecil saja, karena kami hanya bisa mendeteksi

perusahaan yang terdaftar di Jamsostek. Padahal sebenarnya, hanya 30 persen

perusahaan di Indonesia yang terdaftar di Jamsostek, sedangkan 70 persennya

Page 3: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

tidak terdaftar dan tidak diketahui apakah mereka menggunakan asbes atau tidak.

Belum lagi buruh-buruh di sektor informal,” kata Darisman.

Pada tahun 2009, tercatat Indonesia mengimpor asbes sebanyak 80 ribu

sampai 90 ribu ton/tahun. Dan ironisnya, sebagian dari asbes itu diimpor dari

negara-negara yang sudah melarang penggunaan asbes, misalnya Kanada.

“Ambang batas asbes di Indonesia pun ditetapkan terlalu tinggi oleh pemerintah,

yaitu 0,2 milimikron, padahal di luar negeri ambang batas asbes itu ditetapkan

0,001 milimikron,” kata Darisman. (A-132/A-147)***

Page 4: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Toksikologi

Toksikologi adalah kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik

berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sisitem biologic lainnya

(Lu, 2010).

2. Racun

Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif sedikit berbahaya

bagi kesehatan bahkan jiwa manusia.

3. Toksikologi Industri

a. Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya

zat kimia pada sistem biologi. Kajian tokskologi meliputi: studi

quantitatif tentang efek bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat dan

aksinya racun, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan pada

manusia dan hewan.

b. Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya

zat kimia pada sistem biologi. Kajian tokskologi meliputi: studi

quantitatif tentang efek bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat dan

aksinya racun, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan pada

manusia dan hewan (Conver, 1994). Toksikologi industri membagi

proses/fase terjadinya penyakit industri menjadi 3 fase

(International Labour Organization, 1997), yaitu:

Fase Eksposisi

Bahan kimia berada di ambient kemudian terjadi paparan pada

penderita (dalam hal ini orang yang berkaitan dengan proses

industri).

Fase Toksikokinetik

Fase ini terkait erat dengan nasib toksikan pada tubuh manusia,

mulai dari absorpsi, distribusi, biotransformasi, hingga

metabolisme. Absorpsi zat toksik pada umumnya melalui tiga

Page 5: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

port de entre antara lain inhalasi, dermal, dan peroral/ingesti.

Kemudian zat toksik mengalami distribusi melalui darah

menuju organ target. Saat mencapai hepar, ia akan mengalami

metabolisme tahap I (hidrolisis, oksidasi, reduksi) dan tahap II

(konjugasi asam). Pada saat metabolisme, zat toksik dapat

berubah menjadi lebih aktif atau justru inaktif yang kemudian

diekskresikan ke luar tubuh (misalnya melalui urine).

Fase Toksikodinamik

Pada fase ini zat toksik mengeluarkan efeknya bagi tubuh

manusia dan terjadi interaksi dengan reseptornya pada organ-

organ tubuh. Dapat terjadi berbagai reaksi interaksi antar

toksikan sebagai berikut:

Page 6: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

Perlu diperhatikan bahwa absorpsi toksikan melalui inhalasi

menjadi salah satu yang cukup berat efeknya, hal itu disebabkan :

a. Luas permukaan saluran pernapasan yang besar

b. Struktur dan fisiologi saluran pernapasan

c. Proses bernapas terjadi tanpa sadar, tanpa daya pilih, sehingga

semua bisa masuk tubuh

4. Debu

Mengenai salah satu bentuk zat toksik dalam debu, kita harus

mengetahui definisi dari hal ini. Setiap partikel padat yang melayang

di udara (bersifat organik maupun anorganik) dapat berbentuk debu

atau serat. Berdasarkan ukurannya, debu dapat menjadi dua yaitu

respirable (< 10 mikron) dan nonrespirable (>10 mikron). Debu akan

terdeposit mulai dari saluran pernafasan hingga alveoli, tergantung

ukuran, densitas debu, dan pola serta struktur saluran pernafasan

(Jeyaratnam, 2009).

5. Fume

Berbeda dengan tipe fume, dimana asalnya merupakan partikel logam

padat yang berasal dari kondensasi uap metal dengan oksigen sehingga

kemudian terbentuk oksida logam (misal Pb oksida, seng oksida dan

sebagainya) dengan ukuran <1 mikron dan efek bergantung kepada

logam yang menyertainya (Jeyaratnam, 2009).

Page 7: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

6. Gejala keracunan toksikologi yaitu :

a. Gejala non spesifik

Pusing

Mual

Muntah

Gemetar

Badan lemah

Pandangan berkunang-kunang

Sukar tidur

Nafsu makan berkurang

Sukar konsentrasi

b. Gejala spesifik

Sesak napas

Sakit perut

Diare

Kejang-kejang

Keram perut

Gangguan mental

Kelumpuhan

Koma

Nyeri otot

Air liur berlebihan

Gangguan penglihatan

PEMBAHASAN

Page 8: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

1. Sebutkan jenis-jenis bahan baku industri yang berbahaya bagi

kesehatan manusia !

Bahan kimia yang umum di temukan di tempat kerja dapat berupa

zat padat, debu, cairan, uap, gas.

Adapun sifat dari bentuk-bentuk zat kimia tersebut adalah sebagai berikut:

a. Zat padat

Walaupun kecil kemungkinan untuk menyebabkan keracunan, tetapi

dapat masuk ke mulut melalui makanan, dapat terhirup maupun

terabsorpsi melalui kulit jika berubah bentu. Padahal beberapa proses

industri memungkinkan zat padat berubah menjadi debu, gas maupun

uap dan akhirnya menjadi cair, misalnya: debu kayu, asap dan uap las,

pembakaran polyurethane (bahan plastik).

b. Debu

Adalah partikel kecil dari zat padat, misal: debu semen, debu

fiberglass, debu kapas, debu biji-bijian,debu asbes, dll. Bahaya debu

terutama bila terhirup dalam sistem pernafasan.

c. Cairan

Banyak ditemukan dalam proses dan produk industri, misal: asam dan

solvent. Banyak dari cairan kimia juga mengeluarkan uap yang sangat

toksik jika terhirup. Cairan ini juga terabsorpsi ke dalam sistem

peredaran darah melalui kulit.

d. Uap

Bisa berasal dari bentuk alamiah zat tersebut dalam temperatur normal

maupun uap dari zat cair. Selain dapat bersifat iritatif bagi kulit, mata

dan saluran pernafasan, uap juga dapat bersifat flammable atau mudah

terbakar dan explosive atau mudah meledak.

e. Gas

Dapat berasal dari perubahan bentuk zat padat maupun cair dalam

kondisi panas. Gas dapat terdeteksi dari bau dan warna, tetapi ada

beberapa gas yang tidak bisa terdeteksi dengan bau dan warna, contoh

gas CO. Gas mudah terhirup dan efeknya sering dirasakan ketika

Page 9: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

kondisi tubuh sudah sangat rapuh. Gas juga dapat bersifat flammable

atau explosive.

Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi dalam

bentuk tunggal dan atau campuran yang dapat membahayakan

kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung,

yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik,

korosif dan iritasi (Permenindustri 24/M-IND/PER/5/2006).

Bahan baku yang bersifat critical pada negara-negara non Uni

Eropa (European Comission of Enterprise and Industry, 2011) :

a. USA : berylium

b. Canada : cobalt

c. Mexico : fluorspar

d. Brazil : niobium, tantalum

e. South Africa : platinum group metals

f. Republik Congo : cobalt, tantalum

g. Russia : platinum group metals

h. India : graphite

i. Japan : Indium

j. China : antimon, berylium, fluorspar, gallum, graphite, germanium,

indium, magnesium, rare earths, tungsten

Bahan kimia yang berbahaya dalam bidang industri

(Suma’mur, 1996)

A. RACUN LOGAM DAN METALOID

Timah Hitam

Bentuk keracunan timah hitam dibagi menjadi dua bentuk

yaitu keracunan persenyawaan organis yang bersifat kronik dengan

gejala anemi, kolik, dan wrist drop dan keracunan persenyawaan

anorganisnya dengan gejala insomnia, delirium, dan kekacauan

pikiran. Pengobatan keracunan timah hitam dengan cara

menghentikan penambahan timah hitam yang masuk tubuh melalui

Page 10: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

pernafasan atau pencernaan dan mengobatinya dengan Na EDTA

secara iv.

Mangan

Keracunan mangan terjadi karena menghirup debu mangan

yang cukup banyak. Gejalanya tak dapat tidur siang dan insomnia

di malam hari, nyeri otot, kejang, sempoyongan saat berjalan, kaku

anggota badan atau kelemahan. Pengobatannya dengan

menggunakan BAL.

Berrylium

Berryliosis adalah kelainan akibat berrylium yaitu terjadi

granuloma kronis paru.

Chrom

Penyebab perforasi septum nasi disebut kabut asam kromat,

sedangkan kerusakan kulit karena garam krom disebut “borok

krom” yang semakin lama akan semakin dalam. Krom banyak

digunakan sebagai garam dalam larutan untuk melapisi logam

secara elekrik.

B. BAHAN ORGANIK

Halogen Hidrokabon

Terdiri dari tetrachloretan, karbotetrachlorida,

chlornafthalen, metal bromide, dan metal chloride. Persenyawaan

halogen hidrokarbon juga berkasiat sebagai racun serangga : DDT,

lindane, aldrin, dieldrin, dan endrin, yang paling beracun adalah

aldrin.

Ter Arang Batu

Benzena dapat menyebabkan keracunan mendadak dengan

gejala kejang, koma, dan akhirnya meninggal. Aniline digunkan

sebagai tinta cetak, tinta untuk tanda pada bahan pakaian, cat,

pembersih cat, dan sintesa zat warna. Nitrobenzene digunakan

sebagai bahan aniline dan bahan pengganti bitter almonds.

Page 11: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

C. BAHAN KOROSIF

Amoniak (NH3)

Digunakan untuk sintesa bahan organik, antibeku dalam

pendingin, dan bahan pembuatan pupuk. Zat ini dapat

mempengaruhi sel dan menyebabkan rangsangan pada selaput

lendir. Pada paru-paru menyebabkan oedem paru dan pneumonia.

Fluor, Hidrogen Fluorida (HF)

Fluor digunakan untuk sintesa bahan organik sedangkan

hydrogen fluoride digunakan dalam pembuatan minyak alam dan

untuk mengetes gelas. Fluor dan senyawanya adalah racun

langsung pada sel yang mengganggu metabolisme kalsium dan

enzim. HF sangat korosif pada jaringan sehingga akan

mengakibatkan borok nikrotik yang sangat dalam.

D. RACUN GAS

Asam Sulfida

Asam Sulfida biasanya terdapat ditempat pengolahan

minyak bumi, penyamkan kulit, pertambangan dan pabrik rayon.

Asam Sulfit menyebabkan nekrosia dan kerusakan sel susunan

saraf pusat. Pengaruh Asam Sulfit tergantung pada kadarnya, kadar

satu ppm tidak menyebabkan bau, 5 ppm dapat menyebabkan bau

tapi cepat hilang, di atas 50 ppm gejala cepat menghebat,

konjungtivitis, mual, batuk, mabuk, anosmia, oedem paru. Lebih

dari 500 ppm tidak sadarkan diri, nafas dangkal, dan kematian

dalam waktu 30-50 menit.

Karbon Monoksida

Merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari

pembakaran karbon atau bahan yang mengandung karbon. Gas ini

di dalam darah akan membentuk karboksihemoglobin yang tidak

dapat lagi mengikat oksigen untuk keperluan sel. Gejala utama

keracunan Co adalah sesak nafar, warna merah terang selaput

lendir, tidak sadarkan diri.

Asam Sianida

Page 12: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

Biasanya digunakan untuk fumigasi tikus dan untuk sintesa

bahan kimia. Terdapat di alam sebagai racun singkong. Sianida

bersifat racun karena menghambat system sitokrom oksidase untuk

menggunakan oksigen dalam sel.

Jika dibagi berdasarkan produknya, maka ada beberapa bahan

baku produksi berikut yang bisa berbahaya bagi kesehatan:

a. Aluminium - (Deville process, Bayer process, Hall-Héroult

process, Wöhler process)

b. Ammonia, digunakan dalam fertilizer dan bahan eksplosif- (Haber

process)

c. Bromine - (Dow process)

d. Chlorine, digunakan dalam bahan kimia - (Chloralkali

process, Weldon process, Hooker process)

e. Fat - (Rendering)

f. Fertilizer - (Nitrophosphate process)

g. Kaca - (Pilkington process)

h. Emas - (Bacterial oxidation, Parkes process)

i. Air Keras, digunakan untuk produk radioaktif - (Girdler sulfide

process)

j. Hidrogen - (Steam reforming, Water Gas Shift Reaction)

k. Timbal (dan Bismut) - (Betts electrolytic process, Betterton-Kroll

process)

l. Nickel - (Mond process)

m. Asam nitrit- (Ostwald process)

n. Kertas - (Pulping, Kraft process, Fourdrinier machine)

o. Karet - (Vulcanization)

p. Garam- (Alberger process, Grainer evaporation process)

q. Kristal semikonduktor- (Bridgeman technique, Czochralski

process)

r. Perak - (Patio process, Parkes process)

s. Natrium karbonat, untuk sabun - (Leblanc process, Solvay

Page 13: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

process, Leblanc-Deacon process)

t. Asam sulfat - (Lead chamber process, Contact process)

u. Titanium - (Hunter process, Kroll process)

v. Zirconium - (Hunter process, Kroll process, Crystal bar

process, Iodide process

2. Jelaskan efek/pengaruh dari bahan baku industri berbahaya tersebut

dalam kesehatan manusia !

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor:

PER/-01/MEN/1981, jenis-jenis penyakit yang timbul karena hubungan

kerja adalah:

a. Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan

parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestois) dan silikotuberkulosis yang

silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

b. Penyakit paru dan saluran nafas (bronkopulmoner) atau byssinosis

yang disebabakan oleh debu, kapas, vlas, henep (serat yang diperoleh

dari batang tanaman Cannabis sativa), dan sisal (serat yang diperoleh

dari tumbuhan Agave sisalana, biasanya dibuat tali).

c. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

d. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai

akibat penghirupan debu organic.

e. Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya

yang beracun.

f. Penyakit yang disebabkan oleh kadium (Cd) atau persenyawaannya

yang beracun.

g. Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya

yang beracun.

h. Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya

yang beracun.

i. Penyakit yang disebabkan oleh arsenic (As) atau persenyawaannya

yang beracun.

Page 14: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

j. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau merkurium (Hg) atau

persenyawaannya yang beracun.

k. Penyakit yang disebabkan oleh timbel atau plimbum (Pb) atau

persenyawaannya yang beracun.

l. Penyakit yang disebabkan oleh flourin (F)

m. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide.

n. Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alifatik atau aromatic yang beracun.

o. Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang

beracun.

p. Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene

atau homolognya yang beracun.

q. Penyakit yang disebabkan olehnitrogliserin atau ester asam nitrat

lainnya.

r. Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton.

s. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksisa atau

keracunan seperti karmon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen

sulfide atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso, dan nikel.

t. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

u. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan

otot, urat, tulang persendian, dan pembuluh darah atau saraf tepi).

v. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan

tinggi.

w. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi

yang mengion.

x. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,

kimiawi, biologis.

y. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, biteum,

minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk, dan residu dari

zat-zat tersebut.

Page 15: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

Spektrum efek toksik (Lu, 2010)

a. Efek local dan sistemik

Efek local disebabkan oleh bahan kimia yang membuat cedera pada

tempat bahan itu bersentuhan dengan tubuh.

Efek sistemik terjadi hanya setelah toksikan diserap dan tersebar ke

bagian lain tubuh.

b. Efek berpulih dan nirpulih

Efek berpulih yaitu jika efek itu dapat dihilangkan dengan sendirinya

dan kebalikannya disebut efek nirpulih.

c. Efek segera dan tertunda

Efek segera adalah efek yang timbul segera setelah satu kali pajanan.

Efek tertunda yaitu efek yang muncul setelah beberapa waktu setelah

terpajan.

d. Efek morfologis, fungsional, dan biokimiawi

Efek morfologis berkaitan dengan perubahan bentuk luar dan

mikroskopis pada morfologi jaringan.

Efek fungsional biasanya berupa perubahan berpulih pada fungsi organ

sasaran.

Efek biokimiawi adalah efek toksik yang tidak menyebabkan

perubahan morfologis.

e. Reaksi alergi dan idiosinkrasi

Reaksi alergi/ hipersensitivitas terhadap toksikan disebabkan oleh

sensitisasi sebelumnya oleh toksikan itu atau bahan yang mirip secara

kimiawi.

Reaksi idiosinkrasi didasari oleh faktor keturunan yang menyebabkan

reaktivitas abnormal terhadap bahan kimia tertentu.

f. Respon bertingkat dan respon kuantal

Disebut juga hubungan dosis-respon.

Page 16: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

3. Metoda Diagnosa Penyakit Akibat Kerja

Metodologi baku diagnosa penyakit akibat kerja atau pun

gangguan kesehatan akibat kerja mencakup hal-hal berikut:

a. Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan

dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor di

tempat kerja, pada pekerjaan dan atau lingkungan kerja menjadi

penyebab penyakit akibat kerja. Riwayat penyakit meliputi antara lain

awal-mula timbul gejala atau tanda sakit, gejala atau tanda sakit pada

tingkat dini penyakit, perkembangan penyakit, dan terutama penting

hubungan antara gejala serta tanda sakit dengan pekerjaan dan atau

lingkungan kerja.

b. Pemeriksaan klinis dimaksudkan untuk menemukan gejala dan tanda

yang sesuai untuk suatu sindrom, yang sering-sering khas untuk suatu

penyakit akibat kerja. Sebagai misal, pada keracunan kronis timah

hitam (Pb; timbal) terdapat gejala dan tanda penyakit seperti garis

timah hitam di gusi, anemia, kolik usus, wrist drop (kelumpuhan saraf

lengan nervus ulnaris dan atau nervus radialis), dllnya. Atau gejala

dan tanda cepat terganggu emosi, hipersalivasi dan tremor pada

keracunan oleh merkuri (air raksa atau Hg). Atau keracunan metanol

yang menyebabkan kebutaan selain gejala-gejala umum akibat

keracunan kelompok senyawa organis.

c. Pemeriksaan laboratoris dimaksudkan untuk mencocokkan benar

tidaknya penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan atau

produk mertabolisme dari padanya ada dalam tubuh tenaga kerja yang

menderita penyakit tersebut. Guna menegakkan diagnosis penyakit

akibat kerja, biasanya tidak cukup sekadar pembuk-tian secara

kualitatif yaitu tentang adanya faktor penyebab penyakit, melainkan

harus ditunjukkan juga banyaknya atau pembuktian secara kuantitatif.

d. Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sering sangat membantu dalam

menegak-kan diagnosa penyakit akibat kerja, terutama untuk penyakit

yang disebabkan penim-bunan debu dalam paru dan reaksi jaringan

paru terhadapnya yaitu yang dikenal dengan nama pnemokoniosis.

Page 17: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

Hasil pemeriksaan sinar tembus baru ada maknanya jika dinilai

dengan riwayat penyakit dan pekerjaan serta hasil pemeriksaan

lainnya dan juga data lingkungan kerja.

e. Pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan kema-juan teknik-

teknologi kedokteran/kesehatan lain dapat sangat berguna bagi upaya

menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja sesuai dengan kebutuhan

dan kepen-tingan.

f. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja yang dimaksudkan untuk

memastikan adanya dan mengukur kadar faktor penyebab penyakit di

tempat atau ruang kerja. Hasil pengukuran kuantitatif di tempat atau

ruang kerja sangat perlu untuk melakukan penilaian dan mengambil

kesimpulan, apakah kadar zat sebagai penyebab penyakit akibat kerja

cukup dosisnya atau tidak untuk menyebabkan sakit. Sebagai misal,

kandungan udara 0,05 mg timah hitam per meter kubik udara ruang

kerja tidaklah menyebabkan keracunan Pb, kecuali jika terdapat

absorpsi timah hitam dari sumber lain atau jam kerja per hari dan

minggunya sangat jauh melebihi batas waktu 8 (delapan) jam sehari

dan 40 jam seminggunya (Suma’mur, 2010).

4. Apa yang dimaksud dengan nilai ambang batas (NAB) !

Standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman

pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-

hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (BSN,

2005).

Page 18: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

5. Apa yang dimaksud dengan NAD kadar tertinggi yang di

perkanankan (KTD)?

Kadar zat kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui

meskipun dalam waktu sekejap.

Maximum allowable concentration (MAC) adalah nilai tertinggi

kadar sesuatu zat yang pekerjanya tidak menderita penyakit atau gangguan

kesehatan. MAC ini lebih menekan efek akut daripada efek kumulatif.

6. Apa yang dimaksud dengan NAB paparan singkat yang di

perkenankan (PSD)?

NAB batas pemaparan singkat, yaitu kadar tertentu bahan-bahan

kimia di udara lingkungan kerja di mana hampir semua tenaga kerja dapat

terpajan secara terus menerus dalam waktu yang singkat, yaitu tidak lebih

dari 15 menit dan tidak lebih dari 4 kali pemajanan per hari kerja, tanpa

menderita/mengalami gangguan iritasi, kerusakan atau perubahan jaringan

yang kronis serta efek narkosis. Dalam daftar disingkat dengan PSD atau

Pemajanan Singkat yang Diperkenankan (Latif, 1997).

7. Apa kegunaan NAB ?

Kegunaan Nilai Ambang Batas (Siahaan, 2012)

a. Sebagai alat evaluasi bagi badan-badan yang berwenang atas mutu

lingkungan suatu daerah atau kompartemen tertentu. Jika, misalnya

kualitas yang terjadi telah berbeda dengan hal yang dikehendaki, maka

sebenarnya di sana diperlukan suatu tindakan untuk meningkatkan

mutu lingkungan itu sendiri.

b. Berguna sebagai alat pentaatan hokum administrative bagi pihak-pihak

yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, seperti

perusahaan industry, usaha agrobisnis, perikanan, peternakan, dan lain-

lain untuk mengontrol tingkat kecemaran, sehingga dapat dilakukan

upaya-upaya preventif.

c. Dapat berguna bagi pelaksanaan Amdal yang merupakan konsep

pengendalian lingkungan sejak dini.

Page 19: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

d. Sebagai alat control untuk memudahkan pengelolaan dan pengawasan

perizinan. Bila misalnya, parameternya telah melewati ambang batas

yang ditolerir, maka dapat dianggap telah melanggar ketentuan

perizinan.

e. Dapat berguna bagi penentuan telah terjadinya pelanggaran hokum

pidana, terutama dalam penentuan pelanggaran delik formal. Bilamana

ketentuan dilanggal, berarti telah dipandang sebagai melakukan delik

lingkungan. Dapat dilihat Padal 43 ayat (1) UUPLH 1997, yang

menentukan bahwa siapa saja yang melanggar ketentuan perundang-

undangan yang berlaku dimana diketahui perbuatan tersebut dapat

menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup diancam

pidana penjara.

Kegunaan NAB :

a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan

b. Pedoman untuk perencanaan dan desain pengendalian peralatan

c. Substitusi bahan dengan yang kurang beracun

d. Membantu menentukan gangguan kesehatan atau penyakit akibat

bahan kimia

8. Cara mengukur Nilai Ambang Batas !

a. Kadar rata-rata tenaga kerja kontak dengan suatu zat, dihitung dari

berapa lama kontak dengan suatu zat dikali dengan kadar zat pada

berbagai keadaan dan diambil rata-ratanya.

b. Kombinasi dua atau lebih zat,dihitung dari jumlah perbandingan kadar

zat dengan NAB, bisa lebih dari satu berarti melampaui NAB

(waktu paparan zat1 X kadar zat1)+(waktu paparan zat2 X kadar zat2)

waktu paparan zat1 + waktu paparan zat2

kadar zat1 + kadar zat2

NAB1 NAB2

Page 20: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Toksikologi Industri. Bontang : Program Magister Ilmu

Lingkungan Universitas Diponegoro.

Confer, R.G. dan Thomas R. Confer. 1994. Occupational Health and Safety:

Terms, Definitions and Abbreviations. Florida: CRC Press, Inc.

Denny, Hanifa M. 2010. Toksikologi Industri. Semarang : FKM Universitas

Diponegoro.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan

Kerja. Jakarta: Depkes.

Effendi, Ferry dan Makhfudii. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Info Badan standarisasi nasional.2005. Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di

udara tempat kerja. Volume 5 No. 1 Januari 2005.Jakarta: Badan

standarisasi nasional.

International Labour Organization. 1997. Your Health and Safety at Work:

Chemical in the Work Place. ILO, Bureau for workers’ activities

Occupational safety and Health Branch, Project INT/97/MOI/ITA-Funded

by Italy. Italy: United Nations.

Jeyaratnam, J. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC.

Latif, Abdul.1997. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE‐01/MEN/1997

Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia Di Udara Lingkungan Kerja.

Jakarta: Menteri Tenaga Kerja.

Page 21: Laporan Dk 2 Chem II 2012 Fixed

Lu, Frank C. 2010. Toksikologi Dasar Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia.

Siahaan, N.H.T. 2012. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi

Kedua. Available at: http://books.google.co.id/books?

id=ae7qLHtmcW4C&pg=PA288&dq=nilai+ambang+batas+adalah&hl=

en&sa=X&ei=fXXHT9CjLIa69QT0hoyLDw&redir_esc=y#v=onepage&q

=nilai%20ambang%20batas%20adalah&f=false

Suma’mur. 2010. Diagnosa dan penilaian cacat penyakit akibat kerja available at

www.jamsostek.co.id/content_file/ diagnosa .pdf

________. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Toko

Gunung Agung.