LAPORAN Blok 18 Lbm 6

20
LAPORAN SGD “Management of Oromaxillofacial Diseases and Disorders” BLOK 18 LBM 6 SGD 2 Disusun oleh: 1. Hafid Nur Arzanudin (112100198) 2. Handi Lukman (112100199) 3. Ken Sekar Langit (112110205) 4. M. Yaqiudin Aditya (112110209) 5. Maharani Tri N. (112110210) 6. Melisa Anastacia Pranoto (112110211) 7. Muthia Choirunnisa (112110212) 8. Riska Perwitasari (112110223) 9. Taufiah Resa (112110228) 10. Vivit Wulandari (112110233)

description

bedah orto

Transcript of LAPORAN Blok 18 Lbm 6

LAPORAN SGDManagement of Oromaxillofacial Diseases and DisordersBLOK 18 LBM 6SGD 2

Disusun oleh:

1. Hafid Nur Arzanudin(112100198)2. Handi Lukman(112100199)3. Ken Sekar Langit(112110205)4. M. Yaqiudin Aditya(112110209)5. Maharani Tri N.(112110210)6. Melisa Anastacia Pranoto(112110211)7. Muthia Choirunnisa(112110212)8. Riska Perwitasari(112110223)9. Taufiah Resa(112110228)10. Vivit Wulandari(112110233)11. Zulfi Fauziana Riski(112110241)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG2014BAB 1PENDAHULUAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan SGD blok Management of Oromaxillofacial Diseases and Disorders. Pada unit belajar 6 ini membahas tentang bedah orthodontik. Dimana bedah orthodontik dilakukan pada seseorang yang mengalami kelainan skeletal ekstrim dan sudah tidak dapat dirawat dengan alat orthodontik.Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari tutor maupun teman mahasiswa akan kami terima dengan terbuka. Semoga materi dalam laporan LBM 6 ini dapat bermanfaat dan membantu bagi kita semua .Wassalamualaikum Wr. Wb.

BAB 2PEMBAHASAN

Unit Belajar 6 : Bedah OrthodonticJudul: Mandibular protruded pasien dewasaSkenario: Seorang laki-laki, 32 tahun datang ke RSIGM mengeluhkan rahang bawahnya yang terlihat sangat maju. Riwayat keluarga menemukan bahwa kakak dan adiknya memiliki kecenderungan yang sama.Pemeriksaan intra oral memperlihatkan hubungan molar kelas III, gigi anterior atas labioversi dan gigi anterior bawah linguoversi, midline gigi bawah yang bergeser ke kiri 3 mm. Pemeriksaan radiologis menunjukkan kelainan skeletal dengan nilai SNA 800 dan SNB 820. Dokter menjelaskan rencana perawatan berupa bedah orthognatik, termasuk prosedur sebelum dan sesudahnya.

Step 1:1. Bedah ortognatik: pembedahan utk mereposisi tulang dasar dan dentoalveolar ked lm hub yg normal dan memperbaiki fungsi estettik, terdiri dr 2 kata ortho artinya meluruskan dan genatia adalah rahang jadi prosedur bedah utk meluruskan kembali struktur kerangka rahang dan kraniofascial 2. Hubungan molar kelas 33. Prosedur sebelum dan sesudah bedah orthognatik4. Gigi ant atas labioversi dan ant bawah linguoversi5. Riwayat keluarga memiliki kecenderungan yg sama6. SNA 80 dan SNB 82: mandibular dan maksila normal7. Midline gigi bawah bergeser 3mm ke kiri

Step 2:1. Apa diagnosis dari scenario?2. Apa macam-macam kelainan skeletal?3. Apa macam-macam bedah orthognatik?4. Apa Indikasi dan kontraindikasi bedah orthognatik?5. Pemeriksaan apa saja untuk menegakkan diagnose?6. Apa saja Komplikasi pasca bedah?7. Prosdur apa saja yg dilakukan sebelum dan sesudah bedah orthognatik?8. Mengapa bisa terjadi pergeseran midline gigi RB ke kiri?LO:1. Prosedur bedah ortognatik (sebelum, saat, sesudah operasi) dan disertai gambar2. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnose3. Macam bedah ortognatik4. Indikasi dan kontraindikasi bedah ortognatik5. Macam kelainan skeletal dan gambar6. Komplikasi bedah ortognatik

Bedah OrthodonticPerawatan maloklusi secara ortodonti tidak selalu berdiri sendiri melainkan dapat berkoordinasi dengan perawatan pembedahan. Keadaan ini terjadi apabila perawatan ortodonti gagal atau adanya keparahan dari hubungan dentofasial yang anomali. Pembedahan ortognatik adalah tindakan untuk mengoreksi anomali skeletal atau malformasi terhadap maksila dan atau mandibula. Pembedahan ortognatik disebut juga sebagai bedah ortodonti karena ahli ortodonti reposisi gigi dan ahli bedah mulut menggunakan bedah ortognatik untuk reposisi seluruh atau sebagian dari salah satu atau kedua rahang yang dilakukan dengan tujuan untuk meluruskan atau membentuk rahang sehingga diperoleh bentuk rahang yang selaras atau normal. Ini karena dengan menggerakkan rahang, terjadi juga gerakan gigi. Bedah ortognatik dilakukan bersamaan dengan perawatan ortodonti agar gigi akan berada dalam posisi yang tepat dan stabil setelah operasi. Kelainan skeletal atau malformasi pada rahang dapat terjadi pada saat lahir atau kemungkinan menjadi nyata sewaktu tumbuh kembang pasien. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan mengunyah, pola bicara yang tidak normal, kehilangan gigi dini dan kerusakan serta disfungsi dari sendi temporomandibular. Macam kelainan skeletal:1. Deformitas maksilaa. Maksila protrusif: pertumbuhan yang berlebih dalam arah horisontal dalam molar, kadang-kadang dengan protrusi mandibula (protrusi bimax)b. Defisiensi anteroposterior (AP) Maksila: pertumbuhan maksila yang tidak adekuat dalam arah anterior kelas III c. Kelebihan maksila vertical: pertumbuhan berlebih alveolus maksila dalam arah inferior penampakan gigi dan gingival yang berlebihan, ketidakmampuan bibir menutup tanpa ketegangan pada otot mentalisd. Defisiensi maksila vertical: penampakan edentulous yang menunjukkan tidak ada gigi, gigitan dalam pada mandibula dengan ujung dagu yang menonjol, wajah bagian bawah yang pendeke. Defisiensi maksila transversal: etiologi kongenital, pertumbuhan, traumatik, dan iatrogenik, misalnya etiologi pertumbuhan kebiasaan menghisap ibu jari, dan iatrogenik pertumbuhan yang terbatas yang disebabkan oleh pembentukan jaringan parut palatalf. Celah alveolar: kontriksi maksila dalam dimensi transversal anteroposterior.

2. Deformitas mandibulaa. Hyperplasia: kelebihan anteroposterior mandibularb. Hypoplasia mandibular: defisiensi anteroposterior mandibulaGabungan deformitas maksila dan mandibula meliputi:a. Asimetri AP mandibula: pergeseran tengah mandibula secara klinisc. Sindrom wajah pendek / brachyfacial: defisiensi pertumbuhan wajah bawah dalam hal dimensi vertical, kelas II oklusal plane mandibula yang rendah dengan defisiensi AP mandibula, kadang-kadang dengan defisiensi maksila vertikald. Sindrom wajah panjang/dolicofacial: tinggi wajah bagian bawah berlebih, sudut oklusal dan mandibular meningkat, sering kombinasi dengan kelebihan maksila vertikal dengan hipoplasia mandibula e. Apertognatia : sering dengan sindrom wajah panjang, mengalami asimetri wajah bagian bawah.Sedangkan deformitas dagu, terdiri dari Makrogenia dan Mikrogenia. Penelitian terhadap stabilitas hasil, pergerakan temporomandibular joint, aspek psikologis dan pergerakan lidah telah menyebabkan perbedaan dari 5 deformitas dentofasial yang ditetapkan dari masing-masing deformitas: (i) Prognati mandibula; (ii) Prognati mandibula dengan open bite; (iii) Defisiensi mandibula dengan sudut plane mandibula yang normal atau rendah; (iv) Defisiensi mandibula relatif dengan sudut plane mandibula yang tinggi; dan (v) Defisiensi mandibula absolut dengan sudut plane mandibula yang tinggi.Penegakan DiagnosaBeberapa hal yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosa seseorang perlu atau tidaknya bedah orthognatik antara lain:1. Pemeriksaan klinisAnalisa jaringan lunak: analisis estetik fasial, analisis profil (mengukur kecembungan atau kecekungan profil wajah), dan pemeriksaan oral (membantu menemukan deformitas fungsional dan estetik struktur dentofasial). 2. Analisis radiografis:a. Radiografi intra-oral periapikal: radiografi ini membantu dalam menentukan kondisi gigi dan tulang alveolar. Keadaan patologi sekitar gigi juga dapat ditentukan menggunakanradiografi b. Panoramik: radiografi panaromik menawarkan pandangan yang luas dari seluruh bagian dentofasial termasuk sendi temporomandibular. Radiografi ini berguna dalam mengevaluasi patologi tulang, sendi temporomandibular dan sinus maksilaris. c. Sudut pandangan titik submento: radiografi ini rutin digunakan, ia adalah untuk menentukan ketebalan bukofasial.3. Analisis model gigiStudi model juga sangat membantu dalam evaluasi oklusi dari segala arah. Digunakan untuk menilai perbedaan antar lengkungan dan intra-arch 4. Sendi temporomandibular dievaluasi dengan cara inspeksi, palpasi auskulasi, dan dengan pemeriksaan radiografi untuk mengevaluasi gerakan dan patologi.Klasifikasi Bedah orthognatikA. Pembedahan pada MaksilaUntuk mengoreksi deformitas gigitan terbuka anterior, biasanya pada yang mengalami protrusi atau retrusi. Dibagi menjadi dua yaitu osteotomy segmen-segmen maksila dan osteotomy total maksila.1. Osteotomy segmen-segmen maksila terbagi atas: Osteotomy single tooth Corticotomy Osteotomy segmen anterior maksila, terbagi lagi antara lain : Teknik Wassmud, teknik Wunderer, osteotomy anterior maksila Epker, dan teknik Cupar. Osteotomy subapikal posterior maksila (Kufner, Schuchardt, dan Perko dan Bell). 2. Osteotomy total maksila terbagi menjadi Osteotomy Lefort I, Osteotomy Lefort II dan Osteotomy Lefort III

B. Pembedahan pada Mandibulaa. Mandibular prognati: vertical subzigmoid osteotomy (biasanya dilakukan bedah scr intraoral pd ramus dr zigmoid notch sampai mandibular bagian bawah). Komplikasinya adalah hemorarge, gigi mengalami resorpsi akar, kerusakan pada vaskularisasi. body osteotomy: pemotongan pd gigi P ke bawah, biasanya dibutuhkan ekstraksi gigi bersangkutan, biasanya ditambah intermaxillary fiksasi. b. Mandibular retrognati:a. sagital split osteotomy: pemotongan ramus mandibular menjadi 2 bagian kemudian salah satu bagian dilakukan split atau digeser kedepan. Lebih kecil resikonya terhadap kerusakan vaskilarisasi, mengurangi terjadinya nekrosis pada mandibularb. inverted L osteotomy: pemotongan ramus berbentuk L. dilakukan pada orang yang deformitasnya konginetal atau sindrom. Dapat dilakukan melalui IO atau EOc. segmental osteotomy: biasanya dilakukan ekstraksi pd gigi P, tulang gigi P kebawah dipotong kemudian dimajukan

1. Osteotomi pada ramus (Osteotomy ramus vertikal ekstraoral, Osteotomy ramus vertikal intraoral, Osteotomy split sagital)Osteotomi ramus vertikal ekstraoralPerdarahan mungkin terrjadi akibat luka pada pembuluh darah retromandibular atau arteri masseterika dimana pembuluh darah ini menyilang secara lateral melalui sigmoid notch. Luka pada pembuluh saraf marginal mandibular juga mungkin akan terjadi.

Osteotomi ramus vertikal intraoralSecara umum sama dengan osteotomi split sagital.Osteotomi split sagittalLuka pada bundel neurovaskular alveolaris inferior. Kesinambungan dari bundel neurovaskular seharusnya dipelihara selama proses osteotomi. Jika tanpa sengaja pembuluh saraf terpotong, potongan terakhir sebaiknya dianastomos. Malposisi dari segmen kondilar (proksimal). Perhatian sebaiknya diberikan selama fiksasi segmen dengan kawat. Kawat transosseus yang tidak tepat dapat menekan atau menarik kawat ke posisi yang tidak menguntungkan. Jika terjadi beberapa kesalahan tempat, hal ini seharusnya diperbaiki dengan membedah ulang pasien.Split yang salah mungkin terjadi pada plat kortikal lingual. Split yang buruk mungkin terjadi pada segmen kondilar. Split yang buruk ini biasanya diakibatkan pencabutan gigi molar terakhir pada saat operasi. Dari itu, sebaiknya pencabutan gigi molar ketiga dilakukan enam bulan sebelum operasi. Alasan utama untuk split yang buruk adalah penggunaan fulcrum yang salah pada segmen lateral.2. Osteotomi mandibula3. Osteotomi subapikal (Osteotomy anterior subapikal, Osteotomy posterior subapikal, dan Osteotomy subapikal total)4. Genioplasti (Osteotomy horisontal dengan reduksi anteroposterior, teknik tenon, Osteotomy horisontal double sliding, Genioplasty reduksivertikal dan augmentasi alloplastic).

Indikasi dan Kontraindikasi Bedah OrthognatikIndikasi dari bedah orthognatik antara lain:a. diskrepansi skeletal kelas II atau III yang parahb. gigitan yang dalam pada pasien yang tidak sedang bertumbuhc. gigitan terbuka anterior yang parah, masalah dentoalveolar yang parah (terlalu parah untuk dikoreksi dengan koreksi ortodontik)d. situasi periodontal yang sangat lemah atau terganggu dan asimetri skeletal.Ricketts (1982), mengajukan 4 keadaan spesifik yang merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan bedah yaitu apabila : 1) perbaikan posisi dental yang diharapkan sukar dicapai dengan hanya perawatan ortodonti, karena malposisi yang sangat parah2) pola skeletal yang buruk untuk kemungkinan koreksi ortodonti yang baik3) hanya dengan perawatan ortodonti saja kurang dapat diperoleh estetika fasial yang serasi4) hanya dengan perawatan ortodonsi atau restorasi yang lain tidak dapat dicapai oklusi fungsional. Alexander (1986) menyatakan bahwa tindakan bedah ortognatik dapat dilakukan apabila dengan perawatan ortodonti tidak dapat diperoleh keseimbangan dentoalveolar dan profil jaringan lunak fasial.Sedangkan kontraindikasi dari bedah orthognatik:a. Semua kondisi kesehatan umum dimana semua intervensi bedah dikontraindikasikan.b. Keluhan ringan, atau ketika pasien belum melihat perlunya untuk perawatan, maka model plaster bisa diambil, memungkinkan penilaian perubahan di kemudian hari.c. Pada pasien muda, dianjurkan untuk memungkinkan pertumbuhan yang lengkap sebelum dilakukan intervensi bedah. Pengecualian untuk ini perlakuan dari defisiensi mandibula dengan bidang miring, mandibula rendah (morfologi konvergen), yang dapat ditangani dengan osteotomi sagital split atau osteogenesis distraksi sebelum pertumbuhan selesai.d. Alasan keuangan untuk tidak melakukan bedah ortodontik pada saat itu juga.Prosedur Bedah Orthognatik1. Prabedah Evaluasi PrabedahDiagnosis preoperasi sangat penting bagi keberhasilan operasi ortognatik, bertujuan untuk menentukan sifat, tingkat keparahan dan etiologikemungkinan deformitas dentofasial. Evaluasi medis umum adalah sejarah umum medis pasien harus dicatatuntuk mencegah terjadi kesalahan medis.Kesehatan gigi pasien harus dievaluasi. Evaluasi sosio-psikologis yaitu pasien dinilai untuk menentukan apakah dia menyadari adanya kelainan dentofasial yang dialami dan apa yang dia harapkan dari terapi bedah. Hal ini sangat membantu dalam menentukan dan memotivasi pasien.Status sosial pasien juga harus dievaluasi.Evaluasi sefalometri merupakan evaluasi penting dalam menentukan sifat dan keparahan kasus. Umumnya digunakan adalah analisis sefalometri Burstone dan analisis segiempat. Analisis sefalometri frontal membantu dalam menentukan wajah asimetris.

2. Prosedur bedah Pembedahan Osteotomi Segmental AnteriorProsedur ini dilakukan dengan anestesi umum dengan intubasi nasal, yaituinfiltrasi lokal denganHCl lignocaine2% dengan adrenalin 1:80000 seperti yang dilakukan di daerahanterior rahang atas. Insisi vertikal mukoperiosteal dibuat di daerah bikuspid bilateral, dimana telah dilakukan pencabutan sebelumnya (premolar 1 atas bilateral dicabut keduanya).Insisi menembus subperiosteal, membedah maju ke tepi piriform sekitar 5mm di atas tingkat puncak gigi gigi taring. Korteks bukal tulang dipotong dengan gergaji berosilasi atau bur fisur, pertama secara vertikal dan distal ke gigi taring dan kemudian secara horizontal ke tepipiriform di atas apeks gigi. Osteotomi secara bilateral selesai.

Insisi vertikal pendek dibuat langsung di atas tulang hidung anterior. Diseksi minimal pada jaringan lunak dilakukan untuk memungkinkan penempatan osteotomi untuk memisahkan premaksila dari septum hidung. Segmen premaksila sekarang bisa diputar ke arah superior pada jaringan lunak, memungkinkan ahli bedah untuk mengakses langsung ke situs osteotomi untuk pemotongan. Ketika segmen dapat ditempatkan dalam posisi yang direncanakan sebelumnya, keadaan ini distabilkan dengan kawat ortodontik yaitu fiksasi intermaksilari serta pelindung ortodonti. Kemudian dilakukan penjahitan pada jaringan mukosa dan submukosa untuk menutup bekas pembukaan operasi dengan jahitan sintesis yang absorbel.

Terdapat modifikasi dari teknik pembedahan segmental anterior maksila yaitu pembedahan secara subapical anterior maxillary segmental osteotomy. Prosedur awalnya sama seperti segmental anterior maksila kemudian dilanjutkan dengan insisi secara vertikal yang merentasi soket alveolar gigi premolar yang diekstraksi pada kedua sisi. Agar hujung akar gigi yang berada dekat dengan dinding sinus maksila anterior dan piriform aperture pada bagian inferior tidak terganggu saat insisi, osteotomi yang mendatar dilakukan, titik-tiitk ditandai dengan selang 3mm di atas daerah hujung akar tersebut dengan menggunakan bur fisur. Dengan berdasarkan titik-titik ini, osteotomi secara mendatar dilakukan dalam bentuk tanduk banteng di antara apeks gigi anterior dan piriform aperture. Osteotomi ini akan bersambung dengan osteotomi vertikal yang dibuat antara kedua-dua sisi. Setelah melakukan mobilisasi, balok tulang dentoalveolar anterior dihaluskan menggunakan bur vulkanit dan selanjutnya posisikannya pada prefabrikasi oklusal splint. Setelah difiksasi kuat dengan miniplates, penutupan luka bekas operasi dilakukan dengan bahan absorbel. Osteotomi ini dimodifikasi agar tidak mempengaruhi lebar dasar alar, tulang belakang hidung anterior dan septum nasal karena pelestarian tepi inferior dari aperture piriform.

Pembedahan Osteotomi Mandibula Subapikal Anterior Setelah pemberian anestesi lokal, skalpel no.15 digunakan untuk membuat insisi pada bibir bawah sekitar 15 mm dari vestibulum. Perluasan insisi dilakukan gigi premolar pertama menuju ke gigi premolar pertama pada sisi yang berlawanan dan bagian anterior mandibula menuju tepi inferior. Proses diseksi dilakukan pada bagian posterior sepanjang tepi inferior hingga bundle neurovascular mental dapat terlihat.Osteotomi dapat dilakukan dengan rotary instrumen atau dengan mini microsaw. Setelah pembuatan potongan vertikal, potongan horizontal dibuat menghubungkan potongan vertikal dengan ukuran 5 mm di bagian bawah apikal gigi anterior. Osteotomi harus dilakukan dengan osteotomi kecil atau chisel spatula. Potongan segmen dapat dimobilisasi dengan tekanan ringan pada sisi osteotomi menuju ke posisi yang diinginkan. Penutupan luka dilakukan dengan lapisan per lapisan. Resorbable chromic suture berukuran 4-0 ditempatkan pada bagian submukosa, diikuti dengan teknik penjahitan mattress vertikal untuk menutupi lapisan mukosa. Kemudian tekanan eksternal diberikan 5 hingga 7 hari untuk menghindari terjadinya edema atau hematom.

3. Pasca BedahSetelah operasi, pasien dibawa ke unit perawatan postanesthesia yaitu, ruang pemulihan untuk periode yang tepat, biasanya sampai waspada, berorientasi, nyaman dan menunjukkan tanda vital stabil, maka pasien dikembalikan ke kamar rumah sakit.Staf perawat terlatih dan berpengalaman ditempatkan dalam perawatan pasca operasi pasien bedah untuk terus memantau perkembangan pasca operasi. Pasien dipulangkan saat merasa nyaman, buang air kecil tanpa bantuan, mengambil makanan dan cairan secara oral tanpa kesulitan dan ambulating juga. Rumah sakit pasca operasi tinggal biasanya dari 1 sampai 4 hari. Pasien umumnya memerlukan hanya ringan sampai sedang obat sakit selama ini dan sering tidak memerlukan analgesik setelah dibenarkan pulang. Dengan begitu pasien sudah sembuh, radiografi pasca operasi diperoleh untuk memastikan bahwa perubahan tulang ditarget terjadi dan perangkat stabilisasi berada dalam posisi yang tepat. Pentingnya nutrisi pasca operasi, harus didiskusikan dengan pasien dan keluarga mereka sebelum masuk rumah sakit untuk operasi.Dahulu digunakan intermaksila fiksasi (IMF). Periode IMF berkisar antara 6 sampai 8 minggu. Selama beberapa tahun terakhir, beberapa sistem menggunakan sekrup tulang kecil dan plat tulang telah dikembangkan untuk memberikan stabilisasi tulang langsung di daerah osteotomi. Perkembangan terbaru dalam fiksasi internal yang kaku adalah penggunaan sekrup dan plat terbuat dari bahan absorbel. Bahan ini mampu mempertahankan kekuatan yang memadai untuk menstabilkan tulang selama masa penyembuhan dan kemudian diserap kembali secara hidrolisasi.Komplikasi Bedah Orthognatik Nervus InjuriCedera nervus dalam operasi ortognatik dapat disebabkan oleh trauma secara tidak langsung, seperti kompresi oleh edema bedah, atau trauma secara langsung, seperti kompresi, robek atau terpotong dengan instrumen bedah atau peregangan selama manipulasi osteotomi segmental. Seddon (1943) mengklasifikasikan defisit neurosensorik dan motor menjadi tiga kategori untuk menggambarkan jenis morfofisiologi cedera nervus mekanis yaitu neuropraxia, axonotmesis dan neurotmesis.Neuropraxia adalah bentuk cedera yang paling ringan dan digambarkan sebagai kerusakan selubung mielin secara lokal tanpa kecacatan yang kontinuitas. Mayoritas cedera nervus alveolarinferior (IAN) setelah osteotomi bilateral sagital split pada mandibula(BSSO) adalah neuropraxias dan mungkin disebabkan oleh manipulasi saraf, traksi atau kompresi. Sensasinormal atau fungsi biasanya sembuh dalam waktu dua bulan. Neurotmesis adalah gangguan yang parah pada batang saraf, yang dapat menyebabkan defisit neurosensorik yang mendalamdan mungkin permanen. Cedera nervus fasialis dalam bedah ortognatik jarang terjadi, namun konsekuensi dari cedera tersebut dapat merugikan pasien. Kerusakan pada cabang mandibula marginal nervus fasialis merupakan komplikasi dari pendekatan ekstraoral terhadap ramus mandibula atau angulus, tetapi pendekatan ini dalam bedah ortognatik jarang terjadi. Nervus fasial telah dilaporkan mengalami kerusakan di osteotomi subkondilar intraoral vertikal dan dalam prosedur kemunduran BSSO dengan kejadian kurang dari 1%. Mekanisme trauma dianggap telah kompresi disebabkan oleh retraktor belakang patah tulang, ramus posterior dari proses stiloid dan tekanan langsung sebagai akibat dari kemunduran segmen distal.Gangguan pada saraf neurosensorik palatina dan infraorbital kemungkinan besar terjadi setelah osteotomi rahang atas. Insiden gangguan kepekaan yang lama telah dilaporkan lebih rendah dari 4%, dan mereka sepertinya tidak mengganggu pasien. Komplikasi Pada TMJ. TMJ ankilosis fibrosa atau hipomobiliti setelah operasi ortognatik telah diusulkan, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: imobilisasi sendi rahang dengan intermaksilari fiksasi (IMF), perpindahan iatrogenik di bagian posterior kondilus dan intra-artikular hematoma atau pengambilan jaringan yang berlebihan dari periosteum dan lampiran otot pada ramus, mengakibatkan kontraksi dan pembentukan jaringan parut miofibrotik. Fibrilasi dan erosi tulang rawan kondilarmerupakan konsekuensi dari faktor-faktor ini sehingga terjadi hipomobiliti atau resorpsi kondilar. Idiopatik progresif kondilar resorpsi adalah kondisi yang dianggap disebabkan oleh faktor-faktor yang mengurangi kapasitas remodeling yang normal secara fungsional (umur, penyakit sistemik, hormon) atau meningkatkan stres biomekanik pada sendi rahang (terapi oklusal, gangguan internal, parafungsional, makrotrauma, oklusi tidak stabil). Sebagai konsekuensinya, penurunan kondilar, tinggi ramus, tingkat pertumbuhan (juvenil), retrusi mandibula yang progresif atau apertognathia dan gerakan mandibula terbatas. Resorpsi kondilar dapat dikaitkan dengan operasi ortognatik. Beberapa faktor resiko telah diajukan yaitu faktor morfologi atau fungsional praoperasi yang termasuk tanda-tanda radiologis osteoarthrosis, disfungsi TMJ, sudut mandibular yang tinggi dan rasio tinggi wajah di posterior dan anterior. Komplikasi VaskularPerdarahan yang tidak terkontrol pada rahang dapat terjadi akibat dari gangguan mekanis pembuluh darah atau koagulasi bawaan atau didapat. Penyebab umum perdarahan dalam operasi ortognatik adalah ketidakseimbanganhemostasis saat bedah. Variasi anatomi tulang atau pembuluh darah atau penanganan inadvertant jaringan dengan anatomi normal, anestesi hipotensi atau infeksi merupakan penyebab perdarahan segera atau sekunder. Jika perdarahan besar dapat dihindari, maka pemulihan akan lebih cepat. Osteotomi rahang atas, terutama osteotomi LeFort I dan II, memiliki potensi tinggi untuk terjadi pendarahan hebat dalam bedah ortognatik. Komplikasi ini dapat muncul sebagai perdarahan intraoperatif langsung atau sebagai pembengkakan pasca operasi atau epistaksis. Sumber yang paling umum dari perdarahan adalah cabang terminal dari arteri maksilaris internal, terutama arteri palatina atau sphenopalatina.Perdarahan yang paling terkait dengan mandibula osteotomi cenderung intraoperatif dan jarang terjadi dibandingkan dengan osteotomi rahang atas. Jika jaringan lunak ditarik dengan benar memungkinkan operasi yang akan dilakukan sepenuhnya dalam amplop periosteal danresiko untuk perdarahan yang signifikan sangat kecil. Keparahan dan gangguan yang lama dalam sirkulasi darah dapat menyebabkan nekrosis jaringan avascular, yang dapat menyebabkan devitalization gigi, kelainan periodontal atau bahkan kehilangan segmen tulang yang besar. Karena jaringan anastomosis yang padat di wajah, ini merupakan kejadian langka, tapi pada nyatanya mungkin baik pada rahang atas dan rahang bawah dalam, terutama dalam hubungan dengan osteotomi segmental. Bagian anterior rahang atas adalah zona resiko khusus. RelapsRelaps adalah resiko tak terduga dari bedah ortognatik. Relaps mungkin terjadi pada dental atau skeletal atau keduanya. Secara umum, memajukan mandibula akan menjadi stabil, bila fiksasi internal kaku dan ketinggian fasial anterior dipertahankan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan pada proses memajukan mandibula yaitu: keterampilan dokter bedah, kontrol segmen proksimal, termasuk posisi kondilar dan pencegahan rotasi segmen proksimal; pencegahan rotasi berlawanan dari segmen distal pada kasus dengan sudut mandibular tinggi; tingkat kemajuan mandibula, dan peregangan jaringan perimandibula, termasuk kulit, jaringan ikat, otot dan periosteum. Kemunduran mandibula tidak selalu stabil dan inklinasi ramus sewaktu operasi tampaknya memiliki pengaruh penting pada stabilitas. InfeksiInfeksi setelah operasi ortognatik dapat bersifat akut atau kronis, lokal atau umum. Kebanyakan infeksi pasca operasi disebabkan oleh bakteri endogen, kemungkinan besar oleh bakterik aerobik yaitu streptokokus.Infeksi terjadi apabila keseimbangan antara sistem pertahanan pejamu dan virulensi bakteri hilang. Faktor yang berkontribusi terhadap bedah ortognatik yaitu penggunaan steroid, durasi prosedur operasi, usia pasien, gangguan pada suplai darah ke segmen tulang, dehidrasi dari luka-luka, adanya benda asing, rawat inap di bangsal besar, gizi, hematoma dan merokok. Pengalaman dokter bedah, teknik aseptik yang baik dan penanganan yang baik pada jaringan juga merupakan faktor yang relevan. Komplikasi LainFraktur segmen osteotomi di BSSO, yaitu split buruk, telah dilaporkan terjadi pada 3% - 23% kasus. Komplikasi kedokteran adalah sekuel langka osteotomi rahang atas yaitu ketajaman visual menurun, disfungsi otot luar mata, keratitis neuroparalitik dan masalah nasolakrimal. Cedera ini tampaknya disebabkan oleh trauma langsung pada struktur neurovaskular selama pterigo-maksilaris dysjunction atau patah tulang memanjang hingga ke dasar tengkorak. Masalah periodontal dan kerusakan gigi mungkin ditemukan, terutama di osteotomi segmental. Masalah ini mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam teknik bedah. Desain dari insisi jaringan lunak sangat penting yaitu: insisi vertikaldalam osteotomi diduga akan menimbulkan masalah periodontal. Trauma pada mukoperiosteum palatal adalah resiko. Panas yang berlebihan dari instrumen yang berosilasi atau memutar, cedera pada jaringan lunak atau pengangkatan tulang interdental berlebihan dapatmengakibatkan pasokan pembuluh darah yang hebat seperti halnya juga saat reposisi segmen. Kebersihan rongga mulut yang buruk juga mempunyai peran dalam masalah periodontal. Banyak masalah bedah dapat diminimalkan jika ruang interdental dibuat sebelum operasi atau preoperasi dengan alat ortodontik.

Kesimpulan

Kelainan skeletal dentofasial dan profil wajah yang abnormal (prognati/retrognati mandibula) yang mempengaruhi estetika wajah sering dijumpai. Penggunaan alat-alat ortodontik memiliki keterbatasan dalam mengoreksi kelainan tersebut, maka pilihan yang dapat dijalani adalah dengan perawatan bedah rahang orthodontik atau bedah orthognatik. Penatalaksanaan dari bedah orthognatik pada kelainan skeletal oromaksilofasial itu sendiri meliputi penilaian preoperatif, manajemen pembedahan, teknik pembedahan (maksila/mandibula), dan fase perawatan pasca pembedahan.

Sumber: FKG Universitas Sumatera Utara Section B Specialist Surgical Principles. Part I General Surgery

Konsep Mapping:

Pasien pria 32 tahun

Model kerja, sefalometri, dll-Hub. Klas III angle-gigi anterior RA labioversi-gigi anterior RB linguoversi-midline RB bergeser ke kiri 3mmPemeriksaan PenunjangKelainan utama: RB sangat majuRPK: kakak & adik cenderung samaBedah orthognatikDiagnosa maloklusi klas IIIRahang bawah majuPemeriksaan EOPemeriksaan IO