L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan...

22
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/313314620 Pemanfaatan Kacang Babi (Vicia faba) dan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas Air Article · January 2016 CITATIONS 8 READS 690 3 authors, including: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Photocatalyst View project synthesis ZSM-5 meso pore from kaolin use as catalyst fragrance View project Ani Iryani Universitas Pakuan 21 PUBLICATIONS 143 CITATIONS SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Ani Iryani on 04 February 2017. The user has requested enhancement of the downloaded file.

Transcript of L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan...

Page 1: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/313314620

Pemanfaatan Kacang Babi (Vicia faba) dan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica

L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas Air

Article · January 2016

CITATIONS

8READS

690

3 authors, including:

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Photocatalyst View project

synthesis ZSM-5 meso pore from kaolin use as catalyst fragrance View project

Ani Iryani

Universitas Pakuan

21 PUBLICATIONS   143 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ani Iryani on 04 February 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

Page 2: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Pemanfaatan Kacang Babi (Vicia faba) dan Biji Asam Jawa

(Tamarindus indica L) Sebagai Koagulan Alami

Pada Proses Perbaikan Kualitas Air

Oleh

Riska Devi Purnamasari1, Ani Iryani

2, Tri Aminingsih

3

RINGKASAN

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup akan tetapi,

tingkat pencemaran air sudah sangat memprihatinkan. Metode koagulasi merupakan salah

satu metode yang cukup banyak diaplikasikan pada pengolahan air. Metode ini menggunakan

koagulan sintetik yang dapat memicu penyakit alzhaimer. Alternatif lain koagulan sintetik

yaitu memanfaatkan biokoagulan yang berasal dari bahan – bahan yang tersedia di alam.

Tanaman yang diduga memiliki potensi sebagai biokoagulan diantaranya kacang babi ( Vicia

faba ) dan biji asam jawa (Tamarindus indica L), karena memiliki kandungan protein yang

cukup tinggi yang dapat berfungsi sebagai polielektrolit kationik alami dan menunjukkan

hasil koagulasi positif. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pH dan konsentrasi

optimum suspensi serbuk kacang babi (Vicia faba) dan biji asam jawa (Tamarindus indica L)

sebagai biokoagulan untuk memperbaiki kualitas air dan pengaruhnya terhadap parameter

kualitas air.

Kacang babi dan biji asam jawa dihaluskan dan dilakukan ekstraksi selama 24 jam.

Residu hasil ekstraksi dikeringkan pada suhu ruang dan dibuat suspensi 0,06% (b/v) dengan

variasi pH 2,3,4,6 dan 8 kemudian diproses menggunakan jartest sehingga didapatkan pH

optimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum

dengan cara melarutkan serbuk kacang babi dan biji asam jawa dengan variasi konsentrasi

0,02%, 0,04%, 0,06%, 0,08%, dan 0,1%. Air baku yang sudah ditambahkan biokoagulan

tersebut diproses menggunakan jartest, hasil supernatannya dianalisis nilai turbiditas, pH,

DO, BOD, COD, dan Total Coliform.

Hasil jartest menunjukkan bahwa pH optimum suspensi kacang babi dan suspensi biji

asam jawa berada pada pH 3. Konsentrasi optimum suspensi kacang babi sebesar 0,06%

dengan penurunan kekeruhan 99,70 % sedangkan kosentrasi optimum suspensi biji asam

jawa sebesar 0,04% dengan penurunan kekeruhan sebesar 99.60 %. Suspensi kacang babi

pada konsentrasi optimum 0,06% dengan persentase penurunan TSS sebesar 99,27%, nilai

BOD sebesar83,30%, nilai COD sebesar 98,93%, dan persentase kenaikan nilai DO sebesar

72,83%. Suspensi biji asam jawa pada konsentrasi optimum 0,04% dengan persentase

penurunan TSS sebesar 99,27%, nilai BOD sebesar 90,20 %, nilai COD sebesar 93,47%, dan

persentase kenaikan nilai DO sebesar 78,65 %. Penggunaan suspensi kacang babi tidak

menurunkan jumlah total bakteri coliform pada konsentrasi suspensi kacang babi 0,02% -

0,1%, sedangkan biji asam jawa mampu menurunkan jumlah bakteri total coliform dengan

semakin meningkatnya konsentrasi suspensi biji asam jawa dalam air pada konsentrasi

suspensi biji asam jawa 0,04% - 0,1%.

Kata Kunci : Air, Biokoagulan, Kacang babi (Vicia faba), Biji asam jawa (Tamarindus indica

L), Jartest

1 Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas MIPA UNPAK

2 Dosen Pembimbing Studi Kimia Fakultas MIPA UNPAK

3 Dosen Pembimbing Studi Kimia Fakultas MIPA UNPAK

Page 3: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

SUMMARY

Water is very important resourches for organism, but the level of water polution

already alarming. Coagulation methode is one of quite widely applied in water treatment.

This methode uses syntetic coagulant that can tigge alzaimer’s diseases. Another alternative

is utilizing synthetic coagulant derived from ingredients avaulable in nature. A plant that is

thought to heve potential as biocoagulant including faba beans and tamarind seeds, because it

has a high protein content that can serve as a natural cationic polielectrolyte and showed

positive coagulation. The aim of this research was to determine of the optimum pH and

concertation of faba bean and tamarind seeds powder suspension as biokoagulan to onprove

water quality and its effect on water quality parameter.

Faba bean and tamarind seeds crushed and extracted for 24 hours. .The extraction

residue dried at room temperature and the suspension made 0.06% with variation in pH

2,3,4,6 and 8 then processed using jartest to obtain the optimum pH. The optimum pH which

is obtained is used to determine the optimum concertation by dissolving powdered faba bean

and tamarind seeds with varying conentration of 0.02%, 0.04%, 0.06%,0.08%, dan 0.1%.

Raw water is processed using a coagulant is added jartest, the supernatant analyzed the result

of the value of turbidity, DO, BOD, COD, dan Total Coliform.

The result of jartest showed the optimum pH suspension of faba bean and tamarind seeds

lies in pH 3. The optimum concentration suspension of faba bean is 0,06% with a decrease in

turbidity 99,70% while the optimum concentration suspension of tamarind seeds is 0,04%

with decrease in turbidity 99,60%. Suspension faba bean on the optimum concetration 0,06%

may decrease TSS 99,27%, BOD value 83,30%, COD 98,93% and the persentage increase in

value DO at 72, 83%. Suspension tamarind seeds on the optimum concetration 0,04% may

decrease TSS 99,27%, BOD value 90,20%, COD 93,47% and the persentage increase in

value DO at 78,65%. The use of faba bean suspension not reduce the total number of

coliform bacteria in concentration of 0,02% - 0,1%., while the tamarind seed can lower the

number of total coliform bacteria in the increasing concentration of the suspension tamarind

seeds in water at 0,04% - 0,1%.

Keyword : Water, Biocoagulant, Faba bean (Vicia faba), Tamarind seeds (Tamarindus indica

L), Jartest

PENDAHULUAN

Air sebagai sumber daya alam yang

sangat penting, dibutuhkan diberbagai

bidang kehidupan dan berbagai kegiatan

masyarakat untuk kelangsungan hidup

sehingga keberadaan air sangat mutlak

diperlukan. Tanpa adanya proses

pengolahan air yang memadai, air yang

sudah tercemar dapat membebani bahkan

melampaui kesanggupan alam untuk

membersihkannya. Proses pengolahan air

yang memadai merupakan salah satu kunci

dalam memelihara kelestarian lingkungan

(Effendi, 2003).

Pencemaran utama pada air

diakibatkan oleh limbah rumah tangga,

limbah industi, dan limbah

pertanian.Cemaran tersebut dapat

mencemari lingkungan dalam bentuk

larutan, koloid, maupun bentuk partikel

lainnya.Oleh karena itu, mengingat penting

dan besarnya dampak yang ditimbulkan

Page 4: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

bagi lingkungan maka dibutuhkan metode

yang tepat untuk mengolah air.(Said &

Ruliasih, 2010)

Pengolahan air dapat dilakukan

dengan berbagai metode seperti presipitasi,

adsorbsi, dan koagulasi. Diantara metode

yang ada, metode koagulasi merupakan

salah satu metode yang cukup banyak

diaplikasikan pada pengolahan air.Pada

metode ini biasanya digunakan koagulan

sintetik. Koagulan yang umumnya adalah

garam – garam allummunium seperti

alumunium sulfat dan PAC (

Polyalumunium Chloride). Beberpa studi

melaporkan bahwa senyawa alum dapat

memicu penyakit alzheimer (Campbell,

2002).Dilaporkan juga bahwa monomer

beberapa polimer organik sintetik seperti

PAC dan alum memiliki sifat

neurutoksisitas.

Alternatif lain dari penggunaan

koagulan sintetik yaitu pemanfaatan

biokoagulan yang berasal dari bahan –

bahan yang tersedia di alam. Dalam rangka

menggiatkan pemanfaatan bahan – bahan

alami sebagai biokagulan dan lebih

memperkaya keragaman tanaman yang

berpotensi sebagai alternatif koagulan

sintetik, telah dilakukan beberapa

penelitian terhadap tanaman yang memiliki

potensi sebagai biokoagulan diantaranya

biji kelor (Moringa oliefera) (Foidl et al.,,

Bina et al.,2010), Biji nirmali (Strychnos

potatorum) (Babu dan Malay Chauduri,

2005).

Tanaman yang diduga memiliki

potensi sebagai biokoagulan diantaranya

kacang babi ( Vicia faba ) dan biji asam

jawa (Tamarindus indica L). Kacang babi (

Vicia faba ) dikenal memiliki kandungan

protein yang cukuptinggi yaitu berkisar 20

– 25% dan beragam jenis asam amino

dengan kadar yang cukup tinggi, dalam

100 gram kacang babi ( Vicia faba

)terkandung 26,2 gram protein (Duke,

1983). Protein yang terkandung dalam

kacang babi ( Vicia faba ) dan biji asam

jawa (Tamarindus indica L) inilah yang

nantinya diharapkan dapat menggantikan

fungsi dari koagulan sintetik. Protein yang

merupakan salah satu penyusun dari

kacang babi (Vicia faba) dapat berfungsi

sebagai polielektrolit kationik alami dan

menunjukkan hasil koagulasi positif (

Babu& Chauduri, 2005; Sutherland et al.,

1990). Atas dasar alasan tersebut,

penelitian ini dilakukan dengan harapan

akan diperoleh biokoagulan darikacang

babi( Vicia faba )dan biji asam

jawa(Tamarindus indica L) sebagai

alternatif bagi penggunaan koagulan

sintetik dalam memperbaiki kualitas air

dan dapat mengetahui pengaruh biji asam

jawa dan kacang babi terhadap parameter

kualitas air yang meliputi kekeruhan, pH,

totalcoliform, TSS, DO, BOD, dan COD.

Page 5: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan pH dan konsentrasi optimum

suspensi serbuk kacang babi (Vicia faba)

dan biji asam jawa (Tamarindus indica L)

sebagai biokoagulan untuk memperbaiki

kualitas air.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan

dilaboratorium Kimia Fisika Balai Teknik

Air Minum dan Sanitasi Wil.1

Kementerian Pekerjaan Umum Dan

Perumahan Rakyat.. Bahan baku dalam

percobaan ini adalah air sungai

kalimalang. Bahan Koagulan yang

digunakan dalam percobaan ini adalah

kacang babi ( Vicia faba ) dan biji

asamjawa (Tamarindus indica).

Bahan

Bahan kimia yang digunakan

antara lain, H2SO4(P) , H2SO42 M, NaOH

10 %, Na- Tiosulfat 0,025 N, MnSO4,

alkali iodida azida, kanji 0,5 %, serbuk

HgSO4, K2Cr2O7 0,25 N, perekasi asam

sulfat – perak sulfat, indikator feroin, FAS

0,1 N, aquades, Buffer Posfat, media endo,

larutan CaCl2, larutan FeCl3, larutan

MgSO4, n - heksana.

Alat

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain Jar test,

Oven,pompa vacum, desikator,neraca

analitik, pendingin liebig,blender, hot

plate, pH meter, turbidimeter, stop watch,

beaker glass, botol DO, gelas ukur, petri

dish,cawan gooch, erlenmeyer, pipet ukur

10 ml, pipet gondok 1 ml, pipet volumetrik

20 ml, pipet volumetrik 25 ml, pipet

volumetrik 50 ml, buret makro 50 ml, labu

takar 100 ml, automatic pipet,batang

pengaduk, pinset, ayakan mesh,

allumunium foil, kertas saring whatman.

Pembuatan Suspensi Kacang Babi (

Vicia faba ) dan Biji Asam Jawa

(Tamarindus indica).

Kacang babi (Vicia faba) dan biji

asam jawa (Tamarindus indica) yang

digunakan dalam pembuatan suspensi

adalah kacang babi (Vicia faba) dan biji

asam jawa (Tamarindus indica) yang

sudah tua ditandai dengan biji yang

berwarna coklat dan kering. Kacang babi

(Vicia faba) direndam dalam air selama ±

12 jam pada suhu kamar kemudian dikupas

kulitnya dan dikeringkan dibawah sinar

matahari selama ± 12 jam. Kacang babi

(Vicia faba) yang telah kering kemudian

dihaluskan dengan blender lalu diayak

dengan menggunakan ayakan 40 mesh

sehingga diperoleh serbuk halus. Serbuk

kacang babi ditimbang sebanyak 10 gram

dan dimasukkan kedalam erlenmeyer

kemudian ditambahkan pelarut n –

heksana hingga mencapai 50 ml dengan

perbandingan 1 : 5 ( w/v). Prosedur

ekstraksi dilakukan dengan merendam

sampel dengan n – heksana selama 24 jam

pada suhu ruang dan diaduk dengan

menggunakan stirrer. Hasil maserasi

Page 6: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

disaring menggunakan corong kaca dan

kertas saring untuk memisahkan filtrat dan

residu kacang babi. Residu kacang babi

dikeringkan pada suhu ruang. Setelah

kering, Serbuk halus kacang babi dibuat

suspensi 2% (b/v) dengan melarutkan 2

gram serbuk halus dengan aquades hingga

volumenya 100 mL, kemudian dilakukan

pengenceran ke dalam 1L air baku dengan

variasi konsentrasi 0,02%, 0,04%, 0,06%,

0,08%, dan 0,1%. Perlakuan yang sama

dilakukan untuk pembuatan suspensi biji

asam jawa (Tamarindus indica) tetapi

tanpa dilakukan perendaman.

Penentuan pH OptimumTerhadap

Turbiditas Air Baku pada Proses

Koagulasi Flokulasi.

Penentuan pH optimum terhadap

turbiditas air baku pada proses koagulasi/

flokulasi dilakukan dengan proses jartest.

Air baku yang digunakan terlebih dahulu

di analisis turbiditas awal, temperatur dan

pH awal. Proses jartest dilakukan dengan

cara 5 beaker glass 1000 ml yang diisi air

baku kemudian diatur tingkat

keasamannya dengan variasi pH 2, 3, 4, 6,

dan 8 dengan cara menambahkan H2SO4 2

M dan NaOH 10 %. Masing – masing

larutan yang sudah di atur pH nya

ditambahkan biokoagulan dengan

konsentrasi 0,06 %. Kemudian, diaduk

dengan kecepatan tinggi 110 rpm selama 2

menit dan diikuti pengadukan lambat 40

rpm selama 10 menit, setelah itu dilakukan

proses sedimentasi selama 20 menit.

Setelah mengendap diambil supernatannya

untuk dianalisa turbiditas.

Penentuan Konsentrasi Koagulan

Optimum Terhadap Turbiditas Air

Baku pada Proses Koagulasi - Flokulasi.

Pengaruh Konsentrasi optimum

koagulan terhadap turbiditas air baku pada

proses koagulasi/ flokulasi dilakukan

dengan proses jartest. Air baku yang

digunakan terlebih dahulu di analisis

turbiditas awal, pH awal, temperatur, DO,

BOD, COD, TSS dan Total coliform.

Proses jartest dilakukan dengan cara 5

beaker glass 1000 ml yang sudah diisi

dengan air bakuyang sudah ditambahkan

biokoagulan dengan variasi konsentrasi

0,02%, 0,04%, 0,06%, 0,08%, dan 0,1%,

kemudiandiatur tingkat keasamannya

sesuai dengan pH optimum yang

didapatkan perlakuan sebelumnya dengan

cara menambahkan H2SO4 2 M dan NaOH

10 %. Kemudian, diaduk dengan

kecepatan tinggi 110 rpm selama 2 menit

dan diikuti pengadukan lambat 40 rpm

selama 10 menit, setelah itu dilakukan

proses sedimentasi selama 20 menit.

Setelah mengendap diambil supernatannya

untuk dianalisa turbiditas, pH, temperatur,

DO, BOD, COD, TSS dan total coliform.

Penentuan Dissolve Oxygen (DO)

Dengan Metode Iodometri

Contoh uji (Air baku yang sudah

ditambahkan biokoagulan dan sudah

Page 7: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

melewati proses jartest) dimasukan

kedalam botol DO secara hati – hati agar

tidak ada gelembung udara, kemudian

ditambahkan larutan mangan sulfat 1 ml

dan larutan alkali – iodida - azida 1 ml.

Botol ditutup dan dikocok agar larutan

tercampur dan didiamkan ± 10 menit agar

larutan mengendap. Setelah itu,

ditambahkan H2SO4(P) sebanyak 1 ml, dan

dikocok kembali hingga tercampur.

Kemudian, sampel dimasukkan kedalam

erlenmeyer 300 ml dan dititrasi dengan

larutan tiosulfat 0,025 N sampai timbul

warna kuning, setelah itu ditambah

indikator kanji 0,5 % sebanyak 1 ml

sehingga timbul warna biru tua. Titrasi

dilanjutkan kembali.Titik akhir titrasi

dintandai dengan warna biru tepat hilang.

Penentuan Biological Oxygen Demand

(BOD) Dengan Metode Iodometri

Contoh uji diatur tingkat

keasamannya hingga pH 7 dengan

penambahan H2SO4 dan NaOH.Contoh uji

sebanyak 75 ml dimasukkan kedalam gelas

ukur 1000 ml, kemudian ditambahkan air

pengencer sebanyak 225 ml dan diaduk

hingga homogen.Dua buah botol DO

disiapkan dan ditandai dengan notasi yang

berbeda seperti A1 dan A2.Larutan contoh

uji dimasukkan kedalam masing – masing

botol DO tersebut secara hati – hati dan

proposional untuk menghindari gelembung

udara.Botol Do yang sudah terisi penuh

kemudian ditutup.Botol A2 disimpan di

lemari inkubator pada suhu 20ºC selama 5

hari, sedangkan kedalam botol A1

ditambahkan larutan mangan sulfat 1 ml

dan larutan alkali – iodida- azida 1 ml.

Botol ditutup dan dikocok agar larutan

tercampur serta didiamkan ± 10 menit agar

larutan mengendap. Setelah itu,

ditambahkan H2SO4(P) sebanyak 1 ml, dan

dikocok kembali hingga tercampur.

Sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer

dan dititrasi dengan larutan tiosulfat 0.025

N sampai timbul warna kuning, setelah itu

ditambah indikator kanji 0,5 % sebanyak 1

ml sehingga timbul warna biru tua. Titrasi

dilanjutkan kembali. Titik akhir titrasi

dintandai dengan warna biru tepat hilang

Penentuan Chemical Oxygen Demand

(COD) Dengan Metode Titrimetri

Contoh uji sebanyak 10 ml

dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml,

kemudian ditambahkan serbuk HgSO40.2

gram, 5 ml K2Cr2O7 0.25 N, 15 ml perekasi

asam sulfat – perak sulfat secara perlahan

– lahan sambil didinginkan dalam air

pendingin dan beberapa butir batu didih.

Erlenmeyer yang sudah berisi campuran

tersebut dihubungkan dengan pendingin

liebig dan didihkan diatas hotplate selama

2 jam. Setelah 2 jam, bagian dalam dari air

pendingin di cuci dengan air suling hingga

volume contoh uji kurang lebih 70 ml dan

didinginkan sampai temperatur kamar.

Setelah dingin, campuran tersebut

ditambahkan indikator feroin 2 – 3 tetes,

Page 8: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

kemudian dititrasi dengan larutan FAS 0.1

N.

Penentuan Total Solid Suspended (TSS)

Dengan Metode Gravimetri

Contoh uji diaduk dengan

magnetik strirer hingga homogen.Setelah

homogen, contoh uji dipipet sebanyak 20

ml dan dimasukkan kedalam alat

penyaring yang sudah dilapisi kertas saring

(sebelum dimasukan contoh uji, kertas

saring terlebih dahulu dicuci dengan

aquades sebanyak 10 ml).Contoh uji

disaring menggunakan vakum selama ± 3

menit agar diperoleh penyaringan

sempurna.Setelah 3 menit, kertas saring

dipindahkan secara hati – hati dari

peralatan penyaringan ke cawan gooch

yang sudah dilapisi alumunium sebagai

penyangga. Kemudian, kertas saring

tersebut dikeringkan didalam oven selama

1 jam pada suhu 103ºC - 105ºC. Setelah 1

jam, kertas saring dimasukkan kedalam

desikator untuk menyeimbangkan suhu,

kemudian kertas saring ditimbang.

Penentuan Total Coliform Dengan

Metode Membran Filter

Daerah disekitar tempat kerja dan

alat yang digunakan dibersihkan dengan

alkohol.Contoh uji sebanyak 10 ml

dimasukkan kedalam alat penyaring yang

sudah dilapisi oleh membran.Penyaringan

berjalan sambil dilakukan pembilasan

dengan aquadesh sebanyak 1- 2 kali.

Setelah disaring, membran tersebut

dimasukan kedalam petri dish yang sudah

berisi media endo sebanyak 1.8 – 2 ml.

Petri dish yang sudah berisi media endo

dan membran dimasukkan secara terbalik

kedalam inkubator untuk dilakukan proses

inkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Serbuk kacang babi dan biji asam

jawa dapat digunakan sebagai koagulan

alami pada proses perbaikan kualitas air.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh biokoagulan terhadap parameter

kualitas air. Kondisi Optimum pada

penelitian ini digunakan variasi pH dan

konsentrasi suspensi serbuk kacang babi

dan biji asam jawa untuk mengetahui

biokoagulan tersebut dapat bekerja lebih

baik.

Suspensi Serbuk Kacang Babi (Vicia

faba) dan Serbuk Biji Asam Jawa

(Tamarindus indica L)..

Pada proses pembuatan suspensi

serbuk kacang babi (Vicia faba) dan

serbuk biji asam jawa (Tamarindus

indica)yang digunakan adalah kacang

babi(Vicia faba)dan biji asam

jawa(Tamarindus indica) yang sudah tua

ditandai dengan biji yang berwarna coklat

dan kering. Kacang babi(Vicia faba)yang

sudah tua dan kering tersebut direndam

dalam air, hal ini bertujuan untuk

mempermudah dalam pengelupasan kulit

luar pada kacang babi. Setelah direndam,

kacang babi di keringkan dibawah sinar

Page 9: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

matahari guna mendapatkan kacang babi

yang kering. Untuk menghilangkan lemak

yang terkandung dalam kacang babi dan

biji asam jawa maka dilakukan ekstraksi.

Metode ekstraksi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah maserasi. Maserasi

dipilih untuk mencegah terjadinya

kerusakan senyawa aktif yang terkandung

dalam kacang babi maupun biji asam jawa.

Senyawa aktif dalam suatu ekstrak

cenderung tidak stabil pada suhu tinggi

sehingga pemanasan pada suhu tinggi

perlu dihindari (Canell, 1998). Maserasi

dilakukan dengan menggunakan pelarut n

–heksana. Pemilihan pelarut n – heksana

didasarkan pada selektivitasnya dalam

mengekstrak senyawa – senyawa non

polar, tingkat keamanan dan kemudahan

menguap ( Sarker dkk., 2006). Penggunaan

n – heksana sebagai pelarut dalam

maserasi diharapkan dapat melarutkan

senyawa – senyawa non polar seperti

lemak yang terkandung dalam kacang babi

dan biji asam jawa. Pada saat maserasi

terjadi proses pengadukan terhadap bahan

yang diekstrak. Hal ini memperbesar

kemungkinan tumbukan antar partikel

yang mengakibatkan pemecahan sel

sehingga komponen yang diinginkan dapat

keluar dari jaringan bahan dan larut dalam

pelarutnya serta untuk memperbesar

pengikatan dan reaksi antara komponen

bahan aktif dengan pelarut yang digunakan

(Damayanti, 2008). Residu serbuk kacang

babi dan biji asam jawa yang dihasilkan

setelah proses maserasi dikeringkan pada

suhu ruang, kemudian dilakukan proses

pelarutan dengan menggunakan aquades

sesuai dengan konsentrasi yang telah

ditentukan. Selanjutnya, dilakukan proses

jarttest untuk mengetahui pengaruh

biokoagulan bebas lemak terhadap kualitas

air

Hasil serbuk kacang babi dan

serbuk biji asam jawa yang sudah di

lakukan maserasi kemudian dilarutkan

dengan aquades memperlihatkan larutan

yang keruh, hal ini dapat disebabkan oleh

kandungan pati yang terkandung pada biji

asam jawa dan kacang babi, karena salah

satu sifat pati adalah tidak larut dalam air

dingin. Menurut Rao (2005), biji asam

jawa mengandung zat aktif seperti tanin,

minyak essensial dan beberapa polimer

alami seperti pati, getah dan albuminoid.

pH Optimum Suspensi Serbuk Kacang

Babi dan Serbuk Biji Asam Jawa

Terhadap Kekeruhan Air Sungai Pada

Proses Koagulasi – Flokulasi.

Proses koagulasi merupakan proses

adsorbsi oleh koagulan terhadap partikel –

partikel koloid sehingga menyebabkan

destabilisasi partikel. Proses ini biasa

disebut juga proses netralisasi partikel.

Koagulan yang mengandung muatan

berlawanan dengan muatan partikel koloid

akan mengadsorbsi koloid tersebut pada

permukaannya dan menurunkan gaya tolak

Page 10: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

menolak antara koloid sehingga partikel

tidak terhalangi untuk terkoagulasi

membentuk partikel yang lebih besar dan

dapat mengendap. Penelitian ini diawali

dengan mengamati variasi pH agar dapat

diketahui pH optimum koagulasi.

Penentuan pH optimum ini digunakan

untuk mengetahui kondisi kerja

biokoagulan.Variasi pH yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah pH 2, 3, 4, 6,

dan 8. Hal ini disesuaikan dengan baku

mutu air bersih menurut PP No. 82 Tahun

2001 bahwa pH air berada dalam rentang 6

– 9.

Proses koagulasi sangat

dipengaruhi oleh pH. Koagulasi memiliki

rantang pH tertentu untuk mencapai

koagulasi yang optimum. Misalnya

rentang pH optimum untuk alum adalah

5,0 sampai dengan 7,0 karena alumunium

hidroksida relatif tidak larut pada rentang

tersebut. Oleh karena itu, air yang akan di

beri perlakuan jartest harus memliki pH

yang dapat memadai untuk dapat bereaksi

dengan koagulan menghasilkan flok.

Pengaruh pH dan kekeruhan pada

proses jartest dengan menggunakan

biokoagulan kacang babi dan biji asam

jawa dapat dilihat pada gambar 4 dan 5.

Kedua jenis biokoagulan tersebut dapat

bekerja lebih baik pada pH asam.Pada pH

6 dan 8 terjadi pembentukan flok akan

tetapi tidak terjadi penurunan efisiensi

kekeruhan yang siginifikan. Kekeruhan

yang dihasilkan pada pH 6 dan 8 masih

berada diatas baku mutu yang ditetapkan

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat

Dan PengawasanKualitas Air bahwa

kekeruhan yang memenuhi kualitas air

bersihharusdibawah 5 NTU .Biokoagulan

kacang babi dan biji asam jawa

menunjukkan pH optimum terjadi pada pH

3, hal ini diduga terjadi protonasi pada

gugus amino (NH2) dari protein yang

terlarut dari kacang babi dan biji asam

jawa sehingga gugus amini berinteraksi

dengan H+ dari larutan menjadi –NH3

+.

Gugus –NH3+ mendukung terjadinya

ikatan antara protein kacang babi dan biji

asam jawa dengan partikel – partikel

koloid yang bermuatan negatif. Kekeruhan

kembali meningkat pada pH 2 diduga telah

terjadi denaturasi protein akibat pH yang

terlalu ekstrim.

Gambar 6. Hubungan pH dan kekeruhan biokoagulan

Kacang Babi

5.22 2.22 7.28

23.7

62.1

0

20

40

60

80

2 3 4 6 8

Ke

keru

ha

n (

NT

U)

pH

Page 11: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82

Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaraan Air,

Kriteria pH air bersih (Kelas II) yang

dianjurkan memiliki pH 6- 9 maka sampel

air permukaan yang telah mengalami

perlakuan dengan biokoagulan kacang babi

dan biji asam jawa ini masi perlu

dilakukan proses netralisasi agar pH yang

dihasilkan sesuai dengan baku mutu.

Konsentrasi Optimum Suspensi Serbuk

Kacang Babi dan Biji Asam Jawa

Terhadap Kekeruhan Air Baku pada

Proses Koagulasi – Flokulasi.

Kekeruhan di dalam air disebabkan

oleh adanya zat tersuspensi seperti

lempung, lumpur, zat organik, plankton,

dan zat – zat halus lainnya. Kemampuan

kacang babi ( Vicia faba ) dan biji asam

jawa (Tamarindus indica L) sebagai

biokoagulan dapat diamati pengaruhnya

dalam menurunkan turbiditas melalui jar

test. Protein yang terkandung dalam

kacang babi ( Vicia faba ) dan biji asam

jawa (Tamarindus indica L) inilah yang

nantinya diharapkan dapat menggantikan

fungsi dari koagulan sintetik. Protein yang

merupakan salah satu penyusun dari

kacang babi (Vicia faba) dapat berfungsi

sebagai polielektrolit kationik alami dan

menunjukkan hasil koagulasi positif

(Babu& Chauduri, 2005; Sutherland et al.,

1990). Menurut Dobrynin dan Michael

(2005), Polielektrolit adalah polimer yang

membawa muatan positif atau negatif dari

gugus yang terionisasi. Pada pelarut yang

polar seperti air, gugus ini dapat

terdisosiasi meninggalkan muatan

polimernya dan melepaskan ion yang

berlawanan dalam larutan.

Gambar 7 menunjukkan pengaruh

turbiditas terhadap konsentrasi

Biokoagulan kacang babi. Pada grafik

terlihat bahwa kekeruhan air semakin

menurun dengan semakin meningkatnya

konsentrasi. Akan tetapi, terjadi

peningkatan kekeruhan kembali pada

konsentrasi 0,08% dan 0,1%. Turbiditas

kembali meningkat disebabkan

penambahan biokoagulan yang berlebihan

mengakibatkan bertambahnya

kecenderungan flok untuk mengapung dan

Gambar 7. Hubungan pH dan kekeruhan

biokoagulan Biji Asam Jawa

5.75 2.95 7.73

24.5

70.2

0

20

40

60

80

2 3 4 6 8

Kek

eru

han

(N

TU)

pH

7.93

5.53

2.3

4.9

7.15

0

2

4

6

8

10

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Kek

eru

han

(N

TU)

Konsentrasi Suspensi Kacang Babi (%)

Page 12: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

tidak mengendap. Kelebihan koagulan

yang tidak berinteraksi dengan partikel

koloid juga akan menyebabkan

kekeruhansehingga turbiditas kembali

meningkat diatas dosis optimum. Dalam

grafik menunjukkan konsentrasi optimum

dari biokoagulan kacang babi sebesar 0.06

%.

Gambar 9, menunjukkan pengaruh

konsentrasi biokoagulan biji asam jawa

terhadap kekeruhan. Sama hal nya dengan

biokoagulan kacang babi, pada grafik

terlihat bahwa kekeruhan air semakin

menurun dengan semakin meningkatnya

konsentrasi. Akan tetapi, terjadi

peningkatan kekeruhan kembali pada

konsentrasi 0,06%, 0,08% dan 0,1%.

Turbiditas kembali meningkat disebabkan

penambahan biokoagulan yang berlebihan

mengakibatkan bertambahnya

kecenderungan flok untuk mengapung dan

tidak mengendap. Kelebihan koagulan

yang tidak berinteraksi dengan partikel

koloid juga akan menyebabkan

kekeruhansehingga turbiditas kembali

meningkat diatas dosis optimum. Dalam

grafik menunjukkan konsentrasi optimum

dari biokoagulan biji asam jawa sebesar

0.04 %.

Penurunan kekeruhan air sungai

dengan menggunakan biokoagulan kacang

babi sebesar 99.69 % pada konsentrasi

optimum 0.06% dan biokoagulan biji asam

jawa sebesar 99.63 % pada konsentrasi

optimum 0.04%. Hal ini diperoleh

berdasarkan perhitungan efisiensi dengan

kekeruhan awal air sungai sebesar 745

NTU.

Secara umum semua partikel

koloid memiliki muatan sejenis. Adanya

muatan sejenis tersebut maka terdapat

gaya tolak – menolak antar partikel koloid.

Hal ini mengakibatkan partikel – partikel

koloid tidak dapat bergabung sehingga

memberikan kestabilan pada sistem koloid.

Protein yang terlarut dari kacang babi (

Vicia faba ) dan biji asam jawa

(Tamarindus indica L) mengandung gugus

–NH3+yang dapat mengikat partikel –

partikel yang bermuatan negatif sehingga

partikel – partikel tersebut terdestabilisasi

membentuk ukuran partkel yang lebih

besar dan pada akhirnya dapat

terendapkan. Proses pengadukan selama

jar test berlangsung juga harus

diperhatikan untuk menunjang

keberhasilan proses koagulasi. Pengadukan

cepat (rapid mixing) berperan penting

dalam pencampuran koagulan dan

destabilisasi koloid.Tujuan pengadukan

cepat adalah untuk menghasilkan

5.37

2.75

6.05 7.57 8.16

0

5

10

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1Kek

eru

han

(N

TU)

Konsentrasi Suspensi Biji Asam Jawa (%)

Page 13: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

turbulensi air sehingga dapat

mendispersikan koagulan dalam

air.Pengadukan cepat selama jar test

berlangsung membantu partikel – partikel

halus didalam air saling bertumbukan

sehingga membentuk mikroflok.

Sedangkan pengadukan lambat (slow

mixing) berepran dalam upaya

pengabungan flok. Mikroflok yang telah

terbentuk ini melalui pengadukan lambat

akan begabung menjadi makroflok yang

dapat dipisahkan melalui sedimentasi.

Pengaruh Konsentrasi Suspensi Serbuk Kacang Babi dan Biji Asam Jawa Terhadap

Kadar TSS Pada Proses Koagulasi - Flokulasi

Gambar 10 menunjukkan pengaruh

konsentrasi suspensi kacang babi dan

suspensi biji asam jawa terhadap nilai

TSS. Dari gambar 10, dapat dilihat terjadi

penurunan kadar TSS pada suspensi

kacang babi yang paling signifikan pada

konsentrasi 0,06% dengan kadar TSS

sebesar 10 mg/L akan tetapi kadar TSS

kembali meningkat pada konsentrasi

0,08%. Penurunan kadar TSS pada

suspensi biji asam jawa yang paling

signifikan pada konsentrasi 0,04% dengan

kadar TSS sebesar 10 mg/L akan tetapi

kadar TSS kembali meningkat pada

konsentrasi 0,06%. Konsentrasi

biokoagulan kacang babi dan biokoagulan

biji asam jawa yang terlalu banyak

mengakibatkan kemampuan penurunan

kadar TSS menjadi jenuh. Sesuai peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 82

Tahun 2001 tentang kualitas air sungai

hasil optimum 10 mg/L telah memnuhi

baku mutu.

30

20

10

20

30

35

10

20

25

35

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Nila

i TSS

(m

g/L)

Konsentrasi Biokoagulan (%)

Nilai TSS(mg/L )SuspensiKacang BabiNilai TSS(mg/L )Suspensi BijiAsam Jawa

Gambar 10. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Terhadap Nilai TSS Air Sungai.

Page 14: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Pengaruh Konsentrasi Suspensi Kacang

Babi dan Biji Asam Jawa Terhadap

nilai DO, BOD dan COD Pada Proses

Koagulasai - Flokulasi.

Keberadaan oksigen sangat vital

dalam perairan alami. Dalam air oksigen

dikonsumsi secara cepat oleh bahan

organik, ( CH2O), dalam reaksi:

C(H2O) + O2 CO2 + H2O

Parameter oksigen terlarut

memberikan indikasi tentang tingkat

kesegaran air akibat adanya proses

biodegradasi dan asimilasi pada badan air.

Adanya muatan bahan organik yang

berlebih akan menyebabkan oksigen

terlarut dalam air pada kondisi yang kritis,

atau merusak kadar kimia air. Rusaknya

kadar kimia air tersebut akan berpengaruh

terhadap fungsi dari air (Salmin, 2008).

Hasil yang diperoleh dari penelitian

yang dilakukan, dapat dilihat dalam

gambar 11, menunjukkan pengaruh

biokoagulan kacang babi dan biji asam

jawa terhadap nilai DO. Hasil analisis

menunjukan semakin besar konsentrasi

dari kedua biokoagulan tersebut yang

ditambahkan akan semakin meningkat

nilai DO, akan tetapi terjadi penurunan

nilai DO pada suspensi kacang babi

dengan konsentrasi 0,08 % dan penurunan

nilai DO pada suspensi biji asam jawa

dengan konsentrasi 0,06 %, hal ini

dikarenakan adanya muatan organik yang

berlebih sehingga mengakibatkan oksigen

yang terlarut dalam air akan berkurang

karena kondisi larutan yang semakin

jenuh. Dalam penelitian, konsentrasi

optimum suspensi kacang babi sebesar

0,06% dan konsentrasi optimum biji asam

jawa 0,04%, akan tetapi nilai DO pada

suspensi kacang babi mengalami

penurunan pada konsentrasi 0,08% dan

nilai DO pada suspensi biji asam jawa

konsentrasi 0,06%.

Pengaruh konsentrasi suspensi

kacang babi terhadap nilai DO dapat

dilihat kenaikan kadar DO yang paling

signifikan dari kadar DO awal sebesar 2.16

7.54 7.75 7.95 7.8 7.75

8.76

10.12 9.58 9.58

8.35

0

2

4

6

8

10

12

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Nila

i DO

(m

g/L

O2

Konsentrasi Biokoagulan (%)

Nilai DO (mg/LO2) SuspensiKacang Babi

Nilai DO (mg/LO2) SuspensiBiji Asam Jawa

Gambar 11. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Terhadap Nilai DO

Page 15: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

mg/L naik menjadi 7.95 mg/L sedangkan

menggunakan biokagulan biji asam jawa

nilai DO naik sebesar 10,12 mg/L

Hasil yang diperoleh dari penelitian

yang dilakukan terhadap nilai COD dan

BOD yang dihasilkan semakin turun

dengan semakin meningkatnya konsentrasi

yang ditambahkan. Hal ini dikarenakan

polimer kationik dapat mengurangi

kandungan bahan organik dalam air

dengan cara koagulasi. Partikel koloid

yang berasal dari bahan organik memiliki

muatan listrik negatif. Penambahan

polimer kation dari biokoagulan pada

partikel koloid dengan muatan negatif ini

akan membentuk jembatan partikel antar

partikel koloid. Jembatan partikel ini akan

saling menjalin satusama lain, sehingga

membentuk mikroflok yang akan

mengendap. Dengan mengendapnya bahan

organik maka nilai COD dan BOD pun

akan turun. Akan tetapi nilai COD dan

BOD meningkat kembali pada konsentrasi

suspensi kacang babi 0,08% dan 0,1%

sedangkan, nilai COD dan BOD

meningkat kembali pada konsentrasi

suspensi biji asam jawa 0,06% hal ini

dikarenakan kondisi larutan yang

ditambahkan biokoagulan sudah semakin

jenuh, sehingga bahan organik yang ada

dalam air sulit untuk mengendap.

Dalam gambar 12 dapat dilihat

konsentrasi optimum pada biokoagulan

kacang babi sebesar 0,06% dengan hasil

nilai BOD sebesar 2.04 mg/L , sedangkan

konsentrasi optimum pada biokoagulan

biji asam jawa sebesar 0,04 dengan hasil

nilai BOD sebesar 1,17 mg/L. Nilai BOD

yang lebih tinggi pada sampel air sungai

dengan perlakuan kacang babi

dibandingkan dengan perlakuan biji asam

jawa menunjukan kebutuhan oksigen pada

perlakuan dengan kacang babi lebih tinggi

sehingga mengindikasikan lebih banyak

bahan organik yang didegradasi oleh

mikroorganisme dalam sampel air dengan

perlakuan kacang babi. Hal ini

berhubungan dengan kandungan

biokagulan biji asam jawa yang memiliki

sifat anti mikroba yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme bahkan

Gambar 12.. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Terhadap Nilai BOD

2.856 2.088

2.04

5.05

8.6

10.404

1.17

4.896 3.876

8.16

0

2

4

6

8

10

12

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Nila

i BO

D (

mg/

L O

2)

Konsentrasi Biokoagulan (%)

Nilai BOD (mg/L O2)Suspensi Kacang Babi

Nilai BOD (mg/L O2)Suspensi Biji Asam Jawa

Page 16: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

dapat menyebabkan kematian

mikroorganisme yang berperan untuk

mendegradasikan bahan organik dalam

sampel. Akibatnya, kadar oksigen yang

terlarut pada pada perlakuan biji asam

jawa lebih tinggi dan nilai BOD5 lebih

rendah dibandingkan dengan perlakuan

kacang babi.

Dalam gambar 13 menunjukkan

pengaruh konsentrasi suspensi kacang babi

dan suspensi biji asam jawa terhadap nilai

COD. Dapat dilihat penurunan kadar COD

pada kosentrasi suspensi kacang babi yang

paling signifikan dari kadar COD awal

sebesar 224,8 mg/L turun menjadi 2.4

mg/L dengan persentase penurunan

sebesar 98,93%. Sedangkan, penurunan

kadar COD pada konsentrasi suspensi biji

asam jawa yang paling signifikan dari

kadar COD awal sebesar 380 mg/L turun

menjadi 25,6 mg/L dengan persentase

penurunan sebesar 93,26 %. Kadar COD

akan semakin meningkat dengan

penambahan konsentrasi biokoagulan.

Dosis yang terlalu banyak mengakibatkan

kemampuan penurunan kadar COD. Sesuai

peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 82 Tahun 2001 tentang kualitas air

sungai kadar COD pada konsentrasi

suspensi kacang babi 0,06% sebesar 2,4

mg/L dan kadar COD pada konsentrasi

suspensi biji asam jawa 0,04% sebesar

24,8 mg/L telah memenuhi baku mutu

untuk parameter COD dimana ambang

batas efluent sebesar 25 mg/L.

Pengaruh Konsentrasi Suspensi Serbuk

Kacang Babi dan Biji Asam Jawa

terhadap Total Coliform Pada Proses

Koagulasi – Flokulasi.

Paremeter biologi berhubungan

dengan keberadaan populasi

mikroorganisme akuatik di dalam air yang

berakibat pada kualitas air.Penyebab

penyakit ditimbulkan oleh adanya

mikroorganisme patogen dalam air.Bakteri

Coliform merupakan indikator dalam air,

bahan makanan, dan sebagainya untuk

kehadiran mikroorganisme berbahaya

(Suriawiria, 2008).

56.8 27.2

2.4

121.6 155.2 48

24.8

96.8 104

364

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Nila

i CO

D (

mg/

L)

Konsentrasi Biokoagulan (%)

Nilai COD(mg/L )SuspensiKacangBabi

Gambar 13. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Kacang Babi Terhadap Nilai COD

Page 17: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Lebih tepatnya bakteri coliform

fekal adalah bakteri indikator adanya

pencemaran bakteri patogen.Penentuan

koliform fekal menjadi indikator

pencemaran dikarenakan jumlah koloninya

pasti berkolerasi positif dengan keberadaan

bakteri patogen. Gambar 14 menunjukkan

pengaruhbiokoagulan serbuk kacang babi

dan biji asam jawa terhadap pertumbuhan

bakteri coliform dalam sampel air.

Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan membran filter. Pada

gambar 14, menunjukkan pengaruh

konsentrasi biokoagulan kacang babi dan

biokoagulan biji asam jawa terhadap

pertumbuhan bakteri total coliform. Pada

gambar 14 terlihat, semakin tinggi

konsentrasi biokoagulan kacang babi maka

akan semakin tinggi pula pertumbuhan

bakteri total coliform. Menurut Maier et al

(2009), jika dalam air mengandung bahan

organik dengan konsetrasi yang signifikan

dan pada suhu tinggi, maka jumlah bakteri

akan meningkat. Dalam 100 gram kacang

babi ( Vicia faba ) terkandung 26,2 gram

protein (Duke, 1983). Protein inilah yang

justru menjadi nutrisi bagi bakteri yang

terdapat pada sampel air sehingga

pertumbuhan bakteri meningkat.

Terjadinya peningkatan pertumbuhan

bakteri total coliform ini menunjukkan

bahwa pada kacang babi tidak terdapat zat

yang berifat anti mikroba.

Pada gambar 14 terlihat, semakin tinggi

konsentrasi suspensi biji asam jawa maka

terjadi penurunan jumlah bakteri total

coliform. Terjadinya penurunan

pertumbuhan bakteri total coliform ini

menunjukkan bahwa pada biji asam jawa

terdapat zat yang berisfat anti bakteri.

Berdasarkan hasil penelitian Imbabi et al

(1992), dilaporkan bahwa ekstrak biji asam

jawa memiliki kemampuan bakterisida dan

fungisida yang dihasilkan oleh senyawa

tamarindineal (5-hidroxy-2-ox-hexa-3.5-

dineal).

200 250

300 300

500

10 0 0 0 0

0

100

200

300

400

500

600

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Jum

lah

Bak

teri

(M

PN

)

Konsentrasi Biokoagulan (%)

Total ColiformSuspensiKacang Babi

Total ColiformSuspensi BijiAsam Jawa

Gambar 14. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Kacang Babi Terhadap Total Coliform

Page 18: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Efektivitas Suspensi Serbuk Kacang Babi dan Suspensi Serbuk Biji asam Jawa sebagai

Biokoagulan.

Konsentrasi optimum suspensi kacang babi

0,06%

Konsentrasi optimum suspensi biji asam

jawa 0,04%

Parameter

Sebelum

Proses

Sesudah

Proses

Efektifitas

(%)

Sebelum

Proses

Sesudah

Proses Efektifitas (%)

Kekeruhan ( NTU) 749 2,3 99,69 749 2,75 99,63

DO (mg/L O2) 2,16 7,95 72,83 2,16 10,12 78,65

BOD (mg/L O2) 12,22 2,04 83,3 12,22 1,17 90,2

COD (mg/L) 224,8 2,4 98,93 380 24,8 93,47

TSS (mg/L) 1380 10 99,27 1380 10 99,27

Total Coliform

(MPN) 1000 300 70 1000 0 100

Pada tabel 4 dapat diamati bahwa,

konsentrasi optimum yang dihasilkan oleh

biokoagulan biji asam jawa yaitu sebesar

0,04% lebih rendah dibandingan

konsentrasi optimum kacang babi

sesebesar 0,06%. Biokoagulan biji asam

jawa dapat menurunkan kekeruhan sebesar

99,63 % dengan konsentrasi optimum

0,04%, sedangkan biokoagulan kacang

babi dapat menurunkan kekeruhan sebesar

99,69% dengan konsentrasi optimum

0,06%.

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa

efektifitas penggunaan biokoagulan biji

asam jawa dan biokoagulan kacang babi

dengan pengujian parameter kekeruhan,

DO, BOD, COD, dan TSS menunjukkan

hasil yang tidak berbeda jauh. Akan

tetapi, untuk parameter total coliform

memperlihatkan hasil yang signifikan yaitu

penggunaan biokoagulan biji asam jawa

mempunyai senyawa tamarindineal (5-

hidroxy-2-ox-hexa-3.5-dineal) yang dapat

membunuh bakteri dengan jumlah bakteri

0 MPN/ 100 ml pada konsentrasi optimum

suspensi biji asam jawa 0,04%, sedangkan

dengan menggunakan biokoagulan kacang

babi masih terlihat pertumbuhan bakteri

sebesar 300 MPN/100 ml pada

konsentrasi optimum suspensi kacang babi

0,06%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. pH optimum suspensi kacang babi

dan suspensi biji asam jawa berada

pada pH 3. Konsentrasi optimum

suspensi kacang babi sebesar

0.06% dengan penurunan

kekeruhan 99.70 % sedangkan

kosentrasi optimum suspensi biji

asam jawa sebesar 0.04% dengan

Tabel 4. Hasil Pengujian sampel dengan beberapa parameter

Page 19: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

penurunan kekeruhan sebesar 99.60

%.

2. Suspensi kacang babi pada

konsentrasi optimum 0,06%

dengan persentase penurunan TSS

sebesar 99,27%, nilai BOD

sebesar83,30%, nilai COD sebesar

98,93%, dan persentase kenaikan

nilai DO sebesar 72,83%. Suspensi

biji asam jawa pada konsentrasi

optimum 0,04% dengan persentase

penurunan TSS sebesar 99,27%,

nilai BOD sebesar 90,20 %, nilai

COD sebesar 93,47%, dan

persentase kenaikan nilai DO

sebesar 78,65 %.

3. Penggunaan suspensi kacang babi

tidak menurunkan jumlah total

bakteri coliform pada konsentrasi

suspensi kacang babi 0,02% -

0,1%, sedangkan biji asam jawa

mampu menurunkan jumlah bakteri

total coliform dengan semakin

meningkatnya konsentrasi suspensi

biji asam jawa dalam air pada

konsentrasi suspensi biji asam jawa

0,04% - 0,1%.

5.2. Saran

Saran yang dapat dilakukan untuk

penelitian selanjutnya

1. Perlu dilakukan penelitian lanjut

untuk pengujian parameter logam

berat yang dibandingkan dengan

baku mutu.

2. Waktu pada proses maserasi perlu

ditambah dengan pergantian

pelarut yang baru setiap waktunya

agar hasil yang didapat lebih

optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Santika, Sri S. 1978.

Metoda Penelitian Air.Usaha

Nasional Surabaya Anonima. 2008.

Detil data Vicia faba Linn. http://

www.kehati.or.id/florakita/

Didownload pada tanggal 01 April

2015, pukul 16.10 WIB.

Anonimb. 2009. Alternatif Kacang-

kacangan Non Kedelai untuk Tahu

dan Tempe.

http://www.litbang.deptan.go.id/ber

ita/one/597/. Didownload pada

tanggal 01 April 2015, pukul 16.10

WIB

Anonimc. 2008. Kacang Babi (Vicia faba

L.). http:// www.plantamor.com.

Didownload pada tanggal 01 April

2015, pukul 16.00 WIB.

Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Ilmu

Kesehatan Lingkungan. PT.

Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Babu, Reveendra., and Malay Chaudri.

2005. Home Water Treatment by

Direct Filtration with Natural

Page 20: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Coagulant. Journal of water and

Health. India. IW A Publishing.

Bina, B., M.H. Mehdinejad, Grunnel

Dalhammer, Guna Rajarao, M.

Nikeen, and H. Movahedian Attar.

2010. Evectiveness of Moringa

Oliefera Coagulant Protein as

Natural Coagulant Aid in Removal

of Turbidity and Bacteria from

Turbidity Waters. World Acedemi of

Science, Engineering and

Technology 67 2010.

Campbell, Arezoo. 2002. The Potential

Role Of Alumunium in Alzheimer’s

Disease. Neprhol Dial Transplant

(2002) 17 [Suppl 2]: 17 – 20.

Canell, Richard J.P. 1998. Methods in

Biotechnology: Natural Product

Isolation, Edition 4. Humn

Press.New Jersey.

Chandra, Dr. Budiman. 2006. Pengantar

Kesehatan Lingkungan. EGC,

Jakarta

Coronel, R.E. 1991. Plant Resources of

South-East Asia 2 : Edible Fruits

and Nuts. Prosea. Netherlands

Damayanti, R. 2008. Uji Sediaan Serbuk

Instan Rimpang Temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb)

sebagai Tonikum Terhadap Mencit

Jantan Galur Swiss Webster.

Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta.

Davis, M.L. and Cornwell, D.A. 1991.

Introduction to Environmental

Engineering.Second Edition.Mc-

Graw-Hill, Inc.New York.

Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman

Praktis Pemantauan Gizi Orang

Dewasa.Depkes , Jakarta.

Dix, H.M. 1981. Evironmental

Pollution.John Willey & Son, New

York.

Dobrynin, Andrey V. Dan Michael

Rubinstein. 2005. Theory of

polyelectrolytes in solutions and at

surface. Prog. Polym. Sci. 30

(2005)1049-118.

www.elsivier.com/locate/ppolysci.

Doyle, M.P., Ericson,M.C. 2006 Closing

The Door On The Fecal Coliform

Assay. Microbe 1, Hal. 162 – 163.

Duke, J.A.1983. Handbook of Energy

Crops [online]. Tersedia:

http://www.hortpurdue.edu/newcor

p/duke-energy/Vicia-faba.html[2

agustus 2015]

Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi

Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. PT

Kanisius,Yogyakarta.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1.

Gramedia Pustaka, Jakarta.

Farooq, S and Velioglu, S.G. 1989.

Physico – Chemical Treatment of

Domestic: Wastewater, Enclopedia

of Environmental Control

Page 21: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Technology, Volume 3:

Wastewater Treatment Technology

Cheremisinoff P.N (editor), Gult

Publishing Co. Houston.

Foidl N., Makkar H.P.S., dan Becker

K.The Potential of Moringa Oleifera

for Agriculturaland Indsutrial Uses.

http://www.moringa.co.il/portals/7/

Moringa_FoidlEN. pdf, diakses pada

13 Juli 2015.

Gerrad Kiely, 1997.Enviromental

Engineering, Mc Graw Hill Book

Company, New York.

Hajna, A.A., Perry, C.A. 1943.

Comparative Study Of Presumptive

And Confirmative Media For

Bacteria Of The Coliform Group

And For Fecal Streptococci. Am J

Publ Hlth 33, hal. 550 - 556

Hammer, Mark.J. 1986. Water and

Wastwater Technology, SI Version.

John Wiley and Sons, New York.

Imbabi, E.S., Ibrahim, K.E., Ahmed, B.M.,

Abulefuthu, I.M., Hulbert, P. 1992.

Chemical Characterisation of The

Tamarind Bitter Principle,

Tamarindineal. Fitorapia 63.

Mahida, U. N. 1993. Pencemaran Air dan

Pemanfaatan Limbah Industri. PT.

Raja Gravindo Persada, Jakarta

Maier, Raina et al. 2009. Environmental

Microbiology. 2009. Academic

Press of Elsevier. USA

Mason, C. F. 1981. Biological of

Freshwater Pollution Longman.

New York

Mason, C.F. 1993. Biology of Freshwater

Pollution.Second edition.Longman

Scientific and Technical. New

York. 351p.

Mishra, A., Bajpai M. 2005. The

Flocculation Perfomance of

Tamarindus Mucilange in Relation

to Removal of Vat and Direct

Dyes.Departement of Chemistry,

University Instituteof Engineering

and Tecnology, CSJM University ,

India.

Montgomery.1985. Water Treatment

Principle and Design. Jhon Willey

and Sons Inc. Canada

Nathanson, J.A. 1986. Basic

Environmental Technology: Water

Supply, Waste Disposal, and

Pollution Control. Jhon Willey and

Sons. New York.

Pemerintah Republik Indonesia. 2001.

Peraturan Pemerintah No. 82

Tahun 2001 Tentang Pengelolaan

Kualitas Air Dan Pengendalian

Pencemaran Air, Jakarta.

Pracoyo, N.E. 2006. Penelitian

Bakteriologik Air Minum Isi Ulang

di Daerah Jabodetabek. Cermin

Dunia Kedokteran 152, hal. 37 –

40.

Page 22: L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum dengan cara melarutkan serbuk kacang

Pramudya, Sunu. 2001. Melindungi

Lingkungan. Grasindo , Jakarta.

Purseglove, J.W. 1969. Tropical Crops

Dicotylendons 2nd

ed. Longmans

Greenand co. Ltd. London.

Rao, N. 2005. Use of Plant Materialas

Natural Coagulants for Treatment

of Wastewater. Diakses: 16

Februari 2016.

http://www.visionriviewpoint.com/

article.asp/articleid=48.

Said, Nusa Idaman., dan Ruliasih.2010.

Pengolahan Air Sungai Skala Rumah

Tangga Secara Kontinyu.BPPT ,

Jakarta.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan

Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Sebagai Salah Satu Indikator

Untuk Menentukan Kualitas

Perairan. Oseana Volume XXX

No. 3, 2005, hlm. 1-6.

Sarker, satyajitD., Zahid Latif, &

Alexander I. Gray (Ed). 2006.

Natural Products Isolation.

Humanasa Press. Totowa

Sastrapradja, D dan Saono , S. 1983.

Major Agriculture Crop Residuce

in Indonesia an Their Potential as

Raw Materials for Bioconversian

dalam Use of Residuce in Rural

Communities. The United

University. Jepang.

Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan.

Fakultas MIPA UNIMED, Medan

Slamet dan Masduki. 2002.Satuan

Proses,Bahan

Ajar.InstitutTeknologi Sepuluh

Nopember. Surabaya

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan

Air Limbah. Universitas

Indonesia Press , Jakarta

Suriawiria, U. 2008. Mikrobiologi Air. PT.

Rineka Cipta. Jakarta

Sutherland, J.P., G.K Folkard & W.D

Grant. 1990. “Natural Coagulants

for Appropriate Water Treatmen”

.Anovel Approach, Waterlines Vol8

(4), 30- 32

Wetzel, R. G. 1983. Limnology. Saunder

Company, Philadelphia

View publication statsView publication stats