L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan...
Transcript of L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas ... fileoptimum. pH optimum yang didapatkan...
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/313314620
Pemanfaatan Kacang Babi (Vicia faba) dan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica
L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas Air
Article · January 2016
CITATIONS
8READS
690
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Photocatalyst View project
synthesis ZSM-5 meso pore from kaolin use as catalyst fragrance View project
Ani Iryani
Universitas Pakuan
21 PUBLICATIONS 143 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ani Iryani on 04 February 2017.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Pemanfaatan Kacang Babi (Vicia faba) dan Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica L) Sebagai Koagulan Alami
Pada Proses Perbaikan Kualitas Air
Oleh
Riska Devi Purnamasari1, Ani Iryani
2, Tri Aminingsih
3
RINGKASAN
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup akan tetapi,
tingkat pencemaran air sudah sangat memprihatinkan. Metode koagulasi merupakan salah
satu metode yang cukup banyak diaplikasikan pada pengolahan air. Metode ini menggunakan
koagulan sintetik yang dapat memicu penyakit alzhaimer. Alternatif lain koagulan sintetik
yaitu memanfaatkan biokoagulan yang berasal dari bahan – bahan yang tersedia di alam.
Tanaman yang diduga memiliki potensi sebagai biokoagulan diantaranya kacang babi ( Vicia
faba ) dan biji asam jawa (Tamarindus indica L), karena memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi yang dapat berfungsi sebagai polielektrolit kationik alami dan menunjukkan
hasil koagulasi positif. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pH dan konsentrasi
optimum suspensi serbuk kacang babi (Vicia faba) dan biji asam jawa (Tamarindus indica L)
sebagai biokoagulan untuk memperbaiki kualitas air dan pengaruhnya terhadap parameter
kualitas air.
Kacang babi dan biji asam jawa dihaluskan dan dilakukan ekstraksi selama 24 jam.
Residu hasil ekstraksi dikeringkan pada suhu ruang dan dibuat suspensi 0,06% (b/v) dengan
variasi pH 2,3,4,6 dan 8 kemudian diproses menggunakan jartest sehingga didapatkan pH
optimum. pH optimum yang didapatkan digunakan untuk menentukan konsentrasi optimum
dengan cara melarutkan serbuk kacang babi dan biji asam jawa dengan variasi konsentrasi
0,02%, 0,04%, 0,06%, 0,08%, dan 0,1%. Air baku yang sudah ditambahkan biokoagulan
tersebut diproses menggunakan jartest, hasil supernatannya dianalisis nilai turbiditas, pH,
DO, BOD, COD, dan Total Coliform.
Hasil jartest menunjukkan bahwa pH optimum suspensi kacang babi dan suspensi biji
asam jawa berada pada pH 3. Konsentrasi optimum suspensi kacang babi sebesar 0,06%
dengan penurunan kekeruhan 99,70 % sedangkan kosentrasi optimum suspensi biji asam
jawa sebesar 0,04% dengan penurunan kekeruhan sebesar 99.60 %. Suspensi kacang babi
pada konsentrasi optimum 0,06% dengan persentase penurunan TSS sebesar 99,27%, nilai
BOD sebesar83,30%, nilai COD sebesar 98,93%, dan persentase kenaikan nilai DO sebesar
72,83%. Suspensi biji asam jawa pada konsentrasi optimum 0,04% dengan persentase
penurunan TSS sebesar 99,27%, nilai BOD sebesar 90,20 %, nilai COD sebesar 93,47%, dan
persentase kenaikan nilai DO sebesar 78,65 %. Penggunaan suspensi kacang babi tidak
menurunkan jumlah total bakteri coliform pada konsentrasi suspensi kacang babi 0,02% -
0,1%, sedangkan biji asam jawa mampu menurunkan jumlah bakteri total coliform dengan
semakin meningkatnya konsentrasi suspensi biji asam jawa dalam air pada konsentrasi
suspensi biji asam jawa 0,04% - 0,1%.
Kata Kunci : Air, Biokoagulan, Kacang babi (Vicia faba), Biji asam jawa (Tamarindus indica
L), Jartest
1 Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas MIPA UNPAK
2 Dosen Pembimbing Studi Kimia Fakultas MIPA UNPAK
3 Dosen Pembimbing Studi Kimia Fakultas MIPA UNPAK
SUMMARY
Water is very important resourches for organism, but the level of water polution
already alarming. Coagulation methode is one of quite widely applied in water treatment.
This methode uses syntetic coagulant that can tigge alzaimer’s diseases. Another alternative
is utilizing synthetic coagulant derived from ingredients avaulable in nature. A plant that is
thought to heve potential as biocoagulant including faba beans and tamarind seeds, because it
has a high protein content that can serve as a natural cationic polielectrolyte and showed
positive coagulation. The aim of this research was to determine of the optimum pH and
concertation of faba bean and tamarind seeds powder suspension as biokoagulan to onprove
water quality and its effect on water quality parameter.
Faba bean and tamarind seeds crushed and extracted for 24 hours. .The extraction
residue dried at room temperature and the suspension made 0.06% with variation in pH
2,3,4,6 and 8 then processed using jartest to obtain the optimum pH. The optimum pH which
is obtained is used to determine the optimum concertation by dissolving powdered faba bean
and tamarind seeds with varying conentration of 0.02%, 0.04%, 0.06%,0.08%, dan 0.1%.
Raw water is processed using a coagulant is added jartest, the supernatant analyzed the result
of the value of turbidity, DO, BOD, COD, dan Total Coliform.
The result of jartest showed the optimum pH suspension of faba bean and tamarind seeds
lies in pH 3. The optimum concentration suspension of faba bean is 0,06% with a decrease in
turbidity 99,70% while the optimum concentration suspension of tamarind seeds is 0,04%
with decrease in turbidity 99,60%. Suspension faba bean on the optimum concetration 0,06%
may decrease TSS 99,27%, BOD value 83,30%, COD 98,93% and the persentage increase in
value DO at 72, 83%. Suspension tamarind seeds on the optimum concetration 0,04% may
decrease TSS 99,27%, BOD value 90,20%, COD 93,47% and the persentage increase in
value DO at 78,65%. The use of faba bean suspension not reduce the total number of
coliform bacteria in concentration of 0,02% - 0,1%., while the tamarind seed can lower the
number of total coliform bacteria in the increasing concentration of the suspension tamarind
seeds in water at 0,04% - 0,1%.
Keyword : Water, Biocoagulant, Faba bean (Vicia faba), Tamarind seeds (Tamarindus indica
L), Jartest
PENDAHULUAN
Air sebagai sumber daya alam yang
sangat penting, dibutuhkan diberbagai
bidang kehidupan dan berbagai kegiatan
masyarakat untuk kelangsungan hidup
sehingga keberadaan air sangat mutlak
diperlukan. Tanpa adanya proses
pengolahan air yang memadai, air yang
sudah tercemar dapat membebani bahkan
melampaui kesanggupan alam untuk
membersihkannya. Proses pengolahan air
yang memadai merupakan salah satu kunci
dalam memelihara kelestarian lingkungan
(Effendi, 2003).
Pencemaran utama pada air
diakibatkan oleh limbah rumah tangga,
limbah industi, dan limbah
pertanian.Cemaran tersebut dapat
mencemari lingkungan dalam bentuk
larutan, koloid, maupun bentuk partikel
lainnya.Oleh karena itu, mengingat penting
dan besarnya dampak yang ditimbulkan
bagi lingkungan maka dibutuhkan metode
yang tepat untuk mengolah air.(Said &
Ruliasih, 2010)
Pengolahan air dapat dilakukan
dengan berbagai metode seperti presipitasi,
adsorbsi, dan koagulasi. Diantara metode
yang ada, metode koagulasi merupakan
salah satu metode yang cukup banyak
diaplikasikan pada pengolahan air.Pada
metode ini biasanya digunakan koagulan
sintetik. Koagulan yang umumnya adalah
garam – garam allummunium seperti
alumunium sulfat dan PAC (
Polyalumunium Chloride). Beberpa studi
melaporkan bahwa senyawa alum dapat
memicu penyakit alzheimer (Campbell,
2002).Dilaporkan juga bahwa monomer
beberapa polimer organik sintetik seperti
PAC dan alum memiliki sifat
neurutoksisitas.
Alternatif lain dari penggunaan
koagulan sintetik yaitu pemanfaatan
biokoagulan yang berasal dari bahan –
bahan yang tersedia di alam. Dalam rangka
menggiatkan pemanfaatan bahan – bahan
alami sebagai biokagulan dan lebih
memperkaya keragaman tanaman yang
berpotensi sebagai alternatif koagulan
sintetik, telah dilakukan beberapa
penelitian terhadap tanaman yang memiliki
potensi sebagai biokoagulan diantaranya
biji kelor (Moringa oliefera) (Foidl et al.,,
Bina et al.,2010), Biji nirmali (Strychnos
potatorum) (Babu dan Malay Chauduri,
2005).
Tanaman yang diduga memiliki
potensi sebagai biokoagulan diantaranya
kacang babi ( Vicia faba ) dan biji asam
jawa (Tamarindus indica L). Kacang babi (
Vicia faba ) dikenal memiliki kandungan
protein yang cukuptinggi yaitu berkisar 20
– 25% dan beragam jenis asam amino
dengan kadar yang cukup tinggi, dalam
100 gram kacang babi ( Vicia faba
)terkandung 26,2 gram protein (Duke,
1983). Protein yang terkandung dalam
kacang babi ( Vicia faba ) dan biji asam
jawa (Tamarindus indica L) inilah yang
nantinya diharapkan dapat menggantikan
fungsi dari koagulan sintetik. Protein yang
merupakan salah satu penyusun dari
kacang babi (Vicia faba) dapat berfungsi
sebagai polielektrolit kationik alami dan
menunjukkan hasil koagulasi positif (
Babu& Chauduri, 2005; Sutherland et al.,
1990). Atas dasar alasan tersebut,
penelitian ini dilakukan dengan harapan
akan diperoleh biokoagulan darikacang
babi( Vicia faba )dan biji asam
jawa(Tamarindus indica L) sebagai
alternatif bagi penggunaan koagulan
sintetik dalam memperbaiki kualitas air
dan dapat mengetahui pengaruh biji asam
jawa dan kacang babi terhadap parameter
kualitas air yang meliputi kekeruhan, pH,
totalcoliform, TSS, DO, BOD, dan COD.
Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pH dan konsentrasi optimum
suspensi serbuk kacang babi (Vicia faba)
dan biji asam jawa (Tamarindus indica L)
sebagai biokoagulan untuk memperbaiki
kualitas air.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan
dilaboratorium Kimia Fisika Balai Teknik
Air Minum dan Sanitasi Wil.1
Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat.. Bahan baku dalam
percobaan ini adalah air sungai
kalimalang. Bahan Koagulan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah
kacang babi ( Vicia faba ) dan biji
asamjawa (Tamarindus indica).
Bahan
Bahan kimia yang digunakan
antara lain, H2SO4(P) , H2SO42 M, NaOH
10 %, Na- Tiosulfat 0,025 N, MnSO4,
alkali iodida azida, kanji 0,5 %, serbuk
HgSO4, K2Cr2O7 0,25 N, perekasi asam
sulfat – perak sulfat, indikator feroin, FAS
0,1 N, aquades, Buffer Posfat, media endo,
larutan CaCl2, larutan FeCl3, larutan
MgSO4, n - heksana.
Alat
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain Jar test,
Oven,pompa vacum, desikator,neraca
analitik, pendingin liebig,blender, hot
plate, pH meter, turbidimeter, stop watch,
beaker glass, botol DO, gelas ukur, petri
dish,cawan gooch, erlenmeyer, pipet ukur
10 ml, pipet gondok 1 ml, pipet volumetrik
20 ml, pipet volumetrik 25 ml, pipet
volumetrik 50 ml, buret makro 50 ml, labu
takar 100 ml, automatic pipet,batang
pengaduk, pinset, ayakan mesh,
allumunium foil, kertas saring whatman.
Pembuatan Suspensi Kacang Babi (
Vicia faba ) dan Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica).
Kacang babi (Vicia faba) dan biji
asam jawa (Tamarindus indica) yang
digunakan dalam pembuatan suspensi
adalah kacang babi (Vicia faba) dan biji
asam jawa (Tamarindus indica) yang
sudah tua ditandai dengan biji yang
berwarna coklat dan kering. Kacang babi
(Vicia faba) direndam dalam air selama ±
12 jam pada suhu kamar kemudian dikupas
kulitnya dan dikeringkan dibawah sinar
matahari selama ± 12 jam. Kacang babi
(Vicia faba) yang telah kering kemudian
dihaluskan dengan blender lalu diayak
dengan menggunakan ayakan 40 mesh
sehingga diperoleh serbuk halus. Serbuk
kacang babi ditimbang sebanyak 10 gram
dan dimasukkan kedalam erlenmeyer
kemudian ditambahkan pelarut n –
heksana hingga mencapai 50 ml dengan
perbandingan 1 : 5 ( w/v). Prosedur
ekstraksi dilakukan dengan merendam
sampel dengan n – heksana selama 24 jam
pada suhu ruang dan diaduk dengan
menggunakan stirrer. Hasil maserasi
disaring menggunakan corong kaca dan
kertas saring untuk memisahkan filtrat dan
residu kacang babi. Residu kacang babi
dikeringkan pada suhu ruang. Setelah
kering, Serbuk halus kacang babi dibuat
suspensi 2% (b/v) dengan melarutkan 2
gram serbuk halus dengan aquades hingga
volumenya 100 mL, kemudian dilakukan
pengenceran ke dalam 1L air baku dengan
variasi konsentrasi 0,02%, 0,04%, 0,06%,
0,08%, dan 0,1%. Perlakuan yang sama
dilakukan untuk pembuatan suspensi biji
asam jawa (Tamarindus indica) tetapi
tanpa dilakukan perendaman.
Penentuan pH OptimumTerhadap
Turbiditas Air Baku pada Proses
Koagulasi Flokulasi.
Penentuan pH optimum terhadap
turbiditas air baku pada proses koagulasi/
flokulasi dilakukan dengan proses jartest.
Air baku yang digunakan terlebih dahulu
di analisis turbiditas awal, temperatur dan
pH awal. Proses jartest dilakukan dengan
cara 5 beaker glass 1000 ml yang diisi air
baku kemudian diatur tingkat
keasamannya dengan variasi pH 2, 3, 4, 6,
dan 8 dengan cara menambahkan H2SO4 2
M dan NaOH 10 %. Masing – masing
larutan yang sudah di atur pH nya
ditambahkan biokoagulan dengan
konsentrasi 0,06 %. Kemudian, diaduk
dengan kecepatan tinggi 110 rpm selama 2
menit dan diikuti pengadukan lambat 40
rpm selama 10 menit, setelah itu dilakukan
proses sedimentasi selama 20 menit.
Setelah mengendap diambil supernatannya
untuk dianalisa turbiditas.
Penentuan Konsentrasi Koagulan
Optimum Terhadap Turbiditas Air
Baku pada Proses Koagulasi - Flokulasi.
Pengaruh Konsentrasi optimum
koagulan terhadap turbiditas air baku pada
proses koagulasi/ flokulasi dilakukan
dengan proses jartest. Air baku yang
digunakan terlebih dahulu di analisis
turbiditas awal, pH awal, temperatur, DO,
BOD, COD, TSS dan Total coliform.
Proses jartest dilakukan dengan cara 5
beaker glass 1000 ml yang sudah diisi
dengan air bakuyang sudah ditambahkan
biokoagulan dengan variasi konsentrasi
0,02%, 0,04%, 0,06%, 0,08%, dan 0,1%,
kemudiandiatur tingkat keasamannya
sesuai dengan pH optimum yang
didapatkan perlakuan sebelumnya dengan
cara menambahkan H2SO4 2 M dan NaOH
10 %. Kemudian, diaduk dengan
kecepatan tinggi 110 rpm selama 2 menit
dan diikuti pengadukan lambat 40 rpm
selama 10 menit, setelah itu dilakukan
proses sedimentasi selama 20 menit.
Setelah mengendap diambil supernatannya
untuk dianalisa turbiditas, pH, temperatur,
DO, BOD, COD, TSS dan total coliform.
Penentuan Dissolve Oxygen (DO)
Dengan Metode Iodometri
Contoh uji (Air baku yang sudah
ditambahkan biokoagulan dan sudah
melewati proses jartest) dimasukan
kedalam botol DO secara hati – hati agar
tidak ada gelembung udara, kemudian
ditambahkan larutan mangan sulfat 1 ml
dan larutan alkali – iodida - azida 1 ml.
Botol ditutup dan dikocok agar larutan
tercampur dan didiamkan ± 10 menit agar
larutan mengendap. Setelah itu,
ditambahkan H2SO4(P) sebanyak 1 ml, dan
dikocok kembali hingga tercampur.
Kemudian, sampel dimasukkan kedalam
erlenmeyer 300 ml dan dititrasi dengan
larutan tiosulfat 0,025 N sampai timbul
warna kuning, setelah itu ditambah
indikator kanji 0,5 % sebanyak 1 ml
sehingga timbul warna biru tua. Titrasi
dilanjutkan kembali.Titik akhir titrasi
dintandai dengan warna biru tepat hilang.
Penentuan Biological Oxygen Demand
(BOD) Dengan Metode Iodometri
Contoh uji diatur tingkat
keasamannya hingga pH 7 dengan
penambahan H2SO4 dan NaOH.Contoh uji
sebanyak 75 ml dimasukkan kedalam gelas
ukur 1000 ml, kemudian ditambahkan air
pengencer sebanyak 225 ml dan diaduk
hingga homogen.Dua buah botol DO
disiapkan dan ditandai dengan notasi yang
berbeda seperti A1 dan A2.Larutan contoh
uji dimasukkan kedalam masing – masing
botol DO tersebut secara hati – hati dan
proposional untuk menghindari gelembung
udara.Botol Do yang sudah terisi penuh
kemudian ditutup.Botol A2 disimpan di
lemari inkubator pada suhu 20ºC selama 5
hari, sedangkan kedalam botol A1
ditambahkan larutan mangan sulfat 1 ml
dan larutan alkali – iodida- azida 1 ml.
Botol ditutup dan dikocok agar larutan
tercampur serta didiamkan ± 10 menit agar
larutan mengendap. Setelah itu,
ditambahkan H2SO4(P) sebanyak 1 ml, dan
dikocok kembali hingga tercampur.
Sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer
dan dititrasi dengan larutan tiosulfat 0.025
N sampai timbul warna kuning, setelah itu
ditambah indikator kanji 0,5 % sebanyak 1
ml sehingga timbul warna biru tua. Titrasi
dilanjutkan kembali. Titik akhir titrasi
dintandai dengan warna biru tepat hilang
Penentuan Chemical Oxygen Demand
(COD) Dengan Metode Titrimetri
Contoh uji sebanyak 10 ml
dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml,
kemudian ditambahkan serbuk HgSO40.2
gram, 5 ml K2Cr2O7 0.25 N, 15 ml perekasi
asam sulfat – perak sulfat secara perlahan
– lahan sambil didinginkan dalam air
pendingin dan beberapa butir batu didih.
Erlenmeyer yang sudah berisi campuran
tersebut dihubungkan dengan pendingin
liebig dan didihkan diatas hotplate selama
2 jam. Setelah 2 jam, bagian dalam dari air
pendingin di cuci dengan air suling hingga
volume contoh uji kurang lebih 70 ml dan
didinginkan sampai temperatur kamar.
Setelah dingin, campuran tersebut
ditambahkan indikator feroin 2 – 3 tetes,
kemudian dititrasi dengan larutan FAS 0.1
N.
Penentuan Total Solid Suspended (TSS)
Dengan Metode Gravimetri
Contoh uji diaduk dengan
magnetik strirer hingga homogen.Setelah
homogen, contoh uji dipipet sebanyak 20
ml dan dimasukkan kedalam alat
penyaring yang sudah dilapisi kertas saring
(sebelum dimasukan contoh uji, kertas
saring terlebih dahulu dicuci dengan
aquades sebanyak 10 ml).Contoh uji
disaring menggunakan vakum selama ± 3
menit agar diperoleh penyaringan
sempurna.Setelah 3 menit, kertas saring
dipindahkan secara hati – hati dari
peralatan penyaringan ke cawan gooch
yang sudah dilapisi alumunium sebagai
penyangga. Kemudian, kertas saring
tersebut dikeringkan didalam oven selama
1 jam pada suhu 103ºC - 105ºC. Setelah 1
jam, kertas saring dimasukkan kedalam
desikator untuk menyeimbangkan suhu,
kemudian kertas saring ditimbang.
Penentuan Total Coliform Dengan
Metode Membran Filter
Daerah disekitar tempat kerja dan
alat yang digunakan dibersihkan dengan
alkohol.Contoh uji sebanyak 10 ml
dimasukkan kedalam alat penyaring yang
sudah dilapisi oleh membran.Penyaringan
berjalan sambil dilakukan pembilasan
dengan aquadesh sebanyak 1- 2 kali.
Setelah disaring, membran tersebut
dimasukan kedalam petri dish yang sudah
berisi media endo sebanyak 1.8 – 2 ml.
Petri dish yang sudah berisi media endo
dan membran dimasukkan secara terbalik
kedalam inkubator untuk dilakukan proses
inkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Serbuk kacang babi dan biji asam
jawa dapat digunakan sebagai koagulan
alami pada proses perbaikan kualitas air.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh biokoagulan terhadap parameter
kualitas air. Kondisi Optimum pada
penelitian ini digunakan variasi pH dan
konsentrasi suspensi serbuk kacang babi
dan biji asam jawa untuk mengetahui
biokoagulan tersebut dapat bekerja lebih
baik.
Suspensi Serbuk Kacang Babi (Vicia
faba) dan Serbuk Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica L)..
Pada proses pembuatan suspensi
serbuk kacang babi (Vicia faba) dan
serbuk biji asam jawa (Tamarindus
indica)yang digunakan adalah kacang
babi(Vicia faba)dan biji asam
jawa(Tamarindus indica) yang sudah tua
ditandai dengan biji yang berwarna coklat
dan kering. Kacang babi(Vicia faba)yang
sudah tua dan kering tersebut direndam
dalam air, hal ini bertujuan untuk
mempermudah dalam pengelupasan kulit
luar pada kacang babi. Setelah direndam,
kacang babi di keringkan dibawah sinar
matahari guna mendapatkan kacang babi
yang kering. Untuk menghilangkan lemak
yang terkandung dalam kacang babi dan
biji asam jawa maka dilakukan ekstraksi.
Metode ekstraksi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah maserasi. Maserasi
dipilih untuk mencegah terjadinya
kerusakan senyawa aktif yang terkandung
dalam kacang babi maupun biji asam jawa.
Senyawa aktif dalam suatu ekstrak
cenderung tidak stabil pada suhu tinggi
sehingga pemanasan pada suhu tinggi
perlu dihindari (Canell, 1998). Maserasi
dilakukan dengan menggunakan pelarut n
–heksana. Pemilihan pelarut n – heksana
didasarkan pada selektivitasnya dalam
mengekstrak senyawa – senyawa non
polar, tingkat keamanan dan kemudahan
menguap ( Sarker dkk., 2006). Penggunaan
n – heksana sebagai pelarut dalam
maserasi diharapkan dapat melarutkan
senyawa – senyawa non polar seperti
lemak yang terkandung dalam kacang babi
dan biji asam jawa. Pada saat maserasi
terjadi proses pengadukan terhadap bahan
yang diekstrak. Hal ini memperbesar
kemungkinan tumbukan antar partikel
yang mengakibatkan pemecahan sel
sehingga komponen yang diinginkan dapat
keluar dari jaringan bahan dan larut dalam
pelarutnya serta untuk memperbesar
pengikatan dan reaksi antara komponen
bahan aktif dengan pelarut yang digunakan
(Damayanti, 2008). Residu serbuk kacang
babi dan biji asam jawa yang dihasilkan
setelah proses maserasi dikeringkan pada
suhu ruang, kemudian dilakukan proses
pelarutan dengan menggunakan aquades
sesuai dengan konsentrasi yang telah
ditentukan. Selanjutnya, dilakukan proses
jarttest untuk mengetahui pengaruh
biokoagulan bebas lemak terhadap kualitas
air
Hasil serbuk kacang babi dan
serbuk biji asam jawa yang sudah di
lakukan maserasi kemudian dilarutkan
dengan aquades memperlihatkan larutan
yang keruh, hal ini dapat disebabkan oleh
kandungan pati yang terkandung pada biji
asam jawa dan kacang babi, karena salah
satu sifat pati adalah tidak larut dalam air
dingin. Menurut Rao (2005), biji asam
jawa mengandung zat aktif seperti tanin,
minyak essensial dan beberapa polimer
alami seperti pati, getah dan albuminoid.
pH Optimum Suspensi Serbuk Kacang
Babi dan Serbuk Biji Asam Jawa
Terhadap Kekeruhan Air Sungai Pada
Proses Koagulasi – Flokulasi.
Proses koagulasi merupakan proses
adsorbsi oleh koagulan terhadap partikel –
partikel koloid sehingga menyebabkan
destabilisasi partikel. Proses ini biasa
disebut juga proses netralisasi partikel.
Koagulan yang mengandung muatan
berlawanan dengan muatan partikel koloid
akan mengadsorbsi koloid tersebut pada
permukaannya dan menurunkan gaya tolak
menolak antara koloid sehingga partikel
tidak terhalangi untuk terkoagulasi
membentuk partikel yang lebih besar dan
dapat mengendap. Penelitian ini diawali
dengan mengamati variasi pH agar dapat
diketahui pH optimum koagulasi.
Penentuan pH optimum ini digunakan
untuk mengetahui kondisi kerja
biokoagulan.Variasi pH yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah pH 2, 3, 4, 6,
dan 8. Hal ini disesuaikan dengan baku
mutu air bersih menurut PP No. 82 Tahun
2001 bahwa pH air berada dalam rentang 6
– 9.
Proses koagulasi sangat
dipengaruhi oleh pH. Koagulasi memiliki
rantang pH tertentu untuk mencapai
koagulasi yang optimum. Misalnya
rentang pH optimum untuk alum adalah
5,0 sampai dengan 7,0 karena alumunium
hidroksida relatif tidak larut pada rentang
tersebut. Oleh karena itu, air yang akan di
beri perlakuan jartest harus memliki pH
yang dapat memadai untuk dapat bereaksi
dengan koagulan menghasilkan flok.
Pengaruh pH dan kekeruhan pada
proses jartest dengan menggunakan
biokoagulan kacang babi dan biji asam
jawa dapat dilihat pada gambar 4 dan 5.
Kedua jenis biokoagulan tersebut dapat
bekerja lebih baik pada pH asam.Pada pH
6 dan 8 terjadi pembentukan flok akan
tetapi tidak terjadi penurunan efisiensi
kekeruhan yang siginifikan. Kekeruhan
yang dihasilkan pada pH 6 dan 8 masih
berada diatas baku mutu yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat
Dan PengawasanKualitas Air bahwa
kekeruhan yang memenuhi kualitas air
bersihharusdibawah 5 NTU .Biokoagulan
kacang babi dan biji asam jawa
menunjukkan pH optimum terjadi pada pH
3, hal ini diduga terjadi protonasi pada
gugus amino (NH2) dari protein yang
terlarut dari kacang babi dan biji asam
jawa sehingga gugus amini berinteraksi
dengan H+ dari larutan menjadi –NH3
+.
Gugus –NH3+ mendukung terjadinya
ikatan antara protein kacang babi dan biji
asam jawa dengan partikel – partikel
koloid yang bermuatan negatif. Kekeruhan
kembali meningkat pada pH 2 diduga telah
terjadi denaturasi protein akibat pH yang
terlalu ekstrim.
Gambar 6. Hubungan pH dan kekeruhan biokoagulan
Kacang Babi
5.22 2.22 7.28
23.7
62.1
0
20
40
60
80
2 3 4 6 8
Ke
keru
ha
n (
NT
U)
pH
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaraan Air,
Kriteria pH air bersih (Kelas II) yang
dianjurkan memiliki pH 6- 9 maka sampel
air permukaan yang telah mengalami
perlakuan dengan biokoagulan kacang babi
dan biji asam jawa ini masi perlu
dilakukan proses netralisasi agar pH yang
dihasilkan sesuai dengan baku mutu.
Konsentrasi Optimum Suspensi Serbuk
Kacang Babi dan Biji Asam Jawa
Terhadap Kekeruhan Air Baku pada
Proses Koagulasi – Flokulasi.
Kekeruhan di dalam air disebabkan
oleh adanya zat tersuspensi seperti
lempung, lumpur, zat organik, plankton,
dan zat – zat halus lainnya. Kemampuan
kacang babi ( Vicia faba ) dan biji asam
jawa (Tamarindus indica L) sebagai
biokoagulan dapat diamati pengaruhnya
dalam menurunkan turbiditas melalui jar
test. Protein yang terkandung dalam
kacang babi ( Vicia faba ) dan biji asam
jawa (Tamarindus indica L) inilah yang
nantinya diharapkan dapat menggantikan
fungsi dari koagulan sintetik. Protein yang
merupakan salah satu penyusun dari
kacang babi (Vicia faba) dapat berfungsi
sebagai polielektrolit kationik alami dan
menunjukkan hasil koagulasi positif
(Babu& Chauduri, 2005; Sutherland et al.,
1990). Menurut Dobrynin dan Michael
(2005), Polielektrolit adalah polimer yang
membawa muatan positif atau negatif dari
gugus yang terionisasi. Pada pelarut yang
polar seperti air, gugus ini dapat
terdisosiasi meninggalkan muatan
polimernya dan melepaskan ion yang
berlawanan dalam larutan.
Gambar 7 menunjukkan pengaruh
turbiditas terhadap konsentrasi
Biokoagulan kacang babi. Pada grafik
terlihat bahwa kekeruhan air semakin
menurun dengan semakin meningkatnya
konsentrasi. Akan tetapi, terjadi
peningkatan kekeruhan kembali pada
konsentrasi 0,08% dan 0,1%. Turbiditas
kembali meningkat disebabkan
penambahan biokoagulan yang berlebihan
mengakibatkan bertambahnya
kecenderungan flok untuk mengapung dan
Gambar 7. Hubungan pH dan kekeruhan
biokoagulan Biji Asam Jawa
5.75 2.95 7.73
24.5
70.2
0
20
40
60
80
2 3 4 6 8
Kek
eru
han
(N
TU)
pH
7.93
5.53
2.3
4.9
7.15
0
2
4
6
8
10
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Kek
eru
han
(N
TU)
Konsentrasi Suspensi Kacang Babi (%)
tidak mengendap. Kelebihan koagulan
yang tidak berinteraksi dengan partikel
koloid juga akan menyebabkan
kekeruhansehingga turbiditas kembali
meningkat diatas dosis optimum. Dalam
grafik menunjukkan konsentrasi optimum
dari biokoagulan kacang babi sebesar 0.06
%.
Gambar 9, menunjukkan pengaruh
konsentrasi biokoagulan biji asam jawa
terhadap kekeruhan. Sama hal nya dengan
biokoagulan kacang babi, pada grafik
terlihat bahwa kekeruhan air semakin
menurun dengan semakin meningkatnya
konsentrasi. Akan tetapi, terjadi
peningkatan kekeruhan kembali pada
konsentrasi 0,06%, 0,08% dan 0,1%.
Turbiditas kembali meningkat disebabkan
penambahan biokoagulan yang berlebihan
mengakibatkan bertambahnya
kecenderungan flok untuk mengapung dan
tidak mengendap. Kelebihan koagulan
yang tidak berinteraksi dengan partikel
koloid juga akan menyebabkan
kekeruhansehingga turbiditas kembali
meningkat diatas dosis optimum. Dalam
grafik menunjukkan konsentrasi optimum
dari biokoagulan biji asam jawa sebesar
0.04 %.
Penurunan kekeruhan air sungai
dengan menggunakan biokoagulan kacang
babi sebesar 99.69 % pada konsentrasi
optimum 0.06% dan biokoagulan biji asam
jawa sebesar 99.63 % pada konsentrasi
optimum 0.04%. Hal ini diperoleh
berdasarkan perhitungan efisiensi dengan
kekeruhan awal air sungai sebesar 745
NTU.
Secara umum semua partikel
koloid memiliki muatan sejenis. Adanya
muatan sejenis tersebut maka terdapat
gaya tolak – menolak antar partikel koloid.
Hal ini mengakibatkan partikel – partikel
koloid tidak dapat bergabung sehingga
memberikan kestabilan pada sistem koloid.
Protein yang terlarut dari kacang babi (
Vicia faba ) dan biji asam jawa
(Tamarindus indica L) mengandung gugus
–NH3+yang dapat mengikat partikel –
partikel yang bermuatan negatif sehingga
partikel – partikel tersebut terdestabilisasi
membentuk ukuran partkel yang lebih
besar dan pada akhirnya dapat
terendapkan. Proses pengadukan selama
jar test berlangsung juga harus
diperhatikan untuk menunjang
keberhasilan proses koagulasi. Pengadukan
cepat (rapid mixing) berperan penting
dalam pencampuran koagulan dan
destabilisasi koloid.Tujuan pengadukan
cepat adalah untuk menghasilkan
5.37
2.75
6.05 7.57 8.16
0
5
10
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1Kek
eru
han
(N
TU)
Konsentrasi Suspensi Biji Asam Jawa (%)
turbulensi air sehingga dapat
mendispersikan koagulan dalam
air.Pengadukan cepat selama jar test
berlangsung membantu partikel – partikel
halus didalam air saling bertumbukan
sehingga membentuk mikroflok.
Sedangkan pengadukan lambat (slow
mixing) berepran dalam upaya
pengabungan flok. Mikroflok yang telah
terbentuk ini melalui pengadukan lambat
akan begabung menjadi makroflok yang
dapat dipisahkan melalui sedimentasi.
Pengaruh Konsentrasi Suspensi Serbuk Kacang Babi dan Biji Asam Jawa Terhadap
Kadar TSS Pada Proses Koagulasi - Flokulasi
Gambar 10 menunjukkan pengaruh
konsentrasi suspensi kacang babi dan
suspensi biji asam jawa terhadap nilai
TSS. Dari gambar 10, dapat dilihat terjadi
penurunan kadar TSS pada suspensi
kacang babi yang paling signifikan pada
konsentrasi 0,06% dengan kadar TSS
sebesar 10 mg/L akan tetapi kadar TSS
kembali meningkat pada konsentrasi
0,08%. Penurunan kadar TSS pada
suspensi biji asam jawa yang paling
signifikan pada konsentrasi 0,04% dengan
kadar TSS sebesar 10 mg/L akan tetapi
kadar TSS kembali meningkat pada
konsentrasi 0,06%. Konsentrasi
biokoagulan kacang babi dan biokoagulan
biji asam jawa yang terlalu banyak
mengakibatkan kemampuan penurunan
kadar TSS menjadi jenuh. Sesuai peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 82
Tahun 2001 tentang kualitas air sungai
hasil optimum 10 mg/L telah memnuhi
baku mutu.
30
20
10
20
30
35
10
20
25
35
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Nila
i TSS
(m
g/L)
Konsentrasi Biokoagulan (%)
Nilai TSS(mg/L )SuspensiKacang BabiNilai TSS(mg/L )Suspensi BijiAsam Jawa
Gambar 10. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Terhadap Nilai TSS Air Sungai.
Pengaruh Konsentrasi Suspensi Kacang
Babi dan Biji Asam Jawa Terhadap
nilai DO, BOD dan COD Pada Proses
Koagulasai - Flokulasi.
Keberadaan oksigen sangat vital
dalam perairan alami. Dalam air oksigen
dikonsumsi secara cepat oleh bahan
organik, ( CH2O), dalam reaksi:
C(H2O) + O2 CO2 + H2O
Parameter oksigen terlarut
memberikan indikasi tentang tingkat
kesegaran air akibat adanya proses
biodegradasi dan asimilasi pada badan air.
Adanya muatan bahan organik yang
berlebih akan menyebabkan oksigen
terlarut dalam air pada kondisi yang kritis,
atau merusak kadar kimia air. Rusaknya
kadar kimia air tersebut akan berpengaruh
terhadap fungsi dari air (Salmin, 2008).
Hasil yang diperoleh dari penelitian
yang dilakukan, dapat dilihat dalam
gambar 11, menunjukkan pengaruh
biokoagulan kacang babi dan biji asam
jawa terhadap nilai DO. Hasil analisis
menunjukan semakin besar konsentrasi
dari kedua biokoagulan tersebut yang
ditambahkan akan semakin meningkat
nilai DO, akan tetapi terjadi penurunan
nilai DO pada suspensi kacang babi
dengan konsentrasi 0,08 % dan penurunan
nilai DO pada suspensi biji asam jawa
dengan konsentrasi 0,06 %, hal ini
dikarenakan adanya muatan organik yang
berlebih sehingga mengakibatkan oksigen
yang terlarut dalam air akan berkurang
karena kondisi larutan yang semakin
jenuh. Dalam penelitian, konsentrasi
optimum suspensi kacang babi sebesar
0,06% dan konsentrasi optimum biji asam
jawa 0,04%, akan tetapi nilai DO pada
suspensi kacang babi mengalami
penurunan pada konsentrasi 0,08% dan
nilai DO pada suspensi biji asam jawa
konsentrasi 0,06%.
Pengaruh konsentrasi suspensi
kacang babi terhadap nilai DO dapat
dilihat kenaikan kadar DO yang paling
signifikan dari kadar DO awal sebesar 2.16
7.54 7.75 7.95 7.8 7.75
8.76
10.12 9.58 9.58
8.35
0
2
4
6
8
10
12
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Nila
i DO
(m
g/L
O2
Konsentrasi Biokoagulan (%)
Nilai DO (mg/LO2) SuspensiKacang Babi
Nilai DO (mg/LO2) SuspensiBiji Asam Jawa
Gambar 11. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Terhadap Nilai DO
mg/L naik menjadi 7.95 mg/L sedangkan
menggunakan biokagulan biji asam jawa
nilai DO naik sebesar 10,12 mg/L
Hasil yang diperoleh dari penelitian
yang dilakukan terhadap nilai COD dan
BOD yang dihasilkan semakin turun
dengan semakin meningkatnya konsentrasi
yang ditambahkan. Hal ini dikarenakan
polimer kationik dapat mengurangi
kandungan bahan organik dalam air
dengan cara koagulasi. Partikel koloid
yang berasal dari bahan organik memiliki
muatan listrik negatif. Penambahan
polimer kation dari biokoagulan pada
partikel koloid dengan muatan negatif ini
akan membentuk jembatan partikel antar
partikel koloid. Jembatan partikel ini akan
saling menjalin satusama lain, sehingga
membentuk mikroflok yang akan
mengendap. Dengan mengendapnya bahan
organik maka nilai COD dan BOD pun
akan turun. Akan tetapi nilai COD dan
BOD meningkat kembali pada konsentrasi
suspensi kacang babi 0,08% dan 0,1%
sedangkan, nilai COD dan BOD
meningkat kembali pada konsentrasi
suspensi biji asam jawa 0,06% hal ini
dikarenakan kondisi larutan yang
ditambahkan biokoagulan sudah semakin
jenuh, sehingga bahan organik yang ada
dalam air sulit untuk mengendap.
Dalam gambar 12 dapat dilihat
konsentrasi optimum pada biokoagulan
kacang babi sebesar 0,06% dengan hasil
nilai BOD sebesar 2.04 mg/L , sedangkan
konsentrasi optimum pada biokoagulan
biji asam jawa sebesar 0,04 dengan hasil
nilai BOD sebesar 1,17 mg/L. Nilai BOD
yang lebih tinggi pada sampel air sungai
dengan perlakuan kacang babi
dibandingkan dengan perlakuan biji asam
jawa menunjukan kebutuhan oksigen pada
perlakuan dengan kacang babi lebih tinggi
sehingga mengindikasikan lebih banyak
bahan organik yang didegradasi oleh
mikroorganisme dalam sampel air dengan
perlakuan kacang babi. Hal ini
berhubungan dengan kandungan
biokagulan biji asam jawa yang memiliki
sifat anti mikroba yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme bahkan
Gambar 12.. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Terhadap Nilai BOD
2.856 2.088
2.04
5.05
8.6
10.404
1.17
4.896 3.876
8.16
0
2
4
6
8
10
12
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Nila
i BO
D (
mg/
L O
2)
Konsentrasi Biokoagulan (%)
Nilai BOD (mg/L O2)Suspensi Kacang Babi
Nilai BOD (mg/L O2)Suspensi Biji Asam Jawa
dapat menyebabkan kematian
mikroorganisme yang berperan untuk
mendegradasikan bahan organik dalam
sampel. Akibatnya, kadar oksigen yang
terlarut pada pada perlakuan biji asam
jawa lebih tinggi dan nilai BOD5 lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan
kacang babi.
Dalam gambar 13 menunjukkan
pengaruh konsentrasi suspensi kacang babi
dan suspensi biji asam jawa terhadap nilai
COD. Dapat dilihat penurunan kadar COD
pada kosentrasi suspensi kacang babi yang
paling signifikan dari kadar COD awal
sebesar 224,8 mg/L turun menjadi 2.4
mg/L dengan persentase penurunan
sebesar 98,93%. Sedangkan, penurunan
kadar COD pada konsentrasi suspensi biji
asam jawa yang paling signifikan dari
kadar COD awal sebesar 380 mg/L turun
menjadi 25,6 mg/L dengan persentase
penurunan sebesar 93,26 %. Kadar COD
akan semakin meningkat dengan
penambahan konsentrasi biokoagulan.
Dosis yang terlalu banyak mengakibatkan
kemampuan penurunan kadar COD. Sesuai
peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 82 Tahun 2001 tentang kualitas air
sungai kadar COD pada konsentrasi
suspensi kacang babi 0,06% sebesar 2,4
mg/L dan kadar COD pada konsentrasi
suspensi biji asam jawa 0,04% sebesar
24,8 mg/L telah memenuhi baku mutu
untuk parameter COD dimana ambang
batas efluent sebesar 25 mg/L.
Pengaruh Konsentrasi Suspensi Serbuk
Kacang Babi dan Biji Asam Jawa
terhadap Total Coliform Pada Proses
Koagulasi – Flokulasi.
Paremeter biologi berhubungan
dengan keberadaan populasi
mikroorganisme akuatik di dalam air yang
berakibat pada kualitas air.Penyebab
penyakit ditimbulkan oleh adanya
mikroorganisme patogen dalam air.Bakteri
Coliform merupakan indikator dalam air,
bahan makanan, dan sebagainya untuk
kehadiran mikroorganisme berbahaya
(Suriawiria, 2008).
56.8 27.2
2.4
121.6 155.2 48
24.8
96.8 104
364
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Nila
i CO
D (
mg/
L)
Konsentrasi Biokoagulan (%)
Nilai COD(mg/L )SuspensiKacangBabi
Gambar 13. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Kacang Babi Terhadap Nilai COD
Lebih tepatnya bakteri coliform
fekal adalah bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen.Penentuan
koliform fekal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya
pasti berkolerasi positif dengan keberadaan
bakteri patogen. Gambar 14 menunjukkan
pengaruhbiokoagulan serbuk kacang babi
dan biji asam jawa terhadap pertumbuhan
bakteri coliform dalam sampel air.
Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan membran filter. Pada
gambar 14, menunjukkan pengaruh
konsentrasi biokoagulan kacang babi dan
biokoagulan biji asam jawa terhadap
pertumbuhan bakteri total coliform. Pada
gambar 14 terlihat, semakin tinggi
konsentrasi biokoagulan kacang babi maka
akan semakin tinggi pula pertumbuhan
bakteri total coliform. Menurut Maier et al
(2009), jika dalam air mengandung bahan
organik dengan konsetrasi yang signifikan
dan pada suhu tinggi, maka jumlah bakteri
akan meningkat. Dalam 100 gram kacang
babi ( Vicia faba ) terkandung 26,2 gram
protein (Duke, 1983). Protein inilah yang
justru menjadi nutrisi bagi bakteri yang
terdapat pada sampel air sehingga
pertumbuhan bakteri meningkat.
Terjadinya peningkatan pertumbuhan
bakteri total coliform ini menunjukkan
bahwa pada kacang babi tidak terdapat zat
yang berifat anti mikroba.
Pada gambar 14 terlihat, semakin tinggi
konsentrasi suspensi biji asam jawa maka
terjadi penurunan jumlah bakteri total
coliform. Terjadinya penurunan
pertumbuhan bakteri total coliform ini
menunjukkan bahwa pada biji asam jawa
terdapat zat yang berisfat anti bakteri.
Berdasarkan hasil penelitian Imbabi et al
(1992), dilaporkan bahwa ekstrak biji asam
jawa memiliki kemampuan bakterisida dan
fungisida yang dihasilkan oleh senyawa
tamarindineal (5-hidroxy-2-ox-hexa-3.5-
dineal).
200 250
300 300
500
10 0 0 0 0
0
100
200
300
400
500
600
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Jum
lah
Bak
teri
(M
PN
)
Konsentrasi Biokoagulan (%)
Total ColiformSuspensiKacang Babi
Total ColiformSuspensi BijiAsam Jawa
Gambar 14. Hubungan Konsentrasi Biokoagulan Kacang Babi Terhadap Total Coliform
Efektivitas Suspensi Serbuk Kacang Babi dan Suspensi Serbuk Biji asam Jawa sebagai
Biokoagulan.
Konsentrasi optimum suspensi kacang babi
0,06%
Konsentrasi optimum suspensi biji asam
jawa 0,04%
Parameter
Sebelum
Proses
Sesudah
Proses
Efektifitas
(%)
Sebelum
Proses
Sesudah
Proses Efektifitas (%)
Kekeruhan ( NTU) 749 2,3 99,69 749 2,75 99,63
DO (mg/L O2) 2,16 7,95 72,83 2,16 10,12 78,65
BOD (mg/L O2) 12,22 2,04 83,3 12,22 1,17 90,2
COD (mg/L) 224,8 2,4 98,93 380 24,8 93,47
TSS (mg/L) 1380 10 99,27 1380 10 99,27
Total Coliform
(MPN) 1000 300 70 1000 0 100
Pada tabel 4 dapat diamati bahwa,
konsentrasi optimum yang dihasilkan oleh
biokoagulan biji asam jawa yaitu sebesar
0,04% lebih rendah dibandingan
konsentrasi optimum kacang babi
sesebesar 0,06%. Biokoagulan biji asam
jawa dapat menurunkan kekeruhan sebesar
99,63 % dengan konsentrasi optimum
0,04%, sedangkan biokoagulan kacang
babi dapat menurunkan kekeruhan sebesar
99,69% dengan konsentrasi optimum
0,06%.
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa
efektifitas penggunaan biokoagulan biji
asam jawa dan biokoagulan kacang babi
dengan pengujian parameter kekeruhan,
DO, BOD, COD, dan TSS menunjukkan
hasil yang tidak berbeda jauh. Akan
tetapi, untuk parameter total coliform
memperlihatkan hasil yang signifikan yaitu
penggunaan biokoagulan biji asam jawa
mempunyai senyawa tamarindineal (5-
hidroxy-2-ox-hexa-3.5-dineal) yang dapat
membunuh bakteri dengan jumlah bakteri
0 MPN/ 100 ml pada konsentrasi optimum
suspensi biji asam jawa 0,04%, sedangkan
dengan menggunakan biokoagulan kacang
babi masih terlihat pertumbuhan bakteri
sebesar 300 MPN/100 ml pada
konsentrasi optimum suspensi kacang babi
0,06%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. pH optimum suspensi kacang babi
dan suspensi biji asam jawa berada
pada pH 3. Konsentrasi optimum
suspensi kacang babi sebesar
0.06% dengan penurunan
kekeruhan 99.70 % sedangkan
kosentrasi optimum suspensi biji
asam jawa sebesar 0.04% dengan
Tabel 4. Hasil Pengujian sampel dengan beberapa parameter
penurunan kekeruhan sebesar 99.60
%.
2. Suspensi kacang babi pada
konsentrasi optimum 0,06%
dengan persentase penurunan TSS
sebesar 99,27%, nilai BOD
sebesar83,30%, nilai COD sebesar
98,93%, dan persentase kenaikan
nilai DO sebesar 72,83%. Suspensi
biji asam jawa pada konsentrasi
optimum 0,04% dengan persentase
penurunan TSS sebesar 99,27%,
nilai BOD sebesar 90,20 %, nilai
COD sebesar 93,47%, dan
persentase kenaikan nilai DO
sebesar 78,65 %.
3. Penggunaan suspensi kacang babi
tidak menurunkan jumlah total
bakteri coliform pada konsentrasi
suspensi kacang babi 0,02% -
0,1%, sedangkan biji asam jawa
mampu menurunkan jumlah bakteri
total coliform dengan semakin
meningkatnya konsentrasi suspensi
biji asam jawa dalam air pada
konsentrasi suspensi biji asam jawa
0,04% - 0,1%.
5.2. Saran
Saran yang dapat dilakukan untuk
penelitian selanjutnya
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut
untuk pengujian parameter logam
berat yang dibandingkan dengan
baku mutu.
2. Waktu pada proses maserasi perlu
ditambah dengan pergantian
pelarut yang baru setiap waktunya
agar hasil yang didapat lebih
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, Sri S. 1978.
Metoda Penelitian Air.Usaha
Nasional Surabaya Anonima. 2008.
Detil data Vicia faba Linn. http://
www.kehati.or.id/florakita/
Didownload pada tanggal 01 April
2015, pukul 16.10 WIB.
Anonimb. 2009. Alternatif Kacang-
kacangan Non Kedelai untuk Tahu
dan Tempe.
http://www.litbang.deptan.go.id/ber
ita/one/597/. Didownload pada
tanggal 01 April 2015, pukul 16.10
WIB
Anonimc. 2008. Kacang Babi (Vicia faba
L.). http:// www.plantamor.com.
Didownload pada tanggal 01 April
2015, pukul 16.00 WIB.
Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Ilmu
Kesehatan Lingkungan. PT.
Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Babu, Reveendra., and Malay Chaudri.
2005. Home Water Treatment by
Direct Filtration with Natural
Coagulant. Journal of water and
Health. India. IW A Publishing.
Bina, B., M.H. Mehdinejad, Grunnel
Dalhammer, Guna Rajarao, M.
Nikeen, and H. Movahedian Attar.
2010. Evectiveness of Moringa
Oliefera Coagulant Protein as
Natural Coagulant Aid in Removal
of Turbidity and Bacteria from
Turbidity Waters. World Acedemi of
Science, Engineering and
Technology 67 2010.
Campbell, Arezoo. 2002. The Potential
Role Of Alumunium in Alzheimer’s
Disease. Neprhol Dial Transplant
(2002) 17 [Suppl 2]: 17 – 20.
Canell, Richard J.P. 1998. Methods in
Biotechnology: Natural Product
Isolation, Edition 4. Humn
Press.New Jersey.
Chandra, Dr. Budiman. 2006. Pengantar
Kesehatan Lingkungan. EGC,
Jakarta
Coronel, R.E. 1991. Plant Resources of
South-East Asia 2 : Edible Fruits
and Nuts. Prosea. Netherlands
Damayanti, R. 2008. Uji Sediaan Serbuk
Instan Rimpang Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb)
sebagai Tonikum Terhadap Mencit
Jantan Galur Swiss Webster.
Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Davis, M.L. and Cornwell, D.A. 1991.
Introduction to Environmental
Engineering.Second Edition.Mc-
Graw-Hill, Inc.New York.
Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman
Praktis Pemantauan Gizi Orang
Dewasa.Depkes , Jakarta.
Dix, H.M. 1981. Evironmental
Pollution.John Willey & Son, New
York.
Dobrynin, Andrey V. Dan Michael
Rubinstein. 2005. Theory of
polyelectrolytes in solutions and at
surface. Prog. Polym. Sci. 30
(2005)1049-118.
www.elsivier.com/locate/ppolysci.
Doyle, M.P., Ericson,M.C. 2006 Closing
The Door On The Fecal Coliform
Assay. Microbe 1, Hal. 162 – 163.
Duke, J.A.1983. Handbook of Energy
Crops [online]. Tersedia:
http://www.hortpurdue.edu/newcor
p/duke-energy/Vicia-faba.html[2
agustus 2015]
Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. PT
Kanisius,Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1.
Gramedia Pustaka, Jakarta.
Farooq, S and Velioglu, S.G. 1989.
Physico – Chemical Treatment of
Domestic: Wastewater, Enclopedia
of Environmental Control
Technology, Volume 3:
Wastewater Treatment Technology
Cheremisinoff P.N (editor), Gult
Publishing Co. Houston.
Foidl N., Makkar H.P.S., dan Becker
K.The Potential of Moringa Oleifera
for Agriculturaland Indsutrial Uses.
http://www.moringa.co.il/portals/7/
Moringa_FoidlEN. pdf, diakses pada
13 Juli 2015.
Gerrad Kiely, 1997.Enviromental
Engineering, Mc Graw Hill Book
Company, New York.
Hajna, A.A., Perry, C.A. 1943.
Comparative Study Of Presumptive
And Confirmative Media For
Bacteria Of The Coliform Group
And For Fecal Streptococci. Am J
Publ Hlth 33, hal. 550 - 556
Hammer, Mark.J. 1986. Water and
Wastwater Technology, SI Version.
John Wiley and Sons, New York.
Imbabi, E.S., Ibrahim, K.E., Ahmed, B.M.,
Abulefuthu, I.M., Hulbert, P. 1992.
Chemical Characterisation of The
Tamarind Bitter Principle,
Tamarindineal. Fitorapia 63.
Mahida, U. N. 1993. Pencemaran Air dan
Pemanfaatan Limbah Industri. PT.
Raja Gravindo Persada, Jakarta
Maier, Raina et al. 2009. Environmental
Microbiology. 2009. Academic
Press of Elsevier. USA
Mason, C. F. 1981. Biological of
Freshwater Pollution Longman.
New York
Mason, C.F. 1993. Biology of Freshwater
Pollution.Second edition.Longman
Scientific and Technical. New
York. 351p.
Mishra, A., Bajpai M. 2005. The
Flocculation Perfomance of
Tamarindus Mucilange in Relation
to Removal of Vat and Direct
Dyes.Departement of Chemistry,
University Instituteof Engineering
and Tecnology, CSJM University ,
India.
Montgomery.1985. Water Treatment
Principle and Design. Jhon Willey
and Sons Inc. Canada
Nathanson, J.A. 1986. Basic
Environmental Technology: Water
Supply, Waste Disposal, and
Pollution Control. Jhon Willey and
Sons. New York.
Pemerintah Republik Indonesia. 2001.
Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air, Jakarta.
Pracoyo, N.E. 2006. Penelitian
Bakteriologik Air Minum Isi Ulang
di Daerah Jabodetabek. Cermin
Dunia Kedokteran 152, hal. 37 –
40.
Pramudya, Sunu. 2001. Melindungi
Lingkungan. Grasindo , Jakarta.
Purseglove, J.W. 1969. Tropical Crops
Dicotylendons 2nd
ed. Longmans
Greenand co. Ltd. London.
Rao, N. 2005. Use of Plant Materialas
Natural Coagulants for Treatment
of Wastewater. Diakses: 16
Februari 2016.
http://www.visionriviewpoint.com/
article.asp/articleid=48.
Said, Nusa Idaman., dan Ruliasih.2010.
Pengolahan Air Sungai Skala Rumah
Tangga Secara Kontinyu.BPPT ,
Jakarta.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator
Untuk Menentukan Kualitas
Perairan. Oseana Volume XXX
No. 3, 2005, hlm. 1-6.
Sarker, satyajitD., Zahid Latif, &
Alexander I. Gray (Ed). 2006.
Natural Products Isolation.
Humanasa Press. Totowa
Sastrapradja, D dan Saono , S. 1983.
Major Agriculture Crop Residuce
in Indonesia an Their Potential as
Raw Materials for Bioconversian
dalam Use of Residuce in Rural
Communities. The United
University. Jepang.
Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan.
Fakultas MIPA UNIMED, Medan
Slamet dan Masduki. 2002.Satuan
Proses,Bahan
Ajar.InstitutTeknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan
Air Limbah. Universitas
Indonesia Press , Jakarta
Suriawiria, U. 2008. Mikrobiologi Air. PT.
Rineka Cipta. Jakarta
Sutherland, J.P., G.K Folkard & W.D
Grant. 1990. “Natural Coagulants
for Appropriate Water Treatmen”
.Anovel Approach, Waterlines Vol8
(4), 30- 32
Wetzel, R. G. 1983. Limnology. Saunder
Company, Philadelphia
View publication statsView publication stats