Kuantitattif Positivist

download Kuantitattif Positivist

of 8

Transcript of Kuantitattif Positivist

  • 7/24/2019 Kuantitattif Positivist

    1/8

    Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,

    Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 15

    PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF ADALAH

    PARADIGMA POSITIVIST

    Antonius Singgih Setiawan1

    Abstract: Use of Quanti tative Methods is a Posit ivist Paradigm. This paper

    aims to explain the basis of quantitative methods in a scientific research is the

    positivist paradigm. To deliver on this argument, in this paper described it is the

    difference between quantitative methods to qualitative methods, as well as the

    differences between the positivist, interpretive and critical paradigm. Based on

    the results of the discussion concluded, the relevance of quantitative methods only

    in the positivist paradigm.

    Abstrak: Penggunaan Metode Kuantitatif adalah Paradigma Positivist.Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan dasar metode kuantitatif dalam suatu

    penelitian ilmiah adalah paradigma positivist. Untuk memberikan argumentasi

    atas hal tersebut, dalam tulisan ini diuraikan hal yang menjadi perbedaan antara

    metode kuantitatif terhadap metode kualitatif, serta perbedaan antara paradigma

    positivist, interpretatif dan kritikal. Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan,

    relevansi metode kuantitatif hanya terdapat pada paradigma positivist.

    Kata Kunci: Metode Kuantitatif, Paradigma Positivist.

    PENDAHULUANIkhsan (2011) mengungkapkan bahwa paradigma penelitian, khususnya dalam

    penelitian ilmu sosial, merupakan rerangka berfikir yang menjelaskan cara pandang penelititerhadap fakta kehidupan sosial. Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana peneliti

    memahami suatu masalah penelitian dan kriteria pengujian yang digunakan sebagai dasar

    dalam menjawab masalah penelitian. Timbulnya paradigma penelitian disebabkan karena

    dalam memandang realita bisa di lihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

    Indriantoro dan Supomo (1999), menggolongkan paradigma berdasarkan pendekatan

    kuantitatif dan kualitatif. Paradigma kuantitatif merupakan paradigma tradisional yang

    disebut juga sebagai paradigma positivis, ekperemental dan empiris. Sementara paradigma

    kualitatif merupakan paradigma pendekatan konstruktif, naturalis, atau interpretatif atau

    perspektif postmodern.

    Dari dua paradigma tersebut, paradigma kualitatif lebih banyak di pakai dalam belbagi

    penelitian, khususnya penelitian penelitian sosial. Hal ini seperti diungkapkan Chariri (2009)bahwa penelitian di bidang kajian sosial termasuk ekonomi, manajemen dan akuntansi lebih

    banyak dilakukan dalam perspektif positivisme. Hal ini didukung oleh pendapat Ikhsan

    (2011) yang menyatakan bahwa harus diakui paradigma positivisme dalam penelitian

    akuntansi secara mainstream masih mendominasi.

    Paradigma kualitatif lebih bayak dipakai dikarenakan dalam paradigma kualitatif

    berkaitan erat dengan perspektif positivisme, sehingga peneliti akan lebih objektif dalam

    mengambil keputusan atas permasalahan yang diteliti. Objektifitas peneliti muncul karena

    paradigma ini mengarahkan seorang peneliti untuk menggunakan metodologi empiris yang

    dimaksudkan untuk mejamin agar temuan yang diperoleh benar-benar objektif, karena data

    1Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang, email:

    [email protected]

  • 7/24/2019 Kuantitattif Positivist

    2/8

    Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,

    Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 16

    dikumpulkan dengan ukuran akurat untuk menguji hipotesis didasarkan pada analisis angka-

    anka statistika.

    Pertanyaan yang berikutnya muncul adalah, apakah penggunaan metode kualitiatif

    selalu merupakan penelitian positivist? Pertanyaan ini muncul dikarenakan adanya

    kemungkinan pandangan yang menganggap bahwa setiap paradigma penelitian dapat

    dikombinasikan dalam sebuah penelitian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka paperini akan mengulas jawaban dengan sistematika sebagai berikut; (1) mengulas mengenai

    kajian filsafat ilmu, bagian ini akan mengulas tentang filosofi yang mendasari bagaimana

    paradigma penelitian muncul, (2) mengulas filsafat ilmu dan metode penelitian, bagian ini

    mengulas bagaimana filsafat ilmu mendasari munculnya metode kuantitaif dan metode

    kualitatif, (3) perbedaan metode kuantitatif dan metode kualitatif, bagian ini akan lebih

    menjelaskan dari aspek mendasar mengapa keduanya berbeda, (4) paradigma positivis,

    interpretatif dan kritikal, bagian ini akan mengurakan perbedaan karateristik dari ketiganya,

    dan bagian terakhir (5) adalah penutup, bagian ini akan memberikan kesimpulan jawaban atas

    pertanyaan yang muncul dalam paper ini.

    KAJIAN FILSAFAT ILMUFilsafat ilmu merupakan dasar dari terciptanya ilmu pengetahuan. Proses penemuan

    sebuah ilmu pengetahuan diawali dengan adanya gejala fenomena yang ditangkap oleh

    seseorang dimana fenomena tersebut mengakibatkan seseorang merasa ingin tahu tentang apa

    yang sesungguhnya terjadi, mengapa itu terjadi dan apa dampak dari kejadian tersebut. Untuk

    menjawab setiap pertanyaan yang muncul tersebut, hal yang selanjutnya dilakukan adalah

    menyusun sebuah landasan berfikir berupa metoda untuk mengekplorasi jawaban dari

    pertanyaan atas suatu fenomena tersebut. Hal ini seperti diungkapkan oleh Endang Komara

    (2011) yang menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan penyelidikan tentang ciri-ciri

    mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara memperoleh pengetahuan.

    Proses suatu eksplorasi untuk mendapatkan suatu jawaban tentunya tidak dilakukanbegitu saja. Jujun (1998) mengungkapkan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari

    epistemologi yang secara spesifik mengkaji pengetahuan ilmiah. Filsafat ilmu merupakan

    telaah secara filsafat untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu; (1) apa

    yang menjadi objek, (2) bagaimana proses menimba pengetahuan, dan (3) untuk apa

    pengetahuan digunakan. Berdasarkan hal tersebut, maka hakikat ilmu merupakan suatu

    keputusan untuk mendapatkan jawaban yang pada akhirnya menghasilkan ilmu pengetahuan

    didasarkan pada tujuan akan manfaat dari ilmu pengetahuan baru tersebut.

    Konsep filsafat yang tergambar dari uraian di atas, dikenal dengan kajian ontologi,

    epistemologi dan aksiologi. Ontologi merupakan asumsi penting tetang inti dari fenomena.

    Ontologi merupakan cara pandang yang menekankan aspek realisme (bisa ditangkap oleh

    indra) dan aspek nominalisme (sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untukmenyusun realita). Epistemologi merupakan asumsi bagaimana seseorang memulai

    memahami dunia dan mengkomunikasikannya sebagai pengetahuan pada orang lain.

    Epistemologi merupakan filsafat bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan. Dua

    konsep epistemologi, yaitu rasionalisme berdasarkan pemikiran ideal dan empirisme

    berdasarkan realitas (sesuatu yang konkrit). Aksiologi merupakan hakikat nilai dari ilmu

    pengetahuan yang diperoleh, ilmu pengetahuan yang diperoleh harus memberikan manfaat

    bagi kehidupan. Hakikat dari manfaat ilmu pengetahuan adalah kemaslahatan manusia, yaitu

    keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan akan perkembangan ilmu didasarkan pada aspek

    norma agama (keseimbangan aspek pengetahuan dan hati). Untuk mendapatkan sebuah ilmu

    pengetahuan baru, tiga konsep filsafat tersebut akan berjalan bersama.

  • 7/24/2019 Kuantitattif Positivist

    3/8

    Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,

    Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 17

    FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI PENELITIANKonsep filsafat dalam perkembangannya telah memberikan dasar filosofi terhadap

    berbagai konsep metodologi penelitian. Hal ini seperti diungkapkan oleh Chariri, (2009) yang

    menyatakan bahwa dalam perspektif filsafat ilmu, validitas pengetahuan yang dihasilkan dari

    penelitian sangat tergantung pada koherensi antara ontologi, epistemologi dan metodologi

    yang digunakan peneliti. Sementara metodologi merupakan asumsi-asumsi tentangbagaimana seseorang berusaha untuk menyelidiki dan mendapat pengetahun tentang dunia

    sosial.

    Berdasarkan pendapat di atas, filsafat ilmu dapat dikatakan sebagai jembatan bagi

    seseorang untuk menemukan sebuah pengetahuan baru. Untuk sampai pada penemuan

    pengetahuan baru dibutuhkan sebuah metode. Metode ditentukan berdasarkan metodologi

    yang mengacu pada paradigma sebuah penelitian. Metode penelitian menggambarkan

    bagaimana sebuah cara dapat dipakai untuk mengarahkan dan menginterpretasikan suatu

    temuan. Dua konsep mendasar dari metode penelitian adalah kuantitatif/verifikatif (deduktif

    hipotetikal) dan kualitatif/interpretatif (proses induktif).

    Gumilar (2005) mengungkapkan metode kuantitatif dan kualitatif berkembang terutama

    dari akar filososif dan teori sosial abad ke-20. Kedua metode tersebut memiliki paradigma

    teoritik, gaya dan asumsi paradigmatik yang berbeda. Metode kuantitatif berakar pada

    paradigma tradisional, bersifat eksperimen, empirik, positivist, fakta nyata dalam masyarakat

    dengan menggukan metode survei dan interview terstruktur dengan pengolahan data statistik

    sebagai dasar pengambilan keputusan objektif bebas nilai. Sementara metode kualitatif

    dipakai pada penelitian etnografis, naturalistik, penomenologis, interaksionalisme,

    pengamatan dengan keterlibatan peran dan studi kasus, kesimpulan bersifat interpretatif

    subjektif (Anantawikrama, 2013).

    METODE KUANTITATIF vs METODE KUALITATIF

    Pada bagian sebelumnya telah diungkapkan mengenai perbedaan antara metodekuantitatif dan kualitatif, namum pada bagian ini akan lebih dipaparkan perbedaan dari kedua

    metode tersebut dengan lebih rinci. Williams (1988) dalam Lukas (2002) mengungkapkan

    lima perbedan mendasar dari metode kuantitatif dan kualitatif tersebut adalah dilihat pada

    sifat realitas, interaksi peneliti dan objek penelitian, posibilitas generalis, posibilitas kausal

    dan peran nilai. Lebih lanjut Lukas (2002) menguraikan sebagai berikut, pertama, metode

    kuantitatif memandang suatu realitas adalah sesuatu yang bersifat tunggal, konkrit (riil),

    dapat teramati, dan dapat difragmentasi. Sementara metode kualitatif memandang realitas

    adalah sesuatu yang bersifat ganda (majemuk), merupakan hasil kontruksi dalam pengertian

    holistik.

    Perbedaan kedua adalah, pada metode kuantitatif, interaksi peneliti dan objek penelitian

    adalah independen, peneliti adalah subjek pelaku aktif sementara objek penelitian merupakanobjke pelaku pasif yang dapat dibebani aneka model penelitian oleh peneliti. Sementara

    dalam metode kualitatif interaksi antara peneliti dan objek penelitian tidak terpisahkan dan

    bahkan terdapat hubungan partisipatif, subtitusi situasi dan mutual experience.

    Pada perbedaan ketiga, metode kualitatif mendasarkan pada pandangan posibilitas

    generalis, sehingga metode ini bebas dari ikatan konteks dan waktu (nomothetic statement).

    Penelitian kualitatif dapat dibebani dengan percobaan tertentu, lalu hasilnya dapat diukur

    (terdapat bermacam-macam eksperimen). Sementara metode kualitatif terikat dengan konteks

    dan waktu (idiographic statement). Penelitian kualitatif, peneliti lebih menerjunkan diri pada

    objek penelitian untuk berinterasi guna mengerti, memahami dan menghayati objek

    penelitiannya.

    Pada perbedaan keempat, metode kuantitatif memiliki dasar pandangan posibilitaskausal. Penelitian kuantitatif selalu memisahkan antara sebab riil temporal simultan yang

  • 7/24/2019 Kuantitattif Positivist

    4/8

    Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,

    Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 18

    mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan sebab akibat. Oleh sebab itu metode kuantitatif

    selalu on line process, satu arah, mulai dari awal sebab, proses dan akhirnya akibat.

    Sementara dalam metode kualitatif, selalu memustahilkan usaha memisahkan sebab dengan

    akibat. Oleh sebab itu dalam penelitian kualitatif, selalu on cyclus process, kontinyu dan

    banyak arah, suatu interasi yang dipetakan dan masing-masing berupa sebab dan akibat

    sebagi kutub-kutubnya.Pada perbedaan kelima, metode kuantitatif melihat segala sesuatu adalah bebas nilai,

    objektif dan apa adanya. Oleh sebab itu, penelitian kuantitatif selalu merasa sebagai

    penelitian yang objektif, jujur, netral, dan apa adanya, kebal terhadap nilai-nilai di sekitar

    objek penelitian. Sementara metode kualitatif, melihat segala sesuatu tidak pernah bebas

    nilai, dan peneliti sendiri adalah subjektif. Oleh sebab itu, penelitian kualitatif memustahilkan

    objektifitas, kejujuran, dan kenetralan. Hasil penelitian kualitatif berupa hasil pengamatan

    yang tidak lepas dari era, geografi, budaya dan aliran nilai-nilai yang berpengaruh dalam

    konteks. Peran nilai dilihat denagan totalitas eksistensi. Lebih lanjut Gumilar (2005)

    merangkum perbedaan paradigma kuantitatif dan kulitatif pada tabel 1 berikut ini.

    Tabel. 1. Asumsi Paradigmatik Penelitian Kuantitatif, KualitatifAsumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif

    Ontologis Apakah sifat

    dasar realitas?

    Realitas bersifat

    objektif dan

    singular, terpisah

    dari peneliti

    Realitas bersifat

    subjektif dan ganda

    sebagaimana terlihat

    oleh partisipan dalam

    studi

    Epistemologis Bagaimana

    hubungan antara

    peneliti dan yang

    diteliti?

    Peneliti

    independen dari

    yang diteliti

    Peneliti berinteraksi

    dengan yang diteliti

    Aksiologis Bagaimana peran

    dari nilai?

    Bebas nilai dan

    menghindari bias

    Sarat nilai dan bias

    Retoris Bagaimana

    penggunaan

    bahasa penelitian?

    Formal

    Berdasarkan

    definisi

    Impersonal

    Menggunakan

    bahasa kuantitatif

    Informal

    Mengembangkan

    keputusan-keputusan

    Personal

    Menggunakan bahsa

    kualitatif

    Metodologis Bagaimana proses

    penelitiannya?

    Proses deduktif

    Sebab akibat

    Desain statis-kategori membatasi

    sebelum studi

    Bebas konteks

    Generalisasi

    mengarah pada

    prediksi, eksplanasi

    dan pemahaman

    Akurasi dan

    reliabilitas melalui

    validitas dan

    reliabilitas

    Proses induktif

    Faktor-faktor

    dibentuk secarasimultan

    Desain berkembang-

    kategori diidentifikasi

    selama proses

    penelitian

    Ikatan konteks pola

    dan teori dibentuk

    untuk pemahaman

    Akurasi dan

    reliabilitas dibentuk

    melalui verifikasi

  • 7/24/2019 Kuantitattif Positivist

    5/8

    Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,

    Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 19

    PARADIGMA POSITIVIST vs INTERPRETATIF vs KRITIKALSebuah metodologi penelitian dibagun berdasarkan suatu paradigma tertentu. Chariri

    (2009) mengungkapkan bahwa paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan

    peneliti yang berisi bagaimana melihat realita (worid views), bagaimana mempelajari

    fenomena, cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Lebih lanjut Chariri(2009) mendasarkan pada Sarantakos (1998) menyebutkan terdapat tiga jenis paradigma

    utama dalam penelitian sosial, yaitu positivist, interpretatif dan kritikal. Selanjutnya akan

    diuraikan bagaimana perbedaaan dari ketiga paradigma tersebut.

    Paradigma PositivistChariri (2009), menyatakan bahwa positivist merupakan pendekatan yang diadobsi dari

    ilmu alam yang menekankan pada kombinasi antara angka dan logika deduktif dengan

    menggunakan angka-angka kuantitatif dalam mengintepretasikan suatu fenomena secara

    objektif. Lebih lanjut Chua (1986) menguraikan asumsi paradigma positivist sebagai berikut:

    Keyakinan tentang pengetahuan, teori terpisah dari pengamatan yang dapat digunakanuntuk memverifikasi atau mengkonfirmasi teori, penjelasan ilmiah menggunakan

    hipotesis deduktif. Menggunakan metode kuantitatif analisis dan pengumpulan data yang

    memungkinkan generalisasi.

    Keyakinan tentang realitas fisik dan sosial, realitas empiris merupakan tujuan dan di luar

    dari subjek. Manusia dikarateristik sebagai objek pasif, tidak dilihat sebagai pembuat

    realitas sosial. Tujuan tunggal adalah maksimisasi utilitas diasumsikan untuk individu

    dan perusahaan. Arti rasionalitas diasumsikan. Masyarakat dan organisasi pada dasarnya

    stabil, konflik disfungsional dapat dikelola melalui desain pengendalian yang sesuai.

    Hubungan tentang teori dan praktik, teori sebagai alat bukan tujuan.

    Paradigma InterpretatifParadigma interpretatif berasal dari filsafat jerman yang menitikberatkan pada peran

    bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial. Paradigma ini memfokuskan pada

    sifat subjektif dari social worlddan berusaha memahami dari kerangka berfikir objek yang

    sedang dipelajari (Chariri, 2009). Lebih lanjut Chua (1986) menguraikan asumsi paradigma

    interpretatif sebagai berikut:

    Keyakinan tentang pengetahuan, mencari penjelasan ilmiah mengenai niat manusia.Kecukupan data dicari melalui kriteria konsistensi logis, interpretasi subjektif,

    kesepakatan dengan interpretasi common sense si aktor. Pencarian data dilakukan

    dengan cara etnografi, studi kasus, dan observasi partisipatif. Aktor dipelajari dalam

    dunia sehari-hari mereka.

    Keyakinan tentang Realitas Fisik dan Sosial, realitas sosial yang muncul, dihasilkan secarasubyektif, melalui interaksi manusia. Semua tindakan memiliki makna dan intensi yang

    saling mendukung secara retrospektif yang didasarkan pada praktik sosial dan historis.

    Tatanan sosial diasumsikan. Konflik dimediasi melalui skema umum tentang makna

    sosial.

    Hubungan tentang teori dan praktik, teori hanya bertujuan untuk menjelaskan tindakan danuntuk memahami bagaimana tatanan sosial diproduksi dan direproduksi.

    Paradigma KritikalParadigma kritikal menurut Chariri (2009) mendasakan pada pendapat Neuman (2003),

    paradigma kritikal lebih bertujuan untuk memperjuangkan ide penelitian agar membawasubstansi pada masyarakat. Penelitian bukan lagi menghasilkan karya tulis ilmiah yang

  • 7/24/2019 Kuantitattif Positivist

    6/8

    Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,

    Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 20

    netral/tidak memihak dan bersifat apolitis, namun lebih bersifat alat untuk mengubah institusi

    sosial, cara berfikir dan perilaku masyarakat kearah yang diyakini lebih baik. Lebih lanjut

    Chua (1986) menguraikan asumsi paradigma interpretatif sebagai berikut:

    Keyakinan tentang pengetahuan, kriteria digunakan untuk menilai teori adalah temporal

    dan terbatas pada konteks. Studi sejarah dan studi kasus etnografi lebih umum digunakan

    Keyakinan tentang realitas fisik dan sosial, manusia memiliki potensi dalam dirinya yangdiasingkan melalui pembatasan mekanisme. Objek hanya dapat dipahami melalui studi

    perkembangan sejarah dan perubahan dalam totalitas hubungan. Realitas empiris

    dikarateristikan melalui tujuan, hubungan nyata yang diubah dan direproduksi melalui

    interpretasi subjektif. Perhatian manusia, rasionalitas, dan agensi diterima, tapi hal ini

    dianalisis secara kritis berdasarkan sebuah keyakinan bahwa ideologi dan kesadaran

    adalah palsu. Konflik fundamental penyakit masyarakat. Konflik muncul karena

    ketidakadilan dan ideologi dalam domain ilmu sosial, ekonomi, dan politik yang

    mengaburkan dimensi kreatif pada manusia.

    Hubungan antara teori dan praktik, teori memiliki kritikan penting: identifikasi dan

    penggantian praktik-praktik dominasi dan ideologi.

  • 7/24/2019 Kuantitattif Positivist

    7/8

    Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,

    Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 21

    KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan pada kajian filsafat ilmu terkait metodologi penelitian, jenis metode dan

    paradigma penelitian, jelas kiranya sebuah penelitian dihadapkan pada dua pilihan metode,

    yaitu metode kuantitatif atau metode kualitatif. Dalam membangun metode penelitian,

    peneliti di hadapkan pada tiga pilihan paradigma yaitu paradigma positivistik, paradigma

    interpretatif dan paradigma kritikal. Nampak jelas dalam uraian di atas, metode kuantitatifhanya memiliki kesesuaian terhadap karateristik paradigma positivistik. Metode kuantitatif

    menuntut adanya realitas objektif, terukur, bebas nilai dan didasarkan pada aspek teori yang

    jelas untuk menjelaskan atau memprediksi suatu fenomena melalui proses hipotesis deduktif.

    Sementara paradigma positivist juga memberikan asumsi yang sama yaitu perlunya teori

    untuk menjelaskan dan mengkonfirmasi teori, memerlukan adanya proses hipotesis deduktif,

    keterukuran dan objektifitas serta teori adalah suatu alat dan bukan merupakan suatu tujuan.

    Pada dua paradigma lainnya, yaitu paradigma interpretatif dan paradigma kritikal, tidak

    ditemukan kesesuaian karateristik yang mampu mendukung karateristik dari metode

    kuantitatif. Unsur subjektif lebih mewarnai kedua paradigma tersebut, dan hal ini justru

    sangat bertentangan dengan prinsip dari metode kuantitatif yang harus memenuhi unsur

    objektif. Berdasarkan uraian ini, maka dapat disimpulkan bahwa, penggunaan metode

    kuantitatif selalu merupakan penelitian positivist. Dengan kata lain tidak ada paradigma lain

    selain positivist yang dapat menjadi dasar dari penelitian yang menggunakan metode

    kuantitatif.

  • 7/24/2019 Kuantitattif Positivist

    8/8

    Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,

    Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 22

    DAFTAR PUSTAKA

    Anantawikrama T Atmadja. (2013). Pergulatan Metodologi dan Penelitian Kualitatif

    dalam Ranah Ilmu Akuntansi, Jurnal Akuntansi Profesi, Vol.3 N0. 2, 122

    141

    Chua, Wai Fong, (1989), Radical Development in Accounting Thought, The

    Accounting Review, Vol. LXI No. 4, 601632

    Chariri A, (2009), Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif, Paper

    disajikan ada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,

    Laboraturium Pengembangan Akuntansi (LPA), Fakultas Ekonomi Undip

    Semarang, 31 Juli1 Agustus 2009

    Endang Komara, (2011), Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, PT Refika

    Aditama, Bandung

    Gumilar R Somantri, (2005). Memahami Metode Kualitatif, Makara, Sosial

    Humaniora, Vol. 9 N0. 2, 5765

    Ikhsan Budi Riharjo, (2011), Memahami Paradigma Penelitian Non-Positivisme dan

    Implikasinya dalam Penelitian Akuntansi, Jurnal Akuntansi, Manajemen

    dan Sektor Publik, Vol. 8 N0. 1, 128146

    Indriantono Nur dan Bambang Supomo, (1999), Metodologi Penelitian Bisnis untuk

    Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta

    Jujun S Suriassumantri, (1998), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, PustakaSinar Harapan, Jakarta

    Lukas S Musianto, (2002), Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan

    Kualitatif dalam Metode Penelitian, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,

    Vo. 4 No. 2, 123136

    Sarantakos S, (1998), Social Research, 2nd Ed, South Melbourne: Macmillan

    Education Australia