Kuantitattif Positivist
-
Upload
endi-nugroho -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Kuantitattif Positivist
-
7/24/2019 Kuantitattif Positivist
1/8
Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,
Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 15
PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF ADALAH
PARADIGMA POSITIVIST
Antonius Singgih Setiawan1
Abstract: Use of Quanti tative Methods is a Posit ivist Paradigm. This paper
aims to explain the basis of quantitative methods in a scientific research is the
positivist paradigm. To deliver on this argument, in this paper described it is the
difference between quantitative methods to qualitative methods, as well as the
differences between the positivist, interpretive and critical paradigm. Based on
the results of the discussion concluded, the relevance of quantitative methods only
in the positivist paradigm.
Abstrak: Penggunaan Metode Kuantitatif adalah Paradigma Positivist.Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan dasar metode kuantitatif dalam suatu
penelitian ilmiah adalah paradigma positivist. Untuk memberikan argumentasi
atas hal tersebut, dalam tulisan ini diuraikan hal yang menjadi perbedaan antara
metode kuantitatif terhadap metode kualitatif, serta perbedaan antara paradigma
positivist, interpretatif dan kritikal. Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan,
relevansi metode kuantitatif hanya terdapat pada paradigma positivist.
Kata Kunci: Metode Kuantitatif, Paradigma Positivist.
PENDAHULUANIkhsan (2011) mengungkapkan bahwa paradigma penelitian, khususnya dalam
penelitian ilmu sosial, merupakan rerangka berfikir yang menjelaskan cara pandang penelititerhadap fakta kehidupan sosial. Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana peneliti
memahami suatu masalah penelitian dan kriteria pengujian yang digunakan sebagai dasar
dalam menjawab masalah penelitian. Timbulnya paradigma penelitian disebabkan karena
dalam memandang realita bisa di lihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Indriantoro dan Supomo (1999), menggolongkan paradigma berdasarkan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Paradigma kuantitatif merupakan paradigma tradisional yang
disebut juga sebagai paradigma positivis, ekperemental dan empiris. Sementara paradigma
kualitatif merupakan paradigma pendekatan konstruktif, naturalis, atau interpretatif atau
perspektif postmodern.
Dari dua paradigma tersebut, paradigma kualitatif lebih banyak di pakai dalam belbagi
penelitian, khususnya penelitian penelitian sosial. Hal ini seperti diungkapkan Chariri (2009)bahwa penelitian di bidang kajian sosial termasuk ekonomi, manajemen dan akuntansi lebih
banyak dilakukan dalam perspektif positivisme. Hal ini didukung oleh pendapat Ikhsan
(2011) yang menyatakan bahwa harus diakui paradigma positivisme dalam penelitian
akuntansi secara mainstream masih mendominasi.
Paradigma kualitatif lebih bayak dipakai dikarenakan dalam paradigma kualitatif
berkaitan erat dengan perspektif positivisme, sehingga peneliti akan lebih objektif dalam
mengambil keputusan atas permasalahan yang diteliti. Objektifitas peneliti muncul karena
paradigma ini mengarahkan seorang peneliti untuk menggunakan metodologi empiris yang
dimaksudkan untuk mejamin agar temuan yang diperoleh benar-benar objektif, karena data
1Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang, email:
-
7/24/2019 Kuantitattif Positivist
2/8
Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,
Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 16
dikumpulkan dengan ukuran akurat untuk menguji hipotesis didasarkan pada analisis angka-
anka statistika.
Pertanyaan yang berikutnya muncul adalah, apakah penggunaan metode kualitiatif
selalu merupakan penelitian positivist? Pertanyaan ini muncul dikarenakan adanya
kemungkinan pandangan yang menganggap bahwa setiap paradigma penelitian dapat
dikombinasikan dalam sebuah penelitian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka paperini akan mengulas jawaban dengan sistematika sebagai berikut; (1) mengulas mengenai
kajian filsafat ilmu, bagian ini akan mengulas tentang filosofi yang mendasari bagaimana
paradigma penelitian muncul, (2) mengulas filsafat ilmu dan metode penelitian, bagian ini
mengulas bagaimana filsafat ilmu mendasari munculnya metode kuantitaif dan metode
kualitatif, (3) perbedaan metode kuantitatif dan metode kualitatif, bagian ini akan lebih
menjelaskan dari aspek mendasar mengapa keduanya berbeda, (4) paradigma positivis,
interpretatif dan kritikal, bagian ini akan mengurakan perbedaan karateristik dari ketiganya,
dan bagian terakhir (5) adalah penutup, bagian ini akan memberikan kesimpulan jawaban atas
pertanyaan yang muncul dalam paper ini.
KAJIAN FILSAFAT ILMUFilsafat ilmu merupakan dasar dari terciptanya ilmu pengetahuan. Proses penemuan
sebuah ilmu pengetahuan diawali dengan adanya gejala fenomena yang ditangkap oleh
seseorang dimana fenomena tersebut mengakibatkan seseorang merasa ingin tahu tentang apa
yang sesungguhnya terjadi, mengapa itu terjadi dan apa dampak dari kejadian tersebut. Untuk
menjawab setiap pertanyaan yang muncul tersebut, hal yang selanjutnya dilakukan adalah
menyusun sebuah landasan berfikir berupa metoda untuk mengekplorasi jawaban dari
pertanyaan atas suatu fenomena tersebut. Hal ini seperti diungkapkan oleh Endang Komara
(2011) yang menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan penyelidikan tentang ciri-ciri
mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara memperoleh pengetahuan.
Proses suatu eksplorasi untuk mendapatkan suatu jawaban tentunya tidak dilakukanbegitu saja. Jujun (1998) mengungkapkan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari
epistemologi yang secara spesifik mengkaji pengetahuan ilmiah. Filsafat ilmu merupakan
telaah secara filsafat untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu; (1) apa
yang menjadi objek, (2) bagaimana proses menimba pengetahuan, dan (3) untuk apa
pengetahuan digunakan. Berdasarkan hal tersebut, maka hakikat ilmu merupakan suatu
keputusan untuk mendapatkan jawaban yang pada akhirnya menghasilkan ilmu pengetahuan
didasarkan pada tujuan akan manfaat dari ilmu pengetahuan baru tersebut.
Konsep filsafat yang tergambar dari uraian di atas, dikenal dengan kajian ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ontologi merupakan asumsi penting tetang inti dari fenomena.
Ontologi merupakan cara pandang yang menekankan aspek realisme (bisa ditangkap oleh
indra) dan aspek nominalisme (sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untukmenyusun realita). Epistemologi merupakan asumsi bagaimana seseorang memulai
memahami dunia dan mengkomunikasikannya sebagai pengetahuan pada orang lain.
Epistemologi merupakan filsafat bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan. Dua
konsep epistemologi, yaitu rasionalisme berdasarkan pemikiran ideal dan empirisme
berdasarkan realitas (sesuatu yang konkrit). Aksiologi merupakan hakikat nilai dari ilmu
pengetahuan yang diperoleh, ilmu pengetahuan yang diperoleh harus memberikan manfaat
bagi kehidupan. Hakikat dari manfaat ilmu pengetahuan adalah kemaslahatan manusia, yaitu
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan akan perkembangan ilmu didasarkan pada aspek
norma agama (keseimbangan aspek pengetahuan dan hati). Untuk mendapatkan sebuah ilmu
pengetahuan baru, tiga konsep filsafat tersebut akan berjalan bersama.
-
7/24/2019 Kuantitattif Positivist
3/8
Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,
Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 17
FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI PENELITIANKonsep filsafat dalam perkembangannya telah memberikan dasar filosofi terhadap
berbagai konsep metodologi penelitian. Hal ini seperti diungkapkan oleh Chariri, (2009) yang
menyatakan bahwa dalam perspektif filsafat ilmu, validitas pengetahuan yang dihasilkan dari
penelitian sangat tergantung pada koherensi antara ontologi, epistemologi dan metodologi
yang digunakan peneliti. Sementara metodologi merupakan asumsi-asumsi tentangbagaimana seseorang berusaha untuk menyelidiki dan mendapat pengetahun tentang dunia
sosial.
Berdasarkan pendapat di atas, filsafat ilmu dapat dikatakan sebagai jembatan bagi
seseorang untuk menemukan sebuah pengetahuan baru. Untuk sampai pada penemuan
pengetahuan baru dibutuhkan sebuah metode. Metode ditentukan berdasarkan metodologi
yang mengacu pada paradigma sebuah penelitian. Metode penelitian menggambarkan
bagaimana sebuah cara dapat dipakai untuk mengarahkan dan menginterpretasikan suatu
temuan. Dua konsep mendasar dari metode penelitian adalah kuantitatif/verifikatif (deduktif
hipotetikal) dan kualitatif/interpretatif (proses induktif).
Gumilar (2005) mengungkapkan metode kuantitatif dan kualitatif berkembang terutama
dari akar filososif dan teori sosial abad ke-20. Kedua metode tersebut memiliki paradigma
teoritik, gaya dan asumsi paradigmatik yang berbeda. Metode kuantitatif berakar pada
paradigma tradisional, bersifat eksperimen, empirik, positivist, fakta nyata dalam masyarakat
dengan menggukan metode survei dan interview terstruktur dengan pengolahan data statistik
sebagai dasar pengambilan keputusan objektif bebas nilai. Sementara metode kualitatif
dipakai pada penelitian etnografis, naturalistik, penomenologis, interaksionalisme,
pengamatan dengan keterlibatan peran dan studi kasus, kesimpulan bersifat interpretatif
subjektif (Anantawikrama, 2013).
METODE KUANTITATIF vs METODE KUALITATIF
Pada bagian sebelumnya telah diungkapkan mengenai perbedaan antara metodekuantitatif dan kualitatif, namum pada bagian ini akan lebih dipaparkan perbedaan dari kedua
metode tersebut dengan lebih rinci. Williams (1988) dalam Lukas (2002) mengungkapkan
lima perbedan mendasar dari metode kuantitatif dan kualitatif tersebut adalah dilihat pada
sifat realitas, interaksi peneliti dan objek penelitian, posibilitas generalis, posibilitas kausal
dan peran nilai. Lebih lanjut Lukas (2002) menguraikan sebagai berikut, pertama, metode
kuantitatif memandang suatu realitas adalah sesuatu yang bersifat tunggal, konkrit (riil),
dapat teramati, dan dapat difragmentasi. Sementara metode kualitatif memandang realitas
adalah sesuatu yang bersifat ganda (majemuk), merupakan hasil kontruksi dalam pengertian
holistik.
Perbedaan kedua adalah, pada metode kuantitatif, interaksi peneliti dan objek penelitian
adalah independen, peneliti adalah subjek pelaku aktif sementara objek penelitian merupakanobjke pelaku pasif yang dapat dibebani aneka model penelitian oleh peneliti. Sementara
dalam metode kualitatif interaksi antara peneliti dan objek penelitian tidak terpisahkan dan
bahkan terdapat hubungan partisipatif, subtitusi situasi dan mutual experience.
Pada perbedaan ketiga, metode kualitatif mendasarkan pada pandangan posibilitas
generalis, sehingga metode ini bebas dari ikatan konteks dan waktu (nomothetic statement).
Penelitian kualitatif dapat dibebani dengan percobaan tertentu, lalu hasilnya dapat diukur
(terdapat bermacam-macam eksperimen). Sementara metode kualitatif terikat dengan konteks
dan waktu (idiographic statement). Penelitian kualitatif, peneliti lebih menerjunkan diri pada
objek penelitian untuk berinterasi guna mengerti, memahami dan menghayati objek
penelitiannya.
Pada perbedaan keempat, metode kuantitatif memiliki dasar pandangan posibilitaskausal. Penelitian kuantitatif selalu memisahkan antara sebab riil temporal simultan yang
-
7/24/2019 Kuantitattif Positivist
4/8
Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,
Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 18
mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan sebab akibat. Oleh sebab itu metode kuantitatif
selalu on line process, satu arah, mulai dari awal sebab, proses dan akhirnya akibat.
Sementara dalam metode kualitatif, selalu memustahilkan usaha memisahkan sebab dengan
akibat. Oleh sebab itu dalam penelitian kualitatif, selalu on cyclus process, kontinyu dan
banyak arah, suatu interasi yang dipetakan dan masing-masing berupa sebab dan akibat
sebagi kutub-kutubnya.Pada perbedaan kelima, metode kuantitatif melihat segala sesuatu adalah bebas nilai,
objektif dan apa adanya. Oleh sebab itu, penelitian kuantitatif selalu merasa sebagai
penelitian yang objektif, jujur, netral, dan apa adanya, kebal terhadap nilai-nilai di sekitar
objek penelitian. Sementara metode kualitatif, melihat segala sesuatu tidak pernah bebas
nilai, dan peneliti sendiri adalah subjektif. Oleh sebab itu, penelitian kualitatif memustahilkan
objektifitas, kejujuran, dan kenetralan. Hasil penelitian kualitatif berupa hasil pengamatan
yang tidak lepas dari era, geografi, budaya dan aliran nilai-nilai yang berpengaruh dalam
konteks. Peran nilai dilihat denagan totalitas eksistensi. Lebih lanjut Gumilar (2005)
merangkum perbedaan paradigma kuantitatif dan kulitatif pada tabel 1 berikut ini.
Tabel. 1. Asumsi Paradigmatik Penelitian Kuantitatif, KualitatifAsumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif
Ontologis Apakah sifat
dasar realitas?
Realitas bersifat
objektif dan
singular, terpisah
dari peneliti
Realitas bersifat
subjektif dan ganda
sebagaimana terlihat
oleh partisipan dalam
studi
Epistemologis Bagaimana
hubungan antara
peneliti dan yang
diteliti?
Peneliti
independen dari
yang diteliti
Peneliti berinteraksi
dengan yang diteliti
Aksiologis Bagaimana peran
dari nilai?
Bebas nilai dan
menghindari bias
Sarat nilai dan bias
Retoris Bagaimana
penggunaan
bahasa penelitian?
Formal
Berdasarkan
definisi
Impersonal
Menggunakan
bahasa kuantitatif
Informal
Mengembangkan
keputusan-keputusan
Personal
Menggunakan bahsa
kualitatif
Metodologis Bagaimana proses
penelitiannya?
Proses deduktif
Sebab akibat
Desain statis-kategori membatasi
sebelum studi
Bebas konteks
Generalisasi
mengarah pada
prediksi, eksplanasi
dan pemahaman
Akurasi dan
reliabilitas melalui
validitas dan
reliabilitas
Proses induktif
Faktor-faktor
dibentuk secarasimultan
Desain berkembang-
kategori diidentifikasi
selama proses
penelitian
Ikatan konteks pola
dan teori dibentuk
untuk pemahaman
Akurasi dan
reliabilitas dibentuk
melalui verifikasi
-
7/24/2019 Kuantitattif Positivist
5/8
Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,
Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 19
PARADIGMA POSITIVIST vs INTERPRETATIF vs KRITIKALSebuah metodologi penelitian dibagun berdasarkan suatu paradigma tertentu. Chariri
(2009) mengungkapkan bahwa paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan
peneliti yang berisi bagaimana melihat realita (worid views), bagaimana mempelajari
fenomena, cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Lebih lanjut Chariri(2009) mendasarkan pada Sarantakos (1998) menyebutkan terdapat tiga jenis paradigma
utama dalam penelitian sosial, yaitu positivist, interpretatif dan kritikal. Selanjutnya akan
diuraikan bagaimana perbedaaan dari ketiga paradigma tersebut.
Paradigma PositivistChariri (2009), menyatakan bahwa positivist merupakan pendekatan yang diadobsi dari
ilmu alam yang menekankan pada kombinasi antara angka dan logika deduktif dengan
menggunakan angka-angka kuantitatif dalam mengintepretasikan suatu fenomena secara
objektif. Lebih lanjut Chua (1986) menguraikan asumsi paradigma positivist sebagai berikut:
Keyakinan tentang pengetahuan, teori terpisah dari pengamatan yang dapat digunakanuntuk memverifikasi atau mengkonfirmasi teori, penjelasan ilmiah menggunakan
hipotesis deduktif. Menggunakan metode kuantitatif analisis dan pengumpulan data yang
memungkinkan generalisasi.
Keyakinan tentang realitas fisik dan sosial, realitas empiris merupakan tujuan dan di luar
dari subjek. Manusia dikarateristik sebagai objek pasif, tidak dilihat sebagai pembuat
realitas sosial. Tujuan tunggal adalah maksimisasi utilitas diasumsikan untuk individu
dan perusahaan. Arti rasionalitas diasumsikan. Masyarakat dan organisasi pada dasarnya
stabil, konflik disfungsional dapat dikelola melalui desain pengendalian yang sesuai.
Hubungan tentang teori dan praktik, teori sebagai alat bukan tujuan.
Paradigma InterpretatifParadigma interpretatif berasal dari filsafat jerman yang menitikberatkan pada peran
bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial. Paradigma ini memfokuskan pada
sifat subjektif dari social worlddan berusaha memahami dari kerangka berfikir objek yang
sedang dipelajari (Chariri, 2009). Lebih lanjut Chua (1986) menguraikan asumsi paradigma
interpretatif sebagai berikut:
Keyakinan tentang pengetahuan, mencari penjelasan ilmiah mengenai niat manusia.Kecukupan data dicari melalui kriteria konsistensi logis, interpretasi subjektif,
kesepakatan dengan interpretasi common sense si aktor. Pencarian data dilakukan
dengan cara etnografi, studi kasus, dan observasi partisipatif. Aktor dipelajari dalam
dunia sehari-hari mereka.
Keyakinan tentang Realitas Fisik dan Sosial, realitas sosial yang muncul, dihasilkan secarasubyektif, melalui interaksi manusia. Semua tindakan memiliki makna dan intensi yang
saling mendukung secara retrospektif yang didasarkan pada praktik sosial dan historis.
Tatanan sosial diasumsikan. Konflik dimediasi melalui skema umum tentang makna
sosial.
Hubungan tentang teori dan praktik, teori hanya bertujuan untuk menjelaskan tindakan danuntuk memahami bagaimana tatanan sosial diproduksi dan direproduksi.
Paradigma KritikalParadigma kritikal menurut Chariri (2009) mendasakan pada pendapat Neuman (2003),
paradigma kritikal lebih bertujuan untuk memperjuangkan ide penelitian agar membawasubstansi pada masyarakat. Penelitian bukan lagi menghasilkan karya tulis ilmiah yang
-
7/24/2019 Kuantitattif Positivist
6/8
Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,
Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 20
netral/tidak memihak dan bersifat apolitis, namun lebih bersifat alat untuk mengubah institusi
sosial, cara berfikir dan perilaku masyarakat kearah yang diyakini lebih baik. Lebih lanjut
Chua (1986) menguraikan asumsi paradigma interpretatif sebagai berikut:
Keyakinan tentang pengetahuan, kriteria digunakan untuk menilai teori adalah temporal
dan terbatas pada konteks. Studi sejarah dan studi kasus etnografi lebih umum digunakan
Keyakinan tentang realitas fisik dan sosial, manusia memiliki potensi dalam dirinya yangdiasingkan melalui pembatasan mekanisme. Objek hanya dapat dipahami melalui studi
perkembangan sejarah dan perubahan dalam totalitas hubungan. Realitas empiris
dikarateristikan melalui tujuan, hubungan nyata yang diubah dan direproduksi melalui
interpretasi subjektif. Perhatian manusia, rasionalitas, dan agensi diterima, tapi hal ini
dianalisis secara kritis berdasarkan sebuah keyakinan bahwa ideologi dan kesadaran
adalah palsu. Konflik fundamental penyakit masyarakat. Konflik muncul karena
ketidakadilan dan ideologi dalam domain ilmu sosial, ekonomi, dan politik yang
mengaburkan dimensi kreatif pada manusia.
Hubungan antara teori dan praktik, teori memiliki kritikan penting: identifikasi dan
penggantian praktik-praktik dominasi dan ideologi.
-
7/24/2019 Kuantitattif Positivist
7/8
Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,
Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 21
KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan pada kajian filsafat ilmu terkait metodologi penelitian, jenis metode dan
paradigma penelitian, jelas kiranya sebuah penelitian dihadapkan pada dua pilihan metode,
yaitu metode kuantitatif atau metode kualitatif. Dalam membangun metode penelitian,
peneliti di hadapkan pada tiga pilihan paradigma yaitu paradigma positivistik, paradigma
interpretatif dan paradigma kritikal. Nampak jelas dalam uraian di atas, metode kuantitatifhanya memiliki kesesuaian terhadap karateristik paradigma positivistik. Metode kuantitatif
menuntut adanya realitas objektif, terukur, bebas nilai dan didasarkan pada aspek teori yang
jelas untuk menjelaskan atau memprediksi suatu fenomena melalui proses hipotesis deduktif.
Sementara paradigma positivist juga memberikan asumsi yang sama yaitu perlunya teori
untuk menjelaskan dan mengkonfirmasi teori, memerlukan adanya proses hipotesis deduktif,
keterukuran dan objektifitas serta teori adalah suatu alat dan bukan merupakan suatu tujuan.
Pada dua paradigma lainnya, yaitu paradigma interpretatif dan paradigma kritikal, tidak
ditemukan kesesuaian karateristik yang mampu mendukung karateristik dari metode
kuantitatif. Unsur subjektif lebih mewarnai kedua paradigma tersebut, dan hal ini justru
sangat bertentangan dengan prinsip dari metode kuantitatif yang harus memenuhi unsur
objektif. Berdasarkan uraian ini, maka dapat disimpulkan bahwa, penggunaan metode
kuantitatif selalu merupakan penelitian positivist. Dengan kata lain tidak ada paradigma lain
selain positivist yang dapat menjadi dasar dari penelitian yang menggunakan metode
kuantitatif.
-
7/24/2019 Kuantitattif Positivist
8/8
Antonius Singgih S PENGGUNAAN METODE KUANTITATIF,
Buletin Ekonomi Vol.12, No. 1,April 2014 hal 1-124 22
DAFTAR PUSTAKA
Anantawikrama T Atmadja. (2013). Pergulatan Metodologi dan Penelitian Kualitatif
dalam Ranah Ilmu Akuntansi, Jurnal Akuntansi Profesi, Vol.3 N0. 2, 122
141
Chua, Wai Fong, (1989), Radical Development in Accounting Thought, The
Accounting Review, Vol. LXI No. 4, 601632
Chariri A, (2009), Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif, Paper
disajikan ada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Laboraturium Pengembangan Akuntansi (LPA), Fakultas Ekonomi Undip
Semarang, 31 Juli1 Agustus 2009
Endang Komara, (2011), Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, PT Refika
Aditama, Bandung
Gumilar R Somantri, (2005). Memahami Metode Kualitatif, Makara, Sosial
Humaniora, Vol. 9 N0. 2, 5765
Ikhsan Budi Riharjo, (2011), Memahami Paradigma Penelitian Non-Positivisme dan
Implikasinya dalam Penelitian Akuntansi, Jurnal Akuntansi, Manajemen
dan Sektor Publik, Vol. 8 N0. 1, 128146
Indriantono Nur dan Bambang Supomo, (1999), Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta
Jujun S Suriassumantri, (1998), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, PustakaSinar Harapan, Jakarta
Lukas S Musianto, (2002), Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan
Kualitatif dalam Metode Penelitian, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,
Vo. 4 No. 2, 123136
Sarantakos S, (1998), Social Research, 2nd Ed, South Melbourne: Macmillan
Education Australia